• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

“Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,”17 teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi

intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu ini merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.

“Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.”18

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teoritis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.19 Kerangka teoritis yang digunakan dalam menelaah eksekusi di bawah tangan objek jaminan fidusia atas kredit macet kepemilikan mobil (KPM) di Lembaga Keuangan non-Bank. Didasarkan pada teori John Rawls yang dikenal dengan teori Rawls bahwa hukum sebagai Justice as Fair20. Dengan teori

Rawls, bagaimanapun juga, cara yang adil untuk mempersatukan berbagai

kepentingan adalah dengan tanpa memberikan perhatian istimewa terhadap kepentingan itu sendiri. Teori Rawls,21 memberikan dua prinsip keadilan di dalamnya yakni prinsip kebebasan dan prinsip fair. Dengan prinsip kebebasan bahwa setiap orang berhak mempunyai kebebasan yang terbesar asal tidak menyakiti orang lain. Selanjutnya dengan prinsip fair bahwa ketidaksamaan sosial dan ekonomi dianggap tidak adil kecuali ketidaksamaan ini menolong seluruh masyarakat.

18 Ibid, hal.16.

19

Ibid, hal. 80.

20 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), PT. Toko

Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal.76.

Dalam perjanjian fidusia terdapat dua pihak yang terlibat yaitu penerima fidusia sebagai pihak yang membiayai atau memberikan kredit dan pihak pemberi fidusia sebagai pihak yang menerima kredit. Pihak kreditur penerima fidusia dalam kaitannya dengan tulisan ini adalah lembaga keuangan non-bank, yaitu suatu perusahaan lembaga pembiayaan yang bidang usahanya bergerak dalam membiayai pembelian kendaran bermotor secara kredit. Sedangkan yang dimaksud dengan debitur pemberi fidusia adalah pihak yang membeli kendaran bermotor dari

distributor/showroom kendaraan bermotor tersebut melalui lembaga pembiayaan itu.

Mengenai perjanjian fidusia, tidak terlepas dari perjanjian pokok, yang dalam hal ini perjanjian pembiayaan. Perjanjian pembiayaan dibuat dengan akta fidusia secara otentik, yang juga tidak terlepas dari konsep perjanjian yang secara mendasar sebagaimana termuat dalam Pasal 1319 KUHPerdata, yang menegaskan semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat dalam KUHPerdata, yang memiliki sifat terbuka artinya ketentuan dapat dikesampingkan sehingga hanya berfungsi mengatur saja.

Sifat terbuka dari KUHPerdata tercermin dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang mengandung azas kebebasan berkontrak, maksudnya setiap orang bebas yang menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian sebagaimana termuat dalam Pasal 1320 KUHPerdata.

Suatu perjanjian pada dasarnya harus memuat beberapa unsur perjanjian yaitu:22

1. Unsur essentialia, sebagai unsur pokok yang wajib ada dalam perjanjian, seperti identitas para pihak yang harus dicantumkan di dalam suatu perjanjian.

2. Unsur naturalia, merupakan unsur yang dianggap ada dalam perjanjian, walaupun tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian, seperti itikad baik dari masing-masing pihak dalam perjanjian.

3. Unsur accidentialia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para pihak dalam perjanjian.

Pemahaman dari perjanjian pada umumnya yang diuraikan di atas, bahwa materi perjanjian pada umumnya dapat digunakan sebagai dasar untuk memahami dan menyusun mengenai perjanjian pembiayaan/kredit. Perjanjian pembiayaan tidak secara khusus diatur dalam KUHPerdata tetapi termasuk dalam perjanjian bernama di luar KUHPerdata.

Perjanjian pembiayaan dilandaskan oleh KUHPerdata Bab XII Buku III karena perjanjian kredit mirip dengan perjanjian pinjam-meminjam uang. Menurut KUHPerdata Pasal 1754 yang berbunyi: pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang yang habis karena pemakaian dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula.23

Dalam hal perjanjian pembiayaan terjadi via dealer atau showroom terlebih dahulu dibuat perjanjian kerjasama antara lembaga pembiayaan dengan

dealer/showroom dalam hal in perjanjian yang dibuat di bawah tangan sebagai bentuk

22 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni Bandung, 1985, hal. 20

perjanjian kerjasama untuk mempermudah pembeli dalam mengajukan pengurusan kredit kendaraan bermotor. Di samping itu untuk mempermudah hubungan bisnisnya antara dealer/showroom dan lembaga pembiayaan itu sendiri.

Pemberian jaminan fidusia selalu berupa penyediaan bagian dari harta kekayaan si pemberi fidusia untuk pemenuhan kewajibannya, konsep harta kekayaan meliputi aspek ekonomi dan aspek hukum.

Dari aspek ekonomi harta kekayaan menitik beratkan pada nilai kegunaan sedangkan aspek hukum, harta kekayaan selain mempunyai nilai ekonomi merupakan benda modal yang dapat dialihkan kepada pihak lain karena adanya peratuaran hukumnya.24 Pemberi fidusia telah melepaskan hak kepemilikan secara yuridis untuk sementara waktu. Menurut Subekti, memberikan suatu barang sebagai jaminan kredit berarti melepaskan sebagian kekuasaan atas barang tersebut.25 Kekuasaan yang dimaksud bukanlah melepaskan kekuasaan benda ekonomis melainkan secara yuridis, artinya pemberi fidusia tetap memiliki hak ekonomis atas benda bergerak yang dijaminkannya itu, akan tetapi pemberi fidusia tersebut tidak dapat mengalihkan maupun mengagunkan benda bergerak yang dijaminkannya itu kepada pihak lain, sebelum kewajibannya tersebut terhadap kreditur penerima fidusia terpenuhi, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan bahwa benda jaminan masih dapat dipergunakan oleh si pemberi fidusia untuk melanjutkan usaha bisnisnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian jaminan fidusia, konstruksi yang terjadi adalah

24 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Harta Kekayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994,

hal.9-12.

pemberi jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik manfaat, sedangkan penerima jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik yuridis.

Hak kebendaan dari jaminan fidusia baru lahir sejak dilakukan pendaftaran pada kantor pendaftaran fidusia dan sebagai buktinya adalah diterbitkannya jaminan fidusia.26 Konsekuensi yuridis dari tidak didaftarkannya jaminan fidusia adalah perjanjian jaminan fidusia bersifat perseorangan. Oleh karena itu, proses pembuatan jaminan fidusia harus dilakukan secara sempurna melalui tahap-tahap perjanjian kredit, pembuatan akta jaminan fidusia oleh notaris dan diikuti dengan pendaftaran akta jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia. Tahapan proses perjanjian jaminan fidusia tersebut memiliki arti yang berbeda sehingga memberi karakter tersendiri dengan segala akibat hukumnya.

Penghapusan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 25 Undang-Undang Jaminan Fidusia, bunyinya: hapusnya hutang yang dijamin, pelepasan hak dan kewajiban fidusia oleh penerima fidusia, dan musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

Perjanjian fidusia, seperti halnya dengan perjanjian atau lembaga jaminan lainnya, yaitu bersifat accessoir, maka perjanjian/hak fidusia hapus dapat disebabkan oleh hapusnya perikatan pokoknya, yaitu perjanjian kredit atau perjanjian hutang- piutang yang mendahuluinya. Selain itu, jaminan fidusia juga hapus karena pelepasan

hak jaminan fidusia oleh penerima fidusia, termasuk musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.27

Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa suatu perjanjian pembiayaan/kredit sangatlah membutuhkan adanya suatu perlindungan hukum, baik bagi si kreditur maupun debitur. Bagi kreditur, salah satunya adalah adanya jaminan, yang dapat dibuat dengan perjanjian jaminan fidusia, yang merupakan suatu perjanjian jaminan yang tunduk pada asas konsensualisme, yang dianut oleh KUHPerdata.

Pengertian konsensualisme adalah perjanjian sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah mengikat dan mempunyai kekuatan hukum pada detik tercapainya kata sepakat mengenai apa yang telah diperjanjikan antara kreditur dan debitur. Kata sepakat mengenai kredit antara kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit dinyatakan dengan cara menandatangani surat perjanjian pembiayaan.28

Asas konsensualisme itu sendiri dianut oleh KUHPerdata, Sudikno Mertokusumo menjelaskan bahwa :

dalam hak terdapat empat unsur, yaitu subjek hukum, objek hukum, hubungan hukum yang mengikat pihak lain dengan kewajiban dan perlindungan hukum. Hak milik itu ada subjeknya yaitu pemilik sebaliknya setiap orang terikat kewajiban untuk menghormati hubungan antara pemilik dan objek yang dimilikinya. Seseorang yang membeli suatu barang dari orang lain berhak atas barang yang dibelinya, sedangkan penjual mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang yang dijualnya. Jadi hak pada hakikatnya merupakan hubungan hukum dengan subjek hukum lain yang dilindungi oleh hukum dan menimbulkan kewajiban.29

27 H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, The Bankers Hand Book, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 290.

28

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para

Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 182-183.

29 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003,

2. Konsepsi

Konsep adalah suatu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi sesuatu yang konkrit, yang disebut dengan operasional definition.30 Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.31 Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, dalam rangka menyamakan persepsi yakni sebagai berikut:

b. Lembaga pembiayaan dalam penulisan ini adalah: Perusahaan Pembiayaan Konsumen yang berupa badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang dalam hal ini kendaraan bermotor yaitu mobil untuk kebutuhan konsumen dengan melakukan pembayaran dengan sistem angsuran atau berkala.

c. Kredit macet adalah jika terdapat keterlambatan pembayaran angsuran atau cicilan pada tanggal yang telah ditentukan dalam perjanjian kredit, keterlambatan mana dilakukan oleh debitur sudah termasuk pada pokok dan bunga hutangnya yang telah melampaui waktu 21 (duapuluh satu) hari dari tanggal angsuran yang telah ditetapkan.

30 Sutan Remy Sjahdeini, Op.cit, hal. 10.

31 Tan Kamello, Perkembangan Lembaga Jaminan Fidusia: Suatu Tinjauan Putusan

d. Benda bergerak adalah benda yang karena sifatnya dapat dipindahkan atau karena ditentukan undang-undang, benda bergerak dalam penulisan tesis ini adalah kendaraan bermotor dalam hal ini mobil.

e. Akta jaminan fidusia adalah akta notaris yang berisikan pemberian jaminan fidusia kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya yang ditentukan dalam undang-undang.

f. Debitur adalah orang yang memiliki hutang kepada lembaga pembiayaan lainnya karena perjanjian atau undang-undang.

g. Kreditur adalah lembaga pembiayaan lainnya yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang.

h. Eksekusi di bawah tangan adalah upaya kreditur untuk merealisasikan haknya yang dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.

G. Metode Penelitian