• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) hasil budidaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) hasil budidaya"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

i

KUALITAS PERTUMBUHAN DAN KARAKTERISTIK

KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.)

HASIL BUDIDAYA

JULIUS JOHANSEN SITANGGANG

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) Hasil Budidaya” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

(4)

ii

ABSTRAK

JULIUS JOHANSEN SITANGGANG. Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) Hasil Budi Daya. Dibimbing oleh IMAM WAHYUDI.

Beberapa jenis Meranti Merah terutama Shorea leprosula, S. macrophylla dan S. johorensis tergolong cepat tumbuh dan sudah banyak ditanam. Agar pemanfaatan kayu Meranti Merah khususnya S. leprosula hasil tanaman tidak berbeda dibandingkan dengan pemanfaatan kayu sejenis hasil hutan alam, maka penelitian sifat-sifat dasar kayu hasil budidaya tersebut perlu terus dilakukan apalagi mengingat ada kecenderungan bahwa kayu dari tegakan hutan tanaman lebih inferior terutama dari segi kekuatan, keawetan dan kestabilan dimensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kayu Meranti Merah yang diteliti tidak berbeda dibandingkan dengan kualitas kayu sejenis dari hutan alam, kecuali seratnya yang lebih pendek dan lebih tipis. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa diameter batang tidak mempengaruhi BJ kayu, sedangkan riap tumbuh (segmentasi) hanya mempengaruhi kadar air kayu. Kayu hasil budidaya yang diteliti ini memiliki rata-rata panjang dan tebal dinding serat sebesar 968.12 µ m dan 2.72 µ m, sedangkan kadar air kondisi segar, kerapatan dan BJ-nya masing-masing sebesar 91.52%, 0.76 g/cm3 dan 0.50. Secara keseluruhan kayu Meranti Merah yang diteliti tergolong Kelas Kuat III. Kayu ini kurang cocok sebagai bahan baku pulp dan kertas bermutu tinggi.

Kata kunci: Meranti Merah, Shorea leprosula, serat, kerapatan, berat jenis

ABSTRACT

JULIUS JOHANSEN SITANGGANG. Growth quality and wood characteristic of cultivated red meranti (Shorea leprosula Miq.). Supervised by IMAM WAHYUDI.

In order to assure the quality Red Meranti especially S. leprosula wood from plantation similar to that from natural grown, their basic properties were studied. Result shows that quality of Red Meranti wood studied was similar to that of naturally grown, except for its fibers which were shorter and thinner than those of naturally grown. It found that only specific gravity (SG) of wood was not influenced by stem diameter, and only wood moisture was influenced by growth ring. Result also shows that average values of fiber length, cell wall thickness,

(5)

iii Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

JULIUS JOHANSEN SITANGGANG

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

KUALITAS PERTUMBUHAN DAN KARAKTERISTIK

KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.)

(6)

iv Judul Skripsi :Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Meranti Merah

(Shorea leprosula Miq.) hasil budidaya Nama : Julius Johansen Sitanggang

NIM : E24070072

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Imam Wahyudi, MS Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS Ketua Departemen

(7)

v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 hingga November 2013 ini adalah struktur anatomi dan sifat fisis kayu dengan judul “Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) Hasil Budidaya”. Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Oktober 2014

(8)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua (Tigor Mangido Tua Sitanggang, ayah; Betty Novia Lumban Gaol, ibu) serta kakak tercinta Jeanette Rosaria Sitanggang SE, Theresia Pesta Reunia Sitanggang S.Pi, dan abang Gustav Mulia Sitanggang S.Pd yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu serta wawasan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Margaretta Seftiana Siregar, SE. yang banyak memberikan semangat, doa, dan saran.

4. Esti Prihatini, S.Si. yang telah membimbing selama penelitian di laboratorium. 5. Seluruh dosen dan tenaga kependidikan di Fakultas Kehutanan IPB termasuk

bi Isay dan bi Icot.

6. Djayus Jauhari S.Hut, Topik Hidayat S.Hut, Renato S.Hut, Ridha Putra S.Hut, dan Batara Siliwangi yang selalu mengingatkan penulis didalam proses penelitian hingga sampai ke proses penulisan.

7. Chris Leowardy Situmorang, S.Si, Athink Rikson Banjarnahor, S.Si, May Parlindungan Sitindaon, S.Si, Bagindo Edo Simbolon, Andika Raja Guk-Guk, Boyce Budiarto Nainggolan, S.P. dan Tuahman Anugrah Sirait yang selalu berbagi tawa dan canda di dalam keseharian.

8. Adik-adik kelas ku THH 45, 46, 47, 48, yang memberikan semangatnya dan doanya.

9. Semua pihak yang telah membantu proses persiapan dan penyusunan skripsi ini.

(9)

vii

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Manfaat Penelitian ... 1

TINJAUAN PUSTAKA... 2

Waktu dan Tempat ... 2

Bahan dan Alat... 2

Pelaksanaan penelitian ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

KESIMPULAN DAN SARAN ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN ... 17

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Stik kayu hasil ekstraksi sebagai unit sampel ... 3

Gambar 2 Rata-rata panjang serat pada masing-masing pohon ... 5

Gambar 3 Rata-rata tebal dinding serat pada masing-masing pohon ... 5

Gambar 4 Variasi radial panjang serat per segmen pada masing-masing pohon ... 6

Gambar 5 Variasi radial rata-rata panjang serat per segmen. ... 6

Gambar 6 Variasi radial tebal dinding serat per segmen pada masing-masing pohon ... 7

Gambar 7 Variasi radial rata-rata tebal dinding serat per segmen ... 7

Gambar 8 Perbandingan panjang serat beberapa jenis kayu... 8

Gambar 9 Rata-rata KA kayu dari masing-masing pohon... 8

Gambar 10 Variasi radial nilai kadar air kayu per segmen pada masing-masing pohon ... 9

Gambar 11 Variasi radial rata-rata KA kayu per segmen... 9

Gambar 12 Perbandingan nilai KA beberapa jenis kayu ... 10

Gambar 13 Rata-rata nilai kerapatan kayu dari masing-masing pohon ... 10

Gambar 14 Variasi radial kerapatan kayu per segmen pada masing-masing pohon ... 11

Gambar 15 Variasi radial rata-rata nilai kerapatan kayu ... 11

Gambar 16 Perbandingan nilai kerapatan beberapa jenis kayu ... 12

Gambar 17 Rata-rata nilai BJ kayu dari masing-masing pohon ... 12

Gambar 18 Variasi radial BJ kayu per segmen pada masing-masng pohon... 13

Gambar 19 Variasi radial rata-rata BJ kayu per segmen ... 13

Gambar 20 Perbandingan nilai BJ beberapa jenis kayu ... 14

Gambar 21 Variasi radial panjang serat dan kerapatan kayu ... 14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 1 ... 18

Lampiran 2 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 2 ...19

Lampiran 4 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 3 ... 20

Lampiran 3 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 4 ... 21

Lampiran 5 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 5 ... 34

Lampiran 6 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 1 ... 23

Lampiran 7 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 2 ... 24

Lampiran 8 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 3 ... 25

Lampiran 9 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 4 ...26

Lampiran 10 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 5 ... 27

Lampiran 11 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 1 ... 28

(11)

ix Lampiran 13 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 3 ... 30 Lampiran 14 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 4 ... 31 Lampiran 15 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 5 ... 32 Lampiran 16 Panjang serat (µm) kayu Meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter ... 33 Lampiran 17 Tebal Dinding serat kayu meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter ... 33 Lampiran 18 Kerapatan kayu meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter ... 34 Lampiran 19 Berat jenis kayu meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran

diameter ... 34 Lampiran 20 Kadar air kayu meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter ... 33 Lampiran 21 Analisis sidik ragam Panjang Serat kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter ... 35 Lampiran 22 Analisis sidik ragam Tebal Dinding Serat kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter ... 35 Lampiran 23 Analisis sidik ragam Kerapatan kayu Meranti Merah (S. leprosula)

pada ketiga ukuran diameter ... 36 Lampiran 24 Analisis sidik ragam Berat Jenis kayu Meranti Merah (S. leprosula)

pada ketiga ukuran diameter ... 36 Lampiran 25 Analisis sidik ragam Kadar Air kayu Meranti Merah (S. leprosula)

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Meranti Merah adalah istilah dalam dunia perdagangan kayu yang ditujukan untuk kayu-kayu genus Shorea yang berwarna merah selain Balau dan Bangkirai. Menurut Martawijaya et al. (2005), berat jenis (BJ) kayu Meranti Merah 0.52 (0.30-0.86), sedangkan BJ kayu Balau dan BJ kayu Bangkirai berturut-turut sebesar 0.95 (0.82-1.11) dan 0.91 (0.60-1.16). Di hutan alam Indonesia daerah penyebarannya meliputi Sumatera, Kalimantan dan Maluku. Menurut Ogata et al. (2008), ada 75 species Meranti Merah yang potensial sebagai penghasil kayu terutama untuk vinir dan kayulapis disamping untuk perumahan, perkapalan, peti pengepak, mebel, peti mati dan alat musik.

Pohon Meranti Merah umumnya besar dan berbanir. Tingginya dapat mencapai 50 m dengan batang bebas cabang 30 m, sedangkan diameternya 100 cm. Kulit batang merekah, beralur atau bersisik, berdamar, kelabu atau coklat dengan tebal lebih kurang 5 mm.

Akhir-akhir ini ketersediaan kayu semakin berkurang akibat berbagai faktor. Hal tersebut mendorong berbagai pihak untuk membangun hutan tanaman baik di hutan negara maupun di tanah milik dengan menggunakan jenis-jenis kayu cepat tumbuh seperti sengon, mangium dan jabon. Mengingat beberapa jenis Meranti Merah terutama Shorea leprosula, S. macrophylla dan S. johorensis tergolong cepat tumbuh, maka jenis ini telah banyak digunakan sebagai tanaman inti untuk kegiatan pembangunan hutan tanaman di tanah air. Agar kegunaan kayu Meranti Merah yang dihasilkan nantinya tidak berbeda dibandingkan dengan kegunaan kayu sejenis dari hutan alam, maka sifat-sifat dasar dan karakteristik kayu hasil budidaya ini perlu diteliti dengan seksama. Apalagi mengingat ada kecenderungan bahwa kayu dari tegakan hutan tanaman lebih inferior terutama dari segi kekuatan, keawetan dan kestabilan dimensi. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukanlah penelitian ini dengan menggunakan kayu Meranti Merah dari jenis S. leprosula yang ditanam di Kampus Fakultas Kehutanan IPB.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari beberapa karakteristik penting kayu S. leprosula Miq. hasil tanaman umur 5 tahun khususnya dari segi sifat fisis dan dimensi seratnya. Batas antara kayu juvenil dan kayu dewasa juga dievaluasi berdasarkan variasi radial nilai panjang serat dan kerapatan kayu dari empulur ke arah kulit.

Manfaat Penelitian

(14)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Meranti Merah (S. leprosula Miq.)

Meranti Merah adalah istilah untuk kelompok kayu dari genus Shorea anggota Dipterocarpaceae yang berwarna merah dan agak lunak. Kelompok ini dapat dengan mudah dibedakan dari Meranti Putih maupun Meranti Kuning berdasarkan warna kayunya, serta dari Balau dan Bangkirai berdasarkan kekerasannya. Jenis-jenis yang termasuk kelompok Meranti Merah diantaranya adalah S. acuminata, S. johorensis, S. leprosula, S. macrophyla, S. ovalis, S. palembanica dan S. pinanga.

Kayu Meranti Merah khususnya dari jenis S. leprosula merupakan kayu yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri perkayuan tanah air seperti kayu lapis, papan partikel, papan laminasi, bahan bangunan dan perahu serta mebel dan alat-alat gambar. Menurut Martawijaya et al. (2005), warna teras kayu ini sangat heterogen, mulai dari hampir putih, coklat pucat, merah muda, merah kecoklatan sampai merah tua kecoklatan; sedangkan bagian gubalnya putih, kekuningan sampai agak kecoklatan. Permukaan kayu biasanya mempunyai corak berupa pita-pita pada bidang radial, licin dan agak mengkilap. Tekstur agak kasar hingga kasar tetapi rata, lebih kasar daripada Meranti Putih dan Meranti Kuning. Arah serat umumnya agak berpadu kadang-kadang hampir lurus, bergelombang atau sangat berpadu. Kekerasan tergolongan lunak sampai agak lunak. BJ kayu rata-rata 0.52 dan digolongkan kedalam Kelas Kuat III-IV dan Kelas Awet III-V.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan mulai Mei hingga November 2013 di Laboratorium Sifat Dasar Kayu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Pohon sampel berasal dari tegakan Meranti Merah di sekitar Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB yang berumur 5 tahun tanpa tindakan silvikultur yang berarti. Asal bibit dari persemaian Departemen Silvikultur.

Bahan dan Alat

Bahan utama berupa sembilan stik kayu Meranti Merah hasil ekstraksi menggunakan bor riap berdiameter 5 mm dari tiga batang pohon sehat yang diameternya berbeda, akuades, potassium klorat (KClO3), asam nitrat (HNO3), alkohol teknis, safranin, karboksilol dan aluminium foil. Stik diekstrak pada ketinggian 1.30 m (setinggi dada) mulai dari bagian kulit hingga ke empulur. Dari setiap pohon diambil 3 stik dengan arah yang berbeda (Barat, Timur dan Selatan).

(15)

3 Pelaksanaan Penelitian

Persiapan dan pembuatan contoh uji

Stik kayu hasil pengeboran dibedakan menurut parameter yang diteliti: satu untuk pengukuran dimensi serat, satu untuk pengukuran sifat fisis kayu dan satu lagi untuk cadangan. Masing-masing stik dibagi rata menjadi lima potongan contoh uji (per segmen) dari empulur ke arah kulit (Gambar 1).

Gambar 1 Stik kayu hasil ekstraksi sebagai unit sampel Pembuatan sediaan maserasi untuk pengukuran dimensi serat

Pembuatan sediaan maserasi dilakukan dengan metode Schluze yang dimodifikasi. Masing-masing contoh uji per segmen dipotong-potong hingga berukuran seperti batang korek api lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi secara terpisah. Ke dalam masing-masing tabung selanjutnya ditambahkan KClO3 dan HNO3 hingga contoh uji terendam, lalu dipanaskan di dalam waterbath bersuhu 60ºC selama 24 jam atau sampai contoh uji menjadi lunak (terjadi perubahan warna menjadi putih). Setelah itu sampel uji disaring dan dicuci dengan air hingga bebas asam lalu direndam dalam safranin 2% selama 6-8 jam. Setelah sampel uji bebas dari zat warna dilakukan proses dehidrasi bertingkat menggunakan alkohol berturut-turut 10%, 30% dan 50% masing-masing selama 10 menit. Setelah didehidrasi, serat-serat utuh terpilih dipindahkan ke atas gelas objek, ditetesi karboksilol dan dilanjutkan dengan pengamatan dan pengukuran menggunakan mikroskop. Jumlah serat yang diukur sebanyak 30 sel per segmen.

Pengujian sifat fisis kayu

Sifat fisis kayu yang meliputi kadar air (KA) kondisi segar (fresh cut) serta kerapatan dan BJ diukur menggunakan metode Gravimetri mengikuti prosedur standar yang biasa dilakukan di Laboratorium Sifat Dasar Kayu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, DHHT Fakultas Kehutanan IPB. Volume kayu ditentukan berdasarkan prinsip Archimedes. Nilai-nilai KA, kerapatan (ρ) dan BJ kayu dihitung dengan persamaan:

KA (%) = (BB

BKT) / BKT x 100

ρ

(g/cm

3

) = BB / VB

BJ = (BKT / VB) / ρ

air

(16)

4 Khusus untuk sifat fisis dilakukan juga pengukuran sejenis menggunakan beberapa jenis kayu perdagangan yang tumbuh di areal yang sama sebagai pembanding seperti Jati (Tectona grandis), Karet (Hevea brasiliensis), Mahoni (Swietenia macrophylla), Nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan Pinus (Pinus merkusii).

Pengolahan data

Data yang diperoleh dihitung nilai rata-ratanya dengan software microsoft excel, dan disajikan dalam bentuk grafik.

Penentuan batas antara kayu juvenil dan kayu dewasa

(17)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dimensi Serat Panjang dan tebal dinding serat

Hasil analisis sidik ragamnya (Lampiran 5 dan 6) memperlihatkan bahwa panjang dan tebal dinding serat tidak dipengaruhi oleh diameter batang. Dengan demikian, maka rata-rata panjang dan tebal dinding serat berturut-turut 968.13 µ m dan 2.72 µ m. Bila dibandingkan dengan Martawijaya et al. (2005), panjang serat kayu yang diteliti lebih rendah. Menurut Martawijaya et al. (2005), panjang serat kayu S. leprosula mencapai 1352 µ m, sedangkan menurut Ogata et al. (2008), tebal dinding serat kayu Meranti Merah 4-6 µm.

0

Gambar 2 Rata-rata panjang serat pada masing-masing pohon

0,00

Gambar 3 Rata-rata tebal dinding serat pada masing-masing pohon

(18)

6 terpanjang terdapat pada daerah S4 (Gambar 4). Hasil analisis sidik ragamnya memperlihatkan panjang serat tidak dipengaruhi oleh lokasi contoh uji dalam batang (segmentasi/riap tumbuh) (Lampiran 5).

800

S egmentasi dari Empulur ke Kulit

P

Gambar 4 Variasi radial panjang serat per segmen pada masing-masing pohon

Gambar 5 Variasi radial rata-rata panjang serat per segmen

(19)

7

S egmentasi dari Empulur ke Kulit

Te

Gambar 7 Variasi radial rata-rata tebal dinding serat per segmen

(20)

8

Mahoni Karet Nyamplung Jati Pinus Meranti

Merah

Gambar 8 Perbandingan panjang serat beberapa jenis kayu

Sifat Fisis Kadar air (KA)

Panshin dan de Zeeuw (1980) mendefinisikan KA kayu sebagai banyaknya air dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Hasil pengukuran rata-rata nilai KA kayu Meranti Merah pada masing-masing pohon disajikan pada Gambar 9. Gambar 10 memuat variasi radial nilai KA kayu per segmen dari empulur ke arah kulit, sedangkan Gambar 10 memuat variasi radial rata-rata nilai KA per segmen.

0

Gambar 9 Rata-rata nilai KA kayu dari masing-masing pohon

(21)

9 berbeda dibandingkan dengan KA kayu dari pohon yang berdiameter sedang (Lampiran 10).

S egmentasi dari Empulur ke Kulit

K pada pohon yang berdiameter sedang cenderung meningkat meski tidak signifikan (Gambar 10). Secara umum KA kayu berkurang dari empulur ke arah kulit

S egmentasi dari Empulur Ke Kulit

K

A

(%)

Gambar 2 Variasi radial rata-rata KA kayu per segmen

(22)

10

Mahoni Karet Nyamplung Jati Pinus Meranti

Merah

K

A

(%)

Gambar 12 Perbandingan nilai KA beberapa jenis kayu

Kerapatan

Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa kerapatan kayu rata-rata pada pohon yang berdiameter kecil sebesar 0.51 g/cm3, sedangkan pada pohon berdiameter sedang dan besar masing-masingnya 0.90 g/cm3 dan 0.87 g/cm3 (Gambar 13). Hasil analisis sidik ragamnya (Lampiran 8) memperlihatkan bahwa kerapatan kayu dipengaruhi oleh diameter batang. Kerapatan kayu dari pohon yang berdiameter kecil paling rendah, sedangkan kerapatan kayu dari pohon yang berdiameter sedang dan besar relatif sama. Nilai kerapatan kayu cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran diameter batang.

0,00

(23)

11

S egmentasi dari Empulur ke Kulit

K

Gambar 14 Variasi radial kerapatan kayu per segmen pada masing-masing pohon Dari Gambar 14 diketahui bahwa kerapatan kayu pada pohon yang berdiameter kecil relatif konstan dari empulur (S1) ke bagian tengah batang (S3), kemudian meningkat ke arah kulit (S5) meski sedikit berkurang di bagian kayu sebelumnya (S4). Pada pohon berdiameter sedang kerapatan kayu cenderung terus meningkat dari S1 ke S5, sedangkan pada pohon yang berdiameter besar kerapatan kayu berkurang dari S1 ke S2, namun kemudian meningkat ke S5. Untuk semua pohon yang diteliti diketahui bahwa kerapatan kayu yang paling tinggi terdapat di daerah dekat kulit (S5), sedangkan nilai terendah bergantung pada posisi kayu dalam batang. Pada pohon yang berdiameter kecil nilai terendah terdapat di S4 (0.44 g/cm3), pada pohon yang berdiameter sedang di S1 (0.84 g/cm3), sedangkan pada pohon yang berdiameter besar di S2 (0.77 g/cm3). Meskipun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa bahwa kerapatan kayu cenderung meningkat dari empulur ke kulit (Gambar 15).

0,00

S egmentasi dari Empulur ke Kulit

K

Gambar 15 Variasi radial rata-rata nilai kerapatan kayu per segmen

(24)

12 (0.76 g/cm3), sedangkan kayu Karet paling tinggi (0.95 g/cm3). Kerapatan kayu Pinus (0.87 g/cm3) setara dengan kayu Nyamplung (0.87 g/cm3) maupun Jati (0.89 g/cm3), namun sedikit lebih rendah dari kayu Mahoni (0.92 g/cm3).

0,00

Mahoni Karet Nyamplung Jati Pinus Meranti

Merah

Gambar 16 Perbandingan nilai kerapatan beberapa jenis kayu Berat jenis (BJ)

Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa nilai rata-rata BJ kayu Meranti Merah dari pohon yang berdiameter kecil, sedang dan besar masing-masingnya adalah 0.48, 0.51 dan 0.52 (Gambar 17). Meskipun nilai tersebut bervariasi, hasil analisis sidik ragamnya (Lampiran 9) menunjukkan bahwa BJ kayu tidak dipengaruhi oleh diameter batang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata BJ kayu Meranti Merah yang diteliti adalah sebesar 0.50. Dibandingkan dengan BJ kayu sejenis hasil penelitian terdahulu (Martawijaya et al. 2005), hasil yang diperoleh sedikit lebih kecil. Hasil penelitian yang diperoleh Martawijaya et al. (2005) adalah sebesar 0,52.

0,00

Gambar 17 Rata-rata nilai BJ kayu dari masing-masing pohon

(25)

13

S egmentasi dari Empulur ke Kulit

Be

Gambar 18 Variasi radial BJ kayu per segmen pada masing-masing pohon Dari Gambar 18 diketahui bahwa pada pohon yang berdiameter kecil BJ kayu relatif konstan dari empulur ke arah kulit, sedangkan pada pohon yang berdiameter sedang dan besar berfluktuasi: meningkat dari empulur (S1) ke S3 lalu kemudian berkurang ke arah kulit (S5) pada pohon yang berdiameter sedang dan konstan ke arah kulit (S5) pada pohon yang berdiameter besar.

Secara umum dapat dikatakan bahwa BJ kayu meningkat dari S1 ke S3, kemudian cenderung berkurang ke arah kulit (S5) (Gambar 19).

0,00

S egmentasi dari Empulur Ke Kulit

Be

rat J

an

is

Gambar 19 Variasi radial rata-rata BJ kayu per segmen

(26)

14

Mahoni Karet Nyamplung Jati Pinus Meranti

Merah

Be

rat J

en

is

Gambar 20 Perbandingan nilai BJ beberapa jenis kayu

Batas antara Kayu Juvenil dan Kayu Dewasa

Batas antara daerah kayu juvenil dan kayu dewasa ditetapkan menggunakan nilai rata-rata panjang serat dan kerapatan kayu dari empulur ke arah kulit (Bowyer et al. 2003). Daerah kayu juvenil ditandai dengan peningkatan nilai indikator dari empulur ke arah kulit secara progresif dan kontinyu, sedangkan batas antara kayu kayu juvenil dan kayu dewasa diperoleh pada saat nilai indikator tersebut tidak lagi menunjukkan adanya perubahan nilai bahkan cenderung konstan.

Gambar 21 memperlihatkan variasi radial panjang serat dan kerapatan kayu Meranti Merah yang diteliti. Dari gambar tersebut dapat dipastikan bahwa kayu Meranti Merah tersebut belum menghasilkan kayu dewasa.

900

S egmentasi dari Empulur ke Kulit

P

(27)

15 Potensi Pemanfaatan

Potensi pemanfaatan kayu Meranti Merah yang diteliti dikaji berdasarkan nilai rata-rata semua parameter yang diteliti yaitu panjang serat, tebal dinding serat, KA kondisi basah, kerapatan dan BJ kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu Meranti Merah tergolong kedalam kayu berserat pendek dengan dinding sel yang tergolong tipis hingga sedang sehingga tidak ditujukan sebagai bahan baku untuk pembuatan pulp dan kertas.

Dengan rata-rata nilai KA kondisi basah yang tergolong tinggi (94.86%) maka jumlah air yang harus dikeluarkan dari dalam kayu untuk mencapai kondisi KA kering udara tergolong tinggi. Ditambah lagi dengan nilai kerapatan kayu yang cukup tinggi (0.76 g/cm3) sehingga proses keluarnya air dari dalam kayu relatif sulit. Dengan demikian, proses pengeringan perlu mendapat perhatian serius karena kayu yang demikian berpotensi untuk mengalami cacat pengeringan.

Berdasarkan nilai BJ kayunya (0.50), maka kayu Meranti Merah termasuk dalam Kelas Kuat III (PKKI-NI5 1961). Dengan demikian, maka kayu ini dapat digunakan sebagai kayu pertukangan untuk tujuan non struktural atau struktural III sesuai dengan kelas kuatnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kualitas kayu Meranti Merah hasil budidaya yang diteliti tidak berbeda dengan kualitas kayu sejenis dari hutan alam, kecuali panjang serat dan tebal dindingnya. Serat kayu lebih pendek dan lebih tipis. Rata-rata panjang serat 968.12 µm dan rata-rata tebal dinding 2.72 µm.

2. Rata-rata nilai kerapatan dan BJ kayu sebesar 0.76 g/cm3 dan 0.50. Kayu tergolong Kelas Kuat III.

3. Berdasarkan struktur anatomi dan sifat fisis kayu yang diteliti, maka kayu meranti merah berpotensi digunakan sebagai bahan baku kayulapis atau kayu komposit lainnya, mebel, furniture, barang kerajinan dan atau produk kontruksi yang kekuatannya setara dengan Kelas Kuat III.

4. Kayu kurang cocok untuk tujuan sebagai bahan baku pulp dan kertas bermutu tinggi.

5. Secara umum, kadar air dan kerapatan dipengaruhi oleh diameter batang; sedangkan riap tumbuh (segmentasi) hanya mempengaruhi nilai kadar air kayu.

Saran

(28)

16 DAFTAR PUSTAKA

Bowyer JL, R Shmulsky, JG Haygreen.2003. Forest Products and Wood Science: an Introduction. Fourth Edition. Iowa State University Press, Ames, Iowa, USA.

Casey J. 1980. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology. Third Edition Vol. IA. New York: Willey and Sons Inc.

El-Rasyid H, Marfuah H, Wijayakusumah, Hendarsyah D. 1991. Vademikum Dipterocarpaceae. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.

Haygreen JG dan JL Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Sutjipto A. Hadikusumo (Penterjemah). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Mandang YI, IKN Pandit. 1997. Pedoman identifikasi kayu di lapangan. Bogor: Yayasan PROSEA Indonesia.

Martawijaya A, I Kartasujana, K Kadir, SA Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia. Jilid 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Oey Djoen Seng. 1990. Berat jenis dari jenis-jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya untuk keperluan praktek. Soewarsono PH (Penterjemah). Pengumuman LPHH No. 1. Bogor.

Ogata K, T Fujii, H Abe, P Baas. 2008. Identification of the timbers of Southeast Asia and Western Pacific. PP. 360-363. T Fujii, K Ogata, H Abe, S Noshiro, A Kagawa (Editors). Kaiseisha Press. Japan.

Panshin AJ, C de Zeeuw. 1980. Textbook of Wood Technology: Structure, Identification, Properties and Uses of The Commercial Woods of The United States and Canada. New York: McGraw-Hill Book Company. PKKI-NI5. 1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. Yayasan Dana

Normalisasi Indonesia. Jakarta.

Tsoumis G. 1991. Science and technology of wood (structure, properties, utilization). New York : Van Nostrand Reinhold.

(29)

17

(30)

18 Lampiran 1 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 1

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(31)

19 Lampiran 2 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 2

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(32)

20 Lampiran 3 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 3

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal

(33)

21 Lampiran 4 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 4

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(34)

22 Lampiran 5 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 5

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(35)

23 Lampiran 6 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 1

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(36)

24 Lampiran 7 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 2

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(37)

25 Lampiran 8 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 3

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(38)

26 Lampiran 9 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 4

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(39)

27 Lampiran 10 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 5

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(40)

28 Lampiran 11 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 1

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(41)

29 Lampiran 12 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 2

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(42)

30 Lampiran 13 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 3

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(43)

31 Lampiran 14 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 4

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(44)

32 Lampiran 15 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 5

Ulangan Panjang Diameter Diameter Lumen Tebal Dinding

(45)

33 Lampiran 16 Rata-rata panjang serat (µm) kayu Meranti merah (S. leprosula)

pada ketiga ukuran diameter batang

Segmentasi Diameter Batang

(46)

34 Lampiran 19 Berat jenis kayu meranti merah (S. Leprosula) pada ketiga ukuran diameter

Segmentasi Diameter Batang

Kecil Sedang Besar

S1 0.49 0.46 0.43

S2 0.49 0.58 0.47

S3 0.49 0.60 0.54

S4 0.47 0.54 0.57

S5 0.44 0.41 0.58

Rata-rata 0.48 0.52 0.52

Standar Deviasi 0.02 0.07 0.06

Lampiran 20 Kadar air kayu meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter

Segmentasi Diameter Batang

Kecil Sedang Besar

S1 83.79 125.07 110.38

S2 83.79 131.94 65.31

S3 83.79 131.94 62.87

S4 63.23 131.94 60.41

S5 47.38 131.94 59.02

Rata-rata 72.39 130.57 71.60

(47)

35 Lampiran 21 Analisis sidik ragam Panjang Serat kayu Meranti Merah (S.

leprosula) pada ketiga ukuran diameter Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Panjang_serat

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 4297.051a 2 2148.525 1.823 .203

Intercept 1.459E7 1 1.459E7 1.238E4 .000

Jenis_sample 4297.051 2 2148.525 1.823 .203

Error 14139.549 12 1178.296

Total 1.461E7 15

Corrected Total 18436.600 14

a. R Squared = ,233 (Adjusted R Squared = ,105)

Lampiran 22 Analisis sidik ragam Tebal Dinding Serat kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Tebal dinding

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model .170a 2 .085 2.194 .154

Intercept 110.976 1 110.976 2.872E3 .000

Jenis_sample .170 2 .085 2.194 .154

Error .464 12 .039

Total 111.609 15

Corrected Total .633 14

(48)

36 Lampiran 23 Analisis sidik ragam Kerapatan kayu Meranti Merah (S. leprosula)

pada ketiga ukuran diameter

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kerapatan

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model .462a 2 .231 54.041 .000

Intercept 8.522 1 8.522 1.992E3 .000

Jenis_sample .462 2 .231 54.041 .000

Error .051 12 .004

Total 9.036 15

Corrected Total .514 14

a. R Squared = ,900 (Adjusted R Squared = ,883)

Lampiran 24 Analisis sidik ragam Berat Jenis kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Berat_jenis

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model .006a 2 .003 .850 .452

Intercept 3.804 1 3.804 1.053E3 .000

Jenis_sample .006 2 .003 .850 .452

Error .043 12 .004

Total 3.853 15

Corrected Total .049 14

(49)

37 Lampiran 25 Analisis sidik ragam Kadar Air kayu Meranti Merah (S. leprosula)

pada ketiga ukuran diameter

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kadar_air

Source Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 11435.221a 2 5717.611 22.571 .000

Intercept 125642.317 1 125642.317 495.984 .000

Jenis_sample 11435.221 2 5717.611 22.571 .000

Error 3039.832 12 253.319

Total 140117.369 15

Corrected Total 14475.053 14

(50)

38

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siak Sri Indrapura pada tanggal 21 Juli 1989 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara pasangan Tigor Mangido Tua Sitanggang dan Betty Novia Lumban Gaol. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMAN 1 Siak Sri Indrapura dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur undangan resmi (BUD). Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan pada Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB Bogor.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif pada berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Unit Kegiatan Mahasiswa HIMASILTAN (Himpunan Profesi Mahasiswa Hasil Hutan) sebagai anggota, menjadi anggota IKPMR (Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau), menjadi anggota pada UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Sepakbola.

Penulis juga aktif didalam kepanitian Bina Corps Rimbawan 2009 sebagai komisi disiplin, Bina Corps Rimbawan 2010 sebagai kepala divisi komisi disiplin, Kompak 2009 sebagai komisi disiplin, Forester Cup 2010 sebagai kepala divisi keamanan.

Penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang, antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2010 di Jalur Pangandaran-Gunung Sawal, Jawa Barat dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2011 di Gunung Walat, Sukabumi. Penulis juga telah melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Raisa of Excellent pada tahun 2012 di Bandengan Jepara, Jawa Tengah.

Gambar

Gambar 1 Stik kayu hasil ekstraksi sebagai unit sampel
Gambar 3 Rata-rata tebal dinding serat pada masing-masing pohon
Gambar 5 Variasi radial rata-rata panjang serat per segmen
Gambar 7 Variasi radial rata-rata tebal dinding serat per segmen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Meranti Merah ( Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik termal dari pengeringan kayu meranti ( Shorea Leprosula Miq .), dengan melakukan percobaan pengeringan pada berbagai suhu

Penelitian ini terbagi dalam 4 tahap, yaitu (1) pengarangan kayu meranti merah dengan tungku pengarang; (2) aktivasi dengan metode kombinasi: secara kimia dengan NaOH 0.75% dan

- d adalah diameter kayu bulat.. Pengukuran diameter kayu bulat rimba untuk kayu bulat yang berasal dari hutan tanaman dengan panjang sampai dengan 5 m. 1) Pengukuran diameter

Serbuk kayu meranti merah yang digunakan sebagai adsorben, baik yang tidak teraktivasi maupun yang teraktivasi, dianalisis dengan menggunakan FT-IR, kemudian

leprosula yang berasal dari hutan alam maupun berasal dari hutan tanaman yang di uji kedua jamur pelapuk kayu, sesuai yang disyaratkan oleh JIS K 1571 : 2004, dimana pengurangan

Serbuk kayu meranti merah Shorea parvifolia Dyer dapat digunakan sebagai biosorben ion logam Cd(II) dengan waktu optimum biosorpsi serbuk kayu tidak teraktivasi

Hasil dari penelitian “Perbandingan Antara Kayu Meranti Merah Dan Meranti Putih Ditinjau Dari Kualitas Kayu Berdasarkan PKKI 1961”, dapat disimpulkan bahwa