89
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdullah. Manajemen Perbankan. Malang : UUM Press, 2005.
Bako Ronny Sautma Hotma. Hubungan Bank dan Nasabah terhadap produk 1 tabungan dan deposito. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.
Budi, Untung. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta : Andi, 2000.
Djuhaenda, R, Hasan. Lembaga Jaminan Kebendaan bagi tanah dan benda lain yang melekat pada tanah dalam konsepsi penerapan asas pemisahan horizontal (Suatu konsep menyongsong lahirnya lembaga Hak Tanggungan). Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996.
Djumhana, Muhammad. Hukum Perbankan Di Indonesia. Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1993.
Hasibuan, SP. Malayu. Dasar-dasar Perbankan . Jakarta : Bumi, 2001.
Honarto, Ronald,. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen, Analisis Klausula Baku Pada Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box Milik Bank Mega dan Bank Rakyat Indonesia. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012.
Ibrahim, Johannes. Bank Sebagai Lembaga Intermediasi Dalam Hukum Positif. Bandung : Utomo, 2004.
Ismail, Manajemen Perbankan. Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2010.
J, Satrio. Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Undang-Undang. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.
Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perikatan. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992.
Muhammad, Bahsan. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Nurul Dewi Musjtari. Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah . Yogyakarta: Nuha Medika.
90
Sabiq, Sayid. Fiqh As-Sunnah. Beirut : Juz 3, Dar Al-Fikr, 1981.
Simorangkir, OP. Pokok-Pokok Hukum Perikatan danHukum Jaminan. Yogyakarta: Liberty 1984.
Sinungan, Muchdasyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Siswanto, Sutojo. Menangani Kredit Bermasalah: Konsep, teknik, dan kasus. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1997.
Suhardjono. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah. Makasar : UPP AMP YKPN, 2003.
Suyatno, Thomas. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Untung, Budi. Analisis Kredit Perbankan Tinjauan Secara Legal . Yogyakarta: Andi Offset, 2011.
Tjoekam. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil: Konsep, Teknik & Kasus. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999.
Widiyono, Try. Agunan Kredit Dalam Financial Engineering. Bogor : Ghalia Indonesia, 2009.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.06/2003 Tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil.
91 C. Website
http://www. digilib.unimed.ac.id (diakses tanggal 25 April 2015).
http://www.ciputraentrepreneurship.com (diakses tanggal 25 April2015).
(diakses 02
November 2015).
(diakses 02
November 2015).
Desember 2015).
Desember 2015).
http://www.seputarforex.com/menggunakan_deposito_sebagai_jaminan_kredit (diakses 05 Desember 2015).
45
BAB III
DEPOSITO PIHAK KETIGA SEBAGAI JAMINAN KREDIT USAHA MIKRO
A. Pengaturan Tentang Jaminan Kredit Dalam Hukum Positif
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.31 Jaminan
(rahn) menurut istilah syara’ adalah menjadikan benda yang memiliki nilai harta
dalam pandangan syara’ sebagai jaminan untuk utang, dengan ketentuan
dimungkinkan untuk mengambil semua utang, atau mengambil sebagiannya dari
benda (jaminan) tersebut. Secara umum jaminan kredit diartikan sebagai
penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung
pembayaran kembali suatu utang.32
Pembiayaan yang diberikan oleh bank banyak mengandung risiko,
sehingga bank dalam pelaksanaannya harus memperhatikan asas-asas
pembiayaan. Guna mengurangi risiko kerugian dalam pemberian pembiayaan
maka diperlukan jaminan. Faktor adanya jaminan inilah yang harus diperhatikan
oleh bank. Maka keberadaan jaminan diatur dalam Pasal 8 UU Perbankan
ditentukan bahwa “Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai
31
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Pasal 1 angka 11.
32
46
keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya
sesuai yang diperjanjikan”.33
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
(UUPS) digunakan istilah agunan untuk memaknai suatu jaminan, yaitu “Agunan
adalah jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak
bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan kepada bank, dalam rangka
pemberian fasilitas kredit pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”.34
Berdasarkan pengertian tersebut, nilai dan legalitas jaminan yang dikuasai oleh
bank atau yang disediakan oleh debitur harus cukup untuk menjamin fasilitas
kredit yang diterima nasabah/debitur. Barang-barang yang diterima bank harus
dikuasai atau diikat secara yuridis, baik berupa akta dibawah tangan maupun akta
otentik.35
Jaminan dalam hukum positif mempunyai kedudukan sebagai pemberi
kepastian hukum kepada kreditur atas pengembalian modal/pinjaman/kredit yang
ia berikan kepada debitur, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia
untuk dieksekusi, bila perlu dapat diuangkan untuk melunasi hutang debitur. Nilai
benda jaminan harus lebih tinggi dari jumlah modal/pinjaman/kredit, dengan
harapan ketika terjadi wanprestasi atau kredit macet maka jaminan itu dapat
33
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 233.
34
Dewi Nurul Musjtari, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah (Yogyakarta: Nuha Medika, 2012), hlm. 92.
35
47
menutup (mengcover) pinjaman yang kreditur berikan.36
1. Jaminan yang mempunyai sifat kebendaan (jaminan kebendaan), yaitu dapat
berupa barang tidak bergerak, misalnya tanah, rumah, gedung, rumah/toko,
dan sebagainya. Atau dapat berupa barang bergerak, misalnya motor, mobil,
bus, alat-alat perkantoran, barang-barang perhiasan, dan sebagainya.
Jaminan dalam hukum
positif dibedakan menjadi dua macam yaitu:
2. Jaminan yang mempunyai sifat perorangan (jaminan perorangan), yaitu dapat
berupa perjanjian penangguhan utang (borgtocht) seperti jaminan pribadi
(personal guaranty) dan jaminan perusahaan (corporate guaranty).37
Penyerahan jaminan pembiayaan oleh debitur kepada bank dapat dikaitkan
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan peraturan
perundang-undangan di Indonesia, antara lain dalam ketentuan UU Perbankan dan diperbarui
lagi dengan UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Beberapa ketentuan UU Perbankan yang berkaitan dengan jaminan kredit
diantaranya mengenai:
1. Keharusan penyerahan jaminan kredit oleh debitur, bahwa jaminan kredit
merupakan salah satu syarat dalam pemberian kredit perbankan di Indonesia.
2. Kemungkinan bank membeli jaminan dalam hal debitur tidak memenuhi
kewajibannya kepada bank dapat diketahui dari ketentuan Pasal 12 A ayat 91
UU Perbankan sebagai berikut:
“Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela
36
Dewi Nurul Musjtari, Op.Cit., hlm. 93. 37
48
oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya”.38
a. menjaga barang yang digadaikan sebaik–baiknya,
Ketentuan tersebut di atas mengandung pengertian keharusan adanya suatu
jaminan yang memungkinkan untuk dibeli oleh bank. Indonesia memilki Lembaga
Jaminan, lembaga jaminan tersebut meliputi antara lain sebagai berikut :
1. Gadai
Pasal 1150 KUHPerdata merumuskan gadai sebagai hak kebendaan yang
diperoleh kreditur (penerima gadai) atas suatu barang bergerak yang diserahkan
kepadanya (benda gadai), oleh pemilik benda gadai atau orang lain atas namanya
(pemberi gadai), yang memberikan kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil
pelunasan dari hasil penjualan benda gadai tersebut secara didahulukan dari
kreditur lainnya (kecuali biaya lelang dan biaya penyelamatan benda gadai).
Gadai memberikan hak dan kewajiban bagi pemegang dan pemilik gadai
yang diatur dalam KUH Perdata. Kewajiban penerima gadai diatur dalam pasal
1154, 1156 dan 1157 KUH Perdata, yaitu :
b. tidak diperkenalkan mengalihkan barang yang digadaikan
menjadi miliknya, walaupun pemberigadai wanprestasi (Pasal 1154 KUH
Perdata),
c. memberitahukan kepada pemberi gadai tentang pemindahan barang–
barang gadai (Pasal 1156 KUH Perdata),
38
49
d. bertanggung jawab atas kerugian atau susutnya barang gadai, sejauh hal itu
terjadi akibat kelalaiannya (Pasal 1157 KUH Perdata).
Hak dan kewajiban pemberi gadai, yaitu :
a. menerima uang gadai dari penerima gadai,
b. berhak atas barang gadai, apabila hutang pokok, bunga dan biaya lainnya
telah dilunasinya,
c. berhak menuntut kepada pengadilan supaya barang gadai dijual untuk
melunasi hutang–hutangnya(Pasal 1156 KUH Perdata),
d. menyerahkan barang gadai kepada penerima gadai,
e. membayar pokok dan sewa modal kepada penerima gadai,
f. membayar biaya yang dikeluarkan oleh penerima gadai untuk
menyelamatkan barang–barang gadai (Pasal 1157 KUH Perdata).
Objek Gadai berupa benda-benda bergerak dan benda tidak berwujud
(surat berharga). Bentuk perjanjian Gadai adalah bebas. Pemberian hak gadai
dapat dilakukan baik secara tertulis (akta otentik atau akta dibawah tangan)
maupun secara lisan. Perjanjian gadai merupakan perjanjian riil, yaitu baru terjadi
perjanjian setelah barang Gadai diserahkan kepada penerima gadai (Pasal 1152
KUH Perdata).39
39
50 2. Fidusia
Lembaga jaminan fidusia diatur dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia. Fidusia adalah penyerahan hak milik berdasarkan
kepercayaan atas barang bergerak, dengan tetap menguasai barang-barang
tersebut. Pasal 1 angka 1 undang-undang tersebut memberikan pengertian Fidusia
sebagai, “Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan
tersebut tetap dalam penguasaan benda pemilik benda.” Objek jaminan Fidusia
berupa benda bergerak yang tidak dapat dibebanih hak tanggungan atau hipotik,
utang yang ada, utang yang akan ada dan utang yang pada saat eksekusi dapat
ditetapkan (Pasal 3 dan 7 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999). Sifat Jaminan
Fidusia adalah accessoir dan bersifat kebendaan.40
Hak tanggungan diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan
tanah. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang tersebut menyebutkan, “Hak Tanggungan
adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu
kesatuan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur lain”. 3. Hak Tanggungan
41
40
Ibid.
41
51 4. Hipotik
Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tidak bergerak
untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan (Pasal
1162 KUHPerdata). Hipotik yang telah mendapat pengaturan dalam KUHPerdata
dan dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 , maka sepanjang
mengenai tanah, hipotik dinyatakan tidak berlaku lagi. Objek jaminan hipotik
adalah pesawat terbang dan kapal dengan berat kotor 20 m3.42
Deposito menurut UU Perbankan Indonesia 1992 Junto 1998 Pasal 1 ayat
(7) adalah, “Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank”. Sedangkan
menurut Muchdarsyah Sinungan mengatakan bahwa deposito adalah simpanan
dana pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dalam jangka waktu tertentu
menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan.
B. Deposito Pihak Ketiga Sebagai Jaminan Kredit Usaha Mikro
Sebelum membahas mengenai deposito pihak ketiga sebagai jaminan
kredit usaha mikro, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai apa itu deposito,
jenis-jenis deposito dan surat berharga yang ada di deposito. Berikut
penjelasannya :
1. Pengertian dan jenis deposito
43
42
Ibid.
43
52
Deposito merupakan salah satu bentuk penyerahan dana oleh nasabah
untuk disimpan pada bank, dimana mengandung pengertian bahwa bank yang
menerima simpanan berhak untuk memakai dana tersebut sekehendaknya untuk
keperluan apapun juga dan nasabah penyimpan dana sementara tidak mempunyai
hak apapun mengenai tujuan pemakaian dana tersebut oleh bank. Hak nasabah
penyimpan dana semata-mata hanya berupa hak menagih dan mendapatkan
kembali dana tersebut, karena uang atau dana yang telah diserahkan oleh nasabah
penyimpan dana kepada bank adalah uang milik bank selama dalam penyimpanan
bank.44
44
Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah terhadap produk tabungan dan deposito (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), hlm 37.
Pihak-pihak dalam deposito, pihak-pihak yang terdapat dalam deposito
yaitu:
a. Deposan
Kepemilikannya dapat terdiri dari suatu badan atau perseorangan yang ada
dalam masyarakat.
b. Depositoris
Terdiri dari bank-bank yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Simpanan
deposito yang ditempatkan oleh deposan kepada suatu bank berdasarkan
53
Menurut OP.Simorangkir dalam bukunya “Seluk Beluk Bank Komersial”,
membagi deposito beberapa jenis, yaitu :45
Deposito berjangka adalah suatu piutang atas nama deposan (pemilik
uang) kepada penerbit deposito (dalam hal ini adalah bank) karena deposito ini
merupakan suatu piutang atas nama maka tidak dapat
dipindahtangankan/diperjualbelikan. Bunga deposito berjangka dibayar setiap
bulan pada hari bayarnya atau sekaligus pada saat jatuh tempo dan dapat dijadikan
jaminan kredit.
a. Deposito Berjangka (time deposit)
46
Simpanan uang milik pribadi yang penarikannya dilakukan sesuai dengan Mengenai cara penyerahannya, maka dilakukan menurut ketentuan Pasal
613 ayat (1) dan (2) KUH Perdata, yang berbunyi sebagai berikut ,
“ Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau dibawah tangan, dengan nama hak-hak kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain”.“Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya, melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya, atau secara tertulis disetujui dan diakuinya”.
Menurut Pasal 613 ayat (1) dan (2) KUH Perdata ini setiap piutang atas
nama penyerahannya dilakukan dengan cessie yaitu dengan akta otentik atau akta
dibawah tangan yang menyatakan bahwa piutang telah dipindahkan kepada
seseorang.
b. Deposito On Call
45
OP. Simorangkir dalam Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan danHukum Jaminan (Yogyakarta: Liberty 1984), hlm. 54.
46
54
kebutuhan pihak deposan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak
bank. Pemberitahuan itu dilakukan tergantung kepada perjanjian yang diadakan
antara pihak deposan dengan pihak banknya.
Adanya penerimaan deposito sebagai jaminan kredit dilandaskan pada
Instruksi Presiden Nomor 28 tahun 1968, tentang Deposito yang ada kaitannya
dengan perkreditan pada angka 3 sub a yang menyatakan: “…berpegang pada
pertimbangan tersebut diatas maka perlu diadakan penyesuaian tentang ketentuan
mengenai seseorang yang memperoleh kredit dan mempunyai deposito, dimana
deposito berjangka yang bersangkutan dijadikan jaminan kredit.” Fasilitas kredit
dengan jaminan deposito dapat diberikan kepada debitur yang telah memenuhi
ketentuan-ketentuan yang telahdisyaratkan oleh pihak bank dalam perjanjian
kredit yang telah disepakati oleh pihak debitur dengan bank.
c. Demand Deposito (rekening 54oran giro)
Penyimpan dapat menyimpan/menarik dananya pada / dari bank setiap saat
dikehendaki.
d. Deposito Automatic Roll-Over
Yaitu uang deposan secara otomatis diperhitungkan bunganya, begitu
deposito habis jangka waktunya. Uang deposan akan terus diberi bunga
seandainya deposan lupa menarik deposito yang sudah jatuh tempo.
e. Sertifikat Deposito
Yaitu simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti
penyimpanannya dapat dipindah tangankan. Sertifikat Deposito biasa juga disebut
55
yang diterbitkan oleh bank atas sejumlah uang yang telah diserahkan kepada bank
untuk suatu jangka waktu dengan mendapat bunga sebagai imbalannya serta dapat
diperjualbelikan dengan mudah diserahkan kepada bank untuk suatu jangka waktu
dengan mendapat bunga sebagai imbalannya serta dapat diperjualbelikan dengan
mudah.47
adalah sertifikat deposito, wesel bank, sertifikat saham, sertifikat dana, obligasi
dan lain-lain.
2. Deposito sebagai surat berharga dan surat yang berharga
Surat berharga adalah surat bukti tuntutan hutang, pembawa hak dan
mudah diperjualbelikan, maksudnya adalah bahwa suatu surat berharga yang
dimiliki/berada pada tangan seseorang merupakan suatu alat bukti bagi pemegang
surat berharga tersebut terhadap suatu hak. Surat berharga ini mudah
diperjualbelikan karena surat berharga ini dibuat dalam bentuk atas tunjuk (aan
order) ataupun dalam bentuk atas bawa ( aantoonder). Contoh surat berharga ini
48
Surat yang berharga adalah surat bukti tuntutan hutang yang sukar
diperjualbelikan, artinya adanya surat ini membuktikan bahwa si pemegang surat
yang namanya tercantum pada surat tersebut mempunyai hak menuntut uang
kepada debitur. Surat yang berharga ini mempunyai sifat yang sukar
diperjualbelikan karena ia sengaja dibuat dalam bentuk yang mempunyai akibat
hukum sukar diperjualbelikan. Bentuk tersebut adalah bentuk atas
47
Satrio J, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Undang-Undang (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hlm 67-69.
48
56
nama (opnaam). Dalam bentuk ini setiap surat yang berharga tersebut
penyerahannya dilakukan dengan cara cessie. Salah satu contoh dari surat yang
berharga ini adalah surat pengakuan utang atas nama, surat deposito berjangka,
tabanas, dan lain-lain.
3. Deposito pihak ketiga sebagai jaminan kredit usaha mikro
Menggunakan deposito sebagai agunan, atau jaminan kredit bank (cash
collateral), masih jarang dilakukan. Umumnya, orang menggunakan aset
berwujud sebagai barang jaminan, dan belum mengetahui bahwa deposito dan
tabungan bisa dipakai sebagai jaminan kredit juga di bank. Memang tidak semua
bank menerima jaminan dalam bentuk deposito, tetapi sejumlah bank besar seperti
Bank Mandiri, BNI, dan lain-lain, mengizinkan deposito yang tersimpan di bank
mereka untuk digunakan sebagai jaminan kredit bila mengambil kredit di bank
mereka.
Adanya penerimaan deposito sebagai jaminan kredit dilandaskan pada
Instruksi Presiden Nomor 28 tahun 1968, tentang Deposito yang ada kaitannya
dengan perkreditan pada angka 3 sub a yang menyatakan: “…berpegang pada
pertimbangan tersebut diatas maka perlu diadakan penyesuaian tentang ketentuan
mengenai seseorang yang memperoleh kredit dan mempunyai deposito, dimana
deposito berjangka yang bersangkutan dijadikan jaminan kredit.”
Fasilitas kredit dengan jaminan deposito dapat diberikan kepada debitur
yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah disyaratkan oleh pihak bank
dalam perjanjian kredit yang telah disepakati oleh pihak debitur dengan bank.
57
memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut kelebihan dan kelemahan memakai
deposito sebagai jaminan kredit untuk berusaha.
a. Kelebihan kredit dengan jaminan deposito
1) Nasabah bisa menjaga kepemilikan aset , jka tidak memiliki harta
berharga kecuali peninggalan keluarga, tidak perlu mempertaruhkan
warisan tersebut. Katakanlah satu-satunya aset yang dimiliki adalah
rumah yang sudah turun-temurun ditinggali beberapa generasi,
daripada menggunakannya sebagai jaminan, apabila pemilik rumah
memiliki deposito atau tabungan dalam jumlah cukup besar, maka
nasabah tersebut bisa menggunakannya sebagai jaminan.
2) Dengan menggunakan deposito sebagai jaminan kredit, akan
dikenakan bunga yang lebih kecil daripada bunga kredit umum. Bunga
yang harus dibayar ke bank dihitung dari bunga kredit biasa
dikurangi
berjaminan deposito jelas jauh lebih rendah daripada jaminan bentuk
lain, maka nasabah pun hanya perlu membayar bunga rendah. Bahkan
kabarnya ada yang menetapkan bunga kredit hanya 2-3% diatas bunga
deposito, yang berarti hanya perlu membayar bunga 2-3% itu saja.49
b. Kelemahan menggunakan deposito sebagai jaminan kredit
1) Bunga deposito umumnya jauh lebih rendah daripada bunga kredit.
Sehingga, ada kalanya menarik deposito dan terkena denda jadi lebih
49
58
baik secara ekonomis daripada menarik kredit dengan jaminan
deposito.
2) Deposito yang dijadikan jaminan tak bisa ditarik selama masa kredit.
Berbeda dengan ketika menggunakan mobil sebagai jaminan kredit,
nasabah masih bisa menggunakan mobil tersebut, atau ketika
menjaminkan rumah dan tanah, dimana bisa terus dihuni dan
memanfaatkan rumah. Selain itu, deposito yang dijadikan jaminan
praktis kehilangan manfaat bunganya, karena bunga kredit yang lebih
besar daripada bunga deposito tadi.
Terlepas dari kelemahan-kelemahan tersebut, adanya fasilitas ini
merupakan keunggulan sistem perbankan masa kini yang bisa dimanfaatkan.
Deposito dapat dijadikan jaminan untuk
bai
bisa jadi keputusan bagus maupun keputusan yang kurang tepat, tergantung
situasi.50
Saat ini, sulit rasanya untuk menjalankah suatu usaha tanpa mengambil
kredit, apapun jenis usaha kita. Kontraktor, sebelum pembayaran lunas, perlu
mengupayakan biaya operasional terlebih dahulu. Pedagang, sebelum barang
C. Tanggung Jawab Pemilik Deposito Pihak Ketiga Terhadap Jaminan Kredit Usaha Mikro
50
59
terjual tuntas, perlu membayar supplier dulu. Petani, sebelum mulai tanam, perlu
dana untuk membeli benih, pupuk, pembasmi hama, dan seribu satu keperluan
lainnya. Kekurangan uang tunai bisa mengakibatkan kegiatan usaha terhambat.
Oleh karena itu, kredit usaha telah menjadi bagian integral yang sulit dipisahkan
dalam bisnis.
Sebagian nasabah yang ingin mengambil kredit usaha mikro memilih
memakai jaminan deposito mereka. Deposito tersebut digadaikan atau digunakan
sebagai penjamin modal usaha yang mereka inginkan.
Pemilik deposito pihak ketiga yang ingin mengambil jaminanan untuk kredit usaha
mikro memilki tanggung jawab yang harus dipenuhi dan dilaksanakan sebagai suatu kewajiban
yang harus dipenuhi. Tanggung jawab pemilik deposito itu dapat kita lihat dengan adanya
kewajiban-kewajiban sebagai berikut :51
1. Wajib mengganti segala biaya yang telah dikeluarkan oleh pemegang
gadai ketika pemegang gadai berupaya mempertahankan keselamatan barang gadai, sesuai
dengan Pasal 1157 KUH Perdata.
2. Wajib menyerahkan barang gadai ke dalam penguasaan penerima gadai, sesuai dengan
Pasal 1152 KUH Perdata.
3. Wajib menerima pemberitahuan atas penjualan barang gadai guna pelunasan hutang yang
tidak dapat diselesaikan, sesuai Pasal 1155 KUHPerdata.
4. Wajib menyetujui perhitungan pelunasan atas hutang yang dijamin dengan gadai,
pelunasan mana berasal dari hasil penjualan barang gadai, sesuai dengan Pasal 1155 KUH
Perdata.
51
60
Pemilihan kredit usaha akan berpengaruh terhadap cashflow nasabah, jadi
harus mempertimbangkan plus-minusnya dengan seksama. Berikut hal-hal yang
perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk mengambil kredit usaha mikro
yang mempertaruhkan tabungan dan deposito pemegang hak sebagai nasabah. :52
1. Besar skala usaha
Kredit mikro umumnya diambil oleh mereka yang membutuhkan modal
kecil seperti petani dan pedagang pasar yang membutuhkan dana/biaya untuk
modal usaha. Plafon (batas atas) kredit mikro di bank besar nasional, misalnya,
biasanya lebih rendah dibanding plafon kredit dari golongan yang sama di bank
daerah atau BPR. Untuk itu, sebelum memutuskan untuk mengambil kredit dari
suatu bank, ada baiknya menanyakan plafon kredit dan besaran bunga kredit di
lembaga keuangan yang berbeda.
2. Jenis usaha
Berdasarkan cara pembayaran bunga dan pokok kredit, kredit usaha ada
dua tipe, yaitu pinjaman biasa dan pinjaman rekening koran. Dalam pinjaman
biasa, dana dari bank akan diberikan langsung kepada nasabah untuk
dipergunakan sesuai kebutuhan. Selanjutnya, perlu melakukan angsuran rutin
bunga dan pokok secara berkala (biasanya tiap bulan).
Pinjaman rekening koran diberikan oleh bank dalam bentuk rekening
koran, biasanya giro. Nasabah bisa menarik dari rekening tersebut untuk
kebutuhan usaha dengan cek/bilyet giro. Pembayaran rutin yang harus dilakukan
hanyalah bunga kredit dari besaran dana yang sudah ditarik dari rekening tersebut,
52
61
sedangkan pokok kredit hanya perlu dibayar setahun sekali atau di akhir masa
kredit. Tipe pinjaman ini cocok bagi usaha dengan cashflow tidak teratur seperti
konstruksi. Penarikan dana dari rekening bisa dilakukan hanya ketika dibutuhkan,
dan pembayarannya pun bisa disesuaikan dengan saat dana masuk.
3. Besar kredit yang diperlukan
Hal nomor satu yang perlu diingat adalah untuk tidak meminjam lebih dari
yang dibutuhkan. Nasabah harus membayar bunga untuk setiap rupiah uang yang
dipinjam lewat kredit usaha, alangkah mubazir nya jika ada kelebihan yang
akhirnya tak digunakan untuk keperluan yang penting. Tentukan besaran yang
62
BAB IV
PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA MIKRO DENGAN DEPOSITO PIHAK KETIGA SEBAGAI JAMINAN
A. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Pemberian Kredit Usaha Mikro dengan Deposito Pihak Ketiga sebagai Jaminan
Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang paling
terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan
dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat “percaya” untuk menempatkan
uangnya, pada produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisir dana dari
masyarakat, untuk ditempatkan pada banknya dan bank akan memberikan jasajasa
perbankan. Berdasarkan dua fungsi utama dari suatu bank, yaitu fungsi
pengerahan dana dan penyaluran dana, maka terdapat dua hubungan hukum antara
bank dan nasabah yaitu :53
Artinya bank menempatkan dirinya sebagai peminjam dana milik
masyarakat (para penanam dana). Bentuk hubungan hukum antara bank dan
nasabah menyimpan dana, dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari
produk-produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro, dan sebagainya.
Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank yang 1. Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana
53
Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank Dan Nasabah Terhadap Produk
63
bersangkutan dan syarat-syarat umum yang harus dipatuhi oleh setiap nasabah
penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus disesuaikan dengan produk
perbankan yang ada, karena syarat dari suatu produk perbankan tidak akan sama
dengan syarat dari produk perbankan yang lain. Dalam produk perbankan seperti
tabungan dan deposito, maka ketentuan dan syarat-syarat umum yang berlaku
adalah ketentun-ketentuan dan syarat-syarat umum hubungan rekening deposito
dan rekening tabungan.
2. Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur
Artinya bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya.
Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi, atau
kredit usaha kecil.54
Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi bahwa “perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih”.
Proses pemberian kredit usaha mikro dari pihak bank ke debitur dilakukan
berdasarkan perjanjian serta perikatan untuk menghindari adanya kesalahpahaman
dan wanprestasi. Pelaksanaan perjanjian deposito pihak ketiga sebagai jaminan
kredit usaha mikro dimulai dengan pembuatan perjanjian kredit.
55
54
Ibid., hlm.32-33.
Sementara perjanjian kredit merupakan perjanjian pemberian kredit antara
pemberi kredit dan penerima kredit”. setiap kredit yang telah disetujui dan
disepakati antara pemberi kredit dan penerima kredit wajib dituangkan dalam
bentuk perjanjian kredit. Dari perjanjian tersebut timbul suatu hubungan hukum
antara dua pihak pembuatnya yang dinamakan perikatan.
55
64
Hubungan hukum yaitu hubungan yang menimbulkan akibat hukum yang
dijamin oleh hukum atau undang-undang. Apabila salah satu pihak tidak
memenuhi hak dan kewajiban secara sukarela maka salah satu pihak dapat
menuntut melalui pengadilan. Sedangkan perikatan adalah suatu hubungan hukum
antara dua orang atau dua pihak, pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari
pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.
Pihak yang menuntut sesuatu disebut kreditor sedangkan pihak yang berkewajiban
memenuhi tuntutan disebut debitor.56
Perjanjian kredit bank dilaksanakan berdasarkan atas kesepakatan diantara kedua belah
pihak yaitu pihak bank sebagai kreditur dan pihak nasabah sebagaid debitur, yang dilandasi
dengan kepercayaan, terutama kepercayaan dari pihak bank sebagai pemberi kredit kepada
debiturnya.57
a. Terdapat kedua belah pihak serta ada persetujuan pinjam meminjamantar kreditur dan
debitur.
Menurut Halle, terjadinya perjanjian kredit harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
b. Mempunyai jangka waktu tertentu.
c. Hak kreditur untuk menuntut dan memperoleh pembayaran sertakewajiban debitur
untuk membayar prestasi yang diterima
Perjanjian kredit adalah suatu perjanjian pokok yang bersifat riil artinya terjadinya
perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada nasabah debitur. Perjanjian
kredit harus diikuti dengan penyerahan uang secara riil kepada debitur. Ada kemungkinan
pinjaman yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit tidak jadi dicairkan. Ini terjadi jika bank
56
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992), hlm.7.
57
65
mendapat informasi baru yang tidak menguntungkan tentang debitur. Ada juga kemungkinan
bahwa besarnya jumlah yang diserahkan berlainan dengan jumlah yang semula disetujui di
dalam perjanjian kredit.
Penting untuk diperhatikan bahwa sebelum menurunkan kolektibilitas kredit,bank akan
melakukan evaluasi yang mendalam terhadap debitur-debitur yangtermasuk dalam
kolektibilitas non performing loan. Ini penting karena penurunan kolektibilitas kredit akan
mempengaruhi kinerja bank yang bersangkutan, karena penilaian sehat tidaknya suatu bank
salah satunya ditentukan dari berapa besar non performing loan bank itu58
a. Prospek usaha.
. Untuk itu setiap
bank secara periodik selalu melakukan evaluasi debiturnya dengan menganalisa aspek-aspek
sebagai berikut :
b. Kondisi keungan dengan penekanan cash flo.
c. Kemampuan membayar.
Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan untuk menilai kualitas kredit, dan tidak dapat
dinilai terpisah satu sama lainnya.
Pelaksanaan perjanjian kredit dengan menggunakan deposito pihak ketiga
sebagai jaminan kredit usaha mikro ini dilakukan antara kedua belah pihak
melalui sebuah perikatan yang dibuat untuk mengesahkan dan menghindari
wanpestasi dari kedua belah pihak. Hal ini dapat kita lihat dengan tata cara
pengikatan deposito sebagai jaminan kredit usaha mikro.
Deposito termasuk dalam kategori benda bergerak yang tidak berwujud sehingga
dapat dibebani dengan hak gadai. Terhadap gadai atas benda bergerak tersebut maka hukum
58
66
yang berlaku adalah ketentuan dalam KUHPerdata pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160. Hak
gadai terjadi dengan penyerahan benda gadai secara nyata sehingga benda tersebut berada di
bawah kekuasaan kreditur. Hak kebendaan (jaminan) atas benda bergerak itu ada pada
pemegang gadai. Maka untuk mengikat deposito sebagai jaminan kredit, akan dilakukan
tahap-tahap pengikatan sebagai berikut :59
a. Pengikatan kredit sebagai perjanjian pokok dimana didalamnya disebutkan
jaminan kredit ini adalah deposito.
b. Pengikatan deposito dilakukan dengan pembuatan akta perjanjian gadai antara
pemilik deposito dengan pihak bank. Menurut hukum,akta perjanjian gadai dapat
dibuat secara sah dengan dilakukan secara notaril maupun dibawah tangan, dibuat
untuk menjamin perjanjian pokoknya yang berupa perjanjian kredit.
c. Untuk membebankan hak gadai maka setelah pembuatan akta perjanjian gadai
antara pemilik deposito dengan pihak bank, selanjutnya diikuti dengan
penyerahan bilyet deposito yang dijaminkan kepada pemeganggadai, dalam hal ini
pihak bank. Penyerahan tersebut merupakan penyerahanyang nyata, artinya bilyet
deposito itu harus benar-benar diserahkan dibawah kekuasaan bank, tidak boleh hanya
berdasarkan pada pernyataan dari pemberi gadai saja, tetapi benda itu masih berada
didalam kekuasaannya. Penyerahan nyata ini dilakukan bersamaan dengan penyerahan
yuridis, sehingga penyerahan tersebut merupakan unsur sahnya gadai.
d. Bersamaan dengan tahap ketiga, pemilik deposito/penjaminharus memberikan
kuasa kepada pemegang gadai/pihak bank untuk melakukan pencairan deposito dalam
hal pemilik deposito/debitur wanprestasi. Kuasa mencairkan deposito ini adalah juga
59
67
bentuk nyata penyerahan yuridis deposito kepada bank untuk memudahkan pihak
kreditur dalam melakukan pelunasan kredit yang dijamin dengan deposito tersebut.
e. Kreditur selaku penerima gadai deposito akan melakukan pemblokiran
atas deposito jaminan tersebut sesuai dengan jangka waktu perjanjian kreditnya.
Artinya sepanjang kredit sebagai perjanjian pokok belum dilunasi maka sepanjang itu
pula deposito jaminan diblokir.
Umumnya isi klausula yang tercantum dalam perjanjian kredit dapat
digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:60
a. Klausula hukum (legal clauses). Klausula Hukum adalah klausula yang
berisikan ketentuan-ketentuan hukum yang biasanya berlaku untuk
pemberian fasilitas kredit. Termasuk dalam klausula ini antara lain seperti
klausula perlindungan Bank, debet rekening, condition precedent,
pernyataan dana jaminan (representation and warranties), covenant dan
lain-lain.
b. Klausula komersial (commercial clauses). Klausula komersial adalah
klausula yang berkaitan dengan aspek komersial dalam pemberian fasilitas
kredit, seperti jenis fasilitas kredit, jumlah fasilitas kredit, jangka waktu
kredit, ketentuan pembayaran besarnya angsuran, ketentuan tentang denda
dan bunga, asuransi, dan lain-lain.
Tanggung jawab dari pemilik deposito ini dilakukan berdasarkan
perjanjian antara kedua belah pihak, dimana perjanjian tersebut dibuat dalam akta
dibawah tangan. Akta dibawah tangan adalah surat atau tulisan yang dibuat oleh
60
68
para pihak tidak melalui perantara pejabat yang berwenang untuk dijadikan alat
bukti. Jadi dibuat hanya diantara kedua pihak yang berkepentingan.
B. Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Mikro pada PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan
Pelaksanaan pemberian kredit usaha mikro pada bank merupakan suatu
proses pemberian kredit yang dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan bank yang
bersangkutan. Setiap bank memiliki syarat dan ketentuan sendiri yang berpacu
kedalam segala peraturan yang mengatur.
PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan merupakan salah satu bank yang
ikut serta dalam pembrian kredit usaha mikro kepada para nasabah. Pelaksanaan
pemeberian kredit ini sudah diterapkan dan terlaksana dengan baik oleh pihak
yang bersangkutan selama bertahun-tahun. Banyak pihak yang membutuhkan
dana untuk usaha mengambil kredit yang berjenis kredit usaha mikro kepada
pihak Bank Mandiri.
Sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan dan telah dijalankan ke PT.
Bank Mandiri Cabang Panyabungan, maka dapat ditarik kesimpulan yang nyata
dari pelakasanaan pemberian kredit usaha mikro pada PT. Bank Mandiri Cabang
Panyabungan. Pelaksanaan pemberian kredit usaha mikro oleh PT. Bank Mandir
Cabang Panyabungan, dilakukan sesuai prosedur yang sudah diterapkan oleh PT.
Bank Mandiri, pihak cabang hanya mengikuti semua melaksanakan semua proses
69
1. Mendatangi pihak marketing (pemasaran) PT. Bank Mandiri Cabang
Panyabungan.
Calon peminjam kredit usaha mikro wajib untuk mendatangi bagian
marketing PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan. Di bagian marketing PT.
Bank Mandiri Cabang Panyabungan ini calon peminjam akan diberikan informasi
mengenai Idbi (Infomasi Debitur).
Tujuan dilakukannya Idbi oleh pihak bank antara lain adalah untuk melihat
history calon peminjam kredit usaha mikro yang mengajukan pijaman, apakah ia
telah meminjam pinjaman kredit usaha mikro di bank lain atau tidak. Jika calon
peminjam terbukti telah memiliki pinjaman di bank lain, maka secara mutlak
pihak bank akan menolak dan membatalkan pemberian pinjaman kredit usaha
mikro yang telah diajukan oleh calon peminjam. Tetapi jika calon peminjam
belum atau tidak ada meminjam kredit usaha ke bank lain, maka permohonan
peminjaman akan diproses oleh pihak PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan.
2. Proses menuju pemberian kredit
Calon peminjam harus melengkapi data-data pribadi mereka secara benar
dan sesuai dengan biodata asli calon peminjam. Calon peminjam harus memenuhi
syarat-syarat yang telah diberikan oleh pihak PT. Bank Mandiri Cabang
Panyabungan. Syarat-syarat tersebut antara lain :
a. KTP
b. Kartu Keluarga dan surat nikah
c. Pas foto 4x6-2 lembar (suami & istri)
70 e. Rekening listrik/telepon/PAM/PBB
f. NPWP (untuk limit 50 jt keatas)
PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan menetapkan untuk mendapatkan
pinjaman kredit calon pemijan harus memiliki agunan sebagai penjamin kredit
yang diambilnya. Agunan tersebut berupa BPKB Mobil/Motor, SHM/SHBG.
Tetapi walaupun calon peminjam mengagunkan BPKB Mobil/Motor,
SHM/SHBG, pihak bank juga harus menilai dan berhak tahu, apakah jaminan
yang diagunkan sesuai dengan jumlah uang yang akan dipinjam calon peminjam
tadi. Pihak bank harus tahu berapa harga permeter tanah yang permeter di lokasi
tanah yang akan diagunkan (jika yang diagunkan tanah), dan pihak bank juga
berhak tahu berapa harga mobil yang diagunkan dengan melihat keterangan
transaksi dan melihat perkiraan pertahun dari mobil tersebut (jika yang diagunkan
adalah mobil).
3. Perjanjian Kredit
Setiap kredit yang telah disepakati oleh pemberi kredit (Kreditor) dan
penerima kredit (Debitor) maka wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian yaitu
perjanjian kredit. Perjanjian itu sendir diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata.
Perjanjian kredit sendiri berakar pada perjanjian pinjam meminjam sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 1754 KUHPerdata.
Perjanjian kredit antara Bank dengan nasabah Debitor merupakan
perjanjian pokok, dan sebagaimana perjanjian pada umumnya harus memenuhi
syarat umum yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu :
71
b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan,
c. suatu hal tertentu,
d. suatu sebab yang halal.
Pemberian kredit usaha mikro oleh PT. Bank Mandiri Cabang
Panyabungan, dilakukan sesuai dengan aturan yang mengikat dan perjanjian
kredit. Dalam setiap pemberian kredit bank wajib menggunakan akad kredit
secara tertulis sebagai alat bukti. Perjanjian tersebut berbentuk baku atau standart,
yaitu perjanjian yang dibuat secara sepihak oleh pihak bank, sedangkan pihak
calon peminjam hanya menyetujui atau menyepakati isi perjanjian tersebut.
Perjanjian dapat dibuat secara autentik maupun dibawah tangan.
Pihak Bank Mandiri Cabang Panyabungan melakukan perjanjian kredit
kepada calon peminjam dilihat dan disaksikan oleh seorang Notaris. Notaris
menyaksikan dan ikut serta dalam proses penandatanganan perjanjian kredit
tersebut, sehingga kekuatan hokum dari perjajian tersebut menjadi kuat dan sah
dimata hukum.
Perjanjian kredit antara calon peminjam dan pihak PT. Bank Mandiri
Cabang Panyabungan berisikan perjanjian yang mengandung unsur-unsur sebagai
berikut :
a. Persetujuan dan kesepakatan pinjam meminjam.
b. Adanya kesepakatan antara para pihak yang nama dan identitasnya
disebutkan secara jelas dan tegas dalam perjanjian tersebut, agar di
kemudian hari tidak terjadi masalah antara pihak bank dengan pihak lain.
72
d. Adanya kewajiban untuk melunasi hutang yang apabila wanprestasi dapat
menimbulkan akibat hukum secara pidana maupun perdata. Debitor
bertanggung jawab penuh dalam pelunasan hutang.
e. Biasanya dalam suatu perjanjian kredit bank, diberi jangka waktu yang
tertentu. Umumnya 2 tahun, namun jangka waktu tersebut berkaitan erat
dengan jumlah kedit yang dipinjam.
f. Adanya bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
g. Bank memberikan kredit pasti juga dengan adanya keuntungan yang
didapat. Bank menetapkan bunga yang harus dipenuhi oleh si nasabah
bank, yang juga merupakan kewajibannya untuk dilunasi.
Selesai perjanjian kredit antara PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan
dan calon peminjam dilakukan dan ditandatangani oleh para pihak didepan
Notaris, maka sejak saat itu perjanjian kredit untuk kredit usaha mikro sudah
terjalin secara sah.
C. Pengawasan Pengajuan Pemberian Kredit Usaha Mikro pada PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan
1. Pengawasan kredit secara umum
sejak analisis kredit dan merupakan suatu upaya untuk menjaga agar apa yang
yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit. Tjoekam
menyatakan bahwa ”pengawasan kredit adalah usaha untuk mengetahui dan
73
(deviation) dari kesepakatan bank dan debitur dalam proses kegiatan perkreditan,
yang kemudian menjadi penyebab kredit bermasalah dan mendatangkan kerugian
bagi bank dan debitur”61
Proses pengawasan dimulai dari kredit yang diberikan, dilakukan
pemeriksaan, apakah terjadi penyimpangan dari perjanjian antara pihak debitur
dengan bank. Pada tahap ini, penyimpangan-penyimpangan tersebut
diidentifikasikan dan dicari tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya
penyimpangan tersebut. Penyebab penyimpangan ini bisa dari pihak bank maupun
dari pihak debitur. Penyebab dari pihak bank misalnya struktur organisasi yang
lemah dari pihak bank, kurang akurat dalam melakukan penelitian sebelum
memberikan kredit, dan sebagainya, dan dari pihak debitur biasanya penyebabnya
adalah menurunnya kondisi keuangan perusahaan.
Pengawasan kredit ini lebih merupakan upaya untuk menjaga dan
mengamankan kredit yang bersifat preventif. Pengawasan kredit ini juga
merupakan suatu sistem dalam pengelolahan kredit yang berfungsi sebagai
penutup kelemahan dalam proses perkreditan. Oleh karena itu, pengawasan kredit
harus mampu memberikan feedback agar tindak lanjut perbaikan segera dapat
dilaksanakan.
62
Setelah dilakukan analisa terhadap penyebab penyimpangan tersebut,
maka disusunlah suatu program untuk memperbaikinya. Dari pelaksanaan
program itu nantinya akan dibandingkan dengan suatu standar yang baku dalam
menentukan kolektibilitas kredit. Dalam tahap ini, kredit akan dikelompokkan
61
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) (Jakarta : Bank Indonesia, 2001).
62
74
dalam kelompok lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan
macet. Hasil pengelompokan ini nantinya akan dapat menggambarkan actual
performance, dan setelah melihat actual performance lagi dan begitulah
selanjutnya.
Pihak perbankan juga akan mempertimbangkan beberapa aspek yang
mempengaruhi dalam pemberian kredit, diantaranya:63
a. Aspek hukum, Penilain ini akan meneliti akte pendirian perusahaan, Surat
Izin Usaha, tanda daftar perusahaan, NPWP dan keabsahan surat yang
dijaminkan. Aspek hukum sangat penting karena walaupun semua aspek
yang ada cukup layak, tetapi apabila secara hukum dokumen yang
diberikan tidak sah, maka semua perjanjian dianggap batal.
b. Aspek pemasaran, yang dinilai adalah permintaan terhadap produk yang
dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya
bagaimana, misalnya pemasaran produknya minimal 3 tahun yang lalu
rencana penjualan dari produksi untuk 3 tahun yang akan datang, peta
kekuatan penting, dan prospek produk secara keseluruhan.
c. Aspek keuangan, yang dimiliki adalah sumber-sumber dana yang dimiliki
untuk membiayai usahanya dan bangaimana penggunaan data tersebut.
Penilaian ini dilihat dari cash flow, payback, dan break even point.
d. Aspek teknis, yang dinilai adalah masalah yang berkaitan dengan
produksi, seperti lokasi dan mesin yang digunakan.
63
75
e. Aspek manajemen, yang dinilai adalah struktur organisasi perusahaan,
sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman
sumber daya manusianya dan pengalaman perusahaan dalam mengelolah
berbagai proyek yang ada.
f. Aspek sosial ekonomi, menganalisis dampak terhadap perekonomian dan
masyarakat umum, seperti mengurangi pengangguran, meningkatkan
ekspor dan lain-lain.
g. Aspek amdal, menyangkut analisis apakah kredit yang diberikan tersebut
nantinya akan digunakan untuk proyek yang dapat mengalami pencemaran
lingkungan atau tidak.
Pihak bank melakukan analisis seperti yang tersebut diatas, maka
selanjutnya mereka akan melakukan wawancara. Wawancara ini akan dilakukan
dalam dua tahap. Pada tahap pertama, bertujuan untuk mendapatkan keyakinan
apakah berkas-berkas tersebut sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak
bank, sekaligus untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang
sebenarnya. Sebelum dilakukannya wawancara tahap kedua, maka akan dilakukan
terlebih dahulu pemeriksaan lapangan. Pada tahap ini pihak bank akan melakukan
pemeriksaan langsung kelapangan dengan meninjau berbagai aspek yang akan
dijadikan usaha atau jaminan.64
Data yang diperoleh dari pemeriksaan lapangan nantinya akan dicocokan
dengan hasil dari wawancara tahap pertama. Biasanya, dalam melakukan
pemeriksaan lapangan, calon nasabah tidak akan diberi tahu sebelumnya agar
64
76
dapat dilihat langsung kondisi yang sebenarnya. Setelah itu, akan dilakukan
wawancara tahap kedua. Pada tahap ini dilihat apakah ada kesesuaian dan
mengandung kebenaran antara wawancara tahap pertama dengan pemeriksaan
lapangan.
Setelah melalui tahapan tersebut dan melalui proses rekomendasi dari
pejabat bank yang terkait, maka akan ada keputusan kredit yang disetujui atau
ditolak. Jika permohonan ditolak, maka akan dikirimkan surat penolakan yang
disertai alasannya. Dan jika kredit disetujui, maka akan dibuat persetujuan kredit
yang berisi jenis kredit, jumlah kredit yang diterima, jangka waktu, biaya-biaya
yang harus dibayar, suku bunga, jaminan kredit dan ketentuan lainnya. Setelah
dilakukan penandatanganan surat-surat yang diperlukan, maka kredit dapat
direalisasikan. Realisasi kredit ini dapat dilakukan secara bertahap ataupun
sekaligus, sesuai dengan ketentuan dan tujuan kredit.65
Pihak PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan yang melakukan survey ke
lapangan tidak hanya melihat jenis usaha yang diajukan oleh calon peminjam,
2. Pengawasan kredit pada PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan
Pihak Bank Mandiri melakukan survey dan wawancara langsung
kelapangan setelah calon peminjam mengajukan pinjaman ke pihak bank. Survey
dan wawancara yang dilakukan oleh pihak Bank Mandiri ini bertujuan untuk
melihat langsung usaha dan bagaimana penerapan serta perkembangannya, hal
tersebut dilakukan agar tidak terjadi kredit macet atau hal-hal yang tidak
diinginkan oleh kedua belah pihak.
65
77
tetapi petugas survey juga akan melihat jenis agunan yang telah diagunkan oleh si
calon peminjam, jika yang diagunkan adalah tanah maka petugas survey dari PT.
Bank Mandiri Cabang Panyabungan akan melihat dan mendatangi lokasi letak
dari tanah tersebut, dan apabila yang diagunkan adalah BPKB, maka petugas akan
memeriksa dan melihat langsung kendaraan yang diagunkan tersebut.
Calon peminjam dalam proses pemberian kredit ini harus memiliki jenis
usaha yang sudah dijalankan, bukan baru akan dijalankan atau baru beberapa
bulan dijalankan. PT. Bank Mandiri seluruh Indonesia memberikan ketentuan
bahwa untuk mengajukan permohonan kredit usaha mikro, calon peminjam harus
menjalankan usahnya minimal 2 tahun. Ketentuan dari PT. Bank Mandiri inilah
yang sampai saat ini masih diikuti oleh PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan.
Petugas survey yang ditugaskan oleh PT. Bank Mandiri Cabang
Panyabungan memberikan data yang sebenar-benarnya kepada pihak Bank
Mandiri, data tersebut merupakan hasil survey yang telah ia dapatkan dari calon
peminjam. Apabila hasil survey yang telah didapatkan tersebut sesuai dengan
ketentuan yang tlah ditetapkan oleh pihak PT. Bank Mandiri Cabang
Panyabungan, maka calon peminjam berhak mendapatkan pinjaman dari PT. Bank
Mandiri Cabang Panyabungan.
Data yang akan dipinjamkan kepada peminjam atas kredit usaha mikro ini
akan disalurkan secara langsung oleh PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan
kepada calon peminjam yang telah lulus hasil survey dan wawancara tadi.
Penyaluran dana tersebut dilakukan melalui rekening calon peminjam, maka dari
78
D. Eksekusi Pengawasan Penggunaan Kredit Usaha Mikro Pada PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan
Eksekusi terhadap barang jaminan di bank timbul akuibat adanya
pelanggaran yang menyimpang dari dari ketentuan perjanjian yang telah
disepakati oleh pihak bank dan peminjam. Perjanjian yang dilanggar berupa
perjanjian kredit yang bersifat sah dan kuat dimata hukum, karena disaksikan oleh
pejabat yang berwenang (Notaris).
Penyimpangan dari ketentuan perjanjian kredit oleh debitur merupakan
salah satu gejala awal yang wajib diamati bank karena dibalik gejala itu sering
kali tersirat berbagai macam hal yang dapat menjuruskan kredit ke dalam kasus
kredit bermasalah. Salah satu contoh penyimpangan dari ketentuan perjanjian
kredit adalah permintaan debitor untuk memperpanjang jangka waktu kredit yang
akan jatuh tempo tanpa mengajukan alasan kuat mengapa mereka menghendaki
perpanjangan tersebut. Contoh penyimpangan yang lain adalah keterlambatan
pembayaran bunga atau cicilan kredit yang telah jatuh tempo. Apabila diamati
secara cermat, ada kemungkinan diketahui bahwa permintaan perpanjangan
jangka waktu kredit atau keterlambatan pembayaran bunga atau cicilan kredit
tersebut disebabkan karena debitur mengalami kesulitan likuiditas keuangan.
Bilamana likuiditas keuangan debitur tersebut hanya bersifatsementara (misalnya
terjadi karena para pelanggan debitor terlambat mambayar utang dagang mereka)
maka keterlambatan debitur membayar bunga atau cicilan kredit dapat dianggap
tidak serius. Akan tetapi apabila dari hasil pengamatan bank diketahui kondisi
79
kemampuan mereka membayar bunga dan kredit induk dimasa yang akan datang
diragukan, maka penyimpangan debitur dari ketentuan perjanjian kredit dapat
dikategorikan sebagai masalah yang serius. Dalam hal ini bank harus segera
mengambil tindakan penyelamatan.
Sebagai catatan dapat dikemukakan bahwa memperpanjang jangka waktu
kredit tanpa alasan kuat dan perhitungan yang matang, besar risikonya untuk
berkembang menjadi kredit bermasalah.66
1. Penurunan kondisi keuangan debitur
Penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
Gejala penurunan kondisi keuangan debitur erat hubungannya dengan
penyimpangan debitur dari ketentuan perjanjian kredit. Hampir pada semua
kejadian, setiap kali debitur menyimpang dari ketentuan perjanjian kredit, bank
akan segera meneliti kondisi keuangan mereka. Gejala penurunan kondisi
keuangan debitur korporasi atau perusahaan dapat dideteksi, antara lain dari
perkembangan pos-pos neraca dan daftar laba/rugi mereka selama beberapa masa
berurutan.
Gejala penurunan kondisi keuangan debitur korporasi atau perusahaan
dapat dideteksi, antara lain dari perkembangan pos-pos neraca dan daftar laba/rugi
mereka selama beberapa masa berurutan. Dalam hal ini, data (termasuk daftar
keuangan dan informasi pendukungnya), berbagai macam informasi yang lain
serta catatan tentang perkembangan prestasi bisnis dan keuangan debitur yang
66
80
terkumpul dalam arsip dokumen kredit merupakan bahan masukan yang sangat
berguna bagi bank untuk menganalisis kondisi keuangan debitur.
2. Penyajian laporan keuangan secara tidak benar
Salah satu cara untuk menyembunyikan penurunan kondisi keuangan yang
sering dilakukan debitur adalah menyampaikan laporan keuangan dan bahan
masukan lain yang telah direkayasa sebelumnya. Dengan demikian apabila bank
tidak meneliti bahan masukan tadi dengan cermat, mereka akan mendapat
gambaran yang salah tentang kondisi keuangan perusahaan debitur. Neraca dan
daftar laba/rugi (terutama yang tidak diaudit oleh kantor akuntan publik) adalah
salah satu bahan laporan yang dapat disajikan oleh debitur secara tidak benar.
Penyajian neraca dan daftar laba/rugi secara tidak benar dapat terjadi
karena disengaja guna menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya, atau karena
kurangnya pengetahuan debitur akan prosedur akunting yang benar. Hal yang
kedua sering terjadi pada perusahaan kecil. Apabila bank mengetahui bahwa
neraca dan daftar laba/rugi perusahaan yang diserahkan debitur secara sengaja
telah direkayasa, mereka harus mengambil kesimpulan bahwa kredit yang telah
diberikan kepada debitur dalam keadaan tidak aman. Oleh karena itu, mereka
harus segera mengambil tindakan pengamanan yang diperlukan.67
3. Menurunnya sikap kooperatif debitur
Hubungan baik antara debitur dan kreditur, dimana kedua belah pihak
saling percaya dan bersikap terbuka, mempunyai peranan penting atas
67
81
keberhasilan bank memantau perkembangan mutu kredit yang telah mereka
salurkan. Menurunnya hubungan baik yang sebabnya bersumber pada pihak
debitur akan mempersulit bank melanjutkan tugasnya memonitor perkembangan
mutu kredit. Seringkali penurunan hubungan baik dari pihak debitur itu menjadi
salah satu tanda bakal munculnya kredit bermasalah.
Sikap kurang kooperatif debitur dapat terbentuk keengganan mereka
menyampaikan informasi keuangan yang diperlukan bank, termasuk menunda
penyerahan neraca dan daftar laba/rugi bulanan, kwartalan atau tahunan. Bentuk
kurang kooperatif yang lain adalah keengganan mereka mendiskusikan situasi
keuangan dan usaha bisnis yang sedanga dihadapi, atau menghindari pertemuan
dengan para eksekutif bank yang ditugaskan memonitor kredit.68
4. Penurunan nilai jaminan
Sebagian besar barang jaminan yang disediakan para debitor tidak dapat
dikuasai penuh oleh kreditor. Kebanyakan bank hanya menguasai dokumen bukti
kepemilikan barang jaminan, misalnya sertifikat tanah atau BPKB kendaraaan
bermotor. Fisik barang jaminan itu sendiri, seperti tanah, gedung bangunan, mesin
dan peralatan, peralatan konstruksi bangunan, kendaraan, persediaan bahan dan
barang jadi masih tetap dikuasai para debitur. Oleh karena dipergunakan untuk
menjalankan operasi perusahaan, nilai barang yang dijaminkan dapat berubah
(naik atau turun) dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan usaha 95
perusahaan. Barang yang dijaminkan, seperti kapal laut, pesawat terbang, mobil,
dan sebagainya, dapat dipindahkan tempatnya sehingga sulit dicari, lenyap atau
68
82
dilenyapkan oleh debitor. Apabila lenyap atau dilenyapkan, nilai barang jaminan
dapat turun sampai nol.
Selain itu, pada saat kesulitan dana, debitor dapat menjual barang telah
mereka jaminkan seperti persediaan bahan, kendaraan dan sebagainya tanpa
sepengetahuan kreditor. Saldo persediaan bahan baku dan bahan pembantu dapat
menurun karena perusahaan mempergunakan dana pembelian bahan baku untuk
keperluan lain. Saldo persediaan dapat juga turun karena para pemasok bahan
baku dan bahan pembantu meragukan kemampuan perusahaan membayar utang
pembelian bahan, sehingga tidak mau lagi memasok bahan. Di lain pihak, saldo
piutang dagang yang dijaminkan debitor kepada bank dapat berkurang karena
kegiatan produksi dan penjualan barang atau jasa mereka menurun. Oleh karena
jumlah produksi dan penjualan berkurang, perusahaan yang bersangkutan tidak
dapat mengkreditkan hasil produksinya sebanyak masa-masa sebelumnya.
Melalui uraian diatas tampak bahwa besar kemungkinan menurunnya nilai
barang-barang yang dijaminkan debitor kepada bank terjadi karena mereka
mengalami kesulitan keuangan. Oleh karena itu, apabila bank melihat adanya
trend penurunan nilai barang yang dijaminkan, mereka harus segera meneliti
sebab-sebab penurunan nilai tersebut, antara lain dengan jalan melakukan inspeksi
di lapangan.
Bagi bank, turunnya nilai barang yang dijaminkan dapat mendatangkan
dua macam masalah. Pertama, nilai barang jaminan dapat menjadi lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah saldo kredit yang terutang. Kedua, turunnya jumlah
83
jadi dapat menyebabkan turunnya jumlah produksi, penjualan, dan keuntungan
debitor. Hal tersebut berakibat menurunkan kemampuan mereka melunasi
kredit.69
Eksekusi dari pihak PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan ini
memberikan bekas bagi si debitur yang menerimanya. Artinya disini, sang debitur
yang telah bermasalah dan menerima eksekusi dari PT. Bank Mandiri Cabang
Panyabungan telah masuk kedalam daftar balck list, sehingga ia tidak
diperbolehkan lagi untuk meminjam jenis kredit apapun di PT. Bank Mandiri Penyimpangan-penyimpangan dari debitur terhadap pihak bank diataslah
yang merupakan suatu hal yang dapat menyebabkan adanya eksekusi dari
prosedur yang ada di setiap bank. Proses eksekusi diberbagai bank tentunya
berbeda-beda, karena dijalankan sesuai dengan ketentuan dari bank tersebut.
PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan dalam menjalankan eksekusi
terhadap debitor yang menyimpang dijalankan sesuai prosedur yang sudah ada
dari PT. Bank Mandiri itu sendiri. Pada PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan
sendiri, pihak bank memiliki hak atas agunan yang telah disepakati sebelumnya,
sehingga mereka berhak menarik dan menjual barang yang telah diagunkan.
Menurut pihak PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan, dalam hal
peminjaman kredit tidak ada sanksi dari pemerintah yang mengatur mengenai
proses eksekusi barang jaminan yang akan dijalankan pihak bank. Segala masalah
yang timbul dan harus diselesaikan dengan proses eksekusi, akan berlaku dan
dijalankan sesuai dengan syarat dan ketentuan dari pihak bank yang bersangkutan.
69
84
seluruh Indonesia. Dan tidak menutup kemungkinan ia juga akan sulit meminjam
85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembahasan dari berbagai permasalahan yang ada tentang Pelaksanaan
Deposito Pihak Ketiga Dalam Hal Pemberian Kredit Usaha Mikro pada PT. Bank
Mandiri Cabang Panyabungan, menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Peranan perbankan dalam pemberian kredit usaha mikro sebagai salah satu
bentuk kegiatan usaha bank adalah berperan sangat besar dalam pelaksanaan
dan penerapan kredit usaha mikro yang dibutuhkan masyarakat. Bank
merupakan wadah yang dipakai oleh pemerintah dalam membantu
masyarakat, yang dikhusukan dalam pemberian kredit. Undang-Undang
Perbankan merupakan suatu wujud nyata dari pemerintah sebagai bentuk
kepedulian terhadap masyarakat Indonesia. Peraturan pemerintah ini
membahas mengenai prosedur serta syarat dari pihak bank dalam pemberian
kredit dalam masyarakat. Dalam pemberian kredit kepada masyarakat, pihak
bank mengenal 5 prinsip dasar, yaitu prinsip kepercayaan ( fiduciary relation
principle ), prinsip kehati-hatian (prudential principle), prinsip kerahasiaan
(secrecy principle), prinsip mengenal nasabah ( know how costumer principle.
2. Deposito pihak ketiga sebagai jaminan kredit usaha mikro merupakan suatu
jaminan yang diberikan oleh pihak terkait kepada bank sebagai jaminan untuk
mengajukan kredit. Adanya penerimaan deposito sebagai jaminan kredit
86
yang ada kaitannya dengan perkreditan pada angka 3 sub a yang menyatakan:
“…berpegang pada pertimbangan tersebut diatas maka perlu diadakan
penyesuaian tentang ketentuan mengenai seseorang yang memperoleh kredit
dan mempunyai deposito, dimana deposito berjangka yang bersangkutan
dijadikan jaminan kredit.” Pemilik deposito pihak ketiga yang ingin mengambil
jaminanan untuk kredit usaha mikro memilki tanggung jawab yang harus dipenuhi dan
dilaksanakan sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhi. Tanggung jawab pemilik
deposito ini ditentukan oleh pihak bank sendiri.
3. Pelaksanaan pemberian kredit usaha mikro dengan deposito pihak ketiga
sebagai jaminan kredit merupakan suatu aspek penting dalam upaya
pemberian pinjaman dari kreditur kepada debitur. Pihak bank, yaitu PT. Bank
Mandiri Cabang Panyabungan merupakan salah satu bank yang ikut serta
dalam pemberian kredit usaha mikro kepada nasabah. Pihak Bank Mandiri
Cabang Panyabungan memberikan pinjaman kredit usaha mikro kepada
masyarakat, guna untuk membantu proses usaha atau sebagai modal usaha si
peminjam. Tentu saja PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan memberikan
pinjaman dengan sangat hati-hati dan dengan proses yang cukup panjang
sehinggan dana pinjaman dikeluarkan dan dapat dipergunakan oleh pihak si
87
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Pemerintah seharusnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait
pinjaman kredit yang sering dipergunakan oleh masyarakat. Penyuluhan
tersebut bertujuan agar masyarakat lebih mengetahui segala peraturan yang
ada, dan lebih mengerti tentang hak dan perlindungan mereka didalam
mengambil kredit. Pihak bank juga harus lebih konsisten memberikan
pinjaman kepada masyarakat yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang sesuai yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 junto
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Sehingga
masyarakat sebagai pihak yang diutamakan dalam hal ini lebih terlindungi.
2. Pemerintah seharusnya mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang
lengkap dan sesuai dengan jaminan masyarakat, yaitu deposito. Karena sampai
saat ini peraturan tentang deposito sebagai barang jaminan hanya sebatas
Instruksi Presiden, dan bukan merupakan suatu peraturan
perundang-undangan yang sudah disahkan. Tujuan dari pengesahan dan pelaksanaan
peraturan tersebut adalah agar masyarakat Indonesia yang mengajukan
pinjaman ke bank dengan mengagunkan deposito dapat terlindungi dan dapt
mendapatkan hak sesuai dengan yang seharusya.
3. Pihak PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan seharusnya tidak memberikan
syarat yang terlalu berat kepada masyarakat yang ingin mengajukan pinjaman
ke Bank Mandiri. Syarat yang terlalu berta disini adalah, minimal waktu usaha
88
usaha. Karena banyak pengusaha yang berasal dari masyarakat kecil yang
membutuhkan dana bantuan, tetapi mereka belum menjalankan usaha mereka
selama 2 tahun. Maka dari itu usaha yang dijalankan selama 12 bulan sudah
cukup menjadi salah satu syarat dalam upaya pengajuak kredit untuk usaha
24 BAB II
PERANAN PERBANKAN DALAM PEMBERIAN KREDIT USAHA MIKRO SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KEGIATAN USAHA BANK
Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/
pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah dalam bentuk pemberian
modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha
produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun
sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan
penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30%
ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka
meningkatkan akses UMKM pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu
Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM).
Kredit Usaha Mikro merupakan program pemerintah yang dilaksanakan
melalui perbankan, guna untuk membantu para nasabah. Dalam dunia perbankan
jenis kredit ini masuk kedalam Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat
merupakan kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi kepada UMKM di
bidang usaha yang produktif dan layak namun belum bankable dengan plafon
sampai dengan Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang dijamin oleh
perusahaan penjamin.11
11
25
Kredit Usaha Rakyat membagi jenis usaha untuk mempermudah sistem
pelaksanaannya, sistem-sistem ini dibuat untuk membedakan jenis-jenis pinjaman,
sesuai dengan kapasitas serta kemampuan dari nasabah. Pembagian jenis
pinjaman tersebut adalah :
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri.
3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri.
4. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum.12
A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Kredit Usaha Mikro
Secara umum yang dimasuk dengan Kredit Usaha Mikro adalah
program-program dari bank untuk pemberian pinjaman dengan jumlah kecil yang
diperuntukkan bagi masyarakat menengah kebawah, untuk memulai berwirausaha
yang mendatangkan penghasilan, sehingga memungkinkan masyarakat untuk
hidup lebih sejahtera.
Kredit usaha mikro merupakan kredit modal kerja dan investasi yang
diberikan oleh bank, bukan bank atau Lembaga Keuangan Pelaksana (LKP)
kepada usaha mikro guna pembiayaan usaha yang produktif, dimana tujuannya
untuk meningkatkan akses usaha mikro terhadap dana pinjaman untuk
pembiayaan investasi dan modal kerja dengan persyaratan yang ringan dan
12