• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksekusi Di Bawah Tangan Objek Jaminan Fidusia Atas Kredit Macet Kepemilikan Mobil Di Lembaga Keuangan Non-Bank PT. Batavia Prosperindo Finance Cabang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Eksekusi Di Bawah Tangan Objek Jaminan Fidusia Atas Kredit Macet Kepemilikan Mobil Di Lembaga Keuangan Non-Bank PT. Batavia Prosperindo Finance Cabang Medan"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

EKSEKUSI DI BAWAH TANGAN OBJEK JAMINAN

FIDUSIA ATAS KREDIT MACET KEPEMILIKAN MOBIL

DI LEMBAGA KEUANGAN NON-BANK PT. BATAVIA

PROSPERINDO FINANCE CABANG MEDAN

TESIS

Oleh

LENI MARLINA

087011063/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EKSEKUSI DI BAWAH TANGAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA

ATAS KREDIT MACET KEPEMILIKAN MOBIL DI LEMBAGA

KEUANGAN NON-BANK PT. BATAVIA PROSPERINDO

FINANCE CABANG MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

LENI MARLINA

087011063/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : EKSEKUSI DI BAWAH TANGAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA ATAS KREDIT MACET KEPEMILIKAN MOBIL DI LEMBAGA KEUANGAN NON-BANK PADA PT. BATAVIA PROSPERINDO FINANCE CABANG MEDAN

Nama Mahasiswa : Leni Marlina

Nomor Pokok : 087011063

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN) Ketua

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum) Anggota

(Chairani Bustami, SH., SpN., MKn) Anggota

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Hukum

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN) (Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN

Anggota : 1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum

2. Chairani Bustami., SH, SpN, M.Kn

3. Syahril Syofyan, SH., M.Kn

(5)

ABSTRAK

Eksekusi tidak hanya didasarkan atas putusan pengadilan, tetapi dapat juga didasarkan atas bentuk akta tertentu yang oleh undang-undang “disamakan” nilainya dengan putusan yang memperoleh kekuatan hukum tetap. Akta jaminan fidusia adalah akta notaris yang berisikan pemberian jaminan fidusia kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya.

Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut: Faktor-Faktor apa yang menyebabkan eksekusi objek jaminan fidusia pada Lembaga Pembiayaan Konsumen, Hambatan dan upaya apa saja yang dilakukan dalam penarikan objek jaminan fidusia atas kredit macet, Bagaimana prosedur eksekusi di bawah tangan objek jaminan fidusia atas kredit macet kepemilikan mobil. Metode penelitian ini spesifikasinya, berdasarkan yuridis empiris dilakukan dengan cara meneliti dilapangan dengan wawancara dengan responden yang merupakan data primer dan meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga penelitian kepustakaan. Penelitian ini menitikberatkan pada penelitian lapangan yang menjelaskan situasi serta yang berlaku dalam masyarakat secara menyeluruh, sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta yang semuanya berhubungan dengan judul tesis. Segi peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dukumen-dokumen dan berbagai teori.

Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini yang menjadi faktor penyebab eksekusi pada objek jaminan fidusia pada lembaga pembiayaan adalah cidera janji sebagaimana diatur dalam KUHperdata Pasal 1243 KUHPerdata, yang menjadi Hambatan dan upaya dalam penarikan objek jaminan fidusia atas kredit macet adalah barang jaminan dijual, barang jaminan digadai, penerima fasilitas, atas isi perjanjian Pembiayaan Konsumen. Upaya yang dilakukan adalah menawarkan kebijakan, mendatangi rumah debitur, mengawasi debitur, melibatkan informan tetap, pelaporan pada pihak kepolisian. Adapun eksekusi di bawah tangan objek jaminan fidusia atas kredit macet kepemilikan mobil pada PT. Batavia Prosperindo Finance adalah penjualan di bawah tangan seperti jual beli biasa namun pelaksanaannya tidak mengikuti seluruh ketentuan formal menurut Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia terutama dalam ini ketentuan mengenai pengumuman pada surat kabar yang beredar di kota Medan.

(6)

ABSTRACT

The execution shall be do not only relied on adjudication, but also based on a

certainty document as referred to the regulation its capacity is “equalized” with the

adjudication having a fixed legal power. The fiduciary guarantee deed is a notarial document with its content give fiduciary guarantee to certain creditor as guarantee the credit shall be paid all.

The case to discuss in this study are what factors resulting in execution ti an object of fiduciary guarantee on a Consumer Financial Agent, still what is the barriers and whatever effort must be made in taking object of fiduciary guarantee upon bad credit. How to take procedure of execution under-hand upon object of fiduciary guarantee upon a bad credit in car possession. In the research adopted an empirical juridical method, carry out field research by interviewthose respondent as primary data, and with library research as secondary data. This study has focused on field research there mention situation and other matters thatapplied public it in whole, systematical, factual, accurate pertaining facts as it all correlation to the topic. It also interprents the regulations rules valid, many documents and various theories.

It is already noted the main intent in this research, on the factors causes the execution on object of fiduciary guarantee for a funding agent is on fail to agreement as regulated on KUHPerdata article 1234 Civil codes, whereas the barriers and the efforts for taking object of fiducially guarantee upon bad credit is all goods for sale, the guarantee goods tp pawn, receiver facilities, on the content of agreement in consumer funding. The efforts as intended is to offer the policy, approaching to debtor house, to monitor debtor, involved a reliable informant, and report to local police. The matter of execution run under-hand on object fiduciary guarantee on bad credit possessing of car on PT. Batavia Prosperindo Finance was made under-hand as an usual trasaction but in implementation not meet the rules formally regulated according to article 29 Regulations on Fiduciary Guarantee mainly in this case the rules about the announcement published on newspaper circulated in Medan city.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, dengan limpahan rahmat dan

berkahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis berjudul: “EKSEKUSI DI

BAWAH TANGAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA ATAS KREDIT MACET

KEPEMILIKAN MOBIL DILEMBAGA KEUANGAN NON-BANK PT.

BATAVIA PROSPERINDO FINANCE CABANG MEDAN”

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan,

dorongan moril, masukan dan saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

tesis ini. Penulis ucapkan terima kasih khususnya kepada yang terhormat dan

terpelajar Bapak Dosen Pembimbing Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN,

Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum., dan Ibu Chairani Bustami, SH, SpN,

M.Kn kesediaannya membantu dalam memberikan bimbingan dan petunjuk serta

arahan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen Penguji Bapak

Bapak Syahril Syofyan, SH., M.Kn, dan Ibu Dr. Tengku Keizerina Devi Azwar,

SH., CN, M.Hum yang telah memberikan masukan-masukan terhadap

penyempurnaan tesis ini hingga jadi lebih jelas, terarah dan sempurna.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTMH., MSc (CTM)., SpA(K)., selaku

(8)

diberikan bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan Magister

Kenotariatan di Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara beserta seluruh staf atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.

3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua pada Program Studi

pada Kenotariatan di Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Tengku Keizerina Devi Azwar, SH., CN, M.Hum selaku Sekretaris

pada Program Studi pada Kenotariatan di Universitas Sumatera Utara.

5. Para Guru Besar dan staf pengajar di lingkungan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara khususnya para Ibu dan Bapak Dosen di Program Studi

Magister Kenotariatan.

6. Para staf administrasi pada Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7.Bapak Ahok, SE selaku Kepala Cabang pada PT. Batavia Prosperindo Finance

beserta stafnya yakni saudari Kaka yang telah banyak memberikan bantuan dan

data-data yang dibutuhkan oleh penulis dalam penyelesaian tesis ini selaku

pada Ketua Program Studi Kenotariatan di Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Muhammad Irwan Harahap, SH., MKn, selaku Notaris/PPAT daerah

kerja Deli Serdang, selaku responden yang telah banyak memberikan bantuan

(9)

9. Rekan-rekan dan adik-adikku khususnya angkatan 2008 Group A pada

Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan, dorongan baik moril maupun

materil, berupa partisipasi dan semangat dalam penyelesaian penulisan tesis

ini.

Teristimewa ucapan terimakasih penulis kepada suami tercinta Drs. An Giat

Cipta, yang telah memberikan kesempatan serta dukungan yang amat banyak baik

berupa moril maupun materil, serta anak-anakku tersayang Suci Salimah Giani, Rana

Rafidah Giani dan Bintang Gegas Giani, yang telah memberikan pengertian yang

sangat banyak kepada penulis di dalam masa perkuliahan maupun penyelesaian tesis

ini. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada Bapak saya tercinta Almarhum A. Wafa.

HD, dan Ibu saya Hj. Zainur, yang telah memberikan dukungan dan nasehat kepada

penulis, sampai penulis menyelesaikan studi. Kepada Saudara-saudaraku di

Palembang juga penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas dukungan

morilnya selama ini.

Akhirnya Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Alhamdulillah Hirobbil

Alamin.

Medan, Agustus 2010

Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Leni Marlina

Tempat / Tgl. Lahir : Palembang, 24 Agustus 1967

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jln. H Iming Raya No. 79 Rt.5/Rw 16 Beji, Depok

Jawa-Barat.

II. Orang Tua

Nama Ayah : Alm. A. Wafa. HD.

Nama Ibu : Hj. Zainur.

III. Pendidikan

1. SD Negeri 3 Epil, Sekayu Musi Banyuasin Tamat Tahun 1980. 2. SMP Muhammadiyah IV. Palembang Tamat Tahun 1983. 3. SMU Negeri 6 Palembang Tamat Tahun 1986.

4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Jambi 1991.

Medan, Agustus 2010 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Keaslian Penelitian... 15

F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 16

G. Metode Penelitian... 24

BAB II. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN ... 31

A. Gambaran Umum Lembaga Pembiayaan... 31

B. Bentuk dan Isi Perjanjian Pembiayaan Konsumen ... 53

(12)

BAB. III HAMBATAN DAN UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM

PENARIKAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA ... 83

A. Hambatan di dalam Penarikan Barang Jaminan ... 83

B. Upaya-upaya Mengatasi Hambatan Penarikan Kembali Barang Jaminan... 89

BAB IV. PROSEDUR EKSEKUSI DI BAWAH TANGAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA PADA PT. BATAVIA PROSPERINDO FINANCE CABANG MEDAN... 92

A. Gambaran Umum tentang Eksekusi... 92

B. Prosedur Eksekusi di Bawah Tangan Objek Jaminan Fidusia ... 100

V KESIMPULAN DAN SARAN... 113

A. Kesimpulan ... 113

B. Saran... 114

(13)

ABSTRAK

Eksekusi tidak hanya didasarkan atas putusan pengadilan, tetapi dapat juga didasarkan atas bentuk akta tertentu yang oleh undang-undang “disamakan” nilainya dengan putusan yang memperoleh kekuatan hukum tetap. Akta jaminan fidusia adalah akta notaris yang berisikan pemberian jaminan fidusia kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya.

Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut: Faktor-Faktor apa yang menyebabkan eksekusi objek jaminan fidusia pada Lembaga Pembiayaan Konsumen, Hambatan dan upaya apa saja yang dilakukan dalam penarikan objek jaminan fidusia atas kredit macet, Bagaimana prosedur eksekusi di bawah tangan objek jaminan fidusia atas kredit macet kepemilikan mobil. Metode penelitian ini spesifikasinya, berdasarkan yuridis empiris dilakukan dengan cara meneliti dilapangan dengan wawancara dengan responden yang merupakan data primer dan meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga penelitian kepustakaan. Penelitian ini menitikberatkan pada penelitian lapangan yang menjelaskan situasi serta yang berlaku dalam masyarakat secara menyeluruh, sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta yang semuanya berhubungan dengan judul tesis. Segi peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dukumen-dokumen dan berbagai teori.

Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini yang menjadi faktor penyebab eksekusi pada objek jaminan fidusia pada lembaga pembiayaan adalah cidera janji sebagaimana diatur dalam KUHperdata Pasal 1243 KUHPerdata, yang menjadi Hambatan dan upaya dalam penarikan objek jaminan fidusia atas kredit macet adalah barang jaminan dijual, barang jaminan digadai, penerima fasilitas, atas isi perjanjian Pembiayaan Konsumen. Upaya yang dilakukan adalah menawarkan kebijakan, mendatangi rumah debitur, mengawasi debitur, melibatkan informan tetap, pelaporan pada pihak kepolisian. Adapun eksekusi di bawah tangan objek jaminan fidusia atas kredit macet kepemilikan mobil pada PT. Batavia Prosperindo Finance adalah penjualan di bawah tangan seperti jual beli biasa namun pelaksanaannya tidak mengikuti seluruh ketentuan formal menurut Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia terutama dalam ini ketentuan mengenai pengumuman pada surat kabar yang beredar di kota Medan.

(14)

ABSTRACT

The execution shall be do not only relied on adjudication, but also based on a

certainty document as referred to the regulation its capacity is “equalized” with the

adjudication having a fixed legal power. The fiduciary guarantee deed is a notarial document with its content give fiduciary guarantee to certain creditor as guarantee the credit shall be paid all.

The case to discuss in this study are what factors resulting in execution ti an object of fiduciary guarantee on a Consumer Financial Agent, still what is the barriers and whatever effort must be made in taking object of fiduciary guarantee upon bad credit. How to take procedure of execution under-hand upon object of fiduciary guarantee upon a bad credit in car possession. In the research adopted an empirical juridical method, carry out field research by interviewthose respondent as primary data, and with library research as secondary data. This study has focused on field research there mention situation and other matters thatapplied public it in whole, systematical, factual, accurate pertaining facts as it all correlation to the topic. It also interprents the regulations rules valid, many documents and various theories.

It is already noted the main intent in this research, on the factors causes the execution on object of fiduciary guarantee for a funding agent is on fail to agreement as regulated on KUHPerdata article 1234 Civil codes, whereas the barriers and the efforts for taking object of fiducially guarantee upon bad credit is all goods for sale, the guarantee goods tp pawn, receiver facilities, on the content of agreement in consumer funding. The efforts as intended is to offer the policy, approaching to debtor house, to monitor debtor, involved a reliable informant, and report to local police. The matter of execution run under-hand on object fiduciary guarantee on bad credit possessing of car on PT. Batavia Prosperindo Finance was made under-hand as an usual trasaction but in implementation not meet the rules formally regulated according to article 29 Regulations on Fiduciary Guarantee mainly in this case the rules about the announcement published on newspaper circulated in Medan city.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu barang dengan

pembayaran diangsur beberapa kali bukan hanya dilakukan oleh golongan ekonomi

menengah keatas. Bagi yang kondisi ekonominya menengah ke bawah cara ini pun

dirasa sangat membantu dalam mengatasi kebutuhan terhadap barang-barang yang

diinginkan, sehingga jalan terbaik untuk mengatasi permasalahan bagi pembeli yang

tidak mampu untuk membeli barang yang dibutuhkan secara tunai, yaitu melalui

lembaga pembiayaan konsumen di mana perjanjian jual beli yang pembayarannya

dilakukan secara angsuran atau berkala.

Kredit dalam hal ini adalah suatu kepercayaan yang diberikan kreditor kepada

seseorang atau debitor. Dalam dunia perdagangan kepercayaan memberikan kredit

dapat diberikan dalam bentuk uang, barang atau jasa. Terlepas dari segala bentuk

pemberian kredit akan sedapat mungkin mengusahakan adanya jaminan, bahwa

kreditor akan memperoleh kembali uangnya, dengan asumsi uang tersebut kembali

tepat pada waktunya. Jika pembayaran tidak terjadi maka ia akan mencoba

memperoleh pelunasan dari kekayaan si debitur yang lalai. Penyelenggaraan

pemberiaan kredit itu direalisasi oleh Lembaga Keuangan seperti bank, baik bank

pemerintah maupun bank swasta nasional. Dalam hubungan kredit ini bank sebagai

(16)

(debitor) dengan harapan bahwa pinjaman itu dapat dipergunakan sebaik-baiknya

untuk kemajuan usaha debitor dan pada saat yang ditentukan pinjaman itu harus

dikembalikan kepada kreditor1.

Lembaga Pembiayaan adalah salah satu bentuk usaha dibidang lembaga

keuangan bukan bank yang dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang

modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk

giro, deposito, tabungan dan surat sanggup bayar.

Paket kebijaksanaan Pemerintah yang dikeluarkan pada tanggal 20 Desember

1988 memperkenalkan Lembaga Pembiayaan yang dituangkan dalam Keputusan

Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan ini mempunyai

Melihat lingkup bidang usaha perusahaan pembiayaan yang jenisnya beragam

tersebut, perusahaan pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan sering pula

disebut multi finance company2.

Pada Pasal 1 angka (6) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan berbunyi: “Perusahaan Pembiayaaan

1 Oey Hoey Tiong, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 1984, hal 67.

(17)

konsumen (consumers finance company) adalah: Badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistem

pembayaran angsuran atau berkala.”3 Kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang ketentuannya bahwa salah satu kegiatan dari lembaga pembiayaan tersebut adalah menyalurkan dana dengan sistem yang

disebut “Pembiayaan Konsumen”. Pembiayaan konsumen lebih memberikan kemudahan-kemudahan dibandingkan dengan pembiayaan melalui pinjaman dari bank. Model pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan finansial ini mempunyai target pasar pada konsumen langsung atau perorangan sebagai lawan kata dari

produsen. Perusahaan pembiayaaan menyediakan dana bagi konsumen dimana konsumen dapat menggunakan dana tersebut untuk pembelian kendaraan bermotor. Debitur yang membutuhkan dana tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh perusahaan pembiayaan.

Dalam melakukan pembiayaan untuk kredit pembelian kendaraan bermotor, maka lembaga pembiayaan mensyaratkan adanya suatu jaminan yaitu kendaraan bermotor itu sendiri sebagai jaminan dari kredit yang diberikan. Dengan kata lain lembaga pembiayaan sebagai kreditur mensyaratkan adanya suatu jaminan dari

debitur.

Pemberian kredit dan jaminan mempunyai hubungan yang erat sekali. Kreditur pada satu sisi guna menjamin pelunasan hutang dari pihak debitur, seringkali tidak mau memberi kredit jika tidak ada jaminan, (baik perseorangan maupun kebendaan) yang dianggap dan dinilai memadai untuk menjamin pelunasan hutang debitur tersebut pada waktunya dan pemberian jaminan itu sendiri, selain harus didahului dengan adanya suatu perjanjian

(18)

yang mendasari lahirnya utang-piutang atau kewajiban dari pihak debitur kepada kreditur.4

“Jaminan adalah sesuatu yang diberikan debitur kepada kreditur untuk

menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai

dengan uang yang timbul dari suatu perikatan”5. Disamping itu, jaminan juga dapat

diartikan dengan menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang

yang timbul dari suatu perikatan hukum. “Oleh karena itu, hukum jaminan erat sekali

dengan hukum benda”.6

Adanya jaminan tersebut memang sangat diinginkan oleh kreditur, karena

dalam suatu perikatan antara kreditur dan debitur, pihak kreditur mempunyai suatu

kepentingan bahwa debitur dapat memenuhi kewajibannya dalam perikatan tersebut.7

Mengenai rumusan hukum jaminan, telah diatur dalam Pasal 1131 yang dan 1132

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mensyaratkan bahwa tanpa diperjanjikan

pun seluruh harta kekayaan debitur merupakan jaminan bagi pelunasan hutangnya.

Secara garis besar, dikenal dua macam bentuk jaminan, yaitu jaminan

perorangan dan jaminan kebendaan.8 Pada Pasal 1131 KUHPerdata mencerminkan

adanya jaminan umum yaitu: “Segala hak kebendaan si berhutang, baik yang

bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan

4

Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis Jaminan Fidusia, Raja Grafindo Persada Jakarta, 2000, hal. 4.

5 Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty,

Jogyakarta, 1984, hal 50.

6 Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang Creditverband,Gadai dan Fiducia, Alumni,

Bandung, 1987, hal 227.

7 Oey Hoey Tiong, op. cit, hal. 14.

8 Tan Kamello, Hukum Jaminan Fiducia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT. Alumni,

(19)

ada dikemudian hari, yang jadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”

Selanjutnya yang dinyatakan dalam Pasal 1132 KUHPerdata adalah sebagai berikut:

“Atas hak kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi setiap orang yang

menghutangkan padanya, pendapat atas penjualan benda-benda itu dibagi menurut

keseimbangannya, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali

apabila diantara para berpiutang itu ada alasan yang sah untuk didahulukan, misalnya

dalam hal bank telah memasang Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) atas suatu

jaminan hutang, maka bank tersebut mendapatkan hak preferensi”. Jaminan khusus

menurut hukum Perdata dibedakan menjadi 2 macam:

1. Jaminan perorangan (personal guaranty), yaitu jaminan berupa pernyataan

kesanggupan yang diberikan oleh seseorang pihak ketiga, guna menjamin

pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada pihak kreditur, apabila debitur

yang bersangkutan wanprestasi. Jaminan semacam ini pada dasarnya sama dengan

penanggungan hutang yang diatur dalam Pasal 1820-1850 KUHPerdata contohnya:

bortoght, garansi bank dan asuransi.

2. Jaminan kebendaaan, yaitu berupa harta kekayaan, baik benda maupun hak

kebendaan, yang diberikan dengan cara pemisahan benda kekayaan, baik dari si

debitur maupun dari pihak ketiga. Untuk menjamin pemenuhan

kewajiban-kewajiban debitur kepada pihak kreditur apabila debitur yang bersangkutan

(20)

1) Benda berwujud (material), jaminan ini dapat berupa benda bergerak maupun

tidak bergerak. Benda bergerak contohnya; gadai dan fidusia sedangkan benda

tidak bergerak contohnya: Hak Tanggungan.

2) Benda tidak berwujud (immaterial) yaitu lazim diterima oleh bank sebagai

jaminan kredit adalah berupa hak tagih.

Jaminan yang bersifat umum dirasa kurang cukup dan kurang aman, karena

dapat mengakibatkan kreditur tidak memperoleh kembali seluruh piutangnya dari

debitur. Oleh karena itu kreditur dapat meminta kepada debitur untuk mengadakan

pejanjian tambahan yang merupakan perjanjian jaminan khusus, yang menunjukkan

barang-barang tertentu milik debitur sebagai jaminan pelunasan hutang.9 Jaminan

kebendaan sesuai dengan sifat-sifatnya hak kebendaan memberikan corak tertentu

yang khas yaitu:

a. Mempunyai hubungan langsung dengan atau atas benda tertentu milik debitur,

b. Dapat dipertahankan maupun ditujukan kepada siapa saja,

c. Mempunyai sifat droit de suit, artinya hak tersebut mengikuti bendanya ditangan

siapapun berada,

d. Yang lebih tua atau terdahulu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi,

e. Dapat dialihkan kepada orang lain.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa jaminan yang bersifat kebendaan

ini adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda yang mempunyai

(21)

ciri-ciri dan mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur dan dapat

dipertahankan kepada siapapun atau mengikuti bendanya serta dapat dialihkan.

Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, bahwa perkembangan ekonomi dan

kebutuhan akan lembaga jaminan yang dapat menampung kebutuhan kredit dari

masyarakat, perlu diimbangi dengan perluasan lembaga-lembaga jaminan yang telah

ada. Lembaga jaminan hendaknya perlu segera dituangkan dalam peraturan

perundang-undangan, terutama karena kenyataan di Indonesia bahwa:

a. Perusahaan-perusahaan kecil pertokoan, pengecer rumah makan memerlukan

kredit untuk memperluas usahanya dengan jaminan barang dagangannya,

b. Pegawai-pegawai kecil rumah tangga memerlukan kredit untuk keperluan

rumah tangga dengan jaminan alat-alat perkakas rumah tangga,

c. Perusahaan-perusahaan tembakau dan beras memerlukan kredit untuk

perluasan usahanya dengan jaminan pergudangan dan pabriknya,

d. Usaha-usaha pertanian memerlukan kredit untuk meningkatkan hasil

pertaniannya dengan jaminan alat-alat pertaniannya.10

Menurut J. Satrio bahwa “problematik yang dihadapi dalam dunia usaha, yang

menimbulkan kebutuhan akan adanya lembaga jaminan lain, selain gadai yaitu

dibutuhkannya suatu lembaga jaminan yang memungkinkan diberikannya benda

10 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Beberapa Masalah Lembaga Jaminan Khususnya Fiducia

di dalam Praktek dan Pelaksanaannya di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Bulak

(22)

bergerak sebagai jaminan, tetapi benda tersebut tetap berada dalam tangan dan tetap

bisa dipakai untuk usaha si pemberi jaminan.”11

Praktek Fidusia di luar negeri, telah lama dikenal sebagai salah satu

instrument jaminan kebendaan tidak bergerak yang bersifat non-prossessory security.

Berbeda dengan jaminan kebendaan bergerak yang bersifat prossessory security.12

Seperti gadai, jaminan fidusia memungkinkan sang debitur sebagai pemberi jaminan

untuk tetap menguasai dan mengambil manfaat atas benda bergerak yang telah

dijaminkan tersebut.

Memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai pengaturan jaminan fidusia

sebagai salah satu sarana untuk membantu kegiatan usaha dan memberi kepastian

hukum kepada para pihak yang berkepentingan. Dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia pada tanggal 30 September

1999 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2000 tentang

Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan biaya pembuatan Akta Jaminan Fidusia

pada tanggal 30 September Tahun 2000. Selain dibuat untuk memacu aktivitas

perekonomian dengan jaminan kepastian hukum, terutama bagi pelaku ekonomi dan

pengguna jasa keuangan atau perbankan, juga untuk mengantisipasi perubahan

hukum terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat. Dengan demikian untuk

11

J. Satrio, Hukum Jaminan,, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal. 10.

12 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia, Pokok-Pokok Hukum dan

(23)

mengisi kekosongan tersebut orang mencari alternatif lain agar dapat memenuhi

kebutuhan itu di luar perundang-undangan yang berlaku.

“Lembaga jaminan fidusia tercipta karena kebutuhan dari praktek serta

perkembangan masyarakat yang dikenal dalam praktek perbankan dan juga dalam

praktek Notaris.”13

Jaminan fidusia memberikan kemudahan bagi pihak yang menggunakannya,

khususnya bagi pihak yang memberikan fidusia (debitur). Di dalam Pasal 5 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999, mengisyaratkan bahwa setiap pembebanan

atas benda dengan jaminan fidusia itu harus dibuat dengan akta notaris dalam bahasa

Indonesia dan merupakan Akta Jaminan Fidusia.

Selanjutnya dalam Pasal 11 dan 12 UUJF mensyaratkan bahwa benda

bergerak yang dibebani dengan jaminan fidusia, wajib didaftarkan di kantor

pendaftaran fidusia ketentuan di atas menentukan bahwa setiap perjanjian jaminan

fidusia harus dibuat dengan akta notaris dan didaftarkan, maka perjanjian fidusia

yang dibuat secara di bawah tangan yang hanya diketahui oleh kedua belah pihak saja

tidak memiliki kekuatan sebagai perjanjian fidusia, sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 15 ayat (3) yang berbunyi :

apabila debitur cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri. Setiap benda yang dijaminkan fidusia setelah didaftarkan harus mendapatkan sertifikat jaminan fidusia yang mencantumkan dalam kata-kata ”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan

13 A. A. Andi Prajitno, Hukum Fidusia: Problematika Yuridis Pemberlakuan Undang-Undang

(24)

putusan pengadilan dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap orang menyebut mempunyai kekuatan yang tetap untuk dilaksanakan sebagai title

eksekutorial.14

Dari hasil penelitian perusahaan pembiayaan dalam hal ini PT. Batavia

Prosperindo Finance, sebagai penyedia dana diserahkan hak miliknya secara

kepercayaaan kepada perusahaan tersebut, dengan secara fidusia. Barang bergerak

dalam hal ini mobil, langsung diserahkan oleh kreditur kepada debitur beserta Surat

Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Sedangkan bukti hak kepemilikannya yaitu berupa

Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) ada yang sudah dibaliknamakan

langsung atas nama penerima fasilitas, ada juga yang belum dibaliknamakan. Bukti

kepemilikan atau BPKB tersebut ditahan oleh kreditur dipakai untuk jaminan

pelunasan atas hutang dari debitur.

Pada penelitian awal ditemukan sebelum keseluruhan angsuran terbayar lunas

debitur wanprestasi angsuran setiap bulan tidak dibayar lagi dan kendaraan bermotor

tersebut telah dipindahtangankan kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan atau

seizin pemberi jaminan fidusia. Dalam hal ini cukup alasan bagi debitur untuk

dinyatakan wanprestasi sebagai titik tolak untuk dilakukanya suatu proses eksekusi

barang jaminan fidusia.

Dari hasil penelitian awal suatu kredit dikategorikan macet pada PT. Batavia

Prosperindo Finance cabang Medan tertundanya pembayaran atau terjadi kelalaian

pelaksanaan pembayaran yang telah ditentukan dalam perjanjian kredit. Oleh karena

itu apabila debitur tidak memenuhi kewajiban membayar angsuran yang telah

(25)

ditentukan jumlahnya di dalam perjanjian sampai perjanjian utang-piutang itu

berakhir maka debitor tersebut dikatakan telah melakukan wanprestasi.

Keterlambatan pada H-1 (lewat satu hari) dihubungi melalui telepon, apabila belum

juga ada pembayaran angsuran sampai pada H-7 (lewat tujuh hari) dikeluarkan surat

teguran (somasi), sampai pada H-21 (lewat dua puluh satu hari) belum juga ada

pembayaran maka dikeluarkan surat penyitaan terhadap kendaraan mobil tersebut.

Dalam tahap ini sudah dihitung bunga dan denda. Sudah cukup alasan bagi kreditur

untuk mengambil alih barang jaminan karena debitur sudah lalai melakukan

kewajibannya.

Eksekusi sebagai tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara, merupakan aturan dan tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara. Oleh karena itu eksekusi tiada lain daripada tindakan yang berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum acara perdata.15

Eksekusi dalam hal ini adalah eksekusi pembayaran sejumlah uang kepada pihak debitur yang bersumber dari perjanjian utang-piutang atau penghukuman membayar ganti kerugian yang timbul dari wanprestasi berdasarkan Pasal 1243 dan Pasal 1246 KUHPerdata. Dalam melakukan pembayaran sejumlah uang harus melalui

beberapa proses penjualan lelang terhadap harta benda kekayaan tergugat, sehingga diperlukan tata cara yang cermat dalam melakukan eksekusinya.

15 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Sinar

(26)

a. Harus melalui tahap proses executoriale beslag (executory seizure) dan

b. Kemudian dilanjutkan dengan penjualan lelang yang melibatkan jabatan

lelang.

Eksekusi pembayaran sejumlah uang tidak hanya didasarkan atas putusan

pengadilan, tetapi dapat juga didasarkan atas bentuk akta tertentu yang oleh undang-undang “disamakan” nilainya dengan putusan yang memperoleh kekuatan

hukum tetap antara lain terdiri dari: 1. Grosse akta pengakuan utang, 2. Grosse akta hipotek,

3. Hak Tanggungan (HT),

4. Jaminan Fidusia (JF).16

Eksekusi pembayaran sejumlah uang bersumberkan dari ikatan hubungan

hukum “utang piutang” yang mesti diselesaikan dengan jalan pembayaran sejumlah

uang. Bentuk terbitnya grosse akta itu sendiri sudah menggolongkannya dalam

bentuk eksekusi pembayaran sejumlah uang.

Pada Pasal 29 UUJF yang mengatur tentang eksekusi objek jaminan melalui 3

(tiga) cara yaitu apabila debitur cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi

objek jaminan fidusia dengan cara:

a. Pelaksanaan title eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)

oleh penerima fidusia,

(27)

b. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan

penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan

piutangnya dari hasil penjualannya,

c. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi

dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga

tertinggi yang menguntungkan para pihak. Pada pelaksanaan penjualan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf (c) dilakukan setelah lewat waktu

1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan penerima

fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya

dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan.

Dapat diketahui sebenarnya cara yang pertama dan cara yang kedua adalah

sama yaitu kreditur langsung melakukan eksekusi jaminan fidusia melalui pelelangan

umum, sehingga sebetulnya pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia dalam

undang-undang fidusia ini ada 2 (dua) cara yaitu langsung melalui pelelangan umum dan

penjualan di bawah tangan meskipun di dalam perumusannya seakan-akan menganut

3 (tiga) cara. Untuk menjual objek jaminan fidusia secara di bawah tangan atas dasar

kesepakatan pemberi dan penerima fidusia mengandung persyaratan yang relatif

berat untuk dilaksanakan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tentang

“EKSEKUSI DI BAWAH TANGAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA ATAS

KREDIT MACET KEPEMILIKAN MOBIL DI LEMBAGA KEUANGAN

(28)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian dalam latar belakang tersebut di atas maka dapat

dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan eksekusi objek jaminan fidusia pada

lembaga pembiayaan konsumen?

2. Hambatan dan upaya apa saja yang dilakukan dalam penarikan objek jaminan

fidusia atas kredit macet?

3. Bagaimana prosedur eksekusi di bawah tangan objek jaminan fidusia atas

kredit macet kepemilikan mobil?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat

dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan eksekusi objek

jaminan fidusia pada lembaga pembiayaan konsumen,

2. Untuk mengetahui hambatan dan upaya apa saja yang dilakukan dalam

penarikan objek jaminan fidusia atas kredit macet,

3. Untuk mengetahui bagaimana prosedur eksekusi di bawah tangan objek

(29)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, secara praktis maupun

teoritis yaitu:

1. Secara praktis penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan atau referensi bagi

lembaga-lembaga penyediaan jasa keuangan baik bank maupun non bank, dalam

memberi kredit ataupun dalam membiayai pembelian atas barang yang dapat

dibebankan fidusia serta memberikan masukan kepada pemerintah dalam

penyempurnaan peraturan dan ketentuan yang telah ada,

2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum dalam bidang hukum jaminan, khususnya mengenai

perjanjian fidusia,

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran yang dilakukan di perpustakaan

khususnya dilingkungan Sekolah Pasca Sarjana Studi Magister Kenotariatan

Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan judul “Eksekusi di Bawah Tangan

Objek Jaminan Fidusia Atas Kredit Macet Kepemilikan Mobil (KPM) di Lembaga

Keuangan Non-Bank Studi kasus pada PT. Batavia Prosperindo Finance, cabang

Medan”, belum ada yang membahas secara khusus, maka tesis ini dapat dinyatakan

keasliannya dan dapat dipertanggunggangjawabkan secara ilmiah. Adapun peneliti

sebelumnya yang membahas tentang jaminan fidusia adalah dengan judul dan

(30)

“Perlindungan hukum terhadap kreditur dalam perjanjian fidusia secara di bawah

tangan yang diteliti oleh saudara Martinus Tjipto NIM: 077011079”

Dengan menitikberatkan pada permasalahan:

1. Apakah faktor-faktor penyebab lembaga pembiayaan melakukan perjanjian

fidusia yang dibuat secara di bawah tangan?

2. Bagaimana kedudukan hukum perjanjian fidusia yang dibuat secara di bawah

tangan?

3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur dalam perjanjian fidusia yang

dibuat di bawah tangan, jika terjadi wanprestasi?

Dari judul dan permasalahan penelitian di atas, maka terdapat perbedaaan

yang prinsip di dalam pembahasan permasalahan yakni dalam hal ini peneliti

terdahulu menekankan pada perjanjian fidusia yang dibuat di bawah tangan

sedangkan penulis membahas tentang eksekusi di bawah tangan objek jaminan

fidusia, dengan demikan penelitian ini adalah baru pertama kali dan dapat

dipertanggungjawabkan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

“Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi,”17 teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai

gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi

(31)

intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman

empiris. Artinya teori ilmu ini merupakan suatu penjelasan rasional yang

berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun

meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.

“Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat

menunjukkan ketidakbenarannya.”18

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teoritis

mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan

perbandingan, pegangan teoritis.19 Kerangka teoritis yang digunakan dalam menelaah

eksekusi di bawah tangan objek jaminan fidusia atas kredit macet kepemilikan mobil

(KPM) di Lembaga Keuangan non-Bank. Didasarkan pada teori John Rawls yang

dikenal dengan teori Rawls bahwa hukum sebagai Justice as Fair20. Dengan teori

Rawls, bagaimanapun juga, cara yang adil untuk mempersatukan berbagai

kepentingan adalah dengan tanpa memberikan perhatian istimewa terhadap

kepentingan itu sendiri. Teori Rawls,21 memberikan dua prinsip keadilan di dalamnya

yakni prinsip kebebasan dan prinsip fair. Dengan prinsip kebebasan bahwa setiap

orang berhak mempunyai kebebasan yang terbesar asal tidak menyakiti orang lain.

Selanjutnya dengan prinsip fair bahwa ketidaksamaan sosial dan ekonomi dianggap

tidak adil kecuali ketidaksamaan ini menolong seluruh masyarakat.

18 Ibid, hal.16.

19

Ibid, hal. 80.

20 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), PT. Toko

Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal.76.

(32)

Dalam perjanjian fidusia terdapat dua pihak yang terlibat yaitu penerima

fidusia sebagai pihak yang membiayai atau memberikan kredit dan pihak pemberi

fidusia sebagai pihak yang menerima kredit. Pihak kreditur penerima fidusia dalam

kaitannya dengan tulisan ini adalah lembaga keuangan non-bank, yaitu suatu

perusahaan lembaga pembiayaan yang bidang usahanya bergerak dalam membiayai

pembelian kendaran bermotor secara kredit. Sedangkan yang dimaksud dengan

debitur pemberi fidusia adalah pihak yang membeli kendaran bermotor dari

distributor/showroom kendaraan bermotor tersebut melalui lembaga pembiayaan itu.

Mengenai perjanjian fidusia, tidak terlepas dari perjanjian pokok, yang dalam

hal ini perjanjian pembiayaan. Perjanjian pembiayaan dibuat dengan akta fidusia

secara otentik, yang juga tidak terlepas dari konsep perjanjian yang secara mendasar

sebagaimana termuat dalam Pasal 1319 KUHPerdata, yang menegaskan semua

perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan

suatu nama tertentu tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat dalam

KUHPerdata, yang memiliki sifat terbuka artinya ketentuan dapat dikesampingkan

sehingga hanya berfungsi mengatur saja.

Sifat terbuka dari KUHPerdata tercermin dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH

Perdata yang mengandung azas kebebasan berkontrak, maksudnya setiap orang bebas

yang menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban

umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian sebagaimana termuat

(33)

Suatu perjanjian pada dasarnya harus memuat beberapa unsur perjanjian yaitu:22

1. Unsur essentialia, sebagai unsur pokok yang wajib ada dalam perjanjian, seperti identitas para pihak yang harus dicantumkan di dalam suatu perjanjian.

2. Unsur naturalia, merupakan unsur yang dianggap ada dalam perjanjian, walaupun tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian, seperti itikad baik dari masing-masing pihak dalam perjanjian.

3. Unsur accidentialia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para pihak dalam perjanjian.

Pemahaman dari perjanjian pada umumnya yang diuraikan di atas, bahwa

materi perjanjian pada umumnya dapat digunakan sebagai dasar untuk memahami

dan menyusun mengenai perjanjian pembiayaan/kredit. Perjanjian pembiayaan tidak

secara khusus diatur dalam KUHPerdata tetapi termasuk dalam perjanjian bernama

di luar KUHPerdata.

Perjanjian pembiayaan dilandaskan oleh KUHPerdata Bab XII Buku III

karena perjanjian kredit mirip dengan perjanjian pinjam-meminjam uang. Menurut

KUHPerdata Pasal 1754 yang berbunyi: pinjam meminjam adalah suatu perjanjian

dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah

tertentu barang yang habis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang

terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama

pula.23

Dalam hal perjanjian pembiayaan terjadi via dealer atau showroom terlebih

dahulu dibuat perjanjian kerjasama antara lembaga pembiayaan dengan

dealer/showroom dalam hal in perjanjian yang dibuat di bawah tangan sebagai bentuk

22 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni Bandung, 1985, hal. 20

(34)

perjanjian kerjasama untuk mempermudah pembeli dalam mengajukan pengurusan

kredit kendaraan bermotor. Di samping itu untuk mempermudah hubungan bisnisnya

antara dealer/showroom dan lembaga pembiayaan itu sendiri.

Pemberian jaminan fidusia selalu berupa penyediaan bagian dari harta

kekayaan si pemberi fidusia untuk pemenuhan kewajibannya, konsep harta kekayaan

meliputi aspek ekonomi dan aspek hukum.

Dari aspek ekonomi harta kekayaan menitik beratkan pada nilai kegunaan

sedangkan aspek hukum, harta kekayaan selain mempunyai nilai ekonomi merupakan

benda modal yang dapat dialihkan kepada pihak lain karena adanya peratuaran

hukumnya.24 Pemberi fidusia telah melepaskan hak kepemilikan secara yuridis untuk

sementara waktu. Menurut Subekti, memberikan suatu barang sebagai jaminan

kredit berarti melepaskan sebagian kekuasaan atas barang tersebut.25 Kekuasaan yang

dimaksud bukanlah melepaskan kekuasaan benda ekonomis melainkan secara yuridis,

artinya pemberi fidusia tetap memiliki hak ekonomis atas benda bergerak yang

dijaminkannya itu, akan tetapi pemberi fidusia tersebut tidak dapat mengalihkan

maupun mengagunkan benda bergerak yang dijaminkannya itu kepada pihak lain,

sebelum kewajibannya tersebut terhadap kreditur penerima fidusia terpenuhi, hal ini

sesuai dengan teori yang dikemukan bahwa benda jaminan masih dapat dipergunakan

oleh si pemberi fidusia untuk melanjutkan usaha bisnisnya. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa dalam perjanjian jaminan fidusia, konstruksi yang terjadi adalah

24 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994,

hal.9-12.

(35)

pemberi jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik manfaat, sedangkan penerima

jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik yuridis.

Hak kebendaan dari jaminan fidusia baru lahir sejak dilakukan pendaftaran

pada kantor pendaftaran fidusia dan sebagai buktinya adalah diterbitkannya jaminan

fidusia.26 Konsekuensi yuridis dari tidak didaftarkannya jaminan fidusia adalah

perjanjian jaminan fidusia bersifat perseorangan. Oleh karena itu, proses pembuatan

jaminan fidusia harus dilakukan secara sempurna melalui tahap-tahap perjanjian

kredit, pembuatan akta jaminan fidusia oleh notaris dan diikuti dengan pendaftaran

akta jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia. Tahapan proses perjanjian

jaminan fidusia tersebut memiliki arti yang berbeda sehingga memberi karakter

tersendiri dengan segala akibat hukumnya.

Penghapusan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 25 Undang-Undang Jaminan

Fidusia, bunyinya: hapusnya hutang yang dijamin, pelepasan hak dan kewajiban

fidusia oleh penerima fidusia, dan musnahnya benda yang menjadi objek jaminan

fidusia.

Perjanjian fidusia, seperti halnya dengan perjanjian atau lembaga jaminan

lainnya, yaitu bersifat accessoir, maka perjanjian/hak fidusia hapus dapat disebabkan

oleh hapusnya perikatan pokoknya, yaitu perjanjian kredit atau perjanjian

hutang-piutang yang mendahuluinya. Selain itu, jaminan fidusia juga hapus karena pelepasan

(36)

hak jaminan fidusia oleh penerima fidusia, termasuk musnahnya benda yang menjadi

objek jaminan fidusia.27

Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa suatu perjanjian

pembiayaan/kredit sangatlah membutuhkan adanya suatu perlindungan hukum, baik

bagi si kreditur maupun debitur. Bagi kreditur, salah satunya adalah adanya jaminan,

yang dapat dibuat dengan perjanjian jaminan fidusia, yang merupakan suatu

perjanjian jaminan yang tunduk pada asas konsensualisme, yang dianut oleh

KUHPerdata.

Pengertian konsensualisme adalah perjanjian sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah mengikat dan mempunyai kekuatan hukum pada detik tercapainya kata sepakat mengenai apa yang telah diperjanjikan antara kreditur dan debitur. Kata sepakat mengenai kredit antara kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit dinyatakan dengan cara menandatangani surat perjanjian pembiayaan.28

Asas konsensualisme itu sendiri dianut oleh KUHPerdata, Sudikno

Mertokusumo menjelaskan bahwa :

dalam hak terdapat empat unsur, yaitu subjek hukum, objek hukum, hubungan hukum yang mengikat pihak lain dengan kewajiban dan perlindungan hukum. Hak milik itu ada subjeknya yaitu pemilik sebaliknya setiap orang terikat kewajiban untuk menghormati hubungan antara pemilik dan objek yang dimilikinya. Seseorang yang membeli suatu barang dari orang lain berhak atas barang yang dibelinya, sedangkan penjual mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang yang dijualnya. Jadi hak pada hakikatnya merupakan hubungan hukum dengan subjek hukum lain yang dilindungi oleh hukum dan menimbulkan kewajiban.29

27 H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, The Bankers Hand Book, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 290.

28

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para

Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 182-183.

29 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003,

(37)

2. Konsepsi

Konsep adalah suatu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan

sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi sesuatu yang konkrit, yang

disebut dengan operasional definition.30 Pentingnya definisi operasional adalah untuk

menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu

istilah yang dipakai.31 Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional

diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, dalam

rangka menyamakan persepsi yakni sebagai berikut:

b. Lembaga pembiayaan dalam penulisan ini adalah: Perusahaan Pembiayaan

Konsumen yang berupa badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan

barang dalam hal ini kendaraan bermotor yaitu mobil untuk kebutuhan

konsumen dengan melakukan pembayaran dengan sistem angsuran atau

berkala.

c. Kredit macet adalah jika terdapat keterlambatan pembayaran angsuran atau

cicilan pada tanggal yang telah ditentukan dalam perjanjian kredit,

keterlambatan mana dilakukan oleh debitur sudah termasuk pada pokok dan

bunga hutangnya yang telah melampaui waktu 21 (duapuluh satu) hari dari

tanggal angsuran yang telah ditetapkan.

30 Sutan Remy Sjahdeini, Op.cit, hal. 10.

31 Tan Kamello, Perkembangan Lembaga Jaminan Fidusia: Suatu Tinjauan Putusan

(38)

d. Benda bergerak adalah benda yang karena sifatnya dapat dipindahkan atau

karena ditentukan undang-undang, benda bergerak dalam penulisan tesis ini

adalah kendaraan bermotor dalam hal ini mobil.

e. Akta jaminan fidusia adalah akta notaris yang berisikan pemberian jaminan

fidusia kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya

yang ditentukan dalam undang-undang.

f. Debitur adalah orang yang memiliki hutang kepada lembaga pembiayaan

lainnya karena perjanjian atau undang-undang.

g. Kreditur adalah lembaga pembiayaan lainnya yang mempunyai piutang

karena perjanjian atau undang-undang.

h. Eksekusi di bawah tangan adalah upaya kreditur untuk merealisasikan haknya

yang dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dengan cara

demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

“Penelitian ini berdasarkan yuridis empiris dilakukan dengan cara meneliti

di lapangan dengan cara wawancara dengan responden yang merupakan data primer

dan meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga

penelitian kepustakaan.”32

32 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

(39)

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini diarahkan untuk

mengetahui secara lebih mendalam serta menganalisa prosedur eksekusi di bawah

tangan objek jaminan fidusia atas kredit macet kepemilikan mobil (KPM) di lembaga

keuangan non-bank pada PT. Batavia Prosperindo Finance, Cabang Medan.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian yuridis-empiris, karena

penelitian ini menitikberatkan pada penelitian lapangan yang menjelaskan situasi

serta hukum yang berlaku dalam masyarakat secara menyeluruh, sistematis, faktual,

akurat mengenai fakta-fakta yang semuanya berhubungan dengan judul tesis. segi

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai

teori.33

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian tesis ini lokasi yang diambil adalah lembaga pembiayaan

yang bergerak di bidang pembiayaan kendaraan bermotor yakni mobil di kota Medan

yaitu, PT. Batavia Prosperindo Finance. Dalam menjalankan usahanya melakukan

pembiayaan dalam bentuk pembelian kendaraan mobil untuk digunakan perorangan

atau oleh perusahaan.

3. Spesifikasi Penelitian

“Spesifikasi penelitian ini berupa penelitian studi data yang seteliti mungkin

tentang manusia, keadaan-keadaan atau gejala-gejala lainnya.”34

33 Rony Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 1990, hal. 11.

(40)

Istilah analistik mengandung makna mengelompokkan, menghubungkan,

membandingkan dan memberi makna pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen

melalui PT. Batavia Properindo Finance, cabang Medan.

4. Populasi dan Tehnik Sampling

a. Populasi

Populasi atau universe, adalah seluruh aspek atau seluruh individu atau

seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.”35

Dalam penelitian ini, penulis tidak mungkin melakukan penelitian secara

langsung terhadap seluruh populasi, maka penulis hanya mempergunakan sebagian

dari populasi yang ada yaitu sample yang dipandang representative terhadap populasi

itu. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah para pihak atau nasabah PT. Batavia

Prosperindo Finance, yang masuk dalam daftar yang melakukan wanprestasi.

b. Teknik Sampling

“Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik

purposive sampling.”36 Dimana dalam tehnik ini sample yang ditarik harus memenuhi

syarat-syarat tertentu yakni nasabah yang mengambil kredit pada PT.Batavia

Prosperindo Finance sebanyak 20 orang dalam periode Tahun 2009-2010.

Selanjutnya diambil 2 orang responden yang diwawancara yang melakukan penjualan

di bawah tangan.

35Rony HanitdjoSoemitreo, Opcit, hal 14.

(41)

Dengan berdasarkan teknik tersebut di atas dalam penelitian ini penulis menentukan

beberapa sampel yaitu:

1. PT. Batavia Prosperindo Finance cabang Medan.

2. Penerima fasilitas (debitur). Penerima fasilitas yaitu nasabah dari

PT. Batavia Prosperindo Finance yang mengalami kredit macet, dalam hal

ini di dapat 20 konsumen diambil sample yang mewakili konsumen

berdasarkan kesamaan jangka waktu kredit.

3. Responden.

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Supervisor yang mewakili Kepala cabang dari PT. Batavia

Prosperindo Finance.

b. Nasabah PT. Batavia Prosperindo Finance yang mengalami kredit

macet sebanyak 2 orang.

c. Notaris 1 (satu) orang

Bahan Hukum Penelitian:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yakni:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

2. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

(42)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara

Pendaftaran Jaminan Fidusia,

6. Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan,

7. Keputusan Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1988, tentang Tata

Cara Pelaksanaan Pembiayaan Konsumen.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer antara lain:

1. Perjanjian yang dibuat antara lembaga pembiayaan dengan debitur, akta

jaminan fidusia, sertifikat jaminan fidusia.

2. Buku-buku, hasil penelitian ilmiah, karya ilmiah dari kalangan ilmu

hukum dan penelitian lainnya yang berhubungan dengan penulisan

tesis ini.

c. Bahan hukum tersier, meliputi: kamus hukum, kamus bahasa Indonesia,

kamus bahasa Inggris, majalah, jurnal-jurnal hukum.

8. Analisis Data

Sebelum analisis dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan

evaluasi terhadap semua data yang telah dikumpulkan (primer, sekunder maupun

tersier), untuk mengetahui validitasnya. Setelah itu keseluruhan data tersebut akan

(43)

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh

jawaban yang baik pula.37

Setelah semua data terkumpul dan diteliti kebenarannya kemudian

dipilah-pilah dan diinterprestasikan melalui konsep-konsep, teori-teori, berdasarkan kualitas

dan relevansinya kemudian ditentukan antara data yang penting dan data yang tidak

penting untuk menjawab permasalahan.

H. Sistematika Penulisan

Bab I diberi judul Pendahuluan yang berisikan tentang, Perumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Kerangka Teori dan

Konsepsi, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II diberi judul Faktor-Faktor yang menyebabkan Eksekusi Objek Jaminan

Fidusia pada Lembaga Pembiayaan Konsumen, berisikan tentang Gambaran Umum

Lembaga Pembiayaan, Pentingnya Pembiayaan Konsumen, Jaminan Dalam

Pembiayaan Konsumen, Bentuk dan Isi Perjanjian Pembiayaan Konsumen,

Pihak-Pihak yang Terkait dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen, Proses Pelaksanaan

Kredit, Jenis-Jenis Kredit, Syarat-Syarat yang harus Dipenuhi dalam Perjanjian

Kredit, Faktor-Faktor yang Menyebabkan Eksekusi Objek Jaminan Fidusia pada

Lembaga Pembiayaan Konsumen.

37 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2002,

(44)

Bab III. Diberi judul Hambatan dan Upaya yang Dilakukan Dalam Penarikan Objek

Jaminan Fidusia, yang berisikan tentang Hambatan di dalam Penarikan barang

jaminan, Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan Penarikan Kembali Barang jaminan.

Bab IV. Diberi judul Prosedur Eksekusi Di bawah tangan Objek jaminan Fidusia

pada PT. Batavia Prosperindo Finance cabang Medan, yang berisikan tentang

Gambaran Umum tentang Eksekusi, Jenis-jenis Eksekusi, Eksekusi Jaminan Fidusia,

Prosedur Eksekusi di Bawah tangan Objek Jaminan Fidusia, Syarat-Syarat

Melakukan Penjualan di Bawah Tangan Benda Jaminan Fidusia, Keuntungan

Penjualan di Bawah Tangan Objek Jaminan Fidusia.

Bab V. Diberi judul Kesimpulan dan Saran yang berisikan tentang kesimpulan dan

saran dari pembahasan Bab II, III dan IV berdasarkan hasil penelitian Pada PT.

(45)

BAB II

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA PADA LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

A. Gambaran Umum Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama dengan

lembaga perbankan, namun dilihat dari padanan istilah dan penekanan kegiatan

usahanya antara lembaga pembiayaan dan lembaga keuangan berbeda. Istilah

lembaga pembiayaan merupakan padanan dari istilah bahasa Inggris financing

institution. Lembaga pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih menekankan pada

fungsi pembiayaan, yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan

tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat38.

Adapun lembaga keuangan merupakan padanan dari istilah bahasa Inggris

financial institution. Sebagai badan usaha, lembaga keuangan menjalankan usahanya

di bidang jasa keuangan, baik penyediaan dana untuk membiayai usaha produktif dan

kebutuhan konsumtif, maupun jasa keuangan bukan pembiayaan. Kegiatan usaha

lembaga keuangan lebih menekankan pada fungsi keuangan yaitu jasa keuangan

pembiayaan dan jasa keuangan bukan pembiayaan. Dengan demikian, istilah lembaga

pembiayaan lebih sempit pengertiannya dibanding istilah lembaga keuangan, lembaga

pembiayaan adalah bagian dari lembaga keuangan.

Lembaga pembiayaan terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

a. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.

(46)

b. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan pekerjaan atau aktivitas dengan cara membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan.

c. Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan uang untuk suatu keperluan. d. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau

barang lain, seperti mesin-mesin, peralatan pabrik dan sebagainya.

e. Tidak menarik dana secara langsung (non deposit taking) artinya tidak mengambil uang secara langsung baik dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan surat sanggup bayar kecuali hanya untuk dipakai sebagai jaminan utang kepada bank yang menjadi kreditornya.

f. Masyarakat, yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat, yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.39

Peranan lembaga pembiayaan mempunyai peran yang penting sebagai salah

satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang

pertumbuhan perekonomian nasional. Dikatakan penting karena siapapun orangnya

baik pribadi ataupun badan usaha tentu memerlukan dana untuk memenuhi

kebutuhannya. Sebagai sumber pembiayaan alternatif karena di luar lembaga

pembiayaan masih banyak lembaga keuangan lain yang dapat memenuhi bantuan

dana, seperti pegadaian, pasar modal, bank, dan sebagainya. Meskipun demikian

dalam kenyataannya tidak semua pelaku usaha dapat dengan mudah mengakses dana

dari setiap jenis sumber dana tersebut disebabkan oleh masing-masing lembaga

keuangan ini menerapkan ketentuan yang tidak dengan mudah dapat dipenuhi oleh

pihak yang membutuhkan dana.

Bank yang selama ini sudah dikenal luas oleh masyarakat ternyata tidak

mampu memenuhi berbagai keperluan dana yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Kesulitan masyarakat mengakses dana dari bank ini disebabkan antara lain jangkauan

Gambar

Tabel 1 Jenis-Jenis Prestasi

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya saluran pipa terletak dibawah permukaan tanah, bisa mengalir dengan berat sendiri dan bisa juga dengan tekanan.. Saluran pipa digunakan untuk

Dalam proses demokratisasi, publik di Indonesia saat ini sangat menggantungkan diri pada program berita yang ditayangkan oleh stasiun televisi untuk

Sutaryo (2010) melakukan penelitian untuk memperoleh bukti empiris terkait nilai relevan informasi pemerintah daerah yang terdapat dalam rasio kinerja keuangan, rasio

Matematika  GAS)NG  GAmpang  aSy)k  menyenaNGkan   adalah  suatu  cara  belajar  matematika  secara  gampang,  asyik  dan  menyenangkan  yang  dilakukan  secara 

Tangerang, Iklan Gratis di Tangerang Selatan, Iklan Gratis di Banten, Jual Beli Online di Serang, Jual Beli Online di Cilegon, Jual Beli Online di Tangerang, Jual Beli Online

Prasetyo, Imam. Pembelajaran Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Praktik Manasik Haji Siswa Kelas 6 SD Islam Al-Azhar 25 Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.

Penerapan sistem baru ini dapat memperbaiki prosedur, dokumen, sistem pengendalian internal yang ada dan dapat membantu proses pencatatan menjadi lebih cepat,

The findings suggest that trainee teachers who integrate problem- based learning with ICT in solving a problem may develop more professional content knowledge and teaching skill