• Tidak ada hasil yang ditemukan

Substitution of soybean meal with kapok seed meal in diet for juvenile of white shrimp studied of histology, enzymatic and body fatty acid composition

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Substitution of soybean meal with kapok seed meal in diet for juvenile of white shrimp studied of histology, enzymatic and body fatty acid composition"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN TEPUNG BUNGKIL BIJI KAPUK

Ceiba petandra

DALAM PAKAN JUVENIL UDANG VANAME

Litopenaeus vannamei :

KAJIAN HISTOLOGI, ENZIMATIK

DAN KOMPOSISI ASAM LEMAK TUBUH

WELLEM HENRIK MUSKITA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Substitusi Tepung Bungkil Kedele

Glycine max dengan Tepung Biji Kapuk Ceiba petandra dalam Pakan Juvenil Udang Vaname Litopenaeus vannamei : Kajian Histologi, Enzimatik dan Komposisi asam Lemak Tubuh adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2012

(3)

WELLEM HENRIK MUSKITA. Substitution of Soybean Meal (Glycine max) protein shrimp feed. However, kapok seeds contain gossypol and cyclopropene fatty acids as a nutrition factor, which could interfere the function of hepatopancreas, digestive enzymes and body fat composition. The study was conducted in 3 stages. The first experiment of the research: a five-level treatment of kapok seed (KS) were 10%, 20%, 30%, 40% and commercial feed. The second the experiment: five-level treatment of kapok seed oil (KSO) were 0%, 6%, 12%, 18%, and commercial feed. Each treatment was repeated 3 times. Shrimp maintained in aquaria at a density of 10 individuals/aquarium. Each diet was feed to juvenile shrimp to satiation four times daily. Parameters evaluated from these two studies was the survival rate, the amount of feed consumed, the activity of digestive enzymes (protease, lipase and amylase), gossypol and cyclopropenne fatty acids content, body fatty acid composition and histology of hepatopancreas. The results of the first and second experiment showed that shrimp fed diets containing KS and KSO has hepatopancreas damaged, decreased digestive enzyme activities, which ended with the death of shrimp, decreased palatability, and changed in fatty acid composition content of the body. The third phase of the experiment: seven treatments of kapok seed meal (KSM) were 0%, 5%, 10%, 15%, 20% and 15%, 20% (previously heated KSM), each treatment was repeated 3 times. Shrimp maintained in the aquaria at a density of 10 individus/aquarium. Each diet was feed to juvenile shrimp to satiation four times daily. Parameters evaluated, namely the relative growth, survival rate, the amount of feed consumed, the digestive enzyme activity, body fatty acid composition, protein and fat retention and histology of hepatopancreas. The results showed that shrimp fed contains more than 5% KSM has hepatopancreas damaged, decreased digestive enzyme activities, decreased palatability and changed in fatty acid composition content of the body. From the research results can be concluded that the treatment of KS and KSO in the diet can affect the activity of digestive enzymes, damaged hepatopancreas, and body fatty acid composition as well as the survival rate of juvenile vanamei’s shrimp; Substituted soybean meal with KSM can be given up to a limit of 5%.

(4)

WELLEM HENRIK MUSKITA. Substitusi Tepung Bungkil Kedele Glycine max dengan Tepung Bungkil Biji Kapuk Ceiba petandra dalam Pakan Juvenil Udang Vaname Litopenaeus vannamei : Kajian Histologi, Enzimatik dan Komposisi Asam Lemak Tubuh. Dibimbing ENANG HARRIS, M. AGUS SUPRAYUDI and DEDI JUSADI.

Usaha yang sudah dilakukan selama ini untuk mencari kandidat dari bahan nabati pengganti tepung ikan adalah tepung bungkil kedele. Hal ini disebabkan tepung bungkil kedele memiliki nilai nutrisi yang baik hampir menyerupai tepung ikan. Hingga saat ini tepung bungkil kedele masih diimpor dari beberapa Negara dan harganya cenderung meningkat selama satu decade terakhir. Oleh karena itu perlu dicari bahan sumber protein nabati alternative yang memiliki kualitas seperti halnya tepung bungkil kedele, harganya lebih kompetitif, berbasis hasil samping industry lokal dan tersedia secara berkesinambungan. Bungkil biji kapuk merupakan salah satu sumber protein nabati dari hasil pengolahan minyak biji kapuk yang dapat digunakan sebagai sumber protein pakan udang. Keterbatasan dari biji kapuk adalah mengandung zat antinutrien gosipol dan asam lemak siklopropenat. Gosipol bebas dan asam lemak siklopropenat dapat mengganggu fungsi hepatopankreas, fungsi enzim pencernaan dan komposisi lemak tubuh. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang Substitusi Tepung Bungkil Kedele

Glycine max dengan Tepung Bungkil Biji Kapuk Ceiba petandra dalam Pakan Juvenil Udang Vaname Litopenaeus vannamei : Kajian Histologi, Enzimatik dan Komposisi Asam Lemak Tubuh

Penelitian pertama meganalisis pengaruh tepung biji kapuk terhadap histologi, aktivitas enzim dan komposisi asam lemak tubuh juvenile udang vaname. Udang vaname yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 6,13±0,5 g. Udang dipelihara dalam akuarium yang berukuran 60x80x40 cm dengan kepadatan 10 ekor/akuarium. Udang diberi pakan secara satiation dengan frekuensi empat kali sehari. Dalam penelitian ini digunakan 5 perlakuan pakan. Pakan A digunakan pakan komersial, pakan B, C, D dan E pakan komersial diganti oleh biji kapuk pada level 10, 20, 30 dan 40%. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan diulang 3 kali. Tingkat kelangsungan hidup, jumlah pakan yang dikonsumsi, aktivitas enzim pencernaan (protease, lipase dan amilase), kandungan gosipol dan asam lemak siklopropenat, komposisi asam lemak tubuh serta histologi dari hepatopankreas dievaluasi dalam penelitian ini. Uji statistik dilakukan pada semua parameter yang dievaluasi kecuali pada komposisi asam lemak tubuh dan histologi hepatopankreas diuji secara deskriptif eksploratif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa udang yang diberi pakan B, C, D dan E terjadi kerusakan pada hepatopankreas yang diikuti dengan penurunan aktivitas enzim pencernaan yang diakhiri dengan kematian udang. Selanjutnya hasil penelitian ini memperlihatkan terjadi penurunan palatabilitas dari pakan yang mengandung tepung biji kapuk dengan berbagai level. Pemberian pakan berbiji kapuk menyebabkan perubahan komposisi asam lemak tubuh dari tak jenuh menjadi jenuh terutama pada asam lemak oleat, arachidat dan eicosanoat.

(5)

kepadatan 10 ekor/akuarium. Udang diberi pakan secara satiation dengan frekuensi empat kali sehari. Dalam penelitian ini digunakan 5 perlakuan pakan. Pakan A digunakan pakan komersial, pakan B, C, D dan E pakan komersial diganti oleh minyak biji kapuk pada level 0, 6, 12 dan 18%. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan diulang 3 kali. Tingkat kelangsungan hidup, jumlah pakan yang dikonsumsi, aktivitas enzim pencernaan kandungan gosipol dan asam lemak siklopropenat, komposisi asam lemak tubuh serta histologi dari hepatopankreas dievaluasi dalam penelitian ini. Uji statistik dilakukan pada semua parameter yang dievaluasi kecuali pada komposisi asam lemak tubuh dan histologi hepatopankreas diuji secara deskriptif eksploratif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa udang yang diberi pakan C, D dan E terjadi kerusakan pada hepatopankreas yang diikuti dengan penurunan aktivitas enzim pencernaan yang diakhiri dengan kematian udang. Selanjutnya hasil penelitian ini memperlihatkan terjadi penurunan palatabilitas dari pakan yang mengandung minyak biji kapuk dari berbagai level. Pemberian pakan yang mengandung minyak biji kapuk menyebabkan perubahan komposisi asam lemak tubuh dari tak jenuh menjadi jenuh terutama pada asam lemak oleat, arachidat dan eicosanoat.

Penelitian ketiga menganalisis substitusi tepung bungkil kedele dengan tepung bungkil biji kapuk terhadap sintasan dan pertumbuhan juvenile udang vaname. Udang vaname yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 6,0±0,5 g. Udang dipelihara dalam akuarium yang berukuran 60x80x40 cm dengan kepadatan 10 ekor/akuarium. Udang diberi pakan secara satiation dengan frekuensi empat kali sehari. Dalam penelitian ini digunakan 7 perlakuan pakan. Pakan A sebagai control tidak diberikan tepung bungkil biji kapuk (TBBK), pakan B, C, D dan E diberikan masing-masing pada level TBBK 5, 10, 15 dan 20%, pakan F dan G diberikan pada level TBBK 15 dan 20 dimana TBBKnya dipanasi terlebih dahulu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 7 perlakuan diulang 3 kali. Pertumbuhan relatif, tingkat kelangsungan hidup, jumlah pakan yang dikonsumsi, aktivitas enzim pencernaan komposisi asam lemak tubuh, retensi protein dan lemak serta histologi dari hepatopankreas dievaluasi dalam penelitian ini. Uji statistik dilakukan pada semua parameter yang dievaluasi kecuali pada komposisi asam lemak tubuh, retensi protein dan lemak dan histologi hepatopankreas diuji secara deskriptif eksploratif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa udang yang diberi pakan C, D, E, F dan G terjadi kerusakan pada hepatopankreas yang diikuti dengan penurunan aktivitas enzim pencernaan setelah hari ke-20. Selanjutnya hasil penelitian ini memperlihatkan terjadi penurunan palatabilitas pada mengkonsumsi pakan yang mengandung TBBK diats 5% (pakan C, D, E, F dan G). Perubahan komposisi asam lemak tubuh udang terjadi pada semua pakan yang mengandung TBBK.

(6)

@Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(7)

DENGAN TEPUNG BUNGKIL BIJI KAPUK

Ceiba petandra

DALAM PAKAN JUVENIL UDANG VANAME

Litopenaeus vannamei :

KAJIAN HISTOLOGI, ENZIMATIK

DAN KOMPOSISI ASAM LEMAK TUBUH

WELLEM HENRIK MUSKITA

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Penguji pada Ujian Tertutup :

1. Dr.Ir. Mia Setiawati, M.Si (Staf Pengajar FPIK IPB) 2. Dr.Ir. Sukenda, M.Sc (Staf Pengajar FPIK IPB)

Penguji pada Ujian Terbuka

1. Dr. Zafril Imran Azwar, MS (Pusat Penelitian dan Pengembagan Budidaya Perikanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan)

(9)

Biji Kapuk Ceiba petandra dalam Pakan Juvenil Udang Vaname Litopenaeus vannamei : Kajian Histologi, Enzimatik dan Komposisi Asam Lemak Tubuh

Nama : Wellem Henrik Muskita

NIM : C161060041

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Enang Harris, M.S. Ketua

Dr. M. Agus Suprayudi Dr. Dedi Jusadi Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Perairan

Prof. Dr. Ir. Enang Harris, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(10)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi ini berjudul “Substitusi Tepung Kedele Glycine max dengan Tepung Biji Kapuk Ceiba petandra dalam Pakan Juvenil Udang Vaname Litopenaeus vannamei : Kajian Histologi, Enzimatik dan Komposisi Asam Lemak Tubuh”.

Berbagai pihak telah banyak membantu dalam proses penyelesaian tulisan ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Enang Harris, M.S. selaku Ketua Komisi dan Bapak Dr. M. Agus Suprayudi dan Bapak Dr. Dedi Jusadi masing-masing sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan mulai dari rencana penelitian sampai penyelesaian disertasi ini.

2. Bapak Rektor Universitas Haluoleo, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Haluoleo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Doktor (S3) pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

3. Bapak Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan Ketua Program Studi Ilmu Perairan beserta seluruh staf yang telah memberikan kesempatan penulis untuk mengikuti kuliah, menyediakan sarana pendidikan dan administrasi akademik selama menempuh studi.

4. Ibu Dr. Ir. Mia Setiawati, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Sukenda, M.Sc selaku penguji luar komisi pada ujian tertutup, Bapak Dr. Zafril Imran Azwar, MS dan Bapak Dr. Ir. Nur Bambang PU, MS selaku penguji luar komisi pada ujian terbuka atas masukan dan sarannya dalam penyempurnaan Disertasi ini. 5. Bapak Dr. Kardio Praptokardio, Bapak Dr. Chairul Muluk, Bapak Prof. Dr.

MF Rahardjo beserta keluarga yang telah memberikan dukungan dan penuh perhatian sejak penulis masuk pada Program Studi Ilmu Perairan.

6. Kementrian Pendidikan Nasional (DIKTI) atas bantuan Beasiswa kepada penulis selama mengikuti program Doktor.

7. Bapak Prof. Dr. La Rianda, M.Si selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Haluoleo yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian studi.

8. Bapak Prof. Dr. H. Faad Maonde, MS beserta Ibu Ir. Hj. Husna, MP yang telah memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam penyelesaian studi. 9. Bapak Sumardi selaku teknisi pada Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan

IPB Ancol yang telah memberikan bantuannya selama penulis melakukan penelitian.

(11)

Ir. Abdul Hamid, M.Si, Ir. Asnani, M.Si, Ir. Naslina, M.Si, dan Ir. Amrullah, M.Si terimakasih atas kebersamaan, kedekatan, candatawa dan pengertian selama di Bogor.

12. Ayahanda E. Muskita (Almarhum) dan Ibunda Zunanna Salmon (almarhumah), kakanda Joke Muskita dan adik Ot Muskita, keluarga besar Muskita Hitipeuw, keluarga besar Muskita Manuhutu, keluarga besar Muskita Sopacua, keluarga besar Muskita Paila, keluarga besar Muskita Hetharie serta keponakan-keponakan yang terus berdoa dan mendorong keberhasilan studi, hanya Disertasi ini yang dipersembahakan.

13. Keluarga Besar Forum Mahasiswa Sulawesi Tenggara dan Persatuan Mahasiswa Maluku atas kerjasamanya.

14. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Akhirnya penulis menyadari bahwa disertasi ini hanyalah karya dari manusia biasa sehingga akan jauh dari kata “sempurna”, oleh karena itu saran dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan guna menyempurnakan Disertasi ini.

Semoga Disertasi ini dapat memberikan manfaat bagi para pihak yang berkepentingan khususnya bagi penulis, Amin.

Bogor, Januari 2012

(12)

Penulis dilahirkan di Raha Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 1963 sebagai anak kelima dari 7 bersaudara pasangan E. Muskita (almarhum) dengan Zunanna Salmon (almarhumah). Pendidikan S1 diselesaikan tahun 1987 pada Jurusan Akuakultur Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar. Tahun 2006 penulis menyelesaikan studi S2 pada Program Studi Ilmu Perairan Institut Pertanian Bogor. Tahun 2006 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S3 pada Program Ilmu Perairan Institut Pertanian Bogor dengan sumber dana BPPS Dikti.

Sejak tahun 1989 maka penulis menjadi staf pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari. Disamping itu sejak tahun 1998 sampai sekarang, penulis menjadi peneliti pada Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Haluoleo Kendari.

(13)

Halaman

Kebutuhan Nutrisi dan Kelayakan Kualitas Air bagi Pertumbuhan

Udang 5

Bungkil Bji Kapuk dan Kapas 8

Biji Kapuk sebagai Sumber Nutrisi berikut Keterbatasannya 9

Komposisi Asam Lemak Tubuh Juvenile Udang Vaname 31

Pengaruh Minyak Biji Kapuk Terhadap Histologi, Enzimatik, dan

Komposisi Lemak Tubuh Juvenile Udang Vaname 44

Substitusi Tepung Bungkil Kedele dengan Tepung Bungkil Biji Kapuk dalam Pakan Buatan Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan

(14)

Halaman 1 Komposisi kimia bungkil biji kapuk menurut beberapa

sumber pustaka (%) 10

2 Komposisi asam lemak dari biji kapas dan kapuk (%) 10

3 Jenis dan persentasi asam amino pada bungkil biji kapuk

menurut beberapa sumber 11

4

5

Komposisi pakan uji dan analisis proksimat pada penelitian tahap pertama

Komposisi pakan uji dan analisis proksimat pada penelitian tahap kedua

Komposisi pakan uji dan analisis proksimat pada penelitian tahap ketiga

Rataan kandungan ALS (mg/g) hepatopankreas dari setiap sampel udang antar waktu pegambilan sampel dari setiap perlakuan

Rataan kandungan gosipol (mg/g) hepatopankreas dari setiap sampel udang antar waktu pegambilan sampel dari setiap perlakuan

Rataan kandungan ALS (mg/g) hepatopankreas dari setiap sampel udang antar waktu pegambilan sampel dari setiap 10 Rataan kandungan gosipol (mg/g) hepatopankreas dari setiap

sampel udang antar waktu pengambilan sampel dari setiap

perlakuan 45 udang dari setiap pemberian TBBK yang berbeda

68

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Asam lemak siklopropenat : asam sterkulat dan malvalat 12

2 Struktur gossypol 14

3 Hepatopankreas juvenil udang yang diberi pakan

mengandung 10 % TBK dan 0% TBK 33

4 Hepatopankreas juvenil udang yang diberi pakan

mengandung 20% TBK dan 0% TBK 34

5 Hepatopankreas juvenil udang yang diberi pakan

mengandung 30 % TBK dan 0% TBK 34

6 Hepatopankreas juvenil udang yang diberi pakan

mengandung 40 % TBK dan 0% TBK 35

7 Aktivitas enzim protease (unit/menit/g) pada juvenil udang yang mengkonsumsi pakan yang mengandung TBK yang

berbeda 36

8 Aktivitas enzim lipase (unit/menit/g) pada juvenil udang yang mengkonsumsi pakan yang mengandung TBK yang berbeda

37

9 Aktivitas enzim amilase (unit/menit/g) pada juvenil udang yang mengkonsumsi pakan yang mengandung TBK yang

berbeda 38

10 Komposisi asam lemak tubuh juvenil udang yang diberi

pakan mengandung TBK yang berbeda 39

11 Rataan jumlah pakan yang dikonsumsi juvenil udang

(g/ekor) 41

12 Rataan tingkat kelangsungan hidup udang yang diberi pakan

mengandung TBK yang berbeda 43

13 Hepatopankreas juvenile udang yang diberi pakan

mengandung minyak ikan dan 0 % MBK 46

14 Hepatopankreas juvenile udang yang diberi pakan

mengandung 6 % MBK dan 0 % MBK 47

15 Hepatopankreas juvenile udang yang diberi pakan

mengandung 12% MBK dan 0% MBK 47

16 Hepatopankreas juvenile udang yang diberi pakan

mengandung 18 % MBK dan 0 % MBK 48

17 Aktivitas enzim protease (unit/menit/g) pada juvenile udang yang mengkonsumsi pakan yang mengandung MBK yang

berbeda 49

18 Aktivitas enzim lipase (unit/menit/g) pada juvenile udang yang mengkonsumsi pakan yang mengandung MBK yang berbeda

50

19 Aktivitas enzim amilase (unit/menit/g) pada juvenile udang yang mengkonsumsi pakan yang mengandung MBK yang

(16)

pakan mengandung MBK yang berbeda 53 21 Rataan jumlah pakan yang dikonsumsi juvenile udang

dari setiap perlakuan selama penelitian (g/ekor) 55

22 Rataan tingkat kelangsungan juvenile hidup udang yang

diberi pakan mengandung MBK yang berbeda 56

23 Hepatopankreas juvenile udang yang diberi pakan

mengandung 10% TBBK dan 0% TBBK 58

24 Hepatopankreas juvenile udang yang diberi pakan

mengandung 15% TBBK dan 0% TBBK 59

25 Hepatopankreas juvenile udang yang diberi pakan

mengandung 20% TBBK dan 0% TBBK 60

26 Hepatopankreas juvenile udang yang diberi pakan mengandung 15% TBBK dipanasi dan 20 % TBBK dipanasi

60

27 Aktivitas enzim protease (unit/menit/g) pada juvenile udang

dari setiap perlakuan yang berbeda 61

28 Aktivitas enzim lipase (unit/menit/g) pada juvenile udang

dari setiap perlakuan yang berbeda 63

29 Aktivitas enzim amilase (unit/menit/g) pada juvenile udang

dari setiap perlakuan yang berbeda 64

30 Komposisi lemak tubuh juvenile udang yang diberi pakan

mengandung TBBK yang berbeda 66

31 Rataan pertumbuhan relatif juvenile udang yang diberi pakan

yang mengandung TBBK yang berbeda 71

32 Rataan tingkat kelangsungan hidup juvenile udang dari

(17)

Halaman

1 Hasil analisis proksimat pakan komersial dan tepung biji

kapuk (%) 93

2 Jumlah sampel udang (ekor) yang diambil berdasarkan waktu pengambilan dari setiap perlakuan untuk analisis ALS dan

gosipol penelitian tahap pertama 93

3 Metode Pengukuran gosipol bebas 93

4 Metode Pengukuran Asam Lemak Siklopropenat 94

5 Jumlah sampel udang (ekor) yang diambil berdasarkan waktu pengambilan dari setiap perlakuan untuk analisis aktivitas

enzim penelitian tahap pertama 94

6 Metode analisis aktivitas enzim 94

7 Jumlah sampel udang (ekor) yang diambil berdasarkan waktu pengambilan dari setiap perlakuan untuk analisis asam lemak

tubuh penelitian tahap pertama 95

8 Kondisi Gas Chromatografi saat melakukan pengukuran asam

lemak siklopropenat 96

9 Prosedur analisis proksimat 96

10

Jumlah sampel udang (ekor) yang diambil berdasarkan waktu pengambilan dari setiap perlakuan untuk histologi penelitian tahap pertama

Prosedur pembuatan preparat histologi

Jumlah sampel udang (ekor) yang diambil berdasarkan waktu pengambilan dari setiap perlakuan untuk analisis ALS dan gosipol penelitian tahap kedua

Jumlah sampel udang (ekor) yang diambil berdasarkan waktu pengambilan dari setiap perlakuan untuk analisis aktivitas enzim penelitian tahap kedua

Jumlah sampel udang (ekor) yang diambil berdasarkan waktu pengambilan dari setiap perlakuan untuk analisis asam lemak tubuh penelitian tahap kedua

Jumlah sampel udang (ekor) yang diambil berdasarkan waktu pengambilan dari setiap perlakuan untuk histologi penelitian tahap kedua

Jumlah sampel udang (ekor) yang diambil berdasarkan waktu pengambilan dari setiap perlakuan untuk analisis aktivitas enzim penelitian tahap ketiga

Jumlah sampel udang (ekor) yang diambil berdasarkan waktu pengambilan dari setiap perlakuan untuk analisis asam lemak tubuh penelitian tahap ketiga

Hasil analisis proksimat tubuh awal dan akhir udang yang dipelihara selama 40 hari dari setiap perlakuan pada penelitian ketiga

Jumlah sampel udang (ekor) yang diambil berdasarkan waktu pengambilan dari setiap perlakuan untuk histologi penelitian

(18)

20

Hasil pengukuran kandungan Asam Lemak Siklopropenat pada hepatopankreas udang pada penelitian pertama

Hasil analisis statistik kandungan asam lemak siklopropenat pada hepatopankreas udang pada penelitian pertama

Hasil pegukuran kandungan gosipol pada hepatopankreas udang dari setiap perlakuan pada penelitian pertama

Hasil analisis statistik kandungan gosipol pada hepatopankreas udang pada penelitian pertama

Hasil analisis statistik aktivitas enzim protease pada penelitian pertama

Hasil analisis statistik aktivitas enzim lipase pada penelitian pertama

Hasil analisis statistik aktivitas enzim amilase pada penelitian pertama

Komposisi asam lemak tubuh dan kandungan berdasarkan perlakuan pada penelitian pertama

Perubahan asam lemak tubuh berdasarkan perlakuan pada penelitian pertama

Jumlah pakan yang dikonsumsi udang (g/ekor) dari setiap perlakuan pada penelitian tahap pertama

Hasil analisis statistik jumlah pakan yang dikonsumsi udang (g/ekor) dari setiap perlakuan pada penelitian tahap pertama Tingkat kelangsungan hidup udang (%) dari setiap perlakuan pada penelitian tahap pertama

Hasil analisis statistik tingkat kelangsungan hidup udang dari setiap perlakuan pada penelitian tahap pertama

Kandungan asam lemak siklopropenat pada hepatopankreas udang dari setiap perlakuan pada penelitian kedua

Hasil analisis statistik asam lemak siklopropenat dari setiap perlakuan pada penelitian kedua

Kandungan gosipol (mg/g) pada hepatopankreas udang dari setiap perlakuan pada penelitian kedua

Hasil analisis statistik gosipol dari setiap perlakuan pada penelitian kedua

Hasil analisis statistik aktivitas enzim protease pada penelitian kedua

Hasil analisis statistik aktivitas enzim lipase pada penelitian kedua

Hasil analisis statistik aktivitas enzim amilase pada penelitian kedua

Komposisi asam lemak tubuh dan kandungan (mg/g) berdasarkan perlakuan pada penelitian kedua

(19)

43

(g/ekor) dari setiap perlakuan pada penelitian tahap kedua Tingkat kelangsungan hidup udang (%) dari setiap perlakuan pada penelitian tahap kedua

Hasil analisis statistik tingkat kelangsungan hidup udang dari setiap perlakuan pada penelitian tahap kedua

Hasil analisis statistik aktivitas enzim protease dari setiap perlakuan pada penelitian tahap ketiga

Hasil analisis statistik aktivitas enzim lipase pada dari setiap perlakuan pada penelitian tahap ketiga

Hasil analisis statistik aktivitas enzim amilase pada dari setiap perlakuan pada penelitian tahap ketiga

Komposisi asam lemak tubuh dan kandungan (mg/g) berdasarkan perlakuan pada penelitian ketiga

Perubahan asam lemak tubuh (%) berdasarkan perlakuan pada penelitian ketiga

Jumlah pakan yang dikonsumsi (g/ekor) dari setiap perlakuan pada penelitian tahap ketiga

Hasil analisis statistik jumlah pakan yang dikonsumsi (g/ekor) dari setiap perlakuan pada penelitian tahap ketiga Hasil analisis retensi protein (%) berdasarkan perlakuan pada penelitian ketiga

Hasil analisis retensi lemak (%) berdasarkan perlakuan pada penelitian ketiga

Pertumbuhan relatif juvenil udang (%) berdasarkan perlakuan pada penelitian ketiga

Hasil analisis statistik pertumbuhan relatif juvenil udang berdasarkan perlakuan pada penelitian ketiga

Tingkat kelangsungan hidup juvenil udang (%) dari setiap perlakuan pada penelitian tahap ketiga

Hasil analisis statistik tingkat kelangsungan hidup udang (%) dari setiap perlakuan pada penelitian tahap ketiga

Kandungan Asam lemak siklopropenat dan gosipol dalam pakan uji (mg/kg pakan) berdasarkan hasil perhitungan dari setiap perlakuan pada penelitian tahap ketiga

(20)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Udang vaname Litopenaeus vannamei merupakan salah satu komoditas andalan ekspor dalam sub sektor perikanan Indonesia. FAO (2010) menyebutkan pada tahun 2007 Indonesia menempati rangking 4 dunia dengan total ekspor udang vaname sebesar 140 ribu ton, dan ini terus meningkat naik ke posisi 3 pada tahun 2008 dengan total ekspor 168 ribu ton. Budidaya udang secara intensif merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi. Budidaya udang secara intensif menyebabkan ketergantungan yang besar terhadap penggunaan pakan buatan. Dalam budidaya umumnya pakan buatan berkontribusi antara 48-89% dari biaya produksi (Suprayudi 2010).

(21)

masih diimpor. Dari tahun 2004–2009, impor kedele meningkat dari 9.776,1 ton menjadi 53.475,8 ton (rata-rata kenaikan 110,03%), dengan harga rata-rata per ton pada tahun 2009 adalah 734,43 USD (KKP 2010). Oleh karena itu perlu dicari bahan sumber protein nabati baru yang memiliki kualitas dan kuantitas seperti halnya tepung bungkil kedele sebagai sumber protein nabati, harga kompetitif, hasil samping industri, jumlah melimpah, berbasis lokal, berkesinambungan dan berkualitas.

Kandidat protein nabati lain yang dapat mensubstitusi tepung bungkil kedele adalah tepung bungkil biji kapuk Ceiba petandra. Bungkil biji kapuk merupakan salah satu sumber protein nabati dari hasil pengolahan minyak biji kapuk yang berpotensi digunakan sebagai sumber protein nabati pada udang. Bungkil biji kapuk mengandung protein kasar berkisar 24-32 % dari bahan kering (Kardivel et al. 1984)

dan memiliki asam amino yang menyerupai kedele (Hartutik 2000). Hasil analisis Laboratorium Nutrisi FPIK IPB (2011), tepung biji kapuk mengandung protein kasar 24,3%, lemak 23,9% dan BETN 24,1% dari bahan kering. Salah satu keterbatasan dari biji kapuk untuk digunakan sebagai bahan baku pakan adalah mengandung zat antinutrien berupa gosipol dan asam lemak siklopropenat (Kategile et al. 1978). Hasil analisis Laboratorium Pusat Penelitian Biologi LIPI (2011), kandungan gosipol dan asam lemak siklopropenat pada tepung biji kapuk masing-masing 1,4 dan 6,8 mg/g bahan. Menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, rata-rata setiap tahun tersedia biji kapuk sebesar 114.400 ton (Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 2009).

Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap pemanfaatan bungkil biji kapas dan bungkil biji kapuk pada ikan maupun udang. Bungkil biji kapas sebagai sumber protein nabati pada ikan catfish, channel catfish dan Tilapia aurea (Robinson dan Brent 1989). Lim (1996) tentang substitusi tepung biji kapas dalam pakan udang

(22)

spesies ikan atau udang, kadar gosipol bebas, kadar protein dan keberadaan lisin (Lim 1996).

Penggunaan bungkil biji kapuk pada pakan udang vanname telah dilakukan, namun belum memberikan hasil yang baik. Juvenil udang vaname yang diberi bungkil biji kapuk sebanyak 30% pada pakan buatan, menunjukkan pada hari ke-6 terjadi kematian total (Utami 2008). Hal ini diduga oleh kandungan bahan toksik yaitu berupa gosipol bebas dan/atau asam lemak siklopropenat yang terdapat dalam pakan. Asam lemak siklopropenat pada ikan dapat mengakibatkan penghambatan sistem desaturasi asam lemak dan konsekuensinya mempengaruhi metabolisme lipid, abnormalitas secara histologi termasuk nekrosis hepatosit (Hendricks dan Bailey 1989). Sedang gosipol pada ikan dapat mengakibatkan kerusakan pada hati, ginjal, menghambat kerja enzim proteolitik (Herman 1970; Cai et al. 2004).).

Berdasarkan hal tersebut diatas, diduga kematian tersebut mengganggu fungsi biologis hepatotopankreas, enzimatik dan metabolisme lemak. Oleh karena itu perlu suatu kajian mengenai histologi hepatopankreas, aktivitas enzim beserta perubahan komposisi asam lemak tubuh pada udang vaname

Perumusan masalah

Dalam usaha budidaya udang vaname secara intensif diperlukan pakan yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada umumnya, pakan udang menggunakan tepung ikan sebagai sumber protein hewani juga menggunakan tepung kedele sebagai sumber protein nabati. Salah satu kandidat sumber protein nabati yang dapat mensubstitusi tepung kedele adalah tepung bungkil biji kapuk.

(23)

termasuk nekrosis hepatosit (Hendricks dan Bailey, 1989). Sedang gosipol yang mengandung asam-asam phenolik mempunyai pengaruh negatif pada ikan yaitu dapat menghambat kerja enzim proteolitik seperti tripsin dan pepsin (Cai et al. 2004). Selanjutnya dapat mengurangi nafsu makan, kehilangan berat badan, anemia (Tacon 1995). Mazida (2007) menyatakan pemberian gosipol pada ikan lele dumbo dapat mengakibatkan kerusakan pada hati.

Untuk mengetahui mekanismenya, perlu suatu kajian tentang dampak pengaruh kandungan zat antinutrisi terhadap kerusakan hepatopankreas, aktivitas enzim dan komposisi asam lemak tubuh juvenil udang vaname

Tujuan dan manfaat penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis substitusi tepung kedele dengan tepung bungkil biji kapuk dalam pakan juvenil udang vaname : kajian secara histologi, enzimatik dan komposisi asam lemak tubuh yang diberi pakan berbiji kapuk

Manfaat dari penelitian sebagai landasan bagi penggunaan bungkil biji kapuk sebagai sumber protein nabati pada pakan juvenile udang vaname

Hipotesis

Apabila kandungan asam lemak siklopropenat dan gosipol dalam tepung bungkil biji kapuk lebih rendah dari tepung biji kapuk dan minyak biji kapuk, maka dalam batas tertentu tepung bungkil biji kapuk dapat digunakan sebagai bahan substitusi tepung bungkil kedele dalam pakan buatan juvenile udang vaname

Novelty

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Udang

Pertumbuhan udang dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pertumbuhan yang mencakup pertumbuhan larva melalui proses metamorfose dan pertumbuhan dalam pergantian pertambahan biomas atau ukuran tubuh. Secara umum laju pertumbuhan krustase merupakan fungsi dari frekuensi ganti kulit dan pertambahan bobot badan setiap proses ganti kulit tersebut (Sedgwick 1979; Wickins 1982; Nurdjana 1986). Pada saat ganti kulit, udang sebagian bobotnya hilang sebagai excuvia. Kehilangan bobot setiap ganti kulit ini mengakibatkan model pertumbuhan krustase tidak kontinyu (Allen et al. 1984).

Kebutuhan nutrisi dan kelayakan kualitas air bagi pertumbuhan udang

Kebutuhan nutrisi

(25)

Lim et al. (1997) menyatakan bahwa udang yang diberi pakan yang mengandung minyak ikan menhaden mempunyai pertumbuhan dan kelangsungan hidup terbaik dibandingkan dengan minyak biji rawi (linseed). Selanjutnya dikatakan n-6 dan n-3 HUFA adalah asam lemak esensial untuk juvenil udang

Litopenaeus vannamei, bagaimanapun juga asam lemak n-3 mempromosi pertumbuhan lebih cepat dibandingkan asam lemak n-6. Asam lemak esensial, terutama kelompok HUFA (Highly Unsaturated Fatty Acids) dan PUFA (Polyunsaturated Fatty Acids) mempunyai peranan yang penting untuk kegiatan metabolisme tubuh organisme, komponen membran (fosfolipid dan kolesterol), hormon (metabolisme steroids dan vitamin D), aktiviasi enzim-enzim tertentu dan prekursor dari prostanoids dan leukosit. Asam lemak yang esensial bagi krustase yaitu 18:2n-6 (linoleat), 18:3n-3 (linolenat), 20:5n-3 (eikosapentaenoat, EPA) dan 20: 6n-3 (dokosahexaenoat, DHA) (Kanazawa dan Teshima 1979, diacu dalam Karim 1998). Kolesterol tidak dapat disintesa didalam tubuh udang, oleh karena itu diperlukan penambahan kolesterol dalam pakan udang. Teshima dan Kanazawa (1971), diacu dalam Cuzon et al. (2004) menyatakan bahwa kolesterol dipertimbangkan sebagai nutrient yang esensial yang harus ditambahkan dalam pakan udang.

(26)

Vitamin adalah senyawa organik yang dibutuhkan oleh udang agar pertumbuhan dan kesehatannya lebih baik. Vitamin berfungsi sebagai katalisator dalam proses-proses biokimia yang berlangsung didalam organisma dan berfungsi sebagai koenzim didalam sistem biologis. Kadar minimal untuk beberapa kebutuhan minimal vitamin dalam pakan udang adalah thiamin 120 mg/kg pakan, (Deshimaru dan Kuroki 1976, diacu dalam Effendi 1992), cholin 600 mg/100g pakan dan inositol 200 mg/100g pakan (Kanazawa 1989) dan vitamin C 10.000 mg/kg pakan (NRC 1983).

Unsur-unsur mineral mempunyai peranan yang sangat penting bagi berbagai macam aspek metabolisme dalam udang. Mineral berfungsi untuk memperkuat tulang dan eksoskeleton. Selain itu mineral berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik antara cairan tubuh dan dalam sistem saraf. Kanazawa et al. (1989) menyatakan kebutuhan mineral dalam pakan udang Penaeus japonicus yaitu Ca (1-2%), P (1,04%), rasio Ca : P (1 : 1), dan Mg (0,30%).

Kelayakan kualitas air

Kualitas air yang sesuai bagi kehidupan organisma akuatik merupakan faktor penting karena berpengaruh terhadap reproduksi, pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisma perairan. Cuzon et al. (2004) menyatakan faktor lingkungan harus optimal bagi proses fisiologi udang Litopenaeus vannami. Selanjutnya dikatakan bahwa kebutuhan nutrisi dapat berubah sesuai dengan variasi faktor lingkungan seperti salinitas, temperatur, pH dan oksigen terlarut dan NH3. Saoud et al. (2003) menyatakan bahwa udang vaname dapat tumbuh pada perairan dengan salinitas berkisar 0,5-38,3 ppt

(27)

Nilai optimum pH bagi pertumbuhan udang yaitu berkisar 7,5-8,5 (Bray dan Lawrence 1992). Sedang menurut Xiancai dan Yongquan (2001) adalah 7-10. Yang (1990) menyatakan bahwa bagi pertumbuhan udang nilai optimum oksigen terlarut > 5 mg/l, sedang menurut Xiancai dan Yongquan (2001) yaitu > 4 mg/l. Kadar NH3 yang tidak menghambat pertumbuhan yaitu < 0,1 mg/l (Wickins 1976).

Bungkil biji kapuk dan kapas

(28)

Biji Kapuk sebagai sumber nutrisi berikut keterbatasannya

Tanaman kapuk

Tanaman kapuk termasuk dalam kerajaan Tanaman, devisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Malvales, famili Malvaceae (Bombacaceae), genus Ceiba dan spesies Ceiba pentandra. Tanaman kapuk mudah tumbuh di daerah tropis pada ketinggian 100-200 m di atas permukaan laut (Setiadi 1983). Selanjutnya dikatakan bahwa tanaman ini tahan terhadap kekurangan air, sehingga dapat ditanam di tegalan, pematang sawah atau tepi jalan. Buah kapuk berbentuk lonjong dengan kulit keras dan berwarna hijau jika masih muda dan coklat jika telah tua. Bentuk bijinya bulat, kecil-kecil berwarna hitam dibungkus oleh selapis serat berwarna putih yang merupakan dinding buah kapuk. Menurut Ochse et al. (1961) bahwa pohon kapuk dapat bereproduksi terus menerus sampai umurnya mencapai 50-60 tahun.

Sihombing (1974), menyatakan setiap pohon kapuk dapat menghasilkan buah berkisar 4000-5000 per tahun dengan pohon kapuk dewasa dapat menghasilkan sekitar 150 kg biji kapuk per tahun. Setiap buah kapuk yang masak berisi sekitar 35% serat, 15% kulit buah dan 50% biji kapuk yang beratnya berkisar 25-40 gram.

BPS (1989) menyatakan bahwa diperkirakan perkebunan kapuk di Indonesia mencapai areal seluas 33.529 ha dengan produksi kapuk 54.593 ton. Adanya peningkatan produksi perkebunan akan diikuti oleh peningkatan biji kapuk yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati yang pada akhirnya pula dapat sebagai substitusi bungkil kedele. Menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, rata-rata setiap tahun tersedia biji kapuk sebesar 114.400 ton (Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 2009).

Komposisi biji kapuk

(29)

tidak ada rasa sedangkan sisanya merupakan bungkil biji kapuk yang dapat digunakan untuk makanan ternak.

Protein kasar yang terkandung dalam bungkil biji kapuk tinggi yaitu 27,60 % (Sihombing dan Simamora 1979). Sedang NRC (1983) menyatakan tepung biji kapuk memiliki kadar protein 41,7%, lemak 1,8 %, serat kasar 11,3% dan kadar abu 6,4%. Hartadi et al. (1990) menyatakan bahwa bungkil biji kapuk mengandung protein 31,70%, serat kasar 24%, lemak kasar 9,7%, BETN 26,70 %, abu 7,9% dan Ca 0,4%.

Komposisi kimia bungkil biji kapuk dari beberapa sumber disajikan pada Tabel 1.

Selain mengandung protein, bungkil biji kapuk juga mengandung lemak berkisar 25–40 % dengan kandungan asam oleat 50%, asam linoleat 30% dan asam palmitat 16% (Sihombing 1974). Komposisi asam lemak dari beberapa minyak nabati disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi asam lemak dari biji kapas dan kapuk (%)

(30)

Dengan tingginya kandungan protein tersebut, maka bungkil biji kapuk dapat dipakai sebagai sumber nutrisi yaitu sebagai substitusi tepung kedele dalam pakan hewan, baik hewan darat maupun air pada jumlah tertentu. Dengan kandungan protein yang cukup tinggi tersebut, diduga bungkil biji kapuk mempunyai komposisi asam amino yang dapat saling mensubstitusi dengan asam amino yang dikandung pada protein nabati lainnya seperti bungkil kedele. Presentasi komposisi asam amino dari menurut Hartadi et al. (1990) dan Hartutik (2000) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Jenis dan persentasi asam amino pada bungkil biji kapuk menurut

Keterangan * : hasil ekstraksi mekanis tanpa pemanasan

Keterbatasan

(31)

Asam lemak siklopropenat

Asam lemak siklopropenat adalah asam lemak toksik yang ditemukan pada biji kapas dan biji baobab (Adansonia digitata) termasuk asam malvalat dan sterkulat (Tacon 1995). Asam lemak siklopropenat adalah asam lemak yang mempunyai gugus siklis yaitu gugus siklopropenat. Berdasarkan jumlah karbonnya dikenal 2 senyawa yaitu asam malvalat dan asam sterkulat (Gambar 1). Asam sterkulat adalah asam 8-(2-oktil-1-siklopropenil) oktanoat dan asam malvalat adalah asam 7-(2-oktil-1-siklopropenil) heptanoat (Phelps et al. 1964).

Gambar 1 Asam lemak siklopropenat : asam sterkulat dan malvalat (Halver dan Hardi 2002).

Penggunaan bungkil biji kapuk sebagai pakan dibatasi oleh adanya kandungan asam siklopropenat yang bersifat racun bagi ternak (Phelps et al. 1964; Kategile et al. 1978; Thanu et al. 1983). Asam lemak siklopropenat ini pada umumnya menyebabkan berbagai efek negatif yang merugikan baik secara ekonomi maupun produksi, terutama bila semakin meningkat dosis pemberian bahan pakan yang mengandung asam siklopropenat (Phelps et al. 1964). Bungkil biji kapuk mengandung asam siklopropenat yaitu asam sterkulat sebanyak 60 ppm, sedangkan bungkil biji kapuk yang dihilangkan minyaknya tidak ditemukan adanya kandungan asam sterkulat (Zahirma 1986). Thalib et al. (1990) menyatakan bahwa kandungan asam sterkulat pada bungkil biji kapuk adalah 7-12 % dari fraksi lemak dan dari penelitiannya diketahui kandungan asam sterkulat bungkil biji kapuk sekitar 0,14%.

(32)

berubah warna pada putih telur menjadi merah jambu atau pink, meningkatkan pH kuning telur, meningkatkan kadar air kuning telur terutama selama penyimpanan yang disebabkan meningkatnya permeabilitas membran viteline, menurunkan produksi telur. Selanjutnya dikatakan bahwa asam siklopropenat dapat menyebabkan perubahan metabolisme lemak di dalam tubuh ternak, menyebabkan perubahan komposisi asam lemak yaitu lemak yang mengandung asam oleat akan berkurang.

Asam siklopropenat yang terdapat dalam biji kapuk dapat meyebabkan perubahan metabolisme lemak didalam tubuh ternak, menyebabkan perubahan komposisi asam lemak yaitu lemak yang mengandung asam stearat akan bertambah sedang lemak yang mengandung asam oleat akan berkurang.

Gosipol

Gosipol pertama kali dikemukakan oleh Marchlewski pada tahun 1899 untuk pigmen kapas yang telah dimurnikan. Nama gosipol berasal dari “gossyp (iun) ol”, untuk menunjukkan bahwa senyawa tersebut berasal dari tanaman marga gossypium dan merupakan senyawa fenol (phenol) (Adam et al. 1960, diacu dalam Kartono 1990).

(33)

Gosipol terdiri atas gosipol bebas, gosipol terikat dan gosipol total

(Wahyunto 1989). Gosipol bebas yaitu terutama gugus karbonilnya, sehingga dapat bereaksi dengan gugus amin dari asam amino sehingga dapat mengurangi daya cerna bahan makanan; gosipol terikat yaitu gosipol yang gugus karbonilnya berikatan dengan senyawa amin dari asam amino pada protein, sehingga akan kehilangan sifat bebasnya; gosipol total yang merupakan jumlah antara gosipol bebas dan gosipol terikat. Gosipol terikat tidak mebahayakan ternak atau manusia, tetapi gosipol bebas akan meracuni ternak. Konsentrasi gosipol bebas pada tepung biji kapas berkisar 0,04-0,40%. Sedang menurut NRC (1993) dan Robinson dan Brent (1989) menyatakan bahwa rata-rata kandungan gosipol pada biji kapas bervariasi dari 0,4-2,4% dan kandungan gosipol bebasnya kurang dari 0,01% pada beberapa tepung biji kapas yang mengandung gosipol rendah. Harris dan Karmas (1975), diacu dalam Wahyunto 1989) menyatakan pada biji kapas, gosipol bebas akan bereaksi dengan asam amino lisin pada gugus amino-epsilonnya sehingga akan mengurangi daya cerna protein biji kapas.

Gambar 2 Struktur gossypol (Cai et al. 2004)

Pengaruh negatif asam lemak siklopropenat dan gosipol pada hewan

(34)

bungkil biji kapuk sampai tingkat 30% dalam konsetrat atau 15% dalam ransum dapat diberikan pada ternak kambing tanpa mempengaruhi siklus birahi maupun kandungan hormon progresteron dan estradiol tetapi mempengaruhi lama birahi.

Tepung biji kapuk dan kapas mengandung protein cukup tinggi, namun mempunyai keterbatasan selain antinutrisi juga kandungan serat kasarnya dalam penggunaannya dalam pakan. Sedang tingkat kecernaan energi lebih rendah karena tingginya kandungan serat dalam bahan. Kecernaan tepung biji kapuk dan kapas pada ikan lele dengan kecernaan nyatanya berkisar 71,2–90,6% (Hertrampf dan Felicitas 2000) . Sedang pada hewan ruminansia sekitar 60%.

Hendricks dan Bailey (1989) melaporkan bahwa tanda-tanda terjadinya toksik pada rainbow trout (O. Mykiss) yang diberi asam lemak siklopropenat yaitu penghambatan sistem desaturasi asam lemak dan konsekuensinya mempengaruhi metabolisme lipid, abnormalitas secara histologi termasuk nekrosis hepatosit. Umumnya endapan glikogen hati, terlihat seperti serat pada hepatosit sitoplasma, terjadi pembekakan pada pembuluh empedu, dan fibrosis. Sedang Chikwen (1987) dalam Tacon (1995) menyatakan bahwa asam lemak siklopropenat dapat merusak asam amino pada ikan rainbow trout. Ikan yang diberi pakan 300 mg/kg asam lemak siklopropenat dapat merusak lisin dibandingkan dengan ikan diberi 50 mg/kg atau tidak mengandung asam lemak siklopropenat dalam pakan.

Pakan yang mengandung gosipol memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan terjadinya abnormalitas intestinal dan organ-organ internal (Francis

et al. 2001). Hertrampf dan Felicitas (2000) menyatakan bahwa pada ayam petelur batas konsentrasi gosipol yang masih ditolerir yaitu 50 ppm, ayam broiler 200 ppm dan babi 100 ppm.

(35)

memberikan mortalitas total pada juvenil udang vaname pada hari ke-6. Hal ini diduga kandungan gosipol dan/atau asam lemak siklopropenat dalam pakan tinggi.

Francis et al. (2001) menyatakan bahwa gejala-gejala yang diakibatkan adanya gosipol dalam pakan ikan yaitu pertumbuhan menurun, perubahan nekrotik pada sel hati, terjadi kekentalan pada dasar membran glomerulat serta adanya akumulasi pigmen granulaseroit di hati. Roehm et al. (1967) menyatakan bahwa ikan rainbow trout yang ditambahkan 1% gosipol dalam pakan menyebabkan pertumbuhan ikan menurun sekitar 50% dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan ikan dengan penambahan 2% gosipol asetat dalam pakan menyebabkan ikan tidak mau makan. Selanjutnya dikatakan, pada hati, ginjal dan jaringan limpanya terdapat ikatan gosipol dan gosipol tersebut tetap berada dalam hati sampai ikan diberi pakan yang tidak mengandung gosipol. Cai et al. (2004) menyatakan bahwa asam-asam phenolic yang terdapat dalam gosipol dapat menghambat kerja enzim proteolitik seperti tripsin dan pepsin. Gosipol bebas sangat toksik dan dapat terakumulasi dalam hati, jantung, alat reproduksi dan ginjal (Morgan 1989).

Pelepasan asam lemak siklopopenat dan gosipol dari biji kapuk

Asam siklopropenat dapat dinonaktifkan sehingga akan mengurangi dan bahkan menghilangkan sifat toksitnya dengan hidrogenasi, penambahan dengan polimerasi dan substitusi atom hidrogen secara kimia pada cincin siklopropenat (Phelps et al. 1964). Selain itu, dapat pula dilakukan dengan pemanasan, pengasaman, dan sulfikasi yang akan merubah struktur gugus cincin siklopropenat sehingga tidak bersifat racun lagi bagi ternak (Thalib et al. 1990).

(36)

Pada hewan ruminasia asam siklopropenat dapat dihidrogenasi di dalam rumen, hal ini didasarkan atas penelitian dengan pemberian lemak tak jenuh yang tinggi dalam ransum sapi jantan muda tidak mempengaruhi simpanan lemak jenuh sapi jantan muda tersebut. Kemampuan rumen untuk menghidrogenasi asam lemak tak jenuh dipengaruhi donor H dalam rumen (Hungate 1966, diacu dalamZain 1994). Cook et al. (1976) menyatakan bahwa asam lemak tidak jenuh akan terhidrogenasi sehingga akan menghasilkan asam siklopropenat yang tidak menghambat sistem kerja enzim desaturase yaitu enzim yang bersifat dehidrogenasi pada asam lemak.

(37)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010–Desember 2011. Pemeliharaan hewan uji dilakukan di Laboratoium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, analisis proksimat di Laboratorium Nutrisi FPIK IPB, analisis histologi di Laboratorium Kesehatan Ikan FPIK IPB dan Balai Besar Penelitian Veteriner (BBALIVET) Bogor, analisis enzim di Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB, analisis asam lemak di Laboratorium Kimia UNPAD dan Laboratorium Bioteknologi Jakarta. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Penelitian tahap pertama bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung biji kapuk terhadap histologi, enzimatik dan komposisi asam lemak tubuh juvenile udang vaname. Penelitian tahap kedua bertujuan untuk mengetahui pengaruh minyak biji kapuk terhadap histologi, enzimatik dan komposisi asam lemak tubuh juvenile udang vaname. Penelitian tahap ketiga bertujuan untuk mengetahui substitusi tepung bungkil kedele dengan tepung bungkil biji kapuk terhadap sintasan dan pertumbuhan juvenil udang vaname

Penelitian Tahap Pertama

Pengaruh tepung biji kapuk terhadap histologi, enzim pencernaan dan komposisi asam lemak tubuh juvenile udang vaname

Pakan uji

Sebelum pakan dibuat, dua bahan baku yakni pakan komersial dan Tepung Biji Kapuk (TBK) dianalisis secara proksimat. Adapun hasil analisis disajikan pada Lampiran 1.

(38)

Komposisi pakan uji pada setiap perlakuan dan hasil analisis proksimat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Komposisi pakan uji dan analisis proksimat pada penelitian tahap pertama

Bahan pakan(%) Perlakuan Tepung Biji Kapuk (%)

0 10 20 30 40 9,1 kkal/g; BTN =4,1 kkal/g(Watanabe,1988); ***Asam Lemak Siklopropenat

Hewan uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu udang vaname dengan bobot awal berkisar 6,13±0,5 g berasal dari Lampung. Hewan uji diadaptasi terlebih dahulu dalam kondisi penelitian selama seminggu. Selama proses adaptasi hewan uji diberi pakan komersial. Satu hari sebelum perlakuan udang dipuasakan terlebih dahulu

Pemeliharaan hewan uji

(39)

Pemeliharaan hewan uji dan stok sampel dalam akuarium dilakukan dengan sistem resirkulasi dengan perputaran air sebanyak 300% per hari. Untuk mempertahankan kondisi air tetap baik maka dilakukan penyiponan pada pagi dan sore hari untuk menghilangkan sisa pakan dan kotoran. Setelah penyiponan dilakukan penambahan air sebanyak 10% dari total volume. Selanjutnya setiap dua hari sekali dilakukan pergantian air pada tandon sebesar 30%. Untuk memberikan nyaman pada hewan uji semua akuarium ditutup plastik hitam dan pada setiap akuarium diberikan shelter. Kualitas air selama masa pemeliharaan adalah suhu berkisar 28,5 dan 29,5 oC, kandungan oksigen terlarut berkisar 5,10 dan 6,03 ppm dan pH berkisar 7,5 dan 7,8.

Analisis kimia

Analisis kimia meliputi (1) kandungan Asam Lemak Siklopropenat (ALS) dan gosipol pada hepatopankreas udang, (2) aktivitas enzim pencernaan (protease, lipase dan amilase), (3) komposisi asam lemak tubuh dan (4) proksimat pakan uji.

Analisis kandungan ALS dan gosipol dilakukan pada hepatopankreas hewan uji. Sampel hepatopankreas diambil pada hewan uji yang telah mengalami moribunb (sekarat) dari setiap perlakuan. Jumlah sampel diambil sebanyak dua ekor dari setiap perlakuan dengan selang waktu dua hari dihitung saat hewan uji mulai pertama kali mengalami moribunb. Adapun data mengenai jumlah sampel yang diambil berdasarkan waktu disajikan pada Lampiran 2. Pengambilan hepatopankreas dilakukan dengan cara telebih dahulu memisahkan hepatopankreas dengan tubuh udang. Sampel hepatopankreas yang telah diambil kemudian dimasukan kedalam opendap dan selanjutnya disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu -27 oC sampai dilakukan analisis. Analisis kandungan ALS dan gosipol dilakukan menggunakan alat Gas Chromatografi (FAO 1994; Zahirma 1986; Sofyan dan Sigit 1993). Adapun prosedur analisis kandungan gosipol dan ALS seperti disajikan pada Lampiran 3 dan 4.

(40)

hari dari setiap perlakuan. Adapun data mengenai jumlah sampel yang diambil berdasarkan waktu disajikan pada Lampiran 5. Pengambilan hepatopankreas dilakukan terlebih dahulu dengan memisahkan hepatopankreas dengan tubuh udang. Sampel hepatopankreas yang telah diambil kemudian dimasukan kedalam opendap dan selanjutnya disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu -27oC sampai dilakukan pengukuran aktivitas enzim di laboratorium. Sebelum dilakukan pengukuran aktivitas enzim protease, lipase dan amilase, terlebih dahulu sampel hepatopankreas ditimbang dan dicatat. Selanjutnya digerus dalam cawan porselin pada kondisi dingin (diatas lapisan es) kemudian ditambahkan dengan larutan buffer posfat pada pH 7 sebanyak 2-3 ml. Setelah itu sampel yang telah ditambahkan larutan buffer disentrifuge dengan kecepatan 6000 rpm. Ekstrak enzim selanjutnya disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu -20 oC sampai pengujian aktivitas enzim dilakukan. Pengukuran aktivitas enzim protease menggunakan metode Bergmeyer dan Grassi (1983), aktivitas enzim lipase berpedoman pada metode Quin et al.

(1982), Shirai dan Jackson (1982), dan aktivitas enzim amilase menggunakan metode Berfeld (1955). Adapun prosedur pengukuran aktivitas enzim protease, lipase dan amilase disajikan pada Lampiran 6.

(41)

kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 4 oC sebelum dianalisis kandungan asam lemak tubuh. Analisis kandungan asam lemak tubuh menggunakan alat Gas Chromatografi (Watanabe 1988; Apriyantono 1989). Kondisi GC saat melakukan pengukuran asam lemak tubuh disajikan pada Lampiran 8.

Analisis proksimat pakan komersial dan pakan uji dimaksudkan untuk melihat kandungan protein, lemak, serat, abu, air dan BETN. Analisis protein kasar dilakukan dengan metode Kjedhal; lemak dengan metode ekstraksi menggunakan alat Soxhlet; abu dengan menggunakan pemanasan dalam tanur pada suhu 400-600 oC, serat kasar menggunakan pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat serta pemanasan, dan kadar air dengan menggunakan metode pemanasan dalam oven pada suhu 105-110 o

C. Analisis proksimat ini dilakukan dengan metode Takeuchi (1988). Prosedur analisis proksimat disajikan seperti pada Lampiran 9.

Histologi

(42)

Parameter yang dievaluasi

Dalam penelitian ini parameter yang dievaluasi adalah kandungan ALS, gosipol dalam hepatopankreas, aktivitas enzim pencernaaan (protease, lipase, amilase), histologi hepatopankreas, jumlah pakan yang dikonsumsi per hari dihitung berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi (g) dalam sehari dibagi dengan jumlah udang (Bores et al. 2006) dan tingkat kelangsungan hidup dihitung dari jumlah udang pada akhir pemeliharaan dibagi dengan jumlah udang awal menurut Zonneveld et al.

(1991) yaitu :

SR = Kelangsungan hidup udang (%)

Nt = Jumlah udang pada akhir penelitian; No= Jumlah udang pada awal pemeliharaan

Analisis data

Data kandungan ALS dan gosipol, aktivitas enzim pencernaan, jumlah pakan yang dikonsumsi dan tingkat kelangsungan hidup, masing-masing dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Jika ada perbedaan dilanjutkan uji Tukey pada selang kepercayaan 95% menggunakan program Minitab15. Histologi dan komposisi asam lemak tubuh dianalisis secara deskriptif dan eksploratif

Penelitian Tahap Kedua

Pengaruh minyak biji kapuk terhadap histologi, enzim pencernaan dan komposisi asam lemak tubuh juvenile udang vaname

Pakan uji

(43)

minyak biji kapuk, sehingga didapatkan 5 perlakuan yaitu 0 (pakan komersial, 0, 6, 12 dan 18%.

Komposisi pakan uji pada setiap perlakuan dan hasil analisis proksimat disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Komposisi pakan uji dan analisis proksimat pada penelitian tahap kedua

Bahan pakan (%) Perlakuan Minyak Biji Kapuk (%)

0 10 20 30 40 9,1 kkal/g; BTN =4,1 kkal/g (Watanabe, 1988); ***Asam Lemak Siklopropenat

Hewan uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu udang vaname dengan bobot awal berkisar 6,5±0,6 g berasal dari Lampung. Proses adaptasi hewan uji pada penelitian ini seperti dilakukan pada penelitian tahap pertama

Pemeliharaan hewan uji

(44)

Analisis kimia

Analisis kimia meliputi (1) kandungan Asam Lemak Siklopropenat (ALS) dan gosipol pada hepatopankreas udang, (2) aktivitas enzim pencernaan (protease, lipase dan amilase), (3) komposisi asam lemak tubuh dan (4) proksimat pakan uji. Pengambilan sampel untuk analisis kandungan ALS dan gosipol dilakukan setiap hari saat udang mengalami moribunb. Sedangkan pengambilan sampel untuk analisis aktivitas enzim dan asam lemak tubuh seperti dilakukan pada penelitian tahap pertama. Metode dan prosedur analisis kimia tersebut diatas pada penelitian ini dilakukan seperti dilakukan pada penelitian tahap pertama. Adapun data mengenai jumlah sampel berdasarkan waktu dari kandungan ALS dan gosipol, aktivitas enzim pencernaan dan komposisi asam lemak tubuh disajikan pada Lampiran 12, 13 dan 14.

Histologi

Pengamatan histologi hepatopankreas pada penelitian ini seperti dilakukan pada penelitian tahap pertama. Data jumlah sampel berdasarkan waktu disajikan pada Lampiran 15.

Parameter yang dievaluasi

Parameter yang dievaluasi pada penelitian ini seperti yang dilakukan pada penelitian tahap pertama

Analisis data

(45)

Penelitain Tahap Ketiga

Substitusi tepung bungkil kedele dengan tepung bungkil biji kapuk dalam pakan buatan terhadap sintasan dan pertumbuhan juveni udang vaname

Pakan uji

Keseluruhan pakan uji yang digunakan pakan uji dengan kisaran protein 34,0-34,7% dan energi kotor berkisar 4010,3-4208,4 Kkal/kg. Adapun perbedaan antar perlakuan terletak pada persentasi kandungan Tepung Bungkil Biji Kapuk (TBBK) yaitu 0, 5, 10, 15 dan 20%, selain itu digunakan pemanasan TBBK pada kandungan 15 dan 20% sehingga didapatkan 7 perlakuan. Komposisi pakan uji pada setiap perlakuan dan hasil proksimat disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Komposisi pakan uji dan analisis proksimat pada penelitian tahap ketiga

Bahan pakan (%) Perlakuan Tepung Bungkil Biji Kapuk (%)

(46)

Hewan uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu udang vaname dengan bobot awal berkisar 6,0±0,5 g berasal berasal dari Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan STP-Pasar Minggu (BAPPL) di Serang. Proses adaptasi hewan uji pada penelitian ini seperti dilakukan pada penelitian tahap pertama

Pemeliharaan hewan uji

Pemeliharaan hewan uji pada penelitian ini dilakukan seperti pada penelitian tahap pertama. Kualitas air selama masa pemeliharaan yaitu suhu berkisar 28,5 dan 29,5 oC, kandungan oksigen terlarut berkisar 5,12 dan 6,05 ppm dan pH berkisar 7,5 dan 7,8.

Analisis kimia

Analisis kimia meliputi, (1) aktivitas enzim pencernaan (protease, lipase dan amylase), (2) komposisi asam lemak tubuh, (3) proksimat pakan uji dan (4) proksimat tubuh udang. Aktivitas enzim, komposisi asam lemak tubuh dan proksimat pakan uji dilakukan seperti pada penelitian tahap pertama. Adapun data mengenai jumlah sampel berdasarkan waktu dari kandungan ALS dan gosipol, aktivitas enzim pencernaan dan komposisi asam lemak tubuh disajikan pada Lampiran 16 dan 17.

(47)

Histologi

Pengamatan histologi hepatopankreas pada penelitian ini seperti dilakukan pada penelitian tahap pertama. Data jumlah sampel berdasarkan waktu disajikan pada Lampiran 19.

Parameter yang dievaluasi

Dalam penelitian ini parameter yang dievaluasi adalah aktivitas enzim pencernaaan (protease, lipase, amilase), histologi hepatopankreas, jumlah pakan yang dikonsumsi per hari dihitung berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi (g) dalam sehari dibagi dengan jumlah udang (Bores et al. 2006) dan tingkat kelangsungan hidup dihitung seperti pada penelitian tahap pertama. Retensi protein dihitung dari selisih bobot protein tubuh akhir dengan bobot protein tubuh awal dibagi dengan jumlah bobot protein yang dikonsumsi selama penelitian, retensi lemak dihitung dari bobot lemak tubuh akhir dikurangi bobot lemak tubuh awal dibagi dengan jumlah bobot lemak yang dikonsumsi selama penelitian Untuk jelasnya retensi protein dan lemak disajikan pada persamaan 2 dan 3 berikut :

% Sedagkan retensi lemak dihitung berdasarkan persamaan :

%

BTPK = Bobot total protein yang dikonsumsi (g) RL = Retensi lemak (%)

BLt = Bobot lemak akhir (g) BLo = Bobot lemak awal (g)

BTPL = Bobot total lemak yang dikonsumsi (g)

(48)

awal pemeliharaan. Untuk jelasnya pertumbuhan relatif dihitung dengan menggunakan persamaan 4.

% 100 )) / ) 0

((Wt W Wo x

PR (4)

Keterangan :

PR = Pertumbuhan relative (%) Wt = Biomassa udang pada waktu t (g) Wo= Biomassa udang pada awal percobaan

Analisis data

(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh tepung biji kapuk terhadap histologi, enzimatik dan komposisi asam lemak tubuh juvenile udang vaname

Kandungan asam lemak siklopropenat dalam hepatopankreas

Rataan kandungan asam lemak siklopropenat (ALS) pada hepatopankreas antara waktu pengambilan sampel dari udang yang telah mengalami moribunb dari setiap perlakuan yang mengandung tepung biji kapuk (TBK) yang berbeda disajikan pada Tabel 7 dan Lampiran 20.

Tabel 7 Rataan kandungan ALS (mg/g) hepatopankreas dari setiap sampel udang antar waktu pengambilan sampel dari setiap perlakuan

Keterangan : * adalah hari pengambilan sampel; mt adalah mati total; ttd adalah tidak terdeteksi

Tabel 7 menunjukkan bahwa kisaran kandungan ALS pada perlakuan 10% TBK yaitu 0,891-0,961 mg/g, perlakuan 20% TBK yaitu 0,848-0,969 mg/g, perlakuan 30% TBK dan 40% TBK masing-masing 0,854-0,990mg/g dan 0,872-0,910 mg/g. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (p>0,05) kandungan ALS pada udang yang mati antar pengambilan sampel dari setiap perlakuan 10%, 20%, 30% dan 40% TBK (Lampiran 21)

(50)

mengalami moribunb antar waktu pengambilan sampel dari setiap perlakuan 10, 20, 30 dan 40% TBK (Lampiran 22)

Tabel 8 Rataan kandungan gosipol (mg/g) pada hepatopankreas dari setiap sampel udang antar waktu pengambilan sampel dari setiap perlakuan

Keterangan : * adalah hari pengambilan sampel; mt adalah mati total; ttd adalah tidak terdeteksi

Hasil analisis kandungan ALS pada hepatopankreas dari juvenile udang yang telah mengalami moribunb dari semua perlakuan yang dicobakan berkisar 0,84 8sampai 0,990 mg/g. Kandungan gosipol berkisar 0,390 sampai 0,15 mg/g. Berdasarkan kandungan ALS dan gosipol pada hepatopankreas bagi udang yang telah mengalami moribunb dapat dinyatakan bahwa udang yang telah mengalami moribunb dari setiap perlakuan mengandung ALS dan gosipol dengan kisaran masing-masing 0,848-0,990 mg/g dan 0,390-0,155 mg/g. Lim (1996) menyatakan bahwa kandungan gosipol sebesar 1100 ppm kemungkinan dapat mengakibatkan toksik langsung pada udang Penaeaus vannamei.

Histologi hepatopankreas

(51)

Gambar 3 Hepatopankreas juvenile udang yang diberi pakan mengandung 10 % TBK (a) dan 0 % TBK (b); oe = oedema interstitialis; vc = vacuolisasi; sn = sel normal dengan inti sel ditengah.

Pada perlakuan pemberian 10% TBK dari sampel udang yang telah mati terjadi terjadi nekrosis pada hepatopankreas, struktur sel tidak jelas dan sebagian besar sel tidak berbentuk yang diakibatkan sel mengalami pecah, terjadi vakuolisasi dan oedema interstitialis (Gambar 3a). Pada perlakuan tanpa pemberian TBK terlihat struktur sel epitel normal dengan inti sel masih berada ditengah (Gambar 3b).

Pada perlakuan pemberian pakan 20% TBK (Gambar 4), menunjukkan hal yang sama seperti pada perlakuan pemberian 10% TBK. Pada hepatopankreas terjadi nekrosis, sebagian besar sel epitel tidak berbentuk akibat pecah, terjadi interstitialis pada sel epitel, fabrotik dan adanya infiltrasi sel mononuclear, glandula mengecil yang diakibatkan sel membesar serta vakuolisasi (Gambar 4a)

Pada pemberian pakanyang mengandungan 30% TBK ditunjukkan pada Gambar 5. Hepatopankreas pada perlakuan ini nampak mengalami hal yang sama seperti pada perlakuan 20% pemberian pakan yang mengandung TBK. Hepatopankreas mengalami nekrosis koagulatif, terjadinya vakuolasasi, inti sel tidak terlihat diakibatkan sel epitel pecah, struktur sel rusak tidak beraturan, glandula mengecil akibat sel mengalami pembengkakan (Gambar 5a). Perbedaan ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan struktur sel epitel pada perlakuan tanpa pemberian pakan yang mengandung TBK dimana struktur sel teratur dan inti sel berada ditengah (Gambar 5b).

a b

oe

(52)

Gambar 4. Hepatopankreas juvenile udang yang diberi pakan mengandung 20 % TBK (a) dan 0% TBK (b); i = infiltrasi; fb = fabrotik; sn = sel normal dengan inti ditengah

Gambar 5. Hepatopankreas juvenile udang yang diberi pakan mengandung 30 % TBK (a) dan 0 % TBK (b); nk = nekrosis koagulasi; vc = vakuola; sn = sel normal dengan inti ditengah

Pada perlakuan dengan pemberian pakan yang mengandung 40% TBK (Gambar 6), dimana hepatopankreas mengalami kerusakan seperti halnya pada perlakuan pemberian pakan yang mengandung 10, 20 dan 30% TBK. Pada perlakuan pemberian pakan yang mengandung 40% TBK, hepatopankreas mengalami nekrosis, Nampak terjadi hyperemia dan haemorrhagi pada sel yang mengalami kerusakan, adanya infiltrasi sel monokuler dan serta terjadi peradangan pada sel yang ditunjukkan dengan warna merah pada sel akibat pewarna eosin masuk kedalam sel tersebut (Gambar 6a).

a b

a b

fb b

i sn

b

vc

nk

(53)

Gambar 6. Hepatopankreas juvenile udang yang diberi pakan mengandung 40 % TBK (a) dan 0 % TBK (b); hae = haemorrhagi; hyp = hyperemia; sn = sel normal dengan inti ditengah

Dari Gambar 3, 4, 5 dan 6 menunjukkan bahwa pemberian pakan yang mengandung TBK mengakibatkan tejadinya kerusakan pada hepatopankreas. Hal ini mengindikasikan bahwa TBK yang mengandung ALS dan gosipol dapat mengakibatkan kerusakan pada hepatopankreas juvenile udang. Herman (1970) menyatakan bahwa pakan yang mengandung gosipol acetat 0,033-0,1 % atau tepung biji kapas yang mengandung gosipol bebas 0,0531 % yang diberikan pada ikan rainbow trout mengakibatkan kerusakan pada hati dan ginjal. Hendricks dan Bailley (1989) melaporkan bahwa ikan rainbow trout O. mykiss yang diberi pakan yang mengandung asam lemak siklopropenat dapat mengakibatkan nekrosis pada hepatocyte

Aktivitas enzim pencernaan

Aktivitas enzim protease

Aktivitas enzim protease pada juvenile udang vaname yang mengkonsumsi pakan yang mengandung TBK yang berbeda dari hari ke-1 hingga hari ke-10 disajikan pada Gambar 7.

a b

hae

sn

(54)

Keterangan : TBK adalah tepung biji kapuk

Gambar 7 Aktivitas enzim protease (unit/menit/g) pada juvenile udang yang mengkonsumsi pakan yang mengandung TBK

yang berbeda.

Gambar

Tabel 3  Jenis dan persentasi asam amino pada bungkil biji kapuk menurut
Tabel 4 Komposisi pakan uji dan analisis proksimat pada penelitian tahap pertama
Tabel 5 Komposisi pakan uji dan analisis proksimat pada penelitian tahap kedua
Tabel 6 Komposisi pakan uji dan analisis proksimat pada penelitian tahap ketiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada rancangan ini perhitungan neraca massa LCPKS hanya dihitung sebagai komponen yang terbesar dalam LCPKS yaitu karbohidrat yang akan dihidrolisis menjadi glukosa dan

[r]

Mengajarkan cara-cara memperkenalkan diri pada tunanetra harus menggunakan metode pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung pada anak tunanetra. Di antara

Dengan berbagai permasalahan yang ada di dalam BPR yang terkait dengan kinerja individual karyawan, maka penelitian yang akan dilakukan terhadap BPR menggunakan 2 (dua)

Hal tersebut dapat dikoreksi melalui data harga saham pada akhir tahun 2011 dibandingkan data 2010 dapat diketahui bahwa terdapat 10 perusahaan sektor pertambangan

Secara substansi, rangkaian pelaksanaan sertifikasi ekolabel sektor kehutanan ini berkaitan dengan kepastian hukum dan standar kualitas produk dalam rangka

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan memberikan gambaran secara jelas dan sistematis terkait dengan objek yang diteliti

Media pembelajaran Scrapbook pada materi Tata Surya secara keseluruhan memperoleh penilaian yang termasuk dalam kriteria sangat baik, sehingga layak digunakan sebagai