• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Terhadap Deposito Pihak Ketiga Dalam Kredit Usaha Mikro (Studi PT. Bank Mandiri cab. Payabungan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Yuridis Terhadap Deposito Pihak Ketiga Dalam Kredit Usaha Mikro (Studi PT. Bank Mandiri cab. Payabungan)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

89

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdullah. Manajemen Perbankan. Malang : UUM Press, 2005.

Bako Ronny Sautma Hotma. Hubungan Bank dan Nasabah terhadap produk 1 tabungan dan deposito. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.

Budi, Untung. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta : Andi, 2000.

Djuhaenda, R, Hasan. Lembaga Jaminan Kebendaan bagi tanah dan benda lain yang melekat pada tanah dalam konsepsi penerapan asas pemisahan horizontal (Suatu konsep menyongsong lahirnya lembaga Hak Tanggungan). Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996.

Djumhana, Muhammad. Hukum Perbankan Di Indonesia. Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1993.

Hasibuan, SP. Malayu. Dasar-dasar Perbankan . Jakarta : Bumi, 2001.

Honarto, Ronald,. Aspek Hukum Perlindungan Konsumen, Analisis Klausula Baku Pada Perjanjian Sewa Menyewa Safe Deposit Box Milik Bank Mega dan Bank Rakyat Indonesia. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012.

Ibrahim, Johannes. Bank Sebagai Lembaga Intermediasi Dalam Hukum Positif. Bandung : Utomo, 2004.

Ismail, Manajemen Perbankan. Jakarta : Kencana Predana Media Group, 2010.

J, Satrio. Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Undang-Undang. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perikatan. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992.

Muhammad, Bahsan. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Nurul Dewi Musjtari. Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah . Yogyakarta: Nuha Medika.

(2)

90

Sabiq, Sayid. Fiqh As-Sunnah. Beirut : Juz 3, Dar Al-Fikr, 1981.

Simorangkir, OP. Pokok-Pokok Hukum Perikatan danHukum Jaminan. Yogyakarta: Liberty 1984.

Sinungan, Muchdasyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Siswanto, Sutojo. Menangani Kredit Bermasalah: Konsep, teknik, dan kasus. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1997.

Suhardjono. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah. Makasar : UPP AMP YKPN, 2003.

Suyatno, Thomas. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995.

Untung, Budi. Analisis Kredit Perbankan Tinjauan Secara Legal . Yogyakarta: Andi Offset, 2011.

Tjoekam. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil: Konsep, Teknik & Kasus. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Widiyono, Try. Agunan Kredit Dalam Financial Engineering. Bogor : Ghalia Indonesia, 2009.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.06/2003 Tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil.

(3)

91 C. Website

http://www. digilib.unimed.ac.id (diakses tanggal 25 April 2015).

http://www.ciputraentrepreneurship.com (diakses tanggal 25 April2015).

(diakses 02

November 2015).

(diakses 02

November 2015).

Desember 2015).

Desember 2015).

http://www.seputarforex.com/menggunakan_deposito_sebagai_jaminan_kredit (diakses 05 Desember 2015).

(4)

45

BAB III

DEPOSITO PIHAK KETIGA SEBAGAI JAMINAN KREDIT USAHA MIKRO

A. Pengaturan Tentang Jaminan Kredit Dalam Hukum Positif

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.31 Jaminan

(rahn) menurut istilah syara’ adalah menjadikan benda yang memiliki nilai harta

dalam pandangan syara’ sebagai jaminan untuk utang, dengan ketentuan

dimungkinkan untuk mengambil semua utang, atau mengambil sebagiannya dari

benda (jaminan) tersebut. Secara umum jaminan kredit diartikan sebagai

penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung

pembayaran kembali suatu utang.32

Pembiayaan yang diberikan oleh bank banyak mengandung risiko,

sehingga bank dalam pelaksanaannya harus memperhatikan asas-asas

pembiayaan. Guna mengurangi risiko kerugian dalam pemberian pembiayaan

maka diperlukan jaminan. Faktor adanya jaminan inilah yang harus diperhatikan

oleh bank. Maka keberadaan jaminan diatur dalam Pasal 8 UU Perbankan

ditentukan bahwa “Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai

31

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Pasal 1 angka 11.

32

(5)

46

keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya

sesuai yang diperjanjikan”.33

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

(UUPS) digunakan istilah agunan untuk memaknai suatu jaminan, yaitu “Agunan

adalah jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak

bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan kepada bank, dalam rangka

pemberian fasilitas kredit pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”.34

Berdasarkan pengertian tersebut, nilai dan legalitas jaminan yang dikuasai oleh

bank atau yang disediakan oleh debitur harus cukup untuk menjamin fasilitas

kredit yang diterima nasabah/debitur. Barang-barang yang diterima bank harus

dikuasai atau diikat secara yuridis, baik berupa akta dibawah tangan maupun akta

otentik.35

Jaminan dalam hukum positif mempunyai kedudukan sebagai pemberi

kepastian hukum kepada kreditur atas pengembalian modal/pinjaman/kredit yang

ia berikan kepada debitur, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia

untuk dieksekusi, bila perlu dapat diuangkan untuk melunasi hutang debitur. Nilai

benda jaminan harus lebih tinggi dari jumlah modal/pinjaman/kredit, dengan

harapan ketika terjadi wanprestasi atau kredit macet maka jaminan itu dapat

33

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 233.

34

Dewi Nurul Musjtari, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah (Yogyakarta: Nuha Medika, 2012), hlm. 92.

35

(6)

47

menutup (mengcover) pinjaman yang kreditur berikan.36

1. Jaminan yang mempunyai sifat kebendaan (jaminan kebendaan), yaitu dapat

berupa barang tidak bergerak, misalnya tanah, rumah, gedung, rumah/toko,

dan sebagainya. Atau dapat berupa barang bergerak, misalnya motor, mobil,

bus, alat-alat perkantoran, barang-barang perhiasan, dan sebagainya.

Jaminan dalam hukum

positif dibedakan menjadi dua macam yaitu:

2. Jaminan yang mempunyai sifat perorangan (jaminan perorangan), yaitu dapat

berupa perjanjian penangguhan utang (borgtocht) seperti jaminan pribadi

(personal guaranty) dan jaminan perusahaan (corporate guaranty).37

Penyerahan jaminan pembiayaan oleh debitur kepada bank dapat dikaitkan

baik secara langsung maupun tidak langsung dengan peraturan

perundang-undangan di Indonesia, antara lain dalam ketentuan UU Perbankan dan diperbarui

lagi dengan UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Beberapa ketentuan UU Perbankan yang berkaitan dengan jaminan kredit

diantaranya mengenai:

1. Keharusan penyerahan jaminan kredit oleh debitur, bahwa jaminan kredit

merupakan salah satu syarat dalam pemberian kredit perbankan di Indonesia.

2. Kemungkinan bank membeli jaminan dalam hal debitur tidak memenuhi

kewajibannya kepada bank dapat diketahui dari ketentuan Pasal 12 A ayat 91

UU Perbankan sebagai berikut:

“Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela

36

Dewi Nurul Musjtari, Op.Cit., hlm. 93. 37

(7)

48

oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya”.38

a. menjaga barang yang digadaikan sebaik–baiknya,

Ketentuan tersebut di atas mengandung pengertian keharusan adanya suatu

jaminan yang memungkinkan untuk dibeli oleh bank. Indonesia memilki Lembaga

Jaminan, lembaga jaminan tersebut meliputi antara lain sebagai berikut :

1. Gadai

Pasal 1150 KUHPerdata merumuskan gadai sebagai hak kebendaan yang

diperoleh kreditur (penerima gadai) atas suatu barang bergerak yang diserahkan

kepadanya (benda gadai), oleh pemilik benda gadai atau orang lain atas namanya

(pemberi gadai), yang memberikan kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil

pelunasan dari hasil penjualan benda gadai tersebut secara didahulukan dari

kreditur lainnya (kecuali biaya lelang dan biaya penyelamatan benda gadai).

Gadai memberikan hak dan kewajiban bagi pemegang dan pemilik gadai

yang diatur dalam KUH Perdata. Kewajiban penerima gadai diatur dalam pasal

1154, 1156 dan 1157 KUH Perdata, yaitu :

b. tidak diperkenalkan mengalihkan barang yang digadaikan

menjadi miliknya, walaupun pemberigadai wanprestasi (Pasal 1154 KUH

Perdata),

c. memberitahukan kepada pemberi gadai tentang pemindahan barang–

barang gadai (Pasal 1156 KUH Perdata),

38

(8)

49

d. bertanggung jawab atas kerugian atau susutnya barang gadai, sejauh hal itu

terjadi akibat kelalaiannya (Pasal 1157 KUH Perdata).

Hak dan kewajiban pemberi gadai, yaitu :

a. menerima uang gadai dari penerima gadai,

b. berhak atas barang gadai, apabila hutang pokok, bunga dan biaya lainnya

telah dilunasinya,

c. berhak menuntut kepada pengadilan supaya barang gadai dijual untuk

melunasi hutang–hutangnya(Pasal 1156 KUH Perdata),

d. menyerahkan barang gadai kepada penerima gadai,

e. membayar pokok dan sewa modal kepada penerima gadai,

f. membayar biaya yang dikeluarkan oleh penerima gadai untuk

menyelamatkan barang–barang gadai (Pasal 1157 KUH Perdata).

Objek Gadai berupa benda-benda bergerak dan benda tidak berwujud

(surat berharga). Bentuk perjanjian Gadai adalah bebas. Pemberian hak gadai

dapat dilakukan baik secara tertulis (akta otentik atau akta dibawah tangan)

maupun secara lisan. Perjanjian gadai merupakan perjanjian riil, yaitu baru terjadi

perjanjian setelah barang Gadai diserahkan kepada penerima gadai (Pasal 1152

KUH Perdata).39

39

(9)

50 2. Fidusia

Lembaga jaminan fidusia diatur dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun

1999 tentang Jaminan Fidusia. Fidusia adalah penyerahan hak milik berdasarkan

kepercayaan atas barang bergerak, dengan tetap menguasai barang-barang

tersebut. Pasal 1 angka 1 undang-undang tersebut memberikan pengertian Fidusia

sebagai, “Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar

kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan

tersebut tetap dalam penguasaan benda pemilik benda.” Objek jaminan Fidusia

berupa benda bergerak yang tidak dapat dibebanih hak tanggungan atau hipotik,

utang yang ada, utang yang akan ada dan utang yang pada saat eksekusi dapat

ditetapkan (Pasal 3 dan 7 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999). Sifat Jaminan

Fidusia adalah accessoir dan bersifat kebendaan.40

Hak tanggungan diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996

tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan

tanah. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang tersebut menyebutkan, “Hak Tanggungan

adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu

kesatuan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur lain”. 3. Hak Tanggungan

41

40

Ibid.

41

(10)

51 4. Hipotik

Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tidak bergerak

untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan (Pasal

1162 KUHPerdata). Hipotik yang telah mendapat pengaturan dalam KUHPerdata

dan dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 , maka sepanjang

mengenai tanah, hipotik dinyatakan tidak berlaku lagi. Objek jaminan hipotik

adalah pesawat terbang dan kapal dengan berat kotor 20 m3.42

Deposito menurut UU Perbankan Indonesia 1992 Junto 1998 Pasal 1 ayat

(7) adalah, “Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu

tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank”. Sedangkan

menurut Muchdarsyah Sinungan mengatakan bahwa deposito adalah simpanan

dana pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dalam jangka waktu tertentu

menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan.

B. Deposito Pihak Ketiga Sebagai Jaminan Kredit Usaha Mikro

Sebelum membahas mengenai deposito pihak ketiga sebagai jaminan

kredit usaha mikro, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai apa itu deposito,

jenis-jenis deposito dan surat berharga yang ada di deposito. Berikut

penjelasannya :

1. Pengertian dan jenis deposito

43

42

Ibid.

43

(11)

52

Deposito merupakan salah satu bentuk penyerahan dana oleh nasabah

untuk disimpan pada bank, dimana mengandung pengertian bahwa bank yang

menerima simpanan berhak untuk memakai dana tersebut sekehendaknya untuk

keperluan apapun juga dan nasabah penyimpan dana sementara tidak mempunyai

hak apapun mengenai tujuan pemakaian dana tersebut oleh bank. Hak nasabah

penyimpan dana semata-mata hanya berupa hak menagih dan mendapatkan

kembali dana tersebut, karena uang atau dana yang telah diserahkan oleh nasabah

penyimpan dana kepada bank adalah uang milik bank selama dalam penyimpanan

bank.44

44

Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah terhadap produk tabungan dan deposito (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), hlm 37.

Pihak-pihak dalam deposito, pihak-pihak yang terdapat dalam deposito

yaitu:

a. Deposan

Kepemilikannya dapat terdiri dari suatu badan atau perseorangan yang ada

dalam masyarakat.

b. Depositoris

Terdiri dari bank-bank yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Simpanan

deposito yang ditempatkan oleh deposan kepada suatu bank berdasarkan

(12)

53

Menurut OP.Simorangkir dalam bukunya “Seluk Beluk Bank Komersial”,

membagi deposito beberapa jenis, yaitu :45

Deposito berjangka adalah suatu piutang atas nama deposan (pemilik

uang) kepada penerbit deposito (dalam hal ini adalah bank) karena deposito ini

merupakan suatu piutang atas nama maka tidak dapat

dipindahtangankan/diperjualbelikan. Bunga deposito berjangka dibayar setiap

bulan pada hari bayarnya atau sekaligus pada saat jatuh tempo dan dapat dijadikan

jaminan kredit.

a. Deposito Berjangka (time deposit)

46

Simpanan uang milik pribadi yang penarikannya dilakukan sesuai dengan Mengenai cara penyerahannya, maka dilakukan menurut ketentuan Pasal

613 ayat (1) dan (2) KUH Perdata, yang berbunyi sebagai berikut ,

“ Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau dibawah tangan, dengan nama hak-hak kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain”.“Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya, melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya, atau secara tertulis disetujui dan diakuinya”.

Menurut Pasal 613 ayat (1) dan (2) KUH Perdata ini setiap piutang atas

nama penyerahannya dilakukan dengan cessie yaitu dengan akta otentik atau akta

dibawah tangan yang menyatakan bahwa piutang telah dipindahkan kepada

seseorang.

b. Deposito On Call

45

OP. Simorangkir dalam Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan danHukum Jaminan (Yogyakarta: Liberty 1984), hlm. 54.

46

(13)

54

kebutuhan pihak deposan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak

bank. Pemberitahuan itu dilakukan tergantung kepada perjanjian yang diadakan

antara pihak deposan dengan pihak banknya.

Adanya penerimaan deposito sebagai jaminan kredit dilandaskan pada

Instruksi Presiden Nomor 28 tahun 1968, tentang Deposito yang ada kaitannya

dengan perkreditan pada angka 3 sub a yang menyatakan: “…berpegang pada

pertimbangan tersebut diatas maka perlu diadakan penyesuaian tentang ketentuan

mengenai seseorang yang memperoleh kredit dan mempunyai deposito, dimana

deposito berjangka yang bersangkutan dijadikan jaminan kredit.” Fasilitas kredit

dengan jaminan deposito dapat diberikan kepada debitur yang telah memenuhi

ketentuan-ketentuan yang telahdisyaratkan oleh pihak bank dalam perjanjian

kredit yang telah disepakati oleh pihak debitur dengan bank.

c. Demand Deposito (rekening 54oran giro)

Penyimpan dapat menyimpan/menarik dananya pada / dari bank setiap saat

dikehendaki.

d. Deposito Automatic Roll-Over

Yaitu uang deposan secara otomatis diperhitungkan bunganya, begitu

deposito habis jangka waktunya. Uang deposan akan terus diberi bunga

seandainya deposan lupa menarik deposito yang sudah jatuh tempo.

e. Sertifikat Deposito

Yaitu simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti

penyimpanannya dapat dipindah tangankan. Sertifikat Deposito biasa juga disebut

(14)

55

yang diterbitkan oleh bank atas sejumlah uang yang telah diserahkan kepada bank

untuk suatu jangka waktu dengan mendapat bunga sebagai imbalannya serta dapat

diperjualbelikan dengan mudah diserahkan kepada bank untuk suatu jangka waktu

dengan mendapat bunga sebagai imbalannya serta dapat diperjualbelikan dengan

mudah.47

adalah sertifikat deposito, wesel bank, sertifikat saham, sertifikat dana, obligasi

dan lain-lain.

2. Deposito sebagai surat berharga dan surat yang berharga

Surat berharga adalah surat bukti tuntutan hutang, pembawa hak dan

mudah diperjualbelikan, maksudnya adalah bahwa suatu surat berharga yang

dimiliki/berada pada tangan seseorang merupakan suatu alat bukti bagi pemegang

surat berharga tersebut terhadap suatu hak. Surat berharga ini mudah

diperjualbelikan karena surat berharga ini dibuat dalam bentuk atas tunjuk (aan

order) ataupun dalam bentuk atas bawa ( aantoonder). Contoh surat berharga ini

48

Surat yang berharga adalah surat bukti tuntutan hutang yang sukar

diperjualbelikan, artinya adanya surat ini membuktikan bahwa si pemegang surat

yang namanya tercantum pada surat tersebut mempunyai hak menuntut uang

kepada debitur. Surat yang berharga ini mempunyai sifat yang sukar

diperjualbelikan karena ia sengaja dibuat dalam bentuk yang mempunyai akibat

hukum sukar diperjualbelikan. Bentuk tersebut adalah bentuk atas

47

Satrio J, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Undang-Undang (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hlm 67-69.

48

(15)

56

nama (opnaam). Dalam bentuk ini setiap surat yang berharga tersebut

penyerahannya dilakukan dengan cara cessie. Salah satu contoh dari surat yang

berharga ini adalah surat pengakuan utang atas nama, surat deposito berjangka,

tabanas, dan lain-lain.

3. Deposito pihak ketiga sebagai jaminan kredit usaha mikro

Menggunakan deposito sebagai agunan, atau jaminan kredit bank (cash

collateral), masih jarang dilakukan. Umumnya, orang menggunakan aset

berwujud sebagai barang jaminan, dan belum mengetahui bahwa deposito dan

tabungan bisa dipakai sebagai jaminan kredit juga di bank. Memang tidak semua

bank menerima jaminan dalam bentuk deposito, tetapi sejumlah bank besar seperti

Bank Mandiri, BNI, dan lain-lain, mengizinkan deposito yang tersimpan di bank

mereka untuk digunakan sebagai jaminan kredit bila mengambil kredit di bank

mereka.

Adanya penerimaan deposito sebagai jaminan kredit dilandaskan pada

Instruksi Presiden Nomor 28 tahun 1968, tentang Deposito yang ada kaitannya

dengan perkreditan pada angka 3 sub a yang menyatakan: “…berpegang pada

pertimbangan tersebut diatas maka perlu diadakan penyesuaian tentang ketentuan

mengenai seseorang yang memperoleh kredit dan mempunyai deposito, dimana

deposito berjangka yang bersangkutan dijadikan jaminan kredit.”

Fasilitas kredit dengan jaminan deposito dapat diberikan kepada debitur

yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah disyaratkan oleh pihak bank

dalam perjanjian kredit yang telah disepakati oleh pihak debitur dengan bank.

(16)

57

memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut kelebihan dan kelemahan memakai

deposito sebagai jaminan kredit untuk berusaha.

a. Kelebihan kredit dengan jaminan deposito

1) Nasabah bisa menjaga kepemilikan aset , jka tidak memiliki harta

berharga kecuali peninggalan keluarga, tidak perlu mempertaruhkan

warisan tersebut. Katakanlah satu-satunya aset yang dimiliki adalah

rumah yang sudah turun-temurun ditinggali beberapa generasi,

daripada menggunakannya sebagai jaminan, apabila pemilik rumah

memiliki deposito atau tabungan dalam jumlah cukup besar, maka

nasabah tersebut bisa menggunakannya sebagai jaminan.

2) Dengan menggunakan deposito sebagai jaminan kredit, akan

dikenakan bunga yang lebih kecil daripada bunga kredit umum. Bunga

yang harus dibayar ke bank dihitung dari bunga kredit biasa

dikurangi

berjaminan deposito jelas jauh lebih rendah daripada jaminan bentuk

lain, maka nasabah pun hanya perlu membayar bunga rendah. Bahkan

kabarnya ada yang menetapkan bunga kredit hanya 2-3% diatas bunga

deposito, yang berarti hanya perlu membayar bunga 2-3% itu saja.49

b. Kelemahan menggunakan deposito sebagai jaminan kredit

1) Bunga deposito umumnya jauh lebih rendah daripada bunga kredit.

Sehingga, ada kalanya menarik deposito dan terkena denda jadi lebih

49

(17)

58

baik secara ekonomis daripada menarik kredit dengan jaminan

deposito.

2) Deposito yang dijadikan jaminan tak bisa ditarik selama masa kredit.

Berbeda dengan ketika menggunakan mobil sebagai jaminan kredit,

nasabah masih bisa menggunakan mobil tersebut, atau ketika

menjaminkan rumah dan tanah, dimana bisa terus dihuni dan

memanfaatkan rumah. Selain itu, deposito yang dijadikan jaminan

praktis kehilangan manfaat bunganya, karena bunga kredit yang lebih

besar daripada bunga deposito tadi.

Terlepas dari kelemahan-kelemahan tersebut, adanya fasilitas ini

merupakan keunggulan sistem perbankan masa kini yang bisa dimanfaatkan.

Deposito dapat dijadikan jaminan untuk

bai

bisa jadi keputusan bagus maupun keputusan yang kurang tepat, tergantung

situasi.50

Saat ini, sulit rasanya untuk menjalankah suatu usaha tanpa mengambil

kredit, apapun jenis usaha kita. Kontraktor, sebelum pembayaran lunas, perlu

mengupayakan biaya operasional terlebih dahulu. Pedagang, sebelum barang

C. Tanggung Jawab Pemilik Deposito Pihak Ketiga Terhadap Jaminan Kredit Usaha Mikro

50

(18)

59

terjual tuntas, perlu membayar supplier dulu. Petani, sebelum mulai tanam, perlu

dana untuk membeli benih, pupuk, pembasmi hama, dan seribu satu keperluan

lainnya. Kekurangan uang tunai bisa mengakibatkan kegiatan usaha terhambat.

Oleh karena itu, kredit usaha telah menjadi bagian integral yang sulit dipisahkan

dalam bisnis.

Sebagian nasabah yang ingin mengambil kredit usaha mikro memilih

memakai jaminan deposito mereka. Deposito tersebut digadaikan atau digunakan

sebagai penjamin modal usaha yang mereka inginkan.

Pemilik deposito pihak ketiga yang ingin mengambil jaminanan untuk kredit usaha

mikro memilki tanggung jawab yang harus dipenuhi dan dilaksanakan sebagai suatu kewajiban

yang harus dipenuhi. Tanggung jawab pemilik deposito itu dapat kita lihat dengan adanya

kewajiban-kewajiban sebagai berikut :51

1. Wajib mengganti segala biaya yang telah dikeluarkan oleh pemegang

gadai ketika pemegang gadai berupaya mempertahankan keselamatan barang gadai, sesuai

dengan Pasal 1157 KUH Perdata.

2. Wajib menyerahkan barang gadai ke dalam penguasaan penerima gadai, sesuai dengan

Pasal 1152 KUH Perdata.

3. Wajib menerima pemberitahuan atas penjualan barang gadai guna pelunasan hutang yang

tidak dapat diselesaikan, sesuai Pasal 1155 KUHPerdata.

4. Wajib menyetujui perhitungan pelunasan atas hutang yang dijamin dengan gadai,

pelunasan mana berasal dari hasil penjualan barang gadai, sesuai dengan Pasal 1155 KUH

Perdata.

51

(19)

60

Pemilihan kredit usaha akan berpengaruh terhadap cashflow nasabah, jadi

harus mempertimbangkan plus-minusnya dengan seksama. Berikut hal-hal yang

perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk mengambil kredit usaha mikro

yang mempertaruhkan tabungan dan deposito pemegang hak sebagai nasabah. :52

1. Besar skala usaha

Kredit mikro umumnya diambil oleh mereka yang membutuhkan modal

kecil seperti petani dan pedagang pasar yang membutuhkan dana/biaya untuk

modal usaha. Plafon (batas atas) kredit mikro di bank besar nasional, misalnya,

biasanya lebih rendah dibanding plafon kredit dari golongan yang sama di bank

daerah atau BPR. Untuk itu, sebelum memutuskan untuk mengambil kredit dari

suatu bank, ada baiknya menanyakan plafon kredit dan besaran bunga kredit di

lembaga keuangan yang berbeda.

2. Jenis usaha

Berdasarkan cara pembayaran bunga dan pokok kredit, kredit usaha ada

dua tipe, yaitu pinjaman biasa dan pinjaman rekening koran. Dalam pinjaman

biasa, dana dari bank akan diberikan langsung kepada nasabah untuk

dipergunakan sesuai kebutuhan. Selanjutnya, perlu melakukan angsuran rutin

bunga dan pokok secara berkala (biasanya tiap bulan).

Pinjaman rekening koran diberikan oleh bank dalam bentuk rekening

koran, biasanya giro. Nasabah bisa menarik dari rekening tersebut untuk

kebutuhan usaha dengan cek/bilyet giro. Pembayaran rutin yang harus dilakukan

hanyalah bunga kredit dari besaran dana yang sudah ditarik dari rekening tersebut,

52

(20)

61

sedangkan pokok kredit hanya perlu dibayar setahun sekali atau di akhir masa

kredit. Tipe pinjaman ini cocok bagi usaha dengan cashflow tidak teratur seperti

konstruksi. Penarikan dana dari rekening bisa dilakukan hanya ketika dibutuhkan,

dan pembayarannya pun bisa disesuaikan dengan saat dana masuk.

3. Besar kredit yang diperlukan

Hal nomor satu yang perlu diingat adalah untuk tidak meminjam lebih dari

yang dibutuhkan. Nasabah harus membayar bunga untuk setiap rupiah uang yang

dipinjam lewat kredit usaha, alangkah mubazir nya jika ada kelebihan yang

akhirnya tak digunakan untuk keperluan yang penting. Tentukan besaran yang

(21)

62

BAB IV

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA MIKRO DENGAN DEPOSITO PIHAK KETIGA SEBAGAI JAMINAN

A. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Pemberian Kredit Usaha Mikro dengan Deposito Pihak Ketiga sebagai Jaminan

Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang paling

terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan

dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat “percaya” untuk menempatkan

uangnya, pada produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisir dana dari

masyarakat, untuk ditempatkan pada banknya dan bank akan memberikan jasajasa

perbankan. Berdasarkan dua fungsi utama dari suatu bank, yaitu fungsi

pengerahan dana dan penyaluran dana, maka terdapat dua hubungan hukum antara

bank dan nasabah yaitu :53

Artinya bank menempatkan dirinya sebagai peminjam dana milik

masyarakat (para penanam dana). Bentuk hubungan hukum antara bank dan

nasabah menyimpan dana, dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari

produk-produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro, dan sebagainya.

Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank yang 1. Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana

53

Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank Dan Nasabah Terhadap Produk

(22)

63

bersangkutan dan syarat-syarat umum yang harus dipatuhi oleh setiap nasabah

penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus disesuaikan dengan produk

perbankan yang ada, karena syarat dari suatu produk perbankan tidak akan sama

dengan syarat dari produk perbankan yang lain. Dalam produk perbankan seperti

tabungan dan deposito, maka ketentuan dan syarat-syarat umum yang berlaku

adalah ketentun-ketentuan dan syarat-syarat umum hubungan rekening deposito

dan rekening tabungan.

2. Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur

Artinya bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya.

Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi, atau

kredit usaha kecil.54

Pasal 1313 KUH Perdata memberikan definisi bahwa “perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih”.

Proses pemberian kredit usaha mikro dari pihak bank ke debitur dilakukan

berdasarkan perjanjian serta perikatan untuk menghindari adanya kesalahpahaman

dan wanprestasi. Pelaksanaan perjanjian deposito pihak ketiga sebagai jaminan

kredit usaha mikro dimulai dengan pembuatan perjanjian kredit.

55

54

Ibid., hlm.32-33.

Sementara perjanjian kredit merupakan perjanjian pemberian kredit antara

pemberi kredit dan penerima kredit”. setiap kredit yang telah disetujui dan

disepakati antara pemberi kredit dan penerima kredit wajib dituangkan dalam

bentuk perjanjian kredit. Dari perjanjian tersebut timbul suatu hubungan hukum

antara dua pihak pembuatnya yang dinamakan perikatan.

55

(23)

64

Hubungan hukum yaitu hubungan yang menimbulkan akibat hukum yang

dijamin oleh hukum atau undang-undang. Apabila salah satu pihak tidak

memenuhi hak dan kewajiban secara sukarela maka salah satu pihak dapat

menuntut melalui pengadilan. Sedangkan perikatan adalah suatu hubungan hukum

antara dua orang atau dua pihak, pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.

Pihak yang menuntut sesuatu disebut kreditor sedangkan pihak yang berkewajiban

memenuhi tuntutan disebut debitor.56

Perjanjian kredit bank dilaksanakan berdasarkan atas kesepakatan diantara kedua belah

pihak yaitu pihak bank sebagai kreditur dan pihak nasabah sebagaid debitur, yang dilandasi

dengan kepercayaan, terutama kepercayaan dari pihak bank sebagai pemberi kredit kepada

debiturnya.57

a. Terdapat kedua belah pihak serta ada persetujuan pinjam meminjamantar kreditur dan

debitur.

Menurut Halle, terjadinya perjanjian kredit harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

b. Mempunyai jangka waktu tertentu.

c. Hak kreditur untuk menuntut dan memperoleh pembayaran sertakewajiban debitur

untuk membayar prestasi yang diterima

Perjanjian kredit adalah suatu perjanjian pokok yang bersifat riil artinya terjadinya

perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada nasabah debitur. Perjanjian

kredit harus diikuti dengan penyerahan uang secara riil kepada debitur. Ada kemungkinan

pinjaman yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit tidak jadi dicairkan. Ini terjadi jika bank

56

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992), hlm.7.

57

(24)

65

mendapat informasi baru yang tidak menguntungkan tentang debitur. Ada juga kemungkinan

bahwa besarnya jumlah yang diserahkan berlainan dengan jumlah yang semula disetujui di

dalam perjanjian kredit.

Penting untuk diperhatikan bahwa sebelum menurunkan kolektibilitas kredit,bank akan

melakukan evaluasi yang mendalam terhadap debitur-debitur yangtermasuk dalam

kolektibilitas non performing loan. Ini penting karena penurunan kolektibilitas kredit akan

mempengaruhi kinerja bank yang bersangkutan, karena penilaian sehat tidaknya suatu bank

salah satunya ditentukan dari berapa besar non performing loan bank itu58

a. Prospek usaha.

. Untuk itu setiap

bank secara periodik selalu melakukan evaluasi debiturnya dengan menganalisa aspek-aspek

sebagai berikut :

b. Kondisi keungan dengan penekanan cash flo.

c. Kemampuan membayar.

Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan untuk menilai kualitas kredit, dan tidak dapat

dinilai terpisah satu sama lainnya.

Pelaksanaan perjanjian kredit dengan menggunakan deposito pihak ketiga

sebagai jaminan kredit usaha mikro ini dilakukan antara kedua belah pihak

melalui sebuah perikatan yang dibuat untuk mengesahkan dan menghindari

wanpestasi dari kedua belah pihak. Hal ini dapat kita lihat dengan tata cara

pengikatan deposito sebagai jaminan kredit usaha mikro.

Deposito termasuk dalam kategori benda bergerak yang tidak berwujud sehingga

dapat dibebani dengan hak gadai. Terhadap gadai atas benda bergerak tersebut maka hukum

58

(25)

66

yang berlaku adalah ketentuan dalam KUHPerdata pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160. Hak

gadai terjadi dengan penyerahan benda gadai secara nyata sehingga benda tersebut berada di

bawah kekuasaan kreditur. Hak kebendaan (jaminan) atas benda bergerak itu ada pada

pemegang gadai. Maka untuk mengikat deposito sebagai jaminan kredit, akan dilakukan

tahap-tahap pengikatan sebagai berikut :59

a. Pengikatan kredit sebagai perjanjian pokok dimana didalamnya disebutkan

jaminan kredit ini adalah deposito.

b. Pengikatan deposito dilakukan dengan pembuatan akta perjanjian gadai antara

pemilik deposito dengan pihak bank. Menurut hukum,akta perjanjian gadai dapat

dibuat secara sah dengan dilakukan secara notaril maupun dibawah tangan, dibuat

untuk menjamin perjanjian pokoknya yang berupa perjanjian kredit.

c. Untuk membebankan hak gadai maka setelah pembuatan akta perjanjian gadai

antara pemilik deposito dengan pihak bank, selanjutnya diikuti dengan

penyerahan bilyet deposito yang dijaminkan kepada pemeganggadai, dalam hal ini

pihak bank. Penyerahan tersebut merupakan penyerahanyang nyata, artinya bilyet

deposito itu harus benar-benar diserahkan dibawah kekuasaan bank, tidak boleh hanya

berdasarkan pada pernyataan dari pemberi gadai saja, tetapi benda itu masih berada

didalam kekuasaannya. Penyerahan nyata ini dilakukan bersamaan dengan penyerahan

yuridis, sehingga penyerahan tersebut merupakan unsur sahnya gadai.

d. Bersamaan dengan tahap ketiga, pemilik deposito/penjaminharus memberikan

kuasa kepada pemegang gadai/pihak bank untuk melakukan pencairan deposito dalam

hal pemilik deposito/debitur wanprestasi. Kuasa mencairkan deposito ini adalah juga

59

(26)

67

bentuk nyata penyerahan yuridis deposito kepada bank untuk memudahkan pihak

kreditur dalam melakukan pelunasan kredit yang dijamin dengan deposito tersebut.

e. Kreditur selaku penerima gadai deposito akan melakukan pemblokiran

atas deposito jaminan tersebut sesuai dengan jangka waktu perjanjian kreditnya.

Artinya sepanjang kredit sebagai perjanjian pokok belum dilunasi maka sepanjang itu

pula deposito jaminan diblokir.

Umumnya isi klausula yang tercantum dalam perjanjian kredit dapat

digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:60

a. Klausula hukum (legal clauses). Klausula Hukum adalah klausula yang

berisikan ketentuan-ketentuan hukum yang biasanya berlaku untuk

pemberian fasilitas kredit. Termasuk dalam klausula ini antara lain seperti

klausula perlindungan Bank, debet rekening, condition precedent,

pernyataan dana jaminan (representation and warranties), covenant dan

lain-lain.

b. Klausula komersial (commercial clauses). Klausula komersial adalah

klausula yang berkaitan dengan aspek komersial dalam pemberian fasilitas

kredit, seperti jenis fasilitas kredit, jumlah fasilitas kredit, jangka waktu

kredit, ketentuan pembayaran besarnya angsuran, ketentuan tentang denda

dan bunga, asuransi, dan lain-lain.

Tanggung jawab dari pemilik deposito ini dilakukan berdasarkan

perjanjian antara kedua belah pihak, dimana perjanjian tersebut dibuat dalam akta

dibawah tangan. Akta dibawah tangan adalah surat atau tulisan yang dibuat oleh

60

(27)

68

para pihak tidak melalui perantara pejabat yang berwenang untuk dijadikan alat

bukti. Jadi dibuat hanya diantara kedua pihak yang berkepentingan.

B. Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Mikro pada PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan

Pelaksanaan pemberian kredit usaha mikro pada bank merupakan suatu

proses pemberian kredit yang dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan bank yang

bersangkutan. Setiap bank memiliki syarat dan ketentuan sendiri yang berpacu

kedalam segala peraturan yang mengatur.

PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan merupakan salah satu bank yang

ikut serta dalam pembrian kredit usaha mikro kepada para nasabah. Pelaksanaan

pemeberian kredit ini sudah diterapkan dan terlaksana dengan baik oleh pihak

yang bersangkutan selama bertahun-tahun. Banyak pihak yang membutuhkan

dana untuk usaha mengambil kredit yang berjenis kredit usaha mikro kepada

pihak Bank Mandiri.

Sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan dan telah dijalankan ke PT.

Bank Mandiri Cabang Panyabungan, maka dapat ditarik kesimpulan yang nyata

dari pelakasanaan pemberian kredit usaha mikro pada PT. Bank Mandiri Cabang

Panyabungan. Pelaksanaan pemberian kredit usaha mikro oleh PT. Bank Mandir

Cabang Panyabungan, dilakukan sesuai prosedur yang sudah diterapkan oleh PT.

Bank Mandiri, pihak cabang hanya mengikuti semua melaksanakan semua proses

(28)

69

1. Mendatangi pihak marketing (pemasaran) PT. Bank Mandiri Cabang

Panyabungan.

Calon peminjam kredit usaha mikro wajib untuk mendatangi bagian

marketing PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan. Di bagian marketing PT.

Bank Mandiri Cabang Panyabungan ini calon peminjam akan diberikan informasi

mengenai Idbi (Infomasi Debitur).

Tujuan dilakukannya Idbi oleh pihak bank antara lain adalah untuk melihat

history calon peminjam kredit usaha mikro yang mengajukan pijaman, apakah ia

telah meminjam pinjaman kredit usaha mikro di bank lain atau tidak. Jika calon

peminjam terbukti telah memiliki pinjaman di bank lain, maka secara mutlak

pihak bank akan menolak dan membatalkan pemberian pinjaman kredit usaha

mikro yang telah diajukan oleh calon peminjam. Tetapi jika calon peminjam

belum atau tidak ada meminjam kredit usaha ke bank lain, maka permohonan

peminjaman akan diproses oleh pihak PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan.

2. Proses menuju pemberian kredit

Calon peminjam harus melengkapi data-data pribadi mereka secara benar

dan sesuai dengan biodata asli calon peminjam. Calon peminjam harus memenuhi

syarat-syarat yang telah diberikan oleh pihak PT. Bank Mandiri Cabang

Panyabungan. Syarat-syarat tersebut antara lain :

a. KTP

b. Kartu Keluarga dan surat nikah

c. Pas foto 4x6-2 lembar (suami & istri)

(29)

70 e. Rekening listrik/telepon/PAM/PBB

f. NPWP (untuk limit 50 jt keatas)

PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan menetapkan untuk mendapatkan

pinjaman kredit calon pemijan harus memiliki agunan sebagai penjamin kredit

yang diambilnya. Agunan tersebut berupa BPKB Mobil/Motor, SHM/SHBG.

Tetapi walaupun calon peminjam mengagunkan BPKB Mobil/Motor,

SHM/SHBG, pihak bank juga harus menilai dan berhak tahu, apakah jaminan

yang diagunkan sesuai dengan jumlah uang yang akan dipinjam calon peminjam

tadi. Pihak bank harus tahu berapa harga permeter tanah yang permeter di lokasi

tanah yang akan diagunkan (jika yang diagunkan tanah), dan pihak bank juga

berhak tahu berapa harga mobil yang diagunkan dengan melihat keterangan

transaksi dan melihat perkiraan pertahun dari mobil tersebut (jika yang diagunkan

adalah mobil).

3. Perjanjian Kredit

Setiap kredit yang telah disepakati oleh pemberi kredit (Kreditor) dan

penerima kredit (Debitor) maka wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian yaitu

perjanjian kredit. Perjanjian itu sendir diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata.

Perjanjian kredit sendiri berakar pada perjanjian pinjam meminjam sebagaimana

yang diatur dalam Pasal 1754 KUHPerdata.

Perjanjian kredit antara Bank dengan nasabah Debitor merupakan

perjanjian pokok, dan sebagaimana perjanjian pada umumnya harus memenuhi

syarat umum yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu :

(30)

71

b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan,

c. suatu hal tertentu,

d. suatu sebab yang halal.

Pemberian kredit usaha mikro oleh PT. Bank Mandiri Cabang

Panyabungan, dilakukan sesuai dengan aturan yang mengikat dan perjanjian

kredit. Dalam setiap pemberian kredit bank wajib menggunakan akad kredit

secara tertulis sebagai alat bukti. Perjanjian tersebut berbentuk baku atau standart,

yaitu perjanjian yang dibuat secara sepihak oleh pihak bank, sedangkan pihak

calon peminjam hanya menyetujui atau menyepakati isi perjanjian tersebut.

Perjanjian dapat dibuat secara autentik maupun dibawah tangan.

Pihak Bank Mandiri Cabang Panyabungan melakukan perjanjian kredit

kepada calon peminjam dilihat dan disaksikan oleh seorang Notaris. Notaris

menyaksikan dan ikut serta dalam proses penandatanganan perjanjian kredit

tersebut, sehingga kekuatan hokum dari perjajian tersebut menjadi kuat dan sah

dimata hukum.

Perjanjian kredit antara calon peminjam dan pihak PT. Bank Mandiri

Cabang Panyabungan berisikan perjanjian yang mengandung unsur-unsur sebagai

berikut :

a. Persetujuan dan kesepakatan pinjam meminjam.

b. Adanya kesepakatan antara para pihak yang nama dan identitasnya

disebutkan secara jelas dan tegas dalam perjanjian tersebut, agar di

kemudian hari tidak terjadi masalah antara pihak bank dengan pihak lain.

(31)

72

d. Adanya kewajiban untuk melunasi hutang yang apabila wanprestasi dapat

menimbulkan akibat hukum secara pidana maupun perdata. Debitor

bertanggung jawab penuh dalam pelunasan hutang.

e. Biasanya dalam suatu perjanjian kredit bank, diberi jangka waktu yang

tertentu. Umumnya 2 tahun, namun jangka waktu tersebut berkaitan erat

dengan jumlah kedit yang dipinjam.

f. Adanya bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

g. Bank memberikan kredit pasti juga dengan adanya keuntungan yang

didapat. Bank menetapkan bunga yang harus dipenuhi oleh si nasabah

bank, yang juga merupakan kewajibannya untuk dilunasi.

Selesai perjanjian kredit antara PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan

dan calon peminjam dilakukan dan ditandatangani oleh para pihak didepan

Notaris, maka sejak saat itu perjanjian kredit untuk kredit usaha mikro sudah

terjalin secara sah.

C. Pengawasan Pengajuan Pemberian Kredit Usaha Mikro pada PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan

1. Pengawasan kredit secara umum

sejak analisis kredit dan merupakan suatu upaya untuk menjaga agar apa yang

yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana kredit. Tjoekam

menyatakan bahwa ”pengawasan kredit adalah usaha untuk mengetahui dan

(32)

73

(deviation) dari kesepakatan bank dan debitur dalam proses kegiatan perkreditan,

yang kemudian menjadi penyebab kredit bermasalah dan mendatangkan kerugian

bagi bank dan debitur”61

Proses pengawasan dimulai dari kredit yang diberikan, dilakukan

pemeriksaan, apakah terjadi penyimpangan dari perjanjian antara pihak debitur

dengan bank. Pada tahap ini, penyimpangan-penyimpangan tersebut

diidentifikasikan dan dicari tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya

penyimpangan tersebut. Penyebab penyimpangan ini bisa dari pihak bank maupun

dari pihak debitur. Penyebab dari pihak bank misalnya struktur organisasi yang

lemah dari pihak bank, kurang akurat dalam melakukan penelitian sebelum

memberikan kredit, dan sebagainya, dan dari pihak debitur biasanya penyebabnya

adalah menurunnya kondisi keuangan perusahaan.

Pengawasan kredit ini lebih merupakan upaya untuk menjaga dan

mengamankan kredit yang bersifat preventif. Pengawasan kredit ini juga

merupakan suatu sistem dalam pengelolahan kredit yang berfungsi sebagai

penutup kelemahan dalam proses perkreditan. Oleh karena itu, pengawasan kredit

harus mampu memberikan feedback agar tindak lanjut perbaikan segera dapat

dilaksanakan.

62

Setelah dilakukan analisa terhadap penyebab penyimpangan tersebut,

maka disusunlah suatu program untuk memperbaikinya. Dari pelaksanaan

program itu nantinya akan dibandingkan dengan suatu standar yang baku dalam

menentukan kolektibilitas kredit. Dalam tahap ini, kredit akan dikelompokkan

61

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) (Jakarta : Bank Indonesia, 2001).

62

(33)

74

dalam kelompok lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan

macet. Hasil pengelompokan ini nantinya akan dapat menggambarkan actual

performance, dan setelah melihat actual performance lagi dan begitulah

selanjutnya.

Pihak perbankan juga akan mempertimbangkan beberapa aspek yang

mempengaruhi dalam pemberian kredit, diantaranya:63

a. Aspek hukum, Penilain ini akan meneliti akte pendirian perusahaan, Surat

Izin Usaha, tanda daftar perusahaan, NPWP dan keabsahan surat yang

dijaminkan. Aspek hukum sangat penting karena walaupun semua aspek

yang ada cukup layak, tetapi apabila secara hukum dokumen yang

diberikan tidak sah, maka semua perjanjian dianggap batal.

b. Aspek pemasaran, yang dinilai adalah permintaan terhadap produk yang

dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya

bagaimana, misalnya pemasaran produknya minimal 3 tahun yang lalu

rencana penjualan dari produksi untuk 3 tahun yang akan datang, peta

kekuatan penting, dan prospek produk secara keseluruhan.

c. Aspek keuangan, yang dimiliki adalah sumber-sumber dana yang dimiliki

untuk membiayai usahanya dan bangaimana penggunaan data tersebut.

Penilaian ini dilihat dari cash flow, payback, dan break even point.

d. Aspek teknis, yang dinilai adalah masalah yang berkaitan dengan

produksi, seperti lokasi dan mesin yang digunakan.

63

(34)

75

e. Aspek manajemen, yang dinilai adalah struktur organisasi perusahaan,

sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman

sumber daya manusianya dan pengalaman perusahaan dalam mengelolah

berbagai proyek yang ada.

f. Aspek sosial ekonomi, menganalisis dampak terhadap perekonomian dan

masyarakat umum, seperti mengurangi pengangguran, meningkatkan

ekspor dan lain-lain.

g. Aspek amdal, menyangkut analisis apakah kredit yang diberikan tersebut

nantinya akan digunakan untuk proyek yang dapat mengalami pencemaran

lingkungan atau tidak.

Pihak bank melakukan analisis seperti yang tersebut diatas, maka

selanjutnya mereka akan melakukan wawancara. Wawancara ini akan dilakukan

dalam dua tahap. Pada tahap pertama, bertujuan untuk mendapatkan keyakinan

apakah berkas-berkas tersebut sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak

bank, sekaligus untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang

sebenarnya. Sebelum dilakukannya wawancara tahap kedua, maka akan dilakukan

terlebih dahulu pemeriksaan lapangan. Pada tahap ini pihak bank akan melakukan

pemeriksaan langsung kelapangan dengan meninjau berbagai aspek yang akan

dijadikan usaha atau jaminan.64

Data yang diperoleh dari pemeriksaan lapangan nantinya akan dicocokan

dengan hasil dari wawancara tahap pertama. Biasanya, dalam melakukan

pemeriksaan lapangan, calon nasabah tidak akan diberi tahu sebelumnya agar

64

(35)

76

dapat dilihat langsung kondisi yang sebenarnya. Setelah itu, akan dilakukan

wawancara tahap kedua. Pada tahap ini dilihat apakah ada kesesuaian dan

mengandung kebenaran antara wawancara tahap pertama dengan pemeriksaan

lapangan.

Setelah melalui tahapan tersebut dan melalui proses rekomendasi dari

pejabat bank yang terkait, maka akan ada keputusan kredit yang disetujui atau

ditolak. Jika permohonan ditolak, maka akan dikirimkan surat penolakan yang

disertai alasannya. Dan jika kredit disetujui, maka akan dibuat persetujuan kredit

yang berisi jenis kredit, jumlah kredit yang diterima, jangka waktu, biaya-biaya

yang harus dibayar, suku bunga, jaminan kredit dan ketentuan lainnya. Setelah

dilakukan penandatanganan surat-surat yang diperlukan, maka kredit dapat

direalisasikan. Realisasi kredit ini dapat dilakukan secara bertahap ataupun

sekaligus, sesuai dengan ketentuan dan tujuan kredit.65

Pihak PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan yang melakukan survey ke

lapangan tidak hanya melihat jenis usaha yang diajukan oleh calon peminjam,

2. Pengawasan kredit pada PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan

Pihak Bank Mandiri melakukan survey dan wawancara langsung

kelapangan setelah calon peminjam mengajukan pinjaman ke pihak bank. Survey

dan wawancara yang dilakukan oleh pihak Bank Mandiri ini bertujuan untuk

melihat langsung usaha dan bagaimana penerapan serta perkembangannya, hal

tersebut dilakukan agar tidak terjadi kredit macet atau hal-hal yang tidak

diinginkan oleh kedua belah pihak.

65

(36)

77

tetapi petugas survey juga akan melihat jenis agunan yang telah diagunkan oleh si

calon peminjam, jika yang diagunkan adalah tanah maka petugas survey dari PT.

Bank Mandiri Cabang Panyabungan akan melihat dan mendatangi lokasi letak

dari tanah tersebut, dan apabila yang diagunkan adalah BPKB, maka petugas akan

memeriksa dan melihat langsung kendaraan yang diagunkan tersebut.

Calon peminjam dalam proses pemberian kredit ini harus memiliki jenis

usaha yang sudah dijalankan, bukan baru akan dijalankan atau baru beberapa

bulan dijalankan. PT. Bank Mandiri seluruh Indonesia memberikan ketentuan

bahwa untuk mengajukan permohonan kredit usaha mikro, calon peminjam harus

menjalankan usahnya minimal 2 tahun. Ketentuan dari PT. Bank Mandiri inilah

yang sampai saat ini masih diikuti oleh PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan.

Petugas survey yang ditugaskan oleh PT. Bank Mandiri Cabang

Panyabungan memberikan data yang sebenar-benarnya kepada pihak Bank

Mandiri, data tersebut merupakan hasil survey yang telah ia dapatkan dari calon

peminjam. Apabila hasil survey yang telah didapatkan tersebut sesuai dengan

ketentuan yang tlah ditetapkan oleh pihak PT. Bank Mandiri Cabang

Panyabungan, maka calon peminjam berhak mendapatkan pinjaman dari PT. Bank

Mandiri Cabang Panyabungan.

Data yang akan dipinjamkan kepada peminjam atas kredit usaha mikro ini

akan disalurkan secara langsung oleh PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan

kepada calon peminjam yang telah lulus hasil survey dan wawancara tadi.

Penyaluran dana tersebut dilakukan melalui rekening calon peminjam, maka dari

(37)

78

D. Eksekusi Pengawasan Penggunaan Kredit Usaha Mikro Pada PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan

Eksekusi terhadap barang jaminan di bank timbul akuibat adanya

pelanggaran yang menyimpang dari dari ketentuan perjanjian yang telah

disepakati oleh pihak bank dan peminjam. Perjanjian yang dilanggar berupa

perjanjian kredit yang bersifat sah dan kuat dimata hukum, karena disaksikan oleh

pejabat yang berwenang (Notaris).

Penyimpangan dari ketentuan perjanjian kredit oleh debitur merupakan

salah satu gejala awal yang wajib diamati bank karena dibalik gejala itu sering

kali tersirat berbagai macam hal yang dapat menjuruskan kredit ke dalam kasus

kredit bermasalah. Salah satu contoh penyimpangan dari ketentuan perjanjian

kredit adalah permintaan debitor untuk memperpanjang jangka waktu kredit yang

akan jatuh tempo tanpa mengajukan alasan kuat mengapa mereka menghendaki

perpanjangan tersebut. Contoh penyimpangan yang lain adalah keterlambatan

pembayaran bunga atau cicilan kredit yang telah jatuh tempo. Apabila diamati

secara cermat, ada kemungkinan diketahui bahwa permintaan perpanjangan

jangka waktu kredit atau keterlambatan pembayaran bunga atau cicilan kredit

tersebut disebabkan karena debitur mengalami kesulitan likuiditas keuangan.

Bilamana likuiditas keuangan debitur tersebut hanya bersifatsementara (misalnya

terjadi karena para pelanggan debitor terlambat mambayar utang dagang mereka)

maka keterlambatan debitur membayar bunga atau cicilan kredit dapat dianggap

tidak serius. Akan tetapi apabila dari hasil pengamatan bank diketahui kondisi

(38)

79

kemampuan mereka membayar bunga dan kredit induk dimasa yang akan datang

diragukan, maka penyimpangan debitur dari ketentuan perjanjian kredit dapat

dikategorikan sebagai masalah yang serius. Dalam hal ini bank harus segera

mengambil tindakan penyelamatan.

Sebagai catatan dapat dikemukakan bahwa memperpanjang jangka waktu

kredit tanpa alasan kuat dan perhitungan yang matang, besar risikonya untuk

berkembang menjadi kredit bermasalah.66

1. Penurunan kondisi keuangan debitur

Penyimpangan-penyimpangan yang

terjadi ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :

Gejala penurunan kondisi keuangan debitur erat hubungannya dengan

penyimpangan debitur dari ketentuan perjanjian kredit. Hampir pada semua

kejadian, setiap kali debitur menyimpang dari ketentuan perjanjian kredit, bank

akan segera meneliti kondisi keuangan mereka. Gejala penurunan kondisi

keuangan debitur korporasi atau perusahaan dapat dideteksi, antara lain dari

perkembangan pos-pos neraca dan daftar laba/rugi mereka selama beberapa masa

berurutan.

Gejala penurunan kondisi keuangan debitur korporasi atau perusahaan

dapat dideteksi, antara lain dari perkembangan pos-pos neraca dan daftar laba/rugi

mereka selama beberapa masa berurutan. Dalam hal ini, data (termasuk daftar

keuangan dan informasi pendukungnya), berbagai macam informasi yang lain

serta catatan tentang perkembangan prestasi bisnis dan keuangan debitur yang

66

(39)

80

terkumpul dalam arsip dokumen kredit merupakan bahan masukan yang sangat

berguna bagi bank untuk menganalisis kondisi keuangan debitur.

2. Penyajian laporan keuangan secara tidak benar

Salah satu cara untuk menyembunyikan penurunan kondisi keuangan yang

sering dilakukan debitur adalah menyampaikan laporan keuangan dan bahan

masukan lain yang telah direkayasa sebelumnya. Dengan demikian apabila bank

tidak meneliti bahan masukan tadi dengan cermat, mereka akan mendapat

gambaran yang salah tentang kondisi keuangan perusahaan debitur. Neraca dan

daftar laba/rugi (terutama yang tidak diaudit oleh kantor akuntan publik) adalah

salah satu bahan laporan yang dapat disajikan oleh debitur secara tidak benar.

Penyajian neraca dan daftar laba/rugi secara tidak benar dapat terjadi

karena disengaja guna menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya, atau karena

kurangnya pengetahuan debitur akan prosedur akunting yang benar. Hal yang

kedua sering terjadi pada perusahaan kecil. Apabila bank mengetahui bahwa

neraca dan daftar laba/rugi perusahaan yang diserahkan debitur secara sengaja

telah direkayasa, mereka harus mengambil kesimpulan bahwa kredit yang telah

diberikan kepada debitur dalam keadaan tidak aman. Oleh karena itu, mereka

harus segera mengambil tindakan pengamanan yang diperlukan.67

3. Menurunnya sikap kooperatif debitur

Hubungan baik antara debitur dan kreditur, dimana kedua belah pihak

saling percaya dan bersikap terbuka, mempunyai peranan penting atas

67

(40)

81

keberhasilan bank memantau perkembangan mutu kredit yang telah mereka

salurkan. Menurunnya hubungan baik yang sebabnya bersumber pada pihak

debitur akan mempersulit bank melanjutkan tugasnya memonitor perkembangan

mutu kredit. Seringkali penurunan hubungan baik dari pihak debitur itu menjadi

salah satu tanda bakal munculnya kredit bermasalah.

Sikap kurang kooperatif debitur dapat terbentuk keengganan mereka

menyampaikan informasi keuangan yang diperlukan bank, termasuk menunda

penyerahan neraca dan daftar laba/rugi bulanan, kwartalan atau tahunan. Bentuk

kurang kooperatif yang lain adalah keengganan mereka mendiskusikan situasi

keuangan dan usaha bisnis yang sedanga dihadapi, atau menghindari pertemuan

dengan para eksekutif bank yang ditugaskan memonitor kredit.68

4. Penurunan nilai jaminan

Sebagian besar barang jaminan yang disediakan para debitor tidak dapat

dikuasai penuh oleh kreditor. Kebanyakan bank hanya menguasai dokumen bukti

kepemilikan barang jaminan, misalnya sertifikat tanah atau BPKB kendaraaan

bermotor. Fisik barang jaminan itu sendiri, seperti tanah, gedung bangunan, mesin

dan peralatan, peralatan konstruksi bangunan, kendaraan, persediaan bahan dan

barang jadi masih tetap dikuasai para debitur. Oleh karena dipergunakan untuk

menjalankan operasi perusahaan, nilai barang yang dijaminkan dapat berubah

(naik atau turun) dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan usaha 95

perusahaan. Barang yang dijaminkan, seperti kapal laut, pesawat terbang, mobil,

dan sebagainya, dapat dipindahkan tempatnya sehingga sulit dicari, lenyap atau

68

(41)

82

dilenyapkan oleh debitor. Apabila lenyap atau dilenyapkan, nilai barang jaminan

dapat turun sampai nol.

Selain itu, pada saat kesulitan dana, debitor dapat menjual barang telah

mereka jaminkan seperti persediaan bahan, kendaraan dan sebagainya tanpa

sepengetahuan kreditor. Saldo persediaan bahan baku dan bahan pembantu dapat

menurun karena perusahaan mempergunakan dana pembelian bahan baku untuk

keperluan lain. Saldo persediaan dapat juga turun karena para pemasok bahan

baku dan bahan pembantu meragukan kemampuan perusahaan membayar utang

pembelian bahan, sehingga tidak mau lagi memasok bahan. Di lain pihak, saldo

piutang dagang yang dijaminkan debitor kepada bank dapat berkurang karena

kegiatan produksi dan penjualan barang atau jasa mereka menurun. Oleh karena

jumlah produksi dan penjualan berkurang, perusahaan yang bersangkutan tidak

dapat mengkreditkan hasil produksinya sebanyak masa-masa sebelumnya.

Melalui uraian diatas tampak bahwa besar kemungkinan menurunnya nilai

barang-barang yang dijaminkan debitor kepada bank terjadi karena mereka

mengalami kesulitan keuangan. Oleh karena itu, apabila bank melihat adanya

trend penurunan nilai barang yang dijaminkan, mereka harus segera meneliti

sebab-sebab penurunan nilai tersebut, antara lain dengan jalan melakukan inspeksi

di lapangan.

Bagi bank, turunnya nilai barang yang dijaminkan dapat mendatangkan

dua macam masalah. Pertama, nilai barang jaminan dapat menjadi lebih kecil

dibandingkan dengan jumlah saldo kredit yang terutang. Kedua, turunnya jumlah

(42)

83

jadi dapat menyebabkan turunnya jumlah produksi, penjualan, dan keuntungan

debitor. Hal tersebut berakibat menurunkan kemampuan mereka melunasi

kredit.69

Eksekusi dari pihak PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan ini

memberikan bekas bagi si debitur yang menerimanya. Artinya disini, sang debitur

yang telah bermasalah dan menerima eksekusi dari PT. Bank Mandiri Cabang

Panyabungan telah masuk kedalam daftar balck list, sehingga ia tidak

diperbolehkan lagi untuk meminjam jenis kredit apapun di PT. Bank Mandiri Penyimpangan-penyimpangan dari debitur terhadap pihak bank diataslah

yang merupakan suatu hal yang dapat menyebabkan adanya eksekusi dari

prosedur yang ada di setiap bank. Proses eksekusi diberbagai bank tentunya

berbeda-beda, karena dijalankan sesuai dengan ketentuan dari bank tersebut.

PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan dalam menjalankan eksekusi

terhadap debitor yang menyimpang dijalankan sesuai prosedur yang sudah ada

dari PT. Bank Mandiri itu sendiri. Pada PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan

sendiri, pihak bank memiliki hak atas agunan yang telah disepakati sebelumnya,

sehingga mereka berhak menarik dan menjual barang yang telah diagunkan.

Menurut pihak PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan, dalam hal

peminjaman kredit tidak ada sanksi dari pemerintah yang mengatur mengenai

proses eksekusi barang jaminan yang akan dijalankan pihak bank. Segala masalah

yang timbul dan harus diselesaikan dengan proses eksekusi, akan berlaku dan

dijalankan sesuai dengan syarat dan ketentuan dari pihak bank yang bersangkutan.

69

(43)

84

seluruh Indonesia. Dan tidak menutup kemungkinan ia juga akan sulit meminjam

(44)

85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembahasan dari berbagai permasalahan yang ada tentang Pelaksanaan

Deposito Pihak Ketiga Dalam Hal Pemberian Kredit Usaha Mikro pada PT. Bank

Mandiri Cabang Panyabungan, menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Peranan perbankan dalam pemberian kredit usaha mikro sebagai salah satu

bentuk kegiatan usaha bank adalah berperan sangat besar dalam pelaksanaan

dan penerapan kredit usaha mikro yang dibutuhkan masyarakat. Bank

merupakan wadah yang dipakai oleh pemerintah dalam membantu

masyarakat, yang dikhusukan dalam pemberian kredit. Undang-Undang

Perbankan merupakan suatu wujud nyata dari pemerintah sebagai bentuk

kepedulian terhadap masyarakat Indonesia. Peraturan pemerintah ini

membahas mengenai prosedur serta syarat dari pihak bank dalam pemberian

kredit dalam masyarakat. Dalam pemberian kredit kepada masyarakat, pihak

bank mengenal 5 prinsip dasar, yaitu prinsip kepercayaan ( fiduciary relation

principle ), prinsip kehati-hatian (prudential principle), prinsip kerahasiaan

(secrecy principle), prinsip mengenal nasabah ( know how costumer principle.

2. Deposito pihak ketiga sebagai jaminan kredit usaha mikro merupakan suatu

jaminan yang diberikan oleh pihak terkait kepada bank sebagai jaminan untuk

mengajukan kredit. Adanya penerimaan deposito sebagai jaminan kredit

(45)

86

yang ada kaitannya dengan perkreditan pada angka 3 sub a yang menyatakan:

“…berpegang pada pertimbangan tersebut diatas maka perlu diadakan

penyesuaian tentang ketentuan mengenai seseorang yang memperoleh kredit

dan mempunyai deposito, dimana deposito berjangka yang bersangkutan

dijadikan jaminan kredit.” Pemilik deposito pihak ketiga yang ingin mengambil

jaminanan untuk kredit usaha mikro memilki tanggung jawab yang harus dipenuhi dan

dilaksanakan sebagai suatu kewajiban yang harus dipenuhi. Tanggung jawab pemilik

deposito ini ditentukan oleh pihak bank sendiri.

3. Pelaksanaan pemberian kredit usaha mikro dengan deposito pihak ketiga

sebagai jaminan kredit merupakan suatu aspek penting dalam upaya

pemberian pinjaman dari kreditur kepada debitur. Pihak bank, yaitu PT. Bank

Mandiri Cabang Panyabungan merupakan salah satu bank yang ikut serta

dalam pemberian kredit usaha mikro kepada nasabah. Pihak Bank Mandiri

Cabang Panyabungan memberikan pinjaman kredit usaha mikro kepada

masyarakat, guna untuk membantu proses usaha atau sebagai modal usaha si

peminjam. Tentu saja PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan memberikan

pinjaman dengan sangat hati-hati dan dengan proses yang cukup panjang

sehinggan dana pinjaman dikeluarkan dan dapat dipergunakan oleh pihak si

(46)

87

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Pemerintah seharusnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait

pinjaman kredit yang sering dipergunakan oleh masyarakat. Penyuluhan

tersebut bertujuan agar masyarakat lebih mengetahui segala peraturan yang

ada, dan lebih mengerti tentang hak dan perlindungan mereka didalam

mengambil kredit. Pihak bank juga harus lebih konsisten memberikan

pinjaman kepada masyarakat yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang sesuai yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 junto

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Sehingga

masyarakat sebagai pihak yang diutamakan dalam hal ini lebih terlindungi.

2. Pemerintah seharusnya mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang

lengkap dan sesuai dengan jaminan masyarakat, yaitu deposito. Karena sampai

saat ini peraturan tentang deposito sebagai barang jaminan hanya sebatas

Instruksi Presiden, dan bukan merupakan suatu peraturan

perundang-undangan yang sudah disahkan. Tujuan dari pengesahan dan pelaksanaan

peraturan tersebut adalah agar masyarakat Indonesia yang mengajukan

pinjaman ke bank dengan mengagunkan deposito dapat terlindungi dan dapt

mendapatkan hak sesuai dengan yang seharusya.

3. Pihak PT. Bank Mandiri Cabang Panyabungan seharusnya tidak memberikan

syarat yang terlalu berat kepada masyarakat yang ingin mengajukan pinjaman

ke Bank Mandiri. Syarat yang terlalu berta disini adalah, minimal waktu usaha

(47)

88

usaha. Karena banyak pengusaha yang berasal dari masyarakat kecil yang

membutuhkan dana bantuan, tetapi mereka belum menjalankan usaha mereka

selama 2 tahun. Maka dari itu usaha yang dijalankan selama 12 bulan sudah

cukup menjadi salah satu syarat dalam upaya pengajuak kredit untuk usaha

(48)

24 BAB II

PERANAN PERBANKAN DALAM PEMBERIAN KREDIT USAHA MIKRO SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KEGIATAN USAHA BANK

Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/

pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah dalam bentuk pemberian

modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha

produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun

sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan

penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30%

ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka

meningkatkan akses UMKM pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong

pertumbuhan ekonomi nasional. KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu

Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM).

Kredit Usaha Mikro merupakan program pemerintah yang dilaksanakan

melalui perbankan, guna untuk membantu para nasabah. Dalam dunia perbankan

jenis kredit ini masuk kedalam Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat

merupakan kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi kepada UMKM di

bidang usaha yang produktif dan layak namun belum bankable dengan plafon

sampai dengan Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang dijamin oleh

perusahaan penjamin.11

11

(49)

25

Kredit Usaha Rakyat membagi jenis usaha untuk mempermudah sistem

pelaksanaannya, sistem-sistem ini dibuat untuk membedakan jenis-jenis pinjaman,

sesuai dengan kapasitas serta kemampuan dari nasabah. Pembagian jenis

pinjaman tersebut adalah :

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri.

4. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

hukum.12

A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Kredit Usaha Mikro

Secara umum yang dimasuk dengan Kredit Usaha Mikro adalah

program-program dari bank untuk pemberian pinjaman dengan jumlah kecil yang

diperuntukkan bagi masyarakat menengah kebawah, untuk memulai berwirausaha

yang mendatangkan penghasilan, sehingga memungkinkan masyarakat untuk

hidup lebih sejahtera.

Kredit usaha mikro merupakan kredit modal kerja dan investasi yang

diberikan oleh bank, bukan bank atau Lembaga Keuangan Pelaksana (LKP)

kepada usaha mikro guna pembiayaan usaha yang produktif, dimana tujuannya

untuk meningkatkan akses usaha mikro terhadap dana pinjaman untuk

pembiayaan investasi dan modal kerja dengan persyaratan yang ringan dan

12

(50)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis kimia tanah pada profil (N-1) di Desa Pengotan, profil (N-2) di Desa Kubu, dan profil (N-3) di Desa Bunutin di Wilayah Bangli Selatan, menunjukkan

Tujuan: Membuktikan ada perbedaan gambaran histopatologi hepar mencit Balb/c yang hiperurisemia antara kelompok yang diberi ekstrak buah kersen ( Muntingia calabura L .)

Terkait perubahan nomenklatur SKPD berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Kepala BKPM Nomor 7 Tahun 2016 tentang Penetapan

Pembuatan game pada penulisan ilmiah ini ditujukan untuk mempermudah para pembuat game untuk menentukan pilihan alternatif software yang akan dipakai agar proses pembuatannya

Firewall dapat berupa perangkat keras atau perangkat lunak, firewall dalam bentuk perangkat keras mempunyai harga yang mahal tetapi bekerja lebih cepat dari pada firewall yang

Keterlibatan rakyat membentuk pemerintahan sebagai wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui pemilihan umum. Pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat dapat

3.7 Membedakan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks khusus dalam bentuk iklan dengan memberi dan meminta informasi terkait kegiatan (event), sesuai

1LODL0DNVLPDO-XUQDOOOPLDK 1LODL$NKLU .RPSRQHQ\DQJGLQLODL OQWHPDVLRQDO OQWHUQDVLRQDO 1DVLRQDO 1DVLRQDO1DVLRQDO 7HUDNUH WHULQGHNVGL'2$- \DQJ. %HUHSXWDVL GLWDVL