• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Minyak Cengkeh Syzigium Aromaticum Untuk Meningkatkan Efisiensi Pakan Pada Ikan Patin Pangasianodon Hypophthalmus.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Minyak Cengkeh Syzigium Aromaticum Untuk Meningkatkan Efisiensi Pakan Pada Ikan Patin Pangasianodon Hypophthalmus."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN MINYAK CENGKEH

Syzigium aromaticum

UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PAKAN PADA

IKAN PATIN

Pangasianodon hypophthalmus

NURINA PRATIWI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemanfaatan minyak cengkeh Syzigium aromaticum untuk meningkatkan efisiensi pakan pada ikan patin Pangasianodon hypophthalmus adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2015

Nurina Pratiwi

(4)

RINGKASAN

NURINA PRATIWI. Pemanfaatan Minyak Cengkeh Syzigium aromaticum untuk Meningkatkan Efisiensi Pakan pada Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus. Dibimbing oleh DEDI JUSADI dan SRI NURYATI.

Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan budidaya, termasuk dalam kegiatan budidaya ikan patin. Petani pada umumnya menggunakan pakan mandiri, karena alasan menekan biaya pakan yang lebih murah untuk masa budidaya ikan patin yang relatif lama (>6 bulan) sampai mencapai ukuran konsumsi. Meningkatkan pertumbuhan ikan patin merupakan salah satu cara memperpendek masa budidaya ikan patin. Selain memperpendek masa budidaya, peningkatan pertumbuhan diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pakan ikan patin. Penambahan minyak cengkeh Syzigium aromaticum

diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan pada ikan patin.

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penambahan minyak cengkeh terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan pada ikan patin. Minyak cengkeh yang ditambahkan pada pakan memiliki kandungan bahan aktif eugenol sebesar 58,27%, metil eugenol 0,41% dan β karyophilene 31,29%. Di dalam penelitian ini, minyak cengkeh ditambahkan ke dalam pakan kadar protein 28% dengan jumlah 0, 5, 10, 15 dan 100 mg/100 g pakan. Ikan uji yang berasal dari pembudidaya di daerah Parung, Bogor dengan berat 5,0±0,6 g dipelihara pada 15 akuarium yang diisi air sampai volume 100 L. Setiap akuarium diisi 20 ekor ikan. Ikan dipelihara selama 50 hari. Ikan diberi pakan sesuai perlakuan secara at satiation tiga kali sehari.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, penambahan pada kadar 10 dan 15 mg/100g pakan pada pakan ikan patin mampu meningkatkan efisiensi pakan dan retensi protein. Peningkatan efisiensi pakan berkorelasi dengan menurunnya nilai MDA dan peningkatan rasio panjang vili dibandingkan diameter usus. Namun, nilai efisiensi pakan, retensi protein dan rasio panjang vili dibandingkan diameter usus di perlakuan minyak cengkeh 100 mg/100 g pakan menurun kembali. Diduga pemberian minyak cengkeh 100 mg/100 g sudah berlebih, sehingga menurunkan kembali kinerja pertumbuhan ikan. Di sisi lain, pemberian pakan yang ditambah minyak cengkeh berpengaruh sama terhadap parameter kinerja pertumbuhan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar optimal penambahan minyak cengkeh untuk ikan patin adalah 10 mg/100 g pakan.

(5)

SUMMARY

NURINA PRATIWI. Utilization of clove oil Syzigium aromaticum to improve feed efficiency of striped catfish Pangasianodon hypophthalmus. Supervised by DEDI JUSADI and SRI NURYATI.

Fish feed is one of the most important component in aquaculture, including in striped catfish Pangasianodon hypophthalmus culture. Commonly fish farmer make their own feed to reduce feed cost so that the price remain cheap during long time culture periode (>6 months) until reach consumable size. Enhancing the striped catfish growth is one way to shorten its culture periode. Besides, it was expected to enhance feed utilization efficiency of striped catfish. Clove oil supplementation was intended to enhance striped catfish growth and feed utilization.

This study was conducted to evaluate the effect of clove oil supplementation to growth and feed efficiency of striped catfish. Clove oil that used contained eugenol 58.27%, methyl eugenol 0.41% and β-caryophyllene 31.29%. Clove oil was supplemented into fish diet test contained 28% crude protein at a dose of either 0, 5, 10, 15, or 100 mg/100 g diet, respectively. The fishes were taken from fish farmer in Parung, Bogor with initial body weight of 5.0±0.6 g stocked into 15 aquariums filled 100-L water volume. Fish were reared for 50 days. Fishes were fed on the diet supplemented with clove oil at satiation level, three times a day.

Results showed that feed efficiency and protein retention in the groups of fish fed on the diet supplemented with clove oils at doses of 10 and 15 mg/100 g diet were significantly improved. These improvements were correlated with the reduction of MDA levels and the increasing ratio of villi length to intestine diameter. However, feed efficiency, protein retention and ratio of villi length to intestine diameter were decline when fish fed on the diet supplemented with 100 mg clove oil per 100 g diet. Thus supplementation of clove oil at 100 mg/100 g seems to be overdose so reduce the growth performance. On the other hand, feed supplemented with clove oil showed no difference effect to other growth performance. It can be concluded that optimal dose of clove oil supplementation in striped catfish diet is 10 mg/100 g diet.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

PEMANFAATAN MINYAK CENGKEH

Syzigium aromaticum

UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PAKAN PADA

IKAN PATIN

Pangasianodon hypophthalmus

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah penambahan zat aditif pada pakan ikan, dengan judul Pemanfaatan Minyak Cengkeh Syzigium aromaticum untuk Meningkatkan Efisiensi Pakan pada Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Dedi Jusadi dan Ibu Dr Sri Nuryati selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya. Terima kasih kepada Ibu Dr Mia Setiawati sebagai dosen penguji tamu, dan Ibu Dr Widanarni. Selanjutnya kepada seluruh dosen dan segenap pegawai Departemen Budidaya Perairan khususnya Laboratorium Nutrisi Ikan (Pak Wasjan, Mba Retno, Bang Yosi) atas bimbingan, dukungan dan bantuannya.

Ungkapan terima kasih yang tidak terhingga juga disampaikan kepada suamiku mas Aang, anakku tersayang Fathiya, ayahanda Mawardi, ibunda Siti Kadarinah, mama Tri Susminarti, Alm. Papa Abroha, dek Pila, dek Fitri beserta suami, keponakan-keponakanku, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayang, dan motivasi. Sahabat-sahabat (kak Ibha, kak Puji, Tira, kak Ais, Tiara, kak Ika, kak Yacha, Dendi, kak Windu, Herja, seluruh AKU 2013, dan winning eleven) atas kebersamaan, kasih sayang, dan semangatnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

2 METODE 2

Rancang Penelitian 2

Pakan Uji 3

Pemeliharaan Ikan Uji 4

Analisa Bahan Aktif dan Proksimat 4

Parameter Uji 5

Analisis Data 5

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil 6

Pembahasan 9

4 KESIMPULAN DAN SARAN 12

Kesimpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 15

(12)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi formulasi pakan 3

2 Hasil proksimat pakan 4

3 Kinerja pertumbuhan ikan patin pada berbagai perlakuan pakan uji dengan dosis minyak cengkeh 0 mg/100 g pakan, 5 mg/100 g pakan, 10 mg/100 g pakan, 15 mg/100 g pakan, dan 100 mg/100 g pakan 6 4 Jumlah bakteri total atau total plate count (TPC) bakteri pada usus,

perbandingan panjang usus/panjang tubuh, perbandingan panjang vili/diameter usus pada ikan patin yang diberi pakan dengan pemberian

dosis minyak cengkeh yang berbeda. 8

5 Gambaran darah ikan patin pada berbagai perlakuan pakan uji dengan dosis minyak cengkeh 0 mg/100 g pakan, 5 mg/100 g pakan, 10 mg/100 g pakan, 15 mg/100 g pakan, dan 100 mg/100 g pakan 9

DAFTAR GAMBAR

1 Skema penelitian 3

2 Nilai malondialdehide (MDA) pada hati ikan patin yang diberi pakan dengan penambahan dosis mnyak cengkeh yang berbeda 7 3 Histologi usus secara melintang (a) usus pada perlakuan 0 mg/100 g

pakan, (b) usus pada perlakuan 5 mg/100 g pakan, (c) usus pada perlakuan 10 mg/100 g pakan, (d) usus pada perlakuan 15 mg/100 g pakan dan (d) usus pada perlakuan 100 mg/100 g pakan; keterangan:

du=diameter usus, pv=panjang vili. 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Prosedur analisa proksimat (Watanabe 1988) dan eugenol (AOAC

2006) 15

2 Perhitungan parameter yang diukur 20

(13)

1

1

PENDAHULUAN

Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan budidaya, termasuk dalam kegiatan budidaya ikan patin. Banyak pembudidaya ikan patin yang membuat pakan sendiri dikarenakan mahalnya harga pakan komersil dan masa budidaya ikan patin yang lama yaitu 6 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi. Meningkatkan pertumbuhan ikan patin merupakan salah satu cara memperpendek masa budidaya, selain memperpendek masa budidaya, peningkatan pertumbuhan diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pakan ikan patin. Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan adalah dengan menambahkan minyak cengkeh pada pakan ikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Gaber (2000), penggunaan minyak cengkeh dalam formulasi pakan ikan nila mampu memberikan efek postif yaitu meningkatkan pertumbuhan. Penambahan minyak cengkeh pada pakan ikan nila dengan dosis 8 mg/100 g pakan dapat menurunkan feed conversion ratio (FCR) dari 3,6 menjadi 2,2, mampu meningkatan nilai efisiensi pakan dari 30,2% (kontrol) menjadi 49%, dan meningkatkan pertumbuhan.

Minyak cengkeh memiliki kandungan bahan aktif berupa 88,58% eugenol, 1,38% beta caryophyllene, 5,62% eugenol asetat (Chaieb et al. 2007). Minyak cengkeh banyak digunakan sebagai zat antibakterial, antifungal dan antioksidan. Menurut Ogata et al. (2000), eugenol memiliki aktivitas antioksidan yang

memiliki efek seperti α tokoferol dalam menghambat peroksidase lipid dan mencegah kerusakan sel tubuh. Eugenol telah teruji sebagai sumber antioksidan alami yang memiliki sifat sama dengan antioksidan sintesis seperti butil hidroksi anisol (BHA) dan butil hidroksi toluena (BHT) (Gulcin et al. 2010). Adanya kandungan antioksidan yang berasal dari eugenol membuat minyak cengkeh dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan.

Selama ini minyak cegkeh pada bidang perikanan banyak diaplikasikan sebagai bahan anestesi. Ucar & Atamanalp (2010) menyatakan penambahan minyak cengkeh sebagai bahan anestesi pada ikan rainbow trout dan brown trout dengan dosis 0,5 ppm pada volume 780 L, tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup ikan yang ditransportasikan tetapi berpengaruh terhadap trombosit dan leukosit darah. Selain sebagai bahan anestesi, minyak cengkeh memiliki fungsi sebagai antimikroba, hasil penelitian menunjukkan penambahan minyak cengkeh sebesar 3% (w/w) dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan nila hingga 100% setelah diuji tantang dengan bakteri Lactococcus garvieae (Rattanachaikunsopon & Phumkhachorn 2009). Penelitian lain menunjukkan, minyak cengkeh mampu menghambat sejumlah besar bakteri Gram negatif maupun positif dan beberapa jenis kapang (Nuñez & Aquino 2012).

(14)

2

g/ekor), menurunkan feed conversion ratio (FCR) menjadi 1,99 dan menurunkan total kolesterol (Mehr et al. 2014).

Berdasarkan manfaat yang terkandung pada minyak cengkeh yang sudah dibuktikan pada ayam dan ikan nila, pemberian minyak cengkeh diujikan pada ikan patin, dengan penambahan minyak cengkeh diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pakan dan meningkatkan pertumbuhan. Disisi lain, perlu dilakukan evaluasi terhadap kelimpahan mikroflora di usus, apakah kandungan minyak cengkeh yang berfungsi sebagai antimikroba dapat menurunkan kelimpahan mikroflora normal di usus atau tidak memberikan penggaruh sama sekali.

Rumusan Masalah

Budidaya ikan patin untuk mencapai ukuran konsumsi (±600 g) memerlukan waktu lebih dari 6 bulan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya agar masa budidaya lebih dipersingkat melalui peningkatan pertumbuhan dan mengurangi jumlah pakan yang digunakan dengan cara meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan. Minyak cengkeh dengan kandungan bahan aktif berupa eugenol yang memiliki sifat sebagai antioksidan dan antimikroba ditambahkan pada pakan ikan patin, pemberian minyak cengkeh diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pakan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemberian minyak cengkeh terhadap efisiensi pakan pada ikan patin.

Hipotesis

Pemberian minyak cengkeh dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan dan memperbaiki saluran pencernaan sehingga mampu meningkatkan efisiensi pakan pada ikan patin.

2

METODE PENELITIAN

Rancang Penelitian

(15)

3

Gambar 1. Skema Penelitian

Keterangan :

= adaptasi ; hari ke-7 dilakukan sampling bobot awal = pemeliharaan untuk uji pertumbuhan

hari ke-57 dilakukan sampling bobot akhir untuk uji pertumbuhan pengambilan sampel ikan untuk uji gambaran darah

kelimpahan mikroflora normal diusus kadar malondialdehid (MDA)

Pakan Uji

Pakan yang diberikan sebagai pakan perlakuan merupakan pakan yang dibuat dengan komposisi bahan baku seperti yang tercantum pada Tabel 1. Minyak cengkeh yang digunakan sebagai bahan uji diperoleh dari dari penyedia produk minyak atsiri di kota Bogor. Hasil pengujian minyak cengkeh yang digunakan mengandung eugenol sebesar 58,27%, metil eugenol 0,41% dan β karyophilene 31,29%.

Tabel 1. Komposisi formulasi pakan

Bahan Baku Pakan

Minyak cengkeh sesuai dosis ditambahkan setelah terlebih dulu dicampur dengan kuning telur sebanyak 2 g/ 100 g pakan. Campuran minyak cengkeh dengan telur kemudian dicampur dengan bahan baku pakan yang lain dan ditambahkan air sebanyak 200 mL hingga adonan siap dicetak pada mesin pelet berdiameter 1-2 mm. Pakan dioven pada suhu 35°C selama 24 jam. Komposisi proksimat pakan setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

(16)

4

Tabel 2. Hasil proksimat pakan.

Parameter Perlakuan Minyak Cengkeh (mg/100g pakan)

0 5 10 15 100 hypophthalmus) yang berasal dari pembudidaya di daerah Parung, Bogor. Benih yang digunakan sebanyak 300 ekor dengan berat 5,0+0,6 g. Aklimatisasi dilakukan pada ikan sebelum dilakukan perlakuan pada 1 bak tandon bervolume 1 ton selama 7 hari. Ikan dipelihara pada akuarium berukuran 90 x 40 x 35 cm dengan volume 100 L/akuarium, digunakan akuarium sebanyak 15 akuarium dengan padat tebar 20 ekor ikan/akuarium. Pakan diberikan secara at satiation

tiga kali sehari pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB.

Pemeliharaan dilakukan menggunakan sistem resirkulasi top filter, selain itu untuk mempertahankan kualitas air yang baik, setiap sore hari dilakukan pergantian air sebanyak 30% dari total volume air akuarium. Untuk mempertahankan suhu air yang baik bagi kehidupan ikan, di setiap akuarium dipasang sebuah pengatur suhu air. Pengukuran suhu dilakukan setiap hari selama masa pemeliharaan, sedangkan pengukuran pH, oksigen terlarut (DO), total ammonia nitrogen (TAN), dan alkalinitas di lakukan di awal dan tengah pemeliharaan. Selama masa pemeliharaan suhu berkisar 28-28,5°C, pH berkisar 5,7-7,4, DO berkisar 5,5-7,1 mg/L, TAN berkisar 0,2-1,3 mg/L, dan alkalinitas berkisar 24-128 mg/L CaCO3.

Pada hari ke 57 masa budidaya, ikan dipuasakan, kemudian esok harinya ikan ditimbang setelah sebelumnya dibius dengan menggunakan Ocean free special arowana stabilizer sebanyak 0,6 ppm. Pada akhir uji pertumbuhan, tiga ekor ikan dari setiap akuarium diambil untuk dilakukan analisis gambaran darah dan proksimat tubuh. Dua ekor ikan dari setiap akuarium diambil hatinya untuk uji malondialdehida (MDA) dan diambil dagingnya untuk diuji residu eugenol. Sebanyak tiga ekor ikan per akuarium diambil untuk dilakukan uji jumlah total bakteri atau total plate count (TPC) pada usus ikan.

Analisis Bahan Aktif dan Proksimat

(17)

5

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Prosedur analisis eugenol, proksimat pakan dan ikan terdapat pada Lampiran 1.

Parameter Uji

Uji Pertumbuhan

Parameter uji pertumbuhan yang diukur meliputi laju pertumbuhan harian (Huisman 1990), kelangsungan hidup, jumlah konsumsi pakan, efisiensi pakan, retensi protein dan retensi lemak. Pengukuran parameter uji pertumbuhan dilakukan pada akhir masa pemeliharaan untuk uji pertumbuhan. Selain parameter pertumbuhan, dilakukan pengukuran rasio panjang usus dengan tubuh dan pengukuran rasio panjang villi dengan diameter usus mengacu pada Nasir (2002). Metode perhitungan parameter uji pertumbuhan terdapat pada Lampiran 2.

Uji Kesehatan

Parameter uji kesehatan meliputi pengamatan gambaran darah ikan patin, sebelum ikan diambil darahnya, ikan dibius terlebih dahulu kemudian ditusukkan secara horisontal mengarah ke arah cranial tepat pada bagian vena caudalis yaitu pembuluh darah yang terletak tepat di bagian ventral tulang vertebrate (tulang punggung), darah dimasukkan kedalam eppendorf yang sudah dibilas dengan anti koagulan dan siap untuk diamati. Pengamatan gambaran darah meliputi perhitungan sel darah merah dan sel darah putih menurut Simmons (1997), kadar hemoglobin dilakukan sesuai dengan prosedur Collier (1994), dan kadar hematokrit berdasarkan Goldenfarb et al. (1970). Selain gambaran darah turut diamati jumlah kelimpahan bakteri pada saluran pencernaan. Perhitungan kelimpahan bakteri pada usus ikan dilakukan sesuai dengan prosedur Hadioetomo (1993).

Parameter uji kesehatan yang berikutnya adalah pengujian kadar malondialdehide (MDA) pada hati ikan. Malondialdehide merupakan produk akhir dari oksidasi lipid. Peroksidasi lipid merupakan mekanisme yang terjadi secara seluler pada makhluk hidup yang menggambarkan tingkat stres pada sel dan jaringan tubuh. Metode pengukuran MDA dan perhitungan parameter kesehatan terdapat pada Lampiran 2.

Analisis Data

(18)

6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Penambahan minyak cengkeh pada pakan ikan patin dengan dosis 0, 5, 10, 15 dan 100 mg/100 g pakan menyebabkan kenaikan bobot individu ikan. Bobot individu dihitung pada awal dan akhir masa pemeliharaan. Ikan uji yang dipelihara memiliki bobot rata-rata awal 5,0 ± 0,2 g dan pada akhir pemeliharaan pemberian minyak cengkeh tidak memberikan pengaruh yang signifigan terhadap bobot akhir ikan patin. Tingkat kelangsungan hidup ikan sampai pada dosis tertinggi penambahan minyak cengkeh dapat dipertahankan sampai 100%. Parameter pertumbuhan yang lainnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kinerja pertumbuhan ikan patin pada pakan uji dengan dosis minyak cengkeh 0 mg/100 g pakan, 5 mg/100 g pakan, 10 mg/100 g pakan, 15 mg/100 g pakan, dan 100 mg/100 g pakan.

Parameter Perlakuan Minyak Cengkeh (mg/100g pakan)

0 5 10 15 100 Keterangan superskript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05); wo = bobot individu awal, wt = bobot individu akhir, LPH = laju pertumbuhan harian, JKP = jumlah konsumsi pakan, EP = efisiensi pakan, RP = retensi protein, RL = retensi lemak, TKH = tingkat kelangsungan hidup.

(19)

7

Gambar 2. Nilai malondialdehide (MDA) pada hati ikan patin yang diberi pakan dengan penambahan dosis minyak cengkeh yang berbeda.

Hasil pengamatan jumlah bakteri total atau total plate count (TPC) di usus ikan, rasio panjang usus dengan tubuh dan rasio panjang vili dengan diameter usus tersaji pada Tabel 4. Jumlah bakteri yang teramati pada usus ikan patin pada perlakuan 5 mg/100 g, 15 mg/100 g, dan 100 mg/100 g lebih rendah dibandingkan kontrol, sedangkan perlakuan 15 mg/100 g jumlah bakteri yang teramati paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain, yaitu 0.9 x 108 cfu/g. Penambahan minyak cengkeh sampai dosis 10 mg/100 g menyebabkan peningkatan panjang vili/diameter usus. Peningkatan panjang vili/diameter usus menyebabkan peningkatan efisiensi pakan, seperti pada perlakuan 10 mg/100 g peningkatan panjang vili/diameter usus diikuti dengan peningkatan efisiensi pakan.

Peningkatan panjang vili/diameter usus menyebabkan luas penampang vili menjadi lebih lebar, sehingga absorbsi nutrient meningkat. Histologi pada usus memperlihatkan perbedaan susunan vili pada usus, berdasarkan Gambar 2 usus dengan perlakuan 10 mg/100 g pakan dan 15 mg/100 g pakan memiliki susunan vili yang lebih rapat dibandingan dengan perlakuan yang lain, hal ini yang menyebabkan penyerapan nutrien pada perlakuan tersebut lebih baik dibandingkan perlakuan yang lain.

kontrol 5 mg/100 g 10 mg/100 g 15 mg/100 g 100 mg/100 g

(20)

8

Tabel 4. Jumlah bakteri total atau total plate count (TPC) pada usus, perbandingan panjang usus/panjang tubuh, perbandingan panjang vili/diameter usus pada ikan patin yang diberi pakan dengan pemberian dosis minyak cengkeh yang berbeda.

Keterangan superskript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05).

Gambar 2. Histologi usus secara melintang pada penambahan minyak cengkeh dengan dosis (a) 0 mg/100 g pakan, (b) 5 mg/100 g pakan, (c) 10 mg/100 g pakan, (d) 15 mg/100 g pakan dan (d) 100 mg/100 g pakan; keterangan: du=diameter usus, pv=panjang vili.

Penambahan minyak cengkeh sampai dosis 100 mg/100 g pakan tidak menunjukkan perbedaan pada parameter gambaran darah ikan patin. Nilai hemoglobin, hematokrit, sel darah merah, dan sel darah putih sesuai dengan nilai standar yang ada.

Parameter Perlakuan Minyak Cengkeh (mg/100g pakan)

(21)

9

Tabel 5. Gambaran darah ikan patin pada berbagai perlakuan pakan pakan uji dengan dosis minyak cengkeh 0 mg/100 g pakan, 5 mg/100 g pakan, 10 mg/100 g pakan, 15 mg/100 g pakan, dan 100 mg/100 g pakan.

Parameter Nilai Standar Perlakuan Minyak Cengkeh (mg/100g pakan)

0 5 10 15 100

Hb (g%) 6-10

(Takashima & Hibiya 1995)

Keterangan: Hb = hemoglobin, SDM = sel darah merah, SDP = sel darah putih.

PEMBAHASAN

Penambahan minyak cengkeh pada pakan tidak mempengaruhi nafsu makan pada ikan, pakan yang diberikan dimakan oleh ikan sehingga terjadi kenaikan bobot individu ikan. Minyak cengkeh telah lama digunakan sebagai penambah kenikmatan pada makanan (Nunez & Aquino 2012) dan minyak cengkeh termasuk dalam bahan yang aman digunakan dalam makanan menurut United States Food and Drug Administration dengan dosis maksimal 1500 ppm pada semua jenis makanan (Gulcin et al. 2010). Sedangkan pada ikan, minyak cengkeh masih jarang digunakan untuk campuran pada pakan, selama ini minyak cengkeh digunakan sebagai bahan anestesi pada ikan, karena aman, efektif, dan relatif murah apabila digunakan sebagai bahan anestesi. Penelitian dengan pemberian minyak cengkeh dalam pakan banyak diaplikasikan pada pakan ayam. Minyak cengkeh aman digunakan dalam campuran pakan ikan, hal ini dibuktikan dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 100% untuk semua perlakuan. Selain aman untuk ikan, daging ikan juga aman dikonsumsi, hal ini dibuktikan dengan hasil pengukuran kadar eugenol pada daging yang tidak terdeteksi nilainya, sehingga tidak ada residu eugenol pada daging ikan patin.

(22)

10

Kenaikan bobot individu pada masing-masing perlakuan, meningkatnya efisiensi pakan, dan nilai retensi protein yang berbeda nyata pada perlakuan 10 mg/100 g disebabkan oleh antioksidan yang terkandung pada minyak cengkeh. Menurut Ramadan et al. (2013), minyak cengkeh memiliki beberapa aktivitas biologi, seperti antimikroba, insektisida dan antioksidan, dengan kandungan utama pada minyak cengkeh adalah eugenol. Eugenol diketahui telah menunjukkan aktivitas antioksidan pada uji empiris terhadap reaksi oksidasi asam lemak (Aini et al. 2007). Antioksidan mampu menghambat kinerja radikal bebas yang terdapat pada tubuh dan memperlambat oksidasi lipid (Gulcin et al. 2012). Radikal bebas pada tubuh dapat berperan positif dan negatif, pada jumlah yang terkontrol radikal bebas berperan dalam bakteriosidal dan bakteriolisis. Sifat negatif radikal bebas adalah dapat menyebabkan stres oksidatif. Hal ini terjadi karena terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan. Radikal bebas dalam jumlah berlebihan sementara jumlah antioksidan seluler lebih sedikit sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan sel merupakan gangguan atau perubahan yang dapat mengurangi viabilitas dan fungsi esensial sel. Target kerusakan sel yaitu: (1) lipida melalui oksidasi PUFA (poly unsaturated fatty acid) dengan tahapan inisiasi, propagasi dan terminasi; (2) protein (glikoprotein) melalui inaktivasi enzim, mengikat protein atau reseptor; (3) DNA melalui perusakan penyusun DNA (asam nukleat), lipoprotein, dan karbohidrat pada tahap mutasi, inisiasi dan promosi kanker (Costa et al. 2005).

Pada penelitian ini keefektifan minyak cengkeh sebagai antioksidan dibuktikan dengan uji malondialdehide (MDA) pada hati ikan patin, nilai MDA menurun sampai pada dosis 15 mg/100 g, kemudian meningkat kembali pada dosis 100 mg/100 g (Gambar 1). MDA merupakan produk akhir dari oksidasi lipid, peroksidasi lipid merupakan mekanisme yang terjadi secara seluler pada makhluk hidup, tingginya MDA dapat digunakan sebagai indikator tingginya jumlah radikal bebas (Sutari et al. 2012). Kerusakan sel yang dapat dihindari karena adanya antioksidan menyebabkan nilai efisiensi pakan dan retensi protein pada perlakuan 10 mg/100 g memiliki nilai tertinggi dibandingkan semua perlakuan, yaitu 78,9% untuk efisiensi pakan dan nilai retensi protein 45,7%, serta mampu menurunkan nilai MDA menjadi 0,34 ppm. Nilai MDA yang rendah menyebabkan gambaran darah pada ikan perlakuan 10 mg/100 g pakan menjadi lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan 10 mg/100 g, nilai hemoglobin lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan nilai MDA perlakuan 10 mg/100 g lebih rendah dibandingkan kontrol, menyebabkan ikan menjadi lebih sehat dan terjadi penghambatan peroksidase lipid di dalam tubuh ikan sehingga efisiensi pakan meningkat.

Rendahnya nilai MDA didukung dengan rasio panjang vili dibandingkan diameter usus yang lebih tinggi pada perlakuan 10 mg/100 g pakan menyebabkan nilai retensi protein dan efisiensi pakan meningkat. Pada perlakuan 10 mg/100 g pakan memiliki susunan vili yang lebih rapat dibandingkan perlakuan yang lain. Rasio panjang vili dengan diameter usus perlakuan 10 mg/100 g memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain yaitu sebesar 49,4 %, semakin besar nilai rasio panjang vili dengan diameter usus menunjukkan luas penampang vili lebih besar, sehingga absorbsi nutrient menjadi lebih maksimal (Nasir 2002).

(23)

11

hati ikan nila meningkat, peningkatan dosis menyebabkan pemberian daun jaloh tidak efektif dalam menurunkan MDA dan menyebabkan nafsu makan ikan berkurang dilihat dari jumlah konsumsi pakan yang rendah. Sama halnya pada perlakuan penambahan minyak cengkeh dengan dosis 100 mg/100 g pakan, peningkatan dosis yang diberikan menyebabkan nilai MDA meningkat. Pemberian minyak cengkeh pada dosis 100 mg/100 g pakan tidak efektif dalam menurunkan nilai MDA, sehingga nilai MDA naik dan peroksidasi lipid meningkat. Selain menyebabkan kenaikan nilai MDA, penambahan minyak cengkeh 10 mg/100 g pakan menyebabkan susunan vili yang lebih renggang dan nilai panjang vili/diameter usus yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan 10 mg/100 g pakan, hal tersebut menyebabkan penurunan efisiensi pakan dan retensi protein.

Jumlah bakteri yang teramati pada usus ikan patin pada perlakuan 5 mg/100 g, 15 mg/100 g, dan 100 mg/100 g lebih rendah dibandingkan kontrol, perlakuan 15 mg/100 g jumlah bakteri yang teramati paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain, yaitu 0.9 x 108 cfu/g. Penurunan jumlah bakteri dibandingkan kontrol dikarenakan salah satu efek penambahan minyak cengkeh adalah menghambat pertumbuhan bakteri, menurut Ramadan et al. (2013) menyatakan minyak cengkeh mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif, gram positif, fungi, dan kapang dengan efektifitas daya hambat berbeda untuk setiap bakterinya, bergantung pada permiabilitas sel bakteri itu sendiri. Hal ini berbeda pada perlakuan penambahan minyak cengkeh dengan dosis 10 mg/100 g pakan yang menyebabkan kenaikan jumlah bakteri, hal ini disebabkan rasio panjang vili/diameter usus pada perlakuan 10 mg/100 g pakan memiliki nilai paling besar dan susunan vilinya rapat, sehinga menyebabkan kenaikan jumlah bakteri dikarenakan perubahan luas penampang usus ikan. Hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bakke-McKellep et al. (2007), yang menyatakan penggunaan soybean meal pada pakan ikan atlantic salmon menyebabkan perubahan luas penampang usus, perubahan tersebut meningkatkan jumlah bakteri dibandingkan dengan perlakuan penambahan insulin dan oxytetracycline. Penambahan probiotik dan bahan makanan yang tidak mudah dicerna yang biasanya berasal dari tanaman akan mempengaruhi jumlah bakteri di usus.

(24)

12 hasil yang optimal karena dapat meningkatkan efisiensi pakan dan retensi protein, dengan laju pertumbuhan yang sama dengan perlakuan tanpa penambahan minyak cengkeh.

SARAN

Perlu dilakukan isolasi jenis mikroorganisme pada saluran pencernaan untuk melihat bakteri apa saja yang keberadaanya terpengaruh oleh pemberian minyak cengkeh pada pakan. Pada skala lapang, penggunaan dosis yang disarankan berkisar 10 mg/100 g pakan atau 15 mg/100 g pakan, walaupun pada dosis tertinggi yaitu 100 mg/100 g pakan nilai efisiensi pakan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, tetapi penggunaan dosis 100 mg/100 g tidak efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Aini N, Purwono B, Tahir I. 2007. Analisa hubungan struktur-aktivitas antioksidan dari isoeugenol, eugenol, vanilin dan turunannya. Indo. J. Chem

7(1): 61-66.

AOAC [Association of Official Analytical Chemist]. 2006. Official Methodes of Analytical of The Association of Official Analytical Chemist. Washington, DC: AOAC.

Bakke-McKellep AM, Penn MH, Salas PM, Refstie S, Sperstad S, Landsverk T, Ringo E, Krogdahl A. 2007. Effect of dietary soybean meal, inulin and oxytetracycline on intestinal microbiota and epithelial cell stress, apoptosis and poliferation in the teleost Atlantic salmon (Salmon salar L.). British J. of Nutrition, 97:699-713.

Chaieb K, Hajlaoui H, Zmantar T, Kahla-Nakbi AB, Rouabhia M, Mahdouani K, Bakhrout A. 2007. The chemical composition and biological activity of clove essential oil, Eugenia caryophyllata (Syzigium aromaticum L. Myrtaceae): a short review. Phytotherapy research, 21:501-506.

Collier HB. 1944. The standardization of blood haemoglobin determination. Can. J. Med. Assoc. 50: 550-552.

Costa PHA, Netoz ADA, Bezerras MA, Prisco JT, Filho EG. 2005. Antioxidant-enzymatic system of two sorghum genotypes differing in salt tolerance. J. Plant Physiol 17(4):353-361.

(25)

13

Gaber MM. 2000. Growth response of nile tilapia fingerlings (Oreochoromis niloticus) fed diets containing different levels of clove oil. Egypt J. Aquat. Bio. & Fish 4 (1): 1-18.

Goldenfard PB, Bowyer FP, Elmerhall MD, Hall E, Brosious E. 1970. Reproducibility in the hematology laboratory: the microhematokrit determination. Amer. J. Clin. Path. 56: 35-39.

Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: PT. Gramedia.

Halver JE. 1989. Fish Nutrition. Second edition. Academy Press Inc, New York. Huisman EA. 1990. Principles of Fish Production. Wageningen Agriculture

University: The Netherland.

Mehr MA., Hassanabadi A, Moghaddam HN, Kermanshahi H. 2014.

Supplementation of clove oil essential oil and probiotic to the broiler’s diet

on performance, carcass traits and blood component. Iranian J. of Applied Animal Science. 4(1): 117-122.

Moyle PB, Cech JJ. 1988. Fishes: An Introduction to Ichtyology. Prentice-Hall Inc. A Division of Salmon and Schuster Engelewood Cliffs, New Jersey. 597 ps.

Nasir M. 2002. Pengaruh kadar selulosa yang berbeda dalam pakan terhadap panjang usus dan aktivitas enzim pencernaan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nuñez L, D’ Aquino M. 2012. Microbicide activity of clove essential oil

(Eugenia caryophyllata). Brazilian J. of Microbiology (2012): 1255-1260. Ogata M, Hoshi M, Urano S, Endo T. 2000. Antioxidant activity of eugenol and

related monomeric and diameric compounds. Chem. Pharm. Bull. 48(10): 1467-1469.

Ramadan MF, Asker MMS, Tadros M. 2013. Lipid profile, antriradical power and antimicrobial properties of Syzgium aromaticum oil. Grasas Y. Aceites.

64(5): 509-520.

Rattanachaikunsopon P, Phumkhachron P. 2009. Protective efffect of clove oil-supplement fish diet on experimental Lactococcus garvieae in Tilapia.

Biosic, Biotechnol, Biochem. 73(9): 2085-2089.

Ravichandra JA. 2012. Influence of acute temperature stress on hemoglobin content in snakehead fish, Channa punctatus Godavari river, Nanded. Int J. Biomed & Adv Res. 1(11): 823-827.

Simmons A. 1997. Hematology: A Combined Theoretical and Technical Approach 2nd edition. North Caroline (USA): Butterworth-Heinemann. Shukri R, Mohamed S, Mustapha NM. 2010. Cloves protect the heart, liver and

lens of diabetic rats. J. Food Chemistry. 122: 1116-1121.

Sutari VT, Sugito, Aliza D, Asmarida. 2013. Kadar malondialdehide (MDA) pada jaringan hati ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diberi cekaman panas dan pakan suplementasi tepung daun jaloh (Salix tetrasperma Roxb). J. Medika Veterinaria. 7: 35-38.

(26)

14

Takashima F, Hibiya T. 1995. An Atlas of Fish Histology Normal and Pathological Feature. Second Edition. Takashima F. Kodansha Ltd Tokyo. 195 hlm.

Ucar A, Atamanalp M. 2010. The effect of natural (clove oil) and synthetical (2-phenoxyethanol) anesthesia substances on hematology parameters of rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) and brown trout (Salmo trutta fario).

J. of Animal and Veterinary Advances. 14: 1925-1933.

(27)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat (Watanabe 1988) dan eugenol

(AOAC 2006)

Lampiran 1.1 Prosedur analisis kadar abu

Catatan : Cawan dari tanur dimasukan dalam desikator setelah suhu tanur turun sampai

100 0C atau 2000C.

Lampiran 1.2 Prosedur analisis kadar air

Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110 0Cselama 1 jam, dan

kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)

Bahan ditimbang 2-3 g (A) lalu dimasukkan ke dalam cawan

Cawan dan bahan dipanaskan selama 4 jam pada suhu 105-110 0C, didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

Cawan dan bahan dipanaskan di dalam tanur dengan suhu 600 0C, lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

(28)

16

Lampiran 1.3 Prosedur analisis kadar serat kasar

Kertas saring dipanaskan dalam oven 1100C selama 1 jam, lalu dinginkan dalam desikator selam

30 menit, dan ditimbang (X1) Bahan ditimbang 0,5 g (A), lalu dimasukkan

ke dalam Erlenmeyer 250 mℓ

50 mℓ H2SO4 0,3 N ditambahkan dalam

Erlenmeyer, lalu dipanaskan selama 30 menit di atas hotplate

Tambahkan25 mℓ NaOH 1,5 N, lalu dipanaskan kembali selama 30 menit

Larutan disaring dengan bahan pembilasan secara berurutan sebagai berikut:

50 mℓ air panas

50 mℓ H2SO4

50 mℓ air panas

25 mℓ aceton

Kertas saring hasil penyaringan dimasukkan ke dalam cawan porselen Cawan porselen dipanaskan pada

suhu 105-110 0C selama 1 jam lalu didinginkan

Dipanaskan pada suhu 105-110 0C selama 1 jam, didinginkan, dan ditimbang (X2)

Dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 0C hingga berwarna putih, didinginkan, dan

ditimbang (X3)

Kertas saring dipanaskan pada labu Buchner yang telah terhubung

(29)

17

Lampiran 1.4 Prosedur analisis kadar protein

Tahap oksidasi

Tahap destilasi

Tahap titrasi

Keterangan :

Vb = mℓ 0,05 N titran NaOH untuk blanko A = Bobot sampel (g)

Vs = mℓ 0,05 N titran NaOH untuk sampel ** = Faktor Nitrogen * = Setiap 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 g N

5 mℓ larutan hasil oksidasi dimasukkan ke dalam labu destilasi

Destruksi selama 10 menit dari tetesan pertama

Dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 mℓ

2-3 tetes indikator methylen blue (larutan B) 10 ml H2SO4 0,05 N

H2SO4pekat 10 mℓ

Katalis

(K2SO4+CuSO4.%H2O)

ditimbang 3 g Bahan ditimbang 0,5 g (A)

Dimasukan ke dalam labu Kjedhaldan dipanaskan sampai suhu 4000C selama 3-4 jam hingga berwarna hijau bening, didinginkan dengan air destilasi 25 mℓ, dan diencerkan

hingga volume 100 mℓ (larutan A)

Hasil destilasi dititrasi dengan NaOH

Titrasi hingga larutan menjadi kehijauan.

Hitung ml titran yang dipakai dan catat (V)

(30)

18

Lampiran 1.5. Prosedur analisis kadar lemak

a. Metode Soxchlet (sampel kering)

b. Metode Folch (sampel basah)

Labu dipanaskan pada suhu 104-110 0C selama 1 jam, kemudian didinginkandalam desikator dan ditimbang (X1)

Bahan ditimbang 2-3 g (A) lalu dimasukkan ke dalam selongsong

Dimasukkan ke dalam Soxhlet dan diberi 100-150 mℓ N-Hoxan hingga selongsong terendam. Sisa N-Hexan dimasukkan ke dalam

labu

Labu dipanaskan di atas hotplate hingga larutan perendam selongsong dalam Soxhlet berwarna bening

Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 15 menit, didinginkan, lalu ditimbang (X2)

Timbang sampel 2 g (A), tambahkan 40 mℓ larutan chloroform: methanol (2:1), homogenkan selama 5 menit (5000 rpm), saring

dengan menggunakan vacuum pump

Mg Cl2.6H2O2 sebanyak 0,2 x volume

chloroform:methanol (2:1) yang digunakan

hasil saringan dimasukan ke dalam labu Pemisah dan saring kembali

lakukan pembilasan dengan larutan chloroform:methanol sebanyak

10 mℓ

selesai disaring labu pemisah ditutup dan diaduk hingga merata selama 1 menit

labu diuapkan menggunakan vacuum evaporator hingga larutan menguap semua

diamkan 1 malam hingga terjadi 2 lapisan, ambil larutan bawah dan disimpan dalam labu yang telah diketahui bobotnya (B)

(31)

19

Lampiran 1.6 Prosedur analisa eugenol

Sebanyak 0,1-0,5 gr sampel ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam tabung dan dihaluskan sampai homogen. Sampel ditambahkan dengan hexan p.a secukupnya dan ditutup. Larutan dishaker selama 15 menit pada 120 rpm. Sebanyak 2 mL larutan disaring dan diinjek ke GC.

Kondisi alat :

(32)

20

Lampiran 2. Perhitungan parameter yang diukur

2.1 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Pengukuran LPH ikan uji dihitung menggunakan persamaan berikut (Huisman, 1990):

LPH = Laju pertumbuhan harian

wt = Rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g) wo = Rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g) t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

2.2 Tingkat Kelangsungan Hidup atau (TKH)

Kelangsungan hidup ikan diamati selama 50 hari pemeliharaan ikan pada uji pertumbuhan. Kelangsungan hidup ikan dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut:

TKH = [Nt / No] x 100 Keterangan :

TKH = Tingkat kelangsungan hidup(%) Nt = Jumlah ikan akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan awal pemeliharaan (ekor) 2.3 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Pengukuran JKP ditentukan dengan menimbang jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah pakan yang tidak dimakan selama 50 hari pemberian pakan uji.

JKP = Pm-Pt Keterangan :

JKP = Jumlah konsumsi pakan (g) Pm = Jumlah pakan yang diberikan (g) Pt = Jumlah pakan yang tidak dimakan (g) 2.4 Efisiensi Pakan (EP)

Nilai efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Takeuchi, 1988):

EP = {[(Wt + D) - Wo] / F} x 100 Keterangan :

EP = Efisiensi pakan (%)

F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g) Wt = Biomassa akhir pemeliharaan (g)

(33)

21

2.5 Retensi Protein (RP)

Nilai retensi protein dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Halver, 1989) :

RP = [(FP-I)/P] x 100 Keterangan :

RP = Retensi protein (%)

FP = Jumlah protein ditubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g) I = Jumlah protein ditubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)

2.6 Retensi Lemak (RL)

Nilai retensi lemak dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Takeuchi, 1988):

RL = [(FL-I)/L] x 100 Keterangan :

RL = Retensi lemak (%)

FL = Jumlah lemak pada tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g) I = Jumlah lemak pada tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) L = Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)

2.7 Kelimpahan Mikroflora Normal di Saluran Pencernaan

Populasi bakteri yang ada di saluran pencernaan ikan ditentukan dalam

Colony Forming Unit (CFU/ml) dan dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hadioetomo 1993):

Keterangan:

PB = Populasi mikroflora normal (CFU/ml) K = Jumlah koloni

A = Volume inokulasi dalam media pengencer (ml) B = Pada pengenceran keberapa koloni dihitung 2.8 Sel Darah Putih (Total Leukosit)

Sel darah putih yang berhasil diamati dihitung berdasarkan Simmons (1997), dimasukkan kedalam rumus berikut :

Keterangan :

X = Total pengamatan sel eritrosit

(34)

22

2.9 Sel Darah Merah (Total Eritrosit)

Sel darah merah yang berhasil diamati dihitung berdasarkan Simmons (1997), dimasukkan kedalam rumus berikut:

Keterangan :

X = Total pengamatan sel eritrosit

N = Jumlah kotak hemositometer yang diamati V = Volume kotak hemositometer yang diamati Fp = Faktor pengenceran

2.10 Kadar Hematokrit

Perhitungan kadar hematokrit menurut Goldenfarb et.al (1970) adalah sebagai berikut:

Kadar hematokrit = Keterangan:

X = Panjang natan

Y = Panjang total volume darah 2.11 Kadar Malondialdehide (MDA)

(35)

23

Lampiran 3. Uji duncan

3.1 Bobot individu awal (wo)

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:wo

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected

Model

.336a 4 .084 .345 .841

Intercept 374.001 1 374.001 1536.989 .000

perlakuan .336 4 .084 .345 .841

Error 2.433 10 .243

Total 376.770 15

Corrected Total 2.769 14

a. R Squared = ,121 (Adjusted R Squared = -,230) wo

perlakuan N

Subset 1 Duncana,,b B 3 4.8333

D 3 4.8333

C 3 5.0333

kontrol 3 5.0333

E 3 5.2333

Sig. .380

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,243.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

(36)

24

3.2 Bobot individu akhir (wt)

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:wt

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected

Model

228.681a 4 57.170 2.333 .126

Intercept 11260.852 1 11260.852 459.434 .000

PERLAKUAN 228.681 4 57.170 2.333 .126

Error 245.103 10 24.510

Total 11734.636 15

Corrected Total 473.784 14 a. R Squared = ,483 (Adjusted R Squared = ,276)

wt

PERLAKUAN N

Subset

1 2

Duncana,,b KONTROL 3 22.3300

B 3 24.1333 24.1333

E 3 27.1000 27.1000

C 3 30.6000 30.6000

D 3 32.8333

Sig. .085 .072

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

(37)

25

3.3 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:lph

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected

Model

1.420a 4 .355 3.210 .061

Intercept 177.366 1 177.366 1603.385 .000

perlakuan 1.420 4 .355 3.210 .061

Error 1.106 10 .111

Total 179.893 15

Corrected Total 2.526 14

a. R Squared = ,562 (Adjusted R Squared = ,387)

Lph

perlakuan N

Subset

1 2

Duncana,b kontrol 3 3.0200

B 3 3.2600 3.2600

E 3 3.3367 3.3367

C 3 3.7133

D 3 3.8633

Sig. .292 .065

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

(38)

26

3.4 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:JKP

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected

Model

51818.516a 4 12954.629 .942 .479

Intercept 6090551.336 1 6090551.336 443.039 .000

perlakuan 51818.516 4 12954.629 .942 .479

Error 137472.271 10 13747.227

Total 6279842.123 15

Corrected Total 189290.787 14

a. R Squared = ,274 (Adjusted R Squared = -,017)

JKP

perlakuan N

Subset 1 Duncana,b B 3 557.2187

kontrol 3 599.8242

E 3 633.2200

C 3 665.5247

D 3 730.2631

Sig. .127

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 13747,227.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

(39)

27

3.5 Efisisensi Pakan (EP)

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:EP

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected

Model

746.302a 4 186.575 3.690 .043

Intercept 74298.758 1 74298.758 1469.271 .000

perlakuan 746.302 4 186.575 3.690 .043

Error 505.685 10 50.568

Total 75550.745 15

Corrected Total 1251.986 14 a. R Squared = ,596 (Adjusted R Squared = ,435)

EP

perlakuan N

Subset

1 2

Duncana,b Kontrol 3 58.3567

E 3 69.1867 69.1867

B 3 69.6333 69.6333

D 3 75.8133

C 3 78.9067

Sig. .093 .149

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

(40)

28

3.6 Retensi Protein (RP)

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:RP

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected

Model

604.711a 4 151.178 10.215 .001

Intercept 18892.392 1 18892.392 1276.589 .000

PERLAKUAN 604.711 4 151.178 10.215 .001

Error 147.991 10 14.799

Total 19645.093 15

Corrected Total 752.702 14 a. R Squared = ,803 (Adjusted R Squared = ,725)

RP

PERLAKUAN N

Subset

1 2 3 4

Duncana,,b Kontrol 3 27.7200

B 3 30.2733 30.2733

E 3 35.1600 35.1600

D 3 38.5933

C 3 45.7000

Sig. .435 .151 .300 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(41)

29

3.7 Retensi Lemak (RL)

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:RL

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected

Model

1980.155a 4 495.039 .734 .589

Intercept 151218.464 1 151218.464 224.176 .000

PERLAKUAN 1980.155 4 495.039 .734 .589

Error 6745.518 10 674.552

Total 159944.138 15

Corrected Total 8725.673 14

a. R Squared = ,227 (Adjusted R Squared = -,082)

RL

PERLAKUAN N

Subset 1

Duncana,,b kontrol 3 82.4700

B 3 91.9467

E 3 104.5733

D 3 110.4100

C 3 112.6267

Sig. .219

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

(42)

30

3.8 Rasio panjang usus dengan panjang tubuh

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:UT

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected

Model

.137a 4 .034 .373 .823

Intercept 15.403 1 15.403 167.420 .000

PERLAKUAN .137 4 .034 .373 .823

Error .920 10 .092

Total 16.460 15

Corrected Total 1.057 14

a. R Squared = ,130 (Adjusted R Squared = -,218) Homogeneous Subsets

UT

PERLAKUAN N

Subset 1

Duncana,,b E 3 .9000

KONTROL 3 .9000

C 3 1.0667

D 3 1.0667

B 3 1.1333

Sig. .404

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(43)

31

3.9 Rasio panjang vili dengan diameter usus

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:uv

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig. Corrected

Model

.098a 4 .024 23.661 .000

Intercept 2.091 1 2.091 2023.226 .000

perlakuan .098 4 .024 23.661 .000

Error .010 10 .001

Total 2.199 15

Corrected Total .108 14

a. R Squared = ,904 (Adjusted R Squared = ,866) Homogeneous Subsets

uv

perlakuan N

Subset

1 2

Duncana,,b kontrol 3 .2833

b 3 .3133

e 3 .3333

d 3 .4433

c 3 .4933

Sig. .099 .086

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(44)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten tanggal 24 Mei 1990 dari pasangan Drs Mawardi, MM dan Dra Siti Kadarinah, penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah TK Pertiwi Karanganom, SDN 2 Karanganom , SMPN 1 Karanganom, serta SMAN 1 Karanganom dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB untuk pendidikan Strata 1 melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) dan melalui Program Mayor-Sc tahun 2009 serta memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor lulus tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan kembali di Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor tahun 2013 menggunakan sponsor beasiswa calon dosen dari DIKTI dengan mayor ilmu akuakultur. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi

diselesaikan penulis dengan menulis tesis berjudul ”Pemanfaatan Minyak Cengkeh Syzigium aromaticum untuk Meningkatkan Efisiensi Pakan pada Ikan Patin Pangasianodon hypophthalmus “. Hasil penelitian dipublikasikan pada

Gambar

Gambar 1. Skema Penelitian
Tabel 3. Kinerja pertumbuhan ikan patin pada pakan uji dengan dosis minyak
Gambar 2. Nilai malondialdehide (MDA) pada hati ikan patin yang diberi pakan
Gambar 2. Histologi usus secara melintang pada penambahan minyak cengkeh dengan dosis (a) 0 mg/100 g pakan, (b) 5 mg/100 g pakan, (c) 10 mg/100 g pakan, (d) 15 mg/100 g pakan dan (d) 100 mg/100 g pakan; keterangan: du=diameter usus, pv=panjang vili

Referensi

Dokumen terkait

Masalah berapa bagian yang diterima oleh masing-masing ahli waris ditentukan kesepakatan bersama, dengan memperoleh kesepakatan ahli waris untuk anak terakhir mendapatkan

Untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik yang dicapai oleh siswa digunakan data gain ternormalisasi, sehingga data yang dianalisis dalam penelitian

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa: (1) Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif Tipe STAD lebih

Baja (St.42) adalah baja yang mempunyai kekuatan atau tegangan tarik maksimum lebih kurang 42 N/mm 2 .Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perubahan kekuatan

Tidak ada hubungan antara luas dapur dengan kejadian ISPA pada balita di keluarga pembuat gula aren Desa Pandanarum dan Desa Beji Kecamatan Pandanarum Kabupaten

diketahui bahwa dari 75 responden (100%) yang memiliki rumah dengan kepadatan hunian memenuhi syarat, terdapat sedikit responden yang tidak menderita penyakit ISPA yaitu

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran dari efikasi diri pada lansia dengan penyakit DM di wilayah kerja Puskesmas Mojolaban

Dari data di atas dapat peneliti sampaikan bahwa jumlah sampel yang akan peneliti ambil (teliti) adalah sebanyak 61 orang wanita tani yang bekerja sebagai