• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Keluarga Dalam Pemberian Gizi Pada Lansia Di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Keluarga Dalam Pemberian Gizi Pada Lansia Di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Pengetahuan Keluarga dalam Pemberian Gizi di Desa

Sidorejo Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

Junika Suci Lestari

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

Prakata

Alhamdulillah rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kesempatan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Gambaran Pengetahuan Keluarga Dalam Pemberian Gizi Pada Lansia Di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp.MNS selaku pembimbing skripsi.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Program S1 Keperawatan USU yang telah memberi bimbingan selama perkuliahan, khususnya dosen-dosen mata kuliah riset keperawatan.

5. Ayahanda, Ibunda tercinta yang menjadi motivasi dalam hidup penulis yang selalu berdoa, menyayangi, memberi dorongan baik moril maupun materil, serta keluarga besar penulis.

(4)

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan tersebut. Amin. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu keperawatan.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Januari 2012

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar tabel ... vi

Abstrak ... vii

BAB 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan ... 4

4.2. Bagi Praktek Keperawatan ... 4

4.3. Bagi Penelitian Keperawatan ... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengetahuan ... 6

2.1.1 Definisi pengetahuan ... 7

2.1.2 Fungsi pengetahuan ... 7

2.1.3 Sumber – sumber pengetahuan ... 7

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 8

2.1.5 Pengukuran pengetahuan ... 10

2.2 Keluarga ... 13

(6)

2.2.2 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan ... 15

2.2.3 Pemenuhan gizi pada lansia ... 16

2.2.4 Peran keluarga terhadap lansia ... 17

2.3 Lansia ... 18

2.3.1 Teori penuaan ... 18

2.3.2 Perubahan fisiologis pada lansia ... 19

2.3.3 Kebutuhan gizi pada lansia ... 28

2.3.4 Menu harian lansia ... 31

2.3.5 Pedoman untuk memilih makanan yang sehat ... 33

2.3.6 Peran keluarga dalam pemenuhan gizi pada lansia ... 35

BAB 3 Kerangka Penelitian 3.1 Kerangka konseptual ... 43

3.2 Defenisi konseptual ... 44

BAB 4 Metodologi Penelitian 4.1. Desain Penelitian ... 45

4.2. Populasi dan Sampel ... 45

2.1. Populasi ... 45

2.2. Sampel ... 45

4.3. Lokasi dan Waktu ... 46

4.4. Pertimbangan Etik ... 47

4.5. Instrumen Penelitian ... 47

(7)

4.7. Pengumpulan Data ... 48

4.8. Analisa Data ... 49

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 50

1.1 Data Demografi ... 51

1.2 Gambaran Pengetahuan keluarga ... 52

2. Pembahasan ... 54

2.1 Data Demografi ... 54

2.2 Pengetahuan keluarga dalam pemenuhan gizi lansia ... 56

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 59

2. Saran ... 60

Daftar Pustaka ... 61 Lampiran

1. Informed Consent 2. Jadwal Penelitian 3. Taksiran Dana 4. Riwayat Hidup

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perubahan Fisiologis pada lansia ... 21

Tabel 2. Kebutuhan gizi pada lansia ... 32

Tabel 3. Kecukupan Gizi pada lansia ... 33

Tabel 4. Komposisi anjuran makanan per hari lansia ... 37

(9)

Judul : Gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun Penulis : Junika Suci Lestari

Fakultas : Keperawatan Tahun : 2011-2012

Abstrak

Usia lanjut adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu berada pada usia 60 tahun keatas yang merupakan suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang yang disertai dengan terjadinya kemunduran fungsi fisiologis pada lansia. Untuk mengkompensasi terjadinya penurunan fungsi fisiologis lansia maka harus diberikan nutrisi yang cukup pada lansia agar sesuai dengan aktivitas lansia. Keluarga sangat berperan penting dalam menjaga status kesehatan lansia karena keluarga merupakan pihak terdekat dengan lansia, pengetahuan keluarga tentang gizi yang seimbang pada lansia sangat diperlukan agar tercapainya status kesehatan lansia yang optimal sehingga kualitas hidup lansia dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar yang dilakukan pada tanggal 22 Desember 2011 sampai dengan 02 Januari 2012. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan teknik total sampling, dan uji reliabilitas dengan menggunakan KR-21 yang mendapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,81. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 60 responden yang merupakan keluarga yang tinggal bersama dengan lansia. Berdasarkan Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata usia responden berusia 51 - 60 tahun sebanyak 42 responden (70%), lebih dari setengah responden adalah perempuan berjumlah 42 orang (70%), dan lebih dari setengah responden berpendidikan SMP berjumlah 34 orang (57%). Tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 60%, hal ini dikarenakan rata – rata responden memiliki latar belakang pendidikan SMP yang berpengaruh dalam hal mudah tidaknya mencerna informasi tentang kesehatan yang telah didapat,dan rata-rata responden bekerja sebagai buruh yang memilki waktu yang sangat sedikit untuk mengakses informasi tentang kesehatan dalam hal ini gizi pada lansia. Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas tentang hubungan antara nutrisi yang seimbang bagi lansia dengan status kesehatan lansia yang berdampak pada kualitas hidup.

(10)

Judul : Gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun Penulis : Junika Suci Lestari

Fakultas : Keperawatan Tahun : 2011-2012

Abstrak

Usia lanjut adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu berada pada usia 60 tahun keatas yang merupakan suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang yang disertai dengan terjadinya kemunduran fungsi fisiologis pada lansia. Untuk mengkompensasi terjadinya penurunan fungsi fisiologis lansia maka harus diberikan nutrisi yang cukup pada lansia agar sesuai dengan aktivitas lansia. Keluarga sangat berperan penting dalam menjaga status kesehatan lansia karena keluarga merupakan pihak terdekat dengan lansia, pengetahuan keluarga tentang gizi yang seimbang pada lansia sangat diperlukan agar tercapainya status kesehatan lansia yang optimal sehingga kualitas hidup lansia dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar yang dilakukan pada tanggal 22 Desember 2011 sampai dengan 02 Januari 2012. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan teknik total sampling, dan uji reliabilitas dengan menggunakan KR-21 yang mendapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,81. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 60 responden yang merupakan keluarga yang tinggal bersama dengan lansia. Berdasarkan Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata usia responden berusia 51 - 60 tahun sebanyak 42 responden (70%), lebih dari setengah responden adalah perempuan berjumlah 42 orang (70%), dan lebih dari setengah responden berpendidikan SMP berjumlah 34 orang (57%). Tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 60%, hal ini dikarenakan rata – rata responden memiliki latar belakang pendidikan SMP yang berpengaruh dalam hal mudah tidaknya mencerna informasi tentang kesehatan yang telah didapat,dan rata-rata responden bekerja sebagai buruh yang memilki waktu yang sangat sedikit untuk mengakses informasi tentang kesehatan dalam hal ini gizi pada lansia. Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas tentang hubungan antara nutrisi yang seimbang bagi lansia dengan status kesehatan lansia yang berdampak pada kualitas hidup.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun (Bandiyah, 2009). Usia lanjut adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun keatas) sedangkan usia lanjut adalah sudah berumur atau tua (Siti, 2010). Dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain, kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang mudah lelah, gerakan menjadi lamban (Siti, 2008) serta terjadi perubahan fisiologis dan perubahan pada saluran cerna (Arisman, 2004). Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan termasuk kesehatannya (Tamher, 2009). Menurut Potter & Perry, 2005 yang dikutip dalam penelitian (Naning, 2005).

(12)

memilki resiko cukup besar terhadap masalah nutrisi, status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena berpengaruh dalam penilaian kebutuhan akan zat gizi (Arisman, 2004).

Ada lansia yang tergolong sehat, dan ada pula yang mengidap penyakit kronis. Disamping itu, sebagian Lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara sebagian lain sangat bergantung pada”belas kasihan” orang lain. (Arisman, 2004). Untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan pada lansia, di perlukan gizi yang seimbang. (Siti, 2009). Berbagai faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi lanjut usia meliputi faktor dari lanjut usia itu sendiri, faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor pelayanan, aktivitas fisik, kemunduran biologis, pengobatan, depresi dan kondisi mental dan penyakit. Sehubungan dengan faktor keluarga, hal tersebut menyangkut jumlah generasi, tempat tinggal, sikap, tingkat sosial-ekonomi keluarga, dan khususnya pengetahuan dalam perawatan dan pemenuhan gizi pada lanjut usia. Banyak keluarga yang masih awam atau belum mengerti bagaimana cara merawat dan memperlakukan seorang lanjut usia, khususnya dalam hal nutrisi atau gizi yang baik bagi lanjut usia (Wirakusumah, 2002).

(13)

tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga dalam setiap tahap perkembangnnya. Keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan biologis setiap anggota keluarga. Pengaturan hidup bagi usia lanjut merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung kesejahteraaan usia lanjut (Watson Roger, 2003).

Pembinaan kesehatan usia lanjut merupakan bagian dari upaya kesehatan keluarga yang dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan dasar dan rujukannya (Siti, 2009). Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga dan merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental bagi lansia (Siti 2009).

(14)

dan 13,5% (278.895 jiwa penduduk) adalah lanjut usia ( Suryadi dan Nugroho, (1999) didalam Darmojo, 2004)

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar dimana di desa tersebut banyak di jumpai keluarga yang memiliki lansia yang tidak memperhatikan gizi yang baik terhadap lansia. 2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, adapun pertanyaan dari penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan keluarga dalam pemenuhan gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar.

3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia sehingga dapat diketahui tingkat pengetahuan keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi tehadap lansia. 4. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui pengetahuan, keluarga dalam pemberian gizi pada lansia. Hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan terutama bagi tenaga kesehatan dalam memberikan perhatian, dan lebih banyak penjelasan tentang arti penting gizi pada lansia.

1. Pendidikan Keperawatan

(15)

2 Praktek Keperawatan

Menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca yang ingin mengetahui tentang hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia,juga dapat dijadikan sebagai bahan informasi tambahan dalam materi penyuluhan terhadap keluarga yang memiliki lansia dirumah. Selain itu dapat dijadikan sebagai evidence base bagi praktek keperawatan semua tata pelayanankesehatan terutama keperawatan Komunitas dan Gerontik

3 Penelitian Keperawatan

Dapat dijurnalkan sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia agar kualitas hidup lansia di Indonesia semakin meningkat.

4.Keluarga Lansia

(16)
(17)

2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what “, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab “why “ dan “ how”, misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas,dan sebgainya. (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah suatu kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan tahayul dan pengembangan keliru (Mubarok, 2006).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan di bagi dalam 6 tingkat yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Tahu (Know)

(18)

2. Memahami (comprehension)

Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat mengiinterpretasi materi secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat di artikan aplikasi atau menggunakan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan dalam penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyslel) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisa (Analtsis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

(19)

dan dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003)

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan dipengaruhi oleh faktor : a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

b. Persepsi

Persepsi, mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil.

(20)

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengeyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi dan memerlukan rangsangan dari dalam individu maupun dari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku akan dirasakan suatu kebutuhan.

d. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, pengahasilan sering dilihat untuk memiliki hubungan antar tingkat pengahasilan dengan pemanfaatan

2.1.4 Proses memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional dan cara modern (ilmiah).

a. Cara tradisional atau non ilmiah

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi cara coba salah, cara kekuasaan, Berdasarkan pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran.

(21)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memcahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan apabila kemungkinan tidak berhasil pula dicoba kemungkinan yang lain pula sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut coba-salah (trial and error).

2) Cara kekuasaan (Otoriter)

Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun nonformal, ahli agama, pemegang pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak dapat mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari jawaban yang lain, sehingga dapat berhasil memecahkannya.

4) Melalui jalan pikiran

(22)

berdasar atas cara berfikir untuk menarik kesimpulan umum dari sesuatu yang bersifat khusus atau individual. Penalaran deduktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir yang menarik kesimpulan yang khusus dari sesuatu yang bersifat umum (Setiadi, 2007).

b. Cara modern atau cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Metode ilmiah adalah upaya memecahkan masalah melalui berfikir rasional dan berfikir empiris dan merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu.

Metode ilmiah pada dasarnya menggabungkan berfikir rasional dengan berfikir empiris, artinya pertanyaan yang dirumuskan disatu pihak dapat diterima oleh akal sehat dan dipihak lain dapat dibuktikan melalui data dan fakta secara empiris (Setiadi, 2007).

2.1.5 Fungsi pengetahuan

Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali, atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai sesuatu yang konsisiten (Azwar, 2005).

2.1.6 Cara pengukuran pengetahuan

(23)

Pada penelitian ini, peneliti mengukur gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia dengan menggunakan kuesioner karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana.

2.2 Keluarga 2.2.1 Pengertian

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang yang terdiri dari bapak, ibu, kakak, kakek dan nenek. (Setiowati, 2008). Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. (Mubarak, 2009).

(24)

2.2.2 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan.

Untuk dapat mencapai tujuan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga (Fredman, 1981 dikutip dari Effendy, 1998) yaitu:

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. Keluarga mengenal perkembangan fisik dari anggota keluarganya dan aktivitas yang normal atau tidak mampu untuk dilakukan.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Segera setelah keluarga mengetahui bahwa ada kondisi anggota keluarganya yang tidak sesuai dengan normal maka sebaiknya keluarga memutuskan dengan cepat tindakan yang harus dilakukan untuk kesembuhan anggota keluarganya dengan segera membawanya ke petugas kesehatan.

3. Memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat fisik.

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan fisik anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

6. Harus memilki banyak informasi mengenai kesehatan fisik anggota keluarganya dari lembaga petugas kesehatan yang ada

2.2.3 Peran Keluarga Terhadap Lansia

(25)

bersifat pemenuhan terhadap kebutuhan bio, psiko, sosial dan spiritual dari lansia tersebut. Dukungan ini tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan jasmani saja tetapi juga mengarah terhadap dukungan mental spiritual dari lansia agar terus merasa bermakna dalam kehidupan orang di sekitarnya sehingga kualitas hidup lansia dapat terjaga. Dukungan keluarga adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian, dari orang orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Dukungan keluarga merupakan suatu tempat yang ada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau menolong orang dengan sikap menerima kondisinya.

Dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif yang paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial yang belum digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk keluarga misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).

(26)

Berbagai bentuk kehidupan keluarga sekarang menunjukkan berbagai kemampuan untuk menyediakan dukungan yang diperlukan selama masa dimana permintaannya besar. Penyakit kronis biasanya menuntut pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih besar dari keluarga (Friedman, 1998).

2.2.4 Batasan Dukungan

Dukungan keluarga dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakeses atau dirasakan untuk keluarga artinya dukungan keluarga bias tidak digunakan tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolomgan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998).

Jenis Dukungan 1). Dukungan Emosional

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosionsl mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang yang bersangkutan misalnya umpan balik, penegasan (Smetbart, 1999).

2). Dukungan Penghargaan

(27)

gagasan atau perasaan individu dn perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain seperti misalnya orang-orang-orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah penghargaan diri).

3). Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan kongkrit (Friedman, 1998). Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stres.

4). Dukungan Informatif

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator informative mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, (penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 1998). Dukungan saran-saran atau umpan balik.

2.3 LANSIA

2.3.1 Pengertian Lansia

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial (Undang-undang No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan). pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut:

a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

(28)

jasa.

c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua.tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran. (Nugroho, 2008).

Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Bandiyah, 2009)

2.3.2 Batasan Lansia

Menurut dokumen Pelembagaan lansia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka perencanaan hari lansia nasional tanggal 29 Mei oleh Presiden RI, batas umur lansia adalah 60 tahun atau lebih (Setiabudhi, 1999), dan menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia bagi petugas kesehatan yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1999, umur dibagi lansia 3 yaitu:

(29)

b. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau dengan masalah kesehatan.

2.3.3 Proses Menua

Menurut Constantinides (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan - lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap indvidu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Karakteristik proses penuaan menurut Crisofalo (1990) dalam Setiabudhi (1999).

ada beberapa karakteristik tentang proses penuaan pada manusia dan hewan yang menyusui yaitu:

1 Peningkatan kematian sejalan dengan peningkatan usia

2 Terjadinya perubahan kimiawi dalam sel jaringan tubuh yang mengakibatkan massa tubuh berkurang, peningkatan lemak dan lipofuscin yang dikenal dengan age pigmen, serta perubahan diserat kolagen yang dikenal dengan cross-lin

(30)

4 Menurunnya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan di lingkungan

5 Meningkatnya kerentaan terhadap berbagai penyakit tertentu Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penuaan adalah proses yang secara berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam tubuh yang berakibat dengan kematian. Menurut teori biologis penuaan terbagi menjadi dua tipe yaitu teori instrinsik yang menjelaskan perubahan berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab dari dalam sel sendiri dan teori ekstrintik yang menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.

2.3.3.4. Perubahan yang terjadi pada lansia

Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes RI, 1998). Menurut Setiabudhi (1999) perubahan yang terjadi pada lansia yaitu:

a. Perubahan dari aspek biologis

(31)

protein di otak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenchim serta adanya penambahan lipofuscin.

1 Perubahan regenerasi sel pada lansia yang terjadi di sel otak dan syaraf berupa jumlah sel menurun dan fungsi digantikan sel yang tersisa, terganggunya makanisme perbaikan sel, control inti sel terhadap sitoplasma menurun, terjadinya perubahan jumlah dan struktur mitokondria, degenerasi lisosom yang mengakibatkan hoidrolisa sel, berkurangnya butir Nissil, penggumpalan kromatin, dan penambahan lipofiscin, terjadi vakuolisasi protoplasma.

2 Perubahan yang terjadi di otak lansia adalah otak menjadi trofi yang beratnya berkurang 5 sampai 10% yang ukurannya kecil terutama di bagian prasagital, frontal dan parietal, jumlah neuron berkurang dan tidak dapat diganti dengan yang baru, terjadi pengurangan neurotransmiter, terbentuknya struktur abnormal di otak dan akumulasi pigmen organik mineral (lipofuscin, amyloid, plaque, neurofibrillary tangle), adanya perubaan biologis lainnya yang mempengaruhi otak seperti gangguan indera telinga, mata, gangguan kardiovaskuler, gangguan kelenjar thyroid, dan kartikosteroid.

3 Perubahan jaringan yaitu terjadinya penurunan sitoplasma protein, peningkatan metaplastic protein seperti kolagen dan elastin.

b. Perubahan Fisiologis

(32)

1) Perubahan sistem gastrointestinal menurut Arisman (2004) yaitu:

a) Rongga mulut : Tanggalnya gigi, dan ketidak bersihan mulut yang menyebabkan gigi, dan gusi kerap terinfeksi, serta sekresi air ludah berkurang, yang mengakibatkan pengeringan rongga mulut, dan berkemungkinan menurunkan cita rasa.

b) Esofagus : Gangguan menelan akibat gangguan neuromuscular, seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan otot menebal

c) Lambung : Lapisan lambung menipis, sekresi HCL dan pepsin berkurang akibatnya penyerapan vitamin B12 dan zat besi menurun.

d) Usus : Berat total usus halus berkurang, peristaltic melemah, penyerapan kalsium dan zat besi menurun.

Tabel.1 Perubahan Fisiologis Pada Lansia

NO Sistem Tubuh Temuan Normal

1 Integumen

Kulit kehilangan kelenturan dan kelembapannya pada masa lansia. Lapisan epitel menipis dan serat kolagen elastis menyusut dan menjadi kaku.

2 Kardiovaskular

Penurunan kekuatan kontraktil moikardium menyebabkan penurunan curah jantung. Penurunan ini signifikan jika lansia mengalami stress karena ansietas,kegembiraan, penyakit atau aktifitas berat

3

Gastrointestinal dan abdomen

Penuaan menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak pada tubuh dan abdomen akibat terjadinya peningkatan ukuran abdomen

(33)

akibat perubahan hormonal

5 Perkemihan

Hipertropi kelenjar prostate dapat teradi pada pria lansia. Hipertropi ini memperbesar kelenjar dan tekanan terletak pada leher kandung kemih akibatnya infeksi traktus urinarius, sering berkemih inkotinensia, dan terjadi retensi urin.

6 Musculoskeletal

Lansia yang berolah raga secara teratur tidak kehilangan masa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang tidak aktif, serat otot berkurang sebanding penurunan masa otot,

c. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan secara fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai sikap lansia terhadap kemunduran fisiknya (disengagement theory) yang berarti adanya penarikan diri dari masyarakat dan dari diri pribadinya satu sama lain. Lansia dianggap terlalu lamban dengan daya reaksi yang lambat, kesigapan dan kecepatan bertindak dan berfikir menurun (Darmojo, 1999). Daya ingat (memory) lansia memang banyak menurun dari lupa sampai pikiran dan demensia. Pada umumnya lansia masih ingat pada peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, tetapi lupa dengan kejadian yang baru (Darmojo, 1999).

2.3.5 Masalah yang terjadi pada lansia a. Permasalah Umum

(34)

umum lansia sebagai berikut

1. Besarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya persentase kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatannya.

2. Jumlah lansia miskin semakin banyak

3. Nilai kekerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik

4. Rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional yang melayani usia lanjut

5. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia

6. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan polusi pada kehidupan dan penghidupan lansia.

b. Permasalahan Khusus

Menurut Setiabudhi (1999) permasalahan khusus pada lansia terbagi 2 aspek yaitu:

1) Permasalahan dari Aspek Fisiologis

(35)

pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi tekanan darah tinggi, otot jantung bekerja tidak efisien, adanya penurunan fungsi organ reproduksi, terutama pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria, serta seksualitas tidak terlalu menurun.

2) Permasalahan dari Aspek Psikologis

Menurut Hadi Martono (1997) dalam Budi Darmojo (1999) beberapa masalah psikologis lansia antara lain:

a) Kesepian (loneliness), yang dialami lansia pada saat meninggalnya pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas sosialnya tinggi, lansia yang hidup di lingkungan yang beranggota keluarga yang cukup banyak tetapi mengalami kesepian.

b) Duka cita (beravement), dimana pada periode duka cita ini merupakan periode yang sangat rawan bagi lansia. Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis dan kemudian suatu episode depresi. Depresi akibat duka cita biasanya bersifat self limiting.

(36)

dan kemampuan beradaptasi sudah menurun.

d) Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobio, gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsetif-kompulsif. Pada lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu obat.

e) Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terdapat pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia.

f) Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangga berniat membunuhnya. Parafrenia biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau di isolasi atau menarik diri dari kegiatran sosial.

g) Sindroma Diagnosa, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku yang sangat menganggu. Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena sering lansia ini bermain-main dengan urine dan fesesnya. Lansia sering memupuk barang-barangnya dengan tidak teratur (Jawa: “Nyusuh”). Kondisi ini walaupun kamar telah dibersihkan lansia dimandikan bersih namun dapat berulang kembali.

3) Permasalahan dari aspek sosial budaya

(37)

secara umum yaitu masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat industri yang memiliki ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional dalam pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lansia dalam berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

2.4 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia 2.4.1. Pengertian nutrisi

Menurut Wartonah (2003) nutrisi merupakan zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan mengunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Dampak dari pemenuhan nutrisi pada lansia akan menjaga kondisi lansia menjadi sehat, tidak gampang terserang penyakit serta memelihra status giznya.

2.4.2 Macam-macam zat gizi (Nutrisi)

(38)

vitamin dan serat. Sumber makanan mengandung karbohidrat terutama bersama dari serealia (padi-padian), umbi dan olahannya. Sumber makanan yang mengandung lemak berasal dari minyak, lemak, binatang, kelapa dan kacang-kacangan (Almatzier, 2003).

2.4.3 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Menurut Sediaoetama (2000) jumlah nutrisi yang mencukupi pemenuhan kebutuhan tubuh meliputi :

a. Bahan makanan pokok

Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting di dalam suatu susunan hidangan di Indonesia, karena bila suatu susunan hidangan tidak mengandung bahan makanan pokok tidak dianggap lengkap dan sering orang yang mengkonsumsinya mengatakan belum makan, meskipun perutnya telah kenyang.

b. Bahan makanan lauk pauk

Golongan bahan makanan ini disebut lauk pauk, karena memang mencakup bahan pangan (ikan, daging, kacang-kacangan). Pada umumnya kelompok bahan makanan ini merupakan sumber utama protein di dalam hidangan.

c. Bahan makanan sayur dan bahan makanan buah

(39)

Menurut Budi (1998) masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Nutrisi yang berlebihan

Kebiasaan pola makan yang banyak pada usia muda yang menyebabkan berat badan berlebihan. Kebiasaan itu sukar untuk dirubah pada masa lansia, padahal lansia dalam pola makan perlu mengurangi asupan makanan, karena aktivitas fisik yang menurun, apabila berlanjut akan terjadi kegemukan dan merupakan pencetus penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi.

b. Kurangnya Nutrisi

Pada lansia apabila kekurangan nutrisi disebabkan adanya masalah-masalah sosial ekonomi serta gangguan penyakit. Konsumsi kalori, protein yang kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Jika berlanjut akan menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang berakibat rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun. Pada lansia yang mengalami malnutrisi (kekurangan gizi) akibat penurunan nafsu makan yang disebabkan berkurangnya kepekaan indera perasa dan penciuman yang umum terjadi pada lansia.

c. Kurang Vitamin

Kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral dalam makanan maka akan menyebabkan nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, serta kulit kering, lesu, dan tidak bersemangat. 2.4.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi

(40)

a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan

Pada lansia terjadi gangguan nutrisi terjadi pada gigi geligi dan semuanya tanggal yang akan mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan, apabila makanan yang disajikan tidak diolah sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan pengunyahan maka akan terjadi gangguan dalam pencernaan dan penyerapan oleh usus.

b. Berkurangnya cita rasa (rasa dan buah)

Hal ini terjadi pada lansia dengan berkurangnya cita rasa yang disebabkan oleh gangguan pada indera pengecap yang menurun serta adanya iritasi yang kronis dari selapur lendir. hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, serta hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit. Pada lansia apabila terjadi gangguan emosional seperti stress, putus asa dan rasa takut akan menyebabkan mulut kering, yang dipengaruhi oleh pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom yang menyebabkan sekresa saliva. Keluhan mulut kering dapat menghambat nafsu makan pada lansia yang menyebabkan asupan nutrisi berkurang. Pada lansia sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisi sedikit (Ernawati, 2000)

c. Berkurangnya koordinasi otot-otot syaraf

(41)

lambat dalam respon dan waktu bereaksi, serta mengecilnya syaraf panca indera, adanya gangguan pendengaran, penglihatan serta sistem respirasi. Pada lansia gangguan ini terjadi karena pengaruh pertambahan umur dan menurunnya fungsi organ tubuh misalnya pada gangguan refleks yang dapat menurun. Pada syaraf otot terejadi flaksi atau lemah, tonus kurang, tendernes dan tidak mampu bekerja. Untuk otot pada saluran cerna yang terjadi suatu kelemahan karena pengunaan yang menurun yang berakibat terjadinya konstipasi (Ernawati, 2000)

d. Keadaan fisik yang kurang baik

Keadaan fisik pada lansia terjadi suatu perubahan-perubahan fisik diantaranya dari perubahan sel yang lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya. Masalah yang menyangkut fisik yaitu lansia tidak bisa berjalan atau melakukan sesuatu sendiri. Masalah fisik misalnya apatis dan lesu dengan tanda-tanda fizik yaitu berat badan menurun, wajah pucat, sedangkan kelemahan fisik terjadi seperti artritis (cedera serebrovaskuler) yang menyebabkan kesulitan untuk berbelanja dan memasak (Darmojo, 2000).

e. faktor ekonomi

(42)

mereka juga tergolong miskin, dimana lansia menggantungkan hidupnya terutama pada anak perempuan terdekat. Rata-rata penghasilan lansia adalah < Rp 300.000 lebih rendah daripada rata-rata pengeluaran >300.000. keadaan tersebut menunjukkan betapa rentannya kondisi ekonomi lansia apalagi kalau dilihat dari lansia yang tidak berpenghasilan yang secara langsung akan mempengaruhi dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi lansia dan perawatan lansia (Siroit, 1999).

f. Faktor Sosial lansia

(43)

berbagai penyakitnya karena kurangnya pemenuhan asupan nutrisi. g. Faktor Penyerapan Makanan lansia

Masalah nutrisi pada lansia dipengaruhi oleh fungsi obsorpsi yang melemah adanya daya penyerapan yang terganggu. Apabila hal ini terjadi pada lansia maka akan mempengaruhi status gizinya yang berakibat timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh asupan makanan yang terganggu.

2.4.6. Kebutuhan gizi pada lansia

Konsumsi kebutuhan makanan pada lansia bervariasi sesuai dengan keadaan tubuh, dimana kebutuhan Karbohidrat (KH), lemak (L) dan protein (P) merupakan zat gizi yang menghasilkan energi tergantung pada Basal Metabolisme Rate (BMR) dan kegiatannya. BMR dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, suhu, lingkungan penyakit dan komposisi tubuh. Setiap kelebihan energi yang tidak diperlukan untuk metabolisme akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adipose. Kecukupan energi per orang perhari laki-laki umur 60 tahun keatas adalah 2200 kalori/hari, untuk wanita umur 60 tahun keatas adalah 1500 kalori / hari (Almatsier, 2003)

(44)

dengan umur yang sama adalah 40 gram/ hari (Almatsier, 2003). Tabel 2. Kebutuhan Gizi Pada Lansia

Zat Gizi Pria Wanita Tabel 3. Rata - Rata Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan

Umur Energi (Kkal) Protein (gram)

Pria > 60 tahun 2050 60

Wanita > 60 tahun 1600 50

2.4.7. Usaha Perbaikan Gizi Lansia

Pencegahan dalam mengurangi dan menghindari kemungkinan gangguan kesehatan dan serangan penyakit yang cenderung menyerang pada lansia, maka dianjurkan berpola makan yang tidak berlebihan yaitu

(45)

makanan maupun cara memasaknya,

2 Cukup mengandung protein dan membatasi konsumsi lemak dan makanan yang banyak mengandung lemak yang tidak kelihatan (kue, ikan, daging berlemak dan keju)

3 Membatasi konsumsi gula, makanan dan minuman yang mengandung banyak gula

4 Membatasi konsumsi garam dapur atau ikatan Na antara lain bumbu penyedap atau vetsin

5 Cukup mengandung serat, zat pembangun dan zat pengatur dengan makan beras setengah giling, tumbuk atau beras merah, kacang- kacangan, sayur-sayuran dan sedapat mungkin secara teratur makan sayuran mentah (lalap, asinan, karedok), makan buah setiap hari, minum yang cukup, sedapat mungkin susu rendah lemak, minum sari buah segar yang mengandung vitamin C tinggi (jeruk, tomat, pepaya) (Almatsier, 2003). Adapun kecukupan gizi untuk laki-laki umur 60 tahun keatas adalah 55 gram/ hari, sedangkan untuk wanita dengan umur yang sama adalah 40 gram/ hari (Almatsier, 2003).

2.4.8 Status Gizi Lansia

Menjadi tua merupakan proses alami maka perlu memperhatikan asupan nutrisi yang lansia konsumsi setiap hari. Pada lansia seringkali terjadi masalah dalam hal makan yaitu nafsu makan menurun, padahal pada lansia tetap membutuhkan asupan nutrisi yang lengkap seperti Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan mineral (Wulan, 2007).

(46)

makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan tinggi badan dengan perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh).

Penilaian klinis status gizi yaitu penilaian yang mempelajari dan mengevaluasi tanda fisik yang ditimbulkan sebagai akibat gangguan kesehatan dan penyakit kurang gizi. Gejala dan tanda-tanda fisik yang tampak dapat menjadi bantuan untuk mengetahui kekurangan gizi. Adanya hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang ditentukann dengan membandingkan individu atau kelompok dengan nilai-nilai normal (Depkes, 1999). Orang-orang yang berbeda di bawah ukuran berat normal mempunyai resiko penyakit infeksi, sementara yang berada di atas ukuran berat normal mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. Laporan FAON atau WHO/UNU tahun 1995 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Index Massa Tubuh (IMT).

IMT adalah alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/ WHO untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa Negara berkembang (Almatsier, 2003).

(47)

Indonesia yaitu kategori ambang batas IMT untuk Indonesia yang dihitung dengan rumus Berat Badan (BB) dibagi Tinggi Badan (TB) dikali Tinggi Badan (TB), dimana batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/ WHO untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang (Almatsier, 2003).

2.4.9 Peran Keluarga dalam pemberian gizi Pada Lansia

Secara spesifik dengan keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan status kesehatan yaitu terjadinya perubahan perilaku lansia, sehingga menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari sakit. Jadi dengan adanya dukungan dari keluarga maka status kesehatan, lansia akan lebih baik yang berasal dari pemenuhan kebutuhan nutrisi semakin baik dan terkontrol.

1. Memenuhi Kebutuhan Minimal Sehari lansia (MDR/Minimal Daily Requrement)

(48)

1. Menu hendaknya mengandung gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari Hidrat Arang yang bersumber dari Hidrat Arang kompleks (sayu-sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian).

3. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yang 25-30% dari total kalori 4. Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 8-10% dri total kalori

5. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah besar yang besumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah yang bertahap.

6. Menggunakan bahan makanan yang rendah kalsium, seperti susu, yoghurt, ikan

7. Makanan mengandung zat besi (Fe dalam jumlah besar seperti kacang-kacangan, hati daging, bayam dan sayuran hijau)

8. Membatasi penggunaan garam perhatikan label makanan yang mengandung garam seperti adanya monosodium glutamat, sodium bikarbonat, sodium citcrat

9. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna

10.Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah seperti bahan makanan lembek. Tabel 4. Komposisi anjuran kebutuhan makanan per hari lansia

Komposisi makanan Takaran

Nasi/ pengganti (karbohidrat)

(49)

Lauk hewani

(Proetein, lemak) 2 potong Lauk nabati

(Proetein, lemak) 3 potong Sayuran

(Vitamin, mineral)

1-2 mangkuk

Buah (Vitamin, mineral)

3 potong

2. Menyediakan makanan yang dianjurkan

Makanan yang baik atau harus cukup bagi lansia adalah makanan berserat seperti sayuran, buah-buahan. Sebetulnya lansia tidak perlu menambah dari luar misalnya suplemen makanan, asal setiap kali makan ada sayur dan buah. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Apalagi pada lansia sering banyak keluhan soal buang air besar. Selain mengkonsumsi serat, lansia juga harus banyak minum terutama air putih. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah yang berlemak misalnya, jeroan, daging ayam, daging sapi, dan daging kambing yang berlemak.

Tabel 5. Makanan Yang Dianjurkan Berdasarkan Waktu Makan Pada Lansia

Waktu makan Pria Wanita

Pagi 1 ½ gls nasi/pengganti 1 btr telur

(50)

100 g sayuran 1 gls susu nonfat (skim)

100 g sayuran 1 gls susu nonfat (skim)

Pukul 10.00 Snack ringan/buah Snack ringan/buah

Siang

Pukul 17.00 Snack ringan/buah Snack ringan/buah

Malam

Contoh bahan makanan yang dianjurkan bagi lansia adalah sebagai berikut :

(51)

2. Bahan makanan sumber lemak (zat energi) : Minyak goreng, minyak ikan, margarin, kelapa, kelapa parut, santan, lemak daging.

3. Bahan makanan sumber protein hewani : Daging sapi, daging ayam, hati, babat, usus, telur, ikan, udang.

4. Bahan makanan sumber protein nabati : Kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, oncom, tahu, tempe.

3. Menganjurkan untuk minum air putih 1.5 – 2 liter

Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitas. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit disaluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal, dll. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan sendi. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit karena untuk mengolah makanan dalam usus sangat dibutuhkan air, tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal dan timbullah sembelit.

Air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup dan dianjurkan minimal kita minum air putih 1.5 sampai dengan 2 liter/hari. Minuman seperti kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup bahkan tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti kencing manis, darah tinggi, obesitas, dan jantung.

(52)

batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan.

Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit.

Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan sebagainya.

4. Menyediakan suplemen gizi yang diperlukan

(53)

Pada penelitian sebelumnya tentang pentingnya mengkonsumsi suplemen bagi lansia oleh ( Wirakusumah, 2000 ) di dapati hasil penelitian menunjukkan bahwa suplemen yang penting bagi lansia ialah suplemen yang dapat memperlancar proses eliminasi, untuk itu dibutuhkan suplemen dari bahan bahan yang banyak mengandung serat dan minyak ikan. Dari penelitian disebutkan hampir semua responden yang mengkonsumsi suplemen tidak mengalami gangguan dalam proses eliminasi sehingga tidak mengalami konstipasi yang merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada lansia

5. Memeriksa kesehatan secara teratur dan rutin melakukan exercise

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat.

(54)
(55)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 1 Kerangka konseptual

Kerangka konsep penelitian tentang gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia adalah sebagai berikut:

2 Defenisi konseptual 2.1 Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak serta lansia yang tinggal bersama mereka.

2.2 Pengetahuan Keluarga

Pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia adalah segala sesuatu yang diketahui oleh keluarga yang berkaitan dengan pemberian gizi terhadap lansia

3. Definisi Operasional

Gambaran pengetahuan keluarga dalam pemenuhan gizi pada lansia dapat dilihat dari peran keluarga terhadap pemenuhan gizi lansia apakah dapat melaksanakan hal hal seperti

Gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia :

1 Memenuhi Kebutuhan Minimal Sehari lansia (kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral)

2 Menyediakan makanan yang dianjurkan 3 Menganjurkan untuk minum air putih 1.5 – 2

liter

4 Menyediakan suplemen gizi yang diperlukan 5 Memeriksa kesehatan secara teratur

(56)

1 Memenuhi kebutuhan minimal sehari lansia adalah keluarga mampu memenuhi kebutuhan minimal yang menjadi dasar dalam penyusunan menu makanan yang seimbang pada lansia, berupa kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral berdasarkan kalori yang diperlukan dan komposisi makanan

2 Menyediakan makanan yang dianjurkan adalah keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan anggota keluarga termasuk lansia dalam menyediakan makanan yang dianjurkan bagi lansia, berupa serat, padi padian, kacang kacangan sayur dan buah menurut kebutuhan kalori yang disesuaikan berdasarkan waktu makan

3 Menganjurkan untuk minum air putih 1.5 – 2 liter adalah keluarga berperan sebagai pendidik dan pengawas dalam menganjurkan pemenuhan kebutuhan cairan, yang diperlukan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitasnya

4 Menyediakan suplemen gizi adalah keluarga turut membantu dalam hal mengkonsultasi dan menjaga agar suplemen yang dikonsumsi sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan, untuk membantu proses metabolisme tubuh lansia

(57)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

4.2 Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki lansia yang bertempat tinggal bersama keluarga di desa Sidorejo Kecamatan Siantar. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti jumlah keluarga yang memiliki lansia yang bertempat tinggal bersama keluarga di desa Sidorejo Kecamatan Siantar adalah berjumlah 60 orang.

2. Sampel

(58)

tinggal dengan keluarga dan bersedia menjadi responden. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah keluarga memiliki lansia yang bertempat tinggal dengan keluarga dan menolak menjadi responden. Dalam penelitian ini sampel yang akan dijadikan subjek penelitian sebanyak 60 orang keluarga yang tinggal bersama dengan lansia.

3. Teknik sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Total Sampling yang dilakukan dengan cara memasukkan semua subjek penelitian sebagai sample penelitian agar didapat data yang representatif, karena jumlah sample kurang dari 100 sehingga di ambil keseluruhan jumlah dari subjek penelitian (Nursalam, 2003).

4.3 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar. Alasan peneliti memilih tempat ini karena belum pernah ada penelitian yang dilakukan sebelumnya di desa tersebut mengenai gambaran pengetahuan keluarga dalam pemeberian gizi pada lansia. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 22 Desember 2011 sampai dengan 02 Januari 2012 di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar

4.4. Pertimbangan etik

(59)

Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Sebelum pelaksanaan penelitian, responden diberikan penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian, selanjutnya responden diminta menjadi sampel dalam penelitian ini, kemudian responden membaca surat memahami isi surat persetujuan terlebih dahulu sebagai kesediaan menjadi responden. Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa adanya sanksi apapun dan tidak menimbulkan penderitaan bagi responden. Responden dilindungi dari semua kemungkinan dan berbagai resiko yang timbul akibat penelitian ini. Penelitian ini merahasiakan identitas responden, serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi.

4.5 Instumen penilitian dan pengkuran validitas-resbilitas 1. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari dua bagian, yaitu lembar pertama mengenai data demografi, dan lembar kedua mengenai pengetahuan. Cara pengisian lembar kuesioner adalah dengan menggunakan checklist (√) pada tempat yang tersedia dan isian singkat.

(60)

presentase demografi terhadap gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia.

Kuesioner pengetahuan ini terdiri dari 20 pernyataan. Pernyataan kuesioner terbagi atas 14 pernyataan positif pada pernyataan 1,2,5,7,8,9,10,11,13,15,17,18,19,20 kemudian 6 pernyataan negatif pada pernyataan 3,4,6,12,14,16. Hasil kuesioner ini adalah nilai yang tertinggi 20 dan terendah 0 dengan setiap pernyataan yang tepat diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0.

Penilaian pengetahuan pasien dalam penelitian ini akan dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang. Menurut Arikunto ( 2006), untuk mengetahui secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimilki seseorang dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu: tingkat pengetahuan baik jika skor atau nilai 76%-100%, cukup dengan skor 60%-75% dan pengetahuan kurang jika skor kurang dari 60%. Berdasarkan persentase di atas, pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia untuk tingkat pengetahuan yang dikatakan baik jika mampu menjawab soal dengan skor 17-20, dan cukup dengan jumlah skor 12-16 dan pengetahuan kurang dengan skor kurang dari 12.

2. Uji Validitas

(61)

pada lansia. Hasil dari uji validitas ini berupa revisi pada beberapa pernyataan agar responden tidak salah memahami maksud dari pernyataan pada instrumen penelitian dan tidak terjadi ambigu dalam pernyataan penelitian

3. Uji Reabilitas

Test reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama ( Notoadmodjo, 2005 ).

Peneliti mencari reliabilitas dengan rumus KR-21. Uji reliabilitas dilakukan sebelum mengumpulkan data, dengan mengujikan kuesioner kepada 10 subjek dengan kriteria subjek penelitan kemudian menilai reliabilitasnya. Untuk instrumen yang baru dikatakan reliabel apabila memiliki nilai 0,70 ( Notoadmodjo, 2005 ). Penelitian ini memiliki nilai reabilitas 0,819, sehingga penelitian ini dikategorikan reliabel yang memiliki alat pengukuran yang dapat dipercaya dan konsisten.

4.6 Pengumpulan data

(62)

Responden yang bersedia diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pernyataan yang tidak dipahami. Responden yang tidak mampu mengisi sendiri dibantu oleh peneliti dengan cara membacakan kuesioner.

4.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan memastikan semua jawaban telah diisi, kemudian dilanjutkan dengan memberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data dengan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka, selanjutnya processing yaitu memasukkan data ke program komputer dan cleaning memeriksa kembali keseluruhan proses yang telah dilakukan.

(63)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 22 Desember 2011 sampai dengan 02 Januari 2012 di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun dengan jumlah responden sebanyak 60 orang. Responden dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki lansia dan tinggal bersama mereka di Desa Sodorejo Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun.

1.Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mencakup karakteristik demografi responden dan tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia.

1.1 Data Demografi

(64)

(80%), mayoritas responden beragama Islam dengan persentase (87%), dengan usia lansia yang dirawat rata-rata 60-70 tahun dengan persentase 62%, kondisi lansia yang dirawat lebih dari setengahnya dalam kondisi sakit sebanyak 35 orang dari 60 lansia yang tinggal bersama dengan keluarganya atau (58%), dengan perincian 26 responden (43%) dengan sakit kronis dan 9 responden sakit dengan masalah kesehatan akut dimana dari 35 responden yang sakit, 17 responden mengalami diabetes (49%), hipertensi dan asam urat masing-masing 9 orang (26%), dengan lama menderita selama 6-10 tahun sebanyak 17 orang (49%).

Tabel.6 Distribusi frekuensi dan persentase data demografi responden tentang gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun (n = 60 orang)

Data Demografi Responden Frekuensi Persentase (%)

Usia 31-40 th 2 3

41-50 th 16 27

51-60 th 42 70

61-70 th - -

Jenis Kelamin Wanita 42 70

Laki-laki 18 30

Pendidikan Tidak Sekolah 2 3

SD 10 17

SMP 34 57

(65)

Perguruan Tinggi - - Tidak Sekolah - -

Pekerjaan Wiraswata 6 10 Buruh 38 63 PNS 2 3 Lain-lain 14 24

Suku Jawa 48 80

Batak 12 20

Melayu - -

Minang - -

Agama Islam 52 87

Kristen 5 8

Protestan 3 5

Hindu - -

(66)

Data Demografi Responden Frekuensi Persentase (%)

Usia lansia yang dirawat 60-70 37 62

70-80 20 33

80-90 3 5

Kondisi kesehatan lansia sehat 25 42

Sakit 35 58

Masalah kesehatan akut 9 15

Kronis 26 43

Lama menderita sakit 0-5 8 13

6-10 17 28

11-15 9 15

16-20 1 2

1.2 Tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia

(67)

dilihat dari jawaban pada kuesioner yang berisikan tentang pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia

Tabel.7 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia

Tingkat pengetahuan Skor Frekuensi Persentase(%)

Baik 17-20 10 17

Cukup 12-16 36 60

Kurang

Total

<12 14

60

23

100

Tabel.7 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia

No. Pernyataan Benar Salah

n % n % 1. Kebutuhan nutrisi pada lansia sama dengan kebutuha nutrisi pada

orang dewasa, karbohidrat sekitar 65 %, protein 20% dan lemak 15%

43 71 17 29

2. Menu pada lansia hendaknya mengandung gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang terdiri dari karbohidrat, protein lemak, vitamin, mineral

33 55 27 45

Gambar

Tabel 3. Rata - Rata Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
Tabel 5. Makanan Yang Dianjurkan Berdasarkan Waktu Makan
Tabel.6 Distribusi frekuensi dan persentase data demografi responden
Tabel.7 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan keluarga

Referensi

Dokumen terkait

This document was prepared as an aid to my colleagues and myself, in checking Customer Usage against the current lists of Countries, IATA Regions and Traffic Conference Codes

Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa mempertanyakan antara lain perbedaan antar berbagai ungkapan menawarkan jasa dalam bahasa Inggris, perbedaan ungkapan dengan yang ada

dengan cara menginokulasikan kultur murni Bacillus megaterium pada media NA miring dengan metode goresan, kemudian diinkubasi pada suhu kamar..

Perjuangannya adalah untuk memelayukan orang Melayu, memanusiakan manusia supaya tahu menilai hak, supaya tahu menjaga maruah, supaya tahu Tanah Melayu ini mesti diterajui oleh

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hubungan kerja yang lebih baik antara komunikasi antar pribadi guru dan motivasi kerja guru di SMUK BPK PENABUR Jakarta,

Perencanaan Teknis Lanjutan Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri Klas IA Kupang Sesuai Prototype Tahap III (

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gejala, mekanisme, wujud, sifat, dan efek dari keracunan sianida, mengetahui seberapa besar kisaran dosis natrium tiosulfat ya ng efektif

Dalam penelitian Mayangsari (2015) menyatakkan bahwa leverage. berpengaruh terhadap penghindaran