• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposisi Hiu Paus Berdasarkan Jenis Kelamin dan Ukuran Serta Perilaku Kemunculannya di Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komposisi Hiu Paus Berdasarkan Jenis Kelamin dan Ukuran Serta Perilaku Kemunculannya di Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSISI HIU PAUS BERDASARKAN JENIS KELAMIN

DAN UKURAN SERTA PERILAKU KEMUNCULANNYA DI

KAWASAN TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

MAHARDIKA RIZQI HIMAWAN

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Hiu Paus Berdasarkan Jenis Kelamin dan Ukuran Serta Perilaku Kemunculannya di Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MAHARDIKA R HIMAWAN. Komposisi Hiu Paus Berdasarkan Jenis Kelamin dan Ukuran Serta Perilaku Kemunculannya di Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Dibimbing oleh HAWIS MADDUPPA dan BEGINER SUBHAN.

Ekologi dan tingkah laku hiu paus masih sangat jarang diketahui. Sejak Tahun 2011, keberadaan hiu paus di teluk cenderawasih menjadi daya tarik bagi wisatawan karena hubungan hiu paus tersebut terhadap bagan nelayan. Penelitian bertujuan untuk identifikasi individu hiu paus berdasarkan jenis kelamin dan ukuran serta tingkah laku di permukaan di Teluk Cenderawasih. Survei Pengamatan dilakukan di bagan nelayan dari April hingga Juli 2013 dengan mencatat tanggal, waktu, lokasi dan jumlah hiu paus yang teramati setiap harinya. Selama pengamatan, teramati 36 hiu paus jantan dan 1 hiu paus betina. Ukuran hiu paus berkisar 3 – 6 meter yang mengindikasikan kisaran ukuran belum dewasa. Aktifitas hiu paus di permukaan tertinggi ditemukan di Perairan Sowa (76 kemunculan), diikuti Perairan Kwatisore (51 Kemunculan) dan Perairan Yaur (7 kemunculan). Perilaku hiu paus di permukaan perairan dekat bagan nelayan adalah perilaku untuk mendapatkan makanan. Hal ini ditunjukkan dengan kemunculan hiu paus yang berhubungan dengan hasil tangkapan nelayan bagan. Oleh karena itu, manajemen yang baik terhadap operasi bagan nelayan dan aktivitas wisatawan sangat penting diimplementasikan untuk menjaga hiu paus yang vital keberadaannya di Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Kata kunci: hiu paus, tingkah laku, makan, ekologi, Teluk Cenderawasih

ABSTRACT

MAHARDIKA RIZQI HIMAWAN. Sex and Body Size Composition of Whale Sharks and Their Appearance Behavior in Cenderawasih Bay National Park area. Supervised by HAWIS MADDUPPA and BEGINER SUBHAN.

Ecology and behavior of whale sharks are rarely known. Since 2011, whale sharks in Teluk Cenderawasih National Park (TCNP) have been a growing popular attraction for tourists because of the sharks' regular association with lift net fisheries (i.e., bagans). The research was aimed to identify sex and body size of each whale shark individual and their surface behavior in Cendrawasih Bay. The observation survey was conducted at bagan fishermen from April to July 2013 to document date, time, location, and number of whale sharks seen each day. A total of 36 males and 1 female were recorded during study period. The size was ranged between 3 to 6 meters, indicating that they were in immature age range. The highest emergence activity of whale sharks was found in the Sowa (76 times), followed by Kwatisore (51 times) and Yaur (7 times). It was indicated that the surface presence of whale sharks near bagans as part of their feeding behavior. This is indicated by the appearance of a whale shark was related to the number of catches of fishermen. Therefore, a better management of bagan fishing operations and tourist attractions are urgent to be implementing for ensuring the vitality of whale sharks in Cenderawasih Bay National Park.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

KOMPOSISI HIU PAUS BERDASARKAN JENIS KELAMIN

DAN UKURAN SERTA PERILAKU KEMUNCULANNYA DI

KAWASAN TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

MAHARDIKA RIZQI HIMAWAN

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Komposisi Hiu Paus Berdasarkan Jenis Kelamin dan Ukuran Serta Perilaku Kemunculannya di Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Nama : Mahardika Rizqi Himawan NIM : C54090042

Disetujui oleh

Dr. Hawis Madduppa, S.Pi, M.Si Pembimbing I

Beginer Subhan, S.Pi, M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puja dan syukur ke hadirat Allah SWT penulis panjatkan karena dengan rahmad dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Komposisi Hiu Paus Berdasarkan Jenis Kelamin dan Ukuran Serta Perilaku Kemunculannya di Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Intitut Pertanian Bogor. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan perhatian dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Hawis Madduppa, M.Si dan Beginer Subhan, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi;

2. Ibu Dr. Neviaty P Zamani, yang telah bersedia menjadi dosen penguji; 3. Bapak Dr. Ir. Henry M. Manik, S.Pi, MT selaku ketua Komisi Pendidikan

S1;

4. Kepala Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih, yang telah memberikan izin penelitian;

5. Bapak Anton Wijonarno, Marine Biodiversity and Program Monitoring Manager – WWF Indonesia, atas kesempatannya menjadi internship dalam program whale shark monitoring;

6. Keluarga Besar WWF-Cenderawasih Bay Project, terutama kepada bapak Beny Ahadian Nor selaku Project Leader dan Casandra Tania, M. Sc selaku pembimbing lapang yang telah memberi pengetahuan dan pengalaman selama di lapangan;

7. Keluarga Besar Kalilemon Dive Resort, Pak Bram, Kak Rudi, Om Sakeus sekeluarga, Om Yance sekeluarga, Om Agus sekeluarga, dan Om Loli yang telah menganggap penulis bagian dari keluarga, saya rindu kalian;

8. Kru Speed Boat Geelvink Bai, Om Oku, Om Tedi, dan teman-teman sepelayaran, atas perjalanan laut yang tak terlupakan;

9. Teman-teman Nelayan Bagan di Perairan Sowa dan Kwatisore, terutama Bagan Alma Indah dan Bagan Wisata, atas tumpangan dan cerita-cerita kehidupan yang diperbincangkan;

10. Kedua orang tua, Warsono dan Sri Hermawati dan kedua adik, Mahardyan dan Khaerunnisa yang senantiasa mendoakan serta mendukung penulis secara moral maupun materil;

11. Faiza Libby Shabira Lubis, S.Kpm, atas segala dukungan yang diberikan kepada penulis dengan penuh kasih;

12. Teman-teman Mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor, terutama Crazier ITK 46 atas perjuangan yang selalu dilakukan bersama;

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat memerlukan masukan dari semua pihak demi perbaikan di kemudian. Akhirnya semoga informasi yang terkandung dalam laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Lingkungan Perairan 2

Identifikasi Hiu Paus 3

Penentuan Jenis Kelamin Hiu Paus 3

Penentuan Ukuran Hiu Paus 4

Perilaku dan Kemunculan Hiu Paus 4

Kemunculan Hiu Paus Terhadap Hasil Tangkapan 4

Perilaku dan Migrasi Lokal Hiu Paus 4

Persepsi Nelayan dan Interaksi Hiu Paus Terhadap Manusia 4

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Lingkungan Perairan Teluk Cenderawasih 5

Identifikasi Hiu Paus 5

Komposisi Individu Hiu Paus Berdasarkan Jenis Kelamin 7

Komposisi Individu Hiu Paus Berdasarkan Ukuran 8

Perilaku dan Kemunculan Hiu Paus 10

Kemunculan Hiu Paus Terhadap Hasil Tangkapan 10

Perilaku dan Migrasi Lokal Hiu Paus 13

Persepsi Nelayan dan Interaksi Hiu Paus Terhadap Manusia 14

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

(11)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah kemunculan hiu paus pada kawasan penelitian 6

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi Penelitian 2

2 Identifikasi totol putih sebagai pembeda antar individu 3

3 Jenis kelamin hiu paus 3

4 Bagan dan ikan dalam jaring 5

5 Sebaran temuan hiu paus pada perairan Sowa dan Kwatisoredan Yaur 6 6 Hiu paus, A. Hiu paus betina ukuran 4 meter. B. Hiu paus jantan ukuran

3.5 meter 6

7 Jumlah kemunculan hiu paus berdasarkan jenis kelamin 7 8 Jumlah kemunculan individu hiu paus berdasarkan ukuran 8 9 Beberapa luka yang ditemui pada hiu paus di lokasi penelitian 9

10 Frekuensi Luka Hiu Paus Yang teramati 9

11 Jumlah kemunculan hiu paus terhadap tangkapan di Perairan Sowa 11 12 Jumlah kemunculan hiu paus terhadap tangkapan di Perairan Kwatisore 11 13 Jumlah kemunculan hiu paus terhadap tangkapan di Perairan Yaur 12

14 Perilaku umum hiu paus di permukaan 13

15 Pola Pergerakanhiu paus di kawasan SPTN 1 Kwatisore, Taman Nasional Teluk Cenderawasih pada bulan April – Juli 2013 13

16 Pemberian makan oleh nelayan 14

17 Interaksi hiu paus terhadap manusia 15

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hiu paus, Rhincodon typus merupakan salah satu mahluk hidup dari kingdom animalia terbesar di dunia. Ukuran hiu paus dapat menjapai 18 meter bahkan lebih dengan ukuran dewasa jantan rata-rata diperkirakan 7.05-10.26 meter dan betina 10.6 meter (Compagno, 2002). Hiu paus memiliki habitat di perairan tropis hingga subtropis yang bersuhu hangat dan memakan plankton, krill, karang dan telur ikan (Heyman et al., 2001).

Hiu paus merupakan hewan target tangkapan nelayan termasuk di Indonesia. Namun sekarang megafauna tersebut telah berstatus daftar merah untuk spesies terancam dalam IUCN (International Union for Conversation of Nature). Pada tahun 2002, hiu paus telah ditempatkan dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora ) Appendix II. Pertumbuhkembangan hiu paus yang lambat dengan tingkat dewasa yang cukup lama membuat hewan ini rawan terhadap perburuan dan perusakan habitat (Schmidt et al., 2009). Beberapa metode seperti survei udara, penandaan dan identifikasi foto telah dilakukan hingga saat ini sehingga diketahui migrasi dan kelimpahan hiu paus pada suatu wilayah. Data tersebut menjadi dasar perecanaan tindakan-tindakan konservasi.

Meskipun teknologi penelitian terus berkembang, kehidupan hiu paus masih menjadi teka teki. Hingga kini, masih tidak diketahui bagaimana hiu paus melakukan perkawinan dan bereproduksi (Schmidt et al., 2010). Tingkah laku makan di permukaan cukup banyak terteliti dengan komposisi utama juvenil jantan. Dari penelitian yang pernah dilakukan, jumlah hiu paus betina yang tertandai cukup tinggi yaitu 17 individu berada di perairan Ningaloo, Australia yang berhadapan langsung dengan samudra Hindia (Sequeira et al., 2013). Dalam kajian individu bedasarkan jenis kelamin dan usia, masih belum diketahui apakah hiu paus melakukan perkawinan secara berpasangan atau dalam grup besar (Schmidt et al., 2010).

Di Indonesia, salah satu wilayah dimana hiu paus dapat ditemui adalah di perairan Teluk Cendrawasih yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih. Kawasan tersebut memiliki topografi pantai berbukit dan begunung dengan sisi curam. Teluk Cendrawasih merupakan taman nasional perairan laut terluas di Indonesia yang terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0.9%), daratan pulau-pulau (3.8%), terumbu karang (5.5%), dan perairan lautan (89.8%) (Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BTNTC) , 2009). Taman Nasional Teluk Cendrawasih ditetapkan Menteri Kehutanan sesuai SK No. 8009/Kpts-II/2002, berada pada geografis 1°43’ - 3°22’ LS dan 134°06’ - 135°10’ BT dengan luas 1.453.500 hektar. (BTNTC – Wold Wildlife Fund (WWF), 2009). Taman Nasional tersebut terletak di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Nabire Provinsi Papua.

(13)

2

Dengan mengumpulkan informasi- informasi hiu paus secara berkala, diharapkan pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat terjawab.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi individu serta mengetahui komposisi jenis kelamin dan ukuran serta perilaku kemunculannya di Kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan data dilakukan selama 50 hari pada bulan April – Juni 2013 bertempat di kawasan perairan Laut Soa, Kwatisore dan Yaur, yang masuk dalam Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah 1 Kwatisore, Kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih. Kawasan tersebut masuk dalam Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Lokasi penelitian ditunjukkan oleh Gambar 1. Penelitian dilakukan dengan cara monitoring harian pada bagan nelayan yang berlokasi di wilayah penelitian.

Gambar 1 Lokasi Penelitian

Lingkungan Perairan

Pencatatan koordinat lokasi dan suhu permukaan dilakukan setiap kunjungan bagan. Koordinat lokasi didapatkan dengan menggunakan Ground

Perairan Yaur

Perairan Kwatisore

Perairan Sowa Kwatisore

Yaur

(14)

3 Positioning System (GPS). Sedangkan suhu permukaan didapatkan dengan menggunakan termometer celsius dengan 3 kali ulangan. Suhu permukaan adalah salah satu informasi penting untuk mengetahui pengaruh suhu perairan terhadap hiu paus.

Identifikasi Individu Hiu Paus

. Indentifikasi individu hiu paus dilakukan dengan metode Photographic Identification (Photo ID) dengan perangkat lunak Interactive Individual Identification System (I3S) (Pierce, 2007). Metode identifikasi ini menggunakan pola totol putih pada bagian tubuh kanan dan kiri hiu paus setelah insang ke 5 hingga pangkal sirip pektoral sebagai pembeda antar individu. Bagian tubuh tersebut diambil gambar dengan kamera seperti ditunjukkan oleh Gambar 2. Penentuan individu dilakukan dengan perangkat lunak I3S.

.

Gambar 2 Identifikasi totol putih sebagai pembeda antar individu

Penentuan Jenis Kelamin Hiu Paus

Penentuan jenis kelamin dilakukan secara visual dengan melihat keberadaan clasper yang terletak di sekitar anal hiu paus. Hiu paus jantan memiliki clasper yang berbentuk memanjang sebanyak 2 buah pada sirip anal, sedangkan hiu paus betina tidak memiliki clasper seperti ditunjukkan Gambar 3.

A B

(15)

4

Penentuan Ukuran Hiu Paus

Penentuan ukuran hiu paus dilakukan dengan cara membandingkan ukuran hiu paus dengan tinggi tubuh. Pembandingan ukuran tersebut dilakukan dengan cara berenang tepat disamping hiu paus dan mencatat estimasi ukurannya.

Frekuensi luka-luka pada tubuh dicatat untuk mengetahui keadaaan umum dari hiu paus. Setiap luka yang ditemukan pada hiu paus dilakukan pengambilan gambar dan membaginya menjadi 3 bagian luka. 3 bagian luka tersebut adalah bagian luka sirip, luka badan dan luka mulut. Apabila pada hiu paus tidak ditemukan luka yang cukup besar maka digolongkan tidak ada luka.

Perilaku dan Kemunculan Hiu Paus

Kemunculan Hiu Paus Terhadap Hasil Tangkapan

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemunculan hiu paus diduga adalah hasil tangkapan nelayan bagan. Oleh karena itu, setiap kunjungan bagan nelayan dilakukan pencatatan hasil tangkapan. Hasil tangkapan diketahui dengan melakukan wawancara terhadap nelayan serta melihat banyak ikan dalam box yang diangkut dari jaring. Selain itu informasi kemunculan hiu paus dari nelayan ketika penulis tidak berada di tempat menjadi data tambahan yang dicatat.

Perilaku dan Migrasi Lokal Hiu Paus

Perilaku hiu paus didapatkan dengan melakukan pengamatan ketika berada di permukaan. Dalam pengamatan dilakukan pencatatan tingkah laku hiu paus dan merekam menggunakan kamera. Pengamatan dilakukan selama 30 menit.

Pergerakan atau migrasi hiu paus pada rentan waktu penelitian yaitu April – Juni 2012 dapat terlihat dari monitoring harian yang dilakukan. Pencatatan identitas hiu paus yang sama dimana muncul di permukaan pada hari dan bagan yang berbeda memperlihatkan pergerakan hiu paus. Hal tersebut dapat dilihat dari koodinat yang dicatat ketika individu hiu paus muncul di permukaan dengan menggunakan GPS.

Persepsi Nelayan Bagan dan Interaksi Hiu Paus Terhadap Manusia

(16)

5 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan perangkat lunak Ms. Excel untuk membuat perbandingan antara kemunculan hiu paus dengan hasil tangkapan bagan selama penelitian. Perangkat lunak ArcView GIS 3.3 digunakan untuk membuat peta baik peta sebaran dan migrasi lokal hiu paus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lingkungan Perairan Teluk Cenderawasih

Perairan Teluk Cenderawasih berada pada lintang 1°43’ - 3°22’ LS dan bujur 134°06’ - 135°10’ BT yang termasuk dalam iklim tropis. Perairan wilayah penelitian, yaitu perairan Kwatisore, Yaur dan Sowa memiliki kisaran suhu permukaan antara 28° – 32° C. Suhu terendah pada kisaran pukul 2.00 WIT pagi dan tertinggi pada kisaran pukul 14.00 WIT siang. Dari Penelitian dengan penanda satelit yang pernah dilakukan di Teluk California (Eckert and Stewart, 1996), hiu paus banyak menghabiskan waktu di daerah bersuhu permukaan laut antara 20° – 32° C walaupun sering juga berada di kedalaman dimana suhu mencapai 0° C. Hal ini menunjukkan bahwa hiu paus cukup nyaman berada di perairan Teluk Cenderawasih dengan iklim tropis yang hangat.

Identifikasi Individu Hiu Paus

Selama penelitian, dijumpai hiu paus berjumlah 37 individu dimana 36 individu berkelamin jantan dan 1 individu berkelamin betina. Dalam pengamatan, hiu paus muncul ke permukaan dikarenakan keberadaan bagan yang terdapat ikan – ikan kecil hasi tangkapan yang berada dalam jaring seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Bagan dan ikan dalam jaring

(17)

6

perairan sowa. Banyaknya hiu paus yang naik ke permukaan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah kemunculan hiu paus pada kawasan penelitian

Wilayah Perairan Jumlah Kemunculan Hiu Paus

Yaur 7 kali

Kwatisore 51 kali

Sowa 76 kali

Sebaran pertemuan dan informasi dari nelayan bagan terhadap hiu paus selama penelitian cukup merata pada bagian perairan wilayah perairan Sowa, Yaur maupun Kwatisore. Sebaran hiu paus tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 5 Sebaran temuan hiu paus pada perairan Sowa dan Kwatisore dan Yaur

Hiu paus yang ditemui di kawasan SPTN wilayah 1 Kwatisore, TNTC memiliki kisaran ukuran terkecil 3 meter dan terbesar 6 meter. Ukuran hiu paus rata- rata di lokasi penelitian yaitu sekitar 3.5 meter. Hiu paus betina dan jantan dapat dilihat pada Gambar 6.

A B

(18)

7 Komposisi Hiu Paus Berdasarkan Jenis Kelamin

Hiu paus jantan lebih banyak ditemukan dibandingkan betina pada perairan SPTN Kwatisore. Jantan memiliki presentase tinggi untuk kemunculan di permukaan yang mencapai 36 ekor dari 37 ekor. Sementara betina hanya terlihat satu individu dalam penelitian. Hal ini menjelaskan bahwa hiu paus di wilayah Teluk Cenderawasih memiliki kecenderungan dominasi jantan. Frekuensi kemunculan hiu paus di perairan Sowa, Kwatisore dan Yaur didominasi cukup tinggi oleh jantan. Frekuensi kemunculan jantan di perairan Sowa menjadi yang tertinggi mencapai 74 kali. Perairan Kwatisore memiliki frekuensi kemunculan jantan adalah 51 kali. Perairan Yaur menjadi yang terendah yaitu hanya berjumlah 7 kali. Frekuensi kemunculan betina selama penelitian sangat sedikit, yaitu hanya 2 kali muncul di permukaan. Kemunculan hiu paus betina tersebut hanya pada perairan Sowa. Hal ini menunjukkan bahwa hiu paus yang aktif di permukaan wilayah perairan Sowa, Kwatisore dan Yaur didominasi oleh jantan seperti ditunjukan Gambar 7.

Gambar 7. Jumlah kemunculan hiu paus berdasarkan jenis kelamin

World Widelife Fund Indonesia mencatat hanya ada dua hiu paus betina yang ditemukan di perairan Teluk Cenderawasih hingga kini. Hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut memiliki jumlah betina yang sangat rendah. Penelitian Eckert dan Stewart (2001) menunjukkan bahwa jumlah hiu paus betina yang tertandai cukup tinggi pada wilayah samudra pasifik dan Indo-pasifik adalah 7 individu di Teluk California hingga Laut Cortez.

(19)

8

Komposisi Individu Hiu Paus Berdasarkan Ukuran

Perairan sowa yang merupakan perairan dengan frekuensi kemunculan tertinggi memiliki ukuran rata-rata hiu paus 3 – 3.9 meter dengan nilai kesalahan 50 Cm. Frekuensi kemunculan hiu paus dengan ukuran tersebut mencapai 31 kali sepanjang penelitian. Sementara hiu paus dengan ukuran 4-4.9 meter memiliki jumlah kemunculan yang sama antara perairan Sowa dan Kwatisore yaitu 11 kali. Hiu paus dengan ukuran terbesar yang ditemui selama penelitian yaitu kisaran 6-6.9 meter mucul sebanyak 7 kali ditemukan di perairan sowa dan 1 kali di perairan Kwatisore. Kelompok ukuran 5-5.9 meter memliki frekuensi kemunculan yang terendah yang hanya 1 kali di sowa dan 2 kali di perairan Kwatisore.

Perairan Yaur merupakan perairan dengan frekuensi yang cukup rendah yaitu ukuran 3-3.9 hanya 1 kali dan ukuran 4-4.9 muncul sebanyak 7 kali. Hal ini dikarenakan perairan Yaur merupakan perairan yang paling jarang dilakukan pengamatan. Frekuensi kemunculan hiu paus berdasarkan ukuran di wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Jumlah kemunculan individu hiu paus berdasarkan ukuran Hiu paus dengan ukuran 3-3.9 meter memiliki aktifitas muncul ke permukaan tertinggi dibandingkan dengan hiu paus dengan ukuran- ukuran lainnya. Sementara hiu paus betina tercatat hanya satu individu dengan ukuran 4 meter. Hal ini dapat menunjukkan bahwa hiu paus dengan ukuran 3-3.9 meter dan berjenis kelamin jantan memiliki tingkah laku di permukaan yang tertinggi di perairan kawasan SPTN 1 Kwatisore, Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Ukuran saat lahir dari hiu paus berkisar 55 dan 64 cm. Hiu paus berada pada masa belum matang pada ukuran 2.99 meter atau kurang hingga remaja pada ukuran 3.90-5.40 meter dan masa dewasa ketika berukuran 7.05-10.26 meter. Sedangkan hiu paus betina mengalami masa belum matang ketika berukuran 3.40 – 7.60 meter dan masa dewasa ketika berukuran sekitar 12 meter (Compagno, 2002). Hal tersebut menunjukkan bahwa hiu paus di perairan Sowa, Kwatisore da

(20)

9 Yaur merupakan hiu paus usia belum matang gonad baik yang berkelamin jantan maupun betina.

Hiu paus pada perairan Teluk Cenderawasih memiliki kondisi tubuh dengan luka yang cukup beragam. Rata-rata hiu paus yang ditemui memiliki luka. Luka luka tersebut disebabkan diantaranya karena tertabrak kapal, menabrak bagan nelayan dan disebabkan oleh manusia dengan senjata tajam seperti tombak seperti yang ditunjukkan Gambar 9.

Gambar 9 Beberapa luka yang ditemui pada hiu paus di lokasi penelitian Individu hiu paus yang tercatat dalam penelitian yaitu sebanyak 37 individu memiliki luka- luka yang berbeda. Namun ada pula yang tidak memiliki luka. Frekuensi luka yang dimiliki hiu paus yang teramati dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Frekuensi Luka Hiu Paus Yang teramati

Dari pengamatan, hiu paus yang tidak memiliki luka memiliki presentase cukup besar yaitu 54.05%. Hal ini dikarenakan hiu paus di wilayah penelitian memiliki ukuran rata-rata kecil dan berusia muda bila dibandingkan usia dewasa, sehingga belum memiliki luka yang cukup banyak. Sedangkan hiu paus dengan luka di bagian sirip, baik sirip dorsal, pektoral maupun kaudal memiliki presentase 21.62%. Hiu paus dengan luka di bagian badan termasuk insang bernilai 24.32% dan luka di bagian mulut bernilai 18.91%.

Hiu paus yang teramati di wilayah penelitian memiliki luka badan dengan

luka sirip luka badan luka mulut tidak ada luka

(21)

10

membuat badan hiu paus rentan bertabrakan dengan benda keras seperti bagan ataupun kapal. Terdapat pula luka yang disebabkan oleh manusia seperti tombak maupun pukulan benda keras yang dimaksudkan untuk mengusir hiu paus yang mengganggu aktifitas bagan. Luka di daerah sirip dan mulut banyak disebabkan oleh lilitan pancing nelayan yang mengenai hiu paus.beberapa luka mulut hiu paus luka disebabkan oleh tingkah laku hiu paus yang sering menyedot jaring bagan yang terbuat dari tali tambang.

Perilaku dan Kemunculan Hiu Paus

Kemunculan Hiu Paus Terhadap Hasil Tangkapan

Selama penelitian yang dilaksanakan selama 50 hari, terjadi pertemuan hiu paus secara langsung sebanyak 25 hari. Sementara apabila dijumlahkan dari informasi nelayan bagan, kemunculan hiu paus mencapai 35 hari selama penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa pada bulan april hingga juni hiu paus menetap pada Perairan Sowa dan Kwatosore serta Yaur, Teluk cendrawasih. Dapat diindikasikan bahwa hiu paus memiliki ketertarikan terhadap jumlah ikan kecil di perairan Teluk Cenderawasih yang dibuktikan dari hasil tangkapan nelayan bagan. Selain itu, perilaku naik ke permukaan karena adanya ikan kecil di jaring bagan dapat menjadi faktor hiu paus tetap berasa pada perairan Sowa dan Kwatisore serta Yaur.

Aktifitas kemunculan hiu paus terhadap hasil bagan pada perairan Sowa, Kwatisore dan Yaur cukup beragam. Data tersebut didapatkan dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan pengamatan langsung dan informasi nelayan bagan. Dari data yang didapatkan, terlihat bahwa frekuensi kemunculan hiu paus cukup fluktuatif dengan kemunculan tertinggi mecapai 14 ekor pada satu harinya. Selama 50 hari penelitian, 35 hari hiu teramati berada di permukaan. Hal ini menunjukkan bahwa hiu paus di kawasan kwatisore sangat aktif untuk berada di permukaan.

(22)

11

Waktu Pengamatan

Gambar 11 Jumlah kemunculan hiu paus terhadap tangkapan di Perairan Sowa Wilayah Perairan Sowa memiliki aktifitas hiu paus di permukaan yang tertinggi apabila dibandingkan dengan wilayah perairan lainnya. Aktifitas kemunculan hiu paus mencapai 76 kali selama penelitian. Dalam satu harinya, hiu paus terbanyak muncul di permukaan adalah 14 ekor yaitu tanggal 14 Mei 2013. Hasil tangkapan bagan pada wilayah ini cukup fluktuatif dengan nilai hasil tangkapan terbesar 365 Kg pada tanggal 9 Mei 2013. Bulan terang pertama tidak mempengaruhi hasil tangkapan karena mendung sedangkan bulan terang kedua hasil tangkapan cukup rendah secara stabil. Jumlah kemunculan hiu paus terhadap hasil tangkapan di perairan Kwatisore dapat dilihat pada Gambar 12.

(23)

12

Wilayah Perairan Kwatisore memiliki aktifitas hiu paus di permukaan yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan wilayah perairan Sowa. Aktifitas kemunculan hiu paus adalah sebesar 51 kali selama penelitian. Dalam satu harinya, hiu paus terbanyak muncul di permukaan adalah 7 ekor yaitu tanggal 23 April 2013. Sebagian besar hiu paus yang terdata muncul di permukaan didapatkan dari nelayan bagan dibandingkan pengamatan langsung. Hasil tangkapan bagan pada wilayah ini cukup fluktuatif dengan nilai hasil tangkapan terbesar 155 Kg yaitu pada tanggal 17 Mei 2013. Bulan terang pertama tidak mempengaruhi hasil tangkapan karena mendung sedangkan bulan terang kedua hasil tangkapan cukup rendah dibandingkan dengan bulan terang pertama

Perairan Yaur menjadi perairan yang memiliki aktifitas hiu paus di permukaan yang terendah. Aktifitas kemunculan hiu paus hanya 7 kali selama penelitian. Hal ini dikarenakan pengamatan pada wilayah ini hanya dilakukan selama 2 kali karena wilayah yang cukup jauh dari penginapan. Jumlah kemunculan hiu paus terhadap hasil tangkapan di perairan Yaur dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 13 Jumlah kemunculan hiu paus terhadap tangkapan di Perairan Yaur.

Wilayah Perairan Yaur dalam satu harinya teramati hiu paus terbanyak muncul di permukaan adalah 4 ekor yaitu tanggal 21 mei 2013. Pada pengamatan selanjutnya yaitu tanggal 9 juni 2013 teramati 3 hiu paus naik ke permukaan. Hasil tangkapan bagan pada wilayah ini cukup fluktuatif dengan nilai hasil tangkapan terbesar 80 Kg yaitu pada tanggal 9 Juni 2013.

Dari data yang didapatkan dari ketiga wilaya perairan tersebut, didapatkan bahwa hasil tangkapa cukup besar pada bulan gelap apabila dibandingkan dengan hasil tangkapan pada bulan terang. Hasil tangkapan yang tinggi pada bulan bulan gelap tersebut cukup mempengaruhi kemunculan hiu paus di permukaan. Kemunculan hiu paus cukup tinggi pada kisaran tanggal bulan gelap, meskipun hiu paus muncul juga pada kisaran bulan terang dengan jumlah yang lebih kecil. Hasil tangkapan nelayan berupa ikan maupun sotong dan cumi yang berada di jaring menjadi faktor utama kemunculan hiu paus ke permukaan pada perairan Teluk Cenderawasih.

(24)

13

Perilaku dan Migrasi Lokal Hiu Paus

Pengamatan yang dilakukan oleh Clark dan Nelson (1997) menunjukkan

bahwa hiu paus akan mengubah perilaku renangnya menuju ke perairan dengan konsentrasi plankton yang tinggi meskipun faktor lain seperti konsentrasi kimia, bioelektrik stimuli atau faktor lainnya tidak diketahui.

Perilaku umum hiu paus di permukaan perairan teluk Cenderawasih adalah berenang mengitari bagan dan terkadang menyedot perairan. Faktor yang membuat hiu paus naik ke permukaan adalah ikan yang ada di dalam bagan. Hal tersebut membuat hiu paus akan naik ke permukaan di sekitar bagan nelayan. Hiu paus akan terus mengarah ke jaring bagan dan menyedot jaring sebagai reaksi atas stimulun ikan- ikan di dalam jaring. Di perairan Teluk Cenderawasih, hiu paus naik ke permukaan sebagai tingkah laku makan. Tingkah laku hiu paus selama di permukaan dapat dilihat pada Gambar 14.

A B C

Gambar 14 Perilaku umum hiu paus di permukaan, A. Menyedot jaring bangan, B. Berenang mengitari bagan, C. Menyedot perairan Dalam penelitian, tercatat beberapa hiu paus yang melakukan pergerakan secara regional. Pergerakan ini tercatat ketika hiu paus dalam individu yang sama naik ke permukaan pada sekitar bagan yang berbeda pada hari yang berbeda pula. Pola pergerakan hiu paus dapat dilihat pada Gambar 15.

(25)

14

Dari pola migrasi tersebut terlihat bahwa hiu paus lebih aktif pada kawasan sowa dengan sesekali menuju perairan kawanan kwatisore-yaur. Hal ini disebabkan oleh keberadaan bagan yang terkonsentrasi pada perairan sowa dengan hasil tangkapan ikan kecil yang cukup banyak. Hal ini yang membuat hiu paus cenderung bergerak aktif di perairan sowa. Pergerakan beberapa hiu paus menuju perairan kwatisore-yaur bagian utara terjadi karena pada awal bulan juni bagan nelayan di perairan sowa dan keatisore-yaur bagian selatan berkurang karena melakukan kegiatan perbaikan bagan. Kondisi tersebut membuat hiu paus bergerak hingga ke wilayah yaur dimana beberapa bagan cukup banyak pada waktu itu.

Persepsi Nelayan dan Interaksi Hiu Paus Terhadap Manusia

Persepsi nelayan bagan terhadap keberadaan hiu paus adalah karena keberadaan hasil tangkapan. Hasil tangkapan yang berada pada jaring membuat hiu paus terpancing untuk naik ke permukaan. Keberadaan hiu paus oleh nelayan terkadang menguntungkan. Karena pergerakan hiu paus akan diikuti oleh ikan bernilai ekonomi seperti ekor kuning yang dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Namun terkadang hiu paus merugikan karena whale shark akan mengusir ikan yang menjadi target jaring ketika beroperasi di malam hari. Sehingga hasil tangkapan akan berkurang. Namun, hiu paus juga diperlakukan sebagai sahabat oleh nelayan. Ketika hasil jaring melimpah, terkadang nelayan memberi makanan beupa ikan-ikan kecil atau bangkai ikan kepada hiu paus seperti ditunjukkan Gambar 16. Perilaku inilah yang membuat hiu paus tetap bertahan pada perairan sekitar bagan.

Gambar 16 Pemberian makan oleh nelayan

(26)

15

Gambar 17 Interaksi hiu paus terhadap manusia

Namun apabila dalam keadaan tidak ada makanan. Hiu paus akan memberikan respon terhadap interaksi tersebut. Hiu paus akan cenderung berenang menghindar terutama ketika memegang bagian sirip.

KESIMPULAN

Simpulan

Hiu paus di perairan Teluk Cenderawasih didominasi jantan dengan ukuran antara 3- 6 meter dimana belum usia dewasa. Hiu paus yang ditemukan sebagian besar tidak memiliki luka mengingat usia dan ukuran yang terbilang kecil dibandingkan usia dewasanya.. Hiu paus di perairan Teluk Cenderawasih naik ke permukaan sebagai tingkah laku makan. Tingkah laku tersebut sangat bergantung dengan hasil tangkapan nelayan bagan berupa ikan yang berada pada jaring. Ikan-ikan dalam jaring tersebut menarik hiu paus untuk naik ke permukaan. Oleh karena itu, hiu paus di Teluk Cenderawasih tidak akan jauh dari nelayan bagan ketika berada di permukaan.

Saran

Dalam melakukan survey pengamatan perlu dipersiapkan moda transportasi, dalam hal ini kapal yang sesuai dengan jarak yang akan ditempuh. Dengan kapal yang sesuai, pengamatan dari bagan ke bagan tidak mengalami kesulitan. Selain itu, pengamatan dengan menggunakan Photo ID memiliki kesulitan dalam pemotretan tubuh hiu paus terutama ketika perairan keruh. Penggunaan alat bantu penerangan atau kualitas kamera yang baik akan membantu kesulitan pemotretan tersebut.

(27)

16

DAFTAR PUSTAKA

Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih. 2009. Rencana Pengelolaan Taman

Nasional Teluk Cenderawasih. BTNTC: Papua

Balai Taman Nasional Teluk Cenderawasih, WWF- Indonesia. 2009. Zonasi

Taman Nasional Teluk Cenderawasi. Penerbit Andi : Yogyakarta

Carrier JC, Pratt HL, Martin LK. 1994. Group reproductive behaviors in

free-living nurse sharks,Ginglymostoma cirratum. Copeia 646–656

Clark, E., Nelson, D.R., 1997. Young whale sharks, Rhincodon typus, feeding on a copepod bloom near La Paz Mexico. Environ. Biol. Fishes 50, 63–73.

Compagno L. 2002. Sharks of the world: an annotated and illustrated catalogue

of shark species known to date. Bullhead, mackerel and carpet sharks

(Heterodontiformes, Lamniformes, and Orectolobiformes), Vol 2. Food

and Agriculture Organization of the United Nations: Rome

Eckert, S.A., B. Stewart. 1996. Migration and movements of the whale shark (Rhincodon typus) in the Sea of Cortez as determined by satellite telemetry. Hubbs-Sea World Res. Inst., Tech. Rep., 96-269, pp. 1-22, figs 1-10, tabs 1-2, app. 1-3.

Eckert, S. A.., Stewart, B. S. (2001). Telemetry and satellite tracking of whale sharks, Rhincodon typus, in the Sea of Cortez (Mexico) and the north Pacific Ocean. Environmental Biology of Fishes 60, 299–308.

Heyman WD, Graham RT, Kjerfve B, Johannes RE.2001. Whale sharks

Rhincodon typus aggregate to feed on fish spawn in Belize. Mar Ecol Prog

Ser 215:275–282

Pierce J Simon. 2007. Processing Photographic Identification of Whale Shark

Using the Interactive Individual Identification System (I3S). Draft Data

Collection Protocol, Version 1.1

Ramirez-Macias D, Vazquez-Juarez R, Galvan-Magana F, Munguia-Vega A.

2007. Variations of the mitochondrial control region sequence in whale

sharks (Rhincodon typus) from the Gulf of California, Mexico. Fish Res

84: 87–95

Schmidt JV, Schmidt CL, Ozer F, Ernst RE, Feldheim KA, Ashley MV, Levine M.

2009. Low genetic differentiation across three major ocean populations of

the whale shark, Rhincodon typus. PLoS ONE 4:e4988

Schmidt JV, CC Chen, SI Sheikh, MG Meekan, BM Norman and SJ Joung. 2010. Paternity analysis in a litter of whale shark embryos. Endangered Species Research 12, pp. 117–124.

(28)

17

(29)

18

Lampiran 1 Identifikasi Individu Hiu Paus Yang Dijumpai Selama Penelitian

ID Gambar Jenis Kelamin Ukuran Keterangan Luka

03 Jant an 3.5 M Sirip kaudal put us, baw ah

m ulut gores dan at as m ulut dom pel

New 1 Jant an 4 M Tidak ada

New 2 Jant an 3.5 M Tidak ada

New 3 Jant an 5 M Sirip kaudal baw ah robek,

badan ekor bagian kanan gores, m ulut baw ah gores dan dorsal t idak rat a

26 Jant an 5 M Sirip dorsal t idak rat a, bagian

at as m ulut dom pel dan kepala at as t ergores

New 4 Jant an 4 M Bagian at as m ulut bagian

t engah dom pel dan kaudal at as t ergores

47 Jant an 3.5 M Tidak ada

11 Jant an 3 M Tidak ada

40 Jant an 3 M Tidak ada

17 Jant an 4,5 M Sirip kaudal at as luka dan

insan ke 4 kiri sobek

(30)

19

10 Jant an 3.5 m Luka gores bagian at as kepala

02 Jant an 6 M Sirip pekt oral kanan put us

01 Jant an 4 M Sirip pekt oral kiri robek, sirip

kaudal baw ah t erlilit dan sirip pekt oral kanan robek

21 Jant an 3 M Bagian kepala depan luka

New 5 Jant an 3 M Tidak ada

13 Jant an 3.5 M Bagian at as kepala gores

62 Jant an 4 M Tidak ada

17 Jant an 4 M Insan ke 2 kiri robek

New 6 Jant an 3.5 M insang ke 4 kanan sedikit obek

14 Jant an 6 M Tidak ada

06 Jant an 3.5 M Tidak ada

(31)

20

New 7 Jant an 3.5 M Tidak ada

New 8 Jant an 3 M Tidak ada

New 9 Jant an 3 M Tidak ada

37 Jant an 4.5 M Tidak ada

48 Jant an 5 M Tidak ada

15 Jant an 3.5 M Tidak ada

44 Jant an 4 M Tidak ada

18 Jant an 4 M Bagian m ulut depan luka

05 Jant an 4.5 M Sirip dorsal luka

New 10

Jant an 3.5 M Bagian badan at as luka luka

sepert i t ert om bak dan sirip kaudal baw ah luka

New 11

Jant an 3.5 Bagian m ulu at as luka

(32)

21

06 Jant an 6 M Tidak ada

New 12

Jant an 4 M Tidak ada

31 Bet ina 4 M Bagian m ulut penuh luka

gores

51 Jant an 4 M Tidak ada

(33)

22

RIWAYAT HIDUP

Mahardika Rizqi Himawan lahir di Kendal, 29 Mei 1991, anak pertama dari tiga bersaudara dari Ayah Warsono dan Ibu Sri Hermawati. Penulis lulus dari SMA N 1 Kendal pada tahun 2009 dan masuk ke Institut Pertanian Bogor di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan melalui jalur USMI pada tahun yang sama. Selama kuliah, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) sebagai Wakil Ketua Umum pada tahun 2011, Ketua Umum pada tahun 2012 dan Dewan Penasihat pada tahun 2013. Pada tahun 2013, penulis mengikuti Latihan Kader I, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPB dan menjadi anggota pada tahun yang sama. Penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan Indonesia (HIMITEKINDO) dengan mengikuti Musyawarah Nasional di Makassar dan Musyawarah Kerja Nasional di Malang tahun 2012. Penulis merupakan Pelaksana “Refleksi HIMITEKINDO, di Bogor yang dilaksanakan tahun 2013.

Penulis merupakan penerima beasiswa TOYOTA-ASTRA periode 2012. Penulis sempat menerima dana hibah PKM-P yang berjudul “Konservasi Lamun: Aspek Rehabilitasi Habitat dan Persepsi Masyarakat di Pulau Pramuka, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Jakarta”. Pada tahun 2013, penulis menjadi kru pembuatan film “Jurnal dari Pulau-Pulau Terluar Indonesia” edisi Pulau Nusakambangan dan Pulau Maratua, yang dilaksanakan oleh Indonesia Maritime Institut (IMI) yang bekerjasama dengan Kementerian Kelautan Perikanan RI dan TNI Angkatan Laut.

Gambar

Gambar 1 Lokasi Penelitian
Gambar 2 Identifikasi totol putih sebagai pembeda antar individu
Gambar 4 Bagan dan ikan dalam jaring
Tabel 1. Jumlah kemunculan hiu paus pada kawasan penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian perbedaan tingkat kinerja SIA antara perusahaan yang memiliki dengan yang tidak memiliki Pendidikan dan Pelatihan Pengguna, Komite Pengendali SI, dan Lokasi Departemen

AUDIT, FINANCIAL DISTRESS , PERTUMBUHAN PERUSAHAAN KLIEN DAN UKURAN KAP TERHADAP AUDITOR SWITCHING (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Fungsi kunci yaitu untuk mengubah elemen diluar diagonal utama menjadi elemen Fungsi kunci yaitu untuk mengubah elemen diluar diagonal utama menjadi elemen

Jadi label peringatan kesehatan adalah setiap keterangan mengenai produk tembakau yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang

Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu

Schneiders (1964) menyebutkan beberapa ciri-ciri individu yang penyesuaian dirinya terhambat seperti tidak dapat menahan diri dan emosi yang berlebihan, cenderung kaku

Faktor selanjutnya yang berpengaruh terhadap tingkat pengangguran yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Beban Tanggungan Penduduk (Dependency Ratio).. Beban

Hasil FGD yang dilakukan telah menghasilkan alternatif solusi, terkait kelengkapan sarana dan fasilitas dalam penerapan pencegahan pasien risiko jatuh rumah sakit