• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank

Menurut Kasmir (2012), bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga merupakan tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga merupakan tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya.

2.1.1 Pengertian Bank Syariah

Menurut Kasmir (2012), bank syariah merupakan bank yang berdasarkan kepada konsep Islam, yaitu kerja sama dalam skema bagi hasil, baik untung maupun rugi. Pelaksanaan kegiatan bank syariah dasar hukumnya adalah Al-Qur’an dan sunnah rasul. Bank syariah mengharamkan penggunaan harga produk dengan bunga tertentu karena bagi bank syariah bunga adalah riba. Bank syariah memiliki beberapa produk yang ditawarkan, yaitu mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna’, ijarah, wadiah, qardh, dan lain-lain.

Dalam konsep Islam aktivitas komersial, perbankan harus disesuaikan dengan prinsip Islam yakni bebas dari bunga (riba). Hal

(2)

inilah yang juga menjelaskan mengapa pada tahap awal bank syariah juga dikenal sebagai bank yang bebas dari bunga (riba).

Melarang menerima dan membayar bunga memang menjadi inti dari perbankan syariah. Hal ini harus didukung oleh nilai-nilai Islam yang sangat fundamental seperti; berbagi resiko, hak dan kewajiban individu, hak milik, kesucian kontrak dan tangung jawab pembangunan bangsa atau ummat. Sehingga akan terbentuk kelembagaan perbankan Islam yang mendorong sharing resiko, mempromosikan entrepreneurship, melemahkan perilaku spekulatif, dan menekankan kesucian kontrak, Chapra (2000).

Menurut Hidayat (2008), sistem perbankan dan keuangan Islam yang ada saat ini tercipta sebagai hasil ijtihad para ulama dalam rangka menyelaraskan semua aspek kehidupan seorang Muslim dengan ajaran agamanya. Hal ini dikarenakan Islam adalah sebuah cara hidup yang komprehensif yang tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat ritual, tetapi juga mengatur hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi, politik, dan aspek kehidupan lainnya.

Beberapa tujuan dan fungsi penting yang diharapkan dari sistem perbankan Islam menurut Chapra (2000), antara lain:

a. Kemakmuran ekonomi yang meluas dengan tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum;

b. Keadilan sosial-ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata;

(3)

c. Stabilitas nilai uang untuk memungkinkan alat tukar tersebut menjadi suatu unit perhitungan yang terpercaya, standar pembayaran yang adil dan nilai simpan yang stabil;

d. Mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi dengan cara-cara tertentu yang menjamin bahwa pihak-pihak yang berkepentingan mendapatkan bagian pengembalian yang adil; dan

e. Pelayanan yang efektif atas semua jasa-jasa yang biasanya diharapkan dari sistem perbankan.

Dalam pandangan Chapra, jelas sekali bahwa selain memberikan jasa keuangan yang halal bagi komunitas muslim sebagai tujuan khusus, sistem keuangan dan perbankan Islam diharapkan juga memberikan kontribusi bagi tercapainya tujuan sosio-ekonomi Islam.

2.1.2 Ciri-ciri Perbankan Syariah

Bank syariah mempunyai ciri-ciri berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-ciri bank syariah yaitu :

a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak.

(4)

b. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir. c. Di dalam kontak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak

menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah semata.

d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.

e. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-dasar muamalah Islam.

f. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan

(5)

dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya.

2.1.3 Prinsip Bank Syariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah hukum islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al Hadits. Kegiatan operasional bank harus memperhatikan perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Larangan utama berkaitan dengan kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai riba. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank yang menggunakan prinsip syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak.

Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang disimpan di bank berdasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum Islam. Ditinjau dari sisi pelayanan terhadap masyarakat dan pemasaran, adanya bank atas dasar prinsip syariah merupakan usaha untuk melayani dan mendayagunakan segmen pasar perbankan yang tidak setuju atau tidak menyukai sistem bunga.

(6)

2.1.4 Fungsi dan Peran Bank Syariah

Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial

Institution), adalah sebagai berikut :

a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.

b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.

d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

2.1.5 Sumber Dana Bank Syariah

Menurut Zainul (2002:46), Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki atau yang dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para

(7)

pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau suatu saat tertentu akan ditarik kembali, baik sekaligus ataupun secara berangsur-angsur.

2.2. Laporan Keuangan

2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Zainul (2002:65), laporan keuangan (financial

statement) menyimpulkan kegiatan dalam setiap bidang fungsional.

Neraca mewakili kesimpulan tentang keputusan manajemen yang telah diambil untuk bidang-bidang fungsional dan pernyataan Laba-Rugi mengukur tingkat kemampuan menghasilkan laba (profitability) dari keputusan-keputusan manajemen selama periode tertentu.

Menurut Lukman (2009:109), laporan perhitungan laba rugi atau lebih dikenal juga dengan income statement dari suatu bank umum adalah suatu laporan keuangan bank yang menggambarkan pendapatan dan biaya operasional dan nonoperasional bank untuk suatu periode tertentu.

2.2.2. Laporan Keuangan Bank Syariah

Menurut Zainul (2002:66), perangkat laporan keuangan lengkap yang harus diterbitkan oleh bank-bank Islam terdiri dari : a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

b. Laporan laba-rugi c. Laporan Arus Kas

(8)

d. Laporan Perubahan Modal Pemilik dan laporan laba ditahan e. Laporan Perubahan Investasi Terbatas

f. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan dana sumbangan (apabila bank bertanggung jawab atas pengumpulan dan pembagian zakat)

g. Laporan sumber dan penggunaan dana qard h. Catatan-catatan laporan keuangan

i. Pernyataan, laporan dan data lain yang membantu dalam menyediakan informasi yang diperlukan oleh para pemakai laporan keuangan sebagaimana ditentukan di dalam statement of

objective.

2.3 Penilaian Kesehatan Bank Syariah

Menurut Kasmir (2012), penilaian kesehatan bank perlu dilakukan termasuk oleh Bank Syariah. Hal tersebut perlu dan wajib dilakukan agar dapat memberi gambaran yang lebih tepat mengenai kondisi saat ini dan mendatang. Dalam menganalisa kesehatan finansial Bank Syariah, variabel operasional penelitian diturunkan dari metode penghitungan tingkat kesehatan untuk Bank Syariah.

Metode ini baru ditetapkan melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9 Tahun 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam PBI tersebut dijelaskan bahwa Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif atas

(9)

berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank atau Unit Usaha Syariah (UUS) melalui:

(1) Penilaian Kuantitatif dan Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap risiko pasar; dan

(2) Penilaian Kualitatif terhadap faktor manajemen.

Selain itu, dalam PBI tersebut juga dijelaskan faktor finansial adalah salah satu faktor pembentuk Tingkat Kesehatan Bank yang terdiri dari faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sesitivitas terhadap risiko pasar. Dalam penelitian ini penulis hanya berfokus untuk meneliti empat variabel penting dalam komponen kesehatan finansial tersebut yaitu: permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity).

Berdasarakan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, penilaian untuk menentukan kesehatan suatu bank dapat menggunakan analisis CAMEL (Capital, Asset, Management, Earnings,dan

Liquidity). Dalam menghitung nilai kumulatif tingkat kesehatan bank

syariah perlu dibuat pembobotan untuk masing-masing faktor keuangan. Berdasarkan ketentuan BI tahun 2007 pembobotan tersebut adalah sebagai berikut:

(10)

Tabel 2.1

Bobot Penilaian Faktor CAMEL

No Keterangan Bobot

1 Faktor Permodalan 25 %

2 Faktor Kualitas Aktiva Produktif 30 %

3 Faktor Kualitas Manajemen 25 %

4 Faktor Rentabilitas 10 %

5 Faktor Likuiditas 10 %

Sumber: Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007.

Berikutnya karena dalam penelitian ini hanya menggunakan empat variabel, yaitu permodalan (capital), kualitas aktiva (asset quality), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity) maka perlu dilakukan penyesuaian atas pembobotannya dengan mengacu pada standar pembobotan Bank Indonesia tersebut.

Tabel 2.2

Penyesuaian Bobot Penilaian Faktor CAMEL

No Keterangan Penyesuaian Bobot

1 Faktor Permodalan 25/75 34 %

2 Faktor Kualitas Aktiva Produktif 30/75 40 %

3 Faktor Rentabilitas 10/75 13 %

4 Faktor Likuiditas 10/75 13 %

Sumber: Penyesuaian dengan mengacu SE-BI No.9/24/DPbS, 2007. 2.3.1 Capital (Permodalan)

Modal adalah segala sesuatu yang diberikan dan dialokasikan kedalam suatu usaha dan atau badan yang berguna untuk menjalankan apa yang diinginkan , dimana modal tersebut adalah dapat berupa modal yang langsung dapat digunakan dan atau modal tidak langsung dan juga modal itu didapat dari intern atau ekstern perusahaan.

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal

(11)

dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah aktiva dalam neraca perbankan yang diperhitungkan dengan bobot prosentase tertentu sebagai faktor risiko pada masing-masing aktiva sebagai dasar perhitungan ATMR yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.5/23/DPNP, tanggal 29 September 2003.

Kemudian dalam menghitung nilai kredit faktor CAR yaitu berdasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank sebagaimana ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.26./1/BPPP, tanggal 29 Mei 1993 yang penilaiannya sebagai berikut:

• Untuk rasio modal 0% diberi nilai 1

• Untuk setiap kenaikan, 0,1% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100, dan

• Untuk bobot kecukupan modal adalah 25%

Menurut surat edaran bank Indonesia No.6/23/DPNP 31 Mei 2004 Lampiran 1, dalam menilai Capital suatu bank dapat menggunakan rumus:

(12)

• •

• Nilai Kredit Faktor CAR = Nilai Kredit CAR x Bobot CAR

Tabel 2.3

Kriteria Penilaian Capital Adequacy Ratio (CAR)

No Predikat Rasio (%) Nilai Kredit

1 Sehat >8 >81

2 Cukup Sehat 6,5 - 7,9 66 – 80

3 Kurang Sehat < 6,49 0 – 65

Sumber : Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007 2.3.2 Asset Quality (kualitas aset)

Aset adalah sesuatu yang dimiliki oleh perusahan baik berupa aset tetap maupun aset lancar yang dipakai perusahaan dalam mengembangkan dan menciptakan produk usahanya dan untuk aktivitas lainnya didalam usahanya baik aset sebagai penunjang maupun aset utama.

Menurut surat edaran bank Indonesia No.6/23/DPNP 31 Mei 2004 Lampiran 2, dalam menilai asset suatu bank dapat menggunakan dua rumus yaitu:

a. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Menurut Surat Keputusan Direksi BI No.31/147/KEP/DIR 1998, Kualitas Aktiva Produktif adalah semua harta dalam bentuk rupiah maupun valuta asing yang dimiliki oleh suatu bank dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan, diantaranya meliputi: - Surat berharga

(13)

- Kredit yang diberikan

- Penempatan dana pada bank lain, baik di dalam maupun di luar negeri

- Tagihan akseptasi, yakni tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali

- Penyertaan

- Transaksi rekening administratif

Menurut SE BI No.30/2/UPPB tanggal 30 April 1997 aktiva produktif yang diklasifikasi adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26./1/BPPP, tanggal 29 Mei 1993 mengenai perhitungan rasio kualitas aktiva produktif adalah sebagai berikut:

- Untuk rasio 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0

- Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,5% niai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100; dan

- Untuk bobot kecukupan kualitas aktiva produktif adalah 25% Rumus Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Berikut:

- -

(14)

Tabel 2.4

Kriteria Penilaian Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) No Predikat Rasio (%) Nilai Kredit

1 Sehat < 10,35 >81

2 Cukup Sehat 10,36 – 12,60 66 – 80 3 Kurang Sehat 12,61 – 14,85 51 – 65

4 Tidak Sehat >14,86 0 – 50

Sumber : Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007

b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/148/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998, penyisihan penghapusan aktiva produktif adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari nominal berdasarkan penggolongan kualitas aktiva produktif.

Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/148/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998, Bank wajib membentuk PPAP berupa cadangan umum dan cadangan khusus guna menutup risiko kemungkinan kerugian. Cadangan umum PPAP ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 1% dari aktiva produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk sertifikat BI dan surat utang pemerintah. Sedangkan cadangan khusus PPAP ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar:

- 5% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus

- 15% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan

(15)

- 50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan setelah dikurangi nilai agunan

- 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi nilai agunan.

Rumus untuk menghitung Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif adalah sebagai berikut:

- -

- Perhitungan NK Faktor PPAP = NK Rasio PPAP x Bobot PPAP

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26./1/BPPP, tanggal 29 Mei 1993 mengenai perhitungan rasio PPAP adalah sebagai berikut:

- Untuk rasio 0 (tidak memiliki PPAP) diberi nilai 0

- Untuk setiap kenaikan 1% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1,5 dengan maksimum 100; dan

- Untuk bobot kecukupan rasio PPAP adalah 5%. Tabel 2.5

Kriteria Penilaian Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

No Predikat Rasio (%) Nilai Kredit

1 Sehat >81 >81

2 Cukup Sehat 66 – 81 66 – 80

3 Kurang Sehat 51 – 66 51 – 6

4 Tidak Sehat < 51 0 – 50

(16)

2.3.3 Earnings (rentabilitas)

Berdasarkan SE. No.9/24/DPbS, penilaian earnings merupakan penilaian terhadap kondisi dan kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan dalam rangka mendukung kegiatan operasional dan permodalan.

Menurut surat edaran bank Indonesia No.6/23/DPNP 31 Mei 2004 Lampiran 4, dalam menilai earnings suatu bank dapat menggunakan dua rumus yaitu:

a. Return On Asset (ROA)

Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/148/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998, Return on assets (ROA) merupakan rasio penunjang dalam menghitung rentabilitas bagi bank syariah. Rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba. ROA dihitung dengan membagi laba sebelum pajak dengan total aset. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.

Rumus untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut: -

-

(17)

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26./1/BPPP, tanggal 29 Mei 1993 mengenai perhitungan rasio ROA adalah sebagai berikut:

- Untuk rasio 0% atau negatif diberi nilai kredit 0

- Untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100, dan

- Untuk bobot kecukupan rasio ROA adalah 5%. Tabel 2.6

Kriteria Penilaian Return On Asset (ROA)

No Predikat Rasio (%) Nilai Kredit

1 Sehat >1,22 >81

2 Cukup Sehat 0,99 – 1,21 66 – 80 3 KurangSehat 0,77 – 0,98 51 – 65

4 Tidak Sehat < 0,76 0 – 50

Sumber : Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007

b. Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Taswan, BOPO merupakan rasio anatara beban operasional dengan pendapatan operasional yang dimaksudkan untuk menilai efisiensi dan efektivitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional yang dikeluarkan bank dalam menghasilkan pendapatan operasional bank.

Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Sedangkan pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan

(18)

Rumus untuk menghitung Biaya Operasional terhadap Pendapatan Opersaional adalah sebagai Berikut:

- -

- Nilai Kredit Faktor BOPO = NK BOPO x Bobot Rasio BOPO - Untuk bobot kecukupan rasio BOPO adalah 5%

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26./1/BPPP, tanggal 29 Mei 1993 mengenai perhitungan rasio BOPO adalah sebagai berikut:

Tabel 2.7

Kriteria Penilaian Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

No Predikat Rasio (%) NIlai Kredit

1 Sehat < 93,52 >81

2 Cukup Sehat 93,52 – 94,74 66 – 80 3 KurangSehat 94,73 – 95,92 51 – 65

4 Tidak Sehat >95,92 0 – 50

Sumber : Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007 2.3.4 Liquidity (likuiditas)

Berdasarkan SE. No.9/24/DPbS, penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai. Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Lampiran 1e, Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah

(19)

suatu pengukuran tradisional yang menunjukan deposito berjangka, giro, tabungan,dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman atas nasabah. LDR dapat diukur dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan suatu bank.

Menurut surat edaran bank Indonesia No.6/23/DPNP 31 Mei 2004 Lampiran 4, dalam menilai liquidity suatu bank dapat menggunakan rumus:

- -

- Nilai Kredit Faktor LDR = Nilai Kredit LDR x Bobot LDR - Untuk bobot kecukupan rasio LDR adalah 5%

Total kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain). Sedangkan total dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antar bank).

Tabel 2.8

Kriteria Penilaian Loan To Deposit (LDR)

No Predikat Rasio (%) Nilai Kredit

1 Sehat < 94,75 >81

2 Cukup Sehat 94,75 – 98,76 66 – 80 3 KurangSehat 98,75 – 102,25 51 – 65

4 Tidak Sehat >102,25 0 – 50

(20)

2.4 Peneletian Terdahulu

1. Rachmanto (2006), Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode Camel (Studi Kasus Pada PT Bank Syariah Mandiri), FE UII

Melakukan penelitian pada Bank Syariah Mandiri dengan menggunakan studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mengukur tingkat kesehatan bank pada tahun 2001-2005, dengan menggunakan metode CAMEL. Hasil analisis menunjukkan Bank Syariah Mandiri yang diteliti tersebut dinyatakan Sehat.

2. Khoiriyah (2008) Universitas Islam Negeri Malang, melakukan penelitian tentang “Analisis Rasio CAMEL untuk Menilai Kesehatan PT Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2007”. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kinerja PT. Bank Syariah Mandiri dari tahun 1999 sampai tahun 2007 berpredikat sehat, kecuali pada tahun 1999 dan 2002 berpredikat kurang sehat karena pada tahun itu nilai bersih rasio CAMEL kurang dari 81, yakni sebesar 70,41 dan 73,36. Sedangkan selain tahun tersebut PT. Bank Syariah Mandiri berpredikat sehat, karena pada tahun itu nilai bersih rasio CAMEL melebihi 81, dengan nilai bersih rasio CAMEL tahun 2000 sebesar 88,76, tahun 2001 sebesar 89,28, tahun 2003 87,89, tahun 2004 sebesar 97,50, tahun 2005 sebesar 90,77, tahun 2006 sebesar 81,89 dan tahun 2007 sebesar 92,10.

(21)

3. Oktafrida (2011), Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel Pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Tahun 2006 – 2009, FE UNDIP.

Melakukan penelitian pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah dengan menggunakan studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mengukur tingkat kesehatan bank pada tahun 2006-2009, dengan menggunakan metode CAMEL. Hasil analisis menunjukkan Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah yang diteliti tersebut dinyatakan Sehat.

4. Rizky (2012), Universitas Hasanuddin, melakukan penelitian tentang “Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode CAMEL (Studi Kasus pada PT Bank Sulselbar Tahun 2008-2010)”. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa PT. Bank Sulselbar tergolong perusahaan perbankan yang berpredikat sehat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai CAMEL sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 berturut-turut adalah 85,31; 83,89 dan 83,09. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa PT. Bank Sulselbar tetap dapat melanjutkan usahanya, meskipun selama periode 2008 hingga 2010 nilai CAMEL PT. Bank Sulselbar mengalami tren yang menurun. Hal ini juga menunjukkan bahwa selama periode yang sama, PT. Bank Sulselbar memiliki kinerja yang baik dalam pengelolaan segala sumber daya yang dimilikinya bila dilihat berdasarkan hasil perhitungan Rasio CAMEL tersebut.

(22)

Tabel 2.9

Review Penelitian Terdahulu No Nama Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian 1. Rachmanto (2006) Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode Camel (Studi Kasus Pada PT Bank Syariah Mandiri) CAR, ROA, ROE, BOPO, LDR

Melakukan penelitian pada Bank Syariah Mandiri dengan menggunakan studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mengukur tingkat kesehatan bank pada tahun 2001-2005, dengan menggunakan metode CAMEL. Hasil analisis menunjukkan Bank Syariah Mandiri yang diteliti tersebut dinyatakan Sehat. 2 Khoiriyah (2008) Analisis Rasio CAMEL untuk Menilai Kesehatan PT Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2007 CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kinerja PT. Bank Syariah Mandiri dari tahun 1999 sampai tahun 2007 berpredikat sehat, kecuali pada tahun 1999 dan 2002 berpredikat kurang sehat karena pada tahun itu nilai bersih rasio CAMEL kurang dari 81, yakni sebesar 70,41 dan 73,36. Sedangkan selain tahun tersebut PT. Bank Syariah Mandiri berpredikat sehat, karena pada tahun itu nilai bersih rasio CAMEL melebihi 81, dengan nilai bersih rasio CAMEL tahun 2000 sebesar 88,76, tahun 2001 sebesar 89,28, tahun 2003 87,89, tahun 2004 sebesar 97,50, tahun 2005 sebesar 90,77, tahun 2006 sebesar 81,89 dan tahun 2007 sebesar 92,10. 3 Oktafrida, (2011) Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel Pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Tahun 2006 – 2009 CAR, ROA,ROE

Melakukan penelitian pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah dengan menggunakan studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mengukur tingkat kesehatan bank pada tahun 2006-2009, dengan menggunakan metode CAMEL. Hasil analisis menunjukkan Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah yang diteliti tersebut dinyatakan Sehat.

(23)

No Nama Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian 4. Rizky (2012) Analisis Kinerja

Keuangan dengan Metode CAMEL (Studi Kasus pada PT Bank Sulselbar Tahun 2008-2010)”. ROA,NPL, LDR, BOPO,QR, CAR

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa PT. Bank Sulselbar tergolong perusahaan perbankan yang berpredikat sehat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai CAMEL sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 berturut-turut adalah 85,31; 83,89 dan 83,09. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa PT. Bank Sulselbar tetap dapat melanjutkan usahanya, meskipun selama periode 2008 hingga 2010 nilai CAMEL PT. Bank Sulselbar mengalami tren yang menurun. Hal ini juga menunjukkan bahwa selama periode yang sama, PT. Bank Sulselbar memiliki kinerja yang baik dalam pengelolaan segala sumber daya yang dimilikinya bila dilihat berdasarkan hasil perhitungan Rasio CAMEL tersebut.

(24)

2.5 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2008:28), Kerangka konseptual menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yakni antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam melihat hubungan antara berbagai variabel, kerangka konseptual akan membantu menggambarkan hubungan yang dimiliki dari variabel yang ingin diketahui. Mengacu kepada dasar dan landasan teori, serta penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual BANK SYARIAH LAPORAN KEUANGAN RASIO KEUANGAN LIQUIDITY (LDR) EARNING (ROA, BOPO) ASSET (KAP, PPAP) CAPITAL (CAR)

(25)

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut maka dapat dijelaskan hubungan antara variabel dependent dengan variabel independen penelitian tersebut. Objek penelitiannya adalah Bank Syariah yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, kemudian dari beberapa bank syariah tersebut maka dibutuhkan laporan keuangan tiap-tiap bank untuk dilakukan analisis sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tahun 2007. Setelah dilakukan analisis laporan keuangan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari capital,

Asset, Earnings, dan liquidity, maka selanjutnya adalah melakukan penilaian

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual BANK SYARIAH  LAPORAN KEUANGAN RASIO KEUANGAN  LIQUIDITY (LDR) EARNING (ROA, BOPO) ASSET (KAP, PPAP) CAPITAL (CAR)

Referensi

Dokumen terkait

Total baseline emisi GRK untuk skenario tinggi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dan emisi fugitive meningkat dengan pertumbuhan sebesar 7,7%

Sampai pada masa kini, setiap ayah manusia yang beriman kepada Yesus dapat merefleksikan dan merepresentasikan ke-Bapa-an TUHAN kepada anak-anak mereka, karena

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek memiliki psychological well being yang tergolong baik, hal ini ditandai dengan penerimaan diri kedua subjek yang tergolong

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, baik dari sisi metode k-means, persamaan OWA yang digunakan, keunggulan OWA untuk menyelesaikan pengambilan keputusan multikriteria,

Pemerintah melalui Kementerian Sosial membantuk pendamping Orang Dengan Kecacatan (ODK) berbasis masyarakat yang terdiri dari para relawan Pekerja Sosial Masyarakat

Lay out komik dapat diibaratkan meramu semua unsur dalam grafis meliputi warna, bentuk, merek, ilustrasi, tipografi menjadi sesuatu yang baru secara utuh dan

Hasil penelitian secara deskriptif dan secara inferensial menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa sebelum diajar dengan menggunakan media audiovisual dalam

stock ) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang digunakan dalam bekerjanya