• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Beban Kerja Stakeholders dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kubis di Agam, Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Beban Kerja Stakeholders dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kubis di Agam, Sumatera Barat"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BEBAN KERJA

STAKEHOLDERS

DALAM

AKTIVITAS RANTAI PASOK KOMODITAS KUBIS

DI AGAM, SUMATERA BARAT

RESTU RAHMANA PUTRA

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Beban Kerja Stakeholders Dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kubis di Agam, Sumatera Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Restu Rahmana Putra

(4)

SUKMAWATI dan LINDAWATI KARTIKA.

Saat ini berbagai bisnis di Indonesia semakin berkembang, salah satunya adalah agribisnis. Organisasi memerlukan sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk melakukan pekerjaan sesuai deskripsi dan pekerjaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis perbandingan penggunaan waktu kerja stakeholders rantai nilai dari petani sampai dengan end user pada komoditas kubis di Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Sumatera Barat berdasarkan analisis beban kerja melalui perhitungan Full Time Equilvalent (FTE) dan (2) Menganalisis peluang efektivitas dan efisiensi aktivitas rantai pasok stakeholders melalui business prosess mapping berdasarkan kondisi existing

dalam rangka meningkatkan daya saing petani deri segi harga dan kualitas (3) Menganalisis distribusi nilai tambah stakeholders berdasarkan aktivitas melalui analisis nilai tambah Hayami. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah perhitungan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan analisis beban kerja melalui Full Time Equilvalent (FTE). Hasilnya menunjukkan bahwa petani memiliki beban kerja yang lebih tinggi. Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi rantai nilai

stakeholders petani harus menggunakan teknologi.

Kata kunci: beban kerja, full time equivalent (FTE), komoditas kubis, rantai pasok.

ABSTRACT

RESTU RAHMANA PUTRA. Workload Analysis of the Stakeholders of Cabbage Supply Chain Activity in Agam Residence, West Sumatera. Supervised by ANGGRAINI SUKMAWATI and LINDAWATI KARTIKA.

Nowadays various businesses in Indonesia are growing and one of them is agribusiness. organization requires human resources who are effective, efficient to perform the work according to the description and work. The objective of this study were: (1) analyzing the comparative use of value chain stakeholders’s working time from farmer to end user on cabbage commodity as highland vegetable based workload analysis through the calculation Full Time Equivalent (FTE) and (2) analyze effectiveness and efficiency of activity opportunities through business process mapping on the stakeholders based on existing condition in order to improving the competitiveness of farmers in terms of price and quality and (3) analyze value added distribution of each stakeholders based on activities conducted through the Hayami value added analysis The data used in this study were primary data and secondary dataSampling was done by using purposive sampling method. Analysis tools were work analysis, calculation of required employee according to the Minister of Administrative Reform’s decree, and workload analysis through Full Time Equivalent (FTE). These results showed that farmers had excessive load. In order to achieve the effectiveness and the efficiency of stakeholder’s value chain farmer have to use the advanced technology.

(5)

ANALISIS BEBAN KERJA

STAKEHOLDERS

DALAM AKTIVITAS

RANTAI PASOK KOMODITAS KUBIS

DI AGAM, SUMATERA BARAT

RESTU RAHMANA PUTRA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Beban Kerja Stakeholders dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kubis di Agam, Sumatera Barat

Nama : Restu Rahmana Putra

NIM : H24090051

Disetujui oleh,

Pembimbing I

Dr Ir Anggraini Sukmawati, MM

Pembimbing II

Lindawati Kartika, SE, M.Si

Diketahui oleh

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen

(8)

dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Semoga sholawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februri 2013 berjudul A Analisis Beban Kerja Stakeholders Dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kubis di Agam, Sumatera Barat Analisis Beban Kerja Stakeholders Dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kubis di Agam, Sumatera Barat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir.Anggraini Sukmawati, MM dan Ibu Lindawati Kartika, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Muhammad Syamsun Msc selaku dosen penguji Departemen Manajemen. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rosalyn Hazairina yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar hasil penelitian ini. Di samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada DIKTI Hibah Stranas, Bapak Jon Ismedi selaku Ketua UPT. BP4K2P Kecamatan Baso, Bapak M. Ridwan St. Rajo Endah selaku Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bersaudara, Bapak Gusdanur Dt. Itam selaku Wali Nagari Koto Tinggi, Ibu Gusneti dari PPL Koto Tinggi, Bapak Ediwarman beserta pengurus dan anggota petani dari Kelompok Tani Solok Agro yang telah membantu selama pengumpulan data. Kemudian penghargaan juga penulis sampaikan kepada Perhimpunan Orangtua Mahasiswa (POM) IPB dan bapak Prof. Dr. Ir. H. Bunasor Sanim, M.sc yang telah memberikan beasiswa pendidikan ketika menjalani perkuliahan di IPB. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada saudara Achmad Fachruddin yang telah menjadi perantara inspirasi agar penulis belajar lebih baik. Ungkapan terima kasih terbesar juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, adik serta seluruh keluarga atas segala kasih sayang dan doa yang tidak pernah putus. Terakhir penulis sampaikan salam semangat dan terima kasih atas segala dukungan dari rekan-rekan keluarga besar Manajemen 46 IPB, Direktorat Kemahasiswaan IPB, Lorong Tiga Asrama C1 IPB 2009, Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang (IPMM) Bogor, BEM FEM IPB 2010-2012, BEM KM IPB 2012, Kementerian Pendidikan KM IPB 2012, dan Rumah Tahfidzh Al Fathon.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak, ibu, dan rekan-rekan semua dengan balasan terbaik pada kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Penelitian Terdahulu 5

METODOLOGI PENELITIAN 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Model Distribusi Rantai Pasok Sayuran Kubis di Kabupaten Agam 9

Business Process Mapping 11

Analisis Pekerjaan Melalui FTE 11

Optimalisasi waktu kerja dengan perhitungan FTE 12

Pengukuran beban kerja 12

Analisis Nilai Tambah 14

Implikasi Manajerial 17

KESIMPULAN DAN SARAN 19

Kesimpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

(10)

DAFTAR TABEL

1 Data luas tanam, panen dan produksi komoditas pertanian di wilayah

Kecamatan Baso Tahun 2011 2

2 Data jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Baso 2

3 Beban kerja stakeholders melalui perhitungan FTE 8

4 Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami 8

5 Aktivitas anggota rantai pasok kubis anggota Kelompok Tani Solok Agro 10

6 Analisis beban kerja petani 13

7 Perhitungan FTE setelah dilakukan improvement pada analisis stakeholders

komoditas kubis 13

8 Perhitungan nilai tambah untuk petani 14

9 Perhitungan nilai tambah untuk pengumpul 15

10 Perhitungan nilai tambah untuk pedagang 16

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran analisis beban kerja sumber daya manusia dalam aktivitas rantai nilai komoditas kubis sebagai sayuran dataran tinggi, Kab.

Agam, Sumatera Barat 6

2 Struktur rantai pasok kubis gabungan kelompok tani di Jorong Koto Gadang,

Nagari Koto Tinggi, Kabupaten Agam 9

3 Business process mapping pada distribusi komoditas kubis di Kabupaten

Agam 11

4 Implikasi manajerial analisis beban kerja stakeholderss komoditas kubis di

Kabupaten Agam 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan FTE petani 23

2 Proses pekerjaan yang dilakukan oleh pedagang atau pengumpul 24 3 Perhitungan FTE setelah dilakukan improvement pada analisis stakeholders

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persaingan bisnis saat ini semakin kompetitif, dinamis dan cenderung sulit diprediksi. Negara-negara ASEAN di Bali pada tahun 2003 telah menyepakati bawah Asean Economis Comunnity (AEC) akan dilaksanakan pada akhir 2015. Dengan diberlakukannya AEC maka hambatan tarif dan non-tarif komoditas pertanian di hapuskan sehingga Indonesia harus menyiapkan komuditas pertanian yang memiliki daya saing. Melihat bahwa sektor pertanian masih tertinggal dan dibebani volume impor komoditas pangan dan hortikultura; kegagalan panen akibat kemarau dan gangguan hama; serta petani Indonesia rata-rata berusia 55-60 tahun dan tidak memiliki pengetahuan dan pendidikan yang memadai akan menyulitkan memasuki pasar bebas ASEAN (Setneg 2014).

Penyediaan komoditas hortikultura khususnya sayuran seharusnya dapat teratasi dengan kesediaan pasokan sayuran dari pemasok dataran tinggi. Namun potensi tersebut terhambat oleh kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas dan rendahnya kesejahteraan pemasok, dalam hal ini petani. Petani kurang memiliki pengetahuan dalam meningkatkan daya saing produk sehingga berimplikasi terhadap rendahnya pendapatan yang diterima. Petani tidak memiliki perencanaan kerja yang berorientasi pada efisiensi dan efektivitas penggunaan tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja yang efisien dan efektif didukung oleh adanya spesifikasi pekerjaan (job specification). Spesifikasi pekerjaan disusun berdasarkan uraian pekerjaan dengan menjawab pertanyaan tentang ciri, karakteristik, pendidikan, pengalaman, dan yang lainnya dari orang yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut dengan baik (Hasibuan 2005).

Dataran tinggi di Indonesia yang berpotensi dalam memproduksi komoditas sayuran yaitu Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Sektor pertanian Provinsi Sumatera Barat merupakan sektor yang paling berkontribusi terhadap pembentukan PDRB. Pada tahun 2013 sektor pertanian menyumbang 22,2 persen, di mana subsektor tanaman pangan dan hortikultura mengungguli subsektor lainnya yaitu sebesar 12,33 persen (BPS 2013). Tingginya kontribusi subsektor tanaman pangan dan hortikultura dalam pembentukan PDRB sektor pertanian menggambarkan bahwa pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan andalan utama bagi Provinsi Sumatera Barat.

Stakeholders dalam rantai pasok komoditas kubis di Kabupaten Agam yaitu petani, pengumpul dan pedagang sebelum sampai ke end user (konsumen). Rendahnya kesejahteraan pemasok (dalam hal ini petani) merupakan akibat adanya transmisi harga dari pasar konsumen ke pasar produsen yang relatif rendah. Jika terjadi kenaikan harga di tingkat konsumen, kenaikan harga yang diterima petani lebih rendah dibanding kenaikan harga yang dibayar konsumen, disisi lain, jika harga di tingkat konsumen turun, maka petani adalah stakeholders

(12)

yang panjang dapat menyebabkan harga di pemasok sangat rendah, sedangkan harga jual yang diterima konsumen tinggi.

Sebaran daerah sentra produksi sayuran dataran tinggi Sumatera Barat terdapat di Kabupaten Agam dan Kabupaten Solok. Kabupaten Agam memproduksi sayuran dengan tingkat produksi terbanyak setiap tahunnya. Salah satu kecamatan sentra produksi sayuran di Kabupaten Agam adalah Kecamatan Baso. Daerah Nagari Koto Tinggi merupakan sentra produksi sayuran di Kecamatan Baso (Tabel 1). Daerah tersebut memiliki areal tanam terluas, jumlah panen terbanyak, dan jumlah produksi terbanyak pada semua jenis sayuran. Sayuran kubis memiliki jumlah produksi terbanyak dari semua jenis sayuran, dimana daerah Nagari Koto Tinggi berkontribusi sebesar 69 persen dari produksi sayuran tersebut.

Tabel 1 Data luas tanam, panen dan produksi komoditas pertanian di wilayah Kecamatan Baso Tahun 2011

No Nagari

Jenis tanaman , luas tanam, panen (Ha) dan produksi (ton)

Kubis Sawi Buncis

Tanam Panen Produksi Tanam Panen Produksi Tanam Panen Produksi

1 Tabek

Sumber : Badan Pelaksana Penyuluhan Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Sumatera Barat (2012) (diolah)

Begitu pula dari sisi mata pencaharian penduduk, semua nagari di Kecamatan Baso didominasi oleh penduduk bermatapencaharian sebagai petani. Jumlah petani yang paling banyak terdapat di nagari Koto Tinggi yaitu sebanyak 7124 petani, sedangkan jumlah petani yang paling sedikit berada di nagari Koto Baru yaitu sebanyak 1475 petani. Secara lengkap data tersebut ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Data jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Baso

No Nagari Petani Non petani

(13)

Rumusan Masalah

Meskipun sayuran kubis paling banyak diproduksi, namun jumlah penerimaan yang diperoleh petani masih belum sesuai dengan risiko yang ditanggung oleh petani. Salah satu permasalahan yang mendasar adalah masih lemahnya kemampuan sumber daya manusia dan kurang terstrukturnya pengelolaan dari setiap kegiatan. Struktur pengelolaan kegiatan mencakup uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, dan beban kerja petani. Kondisi tersebut menyebabkan efektifitas dari suatu pekerjaan tidak dapat diukur.

Untuk itu diperlukan suatu alat yang dapat mengukur efektifitas pengerjaan kegiatan pertanian dan beban kerja petani berdasarkan jumlah waktu kerja yang tersedia dan waktu yang dihabiskan pada setiap tahapan (elemen) pekerjaan. Total waktu diambil oleh semua elemen dari pekerjaan disebut waktu standar. Waktu standar adalah waktu yang harus diambil oleh seorang karyawan rata-rata untuk menyelesaikan pekerjaan di bawah standar (normal) kondisi kerja (Lal dan Srivastava 2009).

Perumusan masalah dalam penelitian ini menganalisis rantai pasok dan beban kerja dalam prores rantai pasok komoditas kubis dari petani Anggota Kelompok Tani Solok Agro, Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Sumatera Barat sampai ke konsumen sebagai berikut :

1. Bagaimana perbandingan penggunaan waktu kerja produktif dan tidak produktif dari petani sampai dengan end user pada komoditas kubis di Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Sumatera Barat berdasarkan analisis beban kerja melalui perhitungan Full Time Equilvalent (FTE)?

2. Bagaimana peluang efektivitas dan efisiensi aktivitas rantai pasok

stakeholders melalui business prosess mapping berdasarkan kondisi existing

dalam rangka meningkatkan daya saing petani deri segi harga dan kualitas pada komoditas kubis di Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Sumatera Barat?

3. Bagaimana distribusi nilai tambah yang didapat oleh masing-masing

stakeholders berdasarkan aktifitas yang dilakukan melalui analisis nilai tambah Hayami?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis penggunaan waktu kerja stakeholders pada komoditas kubis di Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Sumatera Barat berdasarkan analisis beban kerja melalui perhitungan Full Time Equilvalent (FTE)

2. Menganalisis peluang efektivitas dan efisiensi aktivitas rantai pasok

stakeholders melalui business prosess mapping berdasarkan kondisi existing

dalam rangka meningkatkan daya saing petani deri segi harga dan kualitas 3. Menganalisis distribusi nilai tambah stakeholders berdasarkan aktivitas

melalui analisis nilai tambah Hayami.

Ruang Lingkup Penelitian

(14)

sayuran dataran tinggi pada daerah Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Sumatera Barat melalui analisis deskriptif dan perhitungan Full Time Equivalent

(FTE). Keterbatasan dari penelitian ini adalah belum pernah dilakukan analisis beban kerja terhadap petani dan juga alat analisis yang digunakan adalah alat analisis untuk mengukur kinerja karyawan.

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen rantai pasok adalah perencanaan terintegrasi, koordinasi, dan kontrol dari seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasok untuk mengalirkan nilai terbaik kepada konsumen, dalam jaringan rantai pasok pertanian, jumlah dari pemasok dan proses bisnis lebih dari satu pemasok dan lebih dari satu proses bisnis yang dapat diidentifikasi. Proses paralel dan berurutan dapat terjadi dalam satu waktu pada rantai pasok pertanian (Vorst 2006). Rantai pasok adalah jejaring fisik dan aktivitas yang terkait dengan aliran bahan dan informasi di dalam atau melintasi batas-batas perusahaan. Sebuah rantai pasok akan terdiri dari rangkaian proses pengambilan keputusan dan eksekusi yang berhubungan dengan aliran bahan, informasi dan uang. Proses dari rantai pasok bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan mulai dari produksi sampai konsumen akhir. Rantai pasok bukan hanya terdiri dari produsen dan pemasoknya tetapi mempunyai ketergantungan dengan aliran logistik, pengangkutan, penyimpanan atau gudang, pengecer dan konsumen akhir itu sendiri (Hadiguna 2010).

Manajemen rantai pasokan merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir dengan mengkordinasikan arus barang, arus informasi dan arus finansial antar rantai. Tujuannya ntuk melakukan efektifitas dan efisiensi aliran produk, finansial,dan informasi di antara pelaku rantai pasok, mulai dari pemasok hingga pelanggan. Efisiensi manajemen rantai pasok yaitu mampu menyalurkan produk ke konsumen tepat waktu sertadengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan permintaan konsumen. Selain itu, mampu mengalirkan dana dari harga yang dibayarkan oleh konsumen secara adil sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh anggota rantai pasokan (Simanjuntak 2013).

Efisiensi merupakan hubungan antara faktor input yang langka dengan output barang dan jasa. Hubungan ini dapat diukur secara fisik (efisiensi teknik) atau secara biaya (efisiensi ekonomi) Konsep efisiensi dipergunakan sebagai kriteria dalam penilaian seberapa baik pasar mengalokasikan sumberdaya (Pass dan Lowes 1997).

(15)

Penelitian Terdahulu

Septini Putri A (2013) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Beban kerja

Stakeholders dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kentang di Berasragi, Sumatera Utara”. Pada penelitiannya penulis menyebutkan bahwa waktu kerja yang digunakan dalam rantai pasok stakeholders pada komoditas kentang berdasarkan analisis beban kerja melalui perhitungan Full Time Equilvalent (FTE) masih belum optimal. Hal ini dikarenakan oleh penggunaan cara-cara yang masih tradisional sehingga beberapa aktifitas yang ada pada petani masih memakan waktu yang cukup lama. Perhitungan distribusi nilai tambah yang didapat oleh masing-masing stakeholders berdasarkan aktifitas yang dilakukan melalui analisis nilai tambah Hayami belum merata. Aktifitas terbanyak terdapat pada petani namun nilai tambah terbanyak justru didapatkan oleh eksportir. Hal ini dapat diatasi dengan business process reengineering melalui pemberian penyuluhan kepada petani tentang kontrak bisnis serta training guna meningkatkan kompetensi petani untuk memperluas pasar petani, trust building, improvement,

budidaya organik dan relationship building. Harga beli ke tingkat petani yang dilakukan oleh pengumpul berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh kuantitas kentang yang ada pada petani, pengumpul akan menawar harga apabila semakin banyak supply yang ada pada petani.

Adawiyah (2013) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Beban Kerja Sumber Daya Manusia dalam Aktivitas Produksi Komoditi Sayuran Selada (Studi Kasus: CV Spirit Wira Utama) “ penulis menyebutkan bahwa waktu kerja yang digunakan dalam aktivitas produksi komoditi sayuran selada berdasarkan analisis beban kerja melalui perhitungan FTE pada CV Spirit Wira Utama masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai FTE untuk SDM pada aktivitas off farm dan on farm dikategorikan underload yang artinya jumlah beban kerja SDM pada bagian teknik, bagian produksi, bagian keuangan dan bagian pemasran serta karyawan kebun masih dibawah beban kerja optimal. Sementara itu dari hasil perhitungan FTE juga dapat dilihat jumlah kebutuhan karyawan ideal untuk memproduksi sayuran selada pada CV Spirit Wira Utama untuk aktivitas off farm yaitu untuk bagian teknik dan produksi, bagian keuangan dan bagian pemasaran masing-masing membutuhkan satu orang karyawan, serta untuk aktivitas on farm yaitu bagian kebun juga memerlukan satu orang karyawan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dimulai dari pengumpulan informasi dengan mewawancarai seluruh stakeholders yang terkait dalam aktivitas rantai pasok pada komoditas sayuran dataran tinggi. Langkah selanjutnya adalah penentuan beban kerja

(16)

waktu kerja efektif dari petani sampai dengan end user pada komoditas sayuran dataran tinggi. Kemudian output tersebut akan dilanjutkan pada implikasi manajerial. Dari implikasi manajerial akan diketahui waktu kerja dan peluang aktivitas paling efektif pada rantai pasok stakeholders berdasarkan kondisi

exsisting rantai pasok komoditas kubis di kabupaten Agam. Adapun alur kerangka pemikiran berdasarkan uraian diatas dapat dilihat pada Gambar 1.

Penelitian ini dilaksanakan di sentra produksi sayuran di Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Sumatera Barat selama tiga bulan dimulai pada September 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu kulaitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang diambil berupa informasi mengenai tugas-tugas pokok pekerjaan

stakeholders terkait aktivitas rantai pasok pada komoditas kubis, sedangkan data kuantitatif berupa angka beban tugas pokok atau beban kerja pada stakeholders

rantai pasok komoditas kubis. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama yaitu dari stakeholders terkait aktivitas rantai pasok pada komoditas kubis dengan cara pengamatan langsung (observasi) dan wawancara yang mendalam. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, dokumen Gambar 1 Kerangka Pemikiran analisis beban kerja sumber daya manusia dalam aktivitas rantai nilai komoditas kubis sebagai sayuran dataran tinggi, Kab. Agam,

Sumatera Barat

Pengoptimalan waktu kerja stakeholders berdasarkan FTE

PROSES

Pengukuran kebutuhan waktu kerja

Aktifitas rantai pasok stakholder yang ideal

OUTPUT

Implikasi Manajerial

Waktu kerja dan peluang aktifitas yang efektif

Penentuan beban kerja

Analisis pekerjaan, business process

mapping, analisis nilai tambah

Beban keja stakeholders

INPUT

(17)

institusi dan situs internet.

Pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Responden yang diambil pada penelitian ini adalah stakeholders yang terkait aktivitas rantai pasok pada komoditas sayuran dataran tinggi. Pengolahan dan Analisis Data, Langkah pertama yang dilakukan dalam pengolahan data yaitu memasukkan data mengenai frekuensi rata-rata tugas pokok pekerjaan yang dilakukan dan standar kemampuan rata-rata waktu penyelesaian tugas-tugas pokok pekerjaan responden. Melalui data tersebut, kemudian menghitung WPT (waktu penyelesaian tugas) yang dikonversikan selama satu tahun. WPT tersebut di konversi menjadi beban kerja responden yang diamati dengan satuan menit per tahun. Langkah kedua yaitu menghitung Full Time Equivalent (FTE). FTE akan didapatkan dari beban kerja responden selama pengerjaan satu hektar lahan pertanian. Dari perhitungan FTE tersebut, maka akan dapat dilihat jumlah beban kerja para stakeholders pada rantai pasok komoditas.

Berdasarkan standar kemampuan rata-rata pencapaian waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas pokok serta kuantitas beban tugas dalam pengerjaan satu hektar lahan pertanian dapat diketahui beban kerja untuk setiap tugas-tugas pokok. Besarnya frekuensi melakukan aktivitas dalam satuan waktu menunjukkan besarnya beban kerja.

Metode perhitungan kebutuhan tenaga kerja yang digunakan yaitu perhitungan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja dengan pendekatan tugas per tugas jabatan. Langkah-langkah perhitungan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja dengan pendekatan tugas per tugas jabatan sesuai

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai berdasarkan Beban Kerja dalam rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil yaitu sebagai berikut:

a. Menetapkan waktu kerja

Waktu kerja yang dimaksud adalah waktu kerja efektif, artinya waktu kerja yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas hari kerja efektif dan jam kerja efektif. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi hari libur dan cuti. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Hari Kerja Efektif = (A – (B + C + D)

Keterangan : A = jumlah hari menurut kalender

B = jumlah hari sabtu dan minggu dalam setahun C = jumlah hari libur dalam setahun

D = jumlah cuti tahunan b. Menganalilis beban kerja

(18)

Tabel 3 Beban kerja stakeholders melalui perhitungan FTE

WA : waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikan pekerjaan WPT : jumlah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan

FTE : Full Time Equivalent

TTU : jumlah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu pekerjaan SW : satuan waktu yang digunalan (menit/tahun)

c. Metode nilai tambah Hayami

Nilai tambah menurut Gittinger (1986) dalam Tarigan (1998) adalah nilai output dikurangi nilai input yang dibeli dari luar. Besarnya nilai tambah tersebut dinyatakan secara matematik menggunakan metode Hayami. Besarnya nilai tambah tersebut dinyatakan secara matematik menggunakan metode Hayami. Data mengenai analisa nilai tambah yang diperoleh dari wawancara dengan anggota rantai pasok. Perhitungan nilai tambah pengolahan dengan metode Hayami dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami

No Variabel Nilai

7 Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) (7)

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Distribusi Rantai Pasok Sayuran Kubis di Kabupaten Agam

Dalam rantai pasok sayuran kubis di Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Kabupaten Agam, memiliki pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan Rantai pasok, yaitu petani, pengepul, dan pedagang pasar tradisional. Model rantai pasokan sayuran yang sesuai dengan kegiatan pertanian kubis sebagai berikut.

Gambar 2 Struktur rantai pasok kubis gabungan kelompok tani di Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Kabupaten Agam

Aliran komoditas kubis pada model rantai pasokan diatas terbagi menjadi dua rantai, yaitu :

1. Struktur rantai pasokan 1

Gabungan Kelompok Tani di Jorong Koto Gadang, Nagari Koto Tinggi, Kabupaten Agam, terdiri dari beberapa anggota Kelompok Tani, antara lain: a. Anggota Kelompok Tani Amanah

b. Anggota Kelompok Tani Tunas Budaya c. Anggota Kelompok Tani Bumi Harapan d. Anggota Kelompok Tani Tunas Baru e. Anggota Kelompok Tani Solok Agro

Dalam penelitian ini, lebih memfokuskan kepada Anggota Kelompok Tani Solok Agro dengan jumlah petani sebanyak 19 orang dengan perbandingan Jumlah anggota petani laki-laki sebanyak 15 orang dan petani perempuan sebanyak 4 orang. Pada struktur organisasi Anggota Kelompok Petani Solok Agro telah memiliki Seksi Pemasaran yang memilik tugas salah satunya adalah mengontrol para pengepul. Beberapa pengepul memang telah melakukan kerjasama setiap hasil panen (langganan) dan ada pula yang melakukan kerjasama pada saat-saat hasil panen tertentu saja. Pengepul melakukan pengemasan (hanya pengemasan secara tradisional dan standar) kemudian dijual kepada pedagang-pedagang di pasar tradisional.

a. Petani ke pengumpul

Harga input petani per kg = Rp 1.500

Harga jual rata-rata ke pengumpul per kg = Rp 2.200 Marjin = Rp 700

Petani Pengepul Pedagang Pasar Tradisional

(20)

b. Pengumpul ke pedagang

Harga beli dari petani = Rp 2.200

Harga jual ke pedagang pasar induk = Rp 3.500 Marjin = Rp 1.300

c. Pedagang ke pasar tradisional

Harga beli dari pengumpul = Rp 3.500 Harga jual ke konsumen = Rp 4.000 Margin = Rp 500

Total margin = Margin A + Marjin B

= Rp 700 + Rp 1300 + Rp 500 = Rp 2.500,-

2. Struktur rantai pasokan 2

Berbeda dengan struktur rantai pasokan yang bekerjasama dengan pengepul, pada struktur rantai pasokan ini, hasil kubis yang telah dipanen dan siap jual, distribusikan langsung oleh para petani sendiri ke masyarakat di pasar-pasar Tradisonal. Setiap anggota rantai pasokan kubis mempunyai peran yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Peran masing-masing anggota dalam model rantai pasokan kubis dijelaskan pada Tabel 5.

1. Petani ke pasar tradisional

Harga input petani per kg = Rp. 1500

Harga jual rata-rata ke pasar tradisional per kg = Rp. 3500 Marjin = Rp. 2000

Total margin = Margin A = Rp. 2000,-

Tabel 5 Aktivitas anggota rantai pasok kubis anggota Kelompok Tani Solok Agro

Tingkatan Anggota Proses Aktivitas

Produsen Petani (Ketua, Wakil,

Melakukan pembelian bahan dan alat pertanian dari pemasok, budidaya tanaman kubis, kontrol distribusi terhadap pengepul, penjualan ke distributor maupun langsung kepada masyarakat

Melakukan pembelian hasil panen kubis, melakukan sortasi sesuai dengan hasil tanaman (kualitas baik atau buruk), melakukan pengemasan secara tradisional dan standar, melakukan penjualan kepada produk pedagang tradisional

Konsumen Masyarakat umum Pembelian Melakukan pembelian kubis dari distributor dan petani secara langsung.

(21)

Business Process Mapping

Menurut Anderson (2009) Business process mapping mengacu pada kegiatan yang terlibat dalam mendefinisikan apa yang dilakukan dalam suatu usaha, siapa yang bertanggung jawab, serta bagaimana suatu proses bisnis harus dilakukan.

Gambar 3 Business process mapping pada distribusi komoditas kubis di Kabupaten Agam

Analisis Pekerjaan Melalui FTE

Full Time Equivalent (FTE) adalah jumlah jam kerja yang mewakili satu waktu penuh stakeholders selama periode waktu tetap, seperti satu bulan atau satu tahun. Sebelum menentukkan FTE, terlebih dahulu mengetahui beban kerja pada masing-masing stakeholders dari rantai pasok komoditas sayuran kubis ini. FTE bertujuan untuk menyederhanakan pengukuran kerja dengan mengubah jam kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Dalam kasus ini, nilai FTE tidak dapat diukur pada ukuran underload atau overload dari setiap

stakeholders karna petani dan pedagang memiliki fungsi kerja yang tidak berfokus pada satu komoditas sehingga tidak dapat dikatan bahwa petani tersebut memiliki beban kerja yang berlebihan. Beban kerja dari masing masing stakeholders yang

Proses di Pengumpul

1. Melakukan packaging hasil panen yang akan dilakukan 2. Mendistribusikan serta menjual

hasil panen ke beberapa pasar tradisional di daerah sekitar 3. Berkoordinasi Ketua Bidang

Pemasaran Kelompok Tani

Proses di petani

1. Membersihkan lokasi tempat penyemaian dari gulma

2. Mengumpulkan sisa pembersihan (untuk dijadikan kompos atau dibuang)

3. Membuat bedengan

4. Menaburkan pupuk kompos atau pupuk kandang

5. Menyiram bedengan hingga basah 6. Membiarkan bedengan selama 7-15 hari 7. Menaburkan benih

8. Memagar persemaian agar terhindar dari kerusakan binatang

9. Mengganti karung penutup dengan plastik 10. Membuat naungan Menyiram penyemaian

jika diperlukan

11. Membuka naungan setelah bibit berumur 12. Memindahkan atau menanamkan benih 13. Mencabut dan menyeleksi bibit yang akan

ditanam

14. Membuat lubang

15. Masukan bibit ke dalam lubang dengan posisi tegak lurus kemudian ditutup dengan tanah galian lubang

16. Menyiram bibit yang telah ditanam 17. Melakukan penyiangan

18. Melakukan pemupukan 19. Pengendalian OPT

20. Melakukan pemanenan setelah tanaman berumur > 75 hari

21. Memotong hasil panen (kubis) dengan menggunakan pisau tepat diatas daun tua ± 3-4 helai daun

22. Mengangkut hasil panen ke gudang pengumpulan

(22)

akan diukur adalah pada time process yang digunakan untuk melihat perbandingan waktu kerja yang menggunakan waktu kerja lebih lama dan dilakukan improvement untuk mengefisiensikan jumlah waktu kerja agar petani dapat mengerjakan perkerjaan lainnya dan dapat meningkatkan produktivitas keja baik pada komoditas kubis ini atau pekerjaan lainnya.

Optimalisasi waktu kerja dengan perhitungan FTE

Pada aktifitas pertanian, penentuan waktu efektif memiliki perbedaan dengan penentuan waktu efektif aktifitas lainnya. Hal ini dikarenakan beberapa pihak seperti petani yang melakukan pekerjaan setiap hari dan juga pengumpul yang tetap melakukan pengangkutan hasil panen walaupun pada akhir pekan. sebenarnya terdapat hari non tanam pada sayuran kubis, namun karena bukan petani khusus, maka petani tetap bekerja dengan menggarap ladang yang lain. berikut merupakan perhitungan waktu efektif untuk tanaman kubis :

1 tahun = 365 hari

Cuti tahunan = 0 hari

Hari non tanam = 84 hari -

Hari kerja = 281 hari

Waktu kerja = 56 jam/minggu

Waktu kerja 1 hari = 56 = 8 jam/hari 7

Total hari Kerja dalam jam = 281 x 8 jam = 2248 Jam Faktor efisiensi rata-rata = 87,5 %

Total jam efektif bekerja = 118.020 menit/tahun

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada petani, terdapat kendala yaitu sulitnya petani memprediksi lama waktu kerja dalam menit dalam jam setiap harinya dan juga lama penyelesaian suatu pekerjaan pada masa tanam sehingga waktu kerja petani diasumsikan langsung oleh petani adalah 6 jam yang dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 11.00 dan dilanjutkan pukul 13.00 hingga pukul 16.00. sehingga waktu efektif untuk tanaman kubis sebanyak 6 jam dikalikan dengan 365 hari yaitu sebesar 1686 jam/tahun. Sementara untuk pengumpul, waktu kerjanya adalah setiap terjadi panen. Pengumpul akan datang ke pada petani pada malam hari untuk mengangkut hasil panen lalu membawanya ke gudang untuk dilakukan sortasi dan pengemasan pada sayuran kubis untuk dibawa ke daerah lain dan dijual.

Pengukuran beban kerja

Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk perhitungan formasi pegawai. Beban kerja perlu ditetapkan melalui program-program unit kerja yang selanjutnya dijabarkan menjadi target pekerjaan untuk setiap jabatan (Kep. Men. PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004 dan Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 0/PMK.01/2006, beban kerja yaitu bobot pekerjaan yang dikatikan pada volume kerja pegawai/unit organisasi dengan norma waktu penyelesaian pekerjaannya yang dinyatakan dalam jumlah satuan pekerjaan.

(23)

time process stakeholders yang terdapat pada rantai pasok komoditas sayuran kubis di kabupaten Agam, Sumatera Barat. Setelah menghitung waktu kerja efektif maka selanjutnya adalah mengitung beban kerja. Pengukuran beban kerja secara rinci dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Perhitungan aktivitas pekerjaan petani dan pengumpul adalah seperti pada Tabel 6 berikut ini :

Tabel 6 Analisis beban kerja petani

No Uraian Tugas Pokok Jumlah

Pekerja F WA aktivitas pekerjaan dilakukan dengan waktu yang lama. Aktifitas tersebut adalah yang dilakukan oleh petani pada tahap persiapan seperti aktifitas membersihkan lahan, waktu penyemprotan pupuk dan pestisida, dan melakukan panen yang memiliki nilai FTE sebesar 0,2313. Dari hasil diatas juga dapat dilihat bahwa aktivitas pedang dan pengumpul memiliki nilai FTE sebesar 0,0163. Nilai FTE yang ada tidak digunakan untuk menjustifikasi jumlah tenaga kerja yang ada. FTE

digunakan untuk mengoptimalkan angka-angka yang ada pada waktu yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan. FTE memudahkan untuk memilih aktifitas yang dapat diselesaikan secara efektif sehingga dapat dilakukan langkah

improvement untuk mengatasinya. Pengukuran beban kerja secara rinci dan langkah improvement dapat dilihat pada lampiran 3. Perhitungan secara garis besar seperti pada Tabel 7.

Tabel 7 Perhitungan FTE setelah dilakukan improvement pada analisis

stakeholders komoditas kubis

No Uraian Tugas Pokok Jumlah

Pekerja F WA

(24)

Analisis Nilai Tambah

Konsep nilai tambah adalah suatu peningkatan nilai yang terjadi karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Nilai tambah yang terjadi pada produk tersebut dapat dihasilkan melalui peningkatan nilai proses yaitu dengan mengubah pola tanam kubis konvensional ke kubis organik sehingga dapat meningkatan nilai harga. Penelitian difokuskan untuk mengukur nilai tambah pada petani, pengumpul dan pedagang.

a. Analisis nilai tambah petani

Pada dasarnya setiap petani memiliki tingkat produktivitas yang hampir sama karena kesamaan dalam penggunaan teknologi, sarana produksi, dan teknik budidaya, sedangkan faktor yang membedakan antara satu petani dan petani lainnya adalah harga beli ke tingkat petani yang dilakukan oleh pengumpul untuk itu nilai tambah pada produk kubis dapat ditingkatkan dengan mengubah pola tanam kubis konvensional ke organik karena semakin sadarnya masyakat akan pentingnya kesehatan dan konsumsi pangan tanpa pestisida.

Analisis nilai tambah ini berdasarkan wawancara terhadap petani untuk pengelolaan kubis pada 1 Ha lahan pertanian. Perhitungan nilai tambah untuk petani Kubis.

Tabel 8 Perhitungan nilai tambah untuk petani

No Variabel Nilai

I. Output, Input, dan Harga

1 Hasil Produksi Organik (Kg/panen) 800 Kg 2 Bibit (jumlah bibit/panen) 1000 bibit 3 Tenaga Kerja (HOK/panen) 8 HOK 4 Faktor Konversi 0,8 5 Koefisien Tenaga Kerja 0,008

6 Harga Output (Rp/Kg) Rp. 14.000/kg 7 Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) Rp. 40.000/HOK

II. Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Input (Rp/Kg) Rp. 2.200/kg 9 Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) Rp. 3.000/kg 10 Nilai Output (Rp/Kg) Rp. 11.200/kg 11 Nilai Tambah (Rp/Kg) Rp. 6.000/kg

Rasio Nilai Tambah (%) 53,58% 12 Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg) Rp. 320/kg

Pangsa Tenaga Kerja (%) 5,34% 13 Keuntungan (Rp/Kg) Rp. 5.680/kg

Tingkat Keuntungan (%) 94,67% III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi

(25)

Dari nilai tambah kubis organik terlihat bahwa 1000 bibit kubis organik dapat memproduksi 800 kg kubis organik dengan malibatakan 8 orang anggota kelompok tani dalam menggarap lahan komoditas kubis. Harga jual kubis organik dari petani kepada pengumpul adalah Rp. 14.000/kg dengan nilai tambah produk Rp. 6.000/kg. dengan demikian terdapat peningkatan nilai tambah kubis dengan menerapkan pola tanam organik. Marjin yang didapatkan oleh petani sebesar Rp. 9.000/kg dengan imbalan tenaga kerja memperoleh nilai tambah Rp. 320/kg dan keuntungan yang diperoleh pemilik modal atau petani sebesar 63,11% dari marjin yaitu sebesar Rp. 5.680/kg.

b. Analisis nilai tambah pengumpul

Pengumpul akan membeli langsung kepada petani setelah itu tugas pengumpul yang akan melakukan sortasi dan juga penjualan ke pasar-pasar tradisional. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pengumpul tidak hanya membeli hasil pertanian dari satu petani saja melainkan pada banyak petani yang berada disekitar Nagari Koto Tinggi, dan analis pada pengumpul yang disebutkan disini adalah berdasarkan prakira peneliti. Dari panen yang dilakukan oleh petani terdapat 800 kg/ha tetapi karna pada tingkat pengumpul akan dilakukan sortir sehingga kubis yang dapat dijual oleh pengumpul mengalami penyusutan menjadi 700 kg/ha. Perhitungan nilai tambah pengumpul ditunjukkan dalam Tabel 9.

Tabel 9 Perhitungan nilai tambah untuk pengumpul

No Variabel Nilai 5 Koofisien Tenaga Kerja (HOK) 0,007

6 Harga Output (Rp/Kg) Rp. 16.000/kg 7 Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) Rp. 50.000/kg

II. Penerimaan dan Keuntungan III. Bals Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi

(26)

Nilai tambah kubis yang dibeli langsung kepada petani sebanyak 800 kg kubis organik akan dilakukan sortir kubis dengan malibatakan 6 pekerja. Harga jual kubis organik yang diperoleh pengumpul adalah Rp. 16.000/kg dengan nilai tambah produk Rp. 11.800/kg. Dengan demikian terdapat peningkatan nilai tambah kubis dengan menerapkan pola tanam organik. Marjin yang didapatkan oleh pengumpul sebesar Rp. 11.425/kg dengan imbalan tenaga kerja memperoleh nilai tambah Rp. 375/kg dan keuntungan yang diperoleh pemilik modal atau petani sebesar 96,83% dari marjin yaitu sebesar Rp. 11.800/kg.

c. Analisis nilai tambah pedagang pasar tradisional

Pedagang akan membeli langsung kepada pengumpul yang membawa produk ke pasar tradisional setelah itu pedagang yang melakukan penjualan ke pasar-pasar tradisional. Perhitungan nilai tambah pedagang ditunjukkan dalam Tabel 10.

Tabel 10 Perhitungan nilai tambah untuk pedagang pasar tradisional

No Variabel Nilai

I. Output, Input dan Harga

1 Outupt (Kg/panen) 700 Kg 2 Bahan Baku (Kg/panen) 700 Kg 3 Tenaga Kerja (HOK/panen) 4

4 Faktor Konversi 1

5 Koofisien Tenaga Kerja (HOK) 0,005

6 Harga Output (Rp/Kg) Rp. 18.000/kg 7 Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) Rp. 60.000/kg

II. Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Input (Rp/Kg) Rp. 3.500/kg 9 Sumabangan Input Lain (Rp/Kg) 0

10 Nilai Output (Rp/Kg) Rp. 18.000/kg 11 Nilai Tambah (Rp/Kg) Rp. 14.500/kg

Rasio Nilai Tambah (%) 80,56% 12 Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg) Rp. 342,85/kg

Pangsa Tenaga Kerja (%) 2,37%

13 Keuntungan (Rp/Kg) Rp. 14.158/kg Tingkat Keuntungan ((%) 78,66%

III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) Rp. 14.500/kg Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) 2,37%

Sumbangan Input Lain (%) 0 Presentase Keuntungan (%) 97,64%

(27)

menerapkan pola tanam organik. Marjin yang didapatkan oleh pedagang sebesar Rp. 14.158/kg dengan imbalan tenaga kerja memperoleh nilai tambah Rp. 342/kg dan keuntungan yang diperoleh pemilik modal atau petani sebesar 97,64% dari marjin yaitu sebesar Rp. 14.500/kg.

Implikasi Manajerial

Pembahasan mengenai Analisis pekerjaan melalui FTE digunakan untuk mengetahui peluang efektivitas yang terjadi pada aktifitas rantai pasok komoditas sayuran kubis yang ada di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Selain analisis pekerjaan melalui FTE, FTE juga digunakan untuk menghasilkan solusi yang dapat menjawab permasalahan yang ada pada aktifitas rantai pasok komoditas sayuran kubis yang ada di kabupaten Agam.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peta implikasi manajerial analisis beban kerja stakeholderss komoditas kubis di Kabupaten Agam secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.

Business Prosess Mapping dan Analisis Nilai Tambah

Gambar 4 Implikasi manajerial analisis beban kerja stakeholders komoditas kubis di Kabupaten Agam

Hilir

Hulu

Assesment dan Work Load Anayisis Hasil FTE &

Improvement Desain pekerjaan pada

sistem rantai pasok yang efektif dan efisien

Perhitungan waktu penyelesaian

tugas Pedagang dan

Pengumpul Teknologi dan

Pelatihan Relationship

Buliding

Petani

Observasi dan Wawancara

(28)

Tahap untuk mengetahui solusi tersebut dimulai dari wawancara dan observasi kepada stakeholders, sehingga akan diketahui Bisnis Proses Mapping

dan Analisis Nilai Tambah dari komoditas kubis, lalu dari kondisi awal yang dirasa kurang efektif maka akan dilakukan improvement melalui penerapan tekonogi dan pelatihan serta membangun kepercayaan dan kekeluargaan serta kerjasama yang baik antar stakeholders terkait untuk memaksimalkan jumlah waktu dan sumber daya yang dipakai oleh stakeholders sehingga akan dihasilkan suatu desain pekerjaan pada sistem rantai pasok yang efektif dan efisien pada rantai nilai komoditas kubis di kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Perhitungan beban kerja pada stakeholders pada rantai pasok sayuran kubis merupakan salah satu dasar dalam perencanaan sumber daya manusia pada pertanian Indonesia khusnya petani sayuran kubis dataran tinggi kabupaten Agam. Berdasarkan assessment dan work load analysis diketahui terdapat kelebihan beban kerja yang ditanggung oleh petani pada nilai FTE pada proses persiapan, pemeliharaan dan pemanenenan sehingga perlu dilakukan improvement. Pada

Business prosess mapping dan analisis nilai tambah terlihat petani melakukan proses pekerjaan lebih banyak dibandingkan dengan pedagang/ pengumpul dan memiliki nilai tambah yang tinggi sehingga petani memiliki potensi yang baik dalam meningkatkan kualitas hasil tani untuk mendapat keuntungan yang lebih tinggi. Keterbatasan pengetahuan dan teknologi dapat mempengaruhi harga dan nilai jual dari kubis sebagai sayuran dataran tinggi dan juga dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap pengelolaan efisiensi sumber daya petani agar bisa mengerjakan hal-hal lainnya seperti menggarap komoditas lain atau berdagang. Upaya dalam menghadapi hal-hal tersebut antara lain:

1. Teknologi. Permasalahan pada model rantai pasok sayuran kubis adalah cara bertani yang masih konvensional sehingga hasil panen kubis yang masih tidak sesuai dengan standar kualitas dan menyebabkan harga jual juga menjadi rendah. Solusi alternatif yang perlu dilakukan oleh petani untuk meningktakan nilai jual pada rangkaian rantai pasok komoditas sayuran kubis adalah dengan pengadaan peralatan berupa menambah mesin pengolah lahan pembuat bedengan, membuat sprier pemupukan dan pestisida dengan pipa diatas, dan membeli mesin pemanen kubis. Teknologi diatas digunakan agar waktu yang digunakan oleh petani lebih sedikit dan efisien dalam membuat lahan, melakukan penyemprotan serta menghasilkan panen kubis yang telah sesuai standar produk sehingga ketika petani menjualnya ke pengepul dapat dihargai lebih tinggi.

2. Relationship Building. Penyuluh dapat membuat sistem kemitraan dengan perusahaan serta aktif mencari dana CSR perusahaan yang tersedia seperti dana CSR Pertamina yang mencapai Rp 858 milyar untuk pertanaian, dll. Sebagai pemangku kepentingan dalam perkembangan pertanian pemerintah sangat berperan besar dalam mengembangkan usaha agribisnis di Kabupaten Agam dimana pemerintah dapat membantu meningkatkan permodalan, sekolah lapang dan pendampingan pertanian terhadap petani. Komoditas sayuran merupakan produk yang harus segera sampai ke tangan konsumen sehingga seluruh sarana pendukung diperlukan agar sayuran tidak cepat busuk dan rusak.

(29)

perjanjian yang saling menguntungkan dan adil di antara kedua belah pihak. Dalam mengelola rantai pasok Kubis ini pengepul dan kelompok tani dan Gapoktan tidak memiliki perjanjian tertulis dan tidak tertulis dalam melakukan transaksi tetapi bersifat kekeluargaan. Dalam penetapan harga pembelian hasil panen disesuaikan dengan harga pasar yang sedang beredar dan berdasarkan kualitas Kubis yang dihasilkan oleh petani, rata-rata penjualan kubis di kabupaten Agam yaitu Rp. 2500/kg dg grade A dan Rp. 1500/kg grade B.

4. Inovasi. Peningkatan inovasi dalam pengelolalan pertanian komoditas kubis melalui sosialisasi kepada masyarakat melalui budidaya secara organik seingga dapat meningkatkan nilai tambah pada penjualan hasil pertanian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil pada analisis beban kerja melalui perhitungan Full Time Equivalent (FTE) pada stakeholders rantai pasok komoditas sayur kubis kabupaten terlihat Agam jumlah beban kerja petani lebih besar dibandingkan pengumpul, hal ini belum efektif karena masih menggunakan cara bertani konvensional dengan jumlah waktu kerja yang lebih lama. Perubahan terlihat pada nilai analisis setelah dilakukan improvement untuk mencapai kondisi efektif dan efisien pada aktivitas rantai pasok stakeholders komoditas kubis sebagai sayuran dataran tinggi.

Peluang efektivitas rantai pasok stakeholders pada komoditas kubis dilihat berdasarkan perhitungan distribusi nilai tambah yang didapat melalui analisis nilai tambah Hayami belum merata. Aktifitas terbanyak terdapat pada petani namun nilai tambah terbanyak justru didapatkan oleh pengumpul. Hal ini dapat diatasi dengan pengunaan teknologi agar dapat meningkatkan kualitas dan nilai tambah pada komoditas kubis serta melalui pemberian penyuluhan kepada petani tentang kontrak bisnis serta training guna meningkatkan kompetensi petani untuk memperluas pasar petani, dan trust building agar tidak terjadi petani tidak terlalu dirugikan.

Analisis nilai tambah juga menunjukan nilai positif pada pengelolaan dan peningkatan nilai proses yaitu dengan mengubah pola tanam kubis konvensional ke kubis organik sehingga dapat meningkatan kualitas dan nilai harga untuk meningkatkan pendapatan petani. Salah satu tugas pemerintah juga adalah dengan membantu para petani untuk memperpendek rantai distribusi kubis pada konsumen yaitu memberikan penyuluhan atau memfasilitasi kelompok tani untuk dapat jual beli online komoditas peratanian, sehingga petani dapat menjual langsung hasil panen menggunakan jasa pengiriman bukan pada pengumpul.

Saran

1. Untuk meningkatkan peluang efektivitas dan efisiensi aktivitas rantai pasok

(30)

teknologi pada beberapa proses kerja petani, yaitu mesin pembuat bedangan, mesin pemanen kubis dan sprier pada pemupukan pemberian pestisida. 2. Pemerintah dapat memfasilitasi perkebangan usaha agribisnis di kabupaten

Agam melalui perbaikan kondisi sumber daya fisik yaitu infrastruktur dan sarana pengangkutan.

3. Untuk meningkatkan trust building dan relationship building pemerintah sebaiknya memperkuat koordinasi stakeholders lain yang berpengaruh terhadap pengebangan agribisnis komoditas kubis di Agam, yaitu : UPT, BP4K2P Kecamatan Baso, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bersaudara dan PPL Koto Tinggi dengan cara mengadakan kegiatan untuk meningkatkan kompetisi dan prestasi masyarakat tani serta memberikan pendampingan dan pelatihan oleh PPL. Kesepakatan kontaktual pada petani dan pengumpul, serta permodalan dan system kemitraan untuk promosi usaha tani.

4. Mengadakan pelatihan dan sosialisasi khusus mengenai pola tanam tanaman organik terutama kubis yang baik dan benar agar petani dapat menikmati nilai tambah yang cukup baik dari hasil pertaniannya.

5. Memungkin penelitian lebih lanjut mengenai manajemen risiko dan strategi rantai pasok komoditas kubis terhadap beban kerja petani.

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah Wiladur. 2013. Analisis beban kerja sumber daya manusia dalam aktivitas produksi komoditi sayuran selada (Studi Kasus: CV Spirit Wira Utama). IV(2):128-143

Anderson C. 2009. What is a process map. [diunduh 2013 Feb 28]. Tersedia pada: http://www.bizmanualz.com/blog/what-is-a-process-map.html

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Pertumbuhan ekonomi sematera barat tahun

2013 [Internet]. [diunduh 2014 Des 9]. Tersedia pada: pasokan dan penilaian risiko mutu pada agroindustri kelapa sawit kasar. Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bogor.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia. 2004. Jakarta (ID). Pedoman perhitungan kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi pegawai negeri sipil (Kep. Men. PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004).

Lal dan Srivastava. 2009. Cost Accounting. New Delhi (ID). Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.

(31)

Pass C, Lowes B. 1997. Jakarta. Collins Kamus Lengkap Ekonomi. Edisi Kedua. Erlangga.

[Setneg] Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 [internet].

[diunduh pada 8 Juli 2014]. Tersedia pada:

http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=79 11

Septini Putri A. 2013. Analisis beban kerja stakeholders dalam aktivitas rantai pasok komoditas kentang di berasragi, sumatera utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Seuring S, Müller M. 2008. From a Literature Review to a Conceptual Framework for Sustainable Supply Chain Management. In: Journal of Cleaner Production, Vol. 16, No. 15, 1699–1710.

Simanjuntak Sunggul J. 2013. Analisis manajemen risiko rantai pasok buah manggis dengan metode analytic network process di pt agung mustika selaras, jawa barat. Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor

Tarigan J. 1998. Analisis nilai tambah dan biaya sumber domestik industri pulp dan kertas pt. kertas padalarang [skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Kehutanan IPB

(32)
(33)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan FTE petani

No Uraian Tugas Pokok Jumlah

Pekerja F WA

WPT (WA/F)

FTE

Menyiapkan bibit dan tempat penyemaian, pengolahan, dan pemupukan Dasar

1 Membersihkan lokasi tempat penyemaian dari gulma

15 12 54000 4,500.00 0.0381

2 Mengumpulkan sisa pembersihan 10 12 36000 3,000.00 0.0254

3 Membuat bedengan 3 21 50400 2,400.00 0.0203

4 Menaburkan pupuk kompos atau pupuk kandang 8 9 21600 2,400.00 0.0203

5 Menyiram bedengan hingga basah 8 3 7200 2,400.00 0.0203

6 Membiarkan bedengan selama 7-15 hari - -

7 Menaburkan benih secara merata diatas bedengan

8 3 7200 2,400.00 0.0203

8 Memagar persemaian agar terhindar dari kerusakan binatang

6 3 5400 1,800.00 0.0153

9

Mengganti karung penutup dengan plastik transparan atau jaring pagar setelah ± 4-7 hari setelah kegiatan sebelumnya

6 3 5400 1,800.00 0.0153

10 Membuat naungan 6 3 5400 1,800.00 0.0153

11 Menyiram penyemaian jika diperlukan 4 3 3600 1,200.00 0.0102

12 Membuka naungan setelah bibit 4 3 3600 1,200.00 0.0102

25 Mengangkut hasil panen ke gudang pengumpulan

4

12 14,400 1,200 0,0102

26 Melakukan sortasi dan penimbangan hasil panen

4

12 14,400 1,200 0,0102

(34)

Lampiran 2 Proses pekerjaan yang dilakukan oleh pedagang atau pengumpul

No. Uraian Tugas Pokok Jumlah

Pekerja F WA

WPT

(WA/F) FTE

Pedagang pengumpul

1 Melakukan packaging hasil panen

yang akan dilakukan

4

9 10,800 1,200 0,0102

2

Mendistribusikan serta menjual hasil panen ke pasar tradisional di daerah sekitar

2

9 5,400 600 0,0051

3 Berkoordinasi Ketua Bidang

Pemasaaran Kelompok Tani

1

9 2,700 300 0,0025

(35)

Lampiran 3 Perhitungan FTE setelah dilakukan improvement pada analisis stakeholders komoditas kubis

No Aktivitas F WA WPT

(WA/F)

Petani Pedagang/

Pengepul FTE

Menyiapkan bibit dan tempat penyemaian, pengolahan, dan pemupukan dasar

1 Membersihkan lokasi tempat penyemaian dari gulma 12 3.600 300 300 0,0025 2 Mengumpulkan sisa pembersihan 12 3.600 300 300 0,0025 3 Membuat bedengan dengan Menggunakan Mesin Pengolah Tanah

Pembuat Bedengan

6 360 60 60 0,0005

4 Menaburkan pupuk kompos atau pupuk kandang 9 4.320 480 480 0,0041 5 Menyiram bedengan hingga basah 3 900 300 300 0,0025 6 Membiarkan bedengan selama 7-15 hari 3 21.600 7.20 7.200 0,0610 7 Menaburkan benih secara merata diatas bedengan 3 1.440 480 480 0,0041 8 Memagar persemaian agar terhindar dari kerusakan binatang 3 1.440 480 480 0,0041 9 Mengganti karung penutup dengan plastik transparan atau jaring

pagar setelah ± 4-7 hari

3 1.440 480 480 0,0041

10 Membuat naungan 3 1.440 480 480 0,0041 11 Menyiram penyemaian jika diperlukan 3 900 300 300 0,0025

12 Membuka naungan 3 900 300 300 0,0025

13 Memindahkan atau menanamkan benih setelah berumur 25-30 hari 3 1.440 480 480 0,0041

Total FTE 66 43380 1.1640 1.1640 0 0,0986

Penanaman

14 Mencabut dan menyeleksi bibit yang akan ditanam 6 4.320 720 720 0,0061 15 Membuat lubang tanam 3 2.880 960 960 0,0081 16 Masukan bibit ke dalam lubang 9 4.320 480 480 0,0041 17 Menyiram bibit yang telah ditanam 9 4.320 480 480 0,0041

Total FTE 27 15.840 2.640 2.640 0 0,0224

Pemeliharaan

18 Melakukan penyiangan dengan membersihkan lahan dari berbagai gulma

(36)

Lanjutan Lampiran 4 Perhitungan FTE setelah dilakukan improvement pada analisis stakeholders komoditas kubis

19 Mengumpulkan sisa pembersihan (untuk dijadikan kompos atau dibuang)

15 7.200 480 480 0,0041

20 Melakukan pemupukan

(membuat sprier pemupukan dan pestisida dengan pipa diatas tanaman)

12 720 60 60 0,0005

21 Mengaduk pupuk secara merata 12 720 60 60 0,0005 22 Melakukan pengendalian OPT

(membuat sprier pemupukan dan pestisida dengan pipa diatas tanaman)

48 14.400 300 300 0,0025

Total FTE 102 30.240 1.380 1.380 0 0,0117

Pemanenan

23 Melakukan pemanenan dengan menggunakan Mesin Pemanen

Kubis

12 3.600 300 300 0,0025

24 Mengangkut hasil panen ke gudang pengumpulan 12 3.600 300 300 0,0025 25 Melakukan sortasi dan penimbangan hasil panen 12 3.600 900 900 0,0025

Total FTE 72 21.600 1.800 1.800 0 0,0153

Pedagang/ Pengumpul

26 Melakukan packaging hasil panen yang akan dilakukan 9 2.700 300 300 0,0025 27 Mendistribusikan serta menjual hasil panen ke beberapa pasar

tradisional di daerah sekitar

9 1.440 160 16 0,0014

28 Berkoordinasi Ketua Bidang Pemasaaran Kelompok Tani 9 540 60 60 0,0005

Total FTE 27 4.680 520 0 520 0,0044

JUMLAH 258 104.940 17.080 16.560 520 0,1447

FTE 0,1403 0,0044

menit/ tahun

(37)

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 1 Data luas tanam, panen dan produksi komoditas pertanian di wilayah Kecamatan Baso Tahun 2011
Gambar 1 Kerangka Pemikiran analisis beban kerja sumber daya manusia dalam   aktivitas rantai nilai komoditas kubis sebagai sayuran dataran tinggi, Kab
Tabel 3 Beban kerja stakeholders melalui perhitungan FTE
Gambar 2 Struktur rantai pasok kubis gabungan kelompok tani di Jorong Koto
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini merupakan hal yang sangat penting untuk memahami bagaimana guru juga da- pat terus belajar untuk meningkatkan kom- petensinya dalam konteks pembelajaran bermakna,

Representasi bisa juga disebut sebagai penggambaran ulang akan suatu objek, maka dari itu, menggunakan representasi merupakan cara yang tepat untuk mengetahui

Pada pengembangan I kelebihan dari keterampilan motorik halus anak melalui menggambar bebas antara lain anak mampu menggambar dan mewarnai sesuai imajinasi yang ada

Sajian terakhir gendhing Jathilan dimainkan pada saat nimbul atau penyembuhan, yaitu ketika gendhing ini kembali dihadirkan sebagai musik dalam penyembuhan, meskipun

Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan tepung cacing tanah sebagai sumber protein yang dibuat dalam bentuk susu, dan diharapkan

A tárgyalások következő fordulójára augusztus 10-én került sor. Erre készülvén mindkét országos képviselet feljegyzést állított össze

Data display (Display data), tahapan ini data yang diperoleh dikategorikan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat kesinambungan dari data

The research is intended to find out the types of feedbacks which are used by teachers on students’ writing and students’ responses on teachers’ feedbacks on academic writing class