ASPEK SOSIAL EKONOMI TEKNIK KONSERVASI TANAH
DAN AIR
Studi Kasus: Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Bogor
WULAN APRILYANI DWI PRASANTYAWATI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Aspek Sosial Ekonomi Teknik Konservasi Tanah dan Air Studi Kasus Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
WULAN APRILYANI DWI PRASANTYAWATI. Aspek Sosial Ekonomi Teknik Konservasi Tanah dan Air Studi Kasus: Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Bogor Dibimbing oleh SURIA DARMA TARIGAN dan LATIEF M. RACHMAN).
Permasalahan lahan kering seperti kekeringan, kekurangan air, kemasaman dan kesuburan tanah, kemiringan lereng, kedalaman efektif, dan struktur tanah merupakan faktor pembatas dalam pengembangan aktivitas pertanian. Untuk menanggulangi hal tersebut, diperlukan tindakan konservasi tanah dan air. Kondisi sosial dan ekonomi di suatu wilayah cukup berpengaruh dalam proses adopsi teknik konservasi tanah dan air. Faktor tersebut dapat berasal dari internal (umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha tani, luas lahan, kepemilikan lahan, pendapatan, pengeluaran rumah tangga, dan akses informasi) maupun eksternal (ketersediaan sarana produksi pertanian dan modal, intensitas mengikuti penyuluhan, serta peluang pasar). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor sosial dan ekonomi petani di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Bogor yang mempengaruhi adopsi teknik konservasi tanah dan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan (X5), umur (X1), motivasi (X13), intensitas penyuluhan (X11), dan modal (X10) berpengaruh nyata terhadap adopsi teknik konservasi tanah dan air.
Kata kunci: adopsi, konservasi, lahan kering, motivasi, Sukagalih
ABSTRACT
WULAN APRILYANI DWI PRASANTYAWATI. Socio - Economic Aspect of Soil and Water Conservation Techniques Case Study: Sukagalih Village Megamendung District of Bogor Guided by SURIA DARMA TARIGAN and LATIEF M. RACHMAN.
Dryland issues such as drught, water shortage, soil acifity and fertility, slope, effective depth, and soil structure is a limiting factor in the development of agricultural activities. To overcome this issues, the necessary soil and water conservation measures. Social and economics conditions in a region quite influential in the process of adoption of soil and water conservation techniques. These factors can be derived from the internal (age, education level, farming experience, land area, land ownership, income, household expenses, and access information) and external (availability of agricultural inputs and capital intensity following the extension, and market opportunities) . This study aims to identify and analyze the social and economic factors of farmers in Sukagalih Village Megamendung Districts Bogor affecting the adoption of soil and water conservation techniques. The results showed that the land area (X5), age (X1), motivation (X13), the counseling intensity (X11), and capital (X10) significantly affect the adoption of soil and water conservation techniques.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
ASPEK SOSIAL EKONOMI TEKNIK KONSERVASI
TANAH DAN AIR
Studi Kasus: Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Bogor
WULAN APRILYANI DWI PRASANTYAWATI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Aspek Sosial Ekonomi Teknik Konservasi Tanah dan Air Studi Kasus: Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Bogor Nama : Wulan Aprilyani Dwi Prasantyawati
NIM : A14100007
Disetujui oleh
Dr Ir Suria Darma Tarigan, MSc Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr Ir Latief M. Rachman, MSc, MBA Pembimbing II
Dr Ir Baba Barus Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 sampai Maret 2014 ini ialah adopsi teknik konservasi tanah dan air, dengan judul Aspek Sosial Ekonomi Teknik Konservasi Tanah dan Air Studi Kasus Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suria Darma Tarigan MSc dan Bapak Dr Ir Latief M. Rachman MSc MBA selaku dosen pembimbing. Ibu Dr Ir Enni Dwi Wahjunie MSi, Bapak Rahmat Hidayat, Bapak Alwansyah Sudarman, dan seluruh responden atas bantuan dan sarannya dalam mengumpulkan data selama penelitian di Desa Sukagalih. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
HALAMAN JUDUL iv
HALAMAN PENGESAHAN v
PRAKATA vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL, GAMBAR, DAN LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
METODE 3
Lokasi Penelitian 3
Waktu Penelitian 4
Alat dan Bahan 4
Sasaran Penelitian 5
Data dan Instrumentasi 5
Definisi Operasional 5
Metode Pemilihan Responden 6
Prosedur Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Kegiatan Pertanian dan Kondisi Adopsi KTA di Desa Sukagalih 9
Karakteristik Internal 12
Karakteristik Eksternal 15
Hubungan Karakteristik Internal maupun Eksternal Petani dengan
Teknik KTA 17
SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22
DAFTAR TABEL
1 Penduduk Desa Sukagalih Berdasarkan Umur 4
2 Jenis Konservasi Tanah dan Air yang Diterapkan oleh Responden 11 3 Deskripsi Kondisi Sosial Ekonomi Responden 11
4 Sebaran Responden Berdasarkan Umur 12
5 Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Formal 12 6 Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani 13 7 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga 13 8 Sebaran Responden Berdasarkan Pengeluaran Rumah Tangga 14 9 Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Garapan 14 10 Sebaran Responden Berdasarkan Kepemilikan (Penguasaan) Lahan 15 11 Sebaran Responden Berdasarkan Akses Informasi 15 12 Sebaran Responden Berdasarkan Ketersediaan Sarana Produksi
Pertanian 15
13 Sebaran Responden Berdasarkan Modal yang Digunakan untuk Usaha
Tani 16
14 Sebaran Responden Berdasarkan Intensitas Mengikuti Penyuluhan 16 15 Sebaran Responden Berdasarkan Skor Peluang Pemasaran Produk
Pertanian 17
16 Hasil ANOVA Karakteristik Petani terhadap Adopsi Teknik KTA 17 17 Hubungan Karakteristik Petani terhadap Adopsi Teknik KTA 18
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram Alir Rumusan Masalah 2
2 Tumpangsari Ubi Jalar dengan Ubi Kayu 10
3 Aplikasi Guludan pada Masa Tanam Kedelai 10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Uji Asumsi 22
Hasil Uji Normalitas 22
Hasil Uji Heteroskedasitas 22
Hasil Uji Autokorelasi 22
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem pertanian di Indonesia, khususnya yang menyangkut budidaya tanaman pangan dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu pertanian lahan basah/sawah dengan luas sekitar 40.20 juta hektar dan pertanian lahan kering seluas 148 juta hektar (Anonim 2012).
Lahan kering selalu dikaitkan dengan pengertian bentuk-bentuk usaha tani bukan sawah yang dilakukan oleh masyarakat di bagian hulu suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai lahan atas (upland) atau lahan yang terdapat di daerah kering (kekurangan air) yang tergantung pada air hujan sebagai sumber air (Minardi 2009). Lahan kering juga dapat diartikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah digenangi/tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang waktu.
Ditinjau dari segi luasannya, potensi lahan kering di Indonesia tergolong tinggi. Akan tetapi memerlukan manajemen yang tepat dalam pengembangannya, dikarenakan lahan kering memiliki faktor pembatas seperti kekeringan, kekurangan air, kemasaman dan kesuburan tanah, kemiringan lereng, kedalaman efektif, dan struktur tanah.
Berdasarkan permasalahan pengelolaan lahan kering yang cukup bervariasi, diperlukan strategi dan teknologi yang tepat agar permasalahan tersebut dapat diatasi. Akan tetapi teknologi berbasis riset belum tentu diterima di semua kalangan petani, karena adanya faktor sosial dan ekonomi (Haryati 2008; Mishra dan Rai 2013) yang bersifat internal (umur, pendidikan formal, luas lahan, status kepemilikan lahan, pendapatan, pengeluaran rumah tangga, dan akses informasi) dan juga faktor eksternal (ketersediaan sarana produksi pertanian, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan modal, intensitas penyuluhan, dan peluang pasar) yang mempengaruhi motivasi petani dalam mengadospi metode dan teknologi baru.
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di Desa Sukagalih bermata pencaharian sebagai petani yang lahan pertaniannya berada di lahan miring. Kondisi tersebut tidak layak untuk dikembangkan, mengingat diperlukan upaya pengelolaan tanah konservasi yang tinggi agar lahan dapat tetap mendatangkan keuntungan yang optimal. Beberapa petani sudah mengenal dan menerapkan teknik konservasi tanah dan air di lahannya. Untuk mengetahui pengaruh sosial dan ekonomi terhadap adopsi teknik konservasi tanah dan air di kalangan petani, maka perlu dilakukan penelitian mengenai Aspek Sosial Ekonomi Teknik Konservasi Tanah dan Air.
Perumusan Masalah
2
Petani sayuran dan tanaman pangan di Desa Sukagalih pada umumnya memiliki luas lahan yang kurang dari 0.5 hektar dengan status kepemilikan lahan sebagian besar adalah sewa dan sudah menerapkan teknik konservasi tanah dan air sederhana di lahan miliknya. Penerapan teknik konservasi tanah dan air tersebut dilatarbelakangi oleh kebiasaan petani yang dilakukan secara turun-temurun dan informasi yang diperoleh dari penyuluh setempat. Keuntungan secara ekonomi dari penerapan teknik konservasi tanah dan air belum dapat petani rasakan, karena petani beranggapan bahwa bertani adalah kebudayaan turun-temurun dan orientasi hasilnya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan demikian, perlu diteliti mengenai pengaruh aspek sosial dan ekonomi terhadap proses adopsi teknik konservasi tanah dan air di Desa Sukagalih. Rumusan masalah penelitian aspek sosial ekonomi teknik konservasi tanah dan air di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Rumusan Masalah Syarat Mutlak
Pembangunan Pertanian (Mosher 1987):
- Pemasaran hasil pertanian
- Teknologi yang selalu berubah
- Sarana produksi yang selalu tersedia secara X3: Pengalaman usahatani X4 : Jumlah tanggungan
3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aspek sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap praktik konservasi tanah dan air dalam pertanian berbasis tanaman sayur dan tanaman pangan
2. Menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi petani dalam adopsi teknik konservasi tanah dan air
3. Menganalisis motivasi petani dalam mengadopsi teknik konservasi tanah dan air guna meningkatkan produktivitas pertanian
Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan mengenai aspek sosial ekonomi teknik konservasi tanah dan air di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Bogor, membantu petani dalam menentukan metode konservasi tanah dan air yang tepat untuk meningkatkan produktivitas, memberikan informasi bagi pemerintah mengenai saluran komunikasi yang efektif dalam mensosialisasikan metode atau teknologi pertanian yang baru.
METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Bogor. Penentuan lokasi penelitian berdasarkan survei lapang, bahwa Desa Sukagalih merupakan sub sub DAS Ciliwung dan aktivitas pertanian di kalangan masyarakatnya tergolong masih tinggi.
Letak dan Topografi Wilayah
Desa Sukagalih merupakan salah satu Desa di Kecamatan Megamendung yang mempunyai luas wilayah 247,220 Ha terdiri atas 2 dusun, 4 Rukun Warga (RW), dan 20 Rukun Tetangga (RT). Desa Sukagalih merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian 900 m dpl dengan suhu udara rata-rata 270C - 330C. Jarak dari kantor kecamatan adalah 5 km, jarak dari ibukota kabupaten adalah 25 km, sedangkan jarak dari ibukota provinsi adalah 150 km.
Secara administratif, Desa Sukagalih mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukakarya Kecamatan Megamendung
• Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kuta Kecamatan Megamendung
4
• Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung
Iklim
Desa Sukagalih sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu penghujan dan kemarau. Iklim yang mempengaruhi adalah iklim tropis dengan angin bertiup dari arah utara ke selatan dengan kecepatan 15 km/jam dan curah hujan rata-rata 3,000 mm/tahun.
Penduduk
Berdasarkan data penduduk sampai dengan bulan Januari 2014, jumlah penduduk Desa Sukagalih yaitu 8,314 jiwa, terdiri atas laki-laki 4,300 jiwa dan perempuan 4,014 jiwa dan jumlah kepala keluarga 2,019 kepala keluarga (KK).
Tabel 1 Penduduk Desa Sukagalih Berdasarkan Umur
Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
0 – 14 3,107 37.37
15 – 69 5,058 60.84
>70 149 1.79
Total 8,314 100.00
Sumber: Balai Desa Sukagalih, 2014
Keadaan penduduk di Desa Sukagalih didominasi oleh penduduk yang berusia 15-69 tahun (sebanyak 60.84%). Jumlah penduduk ini memberikan gambaran bahwa penduduk di Desa Sukagalih merupakan penduduk usia produktif dan dapat dikatakan bahwa tenaga kerja di daerah ini cukup tersedia. Sedangkan penduduk berusia 0-14 tahun sebanyak 37.37% dan penduduk yang berusia >70 tahun terdapat 1.79%.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dari Oktober 2013-Maret 2014 terbagi dalam beberapa tahap: (1) tahap persiapan yang dilaksanakan bulan Oktober 2013; (2) tahap survei dan observasi lapang (wawancara dan mengidentifikasi teknik konservasi tanah dan air secara eksisting dilaksanakan bulan Oktober 2013-Januari 2014; (3) tahap pengolahan dan analisis data dilaksanakan bulan Januari-Februari 2014; dan (4) tahap penulisan dilaksanakan bulan Maret 2014.
Alat dan Bahan
5
Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah petani sayur dan tanaman pangan di kampung Bojongkecik dan Lemahneundeut Desa Sukagalih yang memanfaatkan irigasi dari sub sub DAS Ciliwung.
Data dan Instrumentasi
Data
Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data kuantitatif yang diperoleh langsung dari responden, meliputi nama, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan jumlah tanggungan keluarga, data mengenai kegiatan usaha tani (luas dan status kepemilikan lahan, ketersediaan sarana produksi pertanian, ketersediaan dan kemudahan memperoleh modal, akses informasi, keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan, dan ketersediaan pasar), data pendapatan dan pengeluaran rumah tangga (pangan dan non pangan), serta motivasi responden mengadopsi teknik konservasi tanah dan air. Adapun data sekunder adalah yang menyangkut kondisi sosial Desa Sukagalih.
Instrumentasi
Pengumpulan data menggunakan kuisioner berupa daftar pertanyaan yang berhubungan dengan karakteristik petani dalam penelitian. Kuisioner terdiri atas tiga bagian, bagian pertama meliputi data karakteristik petani (umur, pendidikan formal, pengalaman usaha tani, jumlah tangungan keluarga, pengeluaran rumah tangga, luas dan kepemilikan lahan, akses informasi, modal, intensitas penyuluhan, dan peluang pasar), termasuk pengetahuan petani mengenai teknik konservasi tanah dan air dan adopsinya di lahan pertanian, bagian kedua untuk memperoleh data tentang motivasi responden, dan bagian ketiga untuk memperoleh data ketersediaan sarana produksi pertanian.
Definisi Operasional
Untuk memperoleh persamaan persepsi terhadap konsep yang diteliti dan dapat melakukan pengukuran terhadap variabel penelitian dengan jelas, maka perlu menetapkan konsep tersebut ke dalam definisi operasioanl sebagai berikut:
a. Umur (X1) adalah satuan usia responden yang dihitung sejak lahir sampai penelitian ini dilakukan, dengan skala rasio dan dinyatakan dalam tahun. b. Pendidikan formal (X2) adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh
responden.
c. Pengalaman berusaha tani (X3) adalah lamanya responden berusaha tani yang dinyatakan dalam tahun dan skala pengukuran rasio.
d. Jumlah tanggungan keluarga (X4) adalah banyaknya individu yang biaya hidupnya ditanggung oleh responden. Dinyatakan dalam orang dan skala rasio.
6
f. Luas lahan (X6) adalah jumlah hamparan tanah dalam hektar yang digarap oleh responden, dengan skala pengukuran rasio.
g. Kepemilikan lahan (X7) adalah status lahan garapan petani yang dibedakan menjadi penyewa, pemilik non penggarap, dan pemilik penggarap (Gafur 2009).
h. Akses informasi (X8) adalah upaya responden untuk mencari informasi mengenai praktik usaha tani yang digelutinya baik melalui media massa, penyuluhan, dan sesama petani dalam satu tahun terakhir. Pengukurannya dengan menggunakan skala rasio.
i. Ketersediaan sarana produksi pertanian (X9) adalah ada dan terjangkaunya bahan dan peralatan yang diperlukan dalam usaha tani sesuai dengan jumlah dan jenisnya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala ordinal, terdiri atas 12 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban yang menggambarkan ketersediaan bibit, pupuk, pestisida (Daniel 2004), serta alat transportasi (Gafur 2009).
j. Modal (X10) adalah jumlah uang digunakan dalam berusaha tani, baik berasal dari diri sendiri ataupun pinjaman. Jumlah modal diukur dengan skala rasio, dinyatakan dalam Rp/masa tanam.
k. Intensitas penyuluhan (X11) adalah jumlah pertemuan responden dengan penyuluh dan kesesuaian materi yang dibicarakan dengan kebutuhan responden dalam berusaha tani dalam satu tahun terakhir. Jumlah pertemuan diukur dengan skala rasio, sedangkan kesesuaian materi diukur dengan skala ordinal.
l. Peluang pasar (X12) adalah ketersediaan pasar guna memasarkan hasil usaha tani dengan indikator adalah kemudahan memasarkan, kesesuaian harga, dan cara pemasaran (Gafur 2009). Pengukuran dengan skala ordinal. m. Motivasi (X13) adalah faktor-faktor yang diduga mempengaruhi responden
dalam mengaplikasikan teknik konservasi tanah dan air di lahannya, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari luar. Diukur menggunakan skala ordinal.
Metode Pemilihan Responden
Pengambilan sampel (responden) dilakukan menggunakan metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel penelitian adalah 30 orang petani, menurut Sekaran (2006) dalam Hendry (2010) merupakan jumlah minimum dalam melakukan penelitian dengan pengolahan data statistika.
Prosedur Analisis Data
Identifikasi Karakteristik Petani Sayur dan Tanaman Pangan
7 pertanian, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan modal, intensitas penyuluhan, dan peluang pasar.
Umur, Pendidikan Formal, Pengalaman Berusaha Tani, Jumlah Tanggungan Keluarga, Luas Lahan. Kepemilikan Lahan, dan Akses Informasi
Variabel-variabel ini termasuk ke dalam data rasio. Pengumpulan informasi berasal dari pertanyaan yang bersifat terbuka, dan diklasifikasikan ke dalam 3 kategori. Untuk variabel umur yang dikaitkan dengan kriteria usia produktif kerja menurut Tjiptoherijanto (2001), diklasifikasikan ke dalam kategori muda apabila usia 15 - 39 tahun, sedang 40 – 64 tahun, dan tua (tidak produktif) >64 tahun. Pendidikan formal dikategorikan menjadi SD, SMP, dan SMA.
Pengalaman usaha tani, jumlah tanggungan keluarga, kepemilikan lahan, dikategorikan berdasarkan kriteria menurut Gafur (2009), dimana pengalaman usaha tani dikategorikan rendah apabila pengalaman <10 tahun, sedang 10 – 16 tahun, dan tinggi apabila pengalaman >16 tahun. Jumlah tanggungan keluarga dikategorikan rendah apabila <3 orang, sedang 3 – 5 orang, dan tinggi apabila >5 orang. Kepemilikan lahan dibedakan menjadi penyewa, pemilik non penggarap, serta pemilik dan penggarap.
Untuk luas lahan dikategorikan rendah apabila luas lahan ≤0.5 ha, sedang 0.6 – 1.5 ha, dan tinggi >1.5 ha. Akses informasi dikategorikan berdasarkan frekuensi petani melakukan akses informasi mengenai aktivitas usaha taninya. Apabila <2 kali dikategorikan rendah, 2 - 6 kali sedang, dan >6 kali dikategorikan tinggi.
Pengeluaran Rumah Tangga dan Modal
Pengeluaran rumah tangga dan modal, tergolong ke dalam data nominal. Untuk mengklasifikasikan kedua variabel ini, menggunakan data minimum dan maksimum hasil wawancara. Dari pengurangan data maksimum dengan data minimum diperoleh range data, kemudian dari range data dibagi dengan kategori (3 kategori) untuk mendapatkan panjang masing-masing interval kelas.
Untuk pengeluaran rumah tangga, dimasukkan ke dalam kategori rendah apabila pengeluaran <Rp 1,500,000.00/bulan, Rp 1,500,000.00 – 3,000,000.00/bulan termasuk kategori sedang, dan kategori tinggi apabila pengeluaran rumah tangga >Rp 3,000,000.00/bulan.
Sedangkan untuk modal, dikatakan rendah apabila besarnya modal <Rp 5,000,000.00/masa tanam, Rp 5,000,000.00 – 10,000,000.00/masa tanam tergolong sedang, dan apabila >Rp 10,000,000.00/masa tanam tergolong kategori tinggi.
Sarana Produksi Pertanian, Intensitas Penyuluhan, Peluang Pasar, dan Motivasi
Variabel-variabel ini tergolong ke dalam data ordinal. Dalam pengumpulan datanya, responden diberikan sejumlah pertanyaan yang sifatnya tertutup (pilihan jawaban telah disediakan oleh pewawancara di dalam kuisioner). Berdasarkan jawaban dari responden, dilakukan skoring dengan metode sebagai berikut:
8
d. Menentukan jumlah kategori dalam penelitian ini terdiri atas 3 kaktegori (tinggi, sedang, rendah)
e. Menentukan interval kelas (skor tertinggi/kategori)
Untuk sarana produksi pertanian terdapat 12 pertanyaan (Lampiran 2 no 42 - 53) dengan 4 pilihan jawaban, sehingga skor minimum adalah 12 dan maksimum 48. Range data 42 dan terdapat 3 kategori, berdasarkan penentuan interval kelas diperoleh 14. Ketersediaan sarana produksi pertanian dikatakan rendah apabila skor 12 – 24, sedang 25 – 37, dan tinggi 38 – 50.
Intensitas penyuluhan diklasifikasikan berdasarkan 4 pertanyaan (Lampiran 2 no 24 – 27), pertanyaan no 24 dan 25 diasumsikan penyuluhan dan interaksi dengan penyuluh minimal 1 kali per bulan, sehingga skor minimum 0 (tidak pernah mengikuti penyuluhan dan berinteraksi dengan penyuluh) dan maksimum 12 (selalu mengikuti penyuluhan dan berinteraksi dengan penyuluh). Kemudian 2 pertanyaan selanjutnya skor minimumnya 0 dan maksimum 8 sehingga total skor minimum 0 dan total skor maksimum 32, dengan adanya 3 kategori maka klasifikasinya sebagai berikut, intensitas penyuluhan dikatakan rendah apa bila skor 2 – 12, sedang 13 – 23, dan tinggi 24 – 34.
Peluang pasar diketahui berdasarkan 4 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban yang terdapat pada Lampiran 2 no 18, 19, 21, dan 23. Berdasarkan pertanyaan tersebut skor minimum 4 dan maksimum 16, dan dikategorikan ke dalam 3 kelas yaitu rendah apabila skor 4 – 8, sedang 9 – 13, dan tinggi 14 – 18.
Demikian juga dalam mengklasifikasikan motivasi, terdapat 14 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban. Jumlah skor minimum adalah 4 dan skor maksimum 56, dikategorikan dalam 3 kelas yaitu rendah 14 – 28, sedang 29 – 43, dan tinggi 44 – 58.
Adopsi Teknik Konservasi Tanah dan Air dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
Pengertian adopsi teknologi pertanian adalah perubahan penerapan teknologi petani setelah suatu teknologi baru diperkenalkan tanpa adanya intervensi lagi oleh pembawa teknologi (Murdolelono 2006).
Dalam mengadopsi hal baru, seseorang memiliki landasan tertentu yang disebut motivasi. Demikian halnya dengan petani dalam mengadopsi teknik konservasi tanah dan air. Adanya motivasi seperti pemenuhan kebutuhan hidup, kemudahan menjalin pergaulan, merasa dihargai sebagai petani, meningkatkan semangat kerja dan kecintaan terhadap profesi, efektivitas kerja, peningkatan kuantitas dan kualitas produksi, adanya pengaruh dari orang lain maupun diri sendiri merupakan faktor pendorong petani untuk mengadopsi teknik konservasi tanah dan air.
Selain motivasi, terdapat aspek sosial ekonomi yang mempengaruhi adopsi teknik konservasi tanah dan air. Untuk mengetahui aspek sosial ekonomi dan motivasi yang mempengaruhi besarnya tingkat adopsi teknik konservasi tanah dan air dapat diduga menggunakan uji analisis liner berganda. Adapun hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
H0: semua variabel X tidak berpengaruh terhadap Y
H1: minimal ada satu variabel X yang berpengaruh terhadap Y
9 independen (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y).
Apabila nilai signifikansi < α maka tolak H0 yang berarti minimal ada satu
variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1+ β2X2 + ... + βnXn Keterangan:
Y: adopsi teknik konservasi tanah dan air
α: konstanta
β: koefisien regresi masing-masing variabel X1 : Umur (tahun)
X2 : Pendidikan formal
X3: Pengalaman usahatani (tahun) X4 : Jumlah tanggungan keluarga (orang) X5 : Luas lahan garapan (ha)
X6 : Status kepemilikan lahan
X7 : Pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan/KK) X8 : Akses informasi (kali/tahun)
X9 : Sarana produksi pertanian X10 : Modal (Rp/musim tanam) X11: Intensitas penyuluhan X12 : Peluang pasar
X13 : Motivasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Pertanian dan Kondisi Adopsi Teknik Konservasi Tanah dan Air di Desa Sukagalih
Pertanian merupakan sektor ekonomi yang paling berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Desa Sukagalih. Hal ini dapat terlihat dari jumlah penduduk Desa Sukagalih yang bermata pencaharian sebagai petani berjumlah 1,691 orang atau 24.21% dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Aktivitas yang bukan hanya sebagai mata pencaharian bagi masyarakatnya ini, juga diakui sebagai sebuah tradisi yang sudah berjalan turun-temurun.
Aktivitas pertanian Desa Sukagalih sebagian besar berada pada lahan dengan kemiringan antara 6-25 % (lereng miring-agak terjal), didominasi oleh tanaman pangan, tanaman sayur, dan tanaman penghasil kayu sebagai salah satu upaya rehabilitasi lahan kritis. Selain itu berdasarkan data potensi Desa Sukagalih tahun 2014, berkembang berbagai aktivitas budidaya pertanian lainnya seperti usaha budidaya bunga potong, budidaya jamur tiram, dan budidaya sayur mayur hidroponik.
10
berdasarkan metodenya teknik konservasi tanah dan air diklasifikasikan menjadi: (1) metode vegetatif yang meliputi penggunaan sisa tanaman, tanaman penutup tanah/mulsa, strip cropping, pergiliran tanaman, tumpang sari, agroforestry, dan penghijauan/reboisasi; (2) metode mekanik seperti pengolahan tanah konservasi, membuat teras, rorak, check dam, balong, dan pengaturan irigasi/drainase; (3) metode kimiawi (penggunaan soil conditioner dan amelioran).
Dari beberapa metode konservasi tanah dan air di atas, sebagian responden telah mengetahui beberapa teknik tersebut seperti membuat lubang (rorak), menanam tanaman tahunan guna mengurangi erosi, membuat teras, guludan, memberikan pupuk, mengembalikan sisa tanaman ke tanah, dan tumpang sari. Cara-cara ini merupakan teknik yang diwariskan secara turun-temurun.
Teknik konservasi tanah dan air yang diadopsi, disesuaikan dengan masa tanam, sehingga satu orang responden dapat mengadopsi lebih dari satu jenis teknik konservasi tanah dan air.
Berdasarkan gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa aktivitas pertanian di Desa Sukagalih bersifat subsisten. Hal ini belum sesuai dengan karakteristik sistem pertanian berkelanjutan, yaitu produktivitas tetap tinggi, menguntungkan secara ekonomi, dapat diterima masyarakat, serta ditunjang oleh kelembagaan masyarakat.
Gambar 2 Tumpangsari ubi jalar dengan ubi kayu
Gambar 3 Aplikasi guludan pada masa tanam kedelai
11 Tabel 2 Jenis konservasi tanah dan air yang diterapkan oleh responden
Jenis KTA Jumlah (orang) Persentase (%)
Guludan 9 30.00
Penggunaan sisa tanaman 8 26.67
Tumpang sari 8 26.67
Irigasi dan drainase 7 23.33
Strip cropping 4 13.33
Pergiliran tanaman 4 13.33
Rorak 3 10.00
Jenis konservasi tanah dan air yang diadopsi oleh petani tersebut, erat kaitannya dengan kondisi sosial dan ekonomi responden yang diringkas pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 Deskripsi kondisi sosial ekonomi responden
12
Karakteristik Internal
Umur Petani
Umur merupakan karakteristik internal petani yang berpengaruh terhadap semangat, produktivitas bekerja, dan kemampuan nalar dalam menerima hal-hal baru. Berdasarkan informasi pada Tabel 4, umur responden berada pada kisaran umur 15-64 tahun atau dapat digolongkan ke dalam kisaran produktif untuk bekerja. Menurut Tjiptoherijanto (2001), penduduk usia produktif berkisar antara 15-64 tahun.
Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan umur
Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
15 – 39 19 63.33
Pendidikan khususnya pendidikan formal merupakan modal yang sangat berharga untuk mendapatkan kehidupan ekonomi yang layak, pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan setiap individu, baik cara berpikir dan bersikap.
Pendidikan petani tanaman sayur dan tanaman pangan masih tergolong rendah. Berdasarkan Tabel 5, mayoritas pendidikan petani adalah Sekolah Dasar (SD). Hal ini dikarenakan pendidikan belum menjadi prioritas utama bagi petani. Selain itu, kondisi ekonomi keluarga yang terbatas turut menjadi latar belakang rendahnya tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani. Rendahnya pendidikan dari responden diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya adopsi teknik konservasi tanah dan air di lahan yang dimiliki petani serta minimnya alternatif peluang mata pencaharian dalam kegiatan off-farm (Scherr dan Hazell 1994 dalam Nkegbe PK et al 2011).
Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan pendidikan formal Jenjang Pendidikan Formal Jumlah (orang) Persentase (%)
SD 25 83.33
13
Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan pengalaman bertani
Lamanya berusaha tani (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
< 10 17 56.67
10 – 16 5 16.67
> 16 4 13.33
Jumlah 26 86.67
n = 30
Pada Tabel 6, persentase respondennya tidak genap 100%. Hal ini dikarenakan sebanyak 4 orang responden tidak mengisi berapa lama mereka sudah melakukan aktivitas usaha tani. Namun, sebagian besar responden masih tergolong berpengalaman rendah karena mereka adalah para petani pemula.
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga menunjukkan besarnya beban petani yang harus dipikul dalam hal pembiayaan hidup sehari-hari. Selain itu, berhubungan dengan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga yang ditanggung petani, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun di sisi lain akan menghemat jumlah tenaga kerja dalam pengelolaan usaha tani di luar keluarga, apabila tanggungan tersebut dapat membantu mengelola usaha taninya (Gafur 2009).
Tabel 7 menunjukkan banyaknya jumlah tanggungan keluarga dari responden. Terdapat 1 orang responden yang tidak mengisi jumlah tanggungan keluarganya, namun dapat dilihat bahwa sebagian besar tanggungan keluarga dalam kategori rendah, yaitu < 3 orang.
Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Jumlah Tanggungan Keluarga
(orang)
Jumlah (orang) Persentase (%)
<3 18 60.00
3 – 5 6 20.00
>5 5 16.67
Jumlah 29 96.67
n = 30
Hubungan petani dengan tanggungannya secara umum adalah hubungan sebagai suami/isteri dan anak. Adapun responden yang tidak memiliki tanggungan disebabkan karena belum berumah tangga, baru membangun rumah tangga, atau telah ditinggal mati.
Pengeluaran Rumah Tangga
14
Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan pengeluaran rumah tangga Pengeluaran rumah tangga
(Rp/bulan)
Jumlah (orang) Persentase (%)
≤ 1,500,000 17 56.67
1,500,001 – 3,000,000 10 33.33
> 3,000,000 2 6.67
Jumlah 29 96.67
n = 30
Luas Lahan Garapan
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam pengembangan usaha tani. Luas lahan berdampak pada upaya transfer dan penerapan teknologi. Pengetahuan dan keterampilan petani yang diperoleh melalui kegiatan pelatihan dapat diterapkan dan dikembangkan oleh petani di lahannya. Lahan yang cukup luas akan memudahkan petani dalam menerapkan teknologi tanpa takut akan adanya resiko kegagalan, hal ini terkait pula dengan biaya produksi yang dikeluarkan, output yang dihasilkan, serta pendapatan yang diperoleh petani (Gafur 2009).
Luas lahan garapan yang dimiliki petani untuk berusaha tani di Desa Sukagalih umumnya tidak lebih dari 0.5 hektar (Tabel 9). Hal ini dikarenakan pesatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan ekonomi, sehingga kebutuhan lahan untuk membangun prasarana ekonomi, prasarana sosial, dan pemerintahan terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga banyak lahan pertanian yang terkonversi.
Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan luas lahan garapan Luas lahan garapan (ha) Jumlah (orang) Persentase (%)
0 – 0.5 13 43.33
0.6 – 1.5 11 36.67
> 1.5 6 20.00
Jumlah 30 100.00
n = 30
Status Kepemilikan Lahan
15 Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan status kepemilikan (penguasaan) lahan Status Kepemilikan Lahan Jumlah (orang) Persentase (%)
Penyewa 19 63.33
Pemilik non penggarap 2 6.67
Pemilik dan penggarap 7 23.33
Jumlah 28 93.33
n = 30
Akses Informasi
Akses informasi petani diukur berdasarkan frekuensi petani mencari informasi yang berkaitan dengan usaha tani yang digelutinya baik melalui media, penyuluh, maupun dari sesama petani.
Kecepatan penyebaran inovasi ke seluruh pasar tergantung pada banyaknya komunikasi antara pemasar dan konsumen, maupun komunikasi antara konsumen (Schiffman dan Kanuk 2010). Berdasarkan tabel 11 akses informasi responden tergolong sedang.
Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan akses informasi Akses informasi Jumlah (orang) Persentase (%)
Rendah (<2 kali/tahun) 18 60.00
Sedang (2 - 6 kali/tahun) 12 40.00
Tinggi (>6 kali/tahun) 0 0.00
Jumlah 30 100.00
n = 30
Karakteristik Eksternal
Ketersediaan Sarana Produksi Pertanian
Mosher (1987) menyebutkan sarana produksi sebagai salah satu syarat mutlak dan faktor pelancar dalam pembangunan pertanian. Sarana produksi adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses produksi untuk mencapai hasil yang lebih baik dan terdiri atas lahan, bibit, pupuk, obat-obatan (pestisida), dan tenaga kerja (Daniel 2004).
Adapun tingkat ketersediaan sarana produksi pertanian yang diamati pada penetian ini antara lain alat-alat produksi, bibit, pupuk, pestisida, alat transportasi dari lahan ke rumah dan dari rumah ke pasar.
Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan ketersediaan sarana produksi pertanian Ketersediaan sarana
produksi pertanian
Jumlah (orang) Persentase (%)
Rendah (skor: 12 - 24) 5 16.67
Sedang (skor: 25 - 37) 24 80.00
Tinggi (skor: 38 - 50) 1 3.33
Jumlah 30 100.00
n = 30
16
didukung adanya toko alat dan bahan pertanian yang dekat dengan lahan milik petani, serta kuatnya budaya kekeluargaan dan tolong-menolong sesama petani. Sehingga para petani dengan mudah mendapatkan sarana yang mendukung proses produktivitas pertaniannya.
Modal
Modal adalah setiap hasil atau produk atau kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya (Daniel 2004). Modal ini dapat berasal dari diri petani atau juga berupa pinjaman melalui lembaga peminjaman.
Modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit atau upah tenaga kerja, keberadaan modal sangat menentukan tingkat atau macam teknologi yang diterapkan, terutama pada usaha tani dengan lahan yang sempit (Daniel 2004). Sebagaimana pada Tabel 13, sebagian besar petani memiliki modal < Rp 5,000,000/musim tanam.
Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan besaran modal yang digunakan untuk berusaha tani
Modal (Rp/musim tanam) Jumlah (orang) Persentase (%)
< 5,000,000 25 83.33
Penyuluhan merupakan salah satu saluran komunikasi yang efektif dalam memperkenalkan informasi baru seputar aktivitas pertanian (Serah 2014). Tjiptono dan Chandra (2012) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi adalah communicability, yaitu sejauh mana manfaat inovasi atau nilai produk bisa dikomunikasikan kepada pasar potensial. Disinilah peran penyuluh dalam menyebarkan informasi yang bermanfaat, mangajarkan pengetahuan, keterampilan dan kecakapan sesuai bidang penyuluhannya, memberikan rekomendasi yang menguntungkan dalam membantu meningkatkan taraf kehidupan petani.
Berdasarkan hasil wawancara, gambaran keikutsertaan responden dalam kegiatan penyuluhan, sebagaimana Tabel 14 berikut.
Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan intensitas mengikuti penyuluhan Intensitas penyuluhan
(kali/tahun)
Jumlah (orang) Persentase (%)
0 – 11 16 53.33
17 telah dikeluarkan petani sewaktu memproduksi hasil pertaniannya akan terbayar kembali, dengan demikian petani mempunyai semangat untuk meningkatkan produksi usaha taninya.
Adapun penilaian responden terhadap peluang pemasaran produk pertanian di Desa Sukagalih, sebagaimana Tabel 15 berikut.
Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan skor peluang pemasaran produk pertanian
Peluang Pasar Jumlah (orang) Persentase (%)
Rendah (skor: 4 – 8) 17 56.67
Sedang (skor: 9 – 13) 13 43.33
Tinggi (skor: 14 – 18) 0 0.00
Jumlah 30 100.00
n = 30
Hubungan Karakteristik Internal maupun Ekternal Petani dengan Adopsi Teknik Konservasi Tanah dan Air
Pengaruh karakteristik internal maupun eksternal petani terhadap adopsi teknik konservasi tanah dan air diuji menggunakan analisis regresi linier berganda pada taraf kepercayaan 10%. Secara keseluruhan pengaruh karakteristik internal dan eksternal petani terhadap adopsi teknik konservasi tanah dan air sebagaimana tabel 16 berikut.
Tabel 16 Hasil ANOVA karakteristik petani terhadap adopsi teknik KTA
Model R R2 Db F Sig.
Regresi 0.931 0.867 13 5.020 0.008
Berdasarkan hasil tersebut diketahui nilai korelasi berganda R sebesar 0.931 (mendekati 1), hal ini berarti terjadi hubungan yang sangat erat antara umur, pendidikan formal, pengalaman usaha tani, jumlah tanggungan keluarga, pengeluaran rumah tangga, luas lahan garapan, status kepemilikan lahan, akses informasi, ketersediaan sarana produksi pertanian, modal, intensitas penyuluhan, peluang pasar, dan motivasi dengan adopsi teknik KTA. Nilai R2 menunjukkan persentase sumbangan pengaruh karakteristik petani terhadap adopsi teknik KTA. Nilai tersebut menjelaskan sebesar 86.7% adopsi teknik KTA dipengaruhi oleh variabel yang diamati, sedangkan sisanya sebesar 13.3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model ini, seperti kesesuaian lahan, kondisi kimia dan biologi tanah, serta tingkat kerusakan lahan. Pengaruh karakter petani secara keseluruhan dapat terlihat dari nilai signifikan regresi sebesar 0.008. Nilai signifikan yang diperoleh < 0.10, maka terdapat pengaruh nyata antara karakter petani dengan teknik KTA.
18
kepemilikan lahan, sarana produksi pertanian, peluang pasar, dan motivasi. Sedangkan pengeluaran rumah tangga, akses informasi, modal, dan intensitas penyuluhan berkorelasi negatif terhadap adopsi teknik konservasi tanah dan air. Hasil analisis regresi secara parsial, sebagaimana Tabel 17 berikut ini.
Tabel 17 Hubungan karakteristik petani terhadap adopsi teknik KTA
Variabel
Ket: B: koefisien tak terstandardisasi; Beta: koefisien terstandardisasi t: t-value; sig: signifikansi
*
Signifikan pada taraf kepercayaan 10%
**
Signifikan pada taraf kepercayaan 5%
19 salah satunya dengan mengadopsi teknik KTA. Sehingga korelasi antara ketersediaan sarana produksi pertanian dan peluang pasar terhadap adopsi teknik KTA bernilai positif.
Korelasi negatif yang terjadi antara pengeluaran rumah tangga terhadap adopsi teknik konservasi tanah dan air dikarenakan responden yang pengeluaran rumah tangganya besar menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang justru lebih sederhana dibandingkan dengan yang berpengeluaran rendah. Hal ini juga didasari oleh tingkat pendidikan petani yang rendah, namun pengeluaran rumah tangga tergolong tinggi. Pengeluaran rumah tangga salah satunya bergantung pada ukuran keluarga. Mayoritas responden yang tidak tamat SD atau lulusan SD menikah pada usia yang relatif muda dan memiliki banyak keturunan sehingga ukuran keluarganya besar. Selain itu, meskipun ada anak dari keluarga tersebut yang sudah menikah, tetap tinggal dengan keluarga inti responden.
Pada kasus korelasi negatif antara akses informasi dengan adopsi teknik konservasi tanah dan air, dikarenakan ada responden memiliki akses informasinya tergolong rendah namun masih termotivasi menerapkan teknik konservasi tanah dan air di lahannya.
Hal serupa juga terjadi pada korelasi antara modal dengan adopsi teknik konservasi tanah dan air. Pada responden yang memiliki modal rendah, cenderung lebih bervariasi dalam mengadopsi teknik konservasi tanah dan air untuk meningkatkan hasil produksi. Hal ini dikarenakan dengan adanya teknologi dapat meningkatkan hasil produksi pada tingkat modal (biaya produksi) yang relatif rendah.
Demikian juga pada korelasi antara intensitas penyuluhan dengan adopsi teknik konservasi tanah dan air yang bernilai negatif. Meskipun penyuluhan di bidang pertanian sering diadakan di Desa Sukagalih, namun materi yang disampaikan kurang sesuai dengan kebutuhan dan cara penyampaiannya sulit dimengerti oleh para petani.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adopsi teknik konservasi tanah dan air tergolong rendah dan petani cenderung mempertahankan cara-cara tradisional yang diwariskan secara turun-temurun belum mengarah pada sistem pertanian berkelanjutan. Jenis teknik konservasi tanah dan air yang banyak diadopsi oleh petani di Desa Sukagalih adalah guludan, tumpang sari, penggunaan sisa tanaman, serta irigasi dan drainase.
Karakteristik petani sayuran dan tanaman pangan didominasi oleh petani yang berumur 15 - 64 tahun (usia produktif kerja) dengan pengalaman usaha tani yang rendah, tingkat pendidikan SD dengan persentase sebesar 83.33%, jumlah tanggungan keluarga < 3 orang sehingga pengeluaran rumah tangga per bulannya
20
tanam, intensitas mengikuti penyuluhan yang masih rendah, dan memiliki peluang pemasaran produk hasil pertanian yang rendah.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada tingkat kepercayaan 10%, aspek sosial dan ekonomi memberi pengaruh sebesar 86.7% terhadap adopsi teknik konservasi tanah dan air, terutama luas lahan, umur, motivasi, intensitas penyuluhan, dan modal. Sedangkan secara korelasi, variabel pengeluaran rumah tangga, akses informasi, modal, dan intensitas penyuluhan dengan adopsi teknik KTA bernilai negatif.
Yang menjadi motivasi petani dalam mengadopsi teknik konservasi tanah dan air antara lain kebutuhan memenuhi keperluan sehari-hari, kemudahan bergaul sesama petani, efektivitas bekerja, adanya dorongan dari orang lain (penyuluh/petugas/keluarga), melihat keberhasilan petani lain, dan keinginan pribadi.
Saran
Perlu adanya penelitian untuk mengetahui perbandingan keuntungan yang diperoleh petani sebelum dan setelah menerapkan teknik konservasi tanah dan air, untuk meyakinkan petani dalam mengadopsi teknik konservasi tanah dan air di lahannya.
Aktivitas penyuluhan merupakan sarana komunikasi yang efektif antara pemerintah dan tokoh masyarakat dengan petani, maka perlu dioptimalkan praktik pelaksanaannya agar kebijakan pertanian dapat tersampaikan dan diaplikasikan dengan baik, serta meningkatkan wawasan petani dalam praktik usaha tani. Salah satunya adalah dengan mengadakan orientasi lapang terlebih dahulu untuk memudahkan pemetaan masalah, kemudian memberikan materi sesuai dengan hasil orientasi lapang dan pemetaan masalah dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat, serta mengoptimalkan Participatory Rural Approachial atau yang biasa dikenal dengan PRA, yaitu melibatkan petani dan tokoh masyarakat secara langsung dan intensif dalam setiap pengenalan teknologi atau metode pertanian yang baru.
Metode konservasi tanah dan air merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui oleh para petani di lahan kering, sehingga kegiatan penyuluhan tentang materi ini perlu disampaikan dengan baik oleh orang-orang yang memiliki kapasitas dan kualitas di bidang pertanian, khususnya pertanian lahan kering.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2012. Penerapan sistem pertanian berkelanjutan pada budidaya padi gogo di lahan marjinal [internet]. [diunduh 2014 Februari 17]. Tersedia pada: http://sustainablemovement.wordpress.com/2012/11/
Arsyad S. 2000. Pengawetan Tanah dan Air. Bogor (ID): Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
21 Gafur S. 2009. Motivasi petani dalam menerapkan taknologi produksi kakao
(kasus kecamatan sirenja kabupaten Donggala Sulawesi Tengah) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Haryati U. 2008. Teknologi konservasi tanah dan air: salah satu cara adaptasi terhadap perubahan iklim untuk usaha tani dan lahan kering. Di dalam: Tarigan SD, Baba B, Dyah RP, Bambang HT, Budi N, editor. Strategi Penanganan Krisis Sumberdaya Lahan untuk Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi. Semiloka Nasional; 2008 Des 22-23; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hlm 236-254.
Hendry. 2010. Populasi dan sampel [internet]. [diunduh 2014 Februari 17]. Tersedia pada: http://www.teorionline.wordpress.com/2010/01/24/populasi-dan-sampel/
Minardi S. 2009. Optimalisasi pengelolaan lahan kering untuk pengembangan pertanian tanaman pangan. Orasi Pengukuhan Guru Besar Universitas Sebelas Maret; Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Mishra PK dan SC Rai. 2013. Use of indigenous soil and water conservation practice among farmers in Sikkim Himalaya. IJTK. 12 (3): 454-464.
Mosher AT. 1987. Mencapai perubahan pertanian. Krisnandhi S dan E Samad, penerjemah. Jakarta (ID): Yasaguna. Terjemahan dari Getting Agriculture Moving.
Murdolelono B, H da Silva dan Yusuf. 2006. Adopsi teknologi budidaya lorong pada lahan kering di kawasan Oesao. BPTP Nusa Tenggara Timur.
Nkegbe PK et al. 2011 September. Smallholder adoption of soil and water conservation parctices in Northern Ghana. EAAE 2011 Congress, siap terbit. Purwanto MN. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung (ID): PT Remaja
Rosdakarya.
Scherr S dan Hazell P. 1994. Sustainable agriculture development strategies in fragile lands. Washington DC: Environment and Production Technology Division Discussion Paper 1, International Food Policy Research Institute. Schiffan L dan Kanuk L. 2010. Consumer Behaviour. Tenth Edition. Global
Edition, USA: Prentice-Hall Inc.
Sekaran U. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta (ID): Salemba.
Serah. 2014. Pengaruh karakteristik inovasi sistem sosial dan saluran komunikasi terhadap adopsi inovasi teknologi pertanian [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Sutarto. 2008. Inovasi teknologi komoditas jagung di Sidoharjo Wonogiri. Agritexts. 24: 3.
Tjiptoherijanto P. 2001. Proyeksi penduduk, angkatan kerja, tenaga kerja, dan peran serikat pekerja dalam peningkatan kesejahteraan [internet]. [diunduh
2014 Mei 6]. Tersedia pada http://www.bappenas.go.id/files/3513/5211/1083/prijono_20091015125259
_2356_0.pdf.
22
Lampiran 1 Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji Kolmogorov Smirnov Hipotesis:
H0: Sisaan menyebar normal H1: Sisaan tidak menyebar normal
Dikarenakan nilai signifikansi dari semua variabel lebih kecil dari taraf alfa/ taraf nyata 10%, sehingga kesimpulannya yaitu tolak H0, artinya sisaan tidak menyebar normal.
b. Uji Heteroskedasitas
ANOVAb
Hipotesis:
H0: Variabel bersifat acak H1: Variabel bersifat tidak acak
Dikarenakan nilai signifikansinya sebesar 0.008 yang kurang dari nilai alfa/taraf nyata 10%, sehingga tolak H0, artinya variabel bersifat tidak acak.
c. Uji Autokolerasi
the Estimate Durbin-Watson
1 0.931a 0.867 0.694 0.281 1.745
a. Predictors: (Constant), X13, X9, X2, X11, X7, X3, X1, X12, X4, X8, X10, X5, X6
b. Dependent Variable: X14
Variabel Penelitian
Intensitas peyuluhan 30 1.49 0.023
Peluang pasar 30 1.60 0.012
23
24
Lampiran 2 Kuisioner penelitian
DAFTAR PERTANYAAN
UPAYA KONSERVASI TANAH DAN AIR DI LAHAN PERTANIAN BERBASIS TANAMAN SAYUR
No. Responden ... Nama Responden ...
Dusun ...
Desa ...
Kecamatan ...
Kabupaten ...
Tanggal Wawancara ...
Enumerator ...
25 PETUNJUK PENGISIAN
A. Bacalah petunjuk ini dengan cermat sebelum mengisi atau memilih jawaban lebih lanjut; B. Apabila ada pertanyaan yang memungkinkan responden memilih lebih dari satu jawaban,
pilihlah/bubuhkanlah sesuai kenyataan kondisi yang ada;
C. Apabila ada pertanyaan yang kurang jelas, tanyakan langsung kepada pengumpul data; D. Identitas responden akan dirahasiakan, dan jawaban yang telah diberikan hanya untuk
keperluan penelitian ini;
E. Usahakan menjawab atau memilih jawaban sejujurnya, tanpa ada unsur paksaan.
Bagian 1
Karakteristik Personal Petani
1. Berapa umur Bapak/Ibu sekarang? ... tahun
2. Pendidikan formal Bapak/Ibu:
(1) Belum pernah sekolah
(2) SD/SR (Tamat / Tidak Tamat, s.d kelas...)
(3) SMP (Tamat / Tidak Tamat, s.d kelas...)
(4) SMA (Tamat / Tidak Tamat, s.d kelas...)
(5) Lainnya (sebutkan) ... (Tamat / Tidak Tamat, s.d kelas...)
3. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan atau penyuluhan tentang pertanian
berbasis sayuran?
(1) Tidak (2) Ya
Jika jawaban YA, sebutkan jenis pelatihan atau penyuluhan usaha tani yang pernah Bapak/Ibu ikuti (sejak berusaha tani sayuran)
Nama Pelatihan/Penyuluhan
Tahun Penyelenggara Lamanya
(hari/jam)
Ket
4. Sudah berapa lama Bapak/Ibu berusaha tani tanaman sayur? ... tahun
5. Sudah berapa lama Bapak/Ibu berusaha tani selain tanaman sayur? ... tahun
6. Berapa jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan Bapak/Ibu? ... orang
7. Berapa luas lahan usaha tani sayur milik Bapak/Ibu?
Yang digarap sendiri ... ha Yang digarap orang lain ...ha
8. Berapa luas lahan milik orang lain yang Bapak/Ibu garap? ... ha
9. Komoditas dan varietas apa yang di tanam di lahan milik Bapak/Ibu?
No Komoditas Varietas Masa Tanam
10. Berapa modal yang Bapak/Ibu gunakan dalam berusaha tani sayuran (setahun terakhir)
dan berasal dari mana modal tersebut?
...
No Kegiatan Milik Sendiri
26
15. Apakah Bapak/Ibu mengenal cara-cara konservasi tanah dan air di lahan pertanian?
(1) Tidak (2) Ya
Jika jawaban YA, sebutkan cara-cara konservasi tanah dan air yang Bapak/Ibu ketahui ... ...
16. Bagaimanakah tipologi pengelolaan tanah dan air yang diterapkan di lahan milik
Bapak/Ibu?
a. Menggunakan sisa tanaman
b. Menggunakan tanaman penutup tanah (cover crops)
c. Tanaman baris (Strip cropping)
d. Pergiliran tanaman (crop rotation)
e. Tumpang sari (intercropping)
f. Wana tani (agroforestry)
g. Teras
h. Guludan
i. Rorak (slit pit)
j. Check dam
k. Balong (farm pond)
l. Irigasi dan drainase
m. Menggunakan Soil Conditioner
n. Menggunakan amelioran
o. Lainnya, sebutkan ...
17. Berdasarkan tipe pengelolaan tanah yang dilakukan oleh Bapak/Ibu selama ini, berapakah
produksi (rata-rata) yang diperoleh setiap kali panen?
No Komoditas Hasil Panen
(ton/ha)
No Pertanyaan Sangat Sulit
Dipasarkan 18. Bagaimana kemudahan dalam
memasarkan produksi sayuran yang Bapak/Ibu rasakan?
(1) (2) (3) (4)
No Pertanyaan Tidak Sesuai Kurang
Sesuai
Sesuai Sangat Sesuai
19. Bagaimana Kesesuaian harga yang Bapak/ibu rasakan dalam memasarkan sayuran?
27
20. Berapa harga sayuran yang Bapak/Ibu pasarkan?
No Komoditas Harga
(Rp... ,- /Kg)
21. Apakah Bapak/Ibu menentukan harga pada saat menjual hasil sayuran?
(1) Tidak pernah (2) kadang-kadang (3) sering (4) selalu
22. Apakah Bapak/Ibu mengetahui perkembangan harga sayuran?
(1) Tidak (2) Ya
23. Kepada siapa Bapak/Ibu memasarkan hasil panen sayuran? (jawaban boleh lebih dari
satu)
(1) Pedagang pengumpul di Desa
(2) Pedagang pengumpul dari luar Desa
(3) Pengusaha/eksportir
(4) Lainnya, sebutkan ...
24. Berapa kali Bapak/Ibu mengikuti kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh penyuluh
(PPL) dalam setahun terakhir? ... kali
25. Berapa kali Bapak/Ibu menemui penyuluh (PPL) jika ada masalah dalam berusaha tani
sayuran dalam setahun terakhir? ... kali
No Pertanyaan Tidak 26. Bagaimana kesesuaian
materi yang dibahas
No Pertanyaan Sangat Sulit
Dipahami 27. Bagaimana pemahaman
Bapak/Ibu terhadap
Motivasi Petani Menerapkan Upaya Konservasi Tanah dan Air
28. Penerapan teknik konservasi tanah dan air pada lahan
pertanian dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan keluarga Bapak/Ibu
(1) (2) (3) (4)
29. Penerapan teknik konservasi tanah dan air membantu
Bapak/Ibu menjalin pergaulan sesama petani
(1) (2) (3) (4)
30. Penerapan teknik konservasi tanah dan air membuat
Bapak/Ibu dihargai sebagai petani yang berhasil di lingkungan tempat tinggal Bapak/Ibu
(1) (2) (3) (4)
31. Penerapan teknik konservasi tanah dan air membuat
Bapak/Ibu tidak bersemangat bekerja
(1) (2) (3) (4)
32. Penerapan teknik konservasi tanah dan air
menyenangkan Bapak/Ibu dalam bekerja
(1) (2) (3) (4)
28
Bapak/Ibu bekerja lebih mudah (efektif)
34. Harga sayuran membuat Bapak/Ibu giat menerapkan
teknik konservasi tanah dan air
(1) (2) (3) (4)
35. Penerapan teknik konservasi tanah dan air merugikan
Bapak/Ibu
(1) (2) (3) (4)
36. Penerapan teknik konservasi tanah dan air membuat
biaya produksi lebih murah
(1) (2) (3) (4)
37. Orang lain/petani lain menganjurkan Bapak/Ibu
menerapkan teknik konservasi tanah dan air
(1) (2) (3) (4)
38. Penyuluh/petugas menganjurkan Bapak/Ibu untuk
menerapkan teknik konservasi tanah dan air
(1) (2) (3) (4)
39. Keluarga/kerabat menganjurkan Bapak/Ibu menerapkan
teknik konservasi tanah dan air
(1) (2) (3) (4)
40. Kemauan sendiri mendorong Bapak/Ibu menerapkan
teknik konservasi tanah dan air
(1) (2) (3) (4)
41. Melihat keberhasilan petani lain membuat Bapak/Ibu
menerapkan teknik konservasi tanah dan air
(1) (2) (3) (4)
Keterangan: (1) Tidak; (2) Kurang; (3) Cukup; (4) Sangat
Bagian 3
42. Bagaimana ketersediaan jumlah
peralatan yang Bapak/Ibu butuhkan dalam berusaha tani sayuran?
(1) (2) (3) (4)
43. Bagaimana ketersediaan jenis peralatan
yang dibutuhkan Bapak/Ibu dalam berusaha tani sayuran?
(1) (2) (3) (4)
44. Bagaimana ketersediaan jumlah pupuk
yang Bapak/Ibu butuhkan dalam berusaha tani sayuran?
(1) (2) (3) (4)
45. Bagaimana ketersediaan jenis pupuk
yang Bapak/Ibu butuhkan dalam berusaha tani sayuran?
(1) (2) (3) (4)
46. Bagaimana ketersediaan jumlah
pestisida yang Bapak/Ibu butuhkan dalam berusaha tani sayuran?
(1) (2) (3) (4)
47. Bagaimana ketersediaan jenis pestisida
yang Bapak/Ibu butuhkan dalam berusaha tani sayuran?
(1) (2) (3) (4)
48. Bagaimana ketersediaan jumlah bibit
unggul yang Bapak/Ibu butuhkan dalam berusaha tani sayuran?
(1) (2) (3) (4)
49. Bagaimana jenis bibit unggul yang
Bapak/Ibu butuhkan dalam berusaha tani sayuran?
(1) (2) (3) (4)
50. Bagaimana ketersediaan jumlah alat
transportasi dari lahan sayuran ke rumah Bapak/Ibu untuk mengangkut hasil panen?
(1) (2) (3) (4)
51. Bagaimana ketersediaan jenis alata
transportasi dari lahan sayuran ke rumah Bapak/Ibu untuk mengangkut hasil panen?
(1) (2) (3) (4)
52. Bagaimana ketersediaan jumlah alat
transportasi dari rumah Bapak/Ibu
29
untuk memasarkan sayuran?
53. Bagaimana ketersediaan jenis alat
transportasi dari rumah Bapak/Ibu untuk memasarkan sayuran?
(1) (2) (3) (4)
54. Apa keluhan Bapak/Ibu dalam berusaha tani sayuran?
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 22 April 1992 dari Bapak Eko Kusprawoto dan Ibu Mamah Santimah. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sumber Kabupaten Cirebon dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian. Penulis juga merupakan salah seorang penerima Beasiswa Bidikmisi.
Selama masa perkuliahan, penulis pernah aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan. Kegiatan tersebut diantaranya Staff Biro Kesekretariatan BEM TPB IPB, Staff Departemen Keputrian LDK Al Hurriyyah IPB, Sek.Dept Media Online LDK Al Hurriyyah IPB, Sekretaris Divisi Media FSLDK IPB, Koordinator mahasiswa penerima Bidikmisi Fakultas Pertanian IPB, Staff Divisi Akademik dan Keilmiahan Paguyuban Bidikmisi IPB, dan Koordinator Jaringan Muslimah Nasional FSLDK Indonesia. Penulis juga menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam TPB pada tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014, serta asisten praktikum Fisika Tanah pada tahun ajaran 2013/2014.