• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jumlah Tawas Dan Soda Ash Terhadap Kualitas Air Minum Di Pdam Tirtanadi Instalasi Limau Manis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jumlah Tawas Dan Soda Ash Terhadap Kualitas Air Minum Di Pdam Tirtanadi Instalasi Limau Manis"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Persyaratan Kualitas Air Minum

Lampiran : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010 Tanggal : 19 april 2010

I. PARAMETER WAJIB

NO Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan

1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1) E. Coli Jumlah per 100

mL sampel

0

2) Total bakteri Koliform Jumlah per 100 mL sampel

0

b. Kimia Anorganik

1) Arsen mg/L 0,01

2) Fluorida mg/L 1,5

3) Total Kromium mg/L 0,05

4) Kadmium mg/L 0,003

5) Nitrit, (sebagai NO2-) mg/L 3 6) Nitrat, (sebagai NO3-) mg/L 50

7) Sianida mg/L 0,07

8) Selenium mg/L 0,01

2. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan

kesehatan

a. Parameter Fisik

1) Bau Tidak Berbau

2) Warna TCU 15

3) Total Zat Padat terlarut mg/L 500

4) Kekeruhan NTU 5

5) Rasa Tidak Berasa

6) Suhu ̊ C Suhu udara ± 3

b. Parameter Kimiawi

1) Aluminium mg/L 0,2

2) Besi mg/L 0,3

3) Kesadahan mg/L 500

4) Mangan mg/L 0,4

5) pH mg/L 6,5 - 8,5

6) Seng mg/L 3

7) Sulfat mg/L 250

8) Tembaga mg/L 2

(2)

II. PARAMETER TAMBAHAN

NO. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan

1. KIMIAWI

a. Bahan Anorganik

Air Raksa mg/L 0,001

Antimon mg/L 0,02

Barium mg/L 0,7

Boron mg/L 0,5

Molybdenum mg/L 0,07

Nikel mg/L 0,07

Sodium mg/L 200

Timbal mg/L 0,01

Uranium mg/L 0,015

b. Bahan Organik

Zat organik (KMnO4) mg/L 10

Deterjen mg/L 0,05

Chlorinated alkanes

Carbon tetrachloride mg/L 0,004

Dichloromethane mg/L 0,02

1,2- Dichloroethane mg/L 0,05

Chlorinated ethenes

1,2- Dichloroethane mg/L 0,05

Tetrachloroethene mg/L 0,04

Aromatic Hydrocarbons

Benzene mg/L 0,01

Toluene mg/L 0,7

Xylenes mg/L 0,5

Ethylbenzene mg/L 0,3

Styrene mg/L 0,02

Chlorinated Benzenes

1,2-Dichlorobenzene(1,2-DCB) mg/L 1 1,4- Dichlorobenzene(1,4DCB) mg/L 0,3 Lain – lain

Di(2-ethylexyl) phthalate mg/L 0,008

Acrylamide mg/L 0,0005

Epichlorohydrin mg/L 0,0004

Hexachlorobutadine mg/L 0,0006

Ethylenediaminetetraaseti acid mg/L O,6

Nitrilotriacetic acid mg/L 0,2

c. Pestisida

Alachlor mg/L 0,02

Aldicarb mg/L 0,01

Aldrin dan dieldrin mg/L 0,00003

Atrazine mg/L 0,002

(3)

NO Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

Chlordane mg/L 0,0002

Chlorotoluron mg/L 0,03

1,2-Dibromo-3-chloropropane mg/L 0,001 2,4-Dichlorophenoxyasetic acid mg/L 0,03

1,2-Dichloropropane mg/L 0,04

Isoproturon mg/L 0,009

Lindane mg/L 0,002

MCPA mg/L 0,002

Methoxychlor mg/L 0,02

Metolachlor mg/L 0,01

Molinate mg/L 0,006

Pensimethalin mg/L 0,02

Pentachlorophenol (PCP) mg/L 0,009

Permethrin mg/L 0,3

Simazine mg/L 0,002

Trifluralin mg/L 0,02

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4-DB mg/L 0,090

Dichlorprop mg/L 0,10

Fenoprop mg/L 0,009

Mecoprop mg/L 0,001

2,4,5-Trichloropenoxyasetic acid mg/L 0,009 d. Desinfektan dan hasilsampingnya

Desinfektan

Chlorine mg/L 5

Hasil sampingan

Bromate mg/L 0,01

Chlorate mg/L 0,7

Chlorite mg/L 0,7

Chlorophenols

2,4,6-Trichlorophenol (2,4,6-TCP)

mg/L 0,2

Bromoform mg/L 0,1

Dibromochloromethane mg/L 0,1

Bromodichloromethane mg/L 0,06

Chloroform mg/L 0,3

Chlorinated asetic acids

Dichloroasetic acid mg/L 0,05

Trichloroasetic acid mg/L 0,02

Chloral Hydrate

Halogenated acetonitrilies

Dichloroacetonitrile mg/L 0,02

Dibromoacetonitrile mg/L 0,07

(4)

NO Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan

2. RADIOAKTIFITAS

Gross alpha activity Bg/L 0,1

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1996. “Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan”. PT Mutiara Sumber Widya. Jakarta. Hal. 32 – 36, 38, 47 – 48.

Chandra, B. 2005. “Pengantar Kesehatan Lingkungan”. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal. 39 - 40, 64 – 72.

Drinking Water Quality Criteria W.H.O dalamSutrisno, C,T. 2004. “Teknologi Penyediaan Air Bersih”. PT Rineka Cipta. Jakarta. Hal 22.

Effendi, H. 2003. “Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan”. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hal.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4/Chapter II.pdf.

“KEPUTUSANMENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA”,Nomor 492/MENKES/SK/2010 tanggal 19 April 2010.

Linsley, R.K. dan Joseph B. Franzini. 1991. “Teknik Sumber Daya Air”. Jilid 2.Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Hal. 99.

Nainggolan, H. dan Susilawati. 2011. “Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan dan Air Gambut Menjadi Air Bersih”. USU Press. Medan. Hal. 50.

Permenkes RI No.01/Birhubmas/I/1975 dalam Chandra, B. 2005. “Pengantar Kesehatan Lingkungan”. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal. 64 - 65.

(10)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Pemeriksaan Kekeruhan

Alat dan Bahan

Alat-alat :

1) Turbidity meter

2) Kuvet

3) Tissue

Bahan-bahan :

1) Sampel air reservoir

2) Sampel air inlet

3) Sampel air prasedimentasi

Cara Kerja :

1) Siapkan peralatan

2) Masukkan contoh air kedalam kuvet sampel sampai tanda batas

3) Bersihkan kuvet dengan tissue sampai kering dan bersih

4) Tekan tombol power “I/O”

5) Masukkan kuvet pada dudukan kuvet dalam alat Turbidimeter, tutup

penutupnya

6) Tekan tombol “Read”

(11)

3.2 Pemeriksaan pH

Alat dan Bahan

Alat-alat :

1) Comparator pH

2) Kuvet

Bahan – bahan :

1) Indikator BTB (Brom Thymol Blue)

2) Sampel air reservoir

3) Sampel air inlet

4) Sampel air prasedimentasi

Cara Kerja :

1) Isi kuvet dengan air sampel ± 10 mL

2) Tambahkan 3-5 tetes indikator BTB (Brom Thymol Blue)

3) Kocok hingga homogen

4) Tempatkan kuvet sample disebelah kanan pada tempat kuvet comparator

5) Tempatkan kuvet blanko sebelah kiri pada tempat kuvet comparator

6) Bandingkan warna sampel dengan standart pada comparator

a) Jika warna sampel sama atau mendekati maka nilai pH baca pada

disk comparator

b) Jika warna sampel tidak sama dengann warna pada disk

comparator maka dilihat nilai tengah (median)

7) Catat hasil pengukuran

Catatan

(12)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

4.1.1 Tabel Data Kualitas Air Kekeruhan NO Tanggal Jumlah

Tawas (ppm) Inlet (NTU) Prasedimentasi (NTU) Reservoir (NTU)

1 1 Feb 2013 47,51 218,50 224,40 1,90

2 2 Feb 2013 61,48 1065,50 892,60 1,91

3 3 Feb 2013 58,03 385,30 406,70 1,79

4 4 Feb 2013 39,86 49,60 61,00 1,36

5 5 Feb 2013 52,30 478,30 364,40 1,39

6 6 Feb 2013 37,13 159,30 145,40 1,90

7 7 Feb 2013 39,84 105,60 107,90 1,63

4.1.2 Tabel Data Kualitas Air pH

NO Tanggal Jumlah Soda Ash

(ppm)

Inlet Prasedimentasi Reservoir

1 1 Feb 2013 13,59 7,10 7,10 6,80

2 2 Feb 2013 13,62 7,10 7,10 7,00

3 3 Feb 2013 7,34 7,10 7,10 6,90

4 4 Feb 2013 10,11 7,40 7,40 6,90

5 5 Feb 2013 9,47 7,20 7,20 6,90

6 6 Feb 2013 10,04 7,20 7,20 6,90

(13)

4.2 Pembahasan

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat kekeruhan

air maka semakin banyak pula jumlah tawas yang digunakan. Dari data tersebut

diperoleh penggunaan jumlah tawas yang paling tinggi adalah 61,48 ppm dan

yang paling rendah adalah 37,13 ppm. Pengaruh jumlah tawas, apabila

kekurangan jumlah tawas maka akan mengakibatkan kekeruhan air tetap bertahan,

selain itu apabila nilai kekeruhan yang melebihi standar yang ditetapkan, dapat

menimbulkan kekhawatiran terkandungnya bahan – bahan kimia yang dapat

mengakibatkan efek toksis terhadap manusia. Kekeruhan pada air merupakan satu

hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air, mengingat bahwa

kekeruhan tersebut dapat mengurangi segi aesthetika atau menjadi tidak disenangi

karena rupanya, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi

efektivitas usaha desinfeksi.

pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas

keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Dalam penyediaan air, pH merupakan

suatu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaaman

dari air akan sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan,

misalnya dalam melakukan koagulasi kimiawi, pelunakan air (water softening),

desinfeksi, dan dalam pencegahan korosi. Soda ash digunakan untuk

menetralisasikan pH. Dari data diperoleh jumlah soda ash yang paling banyak

digunakan adalah 13,62 ppm dan yang paling rendah adalah 7,34 ppm. Pengaruh

yang menyangkut aspek kesehatan dalam hal pH ini yakni bahwa pH yang lebih

(14)

air, dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang

mengganggu kesehatan.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa tingkat kekeruhan dan pH

pada air reservoir sudah baik, ini disesuaikan dengan standar mutu air yaitu

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/Menkes/Per/IV/2010 dimana kadar maksimum yang diperbolehkan untuk

kekeruhan adalah 5 NTU sedangkan untuk pH kadar maksimum yang

diperbolehkan adalah 6,5 – 8,5 mg/L, maka air tersebut tidak melampaui kadar

maksimum standar mutu yang ditetapkan sehingga air tersebut mempunyai

(15)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Penggunaan tawas sangat bervariasi terhadap kualitas air tergantung pada

kondisi kekeruhan air baku, dimana jumlah tawas yang paling banyak

digunakan adalah 61,48 ppm dan yang paling sedikit adalah 37,14 ppm.

Sedangkan jumlah soda ash yang paling banyak digunakan adalah 13,62

ppm dan yang paling sedikit adalah 7,34 ppm.

2) Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa air di PDAM Tirtanadi

Instalasi Limau Manis memiliki kualitas yang baik, karena telah

memenuhi syarat kualitas air untuk kekeruhan dan pH yang telah

ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/Menkes/Per/IV/2010, untuk air minum dengan kadar maksimum yang

diperbolehkan untuk kekeruhan 5 NTU dan pH 6,5 – 8,5.

5.2 Saran

Dalam proses pengolahan air minum, perlu diperhatikan tentang dosis

penggunaan bahan kimia yang paling efisien dan optimum sehingga tidak

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan oleh manusia serta mahkluk hidup

lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun

generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus

ditanamkan pada segenap pengguna air.

Pengelolaan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan

secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah

pengolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air,

mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi. Namun, sebelum melangkah pada

tahap pengolahan, diperlukan pemahaman yang baik tentang karakterisik

parameter – parameter kualitas air (Effendi, 2003).

Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan

terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan

terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengelolahan yang

dimaksud bisa dimulai dari yang sederhana sampai pada pengelolahan yang

(17)

Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin banyak

ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik – teknik yang diperlukan

untuk mengelolah air tersebut, agar bisa dimanfaatkan sebagai air minum. Oleh

karena itu dalam praktek sehari – hari maka pengolahan air adalah menjadi

pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai

sebagai sumber persediaan atau tidak.

Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas,

karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula

tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan air minum maka

dibutuhkan air rata – rata sebanyak 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan

kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan

sebesar 60 liter/hari. Jadi untuk negara – negara yang sudah maju kebutuhan akan

air pasti lebih besar dari kebutuhan untuk negara – negara yang sedang

berkembang (Sutrisno, 2004).

Air murni adalah zat cair yang tida mempunyai rasa, warna, dan bau, yang

terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air

merupakan suatu larutan yang hampir bersifat universal, maka zat – zat yang

paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di

dalamnya. Dengan demikian, air di dalam mengandung zat – zat terlarut. Di

samping itu, akibat daur hidrologi air juga mengandung berbagai zat lainnya,

termasuk gas. Zat – zat ini sering disebut pencemar yang terdapat di dalam air

(18)

2.2 Penggolongan Air

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi

beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut

peruntukannya adalah sebagai berikut :

1) Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu

2) Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

3) Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan

4) Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,

usaha di perkotan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi,

2003).

2.3 Siklus Hydrologi

Yang dimaksud dengan hydrologi ialah suatu ilmu yang mempelajari phenomena

air pada semua tahap yang dilaluinya yakni yang menyangkut penyebaran dan

adanya air pada :

1) atmosfer bumi

2) permukaan bumi

3) di dalam tanah

4) lapisan batu – batuan, serta hubungan phenomena ini dengan hidup dan

(19)

Yang dimaksud dengan siklus hydrologi ialah pergerakan air yang dialami

oleh air terdiri dari pelbagai peristiwa yakni :

1) Penguapan (evaporasi) air yang terdapat di dalam dan atau keadaan

berkeringat (transpirasi) yang dialami oleh makhluk hidup (lazimnya

manusia atau hewan)

2) Pembentukan awan (kondensasi)

3) Peristiwa jatuhnya air ke bumi (presipitasi)

4) Aliran air pada permukaan bumi dan di dalam tanah (Azwar, 1996).

Siklus hydrologi air tergantung pada proses evaporasi dan presipitasi. Air

yang terdapat di permukaan bumi berubah menjadi uap air dilapisan atmosfer

melalui proses evaporasi (penguapan) air sungai, danau, dan laut serta porses

evapotranspirasi atau penguapan air oleh tanaman. Uap air bergerak ke atas

sehingga membentuk awan yang dapat berpindah karena tiupan angin. Ruang

udara yang mendapat akumulasi uap air secara kontinu akan menjadi jenuh. Oleh

pengaruh udara dingin pada lapisan atmosfer, uap air tersebut mengalami

sublimasi sehingga buitran – butiran uap air menjadi besar dan akhirnya jatuh

sebagai hujan. Zat yang bersifat higroskopis (menyerap air) dapat mempercepat

integrasi pengikatan molekul uap air menjadi air. Sehingga, pada pembutan hujan

buatan, dilakukan penambahan zat yang berisfat higroskopis terhadap awan (NaCl

(20)

Laut

Perkolasi 50% Badan air tawar

Akifer Aliran air tanah (100%)

Gambar 2.3.1 Siklus Hydrologi yang melibatkan evaporasi, evapotranspirasi,

kondensasi, dan presipitasi (Peavy et al., 1985 dalam Effendi, 2003).

2.4 Macam dan Sumber Air

Mengetahui macam dan sumber air adalah hal yang amat pokok jika

membicarakan air dan kaitannya dengan kesehatan. Untuk mengetahui ini, maka

apa yang disebut siklus hydrologi harus diketahui terlebih dahulu. Karena setiap

tahap dari siklus ini mempunyai pengaruh pada macam dan sumber air tersebut.

Jika membicarakan tentang macam air yang dikaitkan dengan sumber atau

asalnya, maka air dapat dibedakan atas :

Awan Kondensasi

Hujan (100%)

Evapotranspirasi (40%)

Vegetasi

Evaporasi

Aliran Permukaan (20%)

(21)

1) Air hujan, embun ataupun salju, yakni air yang didapat dari angkasa,

karena terjadinya proses presipitasi dari awan, atmosfir yang mengandung

uap air

2) Air permukaan tanah, dapat berupa air tergenang atau air yang mengalir,

seperti danau, sungai, laut. Air dari sumur yang dangkal, adalah juga air

permukaan tanah

3) Air dalam tanah, yakni air permukaan tanah yang meresap ke dalam tanah,

jadi telah mengalami penyaringan oleh tanah ataupun batu-batuan. Air

dalam tanah ini sekali waktu juga akan menjadi air permukaan, yakni

dengan mengalirnya air tersebut menuju ke laut.

Ditinjau dari segi kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu

memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan

untuk dicemari. Embun, air hujan atau salju misalnya, yang berasal dari angkasa,

ketika turun ke bumi dapat menyerap abu, gas ataupun materi-materi berbahaya

lainnya. Demikian pula air permukaan, karena dapat terkontaminasi dengan

pelbagai zat-zat berbahaya untuk kesehatan. Air dalam tanah demikian pula

halnya, karena sekalipun telah terjadi proses penyaringan, namun tetap saja ada

kemungkinan terkontaminasi dengan zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin

membahayakan kesehatan.

Demikianlah secara umum dapat dikatakan bahwa hampir tidak ditemukan

air yang benar-benar murni di alam ini, karena air tersebut selalu ada

(22)

1) Karena mengandung gas-gas tertentu yang membahayakan kesehatan

seperti gas methane, hydrogen sulfida, dan lain sebagainya

2) Karena mengandung mineral tertentu yang dapat mendatangkan kelainan,

misalnya sulfate, nitrat, dan lain sebagainya

3) Karena mengandung benda-benda bersifat koloid, seperti bakteri, jamur

dan kuman-kuman penyakit lainnya.

4) Karena mengandung zat radio aktif, terutama jika sumber air tersebut

kontak dengan zat-zat ataupun peralatan yang menggunakan tenaga atom.

Namun demikian, secara relatif jika dibandingkan antara ketiga macam air

tersebut, maka pada umumnya air dalam tanah jauh lebih baik dari kedua macam

air lainnya, dan karena itulah sumber air yang banyak dimanfaatkan oleh manusia

ialah air dalam tanah ini. Adapun perbandingan antara ketiga macam air tersebut

sebagai berikut :

Tabel 2.4.1 Perbandingan antara embun, air hujan, dan salju, air permukaan tanah,

dan air tanah dalam.

Embun, air hujan dan salju

Air permukaan tanah Air dalam tanah

Pada umumnya jika belum terkontaminasi air bersifat bersih, steril, murni, hanya saja mudah merusak logam

(menimbulkan karat ).

Pada umumnya telah terkontaminasi jadi bersifat kotor,

mengandung bakteri dan zat kimia, kaya akan O2, CO2

Pada umumnya jika mengalami penyaringan sempurna maka bersifat bersih, bebas dari bakteri. Hanya saja kemungkinan

mengandung zat mineral cukup besar, karena itu sering berwarna, berbau dan mempunyai rasa yang tidak

nyaman(Azwar, 1996). serta mengandung

(23)

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

yang bersih dan aman. Batasan – batasan sumber air yang bersih dan aman

tersebut, antara lain :

1) Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

2) Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

3) Tidak berasa dan berbau

4) Dapat dipergunakan untuk mencakupi kebutuhan domestik dan rumah

tangga

5) Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI.

Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan – bahan

kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri (Chandra, 2005).

2.5 Syarat – Syarat Air Minum

Pada umumnya ditentukan beberapa standar (patokan) yang pada beberapa negara

berbeda – beda menurut :

1) Kondisi negara masing – masing

2) Perkembangan ilmu pengetahuan

3) Perkembangan teknologi

Dengan demikian dikenal beberapa standar air minum, antara lain :

1) American Drinking Water Standart

2) British Drinking Water Standart, agak ketat

(24)

Dari segi kualitas air harus memenuhi :

a. Syarat Fisik :

1) Air tidak boleh berwarna

2) Air tidak boeh berasa

3) Air tidak boleh berbau

4) Suhu air hendaknya ± 25ºC

5) Air harus jernih

Syarat – syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air

minum di mana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya. Kadar (bilangan)

yang diisyaratkan dan tidak boleh dilampaui adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5.1 Syarat Fisik Air

Kadar (bilangan) yang diisyaratkan

Kadar (bilangan) yang tidak boleh dilampaui Keasaman sebagai PK 7,0 – 8,5 Di bawah 6,5 dan di atas

9,5

Bahan – bahan padat Tak melebihi 50 mg/l Tak melebihi 1500 mg/l Warna (skala Pt CO) Tak melebihi kesatuan Tak melebihi 50 satuan

Rasa Tak mengganggu -

Bau Tak mengganggu -

(Sutrisno, 2004).

b. Syarat – Syarat Kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat –

zat kimia ataupun mineral – mineral, terutama oleh zat – zat ataupun mineral yang

berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya diharapkan pula zat ataupun bahan kimia

yang terdapat di dalam air minum, tidak sampai menimbulkan kerusakan pada

(25)

yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang

sewajarnya dalam sumber air minum tersebut (Azwar, 1996).

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat – zat mineral atau zat – zat

kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.

Tabel 2.5.2 Drinking Water Quality Criteria W.H.O.

pH 7,0 – 8,5

Alkalinity -

NH3-N ppm 0,5

NO2-N ppm -

NO3-N ppm 40

SO4 ppm 200

KMnO4 cons. Ppm 10

T.S ppm -

T. Hardness - 100 – 50

Ca++ ppm 75

Mg++ ppm 50

T. Fe ppm 0,3

T. Mn ppm 0,1

T. Cu ppm 1,0

T. Pb ppm 0,1

T. Zn ppm 5,0

T. Cr ppm 0,05

Cr 6+ ppm -

T. Mg ppm -

T. As ppm 0,2

CN ppm 0,01

Phenol ppm 0,001

R Chlorine ppm -

T. Cd ppm -

Radio -10-9 c/ml

Activity -10-8 c/ml

General -

Bacteria -

Caliform MPN 10

(26)

c. Syarat – Syarat Bakteriologik

Air minum tidak boleh mengandung bakteri – bakteri penyakit (patogen) sama

sekali dan tidak boleh mengandung bakteri – bakteri golongan Coli melebihi batas

– batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100ml air.

Golongan bakteri Coli ini berasal dari usus besar (faeces) dan tanah.

Bakteri patogen yang mungkin ada di dalam air antara lain adalah :

1) Bakteri typhsum

2) Vibrio colera

3) Bakteri dysentriae

4) Entamoeba estolotica

5) Bakteri enteritis (penyakit perut)

Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi

(berhubungan) dengan kotoran manusia.

Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung

diperiksa apakah air itu mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan

indikator bakteri golongan Coli (Sutrisno, 2004).

2.6 Pemeriksaan Air

Untuk kepentingan masyarakat sehari – hari, persediaan air harus memenuhi

standar air minum dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Menurut WHO,

standar – standar air minum yang harus dipenuhi agar suatu persediaan dapat

dinyatakan layak sebagai air minum :

1) Memenuhi persyaratan fisik

(27)

3) Mengandung zat – zat kimia

4) Mengandung radioaktif

Negara maju lebih menekankan standar kimia, sedangkan negara berkembang

lebih menekankan standar biologis.

Berikut standar – standar untuk kelayakan air minum yang berlaku di

Indonesia menurut Permenkes RI No.01/Birhubmas/I/1975 :

1) Standar fisik : suhu, warna, bau, rasa, kekeruhan

2) Standar biologis : kuman parasit, patogen, bakteri golongan koli (sebagai

patokan adanya pencemaran tinja)

3) Standar kimia : pH, jumlah zat padat, dan bahan kimia lain

4) Standar radioaktif : radioaktif yang mungkin ada dalam air

Pemeriksaan air yang lengkap untuk memenuhi standar air minum yang

sehat terdiri atas :

1) Survei saniter (sanitary survey)

2) Pengambilan sampel (sampling)

3) Pemeriksaan laboratorium :

a) Fisik

b) Kimiawi

c) Bakteriologis

d) Virologis

e) Biologis

(28)

2.6.1 Survei Saniter

Survei saniter (sanitary survey) merupakan pengumpulan data dari tempat dan

sumber persediaan air. Data yang dikumpulkan, antara lain, sumber pencemaran,

cara distribusi air, dan informasi lain yang ada kaitannya dengan sanitasi.

Survey harus dilakukan oleh orang yang terlatih dan memiliki keahlian

dibidang sanitasi. Hasil – hasil pemeriksaan laboratorium harus dikonfirmasi

dengan data – data dari hasil survei sebelumnya sehingga dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa air yang telah diperiksa memang aman dan tidak berbahaya

bagi masyarakat (Chandra, 2005).

2.6.2 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel (sampling) yang baik merupakan kegiatan yang penting.

Sampel yang diambil harus representatif atau mewakili dari sumber air yang akan

diperiksa dan bebas dari kontaminasi (Chandra, 2005).

2.6.3 Pemeriksaan Laboratorium

Seperti telah disebutkan, ada beberapa tipe pemeriksaan laboratorium, yaitu

pemeriksaan fisik, kimia, bakteriologis, virologis, biologis, dan pemeriksaan

radiologis (Chandra, 2005).

2.6.3.1 Pemeriksaan Fisik

Karakter fisik dari air minum dinyatakan dalam satuan yang absolut dan respons

yang subjektif. Variabel – variabel yang diperiksa di dalam pemeriksaan fisik ini,

(29)

a) Turbiditas (kekeruhan)

Air minum harus bebas dari kekeruhan. Turbiditas dapat diukur dengan

alat yang disebut turbidimeter. Sementara itu batasan turbiditas yang

diperbolehkan adalah kurang dari 5 unit.

b) Warna

Air yang bersih harus jernih atau tidak boleh berwarna. Pemeriksaan

warna dapat dilakukan dengan kalorimeter. Batasan yang diperbolehkan

untuk air minum adalah kurang dari 15 unit.

c) Bau dan rasa

Air minum harus bebas dari bau dan rasa. Bau (odor) diukur secara

subjektif terhadap air yang telah menjalani pengenceran serial. Rasa

adalah subjektifitas yang sulit dispesifikasikan. Respon terhadap rasa dan

bau bersifat subjektif dan bercampuran sehingga sulit dinyatakan secara

kualitatif dan kuantitatif (Chandra, 2005).

2.6.3.2 Pemeriksaan Kimia

Karakteristik kimia air minum ditentukan berdasarkan kandungan bahan –bahan

kimia di dalamnya. International Standard of Drinking Water dari WHO

membagi komponen bahan kimia dalam air menjadi 4 kelompok, yaitu :

1) Bahan – bahan toksik

Batas maksimal yang diperbolehkan (dalam satuan mg/l) :

a) Arsenik 0,05

b) Kadmium 0,005

(30)

d) Timbal 0,05

e) Merkuri 0,001

f) Selenium 0,01

Adanya substansi yang disebut di atas ini dengan konsentrasi melampaui

batas maksimal yang diperbolehkan pada air minum tidak diperkenankan

untuk dipergunakan oleh masyarakat.

2) Substansi yang dapat menimbulkan bahaya untuk kesehatan

a) Fluorida

Dari zat – zat kimia yang mungkin terkandung di dalam air minum,

flourida merupakan zat kimia yang sifatnya unik karena memiliki dua

konsentrasi batas (konsentrasi atas dan konsentrasi bawah) yang dapat

menimbulkan efek yang merugikan dan yang menguntungkan terhadap

gigi dan tulang. Konsentrasi flourida yang berlebihan dalam air minum

untuk masa waktu yang lama dalam menimbulkan flourosis kumulatif

endemik, berupa kerusakan tulang rangka pada anak dan orang dewasa.

Bila konsentrasi flourida dalam air minum kurang dari 0,5 mg/l, dapat

peningkatan penyakit indensi karies gigi pada masyrakat. Flourida

merupakan bahan essensial untuk mencegah karies gigi pada anak –

anak. Batasan yang aman untuk flourida adalah 0,5 – 0,8 mg/l.

b) Nitrat

Nitrat dalam konsentrasi >45 mg/l dapat membahayakan anak – anak

(31)

c) Polynuclear aromatic Hidrocarbon

Zat ini bersifat karsinogenik. Konsentrasinya dalam air minum

<0,2µg/l.

3) Bahan – bahan yang mempengaruhi potabilitas air

WHO membuat suatu kriteria bahan – bahan yang dapat mempengaruhi

potabilitas air yaitu batasan maksimal yang diperbolehkan :

a) Perubahan warna 5 unit

b) Perubahan bau

c) Perubahan rasa

d) pH 7,0 – 8,5

e) Total Solid 500 mg/L

f) Total Hardness 2 Meq/L

g) Besi 0,1 mg/L

h) Mangan 0,05 mg/L

i) Tembaga 0,05 mg/L

j) Zink 5,0 mg/L

k) Kalsium 75 mg/L

l) Magnesium 30 mg/L

m)Sulfat 200mg/L

n) Klorida 200 mg/L

4) Bahan kimia sebagai indikator pencemaran

a) Klorida

Semua sumber daya air yang ada, termasuk air hujan, emngandung zat

(32)

dekat laut, kadar klorida cenderung tinggi. Zat klorida dapat digunakan

sebagai indikator adanya pencemaran, yaitu dengan mengukur terlebih

dahulu kadar klorida pada sumber air yang diperkirakan tidak

mengalami pencemaran di sekitar lokasi sumber air yang akan

diperiksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar klorida yang

tinggi dibandingkan kadar klorida sumber air yang terdapat di

sekitarnya, dapat dipastikan bahwa sumber air telah mengalami

pencemaran.

b) Amonia bebas

Amonia bebas merupakan hasil proses dekomposisi benda – benda

organik. Keberadaan amonia bebas dalam sumber air menunjukkan

adanya pencemaran oelh kotoran binatang atau manusia. Batas amonia

bebas yang diperbolehkan <0,05 mg/l di dalam air minum.

c) Amonia albuminoid

Amonia albuminoid merupakan bagian dari proses dekomposisi benda

– benda organik yang belum mengalami oksidasi. Sumber air tanah

tidak boleh mengandung amonia albuminoid. Jika terjadi hasil

pemeriksaan menunjukkan adanya perembesan dari limbah kotoran

manusia, batas yang diperbolehkan 0,1 mg/l

d) Nitrit

Dalam keadaan normal, nitrit tidak ditemukan dalam air minum, kecuali

air yang berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nitrat oleh

garam besi. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya nitrit

(33)

e) Nitrat

Adanya nitrat dalam sumber air minum menunjukkan adanya bekas

pencemaran yang lama dan batasan yang diperbolehkan tidak lebih dari

1mg/l.

f) Dissolved oxygen

Kadar oksigen yang dilepaskan oleh air tidak boleh <5mg/l.

Pemeriksaan kimia lengkap hanya dapat dilakukan pada pemeriksaan

sumber air baru, sedangkan dalam pemeriksaan rutin selanjutnya dapat

dilakukan uji – uji semacam pemeriksaan pH, amonia, nitrit, nitrat,

klorida, amonia albuminoid, dan zat besi (Chandra, 2005).

2.6.3.3 Pemeriksaan Bakteriologis

Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitif

untuk mendeteksi kontaminasi air oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang

paling sering diperiksa sebagai indikator pencemaran oleh feses antara lain :

1) Organisme koliform

Organisme koliform merupakan organisme nonspora yang motil atau non

motil, berbentuk batang, dan mampu memfermentasikan laktosa untuk

menghasilkan asam dan gas pada temperatur 37ºC dalam waktu 48 jam.

Contoh tipikal koliform tinja adalah E. Coli dan koliform non tinja adalah

Klebsiella aerogeus. Keberadaan E. Coli dalam sumber air merupakan

indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia

2) Strepkokus tinja

(34)

3) Clostridium perfringens dan Clostridium welchii

Organisme ini biasanya ditemukan dalam feses manusia dalam jumlah

kecil. Sporanya dapat bertahan lama dalam air dan biasanya resisten

terhadap dosis klorinasi normal (Chandra, 2005).

2.6.3.4 Pemeriksaan Virologis

Secara umum dapat dikatakan bahwa air yang mengandung klorine bebas dapat

dinyatakan bebas dari virus apabila didalam sampel air tersebut tidak terdapat

sama sekali organisme koliform. Sebaliknya, pada sumber air yang kaya bahan

organik sementara klorine bebasnya tidak dapat membebaskan diri, walau

organisme koliform tidak ditemukan sama sekali, air yang ada tidak dapat

dianggap bebas dari virus. Virus yang resisten terhadap dosis klorinasi adalah

virus polio dan virus hepatitis(Chandra, 2005).

2.6.3.5 Pemeriksaan Biologis

Jasad renik termasuk alga, fungi, protozoa, udang, cacing halus, dan lain – lain

yang disebut sebagai planktondapat menimbulkan rasa dan bau tidak enak pada

air minum dan dapat juga dipergunakan sebagai indeks pencemaran pada air

(Chandra, 2005).

2.7 Pengolahan Air Minum Untuk Umum

Pada umumnya air untuk kepentingan minum (ledeng misalnya) diperoleh dari

permukaan tanah yang telah terkontaminasi (misalnya air kali). Oleh karena itulah

(35)

Pada suatu instalasi air minum, biasanya tersedia beberapa fasilitas yang terdiri

atas :

1) Pipa yang mengalirkan air ke instalasi air minum (supply line)

2) Bak penampung untuk pengendapan pertama (pre-sedimentation tank)

3) Bak pemberi obat – obat kimia (chemical feeder)

4) Bak pencampur (mixing device)

5) Bak penampung untuk pengendapan kedua (Dortmunt tank/ascelator)

6) Saringan pasir cepat (rapid sand filter)

7) Bak pemberi chlor (chlorinator)

8) Bak penampung air bersih yang siap dialirkan ke konsumen (clear waste

storage kelder).

Proses pengolahan air untuk kepentingan umum ini terlihat sebagai berikut:

1) Air sungai dialirkan atau dipompa. Tempat pengambilan air disebut intake.

Air diendapkan pada parit – parit lebar dan panjang

2) Setelah diendapkan beberapa waktu, kemudian dialirkan ke instalasi

penyaringan (melalui pengukuran debit air)

3) Air diendapkan di bak pertama

4) Kemudian air dialirkan melalui tempat pembubuhan bahan kimia berupa

aluminium sulfat (tawas) Al2(SO4)3 atau kapur CaCO3

5) Agar zat koagulan bercampur dengan sempurna maka ada dua cara yang

ditempuh, yakni :

, yang tujuannya

untuk membentuk endapan

(36)

b) Mengalirkan air melalui parit yang berbelok – belok, yang disebut

mixing device

6) Bila air telah tercampur dengan baik, maka timbul kepingan yang lebih

besar. Selanjutnya untuk memberikan kesempatan pengendapan, di alirkan

ke dalam bak pengendapa kedua yang disebut dortmun tank atau

ascelaerator. Dalam bak ini terjadi pemisahan antara kotoran dengan air

yang sudah bersih

7) Air yang sudah nampak bersih ini dialirkan melalui saringan pasir yang

disebut rapid sand filter. Meskipun air ini sudah tampak bersih tetapi

masih terdapat kemungkinanmengandung bakteri

8) Untuk membunuh bakteri tersebut, air kemudian dialirkan ke sebuah

chlorinator, di sini dibubuhi zat chlor dengan syarat sisa chlor 0,1 – 0,2

ppm

9) Air yang sudah bersih ini, selanjutnya ditampung dalam bak penampung

air bersih untuk kemudian siap didistribusikan kepada para konsumen.

1

[image:36.595.147.468.502.700.2]

9 9

Gambar 2.7.1 Bagan Fasilitas Pengolahan Air Minum Untuk Umum (Azwar,

1996).

2 2

3

4

5

5

6

6

7

(37)

2.8 Tawas

Tawas adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia Al2SO4 11H2O atau 14 H2O

atau 18 H2O, umumnya yang digunakan adalah 18 H2

Koagulan yang berbasis aluminium seperti aluminium sulfat digunkan

pada pengolahan air minumuntuk memperkuat penghilangan material partikulat,

koloidal, bahan – bahan terlarut lainnya melalui proses koagulasi. Pemakaian

alum sebagai koagulan dalam pengolahan air, sering menimbulkan konsentrasi

aluminium yang lebih tinggi dalam air yang di olah dari pada air mentah itu

sendiri (Nainggolan., Susilawati., 2011).

O. Tawas merupakan bahan

koagulan yang paling banyak digunakan, karena bahan ini paling ekonomis,

mudah diperoleh dipasaran serta mudah penyimpanannya. Bahan ini dapat

berfungsi efektif pada pH antara 4 – 8. Jumlah pemakaian tawas tergantung pada

turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi kekeruhan air baku semakin besar

jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakaian tawas juga tidak terlepas dari sifat –

sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut. Semakin banyak dosis tawas

yang ditambahkan maka pH akan semakin turun, karena di hasilkan asam sulfat

sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8 – 7,4.

2.9 Soda Ash

Na2CO3

Nama : natrium karbonat, soda abu, kalsium soda (MSDS, 2011)

Rumus molekul : Na2CO

(38)

Sifat fisis :

1) berwujud padat

2) berwarna putih

3) higroskopis

4) larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol

5) tidak mudah terbakar

6) densitas = 1,311 g/cm3

7) titik leleh = 851 ºC

Impuritis : 0,22% (maksimal)

Sifat kimia :

1) Semua karbonat akan cepat bereaksi dengan asam kuat membentuk garam

karbonat.

M2(HCO3) + (H3O+,A-) M-A- + CO2 + 3H2

2) Reaksi antara natrium karbonat dan kalsium hidroksida akan menghasilkan O

kalsium karbonat dan natrium hidroksida.

Na2CO3 + Ca(OH)2 2NaOH + CaCO

3) Proses pembentukan natrium karbonat dapat melalui tiga tahapan: 3

a) Konversi natrium klorida menjadi natrium sulfat dengan pemanasan.

2NaCl + H2SO4 Na2SO4

b) Reaksi antara natrium sulfat dan kalsium karbonat dilakukan pada + 2HCl

temperatur tinggi menghasilkan natrium karbonat.

Na2SO4 + CaCO3 + 2C Na2CO3 + CaS + 2CO

c) Reduksi natrium sulfat menjadi natrium sulfida. 2

(39)

Natrium sulfat dicampur dengan karbon dioksida dan steam.

Na2S + CO2 + H2O Na2CO3 + H2

4) Reaksi pembentukan dari amonia.

S

2NH3 + CO2 + H2O (NH4)2CO

Ammonium karbonat yang dihasilkan pada reaksi 1 direaksikan dengan 3

natrium klorida menghasilkan natrium karbonat

(NH4)2CO3 + 2NaCl Na2CO3 + 2NH4

(40)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar

tiga per empat bagian tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat

bertahan hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dapat

dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang

ada disekitar rumah. Air juga dapat digunakan untuk keperluan industri, pertanian,

pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain – lain. Penyakit –

penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui

air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana –

mana.

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyedian sumber air

bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih

yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit dimasyarakat. Volume rata – rata

kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150 – 200 liter atau 35 – 40

galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi tergantung pada keadaan iklim, standar

kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2005).

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi

kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat

(41)

industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air,

antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan

gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung

pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan

sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang seratus persen murni

dalam arti sesuai benar dengan syarat air yang patut untuk kesehatan, maka biar

bagaimanapun harus diusahakan air yang sedemikian rupa sehingga syarat yang

dibutuhkan tersebut harus dipenuhi, atau paling tidak mendekati syarat – syarat

yang dikehendaki. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah mengenai

kekeruhan dan pH. Kekeruhan dapat dihilangkan dengan penambahan koagulan,

salah satu koagulan yang paling sering digunakan adalah tawas, sedangkan jenis

bahan kimia yang digunakan untuk menetralisir pH air adalah larutan soda ash.

Sehubungan dengan pentingnya penggunaan tawas dan soda ash terhadap

proses pengolahan air, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam bentuk

karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Jumlah Tawas dan Soda Ash Terhadap

Kulitas Air Minum Di PDAM Tirtanadi Instalasi Limau Manis”.

1.2Permasalahan

Sunber air yang akan di olah mempunyai jumlah padatan terlarut atau TDS (Total

Dissolved Solid) dan jumlah TSS (Total Suspended Solid) serta pH yang

bervariasi, sehingga diperlukan penambahan tawas dan soda ash yang bervariasi

(42)

besar. Jumlah tawas dan soda ash yang tidak tepat dapat mengakibatkan kualitas

air yang akan digunakan kurang baik. Oleh karena itu perlu diketahui pengaruh

tawas dan soda ash terhadap kualitas air minum dan juga jumlah tawas dan soda

ash yang digunakan untuk memperoleh air minum yang memiliki kualitas yang

baik.

1.3Tujuan

1) Untuk mengetahui pengaruh jumlah tawas dan soda ash yang digunakan

untuk memperoleh kualitas air minum yang baik di PDAM Tirtnadi

Instalasi Limau Manis

2) Untuk mengaplikasikan ilmu kimia analis di dalam kehidupan sehari – hari

terutama di dalam industri pengolahan air minum

3) Untuk melatih diri bekerja langsung di lapangan

1.4Manfaat

1) Dapat mengetahui pengaruh tawas dan soda ash terhadap kualitas air

2) Dapat mengetahui jumlah tawas dan soda ash yang digunakan untuk

memperoleh kualitas air yang baik

3) Dapat meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada

penulis, terutama dalam hal pemeriksaan kualitas dan pengolahan air

(43)

ABSTRAK

(44)

INFLUENCE THE AMOUNT OF ALUM AND SODA ASH TO THE QUALITY OF DRINKING WATER IN PDAM TIRTANADI

INSTALATION LIMAU MANIS

ABSTRACT

(45)

PENGARUH JUMLAH TAWAS DAN SODA ASH TERHADAP KUALITAS AIR MINUM DI PDAM TIRTANADI

INSTALASI LIMAU MANIS

TUGAS AKHIR

ANITA RIZKI ISNAINI HARAHAP 102401036

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MEDAN

(46)

PENGARUH JUMLAH TAWAS DAN SODA ASH TERHADAP KUALITAS AIR MINUM DI PDAM TIRTANADI

INSTALASI LIMAU MANIS

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

ANITA RIZKI ISNAINI HARAHAP 102401036

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MEDAN

(47)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH JUMLAH TAWAS DAN SODA ASH

TERHADAP KUALITAS AIR MINUM DI PDAM TIRTANADI INSTALASI LIMAU MANIS

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : ANITA RIZKI ISNAINI HARAHAP Program Studi : D-3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juni 2013

Disetujui oleh

Program Studi D-3 Kimia Analis Pembimbing Ketua

Dra. Emma Zaidar Nst, M,Si

NIP.195512181987012001 NIP.195606241983031002

Dr. Hamonangan Nainggolan, M,Sc

Diketahui/Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU, Ketua

(48)

PERNYATAAN

PENGARUH JUMLAH TAWAS DAN SODA ASH TERHADAP KUALITAS AIR MINUM DI PDAM TIRTANADI

INSTALASI LIMAU MANIS

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing – masing disebut sumbernya.

Medan, Juni 2013

102401036

(49)

PENGHARGAAN

Bismillahhirrahmanirrahim

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad

SAW yang telah melimpahkan Rahmad dan Hidayah-Nya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Pengaruh

Jumlah Tawas Dan Soda Ash Terhadap Kualitas Air Minum Di PDAM Tirtanadi Instalasi Limau Manis”.

Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Diploma III dari Program Studi Kimia Analis, Fakultas Matematika Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan,

bimbingan, dan fasilitas dari banyak pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan

hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orang Tua saya Ayahanda Maharib Tua Harahap dan Ibunda

Halimah yang telah memberikan dukungan dan iringan doa yang tulus

kepada penulis, dan Abang Tersayang atas bantuan moral maupun materil

yang diberikan

2. Bapak Dr. Hamonangan Nainggolan, M,Sc selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam

menyelesaikan Tugas Akhir

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA

(50)

4. Seluruh Staf dan Dosen FMIPA Universitas Sumatera Utara yang telah

membantu dan mendidik penulis selama perkuliahan

5. Pimpinan dan seluruh Staf PDAM Tirtanadi Instalasi Limau Manis yang

telah memberi tempat untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dan

telah memberikan bimbingan selama penulis PKL

6. Kepada Teman satu Partner Penulis yaitu Andriano Sirait dan Anggi

Rahmadhani Lubis yang telah memberikan semangat kepada Penulis

7. Kepada Seluruh teman – teman Kimia Analis Stambuk 2010 yang juga

telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis

8. Semua Pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

satu – persatu hingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman dari penulis. Untuk itu

menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi

sempurnanya Tugas Akhir ini.

Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya rekan –

rekan mahasiswa.

Medan, Juni 2013

Penulis

(51)

ABSTRAK

(52)

INFLUENCE THE AMOUNT OF ALUM AND SODA ASH TO THE QUALITY OF DRINKING WATER IN PDAM TIRTANADI

INSTALATION LIMAU MANIS

ABSTRACT

(53)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstrac vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Tinjauan Umum Tentang Air 4

2.2 Penggolongan Air 6

2.3 Siklus Hydrologi 6

2.4 Macam dan Sumber Air 8

2.5 Syarat syarat Air Minum 11

2.6 Pemeriksaan Air 14

2.6.1 Survei Sanitasi 16

2.6.2Pengambilan sampel 16

2.6.3 Pemeriksaan Laboratorium 16

2.6.3.1 Pemeriksaan Fisik 16

2.6.3.2 Pemeriksaan Kimia 17

2.6.3.3 Pemeriksaan Bakteriologis 21

2.6.3.4 Pemeriksaan Virologis 22

2.6.3.5 Pemeriksaan Biologis 22

2.7 Pengolahan Air Minum Untuk Umum 22

2.8 Tawas 25

2.9 Soda Ash 25

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN 28

3.1 Pemeriksaan Kekeruhan 28

(54)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 30

4.1 Data 30

4.1.1 Data Kualitas Air Kekeruhan 30

4.1.2 Data Kualitas Air pH 30

4.2 Pembahasan 31

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 33

5.1 Kesimpulan 33

5.2 Saran 33

(55)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.4.1 Perbandingan antara Embun, air hujan, 10

dan air salju, air permukaan, dan air tanah dalam 2.5.1 Syarat Fisik Air 12

2.5.2 Drinking Water Quality Criteria W.H.O 13

4.1.1 Tabel Data Kualitas Air Kekeruhan 30

(56)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

2.3.1 Siklus Hydrologi yang melibatkan Evaporasi, 8 evapotranspirasi, kondensasi, dan presipitasi

(57)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Tabel

1 Persyaratan Kualitas air Minum 35

2 Grafik Kekeruhan Pada Reservoir 39

3 Grafik Kekeruhan pada Inlet dan Prasedimentasi 40

4 Grafik Penggunaan tawas 41

Gambar

Gambar 2.3.1 Siklus Hydrologi yang melibatkan evaporasi, evapotranspirasi,
Tabel 2.4.1 Perbandingan antara embun, air hujan, dan salju, air permukaan tanah,
Tabel 2.5.1 Syarat Fisik Air
Tabel 2.5.2 Drinking Water Quality Criteria W.H.O.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tinggi dan berat badan paling sering digunakan dalam pengukuran karena dapat membantu mengevaluasi pertumbuhan anak-anak dan menentukan status gizi orang

bahwa dalam pelaksanaan Alokasi Dana Desa terdapat desa-desa yang tidak dapat melaksanakan ketentuan sesuai dengan Peraturan Bupati Bantul Nomor 3 A Tahun 2013 tentang

7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat

[r]

Universitas Negeri

mengoreksi, meneliti dan menelaah secara teknis Kerangka Acuan Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

UNY Yogyakarta Pembimbing Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung 2003 Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Pembimbing Fakultas Bahasa dan Seni, UNY Yogyakarta 2003

[r]