• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrida Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrida Pada Polipropilena Terdegradasi Dengan Inisiator Benzoil Peroksida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrida Terhadap Derajat Grafting Maleat Anhidrida Pada Polipropilena Terdegradasi Dengan Inisiator Benzoil Peroksida"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI MALEAT ANHIDRIDA TERHADAP

DERAJAT GRAFTING MALEAT ANHIDRIDA PADA

POLIPROPILENA TERDEGRADASI DENGAN

INISIATOR BENZOIL PEROKSIDA

SKRIPSI

RENI SILVIA NASUTION 060802019

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH KONSENTRASI MALEAT ANHIDRIDA TERHADAP

DERAJAT GRAFTING MALEAT ANHIDRIDA PADA

POLIPROPILENA TERDEGRADASI DENGAN

INISIATOR BENZOIL PEROKSIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

RENI SILVIA NASUTION 060802019

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH KONSENTRASI MALEAT

ANHIDRIDA TERHADAP DERAJAT GRAFTING MALEAT ANHIDRIDA PADA

POLIPROPILENA TERDEGRADASI DENGAN INISIATOR BENZOIL PEROKSIDA

Kategori : SKRIPSI

Nama : RENI SILVIA NASUTION

Nomor Induk Mahasiswa : 060802019

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Disetujui di

Medan, Juni 2010

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Amir Hamzah Siregar, Msi Drs. Darwin Yunus Nasution, MS

NIP 131945358 NIP 195508101981031001

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua,

DR. Rumondang Bulan, MS

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH KONSENTRASI MALEAT ANHIDRIDA TERHADAP DERAJAT GRAFTING MALEAT ANHIDRIDA PADA POLIPROPILENA

TERDEGRADASI DENGAN INISIATOR BENZOIL PEROKSIDA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmad dan karunianya, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini sesuai waktu yang direncanakan.

Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan penghargaan serta ucapan terima kasih yang tulus kepada ayahanda Drs. M.Syam Nst dan ibunda Dra. Yugia Muis serta abang dan kakak Indah Pertiwi, Reza Fahlevi dan adik ku Lisa Utari atas kasih sayang, motivasi dan bantuan moril dan material yang tak terhingga kepada penulis selama ini.

Keberhasilan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini juga tidak luput dari segala bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Drs. Darwin Yunus Nasution, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Amir Hamzah Siregar, Msi selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan pemikiran serta petunjuk dan saran selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini sehingga dapat selesai.

2. Ibu DR. Rumondang Bulan, MS dan Bapak Drs. Firman Sebayang, MS selaku ketua dan sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU yang telah mensyahkan skripsi ini

3. Bapak dan ibu dosen serta staf administrasi Departemen Kimia FMIPA USU yang telah membimbing dan memberikan disiplin ilmu selama penulis menjalani studi. 4. Bapak DR. Tamrin, Msi selaku dosem wali yang telah memberikan

nasehat-nasehat selama penulis melaksanakan studi jurusan.

5. Analis laboratorium kimia fisika dan kimia polimer Almh Kak Mas, kak Ijah dan Bang Edi

6. Sahabat terbaik Amy, Unie dan Uwi terima kasih atas segalanya

7. Kepada seluruh asisten kimia fisika dan kimia polimer kak Rina, kak Rahma,kak Mega, bang Misbah, Nia, Ai, Mail, Fika, Ulan, Desti, dan Tisna

8. Teman-teman stambuk 2006 khususnya Gulit terima kasih telah banyak membantu, Maria dan Eko yang telah berjuang bersama-sama, dan semua anak 06 yang tidak penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas doa dan bantuannya, sukses selalu.

Akhirnya penulis menyadari kekurangan materi yang disajikan dalam skripsi ini, disebabkan keterbatasan literature dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Untuk itu mengharapkan masukan dan saran yang membangun. Selanjutnya penulis mempersembahkan skripsi ini kepada para pembaca semoga kiranya bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Juni 2010

Penulis

(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh konsentrasi maleat anhidrida (MA) terhadap

derajat grafting maleat anhidrida pada polipropilena terdegradasi (PPd) dengan inisiator

benzoil peroksida (BPO). Reaksi grafting dilakukan dengan teknik pengolahan reaktif

dalam internal mixer pada suhu 165oC dengan variasi komposisi (b/b) PP : MA : BPO,

97:1:2, 95:3:2, 92:6:2, 89:9:2, dan 86:12:2 . selanjutnya dilakukan penentuan derajat

grafting dengan metode titrasi dan analisa spectra FTIR untuk menentukan adanya

grafting maleat anhidrida pada rantai polipropilena. Hasil penelitian menunjukan bahwa

proses grafting maleat anhidrida pada polipropilena dapat terjadi dan perbandingan berat

(7)

THE EFFECT OF MALEIC ANHYDRIDE CONCENTRATION ON THE GRAFTING DEGREE IN POLYPROPYLENE WITH

INISIATOR BENZOYL PEROXIDE ABSTRACT

A research has been conducted on effect of maleic anhydride concentration on the

grafting degree in degradated of polypropylene with inisiator benzoyl peroxide. Grafting

reaction was done by reactive process technique in internal mixer at 165oC with variation

of composition in the weigh ratio of PP:MA:BPO is 97:1:2, 95:3:2, 92:6:2, 89:9:2, and

86:12:2 . the quantity of grafted MA onto PP molecules was determined by titration

method and the modified polymer samples were characterissed by Fourier Transform

Infrared (FTIR) analysis. The result of study indicates that process grafting maleic

anhydride on polypropylene can be done and the ratio of compound weight PP:MA:BPO

(8)

DAFTAR ISI

Daftar Singkatan xii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.6. Lokasi Penelitian 4

1.7. Metodologi Penelitian 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1. Polimer 6

2.2. Polipropilena 7

2.2.1. Struktur Polipropilena 8

2.2.2. Kegunaan Polipropilena 9

2.3. Proses Degradasi Polimer 10

2.4. Benzoil Peroksida 10

(9)

2.6. Metode Grafting 14

2.7. Proses Grafting 15

2.8. Analisa Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR) 17

2.9. Analisis Termal Diffrensial (DTA) 19

Bab 3 Metode Penelitian

3.1. Alat-alat 21

3.2. Bahan-bahan 22

3.3. Prosedur Penelitian 22

3.3.1. Proses Degradasi Polipropilena dengan Benzoil Peroksida 22

3.3.2. Proses Grafting Maleat Anhidrida (MA) kedalam Polipropilena

Terdegradasi (PPd) 23

3.3.3. Proses Pemurnian PP-g-MA 23

3.3.4. Penentuan Derajat Grafting dengan Metode Titrasi 24

3.3.5. Pembuatan Larutan KOH 0.05 N dalam Metanol 24

3.3.6. Uji Spektroskopi FTIR 24

3.3.7. Uji Penentuan Titik Leleh 24

3.4. Bagan Penelitian 25

3.4.1. Proses Degradasi Polipropilena 25

3.4.2. Proses Grafting Maleat Anhidrida (MA) pada Polipropilena

Terdegradasi (PPd) 25

3.4.3. Proses Pemurnian PP-g-MA 26

3.4.4. Menghitung Derajat Grafting dengan Metode Titrasi 27

3.4.5. Proses Analisis dengan FTIR 27

3.4.6. Uji Penentuan Titik Leleh 28

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil Pencampuran Polimer 29

4.2. Perhitungan 30

(10)

4.3.1. Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrida Terhadap Derajat

Grafting 31

4.3.2. Analisa FTIR dari PP-g-MA dengan Derajat Grafting

Maksimum 32

4.3.3. Analisa DTA dari PP-g-MA dengan Derajat Grafting

Maksimum 34

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan 35

5.2. Saran 35

Daftar Pustaka 36

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Data Hasil Pencampuran Polimer 29

Tabel 4.2 Perbandingan Konsentrasi Maleat Anhidrida Terhadap Derajat

Grafting 31

Tabel 4.3.1 Bilangan Gelombang Polipropilena 32

Tabel 4.3.2 Bilangan Gelombang PP-g-MA sebelum Pemurnian dengan Derajat

Grafting Maksimum 33

Tabel 4.3.3 Bilangan Gelombang PP-g-MA setelah Pemurnian dengan Derajat

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.2 Struktur Propilena 7

Gambar 2.2.1 Struktur Polipropilena 9

Gambar 2.4 Pembentukan Radikal pada Benzoil Peroksida 11

Gambar 2.5 Proses Pembentukan Maleat Anhidrida 13

(13)

DAFTAR SINGKATAN

PP = Polipropilena

PPd = Polipropilena terdegradasi

MA = Maleat anhidrida

BPO = Benzoil peroksida

g = grafting

FTIR = Fourier Transform Infrared Spectroscopy

(14)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh konsentrasi maleat anhidrida (MA) terhadap

derajat grafting maleat anhidrida pada polipropilena terdegradasi (PPd) dengan inisiator

benzoil peroksida (BPO). Reaksi grafting dilakukan dengan teknik pengolahan reaktif

dalam internal mixer pada suhu 165oC dengan variasi komposisi (b/b) PP : MA : BPO,

97:1:2, 95:3:2, 92:6:2, 89:9:2, dan 86:12:2 . selanjutnya dilakukan penentuan derajat

grafting dengan metode titrasi dan analisa spectra FTIR untuk menentukan adanya

grafting maleat anhidrida pada rantai polipropilena. Hasil penelitian menunjukan bahwa

proses grafting maleat anhidrida pada polipropilena dapat terjadi dan perbandingan berat

(15)

THE EFFECT OF MALEIC ANHYDRIDE CONCENTRATION ON THE GRAFTING DEGREE IN POLYPROPYLENE WITH

INISIATOR BENZOYL PEROXIDE ABSTRACT

A research has been conducted on effect of maleic anhydride concentration on the

grafting degree in degradated of polypropylene with inisiator benzoyl peroxide. Grafting

reaction was done by reactive process technique in internal mixer at 165oC with variation

of composition in the weigh ratio of PP:MA:BPO is 97:1:2, 95:3:2, 92:6:2, 89:9:2, and

86:12:2 . the quantity of grafted MA onto PP molecules was determined by titration

method and the modified polymer samples were characterissed by Fourier Transform

Infrared (FTIR) analysis. The result of study indicates that process grafting maleic

anhydride on polypropylene can be done and the ratio of compound weight PP:MA:BPO

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Polipropilena merupakan polimer termoplastik yang penting dan luas

penggunaannya disamping polietilena dan polivinil klorida. Perkembangan berbagai

variasi dan luasnya jenis penggunaannya, maka memungkinkan untuk memanipulasi

dengan berbagai aditif untuk mendapatkan bahan polimer yang dapat dipakai untuk

berbagai keperluan lainnya.

Perbedaan sifat kepolaran dari polipropilena dengan bahan tambahan atau aditif

yang digunakan menghasilkan kombinasi material yang tidak bereaksi secara kimia.

Untuk itu dilakukan modifikasi terhadap polipropilena untuk dapat menghasilkan

kombinasi material yang memiliki sifat yang lebih baik karena dapat bereaksi secara

kimia.

Degradasi polipropilena dengan menggunakan benzoil peroksida menyebabkan

terjadinya pemutusan ikatan rantai panjang polipropilena, Afriando (2009) telah

melakukan penelitian terhadap degradasi polipropilena yang menyebabkan menurunnya

berat molekul dan titik leleh dari polipropilena. Penentuan berat molekul dapat diketahui

melalui nilai viskositas instrinsik, metode DTA untuk mengetahui titik lelehnya dan FTIR

untuk melihat gugus fungsinya.

Pada tahun 1996 E.P. Collar telah melakukan fungsionalisasi terhadap

polipropilena oleh monomer-monomer polar yang merupakan suatu cara yang efektif

untuk meningkatkan kepolaran dari polipropilena tersebut, dengan cara menggrafting

(17)

polimer-polimer yang tergrafting telah digunakan secara luas untuk memperbaiki adhesi

permukaan antara komponen pada campuran polimer. Modifikasi dari polipropilena juga

digunakan secara luas untuk meningkatkan penggunaan dari bahan-bahan mekanik dari

komposit yang berbahan dasar polipropilena dan juga meningkatkan kekuatan dari

komposit tersebut.

Pada tahun 1996 M. Sclavons telah melakukan penelitian terhadap penentuan

derajat grafting maleat anhidrida pada polipropilena yang tergrafting dengan maleat

anhidrida komersil dengan metode titrasi dimana PP-g-MA dilarutkan dalam toulena

sampai larut kemudian ditambahkan 200 μl air untuk membuka cincin anhidrida sehingga

menghasilkan gugus karboksilat yang dapat ditentukan dengan titrasi alkali dan fourier

transform infrared spectroscopy (FTIR) untuk melihat gugus fungsi maleat anhidrida

yang tergrafting pada polipropilena dimana pada PP-g-MA terdapat perubahan gugus

fungsi.

Oleh karena itu, penulis berkeinginan meningkatkan kepolaran dari polipropilena

dimana polipropilena terlebih dahulu didegradasi dengan benzoil peroksida (BPO)

sehingga didapatkan polipropilena yang memiliki berat molekul lebih rendah sehingga

proses grafting lebih mudah terjadi, selanjutnya polipropilena yang terdegradasi dapat

digrafting dengan maleat anhidrida (MA). Diharapkan pada aplikasi selanjutnya dapat

(18)

1.2. Permasalahan

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terjadi grafting maleat anhidrida kedalam polipropilena terdegradasi

2. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi maleat anhidrida terhadap derajat

grafting PP-g-MA.

3. Apakah terjadi perubahan titik leleh dari polipropilena setelah reaksi grafting

1.3. Pembatasan Permasalahan

1. Dalam penelitian ini digunakan perbandingan polipropilena : benzoil peroksida yaitu

95% : 5%

2. Dalam penelitian ini digunakan perbandingan polipropilena terdegradasi (PPd):

maleat anhidrida (MA) : benzoil peroksida (BPO) yaitu :

(97%:1%:2%),(95%:3%:2%),(92%:6%:2%),(89%:9%:2%),(86%:12%:2%)

3. Waktu yang digunakan dalam setiap penambahan benzoil peroksida (BPO) adalah 5

menit

4. Karakterisasi dilakukan dengan uji FTIR , DTAdan penentuan derajat grafting

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui apakah reaksi grafting antara maleat anhidrida dengan

polipropilena dapat terjadi

2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi maleat anhidrida terhadap derajat grafting

3. Untuk mengetahui perubahan titik leleh dari polipropilena sebelum dan sesudah reaksi

(19)

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi reaksi grafting

antara polipropilena terdegradasi dengan maleat anhidrida dan inisiator benzoil peroksida.

Selanjutnya polipropilena yang telah dimodifikasi dapat digunakan sebagai senyawa

penghubung (coupling agent) dalam pembuatan komposit polipropilena dengan serat

alam.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Uji DTA dilakukan di

Laboratorium PTKI Medan dan Uji FTIR dilakukan di Laboratorium Kimia Organik

Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

1.7. Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium, yaitu untuk memodifikasi struktur

polimer polipropilena dilakukan beberapa tahap yaitu:

1. Proses degradasi polipropilena dengan inisiator benzoil peroksida dengan waktu

penambahan inisiator benzoil peroksida selama 5 menit yang dilakukan dalam

internal mixer pada suhu 170oC

2. Proses grafting maleat anhidrida kedalam polipropilena terdegradasi dengan

perbandingan polipropilena terdegradasi (PPd): maleat anhidrida (MA) : benzoil

peroksida (BPO) yaitu

(97%;1%:2%),(95%:3%:2%),(92%:6%:2%),(89%:9%:2%), dan (86%:12%:2%)

dengan penambahan inisiator benzoil peroksida selama 5 menit yang dilakukan

dalam internal mixer pada suhu 165oC.

3. Proses Pemurnian PP-g-MA dengan cara merefluks PP-g-MA dengan 100 ml

(20)

Endapannya dicuci dengan metanol berulang-ulang, kemudian dikeringkan dalam

oven pada suhu 120oC selama 6 jam.

4. Proses penghitungan derajat grafting dengan metode titrasi dengan cara endapan

yang telah murni direfluks kembali dengan 100 ml xylene sampai larut. Setelah

larut ditambahkan 1 tetes air dan refluks kembali selama 15 menit. Kemudian

ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan KOH 0.05 N dalam

keadaan panas. Dihentikan titrasi saat terjadi perubahan warna menjadi merah

rose.

5. Proses penentuan gugus fungsi dengan metode FTIR pada PP-g-MA dengan

derajat grafting tertinggi

6. Proses penentuan titik leleh dengan metode DTA pada PP-g-MA dengan derajat

grafting tertinggi

Variabel-variabel yang digunakan adalah :

Variabel bebas : Konsentrasi polipropilena terdegradasi dan maleat anhidrida

dalam campuran PPd:MA:BPO

Variabel terikat : 1. Derajat grafting maleat anhidrida pada polipropilena

2. Suhu titik lebur PP-g-MA

3. Gugus Fungsi maleat anhidrida pada polipropilena

Variabel tetap :

1. Benzoil peroksida (BPO) 2%

2. Waktu penambahan benzoil peroksida (BPO) selama 5

menit

3. Suhu internal mixer untuk proses degradasi 170oC

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Polimer

Dewasa ini, polimer merupakan salah satu ‘bahan teknik’ yang penting untuk keperluan

konstruksi atau suku cadang, disamping bahan konvensional lainnya seperti logam dan

keramik. Sebagai ‘polimer komoditas’, yaitu bahan polimer yang digunakan pada

pembuatan barang keperluan konsumen, misalnya untuk peralatan rumah tangga, mainan,

alat kantor, dan sebagainya, volume kebutuhannya semakin meningkat. Selain daripada

itu, bahan polimer telah dimodifikasi secara fisiko-kimiawi menjadi bahan khusus dengan

karakteristik tertentu seperti untuk pembuatan peralatan kesehatan dan komponen

elektronika. Bahan polimer khusus termodifikasi ini, yang walaupun volume produksinya

kecil, harganya dapat mencapai puluhan kali harga polimer komoditas. Karena latar

belakang kebutuhan diatas, industri bahan polimer kini telah berkembang pesat mencapai

pertumbuhan sampai 7% per tahun. Sampai tahun 1980-an industri tersebut telah

memperkenalkan berbagai bahan polimer teknik, yang pada berbagai penggunaannya,

bahan polimer tersebut telah menggantikan peranan bahan-bahan lain. Sebagai salah satu

contoh, dalam dunia industri pipa distribusi air dan gas, bahan baja, besi, tembaga dan

keramik telah digantikan oleh polipropilena dan polivinil klorida yang lebih murah dan

mudah diperoleh (Wirjosentono, 1998).

Kata polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan Swedia Berzelius pada tahun

1833. Sepanjang abad 19 para ilmuwan bekerja dengan makromolekul tanpa memiliki

suatu pengertian yang jelas mengenai strukturnya. Sebenarnya, beberapa polimer alam

yang termodifikasi telah dikomersilkan. Sebagai contoh, selulosa nitrat dipasarkan

(22)

Dr.W.H. Carothers, seorang ahli kimia Amerika Serikat, mengelompokan

polimerisasi (proses pembentukan polimer tinggi) menjadi dua golongan, yakni

polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.

Polimerisasi adisi melibatkan reaksi rantai. Penyebab reaksi rantai dapat berupa

radikal bebas (partikel reaktif yang mengandung elektron tak berpasangan) atau ion.

Radikal bebas biasanya terbentuk dari penguraian zat nisbi tidak mantap, yang disebut

pemicu. Pemicu ini memicu reaksi rantai pada pembentukan polimer, dan polimerisasi ini

berlangsung sangat cepat, sering dalam waktu hanya beberapa detik. Polimerisasi adisi

terjadi khusus pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap, seperti misalnya etena dan

turunan-turunannya.

Polimerisasi kondensasi terjadi reaksi antara dua molekul bergugus fungsi banyak

(molekul yang mengandung dua gugus fungsi atau lebih yang dapat bereaksi) dan

memberikan satu molekul besar bergugus fungsi banyak pula, dan diikuti oleh

penyingkiran molekul kecil, seperti misalnya air (Cowd, 1991).

2.2. Polipropilena

Polimer didefinisikan sebagai suatu molekul yang besar yang terdiri atas susunan ulang

unit kimia yang kecil dan sederhana yang disebut monomer. Monomer polipropilena

(CH2=CHCH3) diperoleh dari hasil samping pemurnian minyak bumi. Polipropilena

(CH2-CHCH3)n merupakan suatu jenis polimer termoplastik yang mempunyai sifat

melunak dan meleleh jika dipanaskan (Billmeyer, 1971)

Polipropilena merupakan polimer hidrokarbon yang termasuk kedalam polimer

termoplastik yang dapat diolah pada suhu tinggi. Struktur molekul propilena dapat dilihat

pada gambar 2.2. berikut :

C=C

Gambar 2.2. Struktur Propilena CH3

H H

(23)

Karena keteraturan ruang polimer ini, rantai dapat dikemas lebih terjejal sehingga

menghasilkan plastik yang kuat dan tahan panas. Pada suhu ruang, beberapa sifat, seperti

daya regang dan kekakuan, sama dengan sifat polietena bermassa jenis tinggi, tetapi sifat

itu berubah pada suhu yang lebih tinggi. Sifat kelarutan poli(propena) sama dengan sifat

kelarutan yang dimiliki poli(etena), yakni tak larut pada suhu ruang (Cowd, M.A., 1991).

Polipropilena merupakan jenis bahan baku plastik yang ringan, densitas 0,90-0,92,

memiliki kekerasan dan kerapuhan yang paling tinggi dan bersifat kurang stabil terhadap

panas dikarenakan adanya hidrogen tersier. Penggunaan bahan pengisi dan penguat

memungkinkan polipropilena memiliki mutu kimia yang baik sebagai bahan polimer dan

tahan terhadap pemecahan karena tekanan (stress-cracking) walaupun pada temperatur

tinggi. Kerapuhan polipropilena di bawah 0oC dapat dihilangkan dengan penggunaan

bahan pengisi (Gachter, 1990).

2.2.1. Struktur Polipropilena

Dalam struktur polimer atom-atom karbon terikat secara tetrahedral dengan sudut antara

ikatan C-C 109,5oC dan membentuk rantai zigzag planar. Untuk polipropilena struktur

zigzag planar tiga dimensi dapat terjadi dalam tiga cara yang berbeda-beda tergantung

pada posisi gugus metil satu sama lain. Ini menghasilkan struktur isotaktik, sindiotaktik

atau ataktik. Ketiga struktur polipropilena tersebut pada pokoknya secara kimia berbeda

satu sama lainnya. Pada polipropilena isotaktik semua gugus metil (CH3) terletak pada

sisi yang sama dari rantai utama karbonnya, pada sindiotaktik gugus metil terletak arah

berlawanan selang-seling, sedangkan yang ataktik gugus metilnya acak seperti gambar

(24)

(a) (b) (c)

Gambar 2.2.1. Polipropilena (a) isotaktik (b) sindiotaktik (c) ataktik

2.2.2. Kegunaan Polipropilena

Polipropilena atau polipropilen (PP) adalah sebuah polimer termoplastik yang dibuat oleh

industri kimia dan digunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya pengemasan, tekstil

(contohnya tali, pakaian, dan karpet), alat tulis, berbagai tipe wadah yang dapat dipakai

berulang-ulang serta bagian plastik, perlengkapan laboratorium, pengeras suara,

komponen otomotif, dan uang kertas polimer

(http://en.wikipedia.org.wiki.Polypropylene).

Produk poli(propena) lebih tahan terhadap goresan daripada produk poli(etena)

yang bersesuaian. Poli(propena) digunakan untuk bagian dalam mesin pencuci,

komponen mobil, kursi, tangkai pegangan, kotak, keranjang, pipa,isolator listrik, kemasan

(25)

2.3.Proses Degradasi Polimer

Degradasi polimer pada dasarnya berkaitan dengan terjadinya perubahan sifat karena

ikatan rantai utama makromolekul. Pada polimer linier, reaksi tersebut mengurangi masa

molekul atau panjang rantainya. Sesuai dengan penyebabnya, kerusakan atau degradasi

polimer ada beberapa macam. Kerusakan termal (panas), fotodegradasi (cahaya), radiasi

(energi tinggi), kimia, biologi (biodegradasi) dan mekanis. Dalam artian peningkatan

berat ukuran molekul ikat silang dapat dianggap lawan degradasi (Allen, 1983).

Pada kerusakkan termal (termokimia) ada peluang aditif, katalis atau pengotor,

turut bereaksi meskipun dari segi istilah seakan-akan tidak ada senyawa lain yang tidak

terlibat. Fotodegradasi polimer lazim melibatkan kromofor yang menyerap daerah UV di

bawah 400 nanometer. Radiasi energi tinggi misalnya sinar X, gamma, atau partikel, tidak

khas serapan. Segenap bagian molekul dapat kena dampak, apabila didukung oleh faktor

oksigen, aditif, kristalin, atau pelarut tertentu. Degradasi mekanis dapat terjadi saat

pemprosesan maupun ketika produk digunakan oleh gaya geser, dampak benturan dan

sebagainya (http://id.wikipedia.org/wiki/maleat anhidrida).

2.4.Benzoil Peroksida

Di antara berbagai jenis inisiator, peroksida (ROOR) dan hidroperoksida (ROOH)

merupakan jenis yang paling banyak dipakai. Mereka tidak stabil terhadap panas dan

terurai menjadi radikal-radikal pada suatu suhu dan laju yang bergantung pada

strukturnya. Peroksida yang paling umum dipakai adalah benzoil peroksida yang

mengalami homolisis termal untuk membentuk radikal-radikal benzoiloksi.

Benzoil peroksida (waktu paruhnya 30 menit pada 100oC) mempunyai

keuntungan yaitu radikal benzoiloksi yang cukup stabil sehingga cenderung bereaksi

dengan molekul-molekul monomer yang lebih reaktif sebelum mengeliminasi karbon

dioksida, dengan demikian mengurangi pemborosan inisiator (Stevens,M.P.,2001).

Polimerisasi radikal bebas merupakan macam polimerisasi adisi yang paling

(26)

dengan menggunakan bahang atau cahaya. Radikal bebas ini menjadi pemicu pada

polimerisasi (Cowd,M.P.,1991).

Gambar 2.4. Pembentukan Radikal pada Benzoil Peroksida

Salah satu metode polimerisasi yang digunakan adalah polimerisasi inisiasi yang

mana radikal bebas dimasukkan kedalam sistem dengan tanpa adanya peningkatan

kedudukan reaksi. Radikal dapat dimasukan pada tingkatan bebas atau komponen yang

terdekomposisi selama reaksi polimerisasi berlangsung.

Dekomposisi dari inisiator pada radikal bebas menggunakan energi yang lebih

rendah dari formasi mereka sendiri dengan aktivasi langsung molekul monomernya.

Namun demikian adisi dari inisiator dengan sangat cepat meningkatkan kedudukan dari

langkah pertama (formasi pusat aktif) dan mempengaruhi secara keseluruhan dari reaksi

polimerisasi.

Interaksi dari monomer dengan radikal bebas yang dimasukkan kedalam sistem

atau hasil dekomposisi dari inisiator adalah merupakan langkah utama dalam

pembentukan ikatan propagasi. Dengan demikian radikal bebas atau komponen secara

(27)

Jika radikal bebas dimasukkan kedalam sistem polimerisasi dimulai dengan tahap

propagasi dan melewati tahap inisiasi.

Polimerisasi dengan kehadiran suatu komponen yang terdekomposisi menjadi

radikal bebas dibawah kondisi reaksi mengalami tiga tahap, namun pada tahap pertama

(formasi pusat aktif) membutuhkan energi bebas yang rendah. Proses reaksinya dapat

digambarkan sebagai berikut :

(R) 2 2R (radikal bebas)

R. + A1 R A1.

R A1. + A1 R A2.

……… propagasi

R Am-1 + A1 R Am.

R Am R An (m≤ n) terminasi

Dimana (R)2 adalah inisiator, dimana terdekomposisi kedalam radikal bebas

(Strepikheyev, 1971).

2.5.Maleat Anhidrida

Maleat anhidrat adalah senyawa vinil tidak jenuh yang merupakan bahan mentah dalam

sintesa resin poliester, bahan aditif dan minyak pelumas.

Plastisiser dan kopolimer maleat anhidrida mempunyai sifat kimia yang khas yaitu

adanya ikatan gugus karboksil di dalamnya. Umumnya senyawanya dengan dua karbon

ikatan rangkap mempunyai sifat yang karakteristik.

Maleat anhidrida masih digunakan dalam penelitian polimer. Maleat anhidrida

(28)

+

+ 2 CH3COOH

Gambar 2.5. Proses Pembentukan Maleat Anhidrida

maleat anhidrida dengan berat molekul 98,06, larut dalam air, meleleh pada temperatur

57-60oC, mendidih pada 202oC.

Maleat anhidrida adalah senyawa vinil tidak jenuh merupakan bahan mentah

dalam sintesis resin poliester pelapisan permukaan karet, deterjen, bahan aditif dan

minyak pelumas, plastisizer dan kopolimer. Maleat anhidrida mempunyai sifat kimia khas

yaitu adanya ikatan etilenik dengan gugus karbonil didalamnya, ikatan ini berperan dalam

reaksi adisi(Arifin, 1996).

Polimerisasi dari monomer dilakukan dengan pemasukan berbagai macam gugus

fungsi oleh karena itu maleat anhidrida merupakan salah satu bahan yang mempunyai

gugus yang bervariasi yaitu gugus yang dapat berikatan dengan bahan polimer dan bahan

serat alam. (Strepikheyev, A., 1971) H3C C

Asetat anhidrida Asam maleat

(29)

2.6.Metode Grafting

A. Mekanisme Radikal Bebas

Yaitu metode tertua dan terluas penggunaanya, karena relatif simpel. Ada 5

metode grafting dengan mekanisme radikal bebas yaitu :

1. Metode Kimia (chemical method)

Radikal bebas dilepaskan oleh inisiator seperti benzoil peroksida (BPO) atau

azobisissobutironitril (AIBN)

3. Metode Fotografting

Kelompok khromoponik dipolimer menyerap radiasi elektromagnetik pada daerah

visibel dan elektromagnetik. Hasilnya pemutusan ikatan dan kemudian pada dekomposisi

radikal dimana menghasilkan inisiasi grafting

Contohnya metilmetakrilat tergrafting pada poly(metil-vinil-keton)

3. Metode Radiasigrafting

Pada metode ini kopolimer graft dimulai pada daerah radikal pada rantai polimer

dengan energi radiasi yang tinggi pada daerah vakum atau medium lainnya.

4. Metode Plasma Grafting

Grafting plastik seperti fiber dengan pemberian sinar. Dengan suhu yang rendah

merupakan sistem yang kompleks untuk elektron, atom, spesies ionisasi dan pelepasan

atom dan molekul.

5. Metode Kimia Mekanik Grafting

Mekanisme yang bersifat reaktif dan ultrasonik menyebabkan polimer mengalami

degradasi disebabkan oleh sebuah radikal bebas.

B. Mekanisme Ionik

Merupakan teknik yang baik untuk persiapan kopolimer graft. Metode ini dibagi

dua yaitu :

1. Metode Anionik

Graft kopolimerisasi mengalami inisiasi oleh anion dengan reaksi basa dengan

(30)

2. Metode Kationik

Reaksi inisiasi diantara alkil halida dan asam lewis merupakan contoh untuk

kationik grafting.

C. Mekanisme Koordinasi

Stereospesifik inisiator memberikan stereo blok kopolimer mengandung rangkaian

isotaktik dan heterotaktik.

D. Mekanisme Coupling

Polimer yang mengandung hidrogen yang aktif digunakan untuk sintesis

kopolimer graft. Poli (etilen oksida) adalah grafting yang mudah kedalam nilon (Singh,

R.P. 1992).

2.7. Proses Grafting

Fungsionalisasi terhadap polipropilena oleh monomer-monomer polar yang

merupakan suatu cara yang efektif untuk meningkatkan kepolaran dari polipropilena

tersebut, dengan cara menggrafting maleat anhidrida pada polipropilena. Dan

kenyataannya berbagai jenis dari polimer-polimer yang tergrafting telah digunakan secara

luas untuk memperbaiki adhesi permukaan antara komponen pada campuran polimer.

Modifikasi dari polipropilena juga digunakan secara luas untuk meningkatkan

penggunaan dari bahan-bahan mekanik dari komposit yang berbahan dasar polipropilena

(31)

Berikut reaksi grafting PP-g-MA :

Proses Degradasi

C•

(32)

Grafting menyebabkan sedikit berkurangnya kuat tensil dan pemanjangan putus.

Hal ini karena kemungkinan adanya permutusasi rantai serentak dengan grafting

(Hartomo, 1996).

Persen grafting dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini

100

Dimana W1 adalah berat sebelum polimerisasi cangkok dan W2 berat setelah polimerisasi

cangkok.(Saihi, D. 2001)

2.8.Analisa Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR)

Pada saat ini spektrofotometer infra merah sering digunakan untuk keperluan analisa

kuantitatif, akan tetapi sering juga digunakan untuk analisa kualitatif dengan

spektrofotometer ultra-lembayung dan sinar tampak. Penggunaan spektrofotometer infra C

(33)

merah dimaksudkan untuk analisa yang lebih banyak ditujukan untuk identifikasi

senyawa organik (Silver Stein, 1986).

Pada tahun 1965, Coley dan Turky mendemonstrasikan teknik spektroskopi FTIR

(Fourier Transform Infrared spectroscopy). Pada dasarnya teknik ini sama dengan

spektroskopi inframerah biasa, kecuali dilengkapi dengan cara perhitungan Fourier

Transform dan pengolahan data untuk mendapatkan resolusi dan kepekaan yang lebih

tinggi. Teknik ini dilakukan dengan penambahan peralatan interferometer yang telah lama

ditemukan oleh Michelson pada akhir abad 19. Michelson telah mendapatkan informasi

spectrum dari suatu berkas radiasi dengan mengamati interferogram yang diperoleh dari

interferometer tersebut.

Penggunaan spektrometer FT-IR untuk analisa banyak diajukan untuk identifikasi

suatu senyawa. Hal ini disebabkan spektrum FT-IR suatu senyawa (misalnya senyawa

organik) bersifat khas, artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum yang

berbeda pula. Vibrasi ikatan kimia pada suatu molekul menyebabkan pita serapan hampir

seluruhnya didaerah spectrum IR yakni 4000-400 cm-1.

Pada temperatur biasa molekul organik frekuensi vibrasinya dalam keadaan tetap.

Masing-masing ikatan mempunyai vibrasi regangan (stretching) dan vibrasi tekuk

(bending) yang dapat mengabsorbsi energi radiasi pada frekuensi itu. Yang dimaksud

vibrasi regangan adalah terjadinya terus menerus perubahan jarak antara dua atom

didalam suatu molekul. Vibrasi regangan ini ada dua macam, yaitu regangan simetris dan

tak simetris. Yang dimaksud vibrasi tekuk adalah terjadinya perubahan sudut antara dua

ikatan kimia. Ada empat macam vibrasi tekuk, yakni vibrasi tekuk dalam bidang (implane

bending) yang dapat berupa vibrasi scissoring (deformasi) atau vibrasi rocking dan

vibrasi keluar bidang (out of plane bending) yang dapat berupa wagning atau berupa

twisting (Seymour, 1984).

Formulasi bahan polimer komersil dengan kandungan aditif bervariasi seperti

pemplastis, pengisi, pemantap dan antioksidasi, memberikan kekhasan pada spektrum

inframerahnya. Analisis inframerah memberikan informasi tentang kandungan aditif,

(34)

untuk karakterisasi bahan polimer yang terdegradasi oksidatif dengan munculnya gugus

karbonil dan pembentukan ikatan rangkap pada rantai polimer. Gugus lain yang

menunjukan terjadinya degradasi oksidatif adalah gugus hidroksida dan karboksilat.

Umumnya pita serapan polimer pada spektrum inframerah adalah adanya ikatan

C-H regangan pada daerah 2880 cm-1- 2900 cm-1 dan regangan dari gugus fungsi lain

yang mendukung untuk analisis suatu material (Hummel, D.O.,1985).

Untuk memperoleh informasi struktur dari spektra inframerah lebih lanjut, kita

harus terbiasa dengan frekuensi atau panjang gelombang dimana berbagai gugus

fungsional menyerap. Sebagai pelengkap informasi tersebut, dipakai tabel, yang disebut

tabel korelasi inframerah yang memuat informasi dimana berbagai gugus fungsional

menyerap.(Sastrohamidjojo,H. 1992)

2.9.Analisis Termal Diferensial (DTA)

Cara analisis termal atas polimer penting, apalagi dengan makin canggih dan

jitunya intrumentasi. Kegunaannya antara lain untuk mengetahui kestabilan termalnya,

waktu hidup dan waktu simpan (keawetan) pada kondisi tertentu, fasa dan perubahan fasa

didalamnya, juga informasi tentang pengaruh aditif yang dimasukkan ke dalam bahan

polimer tersebut.

Ada berbagai cara simakan termal atas polimer, misalnya termogravimetri,

thermal differensial (DTA), termomekanik dan banyak lagi.

Pada analisis termal diferensial (DTA), sampel diprogram suhu dengan laju

terkontrol, suhu terus dipantau. DTA berguna untuk pengukuran derajat kekristalan,

penyimakan struktur beda-morfologis berbagai ionomer polimer, pengukuran titik transisi

gelas, kajian puncak ganda titik leleh polimer isotaktik, transisi-transisi orde satu

kopolimer, annealing polimorf, pengaruh riwayat termal atas sifat, kajian stabilitas

polimer, kinetika pirolisis, pengaruh panjang/jenis gugus samping atas titik leleh,

pengaruh laju pemanasan atas titik leleh, juga untuk penyidikan berbagai jenis polimer

(35)

Diffrensial Thermal Analysis (DTA) adalah suatu cara untuk menentukan perubahan

sifat-sifat khusus panas dari suatu bahan sampel dengan mengukur dan mencatat

kedua-duanya, temperatur T(oC) dan dari bahan sampel dan perbedaan temperatur ΔT (oC)

diantara dua sampel yang diukur dan satu bahan pembanding yang panasnya stabil,

seperti α-alumina atau bubuk pengaman (seperti pada sekering), sementara pemanas

berlangsung dengan kecepatan konstan pemanas (oven) dengan menghasilkan panas

ideal. Cara ini selalu dilakukan dalam industri-industri. Dengan kata lain Diffrensial

Thermal Analysis (DTA) adalah cara untuk mendeteksi dan mengukur bagian bahan yang

tidak seimbang (tidak stabil) dalam temperatur dengan bahan pembanding bila terjadi

reaksi endotermik (perubahan panas dalam) atau eksotermik (perubahan panas luar)

(36)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat

- Neraca analitis Mettler AE 200

- Internal mixer Heles CR-52

- Spatula

- Plastik

- Statif dan klem

- Fourier Transform Infrared Spectroscopy(FTIR) Shimadzu

- Botol akuades

- Gelas Beaker 250 ml

- Kertas saring whatman no.42

- Diffrential Thermal Analysis (DTA)

- Buret 25 ml

- Oven Memmert

- Labu takar 250 ml Pyrex

- Hot plate stirer

- Gelas ukur 100 ml

- Pendingin Liebig

- Pompa vakum

(37)

3.2. Bahan

- Polipropilena Yuhwa,Ltd korea

- Benzoil Peroksida Merck

- Maleat Anhidrida

- Metanol p.a.Merck

- Xylena p.a.Merck

- Akuades

- Aseton p.a.Merck

- KOH 0,05 N

- Indikator fenolftalein 1%

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Proses Degradasi Polipropilena dengan Benzoil Peroksida

Ditimbang polipropilena dan benzoil peroksida dengan perbandingan (PP : BPO,

b/b) yaitu 95% : 5% (dalam 50 gr; 47,5 PP: 2,5 BPO). Dimasukan polipropilena kedalam

alat internal mixer yang telah diatur suhunya 170oC, dan diputar sampai melebur.

Kemudian ditambahkan BPO dan biarkan bercampur selama 5 menit. Dimatikan alat lalu

keluarkan hasilnya dan didinginkan. Hasilnya dicuci dengan etanol, kemudian disaring

(38)

3.3.2. Proses Grafting Maleat Anhidrida (MA) kedalam Polipropilena terdegradasi (PPd)

Ditimbang dalam 20 gr, polipropilena terdegradasi (PPd), maleat anhidrat (MA),

benzoil peroksida (BPO) masing-masing sesuai dengan perbandingan sebagai berikut :

Sampel PPd (%) MA (%) BPO (%)

1 97 1 2

2 95 3 2

3 92 6 2

4 89 9 2

5 86 12 2

Dimasukkan PPd dan MA kedalam alat internal mixer yang telah diatur suhunya

165oC, diputar sampai melebur. Kemudian ditambahkan BPO dan biarkan bercampur

selama 5 menit. Dikeluarkan dan didinginkan hasilnya. Dilakukan prosedur yang sama

untuk sampel berikutnya.

3.3.3.Pemurnian PP-g-MA

Ditimbang 2 g PP-g-MA. Ditambahkan 100 ml xylene dan direfluks sampai larut.

Kemudian diendapkan dengan 40ml aseton. Disaring dengan kertas saring yang

terhubung dengan pompa vakum. Endapannya dicuci dengan metanol berulang-ulang.

(39)

3.3.4. Penentuan Derajat Grafting dengan Metode Titrasi

Ditimbang endapan yang telah dikeringkan. Direfluks kembali dengan 100 ml

xylene sampai larut. Kemudian ditambahkan 1 tetes air dan direfluks kembali selama 15

menit. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator fenofthalein 1% kemudian dititrasi

dengan KOH 0,05N dalam keadaan panas. Titrasi dihentikan bila terjadi perubahan warna

menjadi merah rose dan dicatat volume KOH 0,05N yang terpakai.

3.3.5.Pembuatan Larutan KOH 0,05N dalam Metanol

Ditimbang 0,7 g KOH dilarutkan dengan metanol didalam gelas Beaker.

Kemudian diencerkan sampai garis batas pada labu takar 250 ml.

3.3.6. Uji Spektroskopi FTIR

Diuji polipropilena murni dan PP-g-MA dengan derajat grafting maksimum pada

Fourier Transform Infrared Analysis (FTIR), dan hasilnya akan dilihat dalam bentuk

spektra FTIR.

3.3.7. Uji Penentuan Titik Leleh

Diuji polipropilena murni, dan PP-g-MA dengan derajat grafting maksimum pada

(40)

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Proses Degradasi Polipropilena

3.4.2. Proses Grafting MA pada PPd

Dimasukan kedalam internal mixer pada suhu 165oC dan diputar sampai melebur

Ditambahkan 0,4 g BPO dan diputar kembali selama 5 menit

Dikeluarkan dan didinginkan

PP-g-MA 19,4 g PPd + 0,2 g MA

Dilakukan prosedur yang sama untuk sampel berikutnya 47,5 g Polipropilena

Dimasukan kedalam internal mixer pada suhu 170oC dan diputar sampai melebur

Ditambahkan 2,5 g BPO dan diaduk kembali selama 5 menit

Dikeluarkan dan didinginkan

PPd

(41)

3.4.3. Pemurnian PP-g-MA

Direfluks dengan 100 ml xylene sampai larut

Ditambahkan 40 ml aseton

Disaring dengan kertas saring yang terhubung dengan pompa vakum

Larutan PP-g-MA 2 g PP-g-MA

Dikeringkan didalam oven pada suhu 120oC selama 6 jam

Endapan Basah Filtrat

Dicuci kembali dengan methanol berulang-ulang

Endapan Kering

Ditimbang

(42)

3.4.4. Menghitung Derajat Grafting dengan Metode Titrasi

3.4.5. Proses Analisis dengan FTIR

Endapan kering PP-g-MA setelah pemurnian dengan derajat grafting maksimum

Di uji dengan alat FTIR

Hasil

Dilakukan prosedur yang sama untuk PP-g-MA sebelum pemurnian dengan derajat grafting tertinggi dan polipropilena murni

Direfluks dengan 100 ml xylene sampai larut Endapan Kering

Ditambahkan 1 tetes air dan direfluks kembali selama 15 menit

Setelah 15 menit ditambahkan 3 tetes indikator penofthalein

Dititrasi dengan KOH 0,05N dalam keadaan panas

Dihentikan titrasi bila terjadi perubahan warna menjadi merah rose

Dicatat volume KOH 0,05N dan dihitung derajat graftingnya

(43)

3.4.6. Uji Penentuan Titik Leleh

Polipropilena Murni

Diuji dengan alat DTA

Dilakukan prosedur yang sama untuk PP-g-MA dengan

derajat grafting tertinggi

(44)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pencampuran Polimer

Pada penelitian ini dilakukan pencampuran dalam 20 g antara polipropilena

terdegradasi (PPd), maleat anhidrida (MA),dan benzoil peroksida (BPO). Hasil

pencampuran variasi komposisi campuran dapat dilihat pada tabel 4.1.

(45)

Grafik perbandingan derajat grafting dengan konsentrasi MA terlihat pada gambar 4.1

Derajat Grafting (% ) Vs Konsentrasi Maleat Anhidrida (MA% )

4.99

Gambar 4.1. Grafik perbandingan derajat grafting dengan konsentrasi MA

4.2. Perhitungan

Untuk sampel 1 diperoleh volume KOH = 2,2 ml dan berat endapan = 1,08 g, maka dari

rumus diatas diperoleh :

(46)

Dengan cara yang sama untuk sampel PP-g-MA 2,3,4 dan 5 diperoleh hasil :

Derajat grafting sampel 2 = 9,73 %

Derajat grafting sampel 3 = 9,59 %

Derajat grafting sampel 4 = 8,08 %

Derajar grafting sampel 5 = 7,55 %

4.3. Pembahasan

Reaksi radikal bebas dari monomer kedalam hidrokarbon (polyolefin) adalah jenis inisiasi

melalui alkoksi radikal yang dibentuk dari dekomposisi peroksida. Pencangkokan maleat

anhidrida kedalam polipropilena terjadi ketika polimer tersebut menjadi radikal oleh

adanya suatu inisiator. Bentuk formasi pencangkokan maleat anhidrida kedalam

polipropilena dapat berupa disproporsionasi dan cross-lingking. Semakin banyak jumlah

maleat anhidrida tergrafting pada polipropilena maka semakin tinggi juga derajat

graftingnya, dimana penghitungan derajat grafting dilakukan dengan titrasi.

4.3.1. Pengaruh Konsentrasi Maleat Anhidrida Terhadap Derajat Grafting

Pengaruh konsentrasi maleat anhidrida terhadap derajat grafting dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.2. Perbandingan Konsentrasi Maleat Anhidrida terhadap Derajat Grafting

Konsentrasi MA (%) Derajat Grafting (%)

(47)

Penentuan derajat grafting maleat anhidrida pada polipropilena dilakukan dengan

cara titrasi. Dari hasil penelitian yang tertera pada tabel 4.3.1, persentase derajat grafting

maksimum terjadi pada konsentrasi maleat anhidrida 3%. Dan persentase derajat grafting

menurun ketika konsentrasi maleat anhidrida terus bertambah sampai 12%. Ini

disebabkan karena terjadinya homopolimerisasi, yang menyebabkan monomer-monomer

maleat anhidrida cenderung membentuk diri polimer sendiri dibandingkan menempel

pada rantai polipropilena. Hasil ini didukung oleh Halomoan Harahap (2009) yang telah

meneliti proses grafting maleat pada polietilena.

4.3.2. Analisa FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy) dari PP-g-MA dengan Derajat Grafting Maksimum

Penerapan Spektroskopi inframerah pada penelitian dilakukan untuk mengetahui

perbedaan gugus-gugus fungsi yang terdapat pada polipropilena murni dan polipropilena

yang tergrafting maleat anhidrida . Dimana gugus-gugus fungsi tersebut mempunyai

frekuensi yang khas.

Hasil dari spektrum FTIR dari polipropilena murni dengan polipropilena yang

tergrafting maleat anhidrida sebelum dan sesudah pemurnian dapat dilihat pada lampiran

1.a, 1.b dan 1.c.

Bilangan gelombang FTIR polipropilena murni dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3.1. Bilangan Gelombang Polipropilena

Sampel Bil. Gelombang (cm-1) Gugus Fungsi

Polipropilena

2862,36 CH3

2839,22 CH2

(48)

Bilangan gelombang FTIR dari PP-g-MA sebelum pemurnian dengan derajat grafting maksimum dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3.2. Bilangan Gelombang PP-g-MA sebelum pemurnian dengan

Bilangan gelombang FTIR dari PP-g-MA setelah pemurnian dengan derajat grafting maksimum dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3.3. Bilangan Gelombang PP-g-MA setelah pemurnian dengan derajat grafting maksimum

Dari tabel 4.3.2 dan 4.3.3 hasil spektra FTIR menunjukan telah terjadi interaksi

antara Polipropilena (PP), maleat anhidrida (MA) dan benzoil peroksida (BPO). Hal ini

ditunjukan dengan munculnya puncak serapan yang khas pada bilangan gelombang

1712,79 cm-1 untuk gugus karbonil dari maleat anhidrida pada PP-g-MA sebelum

pemurnian dan 1720,50 cm-1 setelah pemurnian dan didukung dengan adanya gugus

alkoksi pada bilangan gelombang 1165,00 cm-1. Dan pada hasil spektra FTIR dari

PP-g-MA setelah pemurnian tidak ditemukannya gugus C=C, ini menunjukan bahwa setelah

(49)

4.3.3. Analisa DTA (Diffrensial Thermal Analysis) dari PP-g-MA dengan Derajat

Grafting Maksimum

Penerapan analisis thermal diffrensial pada penelitian ini untuk mengetahui

perubahan sifat-sifat khusus panas dari suatu bahan sampel, dengan mengukur perbedaan

temperatur diantara sampel dengan suatu bahan pembanding yang stabil terhadap

perubahan panas. Dimana pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah

polipropilena murni, PP-g-MA sebelum dan sesudah pemurnian dengan derajat grafting

maksimum dan bahan pembanding yang digunakan adalah Al2O3.

Dari termogram DTA yang dapat dilihat pada lampiran 2.a, 2.b dan 2.c dapat

dilihat perubahan titik lebur pada polipropilena murni dengan PP-g-MA sebelum dan

sesudah pemurnian dengan derajat grafting maksimum, dimana pada polipropilena murni

titik lelehnya yaitu 165oC dengan temperatur terdekomposisi sebesar 350oC dan pada

PP-g-MA baik sebelum ataupun sesudah pemurnian dengan derajat grafting maksimum titik

lelehnya menurun menjadi 150oC dengan temperatur terdekomposisi sebesar 400oC

Perubahan titik leleh dari polipropilena murni dan PP-g-MA sebelum dan sesudah

pemurnian dengan derajat grafting maksimum diduga karena adanya proses degradasi

yang menyebabkan terputusnya rantai polimer dari polipropilena.

Pengukuran titik leleh pada PP-g-MA, diharapkan dapat menjadi acuan untuk

pemilihan bahan aditif atau bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan komposit,

(50)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Reaksi grafting antara maleat anhidrida dengan polipropilena dapat terjadi yang

dibuktikan dengan adanya serapan yang khas pada spektra FTIR dari setiap bahan

campuran

2. Derajat grafting maksimum dihasilkan dari konsentrasi maleat anhidrida sebesar

3% pada polipropilena

3. Perubahan titik leleh dari polipropilena murni dan PP-g-MA sebelum dan sesudah

pemurnian dengan derajat grafting tertinggi dibuktikan dengan analisa DTA,

dimana titik leleh dari polipropilena murni yaitu sebesar 165oC dan titik leleh dari

PP-g-MA sebelum dan sesudah pemurnian sebesar 150oC

5.2. Saran

Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan

(51)

DAFTARPUSTAKA

Afriando.2009.Pengaruh Konsentrasi Benzoil Peroksida Pada Degradasi Thermal

Poilipropilena. Skripsi. Medan : USU.

Allen, N.S. 1983. Degradation and Stabilisation Of Polyolefins. London : Applied Science Publishers

Arifin, 1996. Sintesis Kopolimer Stirena Maleat Anhidrida dan Karakterisasinya. Tesis

PPS Kimia. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.

Billmeyer, F.W. 1962. Textbook Of Polymer Science. Second Edition. New York : John

Wiley and Sons

Collar, E.P.1997. Chemical Modification of Polypropylenes by Maleic Anhydride

Influence of Stereospecificity and Process Conditions. Spain :Departemento de

Fisica e Ingenierta de Polimeros

Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer. Bandung : Penerbit ITB

Gachter,M., 1990. Plastic Additives Handbook. Third Edition. Munich: Hanser Publisher.

Dalam High Density Polyethylene (HDPE) Dengan inisiator Benzoil Peroksida .

Skripsi. Medan : USU

Hartomo, A.J., 1995. Penuntun Analisis Polimer Aktual. Yogyakarta : Penerbit Andi

Hartomo, A.J., 1996. Polimer Mutakhir. Yogyakarta : Penerbit Andi

http://id.wikipedia.org/wiki/maleat anhidrida. Diakses Februari 2010

http://en.wikipedia.org.wiki.Polypropylene. Diakses Februari 2010

Hummel, D.O.,1985. Infrared Spectra Polymer in the Medium and long Wavelength

Region. London : John Wiley and Sons

Sastrohamidjojo,H.1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta : Penerbit Liberty

Saihi, D. 2001. Graft Copolymerization of a Mixture of Perfluorooctyl-2 Ethanol Acrylic

and Stearyl Methacrylate Onto Polyester Fibers Using Benzoyl Peroxide as

Initiator. France : Ecole Nationale Superieure des Arts et Industries de

(52)

Sclavons,M., 1996. The Anhudride Content of Some Commercial PP-g-MA:FTIR and

Titration. Belgium ;John Wiley and Sons.

Singh, R.P. 1992. Surface Grafting Onto Polypropylene A Survey of Recent

Developments. India : National Chemical Laboratory.

Stein, S., 1986. Penyelidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Edisi keempat. Jakarta

: Erlangga.

Seymour, 1984. Structure-Property Relationship in Polymer. New York : Plenum Press.

Steven, M.P. 2001. Kimia Polimer. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Strepikheyev, A., 1971. A First Course in Polymer Chemistry. Moscow : MIR Publishers

Warman, 1994. Penuntun Praktikum Termal Analisis. Medan : PTKI

Wirjosentono, B. 1998. Struktur dan Sifat Mekanis Polimer. Medan : Intan Dirja Lela

(53)
(54)

Lampiran 1

(55)
(56)
(57)

Lampiran 2

(58)

Lampiran 2.b.Termogram DTA dari PP-g-MA sebelum dimurnikan dengan derajat

(59)

Lampiran 2.c. Termogram DTA dari PP-g-MA setelah dimurnikan dengan derajat

(60)

Gambar

Gambar 2.2.1. Polipropilena (a) isotaktik (b) sindiotaktik (c) ataktik
Gambar 2.4. Pembentukan Radikal pada Benzoil Peroksida
Gambar 2.5. Proses Pembentukan Maleat Anhidrida
Tabel 4.1. Data Hasil Pencampuran Polimer
+5

Referensi

Dokumen terkait

Subjek yang memiliki istri bekerja karena ingin aktualisasi diri memperoleh mean yang lebih tinggi (x = 122.42) dari pada suami yang memiliki istri bekerja karena kebutuhan ekonomi

[r]

[r]

Pengolahan data indikator merumuskan variabel percobaan, siswa yang berada pada kategori tidak terampil sebesar 36,1%, setelah diberi pelatihan dengan model inkuiri

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) latar belakang munculnya anak jalanan untuk berada di jalan karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu latar belakang

SAPTARIA WAGISUWARI SD MUTIARA 11. 530 KOMANG BUDIANI SD N 1

3.3 Mengetahui konsep gerak dasar manipulatif sesuai dengan dimensi anggota tubuh yang digunakan, arah, ruang gerak, hubungan, dan usaha, dalam berbagai bentuk permainan sederhana

Mengacu pada periode waktu produksi atau horizon perencanaan produksi, di mana semua input dalam proses produksi merupakan input variabel, tidak ada input