PENGARUH KONSENTRASI MALEAT ANHIDRAT TERHADAP
DERAJAT GRAFTING MALEAT ANHIDRAT PADA HIGH
DENSITY POLYETHYLENE ( HDPE ) DENGAN INISIATOR
BENZOIL PEROKSIDA
SKRIPSI
IWAN PRANATA SITEPU
040822037
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High PENGARUH KONSENTRASI MALEAT ANHIDRAT TERHADAP DERAJAT GRAFTING MALEAT ANHIDRAT PADA HIGH DENSITY POLYETHYLENE
( HDPE ) DENGAN INISIATOR BENZOIL PEROKSIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
IWAN PRANATA SITEPU 040822037
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH KONSENTRASI MALEAT ANHIDRAT TERHADAP DERAJAT GRAFTING MALEAT ANHIDRAT PADA HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DENGAN INISIATOR BENZOIL PEROKSIDA
Kategori : SKRIPSI
Nama : IWAN PRANATA SITEPU
Nomor Induk Mahasiswa : 0404822037
Program Studi : SARJANA ( S 1 ) KIMIA EKSTENSI
Pembimbing II Pembimbing I
Drs. Syamsul Bachri Lubis, MSi Drs. Darwin Yunus Nasution, MS
NIP 130 809 879 NIP 130 936 280
Diketahui / Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High PERNYATAAN
PENGARUH KONSENTRASI MALEAT ANHIDRAT TERHADAP DERAJAT GRAFTING MALEAT ANHIDRAT PADA HIGH DENSITY POLYETHYLENE
(HDPE) DENGAN INISIATOR BENZOIL PEROKSIDA
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Maret 2009
PENGHARGAAN
Segala Puji dan Syukur hanya bagiMU Tuhan Allah disorga, Tuhan pemilik seluruh Alam semesta yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penghargaan yang setinggi – tingginya dan ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada Ibunda Narta Perangin-angin, juga kepada adik - adik penulis Frans Janporta Sitepu, Bobby Suhandri Sitepu dan Ennike rut Perbina Sitepu untuk semua pengorbanan, perhatian, motivasi dan kasih sayang yang telah dan akan selalu penulis terima, semua tak akan pernah terbalas oleh penulis kecuali Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pada kesempatan ini, penulis dengan kerendahan hati ingin mengucapkan terimakasih yang tulus kepada Bapak Drs. Darwin Yunus Nasution, M.S dan Drs. Syamsul Bahcri Lubis, M.Si selaku pembimbing I dan II yang dengan penuh kesabaran dalam memberikan arahan dan bimbingan hingga selesainya skripsi ini. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, M.S dan Drs. Firman Sebayang, M.S selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU Medan. Bapak dan Ibu staf pengajar dan administrasi Fakultas MIPA USU Medan, khususnya Jurusan Kimia yang telah mendidik penulis dalam studi. Bapak Suryanta Sinulingga selaku Bapak kost saya yang juga telah memberikan motivasi dan saran kepada penulis dalam penyelesaikan skripsi ini. Kakanda ( Roni Siallagan, Fransisco Sinulingga, Mardona Surbakti) yang telah membantu pengerjaan tulisan maupun semangat, kawan–kawan ( Samsir Pohan, Ali Umar Batubara, Udin, Bernadet Silalahi, Rosa Ginting, Jonner Sihotang, Ridwan Sihotang, Henry Siagian, Ronal Simanjuntak, Jonny Silalahi, Rico Sibagariang, Hendra Nainggolan, Cipta Sihombing, Azril Lubis), dan adinda satu kost ( Roni Simatupang, Donald Silalahi, Simsons Nainggolan, Leo Batubara, Alex Silitonga,dan lain – lain ).
Partner penulis ( Halomoan Harahap, Siska, Oni, Tara, Bang Edi dan lain - lain ) dan rekan –rekan yang tak dapat dituliskan stu persatu, sukses selalu.
Penulis menyadari akan kekurangan dari materi dan data yang disajikan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan literatur dan pengetahuan penulis, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High ABSTRAK
THE EFFECT OF MALEIC ANHYDRATE CONCENTRATION ON THE GRAFTING DEGREE IN HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) WITH
INISIATOR BENZOYL PEROXIDE
ABSTRACT
3.2.6 Uji spektroskopi FTIR. ... 20
3.3 Bagan Penelitian... 21
3.3.1 Proses grafting MA pada HDPE dengan radikal bebas ... 21
3.3.2 Menghitung derajat grafting dengan metode titrasi ... 22
3.3.3 Proses pembuatan film untuk analisa FTIR ... 23
Bab 4 Hasil dan Pembahasan ... 24
4.1 Hasil Pencampuran Polimer... 24
4.2 Perhitungan ... 25
4.3 Pembahasan ... 25
4.3.1 Pengaruh konsentrasi maleat anhidrida terhadap derajat grafting... 26
4.3.2 Analisa FTIR ... 27
Bab 5 Kesimpulan dan Saran ... 28
5.1 Kesimpulan ... 28
5.2 Saran ... 28
Daftar Pustaka
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sifat Fisika dan Mekanika HDPE dan LDPE ... 6
Table 2.3 Beberapa contoh senyawa Peroksida ... 8
Tabel 2.5 Sediaan dari Xylen dan Etibenzena ... 14
Tabel 2.6 Korelasi gugus fungsional untuk HDPE termodifikasi ... 17
Tabel 4.1 Data Hasil Pencampuran Polimer ... 24
Tabel 4.2 Perbandingan konsentrasi maleat anhidrat terhadap Derajat Grafting ... 26
Tabel 4.3 Bilangan Gelombang HDPE murni ... 27
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
DAFTAR SINGKATAN
HDPE = High Density Polyethylene
MA = Maleat anhidrat
BPO = Benzoil peroksida
FTIR = Fourier Transform Infrared Spektroskopy
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polietilena adalah polimer termoplastik yang secara komersial banyak digunakan
sehingga diproduksi secara besar. Banyaknya permintaan polietilena tidak terlepas
dari sifat – sifatnya yang tahan terhadap zat kimia, ringan, mudah dibentuk dan tidak
mahal (Billmeyer, 1994).
Polietilena adalah bahan termoplastik yang transparan, berwarna putih
mempunyai titik leleh bervariasi antara 1100C -1370C, Beberapa jenis polietilena
antara lain. Low Density Polyethylene ( LDPE ), High Density Polyethylene (HDPE),
dan Linear Low Density Polyethylene ( LLDPE). Low Density Polyethylene (LDPE ),
memiliki struktur rantai percabangan yang tinggi dengan cabang - cabang yang
panjang dan pendek. Sedangkan High Density Polyethylene ( HDPE ) mempunyai
struktur rantai lurus, Linear Low Density Polyethylene ( LLDPE ) memiliki rantai
polimer yang lurus dengan rantai –rantai cabang yang pendek (Curlee, 1991).
Polietilena adalah polimer termoplastik yang banyak digunakan untuk
pembuatan komposit dengan bahan pengisi serat alam, namun dalam pembuatannya
tidak diperoleh hasil yang homogen karena perbedaan polaritas antara polimer dan
serat alam, Untuk meningkatkan interaksi antara bahan pengisi dengan matriks
polimer telah dilakukan dengan beberapa cara. Salah satu cara yang dilakukan adalah
dengan menambahkan senyawa penghubung (Coupling Agent) sehingga
meningkatkan sifat antarmuka dan adhesi bahan pengisi dengan matriks polimer.
Machado melaporkan maleat anhidrat sangat berperan dalam memodifikasi struktur
polyolefin dengan inisiator di-tert-butyl peroxide (DBP) dalam alat twin-screw
extruder ( Machado, 2000).
Teknik lain yang dilakukan untuk meningkatkan kompatibilitas campuran
polimer adalah dengan memodifikasi struktur matriks polimer sehingga kepolarannya
meningkat, seperti yang dilakukan oleh Mousa Ghaemy, Departemen Kimia,
Universitas Mozaidoran, Iran. Teknik yang dilakukan untuk memodifikasi polimer
ialah dengan reaksi grafting antara maleat anhidrat dengan polietilena dengan cara
refluks menggunakan inisiator azoisobutyronnitrile ( AIBN) dengan pelarut xylen.
( Mousa G, 2002).
Pada penelitian ini, penulis berkeinginan memodifikasi struktur HDPE
dengan teknik pencampuran reaktif dalam Internal Mixer pada suhu 1450C dengan
cara grafting MA kedalam HDPE dengan inisiator benzoil peroksida.
1.2 Permasalahan
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terjadi reaksi grafting setelah pencampuran HDPE dengan maleat
anhidrat ?
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi maleat anhidrat terhadap derajat grafting
maleat anhidrat pada HDPE?
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk mengetahui apakah reaksi grafting sudah terjadi dapat dilakukan dengan
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui apakah reaksi grafting terjadi setelah pencampuran HDPE
dengan maleat anhidrat
2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi maleat anhidrat terhadap derajat
grafting maleat anhidrat pada HDPE.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi reaksi grafting antara
maleat anhidrida dengan HDPE.
1.5 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Polimer FMIPA USU dan perekaman
spektra FTIR dilakukan di laboratorium Bea Cukai Belawan.
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium, yaitu untuk memodifikasi struktur
polimer HDPE dilakukan beberapa tahap yaitu :
Tahap I : Preparasi Alat
Tahap II : Proses analisa data meliputi :
a) Preparasi sampel
c) Menghitung derajat grafting dengan metode titrasi
d) Perekaman spektra FTIR
Variabel – variabel yang digunakan adalah :
Variabel bebas : Konsentrasi maleat anhidrida dalam HDPE
Variabel terikat : Derajat Grafting
Variabel tetap :
1. Benzoil Peroksida ( BPO ) 2 %
2. Suhu Hotmixer 145 0C
3. Waktu pencampuran 60 menit
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polietilena
Polietilena adalah bahan termoplastik yang transparan, berwarna putih mempunyai
titik leleh bervariasi antara 1100C -1370C. Umumnya polietilena bersifat resisten
terhadap zat kimia. Pada suhu kamar, polietilena tidak larut dalam pelarut organik dan
anorganik ( Bilmeyer, 1994 ). Polietilena dapat teroksida diudara pada temperatur
tinggi atau dengan sinar UV. Struktur rantai polietilena dapat berupa linier, bercabang
atau berikat silang.
Beberapa jenis polietilena antara lain : Low Density Polyethylene ( LDPE ),
High Density Polyethylene ( HDPE ) dan Linear Low Density Polyethylene ( LLDPE)
Low Density Polyethylene ( LDPE ) memiliki struktur rantai percabangan yang tinggi
dengan cabang- cabang yang panjang dan pendek. Sedangkan High Density
Polyethylene ( HDPE ) mempunyai struktur rantai lurus, Linear Low Density
Polyethylene ( LLDPE ) memiliki rantai polimer yang lurus dengan rantai –rantai
cabang yang pendek.
a.
c.
Gambar 2.1 Struktur rantai polietilena a. HDPE b. LDPE c. LLDPE
HDPE ( HIGH Density Polyethylene ), LDPE ( Low Density Polyethylene )
sebaliknya dengan sedikit cabang- cabang pada rantai terutama akan memperkuat
gaya –gaya ikatan antar molekul. Dengan berdekatannya rantai – rantai utama akan
menaikkan kristalinitas, rapat massa dan kekuatannya.
Adanya beberapa struktur dari polietilena akan mempunyai sifat fisik dan
kimia dari bahan polimer. Struktur rantai bercabang mempunyai kekuatan yang lebih
rendah karena cabang- cabang akan mengurangi gaya-gaya ikatan antar molekul.
Adanya rantai-rantai cabang pada rantai polimer sehingga merupakan polimer linier
yang mempunyai krisnalitas tinggi.
Proses pembuatan rantai panjang dari polimer termoplastik polietilena secara
umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Proses dengan kondisi pada tekanan tinggi yang menghasilkan LDPE ( low
density polyethylene )
b. Proses dengan kondisi pada tekanan rendah yang menghasilkan HDPE ( High
Density Polyethylene ).
Proses pada tekanan tinggi dengan kondisi tekanan ( P0 ) > 1000 atm dan
temperatur 100-300 0C pertama kali diperkenalkan di Inggris tahun 1993. Polietilena
yang dihasilkan pada proses ini mempunyai berat molekul tinggi, mengandung rantai
–rantai cabang yang banyak dan kristalinitas rendah, sedang proses polimerisasi ini
ternyata kurang begitu menguntungkan sehingga dilakukan penelitian selanjutnya.
Sekitar tahun 1953 Karl Ziegler dari Jerman menemukan proses polimerisasi, proses
ini dilakukan pada tekanan dan temperatur kamar dengan bantuan katalis yang disebut
katalis Ziegler Natta, yaitu yang merupakan senyawa kompleks yang terbentuk dari
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
Polietilena yang dihasilkan mempunyai berat molekul yang tinggi, polimer
lebih kaku dibandingkan dengan polimer yang dihasilkan pada tekanan tinggi.
Kekakuan tersebut disebabkan tidak adanya rantai –rantai cabang pada rantai polimer
sehingga merupakan polimer linier yang mempunyai kristalinitas tinggi.
Polietilena adalah polimer yang termasuk golongan poliolefin dengan berat
molekul rata –rata ( Mw ) = 50.000 – 300.000. Jenis polietilena yang banyak
digunakan adalah LDPE ( Low Density Polyethylene ) yang mempunyai rantai cabang
digunakan sebagai pengemas yaitu sekitar 44,5 % dari total plastik kemas kemudian
diikuti HDPE ( High Density Polyethylene ) yang tidak mempunyai rantai cabang,
tapi merupakan rantai utama yang lurus kurang lebih 25,4 % ( Hartomo, 1993).
Mengenai sifat fisika dan mekanika HDPE dan LDPE dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat Fisika dan Mekanika HDPE dan LDPE Sifat fisika dan
mekanik
HDPE rantai lurus LDPE rantai cabang
Titik leleh 125 – 130 0C 105-115 0C
Derajat kristalinitas 85- 95 % 65 %
Berat jenis 0,95 – 0,96 0,91-0,92
Titik lunak 124 0C 105 0C
Kekuatan tarik 245 kgf/cm2 144 kgf/cm2
Perpanjangan 100 % 500 %
(Surdia, 1995 ).
2.1.1 Sifat kimia Polietilena
Polietilena adalah bahan polimer yang sifat kimianya cukup stabil terhadap larutan
dan hampir semua pereaksi kimia pada temperatur kamar. Polietilena tidak dapat
dilarutkan dengan pelarut organik, bersifat non polar dan tidak menunjukkan
perbedaan sifat listrik.
LDPE bersifat lentur, ketahanan listrik yang baik, kedap air, lebih lunak dari
HDPE memilki kecenderungan untuk mengkerut dan getas selama dicetak sehingga
merupakan material yang kritis terhadap cetakan. Polietilena cenderung tidak tahan
terhadap perubahan cahaya sehingga mudah berubah warna oleh pengaruh cahaya
matahari dan menghasilkan material yang berwarna hitam (Cowd, M.A., 1991 ).
2.2 Maleat Anhidrat
Maleat anhidrat masih digunakan dalam penelitian polimer. Maleat anhidrat dapat
dibuat dari asam maleat, seperti reaksi dibawah ini :
O O
Asetat anhidrat Asam maleat anhidrat
O
Gambar 2.2. Pembentukan Maleat Anhidrat
Maleat anhidrat dengan berat molekul 98,06, larut dalam air, meleleh pada
temperatur 57- 60 0C, mendidih pada 202 0C dan spesifik grafiti 1,5.
Maleat anhidrat adalah senyawa vinil tidak jenuh merupakan bahan mentah
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
minyak pelumas, plastisizer dan kopolimer. Maleat Anhidrat mempunyai sifat kimia
khas yaitu adanya ikatan etilenik dengan gugus karbonil didalamnya, ikatan ini
berperan dalam reaksi adisi ( Arifin, 1996 ).
Dalam penelitian ini maleat anhidrat diharapkan menempel ( tergrafting ) pada
matriks HDPE dengan variasi konsentrasi yang maksimum.
2.3 Inisiator
Inisiator sering digunakan untuk membentuk radikal bebas
Tabel 2.3 Beberapa contoh senyawa peroksida Nama Campuran yang Umum
Alkil peroksi radikal ROO.
Asetil peroksida CH3-C(O)O2·
Benzoiloksil φ-CO2·
Benzoil peroksida φ-C(O)O2·
Beberapa alasan mengapa digunakan peroksida sebagai inisiator yaitu:
a. Kecepatan dekomposisi peroksida
b. Keraktifan radikal dalam penyerapan atom hidrogen pada polimer
c. Proses awal dekomposisi untuk menghasilkan radikal bebas bergantung pada
kekuatan reaksi dan variasi proses.
d. Keraktifan radikal dalam penyerapan atom hidrogen pada polimer
e. Waktu paruh peroksida
f. Sifat fisik peroksida
Gambar dekomposisi dari benzoil peroksida dapat dilihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Mekanisme dekomposisi dari benzoil peroksida (BPO)
( Carry, M.,1998).
Benzoil peroksida Benzoiloksil radikal
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
Sebuah kopolimer graft adalah sebuah polimer dimana menempel satu atau lebih
spesies blok pada rantai.
Pada polimer graft dapat bersifat homopolimer dan kopolimer .
2.4.1 METODE GRAFTING
A. Mekanisme Radikal bebas
Adalah metode tertua dan terluas penggunaannya,karena relatif simpel. Ada 5 metode
grafting dengan mekanisme radikal bebas yaitu:
1. Metode Kimia (chemical method)
Radikal bebas di lepaskan oleh inisiator seperti benzoyl peroxide (BPO) atau
azobisisobutironitrik(AIBN).
Kelompok khromoponik dipolimer menyerab radiasi elektro magnetik pada daerah
visibel dan elektromagnetik. Hasilnya pemutusan ikatan dan kemudian pada
dekomposisi radikal dimana menghasilkan inisiasi grafting.
3. Metode Radiasigrafting
Pada metode ini kopolimer graft dimulai pada daerah radikal pada rantai polimer
dengan energi radiasi yang tinggi pada daerah vakum atau medium lainnya.
4. Metode Plasmagrafting
Grafting plastik seperti fiber dengan pemberian sinar. Dengan suhu yang rendah
merupakan sistem yang kompleks untuk elektron, atom, spesies ionisasi dan pelepasan
atom dan molekul
5. Metode Kimia mekanik grafting
Mekanisme yang bersifat reaktif dan ultrasonik menyebabkan polimer mengalami
degradasi disebabkan oleh sebuah radikal bebas.
B. Mekanisme ionik
Merupakan teknik yang baik untuk persiapan kopolimer graft. Metode ini dibagi dua
yaitu :
1. Metode Anionik
Graft kopolimerisasi mengalami inisiasi oleh anion dengan reaksi basa dengan asam
proton pada rantai utama polimer.
Contoh. Poliamida dilapisi dengan logam natrium dalam larutan amonia dan
mengalami grafting dengan unit monomer.
2. Metode Kationik
Reaksi inisiasi diantara alkil halida dan asam lewis merupakan contoh untuk kationik
grafting.
C. Mekanisme koordinasi
Stereospesifik inisiator memberikan stereo blok kopolimer mengandung rangkaian
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
Greber menggrafting hidrokarbon kedalam poli ( strirena- cobutadiena ) menggunakan
ziegler natta.
D. Mekanisme Coupling
Polimer yang mengandung hidrogen yang aktif digunakan untuk sintesis kopolimer
graft. poly ( etilena oksida ) adalah grafting yang mudah kedalam nilon.
Faktor – faktor yang mempengaruhi daerah grafting pada polimer adalah :
(a) Struktur dasar sebuah polimer
(b) Struktur dasar monomer dan comonomer
(c) Struktur dan konsentrasi inisiator
(d) Efisiensi kecepatan proses ; Efisiensi kecepatan monomer dan inisiator dengan
polimer. Efisiensi kecepatan proses menentukan konsentrasi reaktan.
(e) Suhu; proses suhu yang tinggi secara umum menyebabkan polimer mengalami
degradasi, mengurangi half-life inisiator, mengubah kecepatan atau
kespesifikan reaksi (Sigh, R.P. 1992).
2.4.2 Mekanisme Grafting MA kedalam HDPE
Mekanisme grafting MA kedalam HDPE dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:
1. Tahap dekomposisi peroksida
2. Tahap Inisiasi
3. Tahap Propagasi
4. Tahap Transfer rantai
Dekomposisi peroksida
Benzoil Peroksida Benzoilpksil radikal
Benzoilpksil radikal
Polietilena
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
Ikat Silang ( Crosslinking )
( Mousa G., 2002). 2.5 Xylen
Xylen merupakan salah satu dari isomer gugus hidrokarbon aromatik. Ketiga isomer
xylen ( 0-xylen, m-xylen, p-xylen ) dan ethilbenzena mempunyai kesamaan berat
molekul yaitu : 106,2 dan susunan yang sederhana C8H10. Nama, struktur senyawa dan
titik didih serta titik lebur dari senyawa ini ditunjukkan pada:
Tabel 2.5. Sediaan dari Xylen dan Etilbenzena
p-xylen
2.6 Analisa Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR)
Pada tahun 1965, Cooley dan Turky mendemontrasikan teknik spektroskopi FTIR
(Fourier Transform Infrared Spectroscopy). Pada dasarnya teknik ini sama dengan
spektroskopi inframerah biasa, kecuali dilengkapi dengan cara penghitungan Fourier
Transform dan pengolahan data untuk nendapatkan resolusi dan kepekaan yang lebih
tinggi. Teknik ini dilakukan dengan penambahan peralatan interferometer yang telah
lama ditemukan oleh Michelson pada akhir abad 19. Michelson telah mendapatkan
informasi spectrum dari suatu berkas radiasi dengan mengamati interferogram yang
diperoleh dari interfemeter tersebut. Fellet (1970) juga telah menggunakan
perhitungan Fourier Transform pada Spektrometer dalam bidang astronomi.
Penggunaan Spektrometer FT-IR untuk analisa banyak diajukan untuk
identifikasi suatu senyawa. Hal ini disebabkan spektrum FT-IR suatu senyawa
(misalnya senyawa organik) bersifat khas, artinya senyawa yang berbeda akan
mempunyai spektrum yang berbeda pula. Vibrasi ikatan kimia pada suatu molekul
menyebabkan pita serapan hampir seluruhnya didaerah spectrum IR yakni 4000-400
cm-1.
Pada temperatur biasa molekul organik frekuensi vibrasinya dalam keadaan
tetap. Masing-masing ikatan mempunyai vibrasi regangan (stretching) dan vibrasi
tekuk (bending) yang dapat mengasorbsi energi radiasi pada frekuensi itu. Yang
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
dua atom didalam suatu molekul. Vibrasi regang ini ada dua macam, yaitu regang
simetris dan tak simetris. Yang dimaksud vibrasi tekuk adalah terjadinya perubahan
sudut antara dua ikatan kimia. Ada empat macam vibrasi tekuk, yakni vibrasi tekuk
dalam bidang (inplane bending)yang dapat berupa vibrasi scissoring (deformasi) atau
vibrasi rocking dan vibrasi keluar bidang (out of plane bending) yang dapat berupa
wagning atau berupa twisting ( Seymour, 1984).
Formulasi bahan polimer komersial dengan kandungan aditif bervariasi seperti
pemlastis, pengisi, pemantap dan antioksidasi, memberikan kekhasan pada spektrum
inframerahnya. Analisis inframerah memberikan informasi tentang kandungan aditif,
panjang rantai, dan struktur rantai polimer. Disamping itu, analisis IR dapat digunakan
untuk karakterisasi bahan polimer yang terdegradasi oksidatif dengan munculnya
gugus karbonil dan pembentukan ikatan rangkap pada rantai polimer. Gugus lain yang
menunjukkan terjadinya degradasi oksidatif adalah gugus hidroksida dan karboksilat.
Umumnya pita serapan polimer pada spektrum inframerah adalah adanya
ikatan C-H regangan pada daerah 2880 cm-1 -2900 cm-1 dan regangan dari gugus
fungsi lain yang mendukung untuk analisis suatu material.
Banyak faktor yang mempengaruhi frekuensi vibrasi ikatan dalam molekul dan
tidak mungkin memisahkan pengaruhnya suatu dari yang lain, sebagai contoh serapan
ikatan C=O dalam gugus keton (RCOCH3) lebih rendah daripada dalam RCOCl.
Perubahan frekuensi struktur C=O ini karena perbedaan massa diantara CH3 dan Cl.
Molekul yang terdiri dari beberapa atom tidak saja bervibrasi pada frekuensi
ikatan, tetapi juga pada ”overtone” frekuensi. Bila suatu ikatan bervibrasi; ikut pula
sisanya dalam molekul. Vibrasi harmonis ( overtone) mempunyai frekuensi yang
merupakan kelipatan dari frekuensi dasar ( fundamental ).
Suatu pita kombinasi adalah jumlah atau perbedaan antara dua vibrasi
harmonis. Keistimewaan spektra infra merah disebabkan oleh pita-pita ini. Frekue nsi
gugus ini memungkinkan penentuan ada atom atau tidak adanya suatu gugus fungsi
(a) Resonansi yang dapat menyebabkan penyerapan orde ikatan rangkap dan
frekuensi dengan 30 cm-1
(b) Ikatan Hidrogen
(c) Efek tegangan lingkar.
Spektra infra merah dapat dibagi dalam :
1) Sumbu Vertikal yaitu biasanya linier dalam bilangan gelombang ( dalam cm-1)
Spektra kontinu dari 4000 – 650 cm-1
2) Sumbu Vertikal yaitu biasanya linear dalam % transmisi ( 100% T diatas, 0% T
dibawah )
(Hummel, D.O., 1985)
2.6.1 Hubungan spektra Infra merah dengan struktur molekul
Informasi empiris tentang bermacam gugus fungsi dapat mengabsorbsi, disimpulkan
dalam ” chort = korelasi ” yang digunakan untuk identifikasi.
Dengan korelasi ditemukan dalam wilayah unit infrared dibagi dalam wilayah:
1. Frekuensi gugus 4000 -1300 cm-1
2. Wilayah finger print 1300 - 600 cm-1
Dalam wilayah frekuensi gugus pita absorbsi terpenting disebabkan oleh unit vibrasi
dari dua atom dalam molekul jadi harga gugus fungsi. Faktor – faktor yang
mempengaruhi letak pita absorbsi:
(a) Adanya resonansi
(b) Bila terjadi perubahan sifat ikatan
(c) Adanya ikatan hidrogen
(d) Macam pelarut yang dipakai.
Tabel 2.6. Korelasi gugus fungsional untuk HDPE termodifikasi
Graft Monomer Gugus fungsionil Ir Peak ( cm-1 )
Maleat anhidrat
(MA)
C=O ( Single Unit )
C=O ( dihubungkan terhadap oligo-
1792, 1715
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
MA, , -anhidrat ta k jenuh )
C=O 1713,1790,1867
Dietil maleat C=O 1740
Asam akrilat C=O 1710,1720
(Mousa, G.2002)
BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Neraca Analitis Mettler Toledo
- Botol Aquadest
- Alat-alat Gelas Pyrex
- Labu Ukur Pyrex 500 ml
- Oven Memmert
- Alat Pemanas PMC
- Hot Mixer Heles CR-52
Dihidupkan alat Internal Mixer selama 1 jam
3.2.2. Preparasi Sampel
Ditimbang Polietilena ( HDPE ) , MA, BPO masing –masing sesuai dengan
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
3.2.3 Proses Grafting MA kedalam HDPE
Dihidupkan alat dan diatur suhu sampai 1450C selama 60 menit . Dimasukkan HDPE
dan diputar selama 5 menit. Setelah 5 menit ditambahkan MA dan BPO dan diputar
kembali selama 55 menit. Dikeluarkan dan didinginkan dengan penambahan es pada
suhu kamar. Dilakukan prosedur yang sama untuk sampel berikutnya.
3.2.4 Menghitung Derajat Grafting
HDPE tergrafating MA yang diperoleh dari Internal Mixer ditimbang 1 gram
kemudian direfluks dengan 100 ml xylen. Setelah larut ditambahkan 40 ml aseton
sehingga terbentuk endapan, lalu disaring dengan kertas saring yang terhubung
dengan pompa vakum dan dicuci dengan metanol berulang kali. Endapan yang
diperoleh dikeringkan di Oven pada suhu 1200 C selama 6 jam. Endapan yang sudah
kering ditimbang dan dicatat beratnya kemudian direfluks kembali dengan 100 ml
xylen. Kemudian ditambahkan 1 tetes air dan direfluks selama 15 menit. Lalu
ditambahkan indikator Fenofthalin 1 % kemudian dititrasi dengan KOH 0,05 N dalam
keadaan panas. Titrasi dihentikan bila terjadi perubahan warna dari putih menjadi
merahjingga dan dicatat volumenya.
Ditimbang 2,8 gram KOH dilarutkan dengan methanol kemudian dimasukkakan
kedalam lanu takar 1000 ml sehingga diperoleh larutan KOH 0,05 N dalam methanol.
3.2.6 Uji Spektroskopi FTIR
HDPE murni dan HDPE tergrafting MA dengan derajat grafting paling banyak di
cetak tekan panas pada suhu 145 0 C selama 15 menit, sehingga akan diperoleh film
HDPE murni dan HDPE tergrafting MA. Film spesimen ini dijepit pada tempat
sampel kemudian diletakkan pada alat kearah sinar infra merah. Hasilnya akan
direkam pada kertas berskala aluran kurva bilangan gelombang terhadap intensitas,
hasilnya akan dilihat pada spektra FTIR.
3.3 Bagan Penelitian
3.3.1 Proses Grafting MA pada HDPE dengan Radikal bebas
Dimasukkan HDPE kedalam alat Internal Mixer
pada suhu 1450C dan diputar selama 5 menit
Ditambahkan MA dan BPO dan diputar kembali
selama 55 menit
Dikeluarkan dan didinginkan dengan
penambahan es pada suhu kamar
Dilakukan prosedur yang sama untuk sampel
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High 3.3.2 Menghitung Derajat Grafting dengan metode titrasi
Direfluks dengan 100 ml xylen selama 60 menit
Ditambahkan aseton 50 ml
Disaring dan dicuci kembali dengan metanol
berulang-ulang 1 gram HDPE -g- MA
Larutan HDPE-g- MA
Dikeringkan di dalam Oven pada suhu 1200C
selama 6 jam
Direfluks dengan 100 ml xylen selama 45 menit
Ditambahkan 1 tetes air dan direfluks kembali
selama 15 menit
Setelah 15 menit ditambahkan indikator
Fenolthalein 1 %
Dititrasi dengan KOH 0,05 N pada keadaan
panas
Titrasi dihentikan bila perubahan warna dari
putih menjadi merah jingga
Dicatat volume titran dan dihitung derajat
graftingnya
3.3.3 Pembuatan Film untuk analisa FTIR
Dimasukkan ke alat cetak tekan
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
Dimasukkan ke alat Press
Dipress selama 15 menit pada suhu 145 0C
ANALISA DENGAN FTIR
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIl PENCAMPURAN POLIMER
Pada penelitian ini dilakukan pencampuran antara HDPE/MA/BPO. Hasil
pencampuran variasi komposisi campuran dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Hasil Pencampuran Polimer
HDPE-g-MA
NO Sampel
Grafik perbandingan derajat grafting dengan konsentrasi MA terlihat pada gambar 4.1
Gambar 4.1 Grafik perbandingan derajat grafting dengan konsentrasi MA 4.2 PERHITUNGAN
Bilangan Asam =
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
Untuk Sampel 1 diperoleh volume KOH = 1,3 ml dan berat endapan = 0,885 gram,
maka dari rumus diatas diperoleh :
Bilangan asam =
= 4,26
Derajat grafting( %) =
=
3,72 %Dengan cara yang sama untuk sampel hdpe-g-ma 2,3,4,dan 5 diperoleh hasil :
Derajat grafting sampel 2 = 12,38
Derajat grafting sampel 3 = 5,24
Derajat grafting sampel 4 = 5,08
Derajat grafting sampel 5 = 4,83
4.3 PEMBAHASAN
Reaksi radikal bebas dari monomer kedalam hidrokarbon ( polyolefin ) adalah jenis
inisiasi melalui alkoksi radikal yang dibentuk dari dekomposisi peroksida.
Pencangkokan maleat anhidrat kedalam polietilena terjadi ketika polimer tersebut
menjadi radikal. Bentuk formasi pencangkokan maleat anhidrat kedalam HDPE dapat
berupa disproporsionasi dan cross-lingking. Semakin banyak jumlah maleat anhidrat
tergrafting pada HDPE maka semakin tinggi juga derajat graftingnya.
4.3.1 Pengaruh konsentrasi maleat anhidrat terhadap derajat grafting
Pengaruh konsentrasi maleat anhidrat terhadap derajat grafting tertera pada tabel
berikut.
Tabel 4.2 Perbandingan konsentrasi maleat anhidrat terhadap derajat grafting
Konsentrasi Maleat ( % ) Derajat Grafting ( % )
6 12,38
9 5,24
12 5,08
15 4,83
Pengaruh konsentrasi maleat anhidrat terhadap derajat grafting tertera pada
tabel 4.2. Pada penelitian ini, penentuan derajat grafting dilakukan dengan metode
titrasi. Persentase derajat grafting bertambah pada konsentrasi monomer 3 dan 6 %.
Posisi maksimum ditandai pada saat konsentrasi maleat anhidrat 6 %. Ini
menunjukkan bahwa kenaikan derajat grafting disebabkan oleh formasi cross-lingking
polimer dan poli (maleat anhidrat maleat) bertambah. Hasil ini didukung oleh Gaylor
yang telah meneliti proses grafting maleat pada polietilena (Gaylor, 1989).
Persentase derajat grafting mulai menurun ketika konsentrasi maleat anhidrat lebih
dari 6 %. Ini disebabkan karena terjadinya homopolimerisasi, yang menyebabkan
monomer-monomer maleat anhidrat cenderung untuk membentuk diri polimer sendiri
dibandingkan dengan menempel pada rantai HDPE. .
Persentase derajat grafting tidak hanya bergantung pada jumlah rantai cabang tetapi
juga berat molekul mereka; dimana dapat menurunkan derajat grafting dengan
penambahan konsentrasi inisiator. Ketika konsentrasi poli ( maleat anhidrat )
makroradikal bertambah, maka laju kombinasi mereka dan disproporsionasi juga
bertambah terhadap pembentukan polietilena makroradikal. Hasil ini didukung oleh
Mousa Ghaemy yang telah meneliti proses grafting maleat pada polietilena dengan
teknik refluks (Mousa G.2002).
4.3.2 Analisa FTIR campuran HDPE/ MA/BPO
Penerapan spektroskopi infra merah dalam penelitian polimer mencakup dua aspek
yaitu aspek kualitatif dan aspek kuantitatif. Penelitian ini lebih menekankan aspek
kualitatif karena berupa penentuan struktur dengan cara mengamati frekuensi –
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
membandingkan spektra polietilena murni dengan spektra campuran polietilena
dengan maleat anhidrat dan benzoil peroksida yang dapat dilihat pada lampiran
Bilangan Gelombang FTIR HDPE murni dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Bilangan gelombang HDPE murni
Sampel Bil Gelombang ( cm -1 ) Gugus Fungsi
Polietilena ( HDPE )
2851,0- 2926 CH2
1462,97-1472,83 C – H
3607,77 OH
Bilangan gelombang FTIR untuk HDPE + MA + BPO dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Bilangan gelombang HDPE + MA + BPO
Sampel Bil Gelombang ( cm -1 ) Gugus Fungsi
Dari tabel 4.2 hasil spektra FTIR menunjukkan telah terjadi interaksi antara HDPE,
MA dan BPO. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya puncak serapan bilangan
gelombang 2924 cm-1 khas untuk CH2 dari polietilena dan maleat anhidrat yang
didukung puncak serapan bilangan gelombang pada daerah 1718, 1786 dan 1896 cm-1
(serapan gugus karbonil) dari anhidrida maleat.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Reaksi grafting antara HDPE dengan MA dengan inisiator BPO didalam
alat Internal Mixer pada suhu 1450C dapat terjadi.
2. Variasi konsentrasi MA yang maksimum pada HDPE adalah sebesar 6 %
dengan derajat grafting 12,38%.
5.2 SARAN
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan monomer lain seperti anhidrida
asetat dan bahan polimer yang lain seperti PBT ( poli butilen tereftalat )
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
Arifin.1996. Sintesis Kopolimer Stirena Maleat Anhidrida dan
Karakterisasinya . Tesis PPS Kimia, Bandung: Institut Teknologi Bandung Press.
BilLmeyer, W.F.1994. Textbook of Polymer Science. 3 rd ed. New York :Jhon Wiley.
Carry, M. Curos A. Flu T.A. 1998. The radical grafting of styrene onto polyethylene intensive mixer. Journal Application polymer Science.69. 1307-1317.
Curlee, T.R.1991. Plastic Waste management Control, recycling and Diposal. New Yersey: Noyes Data Corp.
Cowd, M.A.1991. Kimia Polimer. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
Gaylor, N.G. and Mehta, R. Peroxide-catalyzed grafting of maleic anhydride on to molten polyethylene in the presence of polar organic compounds. Journal Application Polymer Science. Part A.Polymer chemistry.
26.1189-1198.
Hartomo, A.J.1993).Politeknik Pemrosesan Polimer Praktis . Yogyakarta: Andi Offset.
Hummel, D.O.1985. Infrared Spectra Polymer in The Medium And Long Wavelenght Region. London : Jhon Willey & Sons.
Machado, A.V. Covas J.A., 2000. Monitoring Polyolefin Modificaion along the Axis of a Twin-Screw Extruder.II. Maleic Anhydride Grafting. Journal of Polymer Science: Part A. Vol 38.3919-3932. Portugal : University of Minho.
Mouse, G. Solaimon Roohina .2003.Grafting of Maleic Anhydride on Polyethylene in a Homogeneous Medium in Presence of Radical Initiator. Iranian Polymer Journal.12 (1) 2003.21-29 Iran: University of Mazandaran Babolsar-47415.
Singh, R.P. 1992. Surface grafting onto polyethylene-A Survey of recent Development. Program Polymer Science. Vol 17. 231-281.India: Pergamon Press Ltd.
Seymour 1984. Structure-Property Relation ship in Polimer. New York : Plenum Press.
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
Dari spektra FTIR diatas diperoleh korelasi gugus fungsi sebagai berikut :
Sampel Bil Gelombang ( cm -1 ) Gugus Fungsi
Polietilena ( HDPE )
2851,0- 2926 CH2
1462,97-1472,83 C – H
3607,77 OH
Dari spektra FTIR diatas diperoleh korelasi gugus fungsi sebagai berikut :
Sampel Bil Gelombang ( cm -1 ) Gugus Fungsi
Polietilena ( HDPE )
tergrafting
3604,61 O—H
2924,94 CH2
1718,45-1786,24 C=O
1463,89 C—H
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High
Sampel Hasil Penyaringan
Iwan Pranata Sitepu : Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrat Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrat Pada High