• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Hasil dan Pembahasan

4.2.1. Analisis Berita Jawa Pos

4.2.1.1. Jawa Pos 22 Juli 2010, judul : “Darmin Dicecar Soal

Kamis, 22 Juli 2010, Jawa Pos memuat sebuah headline yang menarik terkait

proses pemilihan Gubernur Bank Indonesia yang baru. Seperti diketahui Gubernur

Bank Indonesia sebelumnya yaitu Boediono telah resmi mengundurkan diri dan ikut

dalam bursa pencalonan wakil presiden dan saat ini tengah menjabat sebagai Wakil

presiden Republik Indonesia. Oleh sebab itu proses pemilihan Gubernur Bank

Indonesia ini kemudian menjadi menarik karena calon yang diajukan oleh presiden

langsung ini merupakan calon tunggal. Maka Jawa Pos memuat berita seputar proses

fit and proper test dihalaman depan harian tersebut dengan judul : “Darmin dicecar

Soal Penanganan Kasus Pajak”.

Struktur Sintaksis yang diamati dalam struktur ini adalah headline, lead, latar

dan pengutipan nara sumber berita. Dari judul / headline yang dipilih oleh Jawa Pos

yaitu : “Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak”. Secara langsung judul ini

mengandung makna untuk mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa Darmin

sebagai calon Gubernur Bank Indonesia ternyata terkait banyak kasus pajak, terbukti

dari pemakaian kata “dicecar” dalam judul, yang artinya soal penanganan kasus

tersebut saat proses fit and proper test,Darmin ditanyai banyak pertanyaan tentang

kasus pajak yang terkait dengan dirinya. Sehingga secara tidak langsung Jawa Pos

mencurigai dan cenderung pesimis karena banyaknya kasus pajak yang ingin

diklasifikasikan kepada Darmin.

Pada lead yang digunakan Jawa Pos semakin memperjelas banyaknya kasus

pajak yang diklarifikasi pada Darmin.

“JAKARTA-Proses fit and proper test (uji kepatutan dan kelayakan) calon Gubernur Bank Indonesia (BI) menjadi ajang bagi Komisi XI DPR untuk mengklarifikasikan berbagai kasus pajak yang diduga terkait dengan Darmin Nasution. Saat ini Darmin menjabat deputi gubernur senior BI dan menjadi pejabat sementara (Pjs) gubernur BI.”

Dalam lead ini Jawa Pos terdapat kalimat yang berbunyi “proses fit and

proper test (uji kepatutan dan kelayakan) calon Gubernur Bank Indonesia (BI)

menjadi ajang bagi Komisi XI DPR untuk mengklasifikasikan berbagai kasus pajak

yang diduga terkait dengan Darmin Nasution” secara jelas disini Jawa Pos

menekankan bahwa ketika proses uji kelayakan dan kepatutan dilakukan atas Darmin

Nasution ternyata beliau telah ditengarai terlibat banyak kasus pajak. Dan oleh sebab

itu para anggota DPR Komisi XI ingin meminta kejelasan untuk kasus - kasus

tersebut.

Selanjutnya pada latar, Jawa Pos ingin memberikan informasi tentang sosok

Darmin Nasution sebelumnya, sehingga secara tidak langsung menimbulkan rasa

pesimis mengingat hal tersebut.

“Sebelum menjadi deputi gubernur senior BI, Darmin merupakan Dirjen Pajak Periode 2006-2009”.

Selain hal tersebut diatas Jawa Pos juga ingin mengingatkan banyaknya kasus

yang dipertanyakan oleh DPR yang berkaitan dengan beliau.

“Beberapa kasus pajak yang dimintakan klarifikasi kepada Darmin antara lain, kasus pajak Paulus Tumewu (Komisaris Ramayana Department Store), kasus pajak Halliburton, dan kasus mafia pajak Gayus Tambunan.”

Yang juga menjadi latar berita tersebut terdapat di paragraf ke-12 juga

dibeberkan oleh Jawa Pos bahwa selain kasus pajak Darmin juga dicurigai terkait

informasi mengenai harta kekayaannya.

“Selain kasus pajak, Darmin dicecar mengenai informasi harta kekayaannya. Anggota Komisi XI Edison Betaubun menanyakan informasi bahwa Darmin memiliki 41 SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum) yang tersebar di kawasan Jabodetabek.”

Kutipan narasumber secara tidak langsung tentang sedikit rasa pesimis

dengan sosok Darmin diungkapkan oleh Anggota Komisi XI dari FPDIP Maruarar

Sirait.

“Yang menjadi persoalan utama adalah kredibilitas. Ini erat berkaitan dengan berbagai kasus pajak yang diduga terkait dengan Bapak (Darmin). Sebelum DPR memutuskan Bapak layak atau tidak menduduki jabatan Gubernur BI, silahkan Bapak klarifikasi kasus-kasus tersebut ”, kata Maruarar kepada Darmin.

Kutipan narasumber lain yang secara tidak langsung juga mempertanyakan

kasus pajak yang diselesaikan oleh Darmin saat menjabat sebagai Dirjen Pajak .Yaitu

oleh anggota Komisi XI dari fraksi partai Golkar Nusron Wahid.

“Ini menjadi pertanyaan besar. Mengapa PK yang sudah ditolak empat kali tiba-tiba dikabulkan oleh Bapak. Padahal, tidak ada novum (keadaan atau bukti baru, red), ”tutur Nusron.

Kemudian dari struktur skrip dalam berita ini secara menyeluruh memuat

unsur (who) yaitu Darmin Nasution.Dan unsur (what) dalam berita ini adalah proses

fit and proper test Darmin, calon Gubernur BI yang baru, yang berlangsung pada

Rabu (21/7) pada pukul 10.00 sampai pukul 18.30 (when) di Gedung DPR (where).

Sejumlah anggota DPR telah mencecar Darmin dengan banyak pertanyaan seputar

kasus pajak yang dicurigai akan keterlibatannya (why). Secara bergantian Anggota

Fraksi PDIP menanyai kasus pajak Paulus tumewu, kemudian Anggota Fraksi Partai

Golkar menanyai kasus pajak Halliburton (how).

Pada struktur tematik,berita ini memiliki 3 tema sentral. Yang pertama adalah

Darmin,calon gubernur BI yang baru dalam proses fit and proper test diklarifikasi

oleh DPR terkait banyak kasus pajak yang menyangkut dirinya.

“Proses fit and proper test(uji kepatutan dan kelayakan) calon Gubernur Bank Indonesia (BI) menjadi ajang bagi Komisi XI DPR untuk mengklarifikasikan berbagai kasus pajak yang diduga terkait dengan Darmin Nasution.Saat ini Darmin menjabat deputi gubernur senior BI dan menjadi pejabat sementara (Pjs) gubernur BI.”

Dalam tema pertama tersebut terdapat kata “berbagai kasus pajak” yang

Oleh Jawa Pos berusaha untuk menjelaskan bahwa kasus pajak yang terkait dengan

Darmin Nasution lebih dari satu kasus pajak. Pada tema tersebut terdapat elemen

detail, yakni mengenai detail kasus yang salah satunya dengan jelas mengemukakan

sebuah kejanggalan terhadap kasus Halliburton yang ditangani Darmin Nasution saat

Elemen detail itu termasuk angka nominal tunggakan pajak yang diloloskan

Darmin Nasution, yang terdapat di paragraf ke-6. Kemudian kronologi permohonan

dalam kasus pajak Halliburton yang juga dikabulkan dan terdapat pada paragraf ke-8.

“Hal itu terjadi setelah Paulus membayar tunggakan pajak Rp 7, 4 Miliar dan denda 400 persen”

“Kemudian, dua minggu setelah itu, Darmin Nasution yang baru menjabat Dirjen pajak mengabulkan PK tersebut”

Tema keduanya adalah membahas satu persatu anggota DPR meminta

klarifikasi Darmin terkait banyak kasus pajak juga tentang harta kekayaannya. Dalam

tema ini mengandung koherensi sebab-akibat dan koherensi penjelas. Koherensi

sebab-akibat ada pada paragraf ke-6 ada kata “sebab”yang menjelaskan pertanyaan

Maruarar Sirait, salah satu anggota DPR fraksi PPDIP tentang pelanggaran kasus

pajak Paulus Tumewu yang saat itu Darmin menjabat sebagai Dirjen Pajak.

“Maruarar menyebutkan kasus pajak Paulus Tumewu diindikasikan melanggar undang-undang. Sebab setelah dilakukan penyidikan dan masuk proses penuntutan, kasus tersebut dihentikan..”

Koherensi penjelas terdapat pada paragraf 11 saat Anggota Komisi XI DPR

Edison Betaubun yang menanyakan Darmin tentang kepemilikan 41 SPBU. Dari kata

“memiliki” dalam paragraf tersebut menunjukkan bahwa Darmin adalah pemilik dari

41 SPBU yang tersebar di kawasan Jabodetabek.

“Selain kasus pajak,Darmin dicecar mengenai informasi harta kekayaannya.Anggota Komisi XI Edison Betaubun menanyakan informasi bahwa Darmin memiliki 41 SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum) yang tersebar di kawasan Jabodetabek.”

Tema ketiga dalam berita ini adalah yang menjadi sorotan Darmin untuk

memperbaiki perekonomian negara. Pada tema ini terdapat elemen detail dan

Koherensi sebab-akibat yang dimaksud dalam berita ini ada pada paragraf 19.

Hal ini dapat terlihat dari adanya elemen detail pada kata “akibat” yang menjelaskan

meski BI menurunkan suku bunga perbankan masih lamban merespon berakibat

bunga kredit tetap berada diatas 10 persen. Kalimat dalam paragraf tersebut

menunjukkan rasa pesimis atas kebijakan Darmin yang bahwa meskipun melakukan

penurunan suku bunga namun perbankan masih lambat merespon.

“Darmin mengakui, meski BI menurunkan suku bunga acuan BI rate ke level 6,5 persen, perbankan masih lamban merespons. Akibatnya, bunga kredit perbankan saat ini berada di atas 10 persen..”

Struktur Retoris yang terkandung pada berita ini yaitu pada kata “dicecar”

yang dipilih di judul yang berarti Darmin secara terus menerus ditanya tentang soal

kasus pajak yang berkaitan dengan dirinya. Selain itu unsur grafis terdapat pada foto-

foto yang menyertainya. Foto pertama yaitu foto Darmin Nasution yang sedang

menempelkan dagu pada tangan yang memegang ballpoint.Hal ini menggambarkan

bahwa Darmin sedang berpikir keras pada saat proses fit and proper test tersebut.

Foto kedua yaitu foto unjuk rasa yang menggambarkan puluhan orang membawa

spanduk bertuliskan “TOLAK DARMIN” dan unsur metafora terdapat pada gambar

darmin yang dicoret menyerupai drakula. Foto ini seakan-akan menggambarkan

adanya penolakan sebagian masyarakat pada sosok Darmin yang menjadi calon

Tabel 3.

Frame Berita “Darmin Dicecar Soal Penanganan Kasus Pajak”

Elemen Strategi Penulisan

Sintaksis Banyak kasus pajak yang terkait dengan

Darmin selama menjabat sebagai Dirjen pajak

Skrip Menekankan pada kasus-kasus yang

melibatkan Darmin.

Tematik 1. Darmin,calon gubernur BI yang

baru dalam proses fit and proper

test.

2. DPR meminta klarifikasi Darmin. 3. Strategi Darmin untuk perbankan

Indonesia.

Retoris Adanya foto-foto yang menjelaskan isi

berita secara tidak langsung.

Dokumen terkait