• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN EKSEKUS

A. Gambaran Umum Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama dengan lembaga perbankan, namun dilihat dari padanan istilah dan penekanan kegiatan usahanya antara lembaga pembiayaan dan lembaga keuangan berbeda. Istilah lembaga pembiayaan merupakan padanan dari istilah bahasa Inggris financing

institution. Lembaga pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih menekankan pada

fungsi pembiayaan, yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat38.

Adapun lembaga keuangan merupakan padanan dari istilah bahasa Inggris

financial institution. Sebagai badan usaha, lembaga keuangan menjalankan usahanya

di bidang jasa keuangan, baik penyediaan dana untuk membiayai usaha produktif dan kebutuhan konsumtif, maupun jasa keuangan bukan pembiayaan. Kegiatan usaha lembaga keuangan lebih menekankan pada fungsi keuangan yaitu jasa keuangan pembiayaan dan jasa keuangan bukan pembiayaan. Dengan demikian, istilah lembaga pembiayaan lebih sempit pengertiannya dibanding istilah lembaga keuangan, lembaga pembiayaan adalah bagian dari lembaga keuangan.

Lembaga pembiayaan terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

a. Badan usaha, yaitu perusahaan pembiayaan yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.

b. Kegiatan pembiayaan, yaitu melakukan pekerjaan atau aktivitas dengan cara membiayai pada pihak-pihak atau sektor usaha yang membutuhkan.

c. Penyediaan dana, yaitu perbuatan menyediakan uang untuk suatu keperluan. d. Barang modal, yaitu barang yang dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau

barang lain, seperti mesin-mesin, peralatan pabrik dan sebagainya.

e. Tidak menarik dana secara langsung (non deposit taking) artinya tidak mengambil uang secara langsung baik dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan surat sanggup bayar kecuali hanya untuk dipakai sebagai jaminan utang kepada bank yang menjadi kreditornya.

f. Masyarakat, yaitu sejumlah orang yang hidup bersama di suatu tempat, yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.39

Peranan lembaga pembiayaan mempunyai peran yang penting sebagai salah satu lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang pertumbuhan perekonomian nasional. Dikatakan penting karena siapapun orangnya baik pribadi ataupun badan usaha tentu memerlukan dana untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai sumber pembiayaan alternatif karena di luar lembaga pembiayaan masih banyak lembaga keuangan lain yang dapat memenuhi bantuan dana, seperti pegadaian, pasar modal, bank, dan sebagainya. Meskipun demikian dalam kenyataannya tidak semua pelaku usaha dapat dengan mudah mengakses dana dari setiap jenis sumber dana tersebut disebabkan oleh masing-masing lembaga keuangan ini menerapkan ketentuan yang tidak dengan mudah dapat dipenuhi oleh pihak yang membutuhkan dana.

Bank yang selama ini sudah dikenal luas oleh masyarakat ternyata tidak mampu memenuhi berbagai keperluan dana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kesulitan masyarakat mengakses dana dari bank ini disebabkan antara lain jangkauan

penyebaran kredit bank yang belum merata, keharusan bank menerapkan prinsip

prudent banking, keharusan debitur untuk menyerahkan jaminan, dan terbatasnya

kemampuan permodalan bank sendiri. Mengingat banyaknya kendala untuk memperoleh dana dari bank ini, lembaga pembiayaan merupakan salah satu sumber dana alternatif yang penting dan potensial yang patut dipertimbangkan.

Kegiatan lembaga pembiayaan ini sesuai dengan isi Keppres No. 61 tahun 1998 tentang Lembaga Pembiayaan, yang kemudian ditindaklanjuti oleh Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 1251/KMK.103/1988 tentang Ketentuan dan Tatacara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang termasuk dalam kegiatan lembaga pembiayaan yaitu:

1. Sewa Guna Usaha

Sewa guna usaha merupakan satu bentuk usaha yang dapat dijadikan alternatif guna mengatasi kesulitan permodalan dalam rangka pembiayaan suatu perusahaan. Kehadiran sewa guna usaha bagi suatu perusahaan mempunyai peranan penting dalam membantu para pengusaha di Indonesia, baik bagi usaha kecil, menengah, ataupun usaha besar. Melalui kegiatan sewa guna usaha para pengusaha tersebut akan dengan cepat dan dapat mengatasi cara pembiayaan untuk memperoleh alat-alat perlengkapan maupun barang-barang modal yang mereka perlukan.

Pengertian sewa guna usaha merupakan terjemahan yang diambil dari bahasa Inggris leasing yang berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai sewa-menyewa. Sewa guna usaha mengandung ciri-ciri objeknya berupa

barang modal, pembayarannya secara berkala dalam jangka waktu tertentu, adanya hak opsi serta penghitungan nilai sisa atas objeknya.

Menurut Pasal 1 angka (9) Keppres Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan sewa guna usaha adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara finance lease maupun operating

lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu

berdasarkan pembayaran secara berkala. Dari pengertian sewa guna usaha terkandung beberapa unsur yaitu:

a. Pembiayaan perusahaan tidak dilakukan dalam bentuk sejumlah dana, tetapi dalam bentuk peralatan atau barang modal yang akan digunakan dalam proses produksi. b. Penyediaan barang modal. Peralatan atau barang modal ini biasanya disediakan

oleh pabrikan atau supplier atas biaya dari lessor untuk dipergunakan oleh lessee. c. Pembayaran sewa secara berkala. Lessee membayar harga barang modal kepada

lessor secara angsuran, sebagai imbalan penggunaan barang modal berdasarkan

perjanjian sewa guna usaha.

d. Dalam jangka waktu tertentu (long term).

e. Jangka waktu tertentu, yaitu lamanya waktu sewa guna usaha yang dimulai sejak diterimanya barang modal oleh lessee sampai dengan perjanjian sewa guna usaha berakhir.

f. Adanya hak pilih (opsi) bagi lessee. Pada akhir masa leasing, lessee mempunyai hak untuk menentukan apakah dia ingin membeli barang modal tersebut,

memperpanjang perjanjian sewa guna usaha, ataukah mengembalikan barang modal tersebut kepada lessor.

g. Nilai sisa (residual value) yaitu nilai barang modal pada akhir masa sewa guna usaha yang telah disepakati oleh lessor pada lessee pada awal masa sewa guna usaha.

Terjadinya transaksi sewa guna usaha dilatar belakangi karena tidak cukupnya dana lessee untuk membeli barang modal, sehingga menghubungi lessor untuk membiayainya. Dengan demikian, dalam sewa guna usaha ada pihak utama yang terlibat di dalamnya, yaitu lessor sebagai perusahaan pembiayaan, lessee sebagai pihak yang di biayai dalam memperoleh barang modal, dan supplier sebagai penyedia atau penjual barang modal. Berdasarkan transaksi yang terjadi antara lessor dan

lessee ini maka sewa guna usaha secara umum dibedakan antara finance lease dan operating lease. Perbedaan pokok diantara dua jenis sewa guna usaha adalah adanya

hak opsi bagi lessee pada jenis finance lease, adapun dalam operating lease tidak adanya hak opsi pada lessee.

2. Modal Ventura

Keberadaan usaha modal ventura ini kedepan mempunyai prospek yang cukup baik mengingat peranan yang sangat penting bagi perkembangan usaha, khususnya bagi usaha kecil di Indonesia.

Istilah modal ventura sudah meluas penggunaanya, baik dikalangan dunia usaha maupun dalam tata pergaulan hukum di Indonesia. Istilah modal ventura

merupakan terjemahan dari terminologi bahasa Inggris, Venture capital yang berarti sesuatu yang mengandung resiko atau dapat pula berarti sebagai usaha. Secara harfiah modal ventura berarti modal yang diinvestasikan pada suatu usaha yang mengandung resiko, yang disebut risk capital. Dikatakan mengandung resiko dalam investasi ini tidak menekankan pada aspek jaminan (collateral), melainkan pada prospek kelayakan dari usaha yang dibiayai.

Selanjutnya menurut Pasal 1 angka (11) bahwa perusahaan modal ventura adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal kedalam suatu perusahaan pasangan usaha (investee company) untuk jangka waktu tertentu. Di dalam pengertian ini mengandung beberapa unsur dari:

a. adanya badan usaha (company),

b. bidang usaha, yaitu kegiatan pembiayan (finance business), c. bentuk kegiatan yaitu penyertaan modal (equity participation), d. pada perusahaan pasangan usaha (investee company).

Karakteristik modal ventura dalam menjalankan usahanya dilakukan dengan cara penyertaaan modal ke dalam perusahaan pasangan usaha. Dalam melakukan penyertaan modal tersebut perusahaan modal ventura tidak sekedar merupakan semacam lembaga yang bersifat philantropik dan charity yang menjalankan usahanya berdasarkan tanggung jawab sosial dan belas kasihan. Perusahaan modal ventura adalah lembaga bisnis yang bertolak pada high risk dan high return investment serta bukan suatu usaha yang spekulatif.

Konsep dasar modal ventura adalah pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal equity ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha. Penyertaan modal oleh ventura ini tidak dapat disamakan dengan penyertaan biasa, dan tidak juga semua penyertaan modal pada perusahaan lain dapat digolongkan sebagai pembiayaan modal ventura. Pembiayaan modal ventura mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang membedakannya dengan usaha lain sekalipun usaha tersebut sejenis, beberapa karakteristik pada usaha modal ventura tersebut adalah:

a. Badan pembiayaan pada perusahaan pasangan usaha bukan dalam bentuk pinjaman (loan), tetapi dalam bentuk penyertaan modal (equity participation) atau setidaknya pinjaman yang dapat dialihkan ke equity,

b. Bantuan pembiayaan bersifat sementara, sampai pada waktunya dilakukan divestasi, dengan ketentuan tidak boleh melebihi jangka waktu 10 (sepuluh) tahun,

c. Penyertaan modal bersifat jangka panjang (long term), biasanya diatas 3 (tiga) tahun,

d. Pembiayaan ini beresiko tinggi (high risk) karena tidak didukung oleh jaminan (collateral),

e. Motif utama tetap bisnis, yaitu mengharapkan keuntungan yang tinggi berupa

capital gain sebagai imbalan atau resiko yang tinggi,

f. Perusahaan modal ventura terlibat dalam managemen pada perusahaan pasangan usaha,

g. Investasi modal biasanya dilakukan terhadap perusahaan yang tidak punya akses untuk memperoleh kredit dari bank,

h. Umumnya ditujukan kepada perusahaan kecil atau perusahaan baru, tetapi memiliki potensi besar untuk berkembang,

i. Pemodal ventura merupakan personifikasi manusia unggul yang mampu mencari dan melihat peluang bisnis, professional, inovatif dan dinamis, serta memiliki enterprenuership.

Pelaksanaan penyertaan modal oleh perusahaan modal ventura pada perusahaan pasangan usaha dapat dilakukan secara langsung dalam bentuk penyertaan modal saham ataupun secara tidak langsung, baik dalam obligasi konversi atau dengan sistem bagi hasil. Meskipun idealnya penyertaan modal dilakukan dalam saham, namun dalam praktek bentuk bagi hasil yang sering diterapkan, keadaan ini tidak terlepas karena masih adanya beberapa kendala dan keterbatasan baik dari pihak perusahaan modal ventura maupun pihak perusahaan pasangan usaha sehingga tidak mungkin dilakukan penyertaan modal secara langsung dalam bentuk saham.

3. Anjak Piutang

Persaingan dalam dunia bisnis mengakibatkan terjadinya pergeseran orientasi dari pola pasar penjual kepada pola pasar pembeli. Kondisi yang demikian ini mendorong setiap perusahaan untuk melakukan berbagai cara supaya meningkatkan omset penjualan yang pada akhirnya meningkatkan laba, yaitu antara lain dengan kebijakan berupa pemberian fasilitas pembayaran secara kredit kepada pembeli. Namun demikian peningkatan penjualan secara kredit ini bisa meningkatkan semakin

rumitnya administrasi penjualan sehubungan dengan penagihan piutang dan resiko tidak dilunasinya piutang tersebut. Peningkatan penjualan secara kredit juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan modal kerja yang disebabkan semakin besarnya modal kerja yang tertanam di dalam piutang.

Pengertian anjak piutang dalam bahasa Inggris sering disebut factoring merupakan suatu istilah yang berasal dari gabungan kata anjak yang artinya pindah atau alih, dan piutang yang berarti tagihan sejumlah uang. Berdasarkan arti kata tersebut, secara sederhana anjak piutang berarti pengalihan piutang dari pemiliknya kepada pihak lain.

Menurut Pasal 1 angka (8) anjak piutang adalah: Badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dan penagihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri.

Menurut Abdulkadir Muhammmad dan Rilda Murniati merinci unsur-unsur utama pengertian anjak piutang sebagai berikut:

a. Subjek anjak piutang, adalah perusahaan anjak piutang (factoring company), klien (supplier), dan nasabah (customer).

b. Objek anjak piutang yaitu piutang jangka pendek milik klien.

c. Peristiwa anjak piutang, yaitu kontrak pengalihan piutang jangka pendek antara pihak klien dan perusahaan anjak piutang.

d. Hubungan anjak piutang, hubungan kewajiban hak antara klien dan perusahaan anjak piutang. Klien berkewajiban menjual dan menjamin serta

mengalihkan piutang jangka pendek hasil transaksi perdagangan kepada perusahaan anjak piutang. Adapun perusahaan anjak piutang berkewajiban membiayai dalam bentuk pembelian atau pengalihan piutang jangka pendek hasil transaksi perdagangan, menatausahakan utang tersebut dan menagih piutang perusahaan klien.

e. Jangka waktu anjak piutang, yaitu sesuai dengan piutang jangka pendek. Piutang perdagangan jangka pendek umumnya berkisar antara 30 (tiga puluh) sampai 90 (sembilan puluh) hari. Hal ini berarti setelah penyerahan barang kepada pembeli (debitur), penjual harus menunggu pembayaran sampai penjualan kredit itu jatuh tempo40.

Transaksi anjak piutang dilakukan dengan membuat suatu perjanjian yang bentuknya tertulis yang disebut dengan perjanjian anjak piutang (factoring

agreement). Perjanjian anjak piutang ini bisa dibuat dalam bentuk akta otentik yang

dibuat oleh notaris atau akta di bawah tangan. Adapun isi dari perjanjian antara lain memuat tentang ketentuan umum, keabsahan piutang, pengalihan resiko, pengalihan piutang, pemberitahuan, syarat pembayaran, perubahan persyaratan, tanggung jawab klien terhadap nasabah, dan jaminan klien. Atas dasar isi yang termuat dalam perjanjian serta ciri-ciri anjak piutang ini, kegiatan anjak piutang tidak bisa disamakan dengan kredit bank terlebih dengan debt collector meskipun jika dicari juga akan ada kemiripannya.

4. Kartu Kredit

Penggunaan alat bayar dalam bentuk uang dan cek telah lama dipakai manusia, dalam perkembangannya penggunaan kedua alat pembayaran tersebut ternyata dirasakan belum praktis dan tidak aman. Maka berkembanglah bentuk alat bayar lain, yaitu kartu kredit. Di Indonesia perkembangan penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran sangat pesat terutama di kalangan lapisan masyarakat menengah dan atas. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari beberapa adanya faktor, antara lain faktor keamanan, kemudahan, kepraktisan, dan bonafiditas, atau prestise dari penggunaan kartu kredit. Dengan demikian menggunakan kartu kredit transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan aman, mudah, dan lancar sekaligus bisa meningkatkan prestise seseorang.

Pengertian kartu kredit merupakan salah satu alat bayar dalam transaksi perdagangan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Istilah kartu kredit dalam bahasa Inggris disebut credit card yang didalamnya mencantumkan identitas pemegang kartu kredit dan penerbit, yaitu bank dan perusahaan pembiayaan. Selain menunjukkan identitas pemegang dan penerbit istilah kartu kredit menunjukkan cara pembayaran yang dilakukan dengan tidak menggunakan uang tunai, meskipun transaksinya dilakukan secara tunai. Umumnya kartu kredit dibuat dari bahan plastik dan berukuran kecil, sehingga istilah kartu kredit sering disebut juga kartu plastik. Dengan bentuk dan ukuran yang kecil, menjadikan kartu kredit sebagai alat bayar yang aman, praktis, mudah, dan meningkatkan prestise bagi pemegangnya.

Menurut Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, kartu kredit adalah alat pembayaran melalui jasa bank atau perusahaan pembiayaan dalam transaksi jual beli barang dan jasa, atau alat untuk menarik uang tunai dari bank.41 Berdasarkan perjanjian tersebut peminjam memperoleh pinjaman dana dari bank atau perusahaan pembiayaan. Peminjam dana adalah pihak yang menerima kartu kredit, yang disebut juga pemegang kartu, dan bank atau perusahaan pembiayaan pihak yang menyerahkan kartu kredit yang disebut penerbit.

Sebagai salah bentuk alat pembayaran, kartu kredit memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan jenis alat pembayaran lainya. Secara yuridis karekteristik kartu kredit ditinjau dari KUHPerdata sebagai (perjanjian) dan dari segi KUHDagang sebagai (surat berharga).

Dilihat KUHPerdata pembiayaan kredit meliputi 2 (dua) jenis perjanjian, yaitu perjanjian penerbit kartu kredit dan perjanjian pengguna kartu kredit. Dalam KUHPerdata perjanjian penerbit kartu kredit digolongkan dalam perjanjian pinjam pakai habis. Adapun perjanjian penggunaan kartu kredit digolongkan dalam perjanjian jual beli bersyarat. Dilihat dari KUHDagang meskipun kartu kredit mirip

dengan surat berharga, namun karena kartu kredit hanya memenuhi 1 (satu) dari 3 (tiga) fungsi utama surat berharga, yaitu sebagai alat bayar, maka kartu kredit

secara hukum tidak dapat dikatakan sebagai surat berharga.

5. Perdagangan Surat Berharga

Perdagangan surat berharga (securities company) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk surat berharga. Dalam perkembangannya bidang usaha surat berharga ini dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1256/KMK. 00/1989 dikeluarkan dari lingkup usaha lembaga pembiayaan. Kegiatan perdagangan surat berharga ini sangat terkait dengan kegiatan di bidang pasar modal, sehingga pengaturan dan pembinaan kegiatannya dialihkan kepada Bapepam sebagai otoritas pasar modal.

6. Pembiayaan Konsumen

Pembiayaan konsumen dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah consumer

finance. Pembiayaan konsumen ini pada hakikatnya sama saja dengan kredit

konsumen (consumer credit). Bedanya hanya terletak pada lembaga yang membiayainya. Pembiayaan konsumen biaya diberikan oleh perusahaan pembiayan (financing company), sedangkan kredit konsumen biaya diberikan oleh Bank.

Secara substansial, pengertian pembiayaan konsumen pada dasarnya tidak berbeda dengan kredit konsumen. Menurut A. Abdurrahman sebagaimana disitir oleh Munir Fuady bahwa kredit konsumen adalah“kredit yang diberikan kepada konsumen guna pembelian barang konsumsi dan jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman yang digunakan untuk tujuan produktif atau dagang.”42

Berdasarkan definisi di atas, Abdulkadir Muhammmad dan Rilda Murniati telah merinci unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian pembiayaan konsumen sebagai berikut :

a. Subjek adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan hukum pembiayaan konsumen, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen (kreditur), konsumen (debitur), dan penyedia barang (pemasok, supplier).

b. Objek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan dipakai untuk keperluan hidup atau keperluan rumah tangga, misalnya televisi, kulkas, kendaraan bermotor, dan lain-lain.

c. Perjanjian, yaitu perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual-beli antara pemasok dan konsumen. Perjanjian ini didukung oleh dokumen-dokumen.

d. Hubungan hak dan kewajiban, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen wajib membiayai harga pembeliaan barang yang diperlukan konsumen dan membayarnya secara tunai kepada pemasok. Konsumen wajib membayar secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen, dan pemasok wajib menyerahkan barang kepada konsumen.

e. Jaminan, yaitu terdiri atas jaminan utama, jaminan pokok, dan jaminan tambahan. Jaminan utama berupa kepercayaan terhadap konsumen (debitur) bahwa konsumen dapat dipercaya untuk membayar angsurannya sampai selesai. Jaminan pokok secara fidusia berupa barang yang dibiayai oleh perusahaan pembiayaan konsumen dimana semua dokumen kepemilikan barang dikuasai oleh perusahaan pembiayaan konsumen (fiduciary transfer of ownership) sampai angsuran terakhir

dilunasi. Adapun jaminan tambahan berupa pengakuan hutang (promissory notes) dari konsumen43.

Selanjutnya, berdasarkan definisi beserta unsur-unsur sebagaimana diuraikan di atas, dapat diidentifikasi karakteristik dari pembiayaan konsumen serta perbedaannya dengan kegiatan sewa guna usaha, khususnya dalam bentuk financial

lease. Karakteristik dari pembiayaan konsumen, yaitu sebagai berikut:

a. Sasaran pembiayaan jelas, yaitu konsumen yang membutuhkan barang-barang konsumsi.

b. Objek pembiayan berupa barang-barang untuk kebutuhan atau konsumsi konsumen.

c. Besarnya pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan konsumen kepada masing-masing konsumen relatif kecil, sehingga;

d. Resiko pembiayaan relatif lebih aman karena pembiayaan tersebar pada banyak konsumen.

e. Pembayaran kembali oleh konsumen kepada perusahaan pembiayaan konsumen dilakukan secara berkala/angsuran.

Ada 2 (dua) sumber hukum perdata untuk kegiatan pembiayaan konsumen yaitu asas kebebasan berkontrak dan perundang-undangan di bidang perdata.

I. Asas Kebebasan Berkontrak

Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiatan pembiayaan konsumen selalu dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar

kepastian hukum (legal certainty). Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak para pihak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari perusahaan pembiayaan konsumen sebagai pihak penyedia dana (fund lender), dan konsumen sebagai pihak pengguna dana (fund user).

II. Perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance agreement) merupakan dokumen hukum utama (main legal document) yang dibuat secara sah dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka akan berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen (Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata). Konsekuensi yuridis selanjutnya, perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan iktikad baik (in good faith) dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak (unilateral

unvoidable). Perjanjian pembiayaan konsumen berfungsi sebagai dokumen

bukti yang sah bagi perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen. a. Undang-Undang di Bidang Hukum Perdata

Perjanjian pembiayaan konsumen merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang tunduk pada ketentuan Buku III KUHPerdata. Sumber hukum utama pembiayaan konsumen adalah ketentuan mengenai perjanjian pinjam pakai habis dan perjanjian jual beli bersyarat yang diatur dalam KUHPerdata. Kedua sumber hukum utama tersebut dibahas dalam konteksnya dengan pembiayaan konsumen.

a) Perjanjian pinjam pakai habis

Perjanjian pembiayaan dan konsumen yang terjadi antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen digolongkan ke dalam “perjanjian pinjam pakai habis” yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUHPerdata. Pasal 1754 KUHPerdata menyatakan bahwa pinjam pakai habis adalah perjanjian, dengan mana pemberi pinjaman menyerahkan sejumlah barang pakai habis kepada peminjam dengan syarat bahwa peminjam akan mengembalikan barang tersebut kepada pemberi pinjaman dalam jumlah dan keadaan yang sama.

Dalam pengertian barang habis pakai termasuk juga sejumlah uang yang dipinjamkan oleh pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman adalah perusahaan pembiayaan konsumen yang berkedudukan sebagai kreditor, sedangkan peminjam adalah konsumen yang berkedudukan sebagai debitur. Karena barang habis pakai yang dipinjam itu sejumlah uang, maka menurut ketentuan Pasal 1765 KUHPerdata pihak-pihak (perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen) boleh memperjanjikan pengembalian uang pokok ditambah dengan bunga. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perjanjian pembiayaan konsumen tergolong perjanjian khusus yang objeknya adalah barang habis pakai yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUHPerdata.