• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesiapan Ekspor Ukm Konveksi Dan Alas Kaki/Kulit Bogor Dalam Menghadapi Asean Economic Community 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kesiapan Ekspor Ukm Konveksi Dan Alas Kaki/Kulit Bogor Dalam Menghadapi Asean Economic Community 2015."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

KESIAPAN EKSPOR UKM KONVEKSI DAN ALAS

KAKI/KULIT BOGOR DALAM MENGHADAPI

ASEAN

ECONOMIC COMMUNITY

2015

NIFRIYANTI RUMAHORBO

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

(4)

ABSTRAK

NIFRIYANTI RUMAHORBO. Kesiapan Ekspor UKM konveksi dan Alas Kaki/Kulit Bogor dalam Menghadapi Asean Economic Community 2015. Dibimbing oleh EKO RUDDY C dan M SYAEFUDIN ANDRIANTO

ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan Indonesia dalam memperluas jaringan pemasarannya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik pemilik dan usaha UKM, menganalisis mekanisme perdagangan, menganalisis korelasi antara pengalaman dan perencanaan ekspor beserta negara tujuan ekspor, dan menganalisis faktor yang memengaruhi kesiapan ekspor UKM. Bentuk analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis korelasi sederhana dan metode regresi logistik. Karakteristik pemilik UKM didominasi oleh laki-laki, mayoritas pemilik UKM berpendidikan SMA dan SD. Karakterisitik usaha UKM mayoritas memiliki tempat usaha sendiri, tidak memiliki badan hukum, dan mayoritas memiliki SIUP. Mekanisme perdagangan UKM konveksi terhadap pelanggan asing yaitu sebesar 34% menjual di dalam negeri ke pembeli asing dan UKM alas kaki/kulit sebesar 43% menjual ke pembeli di luar negeri tetapi proses administrasi melalui perusahaan lain. Berdasarkan analisis korelasi sederhana, Vietnam dan Thailand akan menjadi negara tujuan ekspor tahun 2015. Kesiapan ekspor dipengaruhi oleh usia usaha, legalitas usaha dan teknologi informasi .

Kata kunci: AEC, ekspor, metode regresi logistik, pemberdayaan UKM.

ABSTRACT

NIFRIYANTI RUMAHORBO. SME Export Readiness convection and Footwear/ Leather Bogor in the Face of Asean Economic Community in 2015. Supervised by EKO RUDDY C and M SYAEFUDIN ANDRIANTO.

ASEAN Economic Community (AEC) is one of the opportunities that can be exploited Indonesia in expanding its marketing network. This study aims to identify the characteristics of business owners and SMEs, to analyze the mechanisms of trade, analyze the correlation between experience and planning and its export destination countries, and analyze the factors that affect the export readiness of SMEs. Forms of data analysis used is descriptive analysis, a simple correlation analysis and logistic regression methods. Characteristics of SME owners are dominated by men, the majority of SME owners had high school and elementary school. Characteristics of SME majority have their own place of business, do not have the legal entity, and the majority have a License. Convection SME trading mechanism against foreign customers is equal to 34% sold in the country to foreign buyers and SMEs footwear/leather by 43% sold to overseas buyers but the administrative process through another company. Based on a simple correlation analysis, Vietnam and Thailand will be the country's export destinations in 2015. Export Readiness influenced by the age of the business, the legality of operations and information technology.

(5)

KESIAPAN EKSPOR UKM KONVEKSI DAN ALAS

KAKI/KULIT BOGOR DALAM MENGHADAPI

ASEAN

ECONOMIC COMMUNITY

2015

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga

penulis dapat menyusun hasil penelitian dengan judul “Kesiapan Ekspor UKM

Konveksi dan Alas Kaki/Kulit dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015”. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajamen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Dengan selesainya masa studi hingga penyusunan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta, Jannes Rumaharbo dan Ruslan Sinaga serta adik yang selalu memberikan saya semangat.

2. Bapak Dr Eko Ruddy Cahyadi, SHut MM dan Bapak M Syaefudin Andrianto, STP MSi selaku dosen pembimbing skripsi saya.

3. Departemen Manajemen FEM IPB yang telah membiayai penelitian berjudul Kesiapan Ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015.

4. Sahabat tercinta kelompok satu bimbingan skripsi Gina Syaada, Dwinapriyanti, Nur Maulana Yusuf, Siti Nazlifah, Surahman dan Wandes dan Sahabat Manajemen Angkatan 48.

5. Sahabat tercinta Rumintang, Royesti, Hanna, Yusrifah dan Indah.

6. Teman kostan Maria, Lorenzia, Valen dan Sarah yang telah membantu saya turun lapang ke UKM dan teman kostan lainnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

UKM 4

Ekspor 4

Legalitas Usaha 5

Fasilitas Kredit 5

Peneliti Terdahulu 6

METODE 7

Kerangka Pemikiran Penelitian 8

Lokasi dan Waktu Penelitian 8

Jenis dan Metode Pengumpulan Data 8

Teknik Pengambilan Sampel 9

Pengolahan dan Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Pemilik 11

Karakteristik Usaha 12

Internasionalisasi 13

Faktor Kesiapan Ekspor 16

Implikasi Manajerial 18

SIMPULAN DAN SARAN 18

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 23

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kinerja perdagangan Indonesia di ASEAN 2

2 Perkembangan UKM 2008-2012 2

3 Statistik deskriptif karakteristik responden 11 4 Korelasi antara UKM negara tujuan berdasarkan pengalaman dan

perencanaan ekspor 16

5 Hasil pendugaan parameter logit 16

6 Model summary 17

7 Hosmer dan lemeshow 17

8 Faktor yang memengaruhi kesiapan ekspor 17

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 8

2 Jenis badan hukum UKM konveksi dan Alas kaki/kulit 12 3 Legalitas usaha UKM konveksi dan alas kaki/kulit 12

4 UKM yang pernah melakukan ekspor 13

5 Negara tujuan ekspor sebelum 2015 13

6 UKM yang merencanakan ekspor tahun 2015 14

7 Negara tujuan ekspor 2015 14

8 Mekanisme perdagangan terhadap pelanggan asing 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 23

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

AEC Blueprint memiliki empat pilar utama, yaitu ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas, ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce, ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam), dan ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global (Ditjenkpi 2015). ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu dari empat pilar utama dalam ASEAN Community 2015 yang ingin membentuk integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. Dalam menghadapi AEC, negara-negara anggota ASEAN khususnya Indonesia harus melakukan upaya untuk mempersiapkan diri. Berdasarkan laporan The Global Competitiveness index 2013-2014, World Economic Forum, kondisi Indonesia untuk melaksanakan investasi dinilai belum cukup kompetitif.

Daya saing Indonesia berada di peringkat ke-38 global. Keberadaan posisi ini dibawah Singapura (peringkat ke-2 global), Malaysia (peringkat ke-24 global), Brunei (peringkat ke-26 global) dan Thailand (peringkat ke-37 global) sehingga hadirnya investasi Indonesia masih kalah dengan keempat negara tersebut (WEF 2014). Untuk menyikapi hal tersebut, salah satu strategi yang perlu diimplementasikan oleh pemerintah Indonesia adalah dengan melakukan pemberdayaan terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sektor ekonomi nasional yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi kerakyatan. Pertumbuhan dan pengembangan sektor UKM sering diartikan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan, khususnya bagi negara-negara yang memiliki income perkapita yang rendah (Primiana 2009). UKM diharapkan tidak hanya sebagai sumber penting peningkatan kesempatan kerja, tetapi juga mendorong perkembangan dan pertumbuhan ekspor di Indonesia. Pemberdayaan UKM ditengah arus globalisasi dan tingginya persaingan, membuat UKM harus mampu menghadapi tantangan global. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual UKM itu sendiri, khususnya agar dapat bersaing dengan produk asing, mengingat UKM adalah sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia (Sudaryanto 2011). Oleh karena itu, UKM dituntut untuk meningkatkan kompetisinya dalam membangun strategi pemasaran yang unggul jika ingin memasuki pasar luar negeri.

(12)

2

potensi pertumbuhan tertinggi, untuk mengakses serangkaian sumber daya yang hilang dan terlibat dalam hubungan yang saling menguntungkan. Global supply chain merupakan proses perpindahan barang, informasi, pembayaran dan pelayanan yang melibatkan supplier dan pelanggan di negara-negara lain. Salah satu cara yang digunakan dalam global supply chain adalah melakukan ekspor.

Ekspor merupakan sebuah peluang besar yang sangat terbuka dan yang dapat dimanfaatkan oleh UKM. Berdasarkan kinerja perdagangan Indonesia dan ASEAN pada Tabel 1, dapat dilihat kesiapan Indonesia menghadapi MEA 2015. Ekspor Indonesia yang paling besar adalah pada tahun 2008 sebesar 23 992 dan impor Indonesia dari ASEAN terbesar pada tahun 2008 sebesar 23 460.

Tabel 1 Kinerja perdagangan Indonesia dan ASEAN (Non Migas)

Tahun Ekspor Indonesia ke ASEAN (miliar USD)

Sumber : Bank Indonesia (2010)

Pertumbuhan ekspor lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan impor. Oleh karena itu, UKM dituntut semakin banyak melakukan ekspor. Semakin banyak UKM yang melakukan kegiatan ekspor, maka semakin besar daya saing ekonomi yang dihasilkan Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan UKM pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan UKM 2008-2012

(13)

3 di Indonesia selama ini berasal dari tiga kelompok industri yaitu kayu, tekstil dan alas kaki/kulit yang menanggung sekitar 50% dari total ekspor UKM di Indonesia. Bogor merupakan salah satu kota yang banyak memiliki sentra UKM konveksi dan alas kaki/kulit di Jawa Barat. UKM dalam penelitian ini adalah UKM konveksi dan alas kaki/kulit. UKM alas kaki/kulit terdiri dari alas kaki yang terbuat dari kulit seperti sandal dan sepatu, dan barang lainnya yang terbuat dari kulit seperti tas dan jaket. Pada tahun 2012, ekspor UKM alas kaki/kulit dan tas sebesar 29 594 289.07 U$ dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 39 656 548.72 U$ (Disperindag Kabupaten Bogor 2013). Namun demikian, mayoritas UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor masih memiliki jaringan pemasaran yang terbatas. Sebagian besar UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor memasarkan produk yang dihasilkan di pasar dalam negeri dan hanya sebagian kecil yang memasarkan produknya di pasar luar negeri. Menurut Long (2003), kontribusi UKM terhadap ekspor erat kaitannya dengan kemampuan dari kelompok usaha tersebut untuk globalisasi. Masih rendahnya daya saing UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor di pasar luar negeri sangat mempengaruhi kesiapan UKM dalam menghadapi AEC 2015. Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015.

Perumusan Masalah

Pemberdayaan UKM merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam menghadapi ASEAN Economic Community. Kegiatan ekspor merupakan sebuah peluang yang sangat besar dan terbuka yang dapat dimanfaatkan oleh UKM. Oleh karena itu, perlu diadakannya penelitian mengenai kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit di Bogor. Permasalahan yang diteliti adalah (1) Bagaimana karakteristik pemilik usaha dan karakteristik usaha (2) Bagaimana mekanisme perdagangan UKM terhadap pelanggan asing dan negara tujuan ekspor 2015 (3) Bagaimana korelasi antara pengalaman ekspor dan perencanaan ekspor UKM beserta negara tujuan ekspor (4) Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis karakteristik UKM konveksi dan alas kaki/kulit di kota dan kabupaten Bogor (2) Menganalisis perdagangan UKM terhadap pelanggan asing dan negara tujuan ekspor UKM tahun 2015 (3) Menganalisis korelasi antara pengalaman ekspor dan perencanaan ekspor UKM beserta negara tujuan ekspor (4) Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor.

Manfaat Penelitian

(14)

4

dijadikan acuan pada saat mereka siap melakukan ekspor (2) Bagi kalangan akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan preferensi ataupun acuan untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meneliti Kesiapan Ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor dalam menghadapi Asean Economic Community 2015. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada aspek yang berkaitan dengan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA

UKM (Usaha Kecil Menengah)

Pengertian UKM tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan. Kriteria UKM sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 adalah a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Mikro memiliki kriteria asset maksimal sebesar 50 juta dan omzet sebesar 300 juta.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria asset sebesar 50 juta sampai dengan 500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan 2,5 miliar. c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah memiliki kriteria asset sebesar 500 juta sampai dengan 10 miliar dan omzet sebesar 2,5 miliar sampai dengan 50 miliar.

Menurut BPS (2008), usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang , sedangkan usaha menengah memiliki jumlah tenaga kerja 20-99 orang. Jenis–jenis usaha yang terdapat di Indonesia yang dapat dilakukan oleh UKM adalah usaha dagang, usaha manufaktur (usaha konveksi pakaian, jeans, jaket, pengrajin sepatu, tas) dan usaha jasa.

(15)

5 lingkungan sekitar, meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah lokalnya, dan ukuran jumlah pekerja atau satuan lainnya yang signifikan dari perusahaan lain dalam bidang usaha yang sama (Partomo dan Soejodono 2004).

Ekspor

Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekpor merupakan salah satu faktor yang terpenting dari Gross National Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekpor maka pendapatan masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan. Menurut Baldwin (2005), ekspor merupakan salah satu sektor perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antar beberapa negara yang dapat dijadikan sebagai perluasan dalam suatu industri sehingga dapat mendorong industri dan sektor lainnya dalam perekonomian. Syarat suatu usaha dalam melaksanakan ekspor adalah Surat Ijin Usaha (SIUP) yang dikeluarkan oleh Kanwil Deperindag, SIUP oleh Lembaga Pemerintah, dan non teknis lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ekspor adalah memperluas pasar bagi produk Indonesia, menambah devisa negara, dan memperluas lapangan pekerjaan.

Legalitas Usaha

Menurut Permen Dalam Negeri pasal 1 ayat (8 dan 9) Nomor 24 Tahun 2006, izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu (Ayat 8) dan Ayat (9), perizinan adalah pemberian legalitas kepada sesorang atau pelaku usaha/ kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun daftar usaha. Legalitas usaha diantaranya Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Tanda Daftar Industri (TDI), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Surat Keterangan Usaha (SKU)

SIUP adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan dan berfungsi sebagai alat bukti pengesahan dari usaha perdagangan yang dimiliki. SIUP wajib dimiliki oleh orang atau suatu badan yang memiliki usaha perdagangan. Surat Izin Gangguan adalah izin kegiatan usaha kepada orang pribadi/badan dilokasi tertentu yang berpotensi menimbulkan bahaya kerugian dan gangguan, ketentraman dan ketertiban umum tidak termasuk kegiatan/tempat usaha yang lokasinya telah ditunjuk oleh Pemerintah Pusat atau Daerah. Dasar hukum izin ini adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

(16)

6

Fasilitas Kredit

Menurut Muljono (2007), kredit merupakan suatu kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan janji pembayarannya akan dilakukan pada jangka waktu yang telah disepakati. Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas adalah kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu dan resiko (Martono 2000).

Peneliti Terdahulu

UKM dan internasionalisasi menjadi topik yang cukup relevan terutama karena efek pertumbuhannya dan kapasitas yang menunjukkan UKM dapat menjadi pendorong ekonomi pembangunan di tingkat nasional, regional dan global (Europan Commission 2007). UKM dan persaingan global sangat ditentukan pada keunggulan produk yang dimiliki atau dihasilkan. Perkembangan UKM dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar. Menurut Tambunan (2009), UKM di negara-negara ASEAN pada umumya memiliki permasalahan yang sama dalam pengembangan bisnisnya, antara lain kendala hukum dan regulasi pemerintah, kualitas produk dan daya saing, perpajakan, informasi pasar, kualitas SDM, dan keahlian dalam pemasaran. Kendala yang dialami UKM Indonesia adalah kurangnya bahan baku yang harus diimpor dari negara lain untuk proses produksi, pemasaran barang, permodalan, ketersediaan energi, dan informasi pasar.

(17)

7

METODE

Kerangka Pemikiran

(18)

8

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Dalam penelitian ini, akan dilihat bagaimana pengalaman dan perencanaan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit, mekanisme perdagangan terkait pelanggan asing dan faktor yang berpengaruh positif terhadap kesiapan UKM konveksi dan alas kaki/kulit dalam melakukan ekspor .

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UKM konveksi dan alas kaki/kulit di wilayah Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober hingga bulan Desember 2014.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik ataupun pengelola UKM dan

Perkembangan UKM di Indonesia

UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor

1.Karakteristik usaha dan pemilik usaha

2.Internasionalisasi

Pengalaman ekspor

Perencanaan ekspor

Faktor yang memengaruhi kesiapan ekspor

1.Tingkat pendidikan 2.Legalitas usaha 3.Teknologi informasi 4.Pengalaman usaha 5.Usia pemilik

6.Informasi terkait pasar luar negeri 7.Pengalaman ekspor

8.Fasilitas kredit

Kesiapan ekspor UKM alas kaki/kulit menghadapi AEC 2015

(19)

9 kuesioner yang disebar ke pemilik ataupun pengelola UKM. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, seperti buku, penelitian terdahulu, internet, Badan Pusat Statistik, Kantor Koperasi dan UKM Kota dan Kabupaten bogor, skripsi, tesis serta data-data yang berkaitan dengan skripsi peneliti.

Teknik Pengambilan Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 2002). Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai sampel adalah pemilik/pengelola UKM konveksi dan alas kaki/kulit di wilayah Bogor. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling. Menurut Siregar (2014), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel (responden) mengajak para temannya untuk dijadikan sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin banyak jumlahnya. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 UKM yang terdiri dari 39 UKM alas kaki/kulit dan 61 UKM konveksi.

Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Pendekatan analisis kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data-data fakta dari hasil wawancara dan kuesioner yang diperoleh dari UKM konveksi dan alas kaki/kulit dan disajikan melalui metode deskriptif dengan menggunakan pie chart dan korelasi sederhana. Pendekatan analisis kuantitatif diolah dengan menggunakan Microsoft excell 2013 dan SPSS versi 22.

Defenisi Operasional

1. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesiapan UKM konveksi dan alas kaki di wilayah Bogor dilihat dari aspek pemasarannya menghadapi AEC 2015 dengan 1 = siap dan 0 = tidak siap.

2. Variabel independen

a. Tingkat pendidikan pemilik, merupakan pendidikan terakhir yang ditempuh pemilik UKM diukur dengan : (1) tidak sekolah, (2) SD dan sederajat, (3) SMP, (4) SMA, (5) Diploma, (6) Sarjana.

b. Legalitas usaha, terdiri dari empat dimana 0 = yang tidak memiliki legalitas usaha, 1= memiliki satu legalitas usaha, 2= memiliki dua legalitas usaha, 3= memiliki tiga legalitas usaha, 4 = memiliki empat legalitas usaha. c. Teknologi informasi, terdiri dari 0= tidak menggunakan teknologi, 1=

menggunakan teknologi.

d. Pengalaman usaha dalam tahun e. Usia pemilik dalam tahun

(20)

10

g. Pengalaman ekspor, terdiri dari 2 dimana 0= tidak berpengalaman dalam ekspor dan 1= berpengalaman dalam ekspor

h. Fasilitas kredit (pengajuan kredit) , merupakan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan. Terdiri dari empat dimana 1= tidak berniat mengajukan, 2= belum pernah tapi niat mengajukan, 3= pernah tapi ditolak dan 4 = mengajukan kredit dan mendapatkan.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan upaya penelurusan dan pengungkapan informasi relevan yang terkandung dalam data dengan penyajian hasil dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana sehingga akhirnya mengarah pada adanya penjelasan dan penafsiran (Priarnani 2005).

Analisis Korelasi Sederhana

Analisis korelasi sederhana (bivariate correlation) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan arah hubungan yang terjadi. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat. Jika nilai mendekati 0 maka hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik. Menurut Sugiyono (2007), pedoman dalam memberikan interpretasi koefisien adalah 0.00-0.199 = sangat rendah, 0.20-0.399 = rendah, 0.40-0.599 = sedang, 0.60-0.799 = kuat dan 0.80-1.000 = sangat kuat.

Analisis Regresi Logistik

Regresi logistik (logistic regression) sama dengan analisis regresi berganda, variabel terikat merupakan dummy variabel (0 dan 1). Sebagaimana metode regresi biasa, regresi logistik dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: Binary Logistic Regression (Regresi Logistik Biner) dan Multinomial Logistic Regression (Regresi Logistik Multinomial). Regresi Logistik biner digunakan ketika hanya ada 2 kemungkinan variabel respon (Y). Penelitian ini menggunakan regresi logistik biner, dimana variabel respon (Y) adalah siap ekspor dan tidak siap ekspor. Regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas dan asumsi klasik yang lain, meskipun screening data outliers tetap dapat dilakukan (Kriswanto 2009).

Model logit dalm penelitian ini dapat digunakan untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi kesipan ekspor UKM konveksi da alas kaki/kulit. Menurut Juanda (2009), model logit diturunkan berdasarkan pada fungsi peluang logistik kumulatif.

�� = � �� = � ( + �� = + �− + � )

Keterangan:

(21)

11

α = Intersep

X1 = Tingkat Pendidikan X2 = Legalitas usaha X3 = Teknologi infomasi X4 = Pengalaman usaha X5 = Usia pemilik

X6 = Informasi terkait pasar luar negeri X7 = Pengalaman ekspor

X8 = Fasilitas kredit

Odd Ratio merupakan rasio peluang terjadinya pilihan 1 (siap ekspor) terhadap peluang terjadinya pilihan 0 (tidak siap ekspor). Nilai odds menjadi suatu nilai indikator kecenderungan UKM konveksi dan alas kaki/kulit untuk menentukan pilihan 1 (siap ekspor). Semakin besar nilai odds maka peluang UKM konveksi dan alas kaki/kulit siap ekspor semakin besar. Hubungan antara parameter dan odds ratio yaitu:

Odds Rattio = Pi

1− Pi

Keterangan :

Pi = Rasio peluang terjadi pilihan 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pemilik Usaha

Responden dalam penelitian ini adalah pemilik UKM konveksi dan Alas Kaki/Kulit yang berada di kota dan kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada 39 UKM alas kaki/kulit dan 61 UKM konveksi. Pemilik UKM konveksi dan alas kaki/kulit didominasi oleh laki-laki dimana pemilik UKM konveksi yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 87% dan pemilik UKM alas kaki/kulit berjenis kelamin laki-laki sebesar 97%. Namun, wanita lebih banyak berperan di UKM konveksi yaitu sebesar 13% dibandingkan dengan UKM alas kaki/kulit hanya sebesar 3%. Pendidikan terakhir pemilik UKM konveksi didominasi oleh SMA sebesar 31% dan UKM alas kaki/kulit adalah SD dan sederajat sebesar 41%. Pada tabel 3, dapat dilihat bahwa UKM alas kaki/kulit lebih berpengalaman jika dibandingkan dengan UKM konveksi. Rata-rata pengalaman usaha yang dimiliki UKM alas kaki/kulit adalah 16 tahun sedangkan UKM konveksi adalah 11 tahun. Tidak terdapat perbedaan antara usia pemilik UKM konveksi dan usia pemilik UKM alas kaki/kulit.

Tabel 3 Statistik deskriptif karakteristik responden

Karakteristik UKM konveksi UKM alas kaki/kulit T

Mean St. dev Mean St.dev

Usia pemilik 40.2295 9.58192 45.0256 9.81269 17.682

Pengalaman usaha 11.3443 7.83132 16.7949 9.88135 5.161*

(22)

12

Karakteristik Usaha

Mayoritas UKM konveksi dan alas kaki/kulit memiliki tempat usaha sendiri, dimana 54% UKM konveksi memiliki tempat usaha sendiri dan 90% UKM alas kaki/kulit memiliki tempat usaha sendiri. UKM konveksi yang melakukan sewa sebesar 44% dan kerjasama sebesar 2 % sedangkan UKM alas kaki/kulit yang melakukan sewa sebesar 10 % dan tidak melakukan kerjasama atas kepemilikan tempat usaha.

Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat mayoritas UKM konveksi dan alas kaki/kulit tidak berbadan hukum. Namun demikian, UKM konveksi lebih formal dibandingkan dengan UKM alas kaki/kulit. Hal ini dikarenakan UKM konveksi memiliki badan hukum sebesar 21% yaitu CV sebesar 15%, PT sebesar 5% dan koperasi sebesar 1% sedangkan UKM alas kaki/kulit hanya memiliki badan hukum sebesar 5 % yaitu CV.

Gambar 2 Jenis badan hukum yang dimiliki UKM konveksi dan alas kaki/kulit Pada Gambar 3, dapat dilihat surat izin yang paling banyak dimiliki oleh UKM konveksi adalah SIUP dan lainnya (SKU dan TDP) yaitu sebesar 45%, TDI sebesar 7% sedangkan yang paling sedikit dimiliki adalah surat izin gangguan sebesar 3%. Surat izin yang paling banyak dimiliki oleh UKM Alas Kaki Kulit adalah SIUP yaitu sebesar 53%, lainnya (SKU,TDP) sebesar 34%, TDI sebesar 10% dan surat izin yang paling sedikit dimiliki adalah surat izin gangguan sebesar 3%.

Gambar 3 Legalitas usaha UKM konveksi dan alas kaki/kulit 79%

1% 15%5%

UKM konveksi

non formal koperasi CV PT

95% 0%

5%0%

UKM alas kaki/kulit

non formal koperasi CV PT

45%

7% 3% 45%

UKM konveksi

SIUP TDI Surat Izin Gangguan Lainnya

53%

10% 3% 34%

UKM alas kaki/kulit

(23)

13 INTERNASIONALISASI

Pengalaman Ekspor

Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat UKM yang paling banyak melakukan ekspor adalah UKM alas kaki/kulit yaitu sebesar 21% jika dibandingkan dengan UKM konveksi yang melakukan ekspor hanya sebesar 5%. UKM konveksi yang tidak melakukan ekspor sebesar 95% dan 79% UKM alas kaki/kulit yang tidak melakukan ekspor.

Gambar 4 UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang pernah melakukan ekspor

Berdasarkan Gambar 5, negara yang menjadi tujuan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit adalah Malaysia dan luar ASEAN (Madagaskar, Timur Tengah, Mesir dan Arab). UKM alas kaki/kulit lebih banyak melakukan ekspor ke negara malaysia yaitu sebesar 46% dibandingkan dengan UKM konveksi hanya sebesar 34%. UKM alas kaki/kulit yang melakukan ekspor ke Luar ASEAN lebih banyak dibandingkan UKM konveksi. Dimana, UKM alas kaki/kulit yang melakukan ekspor ke Luar ASEAN sebesar 45% sedangkan UKM konveksi hanya sebesar 22%. Negara lain yang menjadi negara tujuan ekspor UKM konveksi adalah Singapura sebesar 22%, Thailand dan Vietnam sebesar 11%. Negara lain yang menjadi negara tujuan ekspor UKM alas kaki/kulit adalah Brunei Darussalam yaitu sebesar 9%.

Gambar 5 Negara tujuan ekspor sebelum tahun 2015

(24)

14

Rencana Ekspor Tahun 2015

Jika dilihat dari Gambar 6, UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang merencanakan ekspor yaitu sebesar 28% dan yang tidak merencanakan ekspor yaitu sebesar 72%. Artinya, UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang merencanakan ekspor mengalami peningkatan pada tahun 2015 jika dibandingkan dengan UKM yang melakukan ekspor sebelum tahun 2015.

Gambar 6 UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang merencanakan ekspor 2015 Berdasarkan Gambar 7, negara Malaysia merupakan negara yang paling dominan menjadi negara tujuan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit tahun 2015. Disusul oleh negara Singapura, Luar ASEAN (Madagaskar, Timur Tengah, Mesir, dan Arab) dan Brunei Darussalam. UKM konveksi yang melakukan ekspor ke negara Malaysia lebih banyak yaitu sebesar 45% jika dibandingkan dengan UKM alas kaki/kulit hanya sebesar 44%. UKM alas kaki/kulit yang melakukan ekspor ke negara Singapura lebih banyak yaitu sebesar 37% dibandingkan dengan UKM konveksi hanya sebesar 22%. UKM alas kaki/kulit yang melakukan ekspor ke Luar ASEAN (Madagaskar, Timur Tengah, Mesir, dan Arab) sebesar 13% sedangkan UKM konveksi hanya sebesar 11%. UKM konveksi yang melakukan ekspor ke Brunei Darussalam lebih banyak yaitu 11% dibandingkan UKM alas kaki/kulit hanya sebesar 6%. Negara lain yang menjadi negara tujuan ekspor UKM konveksi adalah Vietnam sebesar 7% dan Thailand sebesar 4%.

Gambar 7 Negara tujuan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit tahun 2015

(25)

15 Mekanisme Perdagangan UKM Terhadap Pelanggan Asing

Berdasarkan Gambar 8, mekanisme perdagangan UKM konveksi terkait pelanggan asing didominasi sebesar 34% menjual di dalam negeri ke pembeli asing, kemudian sebesar 33% menjual ke pembeli di luar negeri tetapi proses administrasi melalui perusahaan lain (menggunakan merk dagang perusahaan lain) dan menjual langsung ke luar negeri atau melalui perwakilan (menggunakan merk dagang sendiri). Mekanisme perdagangan UKM alas kaki/kulit terhadap pelanggan asing didominasi dengan menjual ke pembeli di luar negeri tetapi proses administrasi melalui perusahaan lain sebesar 43% (merk dagang perusahaan lain), kemudian menjual di dalam negeri ke pembeli asing sebesar 29% dan menjual ke langsung ke luar negeri atau melalui perwakilan sebesar 14% (menggunakan merk dagang sendiri).

Gambar 8 Mekanisme perdagangan UKM konveksi dan alas kaki/kulit terhadap pelanggan asing

Berdasarkan hasil korelasi pada Tabel 4, dapat dilihat korelasi negara tujuan sesuai dengan pengalaman ekspor dan perencanaan ekspor yang signifikan adalah Thailand dan Vietnam, sedangkan Malaysia, Singapura, Filipina, Laos, Kamboja, Brunei Darussalam, Myanmar dan luar ASEAN tidak signifikan. Artinya, Thailand dan Vietnam akan menjadi negara tujuan ekspor berdasarkan pengalaman dan perencanaan ekspors sedangkan Malaysia, Singapura, Filipina, Laos, Kamboja, Brunei Darussalam, Myanmar dan luar ASEAN tidak menjadi negara tujuan ekspor. Thailand sebagai negara sesuai pengalaman ekspor dan sesuai perencanaan ekspor berhubungan positif dan searah. Korelasi yang dihasilkan sangat kuat yaitu 1.000 artinya UKM konveksi dan alas kaki/kulit

Menjual di dalam negeri ke pembeli asing

Menjual ke pembeli di luar negeri tetapi proses administrasi melalui perusahaan lain

Menjual langsung ke luar negeri atau melalui perwakilan

Menjual di dalam negeri ke pembeli asing

Menjual ke pembeli di luar negeri tetapi proses administrasi melalui perusahaan lain

(26)

16

Tabel 4 Korelasi antara negara tujuan ekspor berdasarkan pengalaman ekspor dan perencanaan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit

Negara Tujuan Ekspor

P-Value Korelasi (r)

Pengalaman Perencanaan

Malaysia Malaysia 0.168 0.139

Singapura Singapura 0.097 0.167

Brunei Darussalam Brunei Darussalam 0.838 -0.021

Thailand Thailand 0.000 1.000**

Vietnam Vietnam 0.000 0.704**

Luar ASEAN Luar ASEAN 0.247 1.117

Pengalaman ekspor Perencanaan ekspor 0.038 0.208*

Sumber : Data diolah (2015)

Vietnam sebagai negara sesuai pengalaman ekspor dan sesuai perencanaan ekspor berhubungan positif dan searah. Korelasi yang dihasilkan kuat yaitu 0.704 artinya UKM konveksi dan alas kaki/kulit Indonesia tetap melakukan ekspor ke Vietnam sebelum tahun 2015 dan pada tahun 2015. UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang sudah memiliki pengalaman ekspor berhubungan positif dan searah dengan UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang akan merencanakan ekspor. Korelasi yang dihasilkan antara UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang memiliki pengalaman ekspor dengan yang merencanakan ekspor rendah karena nilai korelasi yang dihasilkan yaitu 0.208.

Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Untuk mewujudkan kesiapan Usaha Kecil Menengah (UKM) Konveksi dan Alas kaki/Kulit dalam menghadapi AEC 2015, aspek pemasaran sangat penting dalam mewujudkan UKM yang efesien dan berdaya saing tinggi. Hal tersebut dapat direalisasikan dengan meningkatkan pemasaran hasil produksi, sehingga UKM konveksi dan Alas kaki/Kulit mampu meperluas jaringan pemasarannya. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pemasaran UKM konveksi dan Alas kaki/Kulit dilakukan dengan model logit. Tabel 5 menyajikan hasil pendugaan parameter dari model logit tersebut.

Tabel 5 Hasil pendugaan parameter logit

Observasi Prediksi Percentage

Correct

Tidak siap ekspor Siap ekspor

Tidak siap ekspor 73 3 96.1

Siap ekspor 17 7 29.2

Overall Percentage 80.0

Sumber : Data diolah (2015)

(27)

R-17 square hasil regresi logistik Tabel 6, menyatakan sebanyak 26% keragaman dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya diluar model.

Tabel 6 Model summary

Step -2log likelihood Cox dan snell R Square

Nagelkerke R Square

1 9 .9 9� 0.175 0.263

Sumber : Data diolah (2015)

Pengujian kebaikan dan kelayakan model juga dilakukan dengan menggunakan uji Hosmer and Lemeshow.

Tabel 7 Hosmer and Lemeshow

Step Chi-square Df Sig

1 6.919 8 .545

Sumber : Data diolah (2015)

Dari hasil perhitungan pada Tabel 7, diperoleh nilai Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit sebesar 6.919 dengan probabilitas signifikansi 0.545 yang nilainya diatas 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima. Pada Tabel 8, variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen adalah legalitas usaha, usia usaha dan teknologi informasi.

Tabel 8 Faktor yang memengaruhi kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Variabel Metode

Logit Parameter P-Value Odds

Ratio

Konstanta -3.424 0.042 0.033

Tingkat Pendidikan -0.040 0.871 0.961

Legalitas usaha 0.767 0.083 2.153

Teknologi informasi 1.032 0.081 2.807

Pengalaman usaha

Informasi terkait pasar luar negeri 0.206 0.731 1.228

Pengalaman ekspor 0.381 0.700 1.464

Fasilitas kredit 0.276 1.190 1.318

Sumber : Data diolah (2015)

Hal ini dikarenakan legalitas usaha memiliki P-Value sebesar 0.083, pengalaman usaha memiliki P-Value sebesar 0.035 dan teknologi informasi sebesar 0.081 yang berarti berpengaruh nyata (taraf 10%).

(28)

18

0.910, artinya UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang memiliki skor usia usaha lebih besar untuk melakukan ekspor 0.910 kali dibanding UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang memiliki skor nilai usaha lebih rendah. Artinya, kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit dipengaruhi oleh usia usaha. Semakin lama suatu usaha berdiri, semakin siap untuk melakukan ekspor. Variabel teknologi informasi memiliki nilai odds ratio sebesar 2.807, artinya UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang memiliki skor teknologi informasi lebih besar untuk melakukan ekspor sebesar 2.807 kali dibanding UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang memiliki skor teknologi informasi lebih rendah. Semakin UKM memiliki dan menguasai teknologi informasi, semakin siap UKM bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya dan mempermudah aspek pemasarannya.

Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial dari kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor merupakan suatu upaya peningkatan daya saing UKM agar dapat bersaing dengan UKM lainnya mengahadapi AEC 2015. Masalah yang terjadi pada UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor adalah hanya sebagian kecil UKM yang memiliki legalitas usaha dan teknologi informasi. Oleh karena itu, UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor diharapkan memiliki legalitas usaha agar dapat menghadapi AEC dan menembus pasar internasional. Selain itu, UKM juga sebaiknya meningkatkan kepemilikan teknologi informasi dan cara mengoperasikannya dikarenakan teknologi informasi dapat mempermudah pihak UKM memasarkan produknya baik di dalam negeri maupun luar negeri dan dapat dimanfaatkan oleh pemilik UKM dalam melakukan pendaftaran legalitas usaha secara online. UKM juga diharapkan meningkatkan kerjasama yang baik dengan pihak luar untuk menambah pengalaman dalam hal ekspor dan memperkuat rantai pasok yang terjadi di hulu maupun di hilir. Dalam mewujudkan hal tersebut, pemerintah diharapkan mempermudah pihak UKM memperoleh legalitas usaha dan meningkatkan pelatihan dan penyediaan fasilitas berupa seperangkat komputer yang terkoneksi dengan internet serta dilengkapi website UKM masing-masing. Selain itu, pemerintah juga diharapkan membangun pusat pengembangan UKM berbasis teknologi informasi di setiap kabupaten atau jika mungkin setiap kecamatan dibawah pengelolaan dan pembiayaan pemerintah daerah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu mengenai faktor yang mempengaruhi kesiapan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor menghadapi AEC 2015, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

(29)

19 pemilik UKM konveksi yang paling dominan dan SD merupakan tingkat pendidikan pemilik UKM alas kaki/kulit yang paling dominan. Secara umum, baik UKM konveksi dan alas kaki/kulit, mayoritas UKM tidak memiliki badan hukum. Legalitas usaha yang paling banyak dimiliki adalah SIUP. Hampir semua UKM alas kaki/kulit sudah memiliki tempat usaha sendiri sebesar 90% sedangkan UKM konveksi hanya sebagian saja yaitu sebesar 50%, namun demikian setengah dari UKM konveksi banyak yang melakukan sewa. 2. Mekanisme perdagangan UKM konveksi terkait pelanggan asing

didominasi dengan menjual di dalam negeri ke pembeli asing sebesar 34%. Mekanisme perdagangan UKM alas kaki/kulit terhadap pelanggan asing didominasi dengan menjual ke pembeli di luar negeri tetapi proses administrasi melalui perusahaan lain sebesar 43%. Malaysia akan menjadi negara yang paling dominan menjadi negara tujuan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit Bogor pada tahun 2015.

3. Korelasi antara pengalaman ekspor dan perencanaan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit masih sangat terbatas begitu juga dengan negara tujuan ekspor UKM. Namun demikian, Thailand dan Vietnam akan menjadi negara tujuan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit pada tahun 2015.

4. Legalitas usaha, usia usaha dan teknologi informasi berpengaruh positif dalam mendukung kesiapan ekspor UKM.

Saran

(30)

20

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta (ID): PT. Rineka Cipta.

Baldwin. 2005. Pendekatan Ekonomi Industri : Pendekatan Struktur, Perilaku danKinerja Pasar. Yogyakarta (ID): BPFE IKAPI.

[BI] Bank Indonesia. 2010. Kinerja Perdagangan Indonesia dan ASEAN (non migas). Jakarta (ID): BI

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Defenisi UKM. Jakarta (ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Perkembangan UKM 2008-2012. Jakarta (ID): BPS.

Beccheti L, Travoto G. 2002. The Determinants of Growth for Small and Medium Sized Firms: The role of the Availability of External Finance. International Journal of Small Businnes Economics.19 (2) : 291-306.

Davidson. 2002. Empirical of Businnes Growth Factors Using Swedish Data. Journal of Entrepreneurial Behavior and Research. 4(1):18 – 27.

[Ditjenkpi] Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI. Menuju ASEAN Economic Community 2015 [internet]. [diacu 2015 Januari 20]. Tersedia dari:http://ditjenkpi.depdag.go.id/Umum/Setdijen/Buku Menuju ASEAN Economic Community.

[Disperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. 2013. 20 Besar Komoditi Ekspor dari Kabupaten Bogor. Bogor (ID): Disperindag Bogor.

European Commission (2007), Supporting the internationalisation of SMEs: Final Report of the Expert Group, Brussels: European Commission Enterprise and Industry Directorate-General.

Fitrianingsih. 2014. Analisis Faktor Perkembangan UMKM Batu Permata Martapura Sebagai Salah Satu Penggerak Perekonomian Kalimantan Selatan [skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya.

Handrimurtjahyo D, Susilo YS, Soesono A. 2007. Faktor-Faktor Penentu Pertumbuhan Usaha Industri Kecil [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Atma.

ISBRC-Pupuk. 2003. Usaha Kecil Indonesia : Tinjauan tahun 2002 dan Prospek tahun 2013. Jakarta (ID): ISBRC – PUPUK dan LP3E Kadin Indonesia. Ishak E. 2005. Peranan Informasi Bagi Kemajuan UKM. Yogyakarta (ID):

Kedaulatan Rakyat.

Jesika. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing UKM Berorientasi Ekspor di DKI Jakarta [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Gunadarma Jakarta.

Juanda B. 2009. Ekonomika Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press. [Kemendagri]. Kementerian Dalam Negeri. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Perizinan. Jakarta (ID): Kemendagri. Kriswanto J . 2009. Simulasi Regresi Ordinal . [diunduh 2014 Desember 20].

Tersedia dari: http://konsultasistatistik.blogspot.com.

(31)

21 Martono. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan. Edisi Pertama: Yogyakarta (ID):

Ekonisia

Muljono TP. 2007. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. Ed ke- 4.Yogyakarta (ID): Rineka Cipta.

OECD-APEC. 2007. Removing Barriers to SME Access to International Markets Paris. Paris (FR): Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) Publishing.

OECD. 2008. Enhancing the Role of SMEs in Global Value Chains.Paris (FR): Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) Publishing.

Partomo TS, Soejoedono AR. 2004. Ekonomi Skala Kecil Menengah dan Koperasi. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Kriteria UKM. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Priarnani. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pola Pengembalian Kredit Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan Kecil [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Primiana I. 2009. Menggerakkan Sektor Riil UKM dan Industri. Bandung (ID): Alfabeta.

Siregar S. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta (ID): Penerbit Kencana.

Shanmugam KR, Bhaduri SN. 2002. Size, Age and Forum Growth In The Indian Manufacturing. Applied Economic Letters. 9:607-613.

Sudaryanto dan Hanim. 2002. Evaluasi kesiapan UKM Menyongsong Pasar Bebas Asean (AFTA) : Analisis Perspektif dan Tinjauan Teoritis . Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen. 1(2).

Sudaryanto. 2011. Manager The Need for ICT-Education for Manager or Agribusinessman to Increasing Farm Income : Study of Factor on Computer Adoption in East Java Farm Agribusiness. International Journal Of Education and Development. JEDICT 7(1): 56-57.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung (ID): Alfabeta.

Tambunan T. 2009. Development of Small and Medium Enterprises in ASEAN Countries. New Delhi (IN): Readworthy Publications.

Tambunan T. 2010. Pusat Studi Industri, UKM dan Persaingan Usaha. J akarta (ID): Universitas Trisakti.

UNCTAD. 2003. Improving the Competitiveness of SMEs through Enhancing Productive Capacity. Geneva (CH) : United Nations.

Urata S. 2000. Policy Recomendations for SME promotion in Indonesia. Report to the Coordination Ministry of Economy, Finance and Industry : Jakarta. [WEF] World Economic Forum. Kondisi Negara ASEAN [internet]. [diacu 2014

(32)

22

(33)

23 Lampiran 1 Kuesioner penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Pengantar

Perkenalkan, kami adalah tim peneliti dari Institut Pertanian Bogor. Kami sedang melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis Kesiapan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Kami akan bertanya kepada Bapak/ Ibu seputar kegiatan usaha yang telah dilakukan selama ini dan hal-hal terkait lainnya. Data ini akan dipergunakan untuk kepentingan akademik dan memberikan rekomendasi kepada para pihak/ stakeholders untuk memajukan usaha dalam rangka menghadapi Era ini.

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Peneliti: Nifriyanti Rumahorbo. +6285311615843. nifriyantir@gmail.com

Nomor Responden : ………

NAMA : ...………...

No HP : ………...

Alamat : ………...

Desa/ Kelurahan : ………., RT…...…… , RW…………

Enumerator : ………....

Tanggal Wawancara : ………....

Waktu mulai : ...-...

(34)

24

Lanjutan Lampiran 1

Petunjuk: Lingkarilah untuk jawaban anda atau ikuti petunjuk lain untuk menjawab pertanyaan. Partisipasi anda dalam survei ini bersifat sukarela dan seluruh jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya.

KARAKTERISTIK PEMILIK USAHA

1 Warisan dari Keluarga 2 SD/Sederajat 2 Merintis Sendiri

3 SMP 3 Bermitra dengan

Apabila Tidak, maka bagaimana karakteristik pengelola?

(35)

25

2.6 Peningkatan nilai tambah usaha yang dilakukan 1 Menjual bahan mentah

2 Mengolah bahan mentah menjadi 1/2 jadi

3 Mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi dengan nilai tambah tinggi 4 Lainnya, sebutkan

2 Kemitraan dengan orang/perusahaan lain...% 3 Pinjaman bank/lembaga keuangan lainnya...% 4 Pinjaman nonformal...%

5 Dana bantuan pihak lain (pemerintah atau swasta yang tidak perlu dikembalikan)...%

INTERNASIONALISASI

5.1 Jangkauan Pasar UKM Saudara? 5.2 Media promosi apa yang digunakan UKM Saudara?

5.1.1 Lokal (%) 5.2.1 Dari mulut ke mulut 5.1.2 Luar Provinsi (%) 5.2.2 Media elektronik (radio,

televisi)

5.1.3 Ekspor ke ASEAN(%) 5.2.3 Media cetak (majalah, koran, tabloid)

5.1.4 Ekspor di luar ASEAN (%) 5.2.4 Media social (facebook, twitter, instagram) 5.3 Pasar apa yang dilayani oleh UKM Saudara? 5.2.5 Brosur

1 Rumah Tangga 5.2.6 E-commerce

2 Industri 5.2.7 Lainnya,sebutkan

5.4 Bagaimana kontinuitas penjualan UKM Saudara

1 Cenderung stabil 5.5 Jika jawaban pilihan 4, bagaimana periode penjualannya?

(36)

26

Lanjutan Lampiran 1

4 Mengikuti pola musim tertentu 3 Tinggi pada hari raya Natal/ Idul Fitri/ Tahun Baru/ Tahun ajaran baru

5.6 Apakah UKM Saudara merasakan dampak impor barang sejenis pada tiga tahun terakhir?

5.7 Apakah UKM Saudara melakukan ekspor ?

1 Ya 1 Ya

2 Tidak 2 Tidak

5.8 Jika jawaban Ya, Kapan UKM Saudara pertama sekali melakukan ekspor? (tahun)

5.9 Ke negara mana UKM Saudara sudah melakukan ekspor?

5.10 Bagaimana mekanisme penjualan UKM Saudara terkait dengan pelanggan asing?

5.9.1 Malaysia

1 Sama sekali tidak pernah berhubungan dengan pihak asing

5.9.2 Singapura

2 Menjual produk di dalam negeri ke pembeli asing

5.9.3 Filipina

3 Menjual ke pembeli di lua negeri tetapi proses administrasi ekspor melalui perusahaan lain (menggunakan merk dagang perusahaan lain)

5.9.4 Brunei Darussalam

4 Menjual langsung ke luar negeri atau melalui perwakilan, distributor atau pengecer (menggunakan merk dagang sendiri)

5.9.5 Kamboja

5.11 Jika tidak, mengapa UKM saudara tidak melakukan ekspor?

5.11.1 Rendahnya kualitas sumberdaya manusia 5.11.2 Lemahnya manajemen usaha

5.11.3 Rendahnya informasi dan teknologi yang dimiliki UKM

5.11.4 Rendahnya akses terhadap sumber pembiayaan dan pasar

5.12 Apakah UKM Saudara akan memprediksikan akan ada dampak impor barang sejenis pada tahun 2015?

5.9.6 Laos

1 Ya 5.9.7 Mynmar

2 Tidak 5.9.8 Thailand

5.9.9 Vietnam

5.9.10 Luar ASEAN,sebutkan 5.13 Apakah UKM Saudara merencanakan akan melakukan

ekspor pada tahun 2015?

5.14 Jika Ya, ke negara mana UKM Saudara akan melakukan ekspor?

1 Ya 5.13.1 Malaysia

2 Tidak 5.13.2 Singapura

5.15 Apakah UKM Saudara pernah mendapatkan informasi mengenai potensi pasar luar negeri?

1.Ya 2. Tidak

5.16

Jika ya, Bagaimana UKM Saudara mendapatkan informasi mengenai potensi pasar luar

negeri?

5.13.3 Filipina

1 Pelatihan (workshop) 5.13.4 Brunei Darussalam

2 Pameran 5.13.5 Kamboja

3 Media massa 5.13.6 Laos

4 Internet 5.13.7 Myanmar

5.17 Dari siapa UKM Saudara mendapatkan informasi tentang potensi pasar di luar negeri?

5.138 Thailand

1 Asosiasi usaha 5.13.9 Vietnam

(37)

27

5.18 Apakah anda sudah menggunakan Teknologi Informasi (komputer, internet) untuk mengelola bisnis?

1. Jika jawaban anda Ya, jelaskan alasan anda...

2. Jika jawaban anada Tidak, mengapa?...

5.19 Apakah anda pernah mengajukan kredit ke bank/lembaga keuangan lainnya?

1. Mengajukan dan mendapatkan kredit 2. Belum pernah tapi niat

mengajukan

3. Pernah tetapi ditolak 4. Tidak berniat mengajukan

Lampiran 2 Jenis kelamin pemilik UKM konveksi dan alas kaki/kulit

(38)

28

Lampiran 4 Kepemilikan tempat usaha UKM konveksi dan alas kaki/kulit

54%

44% 2%

UKM konveksi

Milik sendiri Sewa Kerjasama

90% 10%

0%

UKM alas kaki/kulit

(39)

29

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 1 Kinerja perdagangan Indonesia dan ASEAN (Non Migas)
Gambar 3 Legalitas usaha UKM konveksi dan alas kaki/kulit
Gambar 4 UKM konveksi dan alas kaki/kulit yang pernah melakukan
Gambar 7 Negara tujuan ekspor UKM konveksi dan alas kaki/kulit tahun 2015
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian yang dilakukan adalah pembuatan ekstrak etanol daun binahong (Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis), karakterisasi ekstrak dan penapisan fitokimia, penetapan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa (1) Model pembelajaran inkuiri menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan model

Jika pada saat itu terdapat inti kondensasi, yaitu partikel-partikel halus yang jumlahnya sangat banyak dan proses penyerapan uap air berlangsung terus, pada

Hal ini mirip dengan identifikasi pola telapak tangan yang saya akan angkat menjadi judul tugas akhir karena menggunakan pola inputan yang merupakan sistem biometrika

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan pada Bab I pada tahap dianalisis, bahwa sistem pengelolaan material listrik pada gudang rayon PLN Area Makkassar

karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai,. yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya

penyetoran, pelaporan pajak pertambahan nilai atas kegiatan penyerahan barang kena. pajak

Menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan / atau perawatan, apabila pecandu Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah melakukan