Pos edisi 22 s.d 24 Juli 2010)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fisip UPN “Veteran” Jawa Timur
Oleh : RISKY SAPUTRI NPM. 0743010115
Kepada
YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI SURABAYA
2010
Bank Indonesia periode 2010-2014 pada Surat Kabar Harian Kompas dan Jawa Pos edisi 22 s.d 24 Juli 2010)
Disusun Oleh :
Risky Saputri 0743010115
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
PEMBIMBING
Drs.Kusnarto,M.si
NIP/NPT . 19580801 198402 1 00 1
Mengetahui
DEKAN
DRA.Ec.Hj.SUPARWATI,Msi NIP/NPT . 030 175 349
2010-2014 pada Surat Kabar Harian Kompas dan Jawa Pos edisi 22 s.d 24 Juli 2010)
Nama Mahasiswa : Risky Saputri
NPM : 0743010115
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Telah diuji dan diseminarkan pada tanggal : 12 November 2010
PEMBIMBING TIM PENGUJI :
KETUA
DRS.KUSNARTO.Msi 1. Ir.DIDIEK TRENGGONO,Msi
NIP/NPT . 030 176 735 NIP/NPT . 030 203 679
2. DRA.DYVA CLARETA.Msi NPT. 3 6601 94 00251
3. DRS.KUSNARTO.Msi NIP/NPT . 030 176 735
Mengetahui
DEKAN
DRA.Ec.Hj.SUPARWATI,Msi NIP/NPT . 030 175 349
yang berjudul ”PEMBINGKAIAN BERITA TERPILIHNYA DARMIN
SEBAGAI GUBERNUR BANK INDONESIA PERIODE 2010-2014” (Studi Analisis Framing Tentang Berita Terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2014 pada Surat Kabar Harian Kompas dan Jawa Pos edisi 22 s/d 24 Juli 2010). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan,bimbingan serta dorongan baik materiil dan spiritual dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mendedikasikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.Allah SWT, untuk semua kemudahan yang telah diberikan kepada
hamba-Nya ini.
2.Ibu dan Bapak, yang menjadi alasan penulis berada disini dan bertahan,terima
kasih untuk setiap do’a yang terucap untuk penulis.
3.Dra. Ec. Hj. Suparwati, M. si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.Bapak Juwito S. Sos. M. si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur atas
segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
7.Kakak, untuk bimbingannya, serta seluruh keluarga penulis yang senantiasa
memberikan semangat kepada penulis.
8.Sahabat-sahabat, Apick Dwi Pancaningsih, Dwi Aprilia dan Desi
Kurniaawati atas segala support dan sanjungan kepada penulis.
9.Partner yang selalu menyemangati penulis, Bima Nur Muchammad
(Mimma).
Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap bahwa skripsi ini nantinya
dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi yang berkepentingan dengan
objek serupa sehingga dapat memenuhi tujuan serta kegunaannya. Khususnya
almamater ilmu komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Surabaya, Oktober 2010
Halaman
HALAMAN JUDUL . . . i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI . . . ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI . . . . . . iii
KATA PENGANTAR . . . iv
DAFTAR ISI . . . vi
DAFTAR TABEL . . . x
DAFTAR GAMBAR . . . xi
DAFTAR LAMPIRAN . . . xii
ABSTRAKSI . . . xiii
BAB I PENDAHULUAN . . . 1
1.1. Latar Belakang Masalah. . . 1
1.2. Perumusan Masalah . . . 8
1.3. Tujuan Penelitian . . . 8
1.4. Kegunaan Penelitian . . . 8
1.4.1. Manfaat Teoritis . . . 8
1.4.2. Manfaat Praktis . . . 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA . . . 9
2.1. Landasan Teori . . . 9
2.1.3.2 Kualitas Berita . . . 14
2.1.3.3 Jenis Berita . . . 15
2.1.4. Pers sebagai Saluran Komunikasi Politik . . . 15
2.1.5. Media dan Politik Pemaknaan . . . 17
2.1.6. Media dan Konstruksi Realitas . . . 18
2.1.7. Ideologi Media . . . 20
2.1.8. Kajian Framing . . . 21
2.1.9. Konsep Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki . . . . 22
2.1.10. Perangkat Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki . 23 2.1.11. Kerangka Berpikir . . . 28
BAB III METODE PENELITIAN . . . 30
3.1. Definisi Operasional . . . 30
3.2. Subyek dan Obyek Penelitian. . . 32
3.3. Unit Analisis . . . 32
3.4. Populasi dan Korpus . . . 33
3.5. Teknik Pengumpulan Data . . . 35
3.6. Teknik Analisis Data . . . 35
3.7. Langkah-langkah Analisis Framing . . . 36
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN . . . 37
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian . . . 37
4.1.1. Profil Jawa Pos . . . . . . 37
vii
4.1.2. Profil Kompas . . . 43
4.1.2.1. Kebijakan Redaksional . . . 44
4.2. Hasil dan Pembahasan . . . 47
4.2.1. Analisis Berita Jawa Pos . . . 47
4.2.1.1. Jawa Pos 22 Juli 2010, judul : “Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak” . . . 47
4.2.1.2. Jawa Pos 23 Juli 2010, judul : “Darmin Terpilih Bersyarat” . . . 53
4.2.1.3. Jawa Pos 24 Juli 2010, judul : “Pasar Apatis Sambut Darmin” . . . 57
4.2.2. Analisis Berita Kompas . . . 60
4.2.2.1 Kompas, 22 Juli 2010, judul : “Proses Pemilihan Gubernur Bank Indonesia Alot” . . . 60
4.2.2.2. Kompas, 23 juli 2010, judul : “Darmin Nasution Gubernur BI Ke-14” . . . 63
4.2.2.3. Kompas,24 Juli 2010,Judul : “Catatan DPR Amanah yang harus Dijalankan” . . . .66
4.3. Perbedaan Frame Jawa Pos dan Kompas dalam Model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki . . . 69
5.2. Saran . . . 74
DAFTAR PUSTAKA . . . 75 LAMPIRAN . . . . . . . . . 76
Tabel 1. Halaman Surat Kabar Jawa Pos . . . 42
Tabel 2. Halaman Surat Kabar Kompas . . . 46
Tabel 3. Frame Berita “Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak” . . . 53
Tabel 4. Frame Berita “Darmin Terpilih Bersyarat” . . . 57
Tabel 5. Frame Berita “Pasar Apatis Sambut Darmin” . . . 60
Tabel 6. Frame Berita “Proses Pemilihan Gubernur Bank Indonesia Alot”. . 62
Tabel 7. Frame Berita “Darmin Nasution Gubernur BI Ke-14” . . . 66
Tabel 8. Frame Berita “Catatan DPR Amanah yang Harus Dijalankan” . . . . 69
Tabel 9. Perbandingan Frame Jawa Pos dan Kompas . . . 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki . . . 25
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian . . . 29
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kliping berita dari surat kabar Jawa pos tentang terpilihnya Darmin sebagai
Gubernur Bank Indonesia edisi 22 s.d 24 Juli 2010 :
a. Edisi 22 Juli 2010, judul headline “Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus
Pajak” . . . 77
b. Edisi 23 Juli 2010, judul headline “Darmin Terpilih Bersyarat” . . . 79
c. Edisi 24 Juli 2010, judul headline “Pasar Apatis Sambut Darmin”. . . 82
2. Kliping berita dari surat kabar Kompas tentang terpilihnya Darmin sebagai
Gubernur Bank Indonesia edisi 22 s.d 24 Juli 2010 :
a. Edisi 22 Juli 2010, judul headline “Pemilihan Gubernur Bank Indonesia
Alot” . . . 84
b. Edisi 23 Juli 2010, judul headline “Darmin Nasution Gubernur BI Ke-14” . .
. . . 85
c. Edisi 24 Juli 2010, judul headline “Catatan DPR Amanah yang Harus
Dijalankan”. . . 87
ABSTRAKSI
QEE.PEMBINGKAIAN BERITA TERPILIHNYA DARMIN SEBAGAI GUBERNUR BANK INDONESIA PERIODE 2010-2014 (Studi Analisis Framing Tentang Berita Terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2014 pada Surat Kabar Harian Kompas dan Jawa Pos edisi 22 s.d 24 Juli 2010)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Kompas membingkai pemberitaan tentang terpilihnya Darmin Nasution sebagai Gubernur Bank Indonesia. Objek dari penelitian ini adalah berita-berita tentang terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2014. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif dan menggunakan paradigma konstruktivis sebagai paradigma penelitiannya.
Pada era reformasi sekarang ini, pers telah mendapatkan kebebasannya kembali setelah sebelumnya terbelenggu oleh serangkai aturan yang membuatnya bungkam dan tidak dapat mewakili hati nurani masyarakat.Tetapi saat ini kenyataannya, meski telah mendapatkan kebebasan seutuhnya untuk menulis sebuah berita,tetap saja seorang jurnalis tidak dapat sepenuhnya menjadi wartawan yang objektif, berimbang, dan selalu berpihak pada kebenaran. Keadaan ini terasa ganjal ketika melihat sebuah peristiwa yang sama bisa dimaknai berbeda oleh dua media. Perbedaan ini terjadi pada penonjolan aspek tertentu dari peristiwa tersebut,hal ini menunjukkan di balik jubah kebesaran independensi dan objektifitas, seorang jurnalis menyimpan paradoks, tragedi, bahkan ironi.
Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan perangkat analisis dari Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki. Teori yang dipakai adalah teori-teori yang berkaitan dengan proses produksi berita dipandang dari perspektif kontruktivis, yaitu berita sebagai hasil kontruksi sosial, wartawan sebagai agen konstruksi sosial, dan teori ideologi media. Berita-berita Jawa Pos dan Kompas kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat framing dari Pan dan Kosicki yang terdiri dari empat struktur besar, yaitu Sintaksis ( Headline, lead, latar, informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup), Skrip (5W + 1H), Tematik (paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat), dan retoris (kata, idiom, grafik, gambar / foto).
Setelah dianalisis, terlihat bahwa Jawa Pos dan Kompas memiliki frame yang berbeda menyikapi terpilihnya Darmin sebagai Gubernur BI ini.Dalam memberitakan berita tersebut, Jawa Pos cenderung pesimis dengan Darmin Nasution yang terpilih menjadi Gubernur Bank Indonesia. Hal itu terlihat pada penonjolan
xiv
Kesimpulan yang dapat diambil adalah ternyata setiap media massa memiliki perbedaan dalam menyikapi untuk kemudian menulis sebuah peristiwa menjadi sebuah berita.Khususnya berita terpilihnya Darmin Nasution sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2014.Jawa Pos berpendapat pesimis pada sosok Darmin untuk memimpin Bank Indonesia, dan Kompas yang memberi kesan optimis pada kemampuan Darmin dalam memimpin Bank Indonesia.
Kata kunci :Framing, Terpilihnya Darmin, Jawa Pos, Kompas, Pan dan Kosicki.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Media massa oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, menjadi sarana
tepercaya untuk memperoleh informasi. Lewat media massa masyarakat dapat
mengetahui sebuah berita juga turut mengekspektasikan isi berita tersebut. Bagi
orang awam yang tidak memahami benar tentang sistem produksi media massa maka
akan terjebak oleh pemberitaan saat ini dan menganggap berita adalah sebuah
bentuk realitas dan merupakan cermin dari kejadian yang sesungguhnya terjadi.
Dengan pandangan yang seperti itu maka opini masyarakat dapat dengan mudah
dibentuk oleh media massa.
Keadaan yang sebenarnya, media saat ini berada ditengah realitas sosial yang
sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam.
Althuser dan Gramsci pun sepakat bahwa ternyata media massa bukan sesuatu yang
bebas, independen tetapi memiliki keterkaitan dengan realitas sosial, ada berbagai
kepentingan yang bermain dalam media massa maka media massa tidak mungkin
berdiri statis ditengah-tengah, dia akan bergerak dinamis diantara pusaran-pusaran
Karena media bukanlah saluran yang bebas. Media bukanlah seperti yang
digambarkan, memberitakan apa adanya, cermin dari realitas. Media seperti kita
lihat, justru menkonstruksi sedemikian rupa realitas. Tidak mengherankan jikalau
kita setiap hari secara terus menerus menyaksikan bagaimana peristiwa yang sama
diperlakukan secara berbeda oleh media. Ada peristiwa yang diberitakan, ada yang
tidak diberitakan, ada yang menganggap penting, ada yang tidak menganggap
sebagai berita. Ada peristiwa yang dimaknai secara berbeda, dengan titik perhatian
yang berbeda. Semua kenyataan ini menyadarkan kita betapa subjektifnya media
(Eriyanto, 2005:2).
Oleh sebab itu maka peneliti memilih melakukan analisis framing untuk dapat
mengetahui bagaimana realitas dikontruksi oleh media. Pada dasarnya framing
adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling)media atas peristiwa. Cara
bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita.
”Cara melihat “ ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas
(Eriyanto,2005:10).
Dalam sebuah kontruksi berita di media massa, tidak saja murni merupakan
sudut pandang wartawan yang menulis berita tersebut. Tetapi dalam produksi berita
itu pengaruh organisasi media massa tempat dimana wartawan tersebut bekerja, juga
turut berpengaruh. Dalam hal ini adalah kaitannya dengan ideologi media massa
yang dimaksud.
Di media massa, akhir-akhir ini berita terpilihnya Darmin sebagai Gubernur
Bank Indonesia menuai pro kontra dan marak diperbincangkan. Karena di Indonesia
ditangani oleh Bank Indonesia. Lebih lanjut Bank Indonesia telah menjadi Bank
Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dimulai
ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia,
dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009 (www.bi.go.id/)
Sebagai salah satu lembaga pemerintahan, unsur kedekatan(proximity)
berpengaruh dalam pemberitaan ini karena Bank Indonesia merupakan lembaga yang
menangani perkonomian negara kita, Indonesia. Maka masyarakat menjadi memberi
perhatian lebih pada berita ini. Terlebih pada setiap adanya pengambilan kebijakan
finansial pada ekonomi Indonesia di masa depan. Termasuk pula ketika ada
pergantian jabatan penting di Bank Indonesia, pergantian itu diperhatikan agar
masyarakat tahu kepada siapa ekonomi negara akan dipercayakan. Hal ini juga
berkaitan dengan dampak (consequence) di kemudian hari karena berita terpilihnya
Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia yang baru akan mempengaruhi ekonomi
Indonesia di masa depan.
Seperti kita ketahui per 15 Mei 2009 Gubernur Bank Indonesia saat itu yaitu
Boediono resmi mengundurkan diri untuk maju sebagai Wakil Presiden. Boediono
dipercaya sebagai pakar ekonomi yang kompeten dalam setiap membuat setiap
kebijakan. Meski demikian Boediono juga ditengarai terlibat dalam kasus skandal
Bank Century beberapa waktu lalu. Dalam kasus Century yang hingga kini
Sepeninggal Boediono banyak wacana yang muncul terkait dengan terpilihnya
Diketahui pula Darmin sebelumnya pernah menjabat sebagai Dirjen Pajak pada
tahun 2006-2009. Dan pada saat bersamaan isu korupsi petugas pajak yang dipimpin
Darmin yaitu Gayus Tambunan berhasil terbongkar.Seperti dalam berita dari
suaramerdeka.com berikut ini yang berjudul “Mabes akan Periksa Darmin Nasution”.
Tim Independen Mabes Polri akan memeriksa semua pejabat Direktorat Pajak, termasuk mantan Direktur Jenderal Pajak, Darmin Nasution dalam kasus mafia pajak pegawai Ditjen Pajak, Gayus Halomoan P Tambunan. Namun demikian penyidik belum melihat keterlibatan mantan Dirjen Pajak yang kini menjabat Pjs Gubernur Bank Indonesia itu. "Belum sampai ke situ," ujar Edward ketika ditanya kasus Gayus terjadi pada saat Darmin menjabat Dirjen Pajak, apakah nanti akan diperiksa.
Edward mengatakan, penyidikan belum sampai pada kemungkinan adanya keterlibatan Darmin dalam kasus ini. "Nanti kami lihatlah penyidiknya, saya bukan penyidiknya," ujar Edward di Gedung Humas Mabes Polri siang tadi.
Seperti diketahui pegawai Ditjen Pajak, Maruli Pandapotan Manurung (MPM) mempertanyakan kebijakan yang diambilnya merupakan kebijakan Dirjen Pajak. "Itu yang jadi pertanyaan kami, sedangkan ini adalah kebijakan yang diambil dari posisi tingkat bawah Kasubdit, direktur dan Dirjen," ujar pengacara Maruli Pandapotan Manurung (MPM), Juniver Girsang saat ditanya kenapa MPM yang terlebih dulu ditetapkan menjadi tersangka, dan ditahan padahal ada tim kerja lainnya.
Juniver mempertanyakan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan Gayus namun hingga sekarang belum ditetapkan menjadi tersangka, atau ditahan. "Dulu pernah diekspos siapa-siapa, diluar dari pada ini kan," ujarnya yang enggan mempertegas siapa yang dimaksudnya itu.
Meski begitu Darmin Nasution merupakan calon tunggal yang diajukan
persiden untuk menduduki jabatan sebagai Gubernur Bank Indonesia yang
baru.Kontroversi ini menarik peneliti untuk membingkai berita seputar terpilihnya
Darmin sebagai Gubernur BI menjadi objek penelitian.
Pers disini berhubungan langsung dengan analisis framing itu sendiri, karena
berperan sebagai media yang menyampaikan berita. Pers memiliki 2 pengertian yaitu
yaitu yang menyangkut kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan
perantaraan barang cetakan. Sedangkan pers dalam arti kata luas adalah yang
menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan media cetak maupun
dengan media elektronik seperti radio, televisi maupun internet(Hikmat dan
Purnama, 2007:17). Pers itu sendiri memiliki empat fungsi khusus yaitu memberikan
informasi mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Untuk fungsi yang terakhir ini
pers atau media massa juga berfungsi sebagai alat kontrol sosial. Sehingga media
massa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat.
Media massa sebagaimana diterangkan diatas sebagai sarana tersampaikannya
sebuah pesan, terbagi menjadi media massa cetak dan elektronik. Surat kabar sebagai
salah satu media cetak memiliki kelebihan tersendiri yaitu surat kabar adalah media
massa yang harganya dapat dijangkau oleh semua kalangan, berita yang disampaikan
lebih banyak dan mampu menjelaskan secara lengkap, dapat dibaca berkali-kali
dengan cara menyimpannya, mudah dibawa kemana – mana (http://www.ubb.ac.id/).
Dengan karakteristik yang mampu menjelaskan berita secara lengkap itu pula
meski telah banyak media massa yang bersifat on line dan sedang marak saat ini tapi
surat kabar tetap memiliki tempat di masyarakat sebagai pilihan untuk memperoleh
berita. Alasan lain karena tidak setiap orang mempunyai waktu untuk menonton
televisi secara khusus atau membuka website on line, selain juga untuk membuka
situs diperlukan perangkat penunjang yang harganya tidak murah. Sehingga dapat
dipastikan lebih banyak orang yang mengetahui berita dari surat kabar dibandingkan
media lain. Demikian ringkasnya surat kabar sebagai media untuk mendapatkan
Di Indonesia ada banyak macam surat kabar yang beredar di masyarakat antara
lain Kompas, Jawa Pos, Surya, Seputar Indonesia dan lain-lain. Diantara banyak
pilihan surat kabar tersebut peneliti memilih surat kabar Kompas dan Jawa Pos untuk
dijadikan objek penelitian. Karena Kompas dan Jawa Pos memiliki sudut pandang
yang berbeda terkait dengan pemberitaan seputar terpilihnya Darmin sebagai
Gubernur Bank Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari judul headline yang menunjukkan hal tersebut pada
edisi 24 Juli 2010 sehari setelah ditetapkannya Darmin sebagai Gubernur Bank
Indonesia,dari surat kabar Jawa Pos judul headline “Pasar Apatis Sambut Darmin”
dan dari surat kabar Kompas judul headline “Catatan DPR Amanah yang Harus
Dijalankan”. Meski memberitakan berita yang sama namun pada penulisannya kedua
surat kabar terkemuka ini memiliki sudut pandang yang lain. Selain itu pula
pemilihan Kompas dan Jawa Pos sebagai objek penelitian karena surat kabar lain
memiliki sudut pandang yang sama atau isu yang ditampilkan sama.
Secara sekilas dari perbedaan headline antara surat kabar Kompas dan Jawa Pos,
tentu masing-masing surat kabar memiliki sudut pandang mereka sendiri. Perbedaan
harian Kompas dan Jawa Pos dalam mengkontruksi atau membingkai berita salah
satunya dikarenakan adanya perbedaan cara pandang wartawan masing-masing
media dalam mempersepsikan peristiwa tersebut. Ideologi masing-masing surat
kabar pun turut mempengaruhi pemilihan kedua media tersebut dalam membuat
headline pada sebuah peristiwa, meskipun peristiwa itu sama. Tentunya perbedaan
Penelitian ini menggunakan metode analisis framing model Zhongdan Pan dan
Gerald M.Kosicki(1993). Dengan mengoperasionalkan empat dimensi struktural teks
berita sebagai perangkat framing yaitu :sintaksis, skrip, tematik dan retoris maka
berita tentang terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia ini lebih tepat
jika dianalisis dengan metode ini. Sedangkan jika menggunakan metode lain kurang
tepat secara isu dan hal-hal yang dikemukakan. Hal ini terkait dengan perangkat
framing yang akan diaplikasikan pada berita yang akan dibingkai.
Perbedaan frame Kompas dan Jawa Pos tentang terpilihnya Darmin sebagai
Gubernur Bank Indonesia disebabkan karena faktor pembingkaian masing-masing
media, melalui penekanan atau penonjolan sisi tertentu dan penghilangan sisi yang
lain yakni dalam teks berita dan berupa foto (visual image). Perbedaan pembingkaian
berita tersebut akan memberikan informasi yang berbeda kepada khalayak pembaca.
Penekanan dan penonjolan itu akan menjadi realitas terhadap pembaca surat kabar.
Dengan wacana yang dibuat oleh pers dalam membangun teks berita, maka pers
menjadi tidak natural dalam memberitakan suatu peristiwa untuk memproduksi teks
berita banyak faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi media massa tersebut dapat kita ketahui
setelah kita mengetahui framing masing-masing berita yang mereka cetak. Maka
dengan adanya penelitian framing ini akan diungkapkan secara mendalam mengenai
isu utama yang ingin dikemukakan oleh Kompas maupun Jawa Pos. Isu itu tentu saja
yang berkaitan dengan terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia yang
baru.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah:Bagaimana pembingkaian berita
terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia pada surat kabar Kompas dan
Jawa Pos?
1. 3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana surat kabar KOMPAS dan
Jawa Pos membingkai pemberitaan Terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank
Indonesia?
1. 4. Manfaat Penelitian
1. 4. 1. Manfaat Teoritis
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dalam bidang ilmu
komunikasi serta menjadi rujukan dan masukan bagi penelitian khususnya mengenai
analisis teks media, yaitu analisis framing dan kegunaannya untuk melihat
bagaimana media membingkai realitas kehidupan berdasarkan
kepentingan-kepentingannya.
1. 4. 2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memiliki peran kontrol terhadap pemberitaan media massa
sehingga wawasan dan cara pandang khalayak lebih luas dalam melihat
keberpihakan serta kepentingan media dalam penggambaran serta penyajian sebuah
peristiwa. Selain itu juga sebagai referensi bagi pihak-pihak yang terkait dalam
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2. 1. Landasan Teori
2. 1 .1. Pengertian pers, Surat Kabar, dan Surat Kabar Nasional
Pers mempunyai dua pengertian, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam
arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat
kabar,majalah, mingguan, atau tabloid dan sebagainya, sedangkan dalam arti luas
meliputi media massa cetak elektronik, antara lain radio siaran dan televisi siaran,
sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik (Effendy, 2000 : 90).
Pers dalam penelitian ini adalah pers dalam arti sempit, yaitu surat kabar.
Kurniawan Junaedhi dalam bukunya ‘Ensiklopedi Pers Indonesia; menyebutkan
pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media
massa tercetak, berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan
dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan, serta diedarkan
secara umum (Junaedhi, 1991:257).
Sedangkan pengertian surat kabar nasional seperti yang dituliskan Asvin
Ellyana dalam skripsi ‘Obyektivitas dan Netralitas Pers dalam Kasus Timor Timur :
Analisis Isi Berita Sebelum dan Sesudah Jejak Pendapat di harian Kompas dan
harian Jawa Pos’, menyebutkan bahwa surat kabar nasional adalah surat kabar yang
terbit secara nasional dan bisa dibaca hampir semua wilayah Republik Indonesia
2.1.2. Fungsi Pers
Tugas dan fungsi pers antara lain :
1. Informatif
Pers berfungsi memberikan informasi atau berita kepada khalayak ramai
dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna
dan penting bagi banyak orang dan kemudian menuliskannya dalam
kata-kata.
2. Kontrol
Pers mempunyai peran memberikan kontrol sosial di masyarakat antara lain
masuk kebalik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah
atau perusahaan. Pers harus memberitakan apa yang berjalan baik atau tidak
berjalan baik.
3. Interpretatif dan Direktif
Pers memberikan interpretasi dan bimbingan. Pers menceritakan kepada
masyarakat tentang arti suatu kejadian.
4. Menghibur
Para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan menarik.
Mereka menceritakan kisah lucu untuk diketahui meskipun kisah itu tidak
terlalu penting.
Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru agar
terjadi proses regenerasi dari angkatan yang sudah tua kepada yang lebih
muda.
6. Pengawalan hak-hak warga negara
Pers berperan mengawal dan mengamankan hak-hak pribadi. Pers yang
bekerja berdasarkan teori tanggung jawab harus dapat menjamin setiap
pribadi untuk didengar dan diberi peneranagn yang dibutuhkannya.
7. Ekonomi
Pers juga berfungsi melayani sistem ekonomi melalui iklan. Melalui iklan,
penawaran akan berjalan dari tangan ke tangan dan barang produksi pun
dapat dijual.
8. Swadaya
Pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kemampuannya sendiri agar ia
dapat membebaskan dirinya dari pengaruh-pengaruh serta tekanan dalam
bidang keuangan (Hikmat dan Purnama, 2005:27).
2.1.3.Definisi Berita
Menurut The New Grolier Webster International Dictionary menyebutkan
bahwa berita adalah :
(1) Informasi hangat tentang sesuatu yang telah terjadi, atau tentang sesuatu
(2) Berita adalah informasi seperti yang disajikan oleh media semisal suratkabar,
radio, atau televisi;
(3) Berita adalah sesuatu atau seseorang yang dipandang oleh media merupakan
subjek yang layak untuk dibicarakan.
Definisi lainnya adalah seperti yang dikemukakan oleh Edward Jay Friedlander
dkk, dalam bukunya Excellence in Reporting: “Berita adalah apa yang harus anda
ketahui yang tidak anda ketahui. Berita adalah apa yang terjadi belakangan ini yang
penting bagi anda dalam kehidupan anda sehari-hari. Berita adalah apa yang menarik
bagi anda, apa yang cukup menggairahkan anda untuk mengatakan kepada seorang
teman, ’hey apakah kamu sudah mendengar...?’. Berita adalah apa yang dilakukan
oleh pengguncang dan penggerak tingkat lokal, nasional, dan internasional untuk
mempengaruhi kehidupan anda. Berita adalah kejadian yang tidak disangka-sangka
yang untungnya atau sayangnya, telah terjadi”.
Mitchell V.Charnley lain lagi dalam mendefinisikan berita. ”Berita”, katanya
adalah laporan aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik atau penting, atau
keduanya, bagi sejumlah besar orang.
Bahkan, karena berita ini ada di segala penjuru dunia, Tom Clarke, dulu Direktur
sebuah Institut jurnalistik di London, mengatakan bahwa “menurut cerita”, perkataan
NEWS itu singkatan dari North, East, West, dan South, suatu cerita yang meskipun
tidak dapat dibuktikan kebenarannya, namun menunjukkan maksudnya, yaitu bahwa
berita adalah “untuk memuaskan nafsu ingin tahu” pada manusia dengan
Tetapi dari semua definisi itu, jika kita sederhanakan, maka akan kita peroleh
suatu definisi yang mudah dipahami,yaitu bahwa berita adalah informasi aktual
tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang (Hikmat dan
Purnama,2005:39-40).
2. 1. 3. 1. Nilai berita
Hikmat dan Purnama menguraikan inilah kriteria berita atau unsur-unsur nilai
berita yang sekarang dipakai dalam memilih berita. Unsur-unsur tersebut adalah :
1. Aktualitas(Timeliness)
Bagi surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin baru
peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya.
2. Kedekatan (Proximity)
Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan
menarik perhatian. Stieler dan Lippman menyebutnya sebagai kedekatan
secara geografis.
3. Dampak(Consequence)
Dari ungkapan bahwa “news” adalah “history in a hurry”, berita adalah
sejarah dalam keadaaannya yang tergesa-gesa. Tersirat bahwa pentingnya
mengukur luasnya dampak suatu peristiwa.
Yang pasti adalah bahwa dalam berita human interest terkandung unsur
yang menarik empati, simpati atau menggugah perasaan khalayak yang
membacanya. Diantara berita-berita tersebut mengandung salah satu unsur
human interest di bawah ini :
a. Ketegangan (Suspence).
b. Ketidaklaziman (Unusualness).
c. Minat pribadi (Personal Interest).
d. Konflik (Conflict).
e. Simpati (Sympathy).
f. Kemajuan (Progress).
g. Seks (Sex).
h. Usia (Age).
i. Binatang (Animal).
j. Humor (Humor).
2. 1. 3. 2. Kualitas Berita
Beberapa standar yang dipakai untuk mengukur kualitas berita menurut
Charnley: (Askurifai, 2006:51)
Sebelum berita itu disebarluaskan harus dicek dulu ketepatannya.
2. Properly Attribute
Semua saksi atau narasumber harus punya kapabilitas untuk memberikan
kesaksian atau informasi tentang yang diberitakan.
3. Balanced and Fair
Bahwa semua narasumber harus digali informasinya secara seimbang.
4. Objective
Penulis berita harus objektif sesuai dengan informasi yang didapat dari
realitas, fakta dan narasumber.
5. Brief and Focus
Materi berita disusun secara ringkas, padat, dan langsung sehingga mudah
dipahami.
6. Well Written
Kisah beritanya jelas, langsung dan menarik (Charnley,1965).
2.1.4. Pers sebagai Saluran Komunikasi Politik
Pengertian saluran dalam penelitian ini bukan hanya sekedar sebagai alat,
sarana, atau mekanisme seperti mesin cetak, radio, telepon atau komputer. Akan
tersebut. Seperti yang diungkapkan psikolog George Miller yang dikutip Nimmo
dalam bukunya ‘Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan dan Media’, mengatakan :
“Kita harus menganggap manusia sebagai saluran komunikasi, dengan masukan yang
disediakan oleh rangsangan yang kita berikan dan keluaran yang merupakan
tanggapan terhadap rangsangan itu”(Nimmo, 1993 : 167).
Menurut Nimmo dalam buku yang sama, saluran manusia itu aktif dan
selektif, tidak pasif dan netral. Kegunaan alat-alat saluran non-manusia tersebut
hanya untuk memudahkan,tetapi bukan untuk menjamin ketepatan. Maka saluran
komunikasi itu lebih dari pada sekedar titik sambung, tetapi terdiri atas pengertian
bersama tentang siapa dapat berbicara kepada siapa, mengenal apa, dalam keadaan
bagaimana, sejauh mana dapat dipercaya.
Dalam banyak hal media massa diakui sebagai saluran yang memiliki
kemampuan untuk menyampaikan lebih dari sekedar informasi politik
(Nasution,1990 : 64). Artinya menurut Nasution lebih lanjut media massa dapat
dibuktikan kemampuan efek politiknya dalam suatu kelangsungan sistem politik
suatu masyarakat.
Berkaitan dengan kekuatan media massa sebagai saluran komunikasi politik,
menurut Gurevitch dan Blumer yang dikutip Zulkarnaen Nasution dalam buku
‘Komunikasi Politik’ bersumber pada tiga hal yaitu struktural, psikologis dan bersifat
normatif (Nasution, 1990: 64-65). Akar struktural kekuatan media bersumber pada
kemampuannya yang unik untuk menyediakan khalayak bagi para politisi yang
ukuran dan komposisinya tidak akan diperoleh para politik, dimaksud melalui alat
kepercayaan (credibility) dan keyakinan yangberhasil diperoleh (meskipun dalam
tingkat yang berbeda-beda ) oleh organisasi media dari anggota khalayaknya
masing-masing. Ikatan saling percaya ini tumbuh berdasarkan pada pemenuhan harapan
khalayak selama ini dan validitas dari hubungan percaya mempercayai di masa lalu
antara media yang bersangkutan dengan khalayak yang pada dasarnya tergantung
pada penyajian informasi yang legitimazed dan routized oleh media tersebut selama
ini.
Kombinasi antara akar struktural dan akar psikologis tersebut memungkinkan
media mendudukan diri di antara politisi dan khalayak, serta sekaligus mencampuri
proses politik yang berkembang. Campur tangan tersebut mungkin saja tidak disukai
oleh banyak pihak termasuk kalangan politisi sendiri. Disini kemudian timbul sikap
normatif media yang bersumber pada prinsip-prinsip demokrasi mengenai kebebasan
menyatakan pendapat, kebutuhan akan perlindungan yang memberi legitimasi
kepada peran independen media dari kendali politik.
2.1.5. Media dan Politik Pemaknaan
Dalam banyak kasus, pemberitaan media terutama yang berhubungan dengan
peristiwa yang melibatkan pihak dominan, masih sering dijumpai tentang
pemberitaan yang buruk tentang pihak yang kurang dominan.
Disadari atau tidak bahwa media pada dasarnya merupaka cermin dan refleksi
dari realitas (masyarakat) secara umum. Oleh karena itu media bukanlah saluran
yang bebas, ia juga subyek yang mengontruksi realitas, lengkap dengan pandangan,
Di dalam suatu pemberitaan, pembaca berharap agar media bertindak netral
dan seimbang ketika memberitakan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu konflik.
Akan tetapi kenyataan yang didapat,ternyata media belum sepenuhnya bersikap
netral. Sebagai misal, atribut-atribut tertentu dari media yang dapat mengkondisikan
pesan-pesan yang dikomunikasikan (disampaikan). Seperti yang diungkapkan
Mc.Luhan dalam Sobur (2002 : 37), “the medium is the message”, bahwa medium itu
sendiri adalah pesan.
Hal terpenting dalam memahami media adalah bagaimana media melakukan
politik pemaknaan. Seperti yang dikatakan Hall dalam Sobur (2002 : 40), bahwa
makna tidak bergantung pada struktur makna itu sendiri, tetapi lebih kepada praktik
pemaknaan. Dalam pandangna Hall, makna adalah suatu produksi sosial, atau praktik
kontruksi. Media massa menurut Hall, pada dasarnya tidak memproduksi tetapi
menentukan (to define) realitas melalui pemakaian kata-kata yang terpilih. Makna
tidak secara sederhana bisa dianggap sebagai reproduksi dalam bahasa, tetapi sebuah
pertentangan sosial (social struggle), sebuah perjuangan dalam memenangkan
wacana. Maka itu, pemaknaan yang berbeda merupakan arena pertarungan tempat
memasukkan bahasa di dalamnya (Hall dalam Sobu, 2002 : 40).
2.1.6. Media dan Konstruksi Realitas
Seperti diungkapkan Sobur dalam buku ‘Analisis Teks Media’, bahwa pada
hakekatnya pekerjaan media adalah mengkonstruksi realitas (Sobur,2002 : 88). Isi
media merupakan hasil para pekerja dalam mengkonstruksikan berbagai realitas yang
dipilihnya untuk dijadikan sebagai sebuah berita, diantaranya realitas politik.
peristiwa-peristiwa, maka dapat dikatakan bahwa seluruh isi media adalah realitas
yang dikonstruksi (constructed reality). Pembuatan berita di media pada dasarnya tak
lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah ‘cerita’(Tuchman
dalam Sobur, 2002: 88).
Isi media pada hakekatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan
menggunakan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan hanya
sebagai alat mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti
apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas (Sobur, 2002 : 88). Akibatnya
menurut Sobur, media massa memiliki peluang yang sangat besar untuk
mempengaruhi gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dokonstruksinya.
Begitu pula dengan profesi wartawan, pekerjaan utama wartawan adalah
mengisahkan hasil reportasenya kepada khalayak. Dengan demikian mereka akan
terlibat dalam usaha-usaha mengkonstruksijan realitas, yakni mengumpulkan fakta
yang dikumpulkannya ke dalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita
(news), karangan khas (feature), atau gabungan keduanya (news feature). Dengan
demikian mengutip pernyataan Tuchman dalam Sobur bahwa berita pada dasarnya
adalah realitas yangtelah dikonstruksikan (Sobur, 2002 : 88).
Kegiatan jurnalistik pada dasarnya memang menggunakan bahasa sebagai
bahan baku untuk memproduksi berita. Akan tetapi bahasa, bagi media bahasa bukan
sekedar sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi dan opini
atau sekedar untuk menyampaikan realitas. Namun bahasa juga menentukan
Dengan demikian, penggunaan bahasa tertentu jelas berimplikasi tehadap
kemunculan makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut
menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang
muncul darinya. Bahkan menurut Hamad dalam Sobur (2002 : 90) bahasa tidak
hanya mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas.
Dalam konstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagai unsur utama. Ia
merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Sehingga dapat dikatakan
bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi media.
2. 1. 7. Ideologi Media
Ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir yang dipakai oleh individu untuk
melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Ia berhubungan dengan
konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas (Sudibyo, 2001:12).
Penempatan sumber berita yang menonjol dibandingkan dengan sumber lain,
menempatkan wawancara seorang tokoh lebih besar dari tokoh lain, liputan yang
hanya satu kelompok, menurut pendekatan konstruksionis merupakan praktek
jurnalisme yang wajar dan manusiawi dijalankan oleh wartawan. Pada titik inilah
pendekatan konstruksionis memperkenalkan konsep “ideologi” (Sudibyo, 2001:54).
Dengan konsep ini nantinya akan membantu menjelaskan bagaimana bisa hal-hal
diatas menjadi praktik cermin ideologi dari media.
Pendekatan konstruksionis menegaskan berita sesungguhnya adalah hasil dari
konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan, ideologi, nilai-nilai dari jurnalis
bagaimana realitas dikonstruksi daripada kaidah-kaidah baku praktek jurnalistik.
Ideologi itulah yang membuat liputan media memihak satu pandangan,
menempatkan pandangan satu lebih penting dibandingkan pandangan kelompok lain,
dan sebagainya (Sudibyo, 2001:260).
Disini pemberitaan tertentu tidak dianggap sebagai bias atau distorsi tetapi
semata sebagai akibat dari ideologi tertentu dari media tersebut. Kecenderungan atau
ideologi itulah yang menentukan bagaimana fakta itu dipahami, fakta yang diambil
dan mana yang dibuang. Semua proses ini dipandang sebagai konsekuensi dari
ideologi, bukan sebagai bias atau kesalahan wartawan (Sudibyo, 2001:55-56).
Dalam mainstream ideologi profesi, disini media mengutamakan objektifitas
pemberitaan. Ada dua dimensi utama konsep objektifitas: Pertama, ”faktualitas”
yaitu pengumpaan fakta dan pemisahan antara fakta dan opini.Kedua, ”imparsialitas”
yaitu fakta yang digunakan memproduksi suatu realitas simbolik, memang bisa
terdiri atas informasi dan opini figur-figur terkait (Syahputra, 2006:ix).
Menurut Burn konsep profesionalisme media mencakup beberapa butir
pengertian, yaitu menentang amatirisme dan campur tangan pihak luar, mempercayai
penilaian tugas yang ditentukan oleh rekan seprofesi, serta mengupayakan
pengamanan diri dari tekanan publik dan manajemen (McQuail, 2000:148)
2.1.8.Kajian Analisis Framing
Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955
(Sudibyo, 1999a:23). Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau
wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi
realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974,
yang mengandaikan frame sebagai kepingan perilaku (strips of behaviour) yang
membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur,2001:162).
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah
cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi
seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih
menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak
sesuai prespektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui
bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya
menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan,
serta hendak dibawa kemana berita tersebut (Nugroho, Eriyanto, Surdiasis, 1999:21).
Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media
mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana
peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Ada 2 esensi utama dari framing
tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai.Ini berhubungan dengan bagian
mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis.
Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk
mendukung gagasan (Eriyanto, 2005:10)
Model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah satu
model yang paling populer dan banyak dipakai. Model itu sendiri diperkenalkan
lewat suatu tulisan di Jurnal Political Communication melalui tulisan berjudul
“Framing Analyis:An Approach to News Discourse”. Bagi Pan dan Kosicki, analisis
framing ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menganalisis teks media
disamping analisis isi kuantitatif. Pan dan Kosicki menilai, sebagai suatu metode
analisis isi, analisis framing agak berbeda dengan pendekatan yang dipakai dalam
analisis isi kuantitatif. Pertama, analisis isi tradisional melihat teks berita sebagai
hasil stimuli psikologis yang objektif, dan karenanya maknanya dapat diidentifikasi
dengan ukuran yang objektif pula. Sebaliknya dalam analisis framing, teks berita
dilihat terdiri dari berbagai simbol yang disusun lewat perangkat simbolik yang
dipakai yang akan dikonstruksi dalam memori khalayak. Dengan kata lain, tidak ada
pesan atau stimuli yang bersifat objektif, sebaliknya teks berita dilihat sebagai
sesuatu yang dapat diidentifikasi dengan menggunakan ukuran yang objektif,
sebaliknya, ia hasil dari proses konstruksi, dan penafsiran khalayak.
Kedua, Analisis framing tidak melihat teks berita sebagai suatu pesan yang hadir
begitu saja seperti diandaikan dalam analisis isi tradisional. Sebaliknya teks berita
dilihat sebagai teks yang dibentuk lewat struktur dan formasi tertentu, melibatkan
proses produksi dan konsumsi dari suatu teks. Ketiga, validitas dari analisis framing
tidaklah diukur dari objektifitas dari pembacaan peneliti atas teks berita. Tetapi lebih
dilihat dari bagaimana teks menyimpan kode-kode yang dapat ditafsirkan dengan
tergantung pada bagaimana seseorang menafsirkan pesan dari teks berita tersebut
(Eriyanto, 2005:251-252).
2. 1. 10. Perangkat Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki
Dalam Pendekatan framing Pan dan Kosicki,perangkat framing dibagi kedalam
empat struktur besar.
1) Struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan
menyusun peristiwa-pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa
ke dalam bentuk susunan umum berita. Struktur semantik ini dengan
demikian dapat diamati dari bagian berita (lead yang dipakai, latar,
headline, kutipan yang diambil, dan sebagainya). Intinya, ia mengamati
bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia
menyusun fakta ke dalam bentuk umum berita.
2) Struktur skrip. Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur
ini melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai
oleh wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk berita.
3) Struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat
atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam
4) Struktur retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan
menekankan arti tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat
bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik dan gambar
yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan,melainkan juga menekankan
arti tertentu kepada pembaca.
Pendekatan itu dapat digambar ke dalam bentuk skema sebagai berikut:
STRUKTUR UNIT YANG DIAMATI
SINTAKSIS Headline,lead,latar,
Cara wartawan informasi,kutipan sumber,
Menyusun fakta pernyataan,penutup.
SKRIP 5W + 1H
Cara wartawan
Mengisahkan fakta
TEMATIK Paragraf,proposisi,
Cara wartawan kalimat,hubungan antar-
PERANGKAT
1.Skema Berita
2.Kelengkapan Berita
3.Detail
4.Konherensi
5.Bentuk Kalimat
6.Kata Ganti
Menulis fakta kalimat.
RETORIS Kata,idiom,gambar/foto,
Cara Wartawan grafik.
Menekankan fakta
Gambar 1. Skema Framing Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki
Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase
dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis merujuk pada pengertian susunan dari
bagian berita headline ,lead, latar informasi, sumber, penutup dalam satu kesatuan
teks berita secara keseluruhan. Headline digunakan untuk menunjukan bagaimana
wartawan menginstruksi isu, seringkali dengan menekankan makna tertentu lewat
pemakaian tanda tanya untuk menunjukan sebuah perubahan dan tanda kutip untuk
menunjukkan adanya jarak perbedaan.
Lead adalah bagian sintaksis yang lain, lead yang baik umumnya memberikan
sudut pandang dari berita, menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang
diberitakan. Latar informasi merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi
makna yang ingin ditampilkan wartawan. Latar umumnya ditampilkan di awal
sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud
mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan.
Bagian berita lain yang penting adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini
dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas-prinsip
atas tiga hal. Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang
dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik.Kedua,
menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang.
Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan
kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut tampak sebagai
menyimpang.
Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai sebuah cerita. Hal ini karena dua
hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukan hubungan, peristiwa
yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita
umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan
lingkungan komunal pembaca. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan,
bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi
penting. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W +1H, yaitu What, Who,
When, Where, Why dan How. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda
framing yang penting.
Tematik. Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis:
peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan,
semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis
yang dibuat. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini.
Diantaranya adalah koherensi: pertalian atau jalinan kata, proposisi atau kalimat.
Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat
dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Ada beberapa macam koherensi.
sebab dari proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu
dilihat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda.
Proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau
kalimat lain.
Retoris. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau
kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh
wartawan. Struktur retoris dari wacana berita juga menunjukkan kecenderungan
bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran.
Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan. Yang paling
penting adalah leksikon, pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai
atau menggambarkan peristiwa. Selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita itu
juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis. Dalam wacana berita, grafis
ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain.
Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar, dan tabel untuk
mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan.
2. 1. 11. Kerangka Berpikir
Berita tentang terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank indonesia yang baru
periode 2010-2014 marak diperbincangkan. Peristiwa ini menarik perhatian
masyarakat karena terkait dengan pucuk pimpinan sebuah lembaga tinggi negara
yang berkaitan dengan perekonomian Indonesia.
Peristiwa ini kemudian dimuat dengan sudut pandang yang berbeda oleh media
merupakan surat kabar nasional yang kredibilitasnya tepercaya maka peneliti
memilih untuk menjadikan dua surat kabar ini sebagai objek penelitian.
Berita tentang terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia ini ditulis
berbeda oleh harian Kompas dan Jawa Pos. Maka kemudian berita ini dibingkai
dengan menggunakan model framing Pan dan Kosicki, yang membagi perangkat
framing menjadi empat struktur besar yaitu, sintaksis, skrip, tematik dan retoris.
KOMPAS Jawa Pos
Kerangka Framing Pan dan Kosicki
Konstruksi Jawa Pos Konstruksi KOMPAS
Struktur :
Sintaksis
Skrip
Tematik
Gambar 2. kerangka berpikir penelitian
BAB 3
METODE PENELITIAN
3. 1. Definisi Operasional
Penelitian tentang pembingkaian berita terpilihnya Darmin sebagai Gubernur
Bank Indonesia di surat kabar Kompas dan Jawa Pos, yaitu melihat bagaimana kedua
bahasanya tentang berita terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia,
dimulai dari 22 Juli 2010 hingga 24 Juli 2010 dalam berita-beritanya yang dianalisis
dengan menggunakan perangkat framing dari Pan dan Kosicki.
Secara operasional didefinisikan sebagai berikut, pertama mengamati gagasan
utama dari Kompas dan Jawa Pos tentang terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank
Indonesia, kemudian membingkainya ke dalam frame tertentu. Dan dengan
menggunakan analisis teks media, frame utama yang mengandung simbol-simbol
dalam pesannya lalu diuraikan dengan perangkat framing dari Pan dan Kosicki yaitu
sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
Struktur sintaksis terkait dengan cara wartawan menyusun fakta dengan
perangkat framing skema berita, dan unit yang diamati adalah headline, lead, latar,
informasi, kutipan sumber. Misalnya headline Jawa Pos 22 Juli 2010 “Darmin
Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak”, judul ini menggambarkan kemudian
mewakili isi berita yang dimuat tersebut.
Lead atau teras berita, misalnya pada Kompas 23 Juli 2010 yaitu, ”Melalui
proses yang sedikit alot, Darmin Nasution akhirnya terpilih sebagai Gubernur Bank
Indonesia periode 2010-2014. Darmin Nasution menjadi Gubernur Bank Indonesia
yang berdiri sejak tahun 1953”
Latar informasi merupakan dari sisi mana surat kabar mengungkapkan fakta
terpilihnya Darmin yang bersyarat dengan mengetengahkan sikap positif Darmin
yang menjadikan catatan DPR sebagai amanah yang harus dijalankan.
Kutipan sumber, bagian ini dalam penulisan berita dimaksudkan untuk
membangun objektivitas - prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Misalnya pada
Jawa Pos 24 Juli 2010, terdapat kutipan sumber dari ekonom dan pasar uang, Farial
Anwar yang berujar ”Jadi tidak terlihat faktor Darmin yang menggerakkan pasar”.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pakar yang menegaskan bahwa Darmin tak
berpengaruh pada keadaan pasar saat ini.
Struktur Skrip terkait dengan cara wartawan mengisahkan fakta dengan
perangkat framing kelengkapan beritanya dan unit yang diamati adalah unsur 5
W+1H. Misalnya pada berita Jawa Pos 23 Juli 2010, faktor what - nya adalah
Darmin yang terpilih bersyarat sebagai Gubernur Bank Indonesia. Who adalah sosok
Darmin dan when yaitu pada tanggal 23 juli 2010 hari jumat. Faktor Where - nya
yaitu di gedung DPR RI, kemudian faktor Why yaitu Darmin diindikasi terkait
dengan banyak kasus korupsi.Terakhir faktor how yaitu adanya syarat-syarat yang
diajukan anggota DPR meski Darmin terpilih secara aklamasi
Lalu struktur tematiknya terkait dengan cara wartawan menulis fakta lewat
perangkat framing detail, konherensi, bentuk kalimat dan kata ganti dengan unit yang
diamati adalah paragraf, proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat. Misalnya pada
Kompas 23 Juli 2010, pada paragraf ke-5 terdapat proposisi sebab akibat ditandai
dengan kata “karena” yang menunjukkan kalimat ini penjelas dari kalimat
Struktur terakhir adalah struktur retoris terkait dengan cara wartawan
menekankan fakta dengan perangkat framing leksikon, grafis, dan metafora dan unit
yang diamati adalah kata, idiom, gambar / foto, dan grafik. Misalnya pada Jawa Pos
22 Juli 2010, terdapat foto unjuk rasa menolak Darmin. Gambar ini secara langsung
memberi informasi kepada pembaca tentang isi dari berita itu
3. 2. Subyek dan obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah surat kabar Kompas dan Jawa Pos. Sedangkan
obyek penelitian adalah berita-berita mengenai terpilihnya Darmin sebagai Gubernur
Bank Indonesia yang dimuat oleh kedua surat kabar tersebut, yaitu antara tanggal 22
Juli 2010 sampai 24 Juli 2010 di Harian Kompas dan Jawa Pos.
3. 3. Unit Analisis
Unit Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah unit reference, yaitu
unit yang digunakan untuk menganilisis kalimat dan kata yang dimuat dalam teks
berita mengenai terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia pada surat
kabar Kompas dan Jawa Pos.
Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, foto, ungkapan
narasumber, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap perspektif yang digunakan
oleh media Kompas dan Jawa Pos dalam mengamati suatu peristiwa yaitu mengenai
terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah berita-berita mengenai terpilihnya Darmin
sebagai Gubernur BI periode 2010 - 2014 yang dimuat di surat kabar Jawa Pos dan
Kompas 22 Juli 2010 s.d 24 Juli 2010. Sepanjang periode tersebut, Jawa Pos memuat
tiga berita terkait terpilihnya Darmin sebagai Gubernur BI yang baru, dan Kompas
juga memuat tiga berita.
Populasi di Jawa Pos :
- 22 Juli 2010
”Proses Pemilihan Gubernur Bank Indonesia Alot”
- 23 Juli 2010
”Darmin Nasution Gubernur BI Ke-14”
- 24 Juli 2010
”Catatan DPR Amanah yang Harus Dijalankan”
Populasi di Kompas :
- 22 Juli 2010
”Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak”
- 23 Juli 2010
- 24 Juli 2010
”Pasar Apatis Sambut Darmin”
Korpus dalam penelitian ini adalah suatu himpunan terbatas atau berbatas dari
unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama. Pendapat lain
juga ada yang mengatakan bahwa korpus adalah sekumpulan bahan yang berbatas,
yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam kesemenaan,
bersifat sehomogen mungkin (Kurniawan, 2001:70). Sifat yang homogen itu
diperlukan untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat
dianalisis secara keseluruhan.
Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita yang berkaitan dengan
terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia yaitu 22 Juli 2010 hingga 24
Juli 2010 di surat kabar KOMPAS dan Jawa Pos.Dengan rincian sebagai berikut,
Kompas memuat tiga berita, yaitu :
a. 22 Juli 2010 : ”Proses Pemilihan Gubernur Bank Indonesia Alot”
b. 23 Juli 2010 : ”Darmin Nasution Gubernur BI Ke-14”
c. 24 Juli 2010 : ”Catatan DPR Amanah yang Harus Dijalankan”
Sedangkan Jawa Pos memuat berita, yaitu :
a. 22 Juli 2010 : ”Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak”
b. 23 Juli 2010 : ”Darmin Terpilih Bersyarat”
3. 5. Teknik Pengumpulan Data
Data Penelitian tentang berita terpilihnya Darmin sebagai gubernur Bank
Indonesia yang dimuat oleh Kompas dan Jawa Pos 22 Juli 2010 hingga 24 Juli 2010
ini didapat dari pengumpulan secara langsung dari media yang dimaksud dan
mengidentifikasi isi berita yang berpedoman pada model analisis framing Pan dan
Kosicki. Data dari identifikasi tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui
perspektif media dalam mengkonstruksi suatu fakta untuk dimuat media dalam
bentuk berita.
3. 6. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis framing sebagai teknik dalam menganalisis
data penelitian ini. Analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan media ketika
menyeleksi isu dan menulis berita. Fakta mana yang ditonjolkan atau dihilangkan,
serta hendak kemana arah berita tersebut. Karenanya berita menjadi manipulatif dan
bertujuan mendominasi keberadaan subyek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif,
alamiah, wajar atau tak terelakkan (Sobur, 2009:162).
Metode analisis framing yang dipakai pada penelitian ini adalah model framing
Zhongdan Pan dan Gerald Kosicki, dengan menekankan framing pada empat struktur
besar yaitu sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Berita-berita mengenai terpilihnya
Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia yang dimuat oleh Kompas dan Jawa Pos
adalah sebagai gagasan utama, kemudian dianalisis berdasarkan perangkat framing
3. 7. Langkah-langkah Analisis Framing
Dengan menggunakan analisis framing model Pan dan Kosicki, peneliti akan
menguraikan langkah-langkah yang digunakan untuk penelitian ini. Berita-berita
yang dimuat dalam Kompas dan Jawa Pos mengenai seputar terpilihnya Darmin
sebagai Gubernur Bank Indonesia ini dianalisis dengan mengikuti langkah-langkah
dari perangkat framing milik Pan dan Kosicki,seperti diuraikan berikut ini:
Pertama menentukan frame dari gagasan utama (core frame), isu yang diajukan
sebagai ide sentral dari penelitian.yaitu berita yang memaparkan tentang seputar
terpilihnya Darmin sebagai Gubernur Bank Indonesia dari masing-masing media
yang akan diteliti, yaitu Kompas dan Jawa Pos.
Kedua, mengamati simbol-simbol yang ditampilkan oleh kedua media mengenai
ide sentral yang terbentuk. Kemudian simbol-simbol itu diidentifikasikan
menggunakan perangkat framing dengan melihat struktur sintaksis lewat skema
berita (headline, lead, latar informasi, kutipan sumber, pernyataan, penutup), struktur
skrip dari kelengkapan beritanya (5W+1H), struktur tematiknya dengan detail,
konherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti (paragraf, proposisi, kalimat, hubungan
antarkalimat), serta struktur retorisnya dengan mengamati leksikon, grafis, metafora
(kata, idiom, gambar / foto, grafik).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. 1. Profil Jawa Pos
Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949, sehingga Jawa Pos
terhitung sebagai salah satu surat kabar tertua yang ada di Indonesia. Saat awal
kemunculannya Jawa pos masih bernama Java Post, lalu berganti menjadi Djawa
Post lalu menjadi Jawa Pos dan bertahan hingga sekarang.
Prndiri Jawa Pos adalah The Chung Sen, sejarahnya beliau yang seorang
WNI kelahiran Bangka, tengah bekerja di sebuah kantor film di Surabaya. Pada saat
itu beliaulah yang bertugas untuk selalu menghubungi surat kabar agar pemuatan
iklan filmnya lancar. Dari sini pula The Chung Sen mengetahui bahwa memiliki
surat kabar ternyata menguntungkan. Maka didirikanlah Java Post. Saat itu, harian
ini tentunya juga dikenal sebagai harian Melayu - Tionghua. Sebab dari pengelolaan
hingga modal usahanya berasal dari kalangan tersebut. Harian ini tentu bukan
satu-satunya harian Melayu - Tionghua yang terbit di Surabaya. Yang menjadi saingan
Java Post dan merupakan harian beroplah besar saat itu adalah Perwata Soerabaia
Trompet Masyarakat dan Perdamaian. The Chung Sen tentunya melirik keuntungan
yang berhasil diraih oleh harian Perwata Soerabaia yang sudah berhasil
memantapkan diri sebagai koran dagang di Surabaya. Tetapi cita - cita dan
impiannya itu rasanya tidak pernah tercapai. Dalam perjalanan sebagai koran Melayu
- Tionghua yang berhaluan republiken, harian ini tidak pernah terkenal di kalangan
pembacanya, terutama keturunan Tionghua. Mereka misalnya lebih suka membaca
Perwata Soerabaia yang kiblatnya masih kearah tanah leluhur mereka. Sedang harian
Perwata Soerabaia. Jadi bisa dikatakan harian Jawa Pos saat itu sebagai harian
Melayu - Tionghua yang memiliki ciri khas tersendiri.
Masalah tentang persaingan itu tentu saja bukan satu-satunya masalah yang
dihadapi Jawa Pos saat itu. Karena waktu itu, masalah mereka baru diatur sekitar
tahun enam puluhan. Sehingga memihak kepada Republik dalam situasi masih jauh
dari konferensi Meja Bundar tentunya satu gagasan yang menarik buat dikaji. Ini
tentunya tak lepas dari wawasan The Chung Sen yang jauh ke depan. Jika hanya
untuk memperoleh uang,ia tentunya bisa memerintah pemimpin redaksinya untuk
berorientasi ketanah leluhur. Tapi itu tak pernah dilakukan, pemimpin redaksi
pertama adalah Goh Tjing Ilok. Yang kedua yang memangku itu sejak tahun 1953
adalah Thio Oen Sik. Keduanya memang dikenal sebagai orang-orang republikein
yang tak pernah goyah pendiriannya.
Dalam perkembangan selanjutnya The Chung Sen bisa disebut “raja” surat
kabar dari Surabaya. Beliaulah yang di tahun 1950 - an memiliki tiga surat kabar
sekaligus. Satu berbahasa Indonesia, satu berbahasa Tionghua, satu berbahasa
Belanda. Yang berbahasa Belanda itu kemudian diubahnya menjadi Indonesian Daily
News yang berbahasa Inggris. Sebab ketika Bung Karno gencar - gencarnya anti
Belanda, hal-hal yang berbau Belanda diubah. Termasuk koran milik The Chung
Sen,Vrije Pers. Sedangkan korannya yang berbahasa Tionghoa mengalami nasib
yang sama. Bahkan tidak bisa terbit sama sekali. Maka tinggalah Jawa Pos, bahkan
yang satu inipun kian hari kian redup. Apalagi The Chung Sen harus berpacu dengan
Perkembangan teknologi cetak juga kian sulit diikuti. Maka oplah Jawa Pos
pun terus menurun, sehingga di tahun 1982 lalu tinggal 6.700 eksemplar setiap hari.
Pelanggannya di dalam kota Surabaya tinggal 2.000 orang. Peredarannya di Malang
tinggal 350 lembar. Saking sedikitnya sampai-sampai kantor pusat mengurusi sendiri
yang jumlahnya cuma 40 orang.
Maka dalam keadaan fisiknya yang kian uzur dan didorong keinginan untuk
bisa dekat dengan anak-anaknya, The Chung Sen memutuskan untuk menyerahkan
pengelolaan Jawa Pos kepada pengelola majalah mingguan berita TEMPO,ini terjadi
pada 1 April 1982. Saat itu pun Dahlan Iskan yang kini menjadi direktur, masih
bekerja sebagai Kepala Biro TEMPO di Surabaya.
“Pak The (begitu panggilan untuk The Chung Sen) menyatakan tidak
mungkin lagi bisa mengembangkan Jawa Pos. Tapi Pak The tidak ingin surat kabar
yang mati begitu saja. Itulah sebabnya Jawa Pos diserahkan kepada pengelola yang
baru” ujar Dirut PT.Grafiti Pers, penerbit TEMPO, Eric Samola,SH yang kini juga
Direktur Utama PT. Jawa Pos.
Pak The memilih TEMPO dengan pertimbangan khusus.”TEMPO kan punya
belum punya surat kabar. Kalau saya serahkan kepada rekan yang sudah punya surat
kabar, tentunya surat kabar ini akan dinomorduakan”. Begitu kata Pak The saat itu.
Dengan pertimbangan seperti itu Pak The ingin perkembangan Jawa Pos tidak
Pak The sendiri diusianya ke-89 tahun akhirnya memilih berangkat ke Inggris
bersama istrinya, Megah Indah, yang berusia 71 tahun. Dia berpesan agar Jawa Pos
dikembangkan.
4. 1. 1. 1. Kebijakan Redaksional
Sebelum berita dimuat terlebih dahulu melewati penyeleksian dengan melihat
situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan, pemantauan berita tergantung
dari bobot berita yang dimunculkan oleh suatu berita. Semakin berbobot berita
tersebut, maka akan semakin luas dalam penulisannya. Secara tidak langsung bahwa
berita yang besar atau mendapat perhatian masyarakat banyak dan sedang menjadi
isu pembicaraan masyarakat akan mendapat porsi yang lebih banyak untuk dimuat
dan diulas dari berbagai aspek oleh JawaPos. Hal itu dilakukan Jawa Pos untuk
memenuhi keingintahuan masyarakat akan informasi yang dibutuhkan, Jawa Pos
mempunyai keinginan untuk memberikan kepuasan informasi kepada masyarakat.
Di bidang keredaksian kepeloporan Jawa Pos membuat berita besar dilakukan
dengan cara judul Jawa Pos dibuat besar menjadi empat, lima kolom atau bahkan
memenuhi seluruh kolom halaman satu. Ini sebuah perubahan besar dibidang
jurnalistik karena umumnya judul koran waktu itu dua kolom, berita juga dibuat dari
banyak sudut pandang. Selain itu Jawa Pos mempelopori penulisan feature yang
berisis berita-berita unik dan human interest.
Dalam pemuatan berita-berita politik Jawa Pos selalu memiliki prinsip bahwa
apa yang diberitakan adalah benar. Tetapi tidak semua kebenaran harus diberitakan.