• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan dan kinerja sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan dan kinerja sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah"

Copied!
319
0
0

Teks penuh

(1)

PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

ABDUL KOHAR MUDZAKIR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi, Peranan dan Kinerja Sektor Perikanan pada Perekonomian Jawa Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing akademik dan belum diajukan dalam bentuk apapun melalui perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini

Bogor, Februari 2009

(3)

ABDUL KOHAR MUDZAKIR. Role and Performance of Fishery Sector to Central Java Economics. Under direction of MULYONO S. BASKORO, BUNASOR SANIM, SOEPANTO SOEMOKARYO, and SUGENG HARI WISUDO.

The objectives of the research are to analyze the role of fishery sector at Central Java economics, to analyze the influence between environment of fishery effort (LUP), central government policy (KEBIJ_PUS), local government policy (KEBIJ_DAE), performance of captured fishery effort (KUP_TANG), performance of processing industry (KI_PROS), and the development target of Central Java fisheries (TUJ_PEM_PI), and dominant factors. The analysis was carried out by using input output analysis (IO) from Central Java IO table 2007 up dating, on the basis of price to 19 sectors and processed with GRIMP Version 7.1 software. The complex relation among the variables of fishery effort environment, central government policy, local government policy, performance of capture fishery effort, performance of processing industry, and development target of Central Java fisheries were analyzed using structural equation modelling (SEM) with AMOS version 6 software. Data for SEM analysis were collected from 228 respondents to identity their opinions which were measured in scale number which have 1-5 likert scale. The role of fishery sector at Central Java economics is still minimum , which is posed from lowering related value forward and backward linkage and multiplier effect value of output, income and employment, so fishery sector were more influenced by other sector in forming of input and output which are yielded. The SEM full model equation of the SEM showed chi-square value (1128,994), probability (0,000), CMIN/df (1,634), GFI (0,805), AGFI (0,769), TLI (0,912) and RMSEA (0,053), at recommended value gyration, so the model have fit and can be accepted. Only six from the 15 hypothesis were rejected; these were the effect of KEBIJ_PUS to KI_PROS, the effect of KEBIJ_PUS to KEBIJ_DAE, the effect of KEBIJ_PUS on TUJ_PEM_PI, the effect of KEBIJ _DAE on TUJ_PEM_PI, and the effect of KUP_TANG on TUJ_PEM_PI, while influence of LUP on KUP_TANG, LUP on KI_PROS, LUP on TUJ_PEM_PI, KEBIJ_PUS on LUP, KEBIJ_PUS on KUP_TANG, KEBIJ_DAE on LUP, KEBIJ_DAE to KUP_TANG, KUP_TANG on KI_PROS, and the effect of KI_PROS on TUJ_PEM_PI were not significant. This finding indicate that central government policy was dominant factor in realizing efficacy of fishery development of Central Java with the policy component that is training and tuition which can be accessed.

(4)

Perekonomian Jawa Tengah. Dibimbing oleh MULYONO S. BASKORO, BUNASOR SANIM, SOEPANTO SOEMOKARYO, dan SUGENG H. WISUDO.

Perubahan orientasi pembangunan suatu negara dapat menyebabkan aspek lingkungan strategis (internal dan eksternal) mengalami perubahan antar lain terhadap kebijakan pemerintah (pusat maupun daerah), kinerja dan tujuan pembangunan. Penelitian ini bertujuan ; 1) menganalisis peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah, 2) menganalisis keterkaitan hubungan dan faktor-faktor dominan antara lingkungan usaha perikanan (LUP), kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS), kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE), kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG) dan kinerja industri pengolahan (KI_PROS) terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah (TUJ_PEM_Pi), dan 3) merumuskan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan pembangunan perikanan Jawa Tengah. Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis: a) pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap kinerja usaha perikanan tangkap, b) pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap kinerja industri pengolahan, c) pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, d) pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap lingkungan usaha perikanan, e) pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kinerja usaha perikanan tangkap, f) pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kinerja industri pengolahan, g) pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kebijakan pemerintah daerah, h) pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, i) pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap lingkungan usaha perikanan, j) pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap kinerja usaha perikanan tangkap, k) pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap kinerja industri pengolahan, l) pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, m) pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap terhadap kinerja industri pengolahan, n) pengaruh kinerja industri pengolahan terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, o) pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah.

(5)

Hasil analisis dengan pendekatan model input output (IO) menunjukkan bahwa peranan sektor perikanan masih rendah antara lain perananya terhadap perekonomian Jawa Tengah, yang ditunjukkan dari nilai input (0,61%) maupun output (0,61%) yang masih kecil. Analisis Keterkaitan (linkage), yaitu keterkaitan ke depan sektor perikanan sebesar 1,0214 (urutan ke-15) lebih kecil daripada ke belakang sebesar 1,1401 (urutan ke-5). Hal ini menunjukkan bahwa sektor perikanan lebih mampu menarik sektor hulu, dibandingkan sektor hilir atau lebih banyak menyediakan input untuk proses produksi sektor yang lain (yaitu: ke sektor industri makanan, minuman dan tembakau (4,50%), industri pengilangan minyak (2,43%), dan sektor perdagangan (2,04%), sedangkan untuk keterkaitan ke depan sektor perikanan lebih banyak digunakan untuk sektor perikanan sendiri yang ditunjukkan dengan nilai own multiplier sebesar 98,76%. Dari hasil perhitungan analisis dampak pengganda (multiplier effect) baik multiplier output (urutan ke-13), pendapatan (urutan ke-10), maupun tenaga kerja (urutan ke-10) masih pada urutan terbawah dari 19 sektor perekonomian. Dari kecilnya peranan sektor perikanan tersebut mengakibatkan sektor perikanan lebih banyak dipengaruhi oleh sektor yang lain dalam pembentukan input maupun output pada perekonomian Jawa tengah. Untuk perhitungan proporsi pendapatan dari tabel IO versi Miyazawa yang digunakan untuk mengetahui distribusi pendapatan, menunjukkan bahwa penyumbang terbesar dari distribusi pendapatan adalah dari kelompok pendapatan sedang (33,97%), rendah (35,88%), dan tinggi (30,15%).

Dari uji model Unidimensional dengan piranti lunak AMOS Versi 6 terhadap 6 variabel laten menunjukkan bahwa variabel telah fit, keenam variabel tersebut adalah lingkungan usaha perikanan (LUP), kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS), kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE), kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG), kinerja industri pengolahan (KI_PROS) dan tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah (TUJ_PEM_PI). Dengan

(6)

pembangunan perikanan Jawa Tengah (TUJ_PEM_PI) (hipotesis 3), pengaruh kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS) terhadap lingkungan usaha perikanan (LUP) (hipotesis 4), pengaruh kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS) terhadap kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG) (hipotesis 5), pengaruh kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE) terhadap kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG) (hipotesis 9), pengaruh kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE) terhadap kinerja industri pengolahan (KI_PROS) (hipotesis 10), pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG) terhadap kinerja industri pengolahan (KI_PROS) (hipotesis 13), dan pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG) terhadap kinerja industri pengolahan (KI_PROS) (hipotesis 14). Hal ini membuktikan bahwa diantara ke-6 (enam) faktor laten lingkungan usaha perikanan (LUP), kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS), kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE), kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG), kinerja industri pengolahan (KI_PROS) dan tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah (TUJ_PEM_PI) akan saling berhubungan dan mempengaruhi secara positif atau negatif. Dengan demikian setiap perubahan yang semakin positif atau negatif dari salah satu faktor mempengaruhi kinerja faktor berikutnya dan besar kecilnya pengaruh tergantung dari besaran hasil nilai signifikansi yang dihasilkan.

Simulasi model merupakan simulasi dilakukan untuk mendapatkan pola hubungan yang optimal dari ke-enam variabel laten, simulasi ini dilakukan pada model konseptual awal, dimana variabel, dimensi dan indikator tidak mengalami perubahan, tetapi memiliki pola hubungan hipotesis yang hasilkan untuk simulasi dibalik dari awal model, yaitu simulasi 1 dengan membalik pola hubungan hipotesis 1, simulasi 2 dengan membalik pola hubungan hipotesis 13, dan simulasi 3 meupakan gabungan simulasi 1 dan simulasi 2. Dari ketiga simulasi model menunjukkan bahwa dari uji estimasi persamaan full model dengan membandingkan nilai hasil criteria goodness of fit (Chi-square, probability, CMIN/DF, GFI, AGFI, TLI dan RMSEA) dari ke-3 simulasi yang dilakukan menunjukkan ketiga simulasi model yang diperoleh model telah fit, sehingga dapat diterima. Sementara itu, dari hipotesis penelitian yang diuji penerimaan atau ditolaknya suatu hipotesis tidak mengalami perubahan dari model awalnya, akan tetapi pada simulasi model 3 untuk pengujian hipotesis 1, hipotesis 2 dan hipotesis 3 tidak muncul dari hasil pengolahan dengan AMOS versi 6.

Model tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk merumuskan strategi pembangunan perikanan daerah antara lain, dengan menambah variabel pembentuk faktor pada lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah pusat, kebijakan pemerintah daerah, kinerja usaha perikanan tangkap, serta kinerja industri pengolahan, maupun menambah variabel laten yang membentuknya, seperti variabel laten kinerja budidaya maupun variabel-variabel yang lain serta bagaimana tujuan pembangunan akan dilakukan. Penambahan variabel laten maupun indikatornya tentu saja harus tetap didasarkan pada telaah pustaka yang cermat mengingat penelitian ini bersifat eksplorasi.

(7)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(8)

PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

ABDUL KOHAR MUDZAKIR

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Program Studi Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr.Ir. Eko Sri Wiyono, M.Si Dr. Ir. H. Fedi M. Sondita, M.Sc

(10)

Perekonomian Jawa Tengah

Nama : Abdul Kohar Mudzakir

NIM : C561040011

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc.

Ketua Anggota

Prof. Dr. Ir. Soepanto Soemokaryo, MBA Dr. Ir. Sugeng H. Wisudo, M.Si.

Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro, M.S.

(11)

ii

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T karena hanya dengan limpahan Rahmad dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan disertasi ini dengan baik dan tepat waktu. Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan sektor unggulan dan dijadikan sebagai arus utama pembangunan nasional, tetapi pada saat yang lain diposisikan sebagai sektor pinggiran (peripheral sector), dan berimplikasi bukan merupakan sektor unggulan, di mana pada era pasar bebas dan globalisasi tantangan dan persaingan dengan berbagai bentuk permasalahan semakin komplek. Disertasi ini berjudul “Peranan dan Kinerja Sektor Perikanan pada Perekonomian Jawa Tengah.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada; Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc, Prof. Dr.Ir. Bunasor Sanim, MSc, Prof. Dr. Ir. Soepanto Soemokaryo MBA dan Dr. Ir. Sugeng H. Wisudo, M.Si, selaku ketua dan anggota komisi pembimbing, yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc, yang penuh dengan perhatian dan kesabaran mengarahkan penulis dalam perkuliahan, penyusunan disertasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Jurusan Perikanan, Dekan FPIK, dan Rektor Universitas Diponegoro, yang memberikan kesempatan penulis untuk menempuh S3 di Sekolah Pascasarjana IPB, Dirjen Dikti, Departemen Pendidikan Nasional yang telah menfasilitasi Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS) pada tahun 2004, dan beasiswa bantuan penulisan Disertasi Program Mitra Bahari-COREMAP T.A 2008. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, Ibu Hj. Muzayanah, dan Bapak Drs. H. Mudzakir Muhsin (Almarhum, 2006), Bp dan Ibu mertua, istri tercinta dr. Afiana Rohmani, dan kedua anak Muhammad Fikri Maulana Kofi dan Naila Ramadhani Kofi, dan Staf pengajar Laboratorium Sosek, PS PSP dan Jurusan Perikanan, FPIK, Undip.

Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih ada beberapa kekurangan, yang akan ditemui oleh pembaca. Harapan penulis disertasi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, dan atas kritikan yang membangun kami ucapkan terima kasih.

(12)

iii

Penulis bernama Abdul Kohar Mudzakir, dilahirkan di Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, pada tanggal 22 Januari 1974, putra ke enam dari tujuh bersaudara dari pasangan Drs. H Mudzakir Muhsin (Almarhum, 2006) dan Hj Muzayanah. Pada tahun 1993 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melalui Jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), dan pada tahun 1998, penulis manamatkan jenjang S1. Selama kuliah penulis aktif di beberapa kegiatan kemahasiswaan, mulai dari tingkat Jurusan Perikanan sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Perikanan (HMJ) periode 1997/1998, tingkat fakultas, di Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan, di tingkat universitas pada Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) UNDIP, dan ditingkat nasional pada Himpunan Mahasiswa Perikanan se Indonesia (HIMAPIKANI).

(13)

iv

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 10

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Model Input Output ... 12

2.1.1 Konsep model input output ... 13

2.1.2 Model dasar input output ... 13

2.1.3 Pengembangan model input output versi Miyazawa ... 18

2.1.4 Pemuktahiran matrik input-output dengan metode RAS ... 19

2.2 Model Persamaan Struktural ... 26

2.2.1 Spesifikasi model ... 27

2.2.2 Identifikasi ... 28

2.2.3 Matriks input ... 30

2.2.4 Estimasi model ... 31

2.2.5 Evaluasi model ... 31

2.3 Lingkungan Usaha ... 32

2.3.1 Lingkungan internal ... 34

2.3.2 Lingkungan industri ... 35

2.3.3 Lingkungan eksternal ... 38

2.4 Kebijakan Pemerintah ... 40

2.5 Kinerja ... 43

2.6 Tujuan Pembangunan Perikanan ... 45

2.7 Penelitian Terdahulu yang Terkait ... 47

3 METODOLOGI PENELITIAN ... 54

3.1 Kerangka Pemikiran ... 54

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 55

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 55

3.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 56

3.5 Metode Analisis ... 57

3.5.1 Model input output ... 57

3.5.2 Model persamaan struktural ... 60

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 74

4.1 Kondisi Umum Jawa Tengah ... 74

4.1.1 Perekonomian ... 74

4.1.2 Perikanan ... 76

4.1.3 Peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah .. 85

4.2 Kondisi Umum Responden ... 94

4.2.1 Karakteristik responden ... 94

(14)

v

confirmatory factor analysis (CFA) ... 133

4.3.2 Estimasi persamaan full model ... 184

4.4 Pengujian Hipotesis ... 193

4.5 Simulasi Model ... 199

4.5.1 Simulasi 1 ... 200

4.5.2 Simulasi 2 ... 202

4.5.3 Simulasi 3 ... 204

4.6 Pembahasan ... 208

4.6.1 Peranan sektor perikanan dalam pembangunan ekonomi ... 208

4.6.2 Faktor-faktor dalam pembangunan perikanan Jawa Tengah ... 214

5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 224

5.1 Kesimpulan ... 224

5.2 Saran ... 227

DAFTAR PUSTAKA ... 230

(15)

vi

1 Kerangka dasar Tabel I-O untuk tiga sektor ... 15

2 Matriks-matriks structural equation model ... 30

3 Goodness of Fit Creation Index pada structural equation model.... 32

4 Distribusi responden berdasarkan lokasi penelitian ... 55

5 Variabel dan indikator penelitian pada analisis model persamaan struktural ... 64

6 Goodness of fit statistics ... 71

7 PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 1993 serta perkembangannya di Jawa Tengah, tahun 2001-2005 .... 75

8 Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, tahun 2002-2006 ... 76

9 Pendapatan per kapita Jawa Tengah, tahun 2002-2006 ... 76

10 Luas daerah dan potensi sumberdaya ikan di perairan utara dan selatan Jawa ... 77

11 Perkembangan jumlah rumah tangga perikanan (RTP) di kabupaten dan kota Provinsi Jawa Tengah, tahun 1999-2006 ... 79

12 Perkembangan jumlah perahu di kabupaten dan kota pada Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1999-2006 ... 80

13 Perkembangan jumlah unit penangkapan di kabupaten dan kota pada Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1998-2006 ... 81

14 Fluktuasi volume dan nilai produksi perikanan laut di Jawa Tengah, tahun 1998-2006 ... 84

15 Keterkaitan output langsung ke depan dan ke belakang perekonomian Jawa Tengah, tahun 2007 ... 86

16 Distribusi multiplier keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah, tahun 2007 ... 88

17 Dampak pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja sektor pada perekonomian jawa tengah, tahun 2007 ... 89

18 Komposisi responden berdasarkan kisaran umur, tahun 2008 ... 95

19 Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin, tahun 2008 ... 95

20 Komposisi responden berdasarkan status pernikahan, tahun 2008 ... 96

21 Komposisi responden berdasarkan jumlah responden, tahun 2008... 96

22 Komposisi responden berdasarkan pendidikan terakhir, tahun 2008 .... 97

23 Komposisi responden berdasarkan jenis pekerjaan, tahun 2008 ... 98

24 Komposisi responden berdasarkan lama bekerja, tahun 2008 ... 99

(16)

vii

28 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator penggunaan

teknologi tepat guna ... 102 29 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator modal kerja yang

cukup ... 102 30 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator budaya sebagai

nelayan dan pedagang yang dilestarikan ... 103 31 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator perijinan sesuai

potensi ... 103 32 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tersedianya

logistik ... 104 33 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator penguasaan

akses ke pasar yang kompetitif ... 105 34 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tingkat suku

bunga yang murah ... 105 35 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator kredit yang dapat di

akses ... 106 36 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator perijinan yang

cepat dan biaya yang murah ... 106 37 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pendidikan yang

dapat di akses dan bermutu ... 107 38 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator permodalan

dengan tingkat suku bunga yang murah dan dapat di akses... 108 39 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pelatihan dan

bimbingan yang dapat di akses ... 109 40 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tersedianya

fasilitas sekolah yang memadai ... 109 41 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tersedianya

fasilitas puskesmas yang memadai ... 110 42 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pelatihan dan

penyuluhan yang dapat di akses dan bermutu ... 111 43 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pelabuhan dan

tempat pelelangan ikan yang baik ... 111 44 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator proses perizinan

yang cepat dengan biaya yang wajar ... 112 45 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator kelembagaan

koperasi, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berjalan dengan baik ... 113 46 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator teknologi yang

memberi nilai tambah ke prosesing ... 113 47 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pelatihan dan

(17)

viii

49 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tersedianya

fasilitas sekolah yang memadai ... 115 50 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tersedianya

fasilitas puskesmas yang memadai ... 116 51 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator laba dan rugi.. 117 52 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tingkat

pengembalian investasi ... 117 53 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator informasi

daerah penangkapan ikan ... 118 54 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator peningkatan

pendapatan anak buah kapal ... 118 55 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator ikut menciptakan

keamanan ... 119 56 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator kebersihan

lingkungan ... 120 57 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tersedianya

sarana dan prasarana pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 120 58 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator ketersediaan es

atau garam ... 121 59 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator laba dan rugi ... 122 60 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tingkat

pengembalian investasi ... 122 61 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator peningkatan

pendapatan pekerja ... 123 62 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator peningkatan

pendapatan pekerja ... 123 63 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator informasi

harga ikan ... 124 64 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator teknologi dan

nilai tambah ... 125 65 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator ketahanan

pangan ... 126 66 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator devisa ... 126 67 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pendapatan

daerah ... 127 68 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator kenaikan

pendapatan masyarakat ... 127 69 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator penyerapan

(18)

ix

71 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pemerataan

konsumsi ikan ... 129 72 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator kelestarian

lingkungan ... 130 73 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator plasma nutfah .. 130 74 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator menumbuhkan

bisnis yang lain ... 131 75 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator menurunkan

eksternalitas negatif ... 131 76 Regression weights (loading factor) measurement model awal lingkungan

usaha perikanan ... 134 77 Modification index model awal lingkungan usaha perikanan ... 134 78 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 1

lingkungan usaha perikanan ... 136 79 Modification index model revisi 1 lingkungan usaha perikanan ... 136 80 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 2

lingkungan usaha perikanan ... 138 81 Modification index model revisi 2 lingkungan usaha perikanan ... 138 82 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 3

lingkungan usaha perikanan ... 139 83 Modification index model revisi 3 Lingkungan Usaha Perikanan... 140 84 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 4

lingkungan usaha perikanan ... 141 85 Modification index model revisi 4 lingkungan usaha perikanan ... 142 86 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 5

lingkungan usaha perikanan ... 143 87 Modification index model revisi 5 lingkungan usaha perikanan ... 144 88 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model lingkungan usaha

perikanan ... 145 89 Regression weights (loading factor) measurement model kebijakan

pemerintah pusat ... 146 90 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model kebijakan pemerintah

pusat ... 147 91 Regression weights (loading factor) measurement model awal kebijakan

pemerintah daerah ... 149 92 Modification index model awal kebijakan pemerintah daerah ... 149 93 Regression weights (loading factor) measurement model revisi1

(19)

x

96 Modification index model revisi 2 kebijakan pemerintah daerah ... 153 97 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 3

kebijakan pemerintah daerah ... 155 98 Modification index model revisi 3 kebijakan pemerintah daerah ... 155 99 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 4

kebijakan pemerintah daerah ... 156 100 Modification index model revisi 4 kebijakan pemerintah daerah ... 157 101 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 5

kebijakan pemerintah daerah ... 158 102 Modification index model revisi 5 kebijakan pemerintah daerah ... 159 103 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 6

kebijakan pemerintah daerah ... 160 104 Modification index model revisi 6 kebijakan pemerintah daerah ... 161 105 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 7

kebijakan pemerintah daerah ... 163 106 Modification index model revisi 7 kebijakan pemerintah daerah ... 163 107 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 8

kebijakan pemerintah daerah ... 164 108 Modification index model revisi 8 kebijakan pemerintah daerah ... 165 109 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model kebijakan pemerintah

daerah ... 166 110 Regression weights (loading factor) measurement model awal kinerja

usaha perikanan tangkap ... 167 111 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 1

kinerja usaha perikanan tangkap ... 169 112 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model kinerja usaha

perikanan tangkap ... 170 113 Regressionweights (loading factor) measurement model awal kinerja

industri pengolahan ... 170 114 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 1

kinerja industri pengolahan ... 172 115 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 2

kinerja industri pengolahan ... 173 116 Modification index model revisi 2 kinerja industri pengolahan ... 174 117 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model kinerja industri

pengolahan ... 175 118 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model kinerja industri

(20)

xi

120 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 1

kinerja usaha perikanan tangkap ... 178

121 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 2 kinerja usaha perikanan tangkap ... 179

122 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 3 kinerja usaha perikanan tangkap ... 180

123 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 4 tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah ... 182

124 Modification index model revisi 4 tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah ... 182

125 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah ... 183

126 Hasil uji analisis faktor konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis (CFA)) dari indikator yang membentuk suatu variabel laten pada full model . 185 127 Evaluasi model tiap variabel laten penelitian terhadap nilai reliabilitas dan variance extracted ... 186

128 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian full model awal penelitian .. 188

129 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian full model revisi 18 penelitian 189 130 Variabel indikator yang paling berpengaruh terhadap variabel laten pada penelitian ... 191

131 Hasil pengujian hipotesis penelitian ... 194

132 Pengujian pengaruh langsung dan tidak langsung ... 198

133 Pola hubungan dan tingkat penerimaan pada hipotesis penelitian ... 199

134 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model pada simulasi 1... 202

135 Hasil pengujian hipotesis penelitian pada simulasi model 1 ... 202

136 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model pada simulasi 2 ... 204

137 Hasil pengujian hipotesis penelitian pada simulasi model 2 ... 204

138 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model pada simulasi 3... 206

139 Hasil pengujian hipotesis penelitian pada simulasi model 3 ... 206

140 Pengaruh simulasi terhadap pola hubungan dan tingkat penerimaan pada hipotesis ... 207

(21)

xii

Halaman

1 Model sederhana Input-Output ... 14

2 Modifikasi agro based industry cluster (ABIC) (Porter 1990 dan Kotler 1997) ... 39

3 Strategi kebijakan pemerintah dalam mendukung industri perikanan (Porter.1990) ... 42

4 Kerangka pemikiran penelitian ... 54

5 Hubungan antara lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah, kinerja sektor perikanan dan tujuan pembangunan Jawa Tengah ... 61

6 Model path diagram tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah .. 63

7 Perkembangan jumlah nelayan perikanan laut di Jawa Tengah tahun 2001–2005... 78

8 Perkembangan volume produksi perikanan tangkap di pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah, tahun 1998-2006 ... 82

9 Perkembangan nilai produksi perikanan tangkap di pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah, tahun 1998-2006 ... 83

10 Keterkaitan output langsung ke depan dan ke belakang perekonomian Jawa Tengah, hasil up dating tahun 2007 ... 92

11 Keterkaitan output langsung dan tidak langsung sektor perikanan pada perekonomian jawa tengah, Tahun 2004 ... 93

12 Output path diagram model awal lingkungan usaha perikanan ... 133

13 Output path diagram model revisi 1 lingkungan usaha perikanan ... 135

14 Output path diagram model revisi 2 lingkungan usaha perikanan ... 137

15 Output path diagram model revisi 3 lingkungan usaha perikanan ... 139

16 Output path diagram model revisi 4 lingkungan usaha perikanan ... 141

17 Output path diagram model revisi 5 lingkungan usaha perikanan ... 142

18 Output path diagram model revisi 6 lingkungan usaha perikanan ... 144

19 Output path diagram model kebijakan pemerintah pusat ... 146

20 Output path diagram model awal kebijakan pemerintah daerah ... 148

21 Output path diagram model revisi 1 kebijakan pemerintah daerah ... 150

22 Output path diagram model revisi 2 kebijakan pemerintah daerah ... 152

23 Output path diagram model revisi 3 kebijakan pemerintah daerah ... 154

24 Output path diagram model revisi 4 kebijakan pemerintah daerah ... 156

25 Output path diagram model revisi 5 kebijakan pemerintah daerah ... 158

26 Modification index model revisi 6 kebijakan pemerintah daerah... 160

(22)

xiii

30 Output path diagram model awal kinerja usaha perikanan tangkap .. 168 31 Output path diagram model revisi 1 kinerja usaha perikanan tangkap 169 32 Output path diagram model awal kinerja industri pengolahan ... 171 33 Output path diagram model revisi 1 kinerja industri pengolahan ... 173 34 Output path diagram model revisi 2 kinerja industri pengolahan ... 174 35 Output path diagram model revisi 3 kinerja industri pengolahan ... 175 36 Output path diagram model awal tujuan pembangunan perikanan

Jawa Tengah ... 177 37 Output path diagram model revisi 1 tujuan pembangunan perikanan

Jawa Tengah ... 178 38 Output path diagram model revisi 2 tujuan pembangunan perikanan

Jawa Tengah ... 179 39 Output path diagram model revisi 3 tujuan pembangunan perikanan

Jawa Tengah ... 180 40 Output path diagram model revisi 4 tujuan pembangunan perikanan

Jawa Tengah ... 181 41 Output path diagram model revisi 5 tujuan pembangunan perikanan

(23)

xiv

Halaman

1 Klasifikasi 19 Sektor, 38 Sektor, dan 85 Sektor Tabel Input Output

Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2004 ... 239

2 Sektor kelautan dan perikanan dalam Tabel IO Indonesia 172x172... 243

3 Hasil penggabungan dan modifikasi untuk sektor-sektor yang

kemungkinan masuk dalam kelompok sektor kelautan dan perikanan dalam Tabel Input Output 172 sektor ... 244

4 Tabel transaksi domestik atas harga produsen klasifikasi 19 sektor hasil up dating Tabel IO Jawa Tengah tahun 2007 ... 246

5 Hasil perhitungan proporsi pendapatan pada kelompok pendapatan rendah, sedang dan tinggi pada perekonomian Jawa Tengah, hasil olahan dari Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2004 dan data

Susenas tahun 2004 ... 250

6 Perkembangan jumlah

produksi

di kabupaten dan kota pada

Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1998-2006 ... 251

7 Perkembangan nilai produksi di kabupaten dan kota pada

Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1998-2006 ... 252

8 Kuisioner penelitian peranan dan kinerja sektor perikanan pada

perekonomian Jawa Tengah ... 253

9 Data primer dari hasil kuesioner yang disebarkan untuk menganalisis model persamaan stuktural ... 259

10 Output path diagram full model dari revisi ke-1 sampai ke-18 ... 273

11 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model dari simulasi ke-1

sampai dengan ke-18 ... 291

12 Hasil perhitungan normalitas full model ... 292

13 Evaluasi outlier full model penelitian ... 293

(24)

1.1 Latar Belakang

Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan sektor unggulan dan dijadikan sebagai arus utama pembangunan nasional (Dahuri 2003), tetapi pada saat yang lain diposisikan sebagai sektor pinggiran (peripheral sector) (Kusumastanto 2002 dan 2003), dan memiliki implikasi bukan merupakan sektor unggulan (Fauzi 2005), di mana pada era pasar bebas dan globalisasi tantangan dan persaingan dengan berbagai bentuk permasalahan tersebut semakin komplek. Ditandai dengan perubahan lingkungan yang cepat dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat, menuntut kepekaan sektor perikanan untuk merespon perubahan, sehingga mampu menghadapi persaingan.

(25)

kinerja sektor, bahkan kinerja pemerintah daerah. Dengan meningkatnya kinerja tersebut, akan berdampak luas pada masyarakat dengan semakin meningkatnya tujuan pembangunan, antara lain; tujuan secara ekonomi, sosial, ekologi dan eksternalitas.

Perubahan di tingkat global tersebut salah satunya disebabkan adanya tekanan ekonomi baik internal maupun eksternal (seperti saat ini krisis ekonomi glabal yang terjadi di Amerika Serikat, dengan ambruknya perbankan dan pembiayaan investasi lainnya), tekanan informasi, dan tekanan isu lingkungan hidup, tekanan isu hak asasi manusia, yang berimbas semakin berkurangnya ekspor ke negara-negara tersebut, akan mendorong suatu sektor untuk dapat meningkatkan kinerja sektor dan perannya baik dalam skala nasional maupun internasional. Hal tersebut akan menuntut peran sumber daya manusia untuk dapat mengadopsi perubahan yang terjadi, seperti dengan lebih meningkatkan

skill dan knowledge, sehingga akan menciptakan daya saing yang tinggi melalui produk yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Sumberdaya manusia yang ada harus selalu dikembangkan secara kontinyu guna meningkatkan kemampuan sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan yang terjadi.

Perubahan lingkungan ini akan berdampak pada perubahan kebijakan secara nasional, yang secara simultan akan berdampak terhadap pembangunan di daerah dan pembangunan sektor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja pembangunan di daerah. Kinerja pembangunan di daerah merupakan refleksi dari kumpulan kinerja-kinerja sektor dalam perekonomian yang membangun fondasi perekonomian daerah.

(26)

sektor dan dampak pengganda. Dengan diketahuinya peran suatu sektor, akan dapat menentukan arah kebijakan sektor tersebut dalam pembangunan daerah.

Salah satu kebijakan pembangunan sektor adalah pada sektor perikanan dan kelautan Jawa Tengah yang diarahkan untuk keseimbangan pembangunan perikanan dan kelautan di daerah pengembangan perikanan pantai utara (Pantura) dan pantai selatan (Pansela), yang ditekankan pada : 1) Peningkatan produksi melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan, baik sumberdaya pulih, maupun sumberdaya tidak pulih untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional, melalui: peningkatan sarana dan prasarana aparatur serta kualitas sumberdaya manusia dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan dan kelautan; pengembangan penangkapan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di laut dan perairan pedalaman; pengembangan kawasan budidaya laut, payau, dan air tawar yang menerapkan sistem usaha yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan; pemberdayaan pembudidaya ikan dan nelayan dalam meningkatkan produktivitas usaha disertai peningkatan kelembagaan pendukungnya; peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil, terutama kelompok masyarakat yang mata pencahariannya berhubungan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya alam; (2) Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang belum termanfaatkan secara optimal, melalui: Peningkatan kapasitas pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan; peningkatan penyediaan pangan dan konsumsi masyarakat terhadap sumber protein ikan dan bahan baku industri di dalam negeri serta ekspor.

Salah satu bagian pengembangan pada sektor perikanan adalah usaha perikanan tangkap dan industri perikanan, bagaimana perannya dalam pembangunan Jateng, seperti distribusi input, output, struktur ekspor-impor, keterkaitan antar sektor dan dampak pengganda. Bagaimana kebijakan pemerintah pada sektor perikanan Jawa Tengah, yaitu kebijakan pusat dan daerah dengan skala kebijakan mikro, meso, dan makro, memiliki hubungan yang terkait dengan lingkungan usaha perikanan, kinerja, akan memiliki pengaruh dalam peningkatan tujuan pembangunan perikanan.

(27)

supply dan demand antar berbagai sektor dalam suatu wilayah perekonomian baik negara, wilayah maupun daerah yang lebih kecil (Arief 1993; BPS 1995; Nazara 1997; Arsyad 1999; Mangiri 2000). Dengan digunakan Tabel Input Output Jawa Tengah tahun 2007 hasil up dating sebagai basis analisis, diharapkan dapat memberikan gambaran aktivitas perekonomian Jawa Tengah secara menyeluruh, serta hubungan antara satu sektor dengan sektor yang lain dapat tertangkap.

Secara umum Tabel Input Output ini dapat digunakan sebagai kerangka data yang dapat menjelaskan berbagai hubungan kuantitatif antara lain :

1. Kinerja pembangunan ekonomi negara dalam bentuk Produk Domestik Bruto (atau Produk Domestik Regional Bruto untuk kinerja perekonomian daerah), konsumsi masyarakat, tabungan dan keperluan input sektor produksi dan output yang dihasilkan termasuk perdagangan internasionalnya.

2. Distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang dirinci menurut faktor produksinya. Didalamnya termasuk distribusi pendapatan rumah tangga yang dirinci menurut berbagai golongan rumah tangga (modifikasi Tabel IO dari Miyazawa yang digolongkan menjadi pendapatan golongan rendah, menengah dan atas pada kuadran I atau transaksi antara (Sonis dan Hewing 2003 ), dan

3. Pola pengeluaran rumah tangga per sektor perekonomian.

(28)

huruf dan rata-rata lama sekolah, dan (3) angka pengeluaran perkapita atau daya beli masyarakat.

Dalam sistem dunia nyata, dengan aktivitas ekonomi yang begitu luas dan saling kait mengkait, pengukuran peranan sektor pada suatu perekonomian harus didukung oleh instrumen pengukuran dan analisis yang bersifat menyeluruh, dan model IO mampu menjawab hal tersebut. Sementara itu model IO modifikasi dari Miyazawa untuk mengukur aspek distribusi kesejahteraan, yang selama ini belum mampu dianalisis dari tabel IO yang ada. Penelitian ini akan mencoba menggunakan tabel modifikasi dari Miyazawa dengan dasar tabel IO Jawa Tengah tahun 2007 yang merupakan hasil up dating, untuk menganalisis peranan sektor perikanan dari aspek pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan pada perekonomian Jawa Tengah.

Selain analisis dilakukan terhadap peranan sektor perikanan dalam perekonomian Jawa Tengah, maka perlu diketahui bagaimana hubungan antara faktor lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah, tujuan pembangunan perikanan dalam meningkatkan kinerja sektor perikanan dan diperlukan juga faktor dominan apa yang paling berpengaruh peningkatan kinerja sektor perikanan tersebut dalam pembangunan sektor perikanan di Jawa Tengah. Oleh karena itu perlu adanya suatu kajian yang menyangkut peranan dan kinerja sektor perikanan di Jawa Tengah, diharapkan dengan kajian tersebut kita dapat mengetahui peranan sektor perikanan pada perekonomian dan bagaimana hubungan yang rumit antara lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah pusat, kebijakan pemerintah daerah, kinerja usaha perikanan tangkap, kinerja industri pengolahan, dan tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, dapat mengetahui faktor yang dominan, sehingga ke depan dapat ditentukan skala prioritas dalam pembangunan perikanan di Jawa Tengah.

1.2 Perumusan Masalah

(29)

teknologi dan faktor eksternal, seperti potensi sumberdaya, mekanisme pasar, pola penentuan harga, proses pengakumulasian modal dan keadaan infrastruktur.

Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil pembangunan sektor perikanan di Jawa Tengah, paling tidak ada 8 indikator yang dapat digunakan sebagai acuan antara lain : produksi perikanan, armada perikanan, volume dan nilai ekspor produk perikanan terhadap PDRB, konsumsi ikan perkapita, tenaga kerja, pendapatan nelayan, pendidikan nelayan serta peraturan dan perundang-undangan (Dahuri 2003). Selama ini, gambaran dari ke-8 indikator pada sektor perikanan cenderung mengalami penurunan, seperti pada total volume produksi perikanan Jawa Tengah mengalami penurunan sebesar 16,15%, yaitu dari 339 319,1 ton pada tahun 2003 menjadi 292 148 ton pada tahun 2004 (Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Tengah 2005), demikian juga pada indikator yang lain.

Jawa Tengah memiliki potensi sumberdaya perikanan yang tergolong besar, antara lain ditunjukkan dengan garis pantai sepanjang 791,76 km, yang membentang di pantai utara 502,69 km dan pantai selatan 289,07 km dan 34 pulau-pulau kecil (Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Tengah 2005). Potensi yang besar tersebut secara empiris selama ini belum sebanding dengan peranan yang dimiliki oleh sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah, antara lain pada pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan distribusi pendapatan. Kondisi ini menimbulkan suatu pertanyaan “sebesar apa peranan sektor perikanan dalam pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan pada perekonomian Jawa Tengah?”

Jika dilihat dari data BPS Jawa Tengah tahun 2005, kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor perikanan terhadap perekonomian yang ditunjukkan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diindikasikan sebagai nilai tambah dari sektor perikanan untuk data tahun 2001 sampai 2004 Jawa Tengah masih dibawah 1,5% yaitu berkisar antara 1,18% sampai 1,47%. Demikian juga kontribusi tenaga kerja yang terbentuk dari kegiatan sektor perikanan hanya mampu menyumbangkan jumlah tenaga kerja di sektor perikanan kurang 2%.

(30)

sebesar 0.24, sehingga dari nilai ini Jawa Tengah memiliki kategori pemerataan tinggi atau dengan kata lain ketimpangannya rendah. Sementara itu, menurut perhitungan distribusi pendapatan dari kriteria Bank Dunia menunjukkan bahwa 40 persen kelompok penduduk berpendapatan rendah distribusi pendapatannya sebesar 25,31 persen, pada kelompok 40 persen penduduk berpendapatan menengah distribusi pendapatan sebesar 38,37 persen, dan pada kelompok 20 persen penduduk berpendapatan tinggi distribusi pendapatan sebesar 36,32 persen. Dari ketimpangan pendapatan dengan kriteria Bank Dunia tersebut, tingkat ketimpangan pembagian pendapatan diukur dengan bagian pendapatan yang dinikmati oleh 40 persen penduduk berpenghasilan rendah, dan di Jawa Tengah dari nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketimpangannya dikategorikan rendah. Dari perhitungan dengan dua kriteria tersebut, pemerataan pendapatan di Jawa Tengah dapat dikatakan merata atau tidak mengalami ketimpangan. Bagaimana dengan kondisi ketimpangan pendapatan pada sektor perikanan, apakah dengan data-data tersebut telah terjawab?. Selama ini masih belum banyak data yang menyajikan bagaimana distribusi pendapatan pada pelaku di sektor perikanan, seperti nelayan, pengusaha perikanan maupun

stakeholders lainnya.

Dari pencapaian kinerja sektor perikanan pada perekonomian yang tercermin dari tingkat pertumbuhan perekonomian, ketenagakerjaan dan distribusi pendapatan tersebut, dapat dijadikan sebagai suatu indikator sejauh mana peran sektor perikanan dalam perekonomian Jawa Tengah. Dengan diketahuinya kontribusi tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk pengembangan sektor perikanan ke depan.

(31)

rendahnya kontribusi sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah (Mudzakir 2003 dan 2006b).

Upaya peningkatan produksi perikanan masih dihadapkan pada kendala-kendala yaitu : (1) masih terbatasnya sarana dan prasarana yang memadai seperti Pelabuhan Perikanan, PPI dan TPI; (2) masih rendahnya kemampuan SDM nelayan, baik dibidang penangkapan, pasca panen, manajemen usaha dan mengadopsi penerapan teknologi penangkapan; (3) masih terbatasnya sistem informasi perikanan tangkap untuk mendukung perencanaan program dan pengendalian kegiatan perikanan tangkap; (4) terdapat kecenderungan kemerosotan produktivitas dan mutu lingkungan yang disebabkan oleh pemanfaatan lahan yang melewati kapasitas daya dukung lingkungan; (5) masih terbatasnya sarana dan prasarana pembenihan dan budidaya ikan baik air payau maupun air tawar, menurunnya kualitas ekosistem sumberdaya perikanan dan kelautan; (6) masih terbatasnya sarana dan prasarana pencegahan dan pengendalian kesehatan ikan maupun lingkungan; (7) masih rendahnya kemampuan dan ketrampilan SDM pembudidaya ikan maupun manajemen usaha; (8) masih terbatasnya ketersediaan induk ikan unggul dan benih ikan yang berkualitas dalam pengembangan usaha budidaya ikan; (9) masih terbatasnya system informasi perikanan budidaya untuk mendukung perencanaan program dan pengendalian kegiatan perikanan budidaya; (10) belum berkembangnya kawasan pengembangan sentra pengolahan dan pemasaran produk-produk hasil perikanan yang berdaya saing dipasar domestik dan ekspor; (11) masih rendahnya kesadaran nelayan maupun para pelaku usaha perikanan tentang perijinan usaha Perikanan; (12) masih rendahnya mutu produk hasil perikanan akibat kesalahan dalam penanganan hasil perikanan; (13) kurangnya sarana dan prasarana LPPMHP sebagai laboratorium pengujian dan pengawasan mutu hasil perikanan; dan (14) masih rendahnya kemampuan dan ketrampilan pengolah hasil perikanan.

Pertanyaan yang dapat ditujukan dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah yaitu terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB), sosial, ekologi, eksternalitas, tenaga kerja dan distribusi pendapatan.

(32)

perikanan terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, yang dirumuskan antara lain bagaimana :

(1). Pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap kinerja usaha perikanan tangkap,

(2). Pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap kinerja industri pengolahan,

(3). Pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah,

(4). Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap lingkungan usaha perikanan,

(5). Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kinerja usaha perikanan tangkap,

(6). Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kinerja industri pengolahan,

(7). Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kebijakan pemerintah daerah,

(8). Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah,

(9). Pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap lingkungan usaha perikanan,

(10). Pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap kinerja usaha perikanan tangkap,

(11). Pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap kinerja industri pengolahan,

(12). Pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah,

(13). Pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap terhadap kinerja kinerja industri pengolahan,

(14). Pengaruh kinerja industri pengolahan terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah,

(15). Pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah,

(33)

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan dan kinerja sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah, sedangkan secara khusus, tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Menganalisis peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah. 2. Menganalisis pengaruh antara lingkungan usaha perikanan, kebijakan

pemerintah pusat, kebijakan pemerintah daerah, kinerja usaha perikanan tangkap, kinerja industri pengolahan dan tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah.

3. Menganalisis faktor-faktor dominan yang berpengaruh pada hubungan antara lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah pusat, kebijakan pemerintah daerah, kinerja usaha perikanan tangkap dan kinerja industri pengolahan dan tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah.

4. Merumuskan kebijakan yang tepat dalam usaha untuk meningkatkan pembangunan perikanan di Jawa Tengah.

1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi wilayah Provinsi Jawa Tengah secara agregat dengan fokus penelitian pada peranan sektor perikanan dan menganalisis hubungan yang terbentuk antara lingkungan usaha perikanan (internal, industri dan eksternal), kebijakan pemerintah (pusat dan daerah), kinerja sektor perikanan (kinerja usaha perikanan tangkap, dan kinerja industri pengolahan) dan tujuan pembangunan perikanan, serta faktor-faktor yang dominan dalam pembentukan hubungan tersebut. Untuk menjawab bagaimana peranan sektor perikanan digunakan Model Input Output yang mendasarkan analisisnya pada Tabel Input Output Jawa Tengah hasil up dating tahun 2007, sedangkan model Structural Equation Model (SEM), digunakan untuk mengetahui hubungan yang rumit serta faktor yang dominan antara lain pada kinerja usaha perikanan tangkap, kinerja industri pengolahan, lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah, kebijakan pemerintah pusat dan tujuan pembangunan perikanan.

(34)

Output yang digunakan adalah 19x19 sektor tahun 2007 yang merupakan tabel IO hasil up dating dengan metode RAS dengan dasar Tabel IO tahun 2004. Model Input output ini memiliki keterbatasan dalam analisis, antara lain (1) mengabaikan adanya substitusi input, (2) adanya anggapan hubungan input-output yang linear, (3) perekonomian dianggap statis, dan (3) harga dianggap konstan dan (4) Model IO Jawa Tengah tahun 2004 merupakan IO wilayah tunggal, sehingga tidak dapat memotret bagaimana terjadinya keterkaitan antara wilayah Jawa Tengah dan wilayah yang lain.

Walaupun tabel IO memiliki keterbatasan, nilai kelebihan dari model IO yang menjadi pertimbangan utama mengapa model tersebut di pilih dalam studi ini, yakni : (1) model IO mampu menggambarkan secara komperhensif perekonomian suatu daerah, (2) Model IO memberikan suatu kerangka kerja yang dapat menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian wilayah, dan (3) IO dapat menjelaskan keterkaitan ekonomi diantara seluruh kegiatan pembangunan hanya dalam satu kesatuan model matriks yang terintegrasi.

Penggunaan Model Persamaan Struktural (Structural Equation Model

(35)

2.1 Model Input Output

Adanya integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antara semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. Dalam ekonomi pasar, integrasi ekonomi dapat dilihat ketika terjadi interaksi antara pelaku ekonomi yang saling jual beli input produksi. Misalkan perusahaan pengalengan ikan tuna membutuhkan input ikan tuna sebagai bahan bakunya, untuk itu ia harus membelinya dari nelayan di TPI atau tempat lainnya. Adapun nelayan jika ingin meningkatkan outputnya sangat membutuhkan sarana kapal yang diproduksi oleh perusahaan pembuat kapal maupun alat tangkap. Sementara itu perusahaan pembuat kapal maupun pembuat alat tangkap tersebut membutuhkan bahan baku berupa kayu, besi maupun modal dari perbankan. Begitu seterusnya, sehingga sulit bagi kita untuk menemukan ujung pangkal dari cerita interaksi ekonomi semacam itu. Namun yang pasti, tidak mungkin suatu sektor ekonomi tersebut bisa berkembang hanya dengan mengandalkan kekuatannya sendiri.

2.1.1 Konsep model input output

Salah satu model yang bisa memaparkan dengan jelas bagaimana interaksi antar pelaku ekonomi itu terjadi adalah model input-output yang pertama kali diperkenalkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an, yang kemudian mendapat hadiah Nobel pada tahun 1973 (Miller dan Blair 1985). Tabel input output sebagai suatu perangkat data atau tabel transaksi yang komprehensif, konsisten dan terinci yang menggambarkan hubungan supply dan demand antar berbagai sektor dalam suatu wilayah perekonomian baik negara, wilayah maupun daerah yang lebih kecil (Arief 1993; BPS 1995; Nazara 1997; Arsyad 1999; Mangiri 2000). Dengan digunakan Tabel Input Output Jawa Tengah tahun 2007 hasil up dating

sebagai basis analisis, diharapkan dapat memberikan gambaran aktivitas perekonomian Jawa Tengah secara menyeluruh dapat diketahui, serta hubungan antara satu sektor dengan sektor yang lain dapat tertangkap.

(36)

sektor yang lain dan secara keseluruhan, (4) perubahan struktur perekonomian antar waktu, dan (5) penentuan sektor-sektor unggulan pada daerah tertentu .

Model I-O (input-output) ini dapat menunjukkan seberapa besar aliran keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian. Input produksi dari sektor 1 merupakan output dari sektor 2, dan sebaliknya input dari sektor 2 merupakan output dari sektor 1, yang pada akhirnya keterkaitan antar sektor akan menyebabkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan dalam perekonomian tersebut. Dari hubungan ekonomi yang sederhana ini menunjukkan pengaruh yang bersifat timbal balik antara dua sektor tersebut. Hubungan inilah yang dikatakan hubungan input-output.

2.1.2 Model Dasar Input Output

Melalui model I-O kita bisa menelusuri kemana saja output dari suatu sektor itu didistribusikan, dan input apa saja yang digunakan oleh sektor tersebut. Dengan memodifikasi model input-output West (1995) kita bisa membentuk alur distribusi terbentuknya suatu model I-O secara sederhana, khususnya jika dilihat dari sisi permintaan (demand-driven), seperti yang disajikan dalam Gambar 1.

(37)

Dalam hubungannya dengan input perpindahan barang antar sektor seperti output dari sektor i akan terdistribusi ke sektor j yang digunakan sebagai input antara. Selain itu bisa juga distribusi input antara tersebut dari sektor i ke sektor i itu sendiri, yang disebut perpindahan intrasektor. Namun demikian, input yang digunakan dalam suatu proses produksi bukan hanya berupa input antara. Ada pula input-input lainnya yang digunakan seperti faktor produksi tenaga kerja, modal, tanah, dan lain-lain, dimana semuanya ini digolongkan sebagai input primer. Pada model I-O biasanya input primer ini direfleksikan melalui upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung, dan subsidi. Selain input yang berasal dari dalam negeri, ada juga input yang berasal dari luar negeri. Karena itu model I-O juga memasukkan komoditi impor dalam distribusi input-nya.

Seperti nilai uang arus barang dari sektor i ke sektor j kita notasikan

zij, kemudian total output dari sektor i dinotasikan Xi, sedangkan total

permintaan akhir dari sektor i adalah Yi, maka dapat kita tuliskan total

output dari sektor i sebagai berikut :

[image:37.596.141.529.89.373.2]

Xi = zi1 + zi2 + zi3 + . . . + zin + Y1 ... [1]

Gambar 1 Model sederhana input output (West 1995)

Teknologi

Permintaan Antara Permintaan Akhir

Permintaan Akhir Lainnya

Konsumen Rumah Tangga

Total Permintaan

Input Primer

(38)

Oleh karena dalam perekonomian terdapat n sektor produksi, maka secara keseluruhan kita bisa tuliskan total output semua sektor adalah : X1 = z11 + z12 + z13 + . . . + z1n + Y1

X2 = z21 + z22 + z23 + . . . + z2n + Y2

:

Xi = zi1 + zi2 + zi3 + . . . + zin + Yi ………..[2]

:

Xn = zn1 + zn2 + zn3 + . . . + znn + Yn

Dalam bentuk umum persamaan [2] dapat ditulis sebagai berikut :

i i n

1 j

ij

Y

X

z

+

=

=

untuk i = 1, 2,3 ... [3]

[image:38.596.128.512.87.688.2]

Misalkan dalam suatu perekonomian terdapat tiga sektor produksi saja yaitu sektor 1, sektor 2 dan sektor 3, ini berarti berdasarkan persamaan [2] di atas kita bisa membuat suatu kerangka dasar tabel I-O sebagai berikut.

Tabel 1 Kerangka dasar tabel I-O untuk tiga sektor

Sektor Produksi Output

Input 1 2 3

Permintaan Akhir

Total Output

1 z11 z12 z13 Y1 X1

2 z21 z22 z23 Y2 X2

Sektor Produksi

3 z31 z32 z33 Y3 X3

Input Primer V V1 V2 V3

Total Input X X1 X2 X3

Sumber : Miller dan Blair (1985)

(39)

Untuk baris pertama pada sektor produksi 1, kita bisa membacanya secara horisontal bahwa besarnya output sektor produksi 1 adalah X1

dimana dari total output tersebut sebagian dialokasikan untuk memenuhi permintaan input antara pada sektor 1 sebesar z11, sektor 2 sebesar z12,

dan sektor 3 sebesar z13, selain itu sebagian juga untuk memenuhi

permintaan akhir sebesar Y1. Demikian pula untuk baris-baris lainnya,

dibaca demikian. Secara keseluruhan distribusi output tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut :

z11 + z12 + z13 + Y1 = X1

z21 + z22 + z23 + Y2 = X2 .. ...[4]

z31 + z32 + z33 + Y3 = X3

Secara umum persamaan-persamaan di atas dapat dituliskan kembali menjadi :

i i 3

1 j

ij

Y

X

z

+

=

=

untuk i = 1, 2,3 ... [5]

dimana zij adalah banyaknya output sektor i yang dialokasikan sebagai

input antara pada sektor j, Yi adalah jumlah permintaan akhir terhadap

sektor i.

Sedangkan isi sel menurut garis vertikal (kolom) menggambarkan distribusi pemakaian input antara dan input primer pada suatu sektor produksi. Sebagai contoh total input X1 jika dibaca secara kolom

menunjukkan bahwa jumlah input yang digunakan oleh sektor produksi 1 adalah sebanyak X1 yang terdiri atas pemakaian input dari sektor 1

sebesar z11, sektor 2 sebesar z21, dan sektor 3 sebesar z31, serta

pemakaian input primer sebesar V1. Semua distribusi input ini bisa juga

dibuat dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut : z11 + z21 + z31 + V1 = X1

z12 + z22 + z32 + V2 = X2 ……… [6]

z13 + z23 + z33 + V3 = X3

atau secara umum persamaan-persamaan di atas diubah menjadi :

j j 3

1 i

ij

V

X

z

+

=

=
(40)

dimana zij adalah banyaknya input antara yang berasal dari sektor i yang

digunakan oleh sektor j, sedangkan Vj menunjukkan jumlah input primer

yang digunakan oleh sektor j.

Dari persamaan [7] kita bisa mengintroduksikan suatu koefisien input teknik aij dengan rumus :

j ij ij

X

z

a

=

... [8]

Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah input sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j. Untuk jumlah sektor sebanyak n, seluruh koefisien input aij dapat dinyatakan dalam

sebuah matriks A sebagai berikut :

=

nn n2 n1 2n 22 21 1n 12 11

a

a

a

a

a

a

a

a

a

A

K

M

O

M

M

K

K

... [9]

Matriks A sering disebut matriks koefisien input atau matriks teknologi. Selanjutnya, karena persamaan [9] bisa diubah menjadi : zij =

aij Xj , serta dengan ketentuan bahwa Xj = Xi , maka persamaan [2] dapat

ditulis kembali dalam sistem persamaan berikut ini. X1 = a11 X1 + a1 2 X2 + a13 X3 + . . . + a1n Xn + Y1

X2 = a21 X1 + a22 X2 + a23 X3 + . . . + a2n Xn + Y2

: ... [10] :

Xn = an1 X1 + an2 X2 + an3 X3 + . . . + an n Xn + Yn

Kemudian, jika sisi kanan dalam persamaan [10] semuanya dipindahkan ke kiri, kecuali Y, diperoleh sebuah sistem persamaan : X1 - a1 1 X1 - a12 X2 - a13 X3 - . . . - a1n Xn = Y1

X2 - a2 1 X1 - a22 X2 - a23 X3 - . . . - a2n Xn = Y2

: ... [11] :

Xn - an 1 X1 - an2 X2 - an3 X3 - . . . - ann Xn = Yn

(41)

(1 - a11 )X1 - a12 X2 - a13 X3 - . . . - a1 n Xn = Y1

- a21 X1 + (1 - a22 )X2 - a2 3 X3 - . . . - a2n Xn = Y2

: ... [12] :

- an1 X1 - an2 X2 - an3 X3 - . . . + (1 - ann )Xn = Yn

Sistem persamaan [12] dapat dituliskan dalam notasi matriks yang lebih sederhana lagi sebagai berikut :

(I – A) X = Y ……….[13] yang mana I adalah matriks identitas berukuran n x n, A merupakan matriks koefisien input, sedangkan X dan Y masing-masing menunjukkan vektor kolom matriks output dan permintaan akhir. Persamaan matriks [13] dapat kita ubah bentuknya menjadi :

X = (I–A)- 1 Y ... [14]

dimana matriks (I – A)-1 dikenal dengan nama matriks invers Leontief. Kekuatan peramalan model input output adalah terletak pada matriks invers Leontief ini. Dengan matriks tersebut kita dapat meramalkan perubahan setiap variabel eksogen dalam permintaan akhir, seperti pengeluaran pemerintah, terhadap sistem perekonomian secara simultan. Matriks invers Leontief (I – A)-1 juga banyak memberikan banyak informasi tentang dampak keterkaitan antar sektor produksi, diantaranya

backward linkage effect (dampak keterkaitan ke belakang) dan forward linkage effect (dampak keterkaitan ke depan).

2.1.3 Pengembangan model input output versi Miyazawa

(42)

pendapatan yang merupakan bagian dari upah dan gaji (yang masuk pada tabel IO di kuadran II atau input primer) akan membutuhkan keseimbangan baru pada tabel IO hasil modifikasi tersebut. Dengan masuknya nilai pendapatan tersebut pada analisis nantinya akan dapat diketahui distribusi pendapatan per sektor ekonomi, termasuk sektor perikanan.

Matriks Miyazawa dirumuskan sebagai berikut :





=









=





g

f

Y

X

V

C

A

Y

X

0

... [15] Untuk blok matriks ukuran 2x2 dari Matriks Miyazawa sebagai berikut :





0

V

C

A

... [16]

Sehingga invers matriks Miyazawa dapat dirumuskan : B (M) = (I – M)-1

=

=





 +

=













K

KVB

BCK

BCKVB

B

I

VB

B

K

I

I

BC

I

0

0

0

0

=





+

=









∆





C

V

I

VB

C

I

C

I

I

I

V

I

0

0

0

0

... .[17]

Dimana B= ( I-A)-1 adalah invers matriks Leontief antar industri, dan L = VBC adalah koefisien matriks antar golongan pendapatan.

K adalah hubungan pada multiplier pendapatan Miyazawa atau secara umum Multiplier Keynesian, dirumuskan sebagai berikut :

K = (I –L)-1 = (I – VBC)-1 = I + V ? C

Untuk ? adalah perluasan inverse Leontief .

? = ( I – A - CV) - 1 = B + BCKVB ... [18] Sehingga persamaan dasar dari persamaan pendapatan pada pemegang modal adalah :

V ? = KVB ... [19] ? C = BCK ... [20]

2.1.4 Pemuktahiran matriks input-output dengan metode RAS

(43)

dilakukan, seperti backward linkage, forward linkage, dan multiplier sebagaimana yang telah disampaikan di atas. Satu-satunya cara untuk membuat matriks koefisien input hanyalah melalui matriks transaksi ekonomi, dengan kata lain matriks koefisien input hanya bisa dibuat apabila telah tersedia matriks transaksi ekonomi.

Untuk mendapatkan matriks transaksi ekonomi diperlukan survei yang besar yang melibatkan semua aspek kegiatan ekonomi, seperti survei rumah tangga, survei tenaga kerja, survei industri, survei pasar, survei produksi, survei perdagangan, dan sebagainya dengan biaya yang besar. Demikian pula dengan sumberdaya manusia yang mengerjakannya, haruslah memadai dan memenuhi syarat baik itu dari sisi jumlah maupun kualitas.

Dari berbagai macam kegiatan survei yang harus dilakukan di atas, bisa dikatakan bahwa pembuatan matriks transaksi ekonomi untuk kepentingan analisis I-O tidak dapat dilakukan dengan mudah dalam suatu perekonomian. Oleh karena itu sangatlah sulit untuk mempublikasikan tabel transaksi ekonomi atau tabel I-O hasil survei secara nasional maupun regional dalam jangka waktu yang sangat pendek, misalkan tahunan. Contohnya untuk negara Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) selama ini hanya bisa mempublikasikan tabel I-O nasional dalam interval waktu lima tahunan. Sama halnya dengan tabel I-O regional yang dikeluarkan oleh setiap daerah, jarak waktu publikasi tabel I-O hasil survei juga setiap lima tahun sekali. Bahkan untuk sebagian daerah tingkat kabupaten, banyak yang belum pernah membuat tabel I-O.

Oleh karena adanya faktor-faktor kendala yang dihadapi, menyebabkan analisis I-O sering dilakukan dengan asumsi yang statis. Asumsi inilah yang akhirnya menambah lagi satu kelemahan dari analisis I-O. Sifat statis yang dipakai dalam analisis I-O ini direfleksikan dengan menganggap teknologi tidak berubah sepanjang waktu perencanaan.

(44)

dari Cambridge University pada tahun 1961 (Miller dan Blair, 1985). Metodenya dikenal dengan nama RAS.

RAS adalah sebuah nama rumus matriks yang dikembangkan oleh Richard Stone, dimana R dan S adalah matriks diagonal berukuran n x n, dan A adalah matriks berukuran n x n yang menunjukkan banyaknya sektor industri. Andaikan kita ingin menaksir elemen matriks A pada periode t, atau At, serta diketahui elemen matriks A pada periode t = 0, atau A(0), maka A(t) dapat ditaksir dengan menggunakan rumus :

A(t) = R . A(0) . S ... [21]

Elemen matriks A disebut sebagai koefisien teknologi (koefisien input). Tingkat perubahan koefisien teknologi pada dua periode yang berbeda diwakili oleh elemen matriks R dan S. Elemen matriks diagonal R mewakili efek subsitusi teknologi yang diukur melalui penambahan jumlah permintaan antara tiap output sektor-sektor industri. Kemudian elemen matriks diagonal S menunjukkan efek perubahan jumlah input pada tiap sektor industri (Miller dan Blair, 1985).

Berdasarkan persamaan [8] sebelumnya bisa ditunjukkan bahwa matriks koefisien teknologi A dapat ditentukan dengan persamaan matriks :

( )

−1

=

= Z X

X Z

A ... [22]

sedangkan matriks transaksi :

Z = A X ... [23]

Oleh karena untuk suatu perekonomian yang terdiri atas n sektor produksi mempunyai matriks transaksi Z berdimensi n x n, dan matriks vektor X berdimensi n x 1, maka untuk dapat menghitung matriks teknologi A dibutuhkan informasi sebanyak n2+n.

Miller dan Blair (1985) menjelaskan pada prinsipnya prosedur RAS tersebut berupaya menghasilkan matriks koefisien teknologi pada tahun ke-1 [A(1)], berdasarkan informasi matriks koefisien teknologi pada tahun ke-0 [A(0)], tanpa harus memiliki informasi sebanyak n2+n = n(n+1). Informasi yang

dibutuhkan pada tahun ke-1 untuk mendapatkan matriks koefisien teknologi A(1) hanyalah sebanyak 3n informasi, yaitu : (1) total gross output Xi

Gambar

Gambar 1 Model sederhana input output  (West  1995)
Tabel 1  Kerangka dasar tabel I-O untuk tiga sektor
Tabel 3 Goodness of fit creation index pada structural equation model
Gambar 2 Modifikasi agro based industry cluster (ABIC) (Porter 1990 dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Asisten Deputi Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Oto , Deputi Bidang Hukum

Tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk menjawab pertanyaan pada rumusan permasalahan yaitu (i) menganalisis tingkat efisiensi relatif puskesmas di Kabupaten Bogor

Supervisi adalah aktivitas menentukan kondidi atau syarat-syarat yang essensial Supervisi adalah aktivitas menentukan kondidi atau syarat-syarat yang essensial yang

Jadi respirasi seluler adalah proses perombakan molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi produk  limbah yang berenergi lebih rendah (proses katabolik) 

Keadaan ini berhubungan dengan nilai bahan organik tanah dan produktivitas primer perairan Rawapening yang menunjukkan bahwa perairan tersebut mempunyai tingkat kesuburan

Prinsip kerja dari simulasi ini yaitu dari hasil pengkodingan program yang telah di buat sebelumnya sesuai dengan teori dengan menggunakan matlab jenis GUI dan

Yang pal- ing terpenting adalah bahwa seorang bapak dan ibu adalah seorang teladan yang pertama bagi anak-anaknya yang patut kita tiru dalam pembentukan kepribadian,

Dalam hal ini, perlu adanya lokasi penelitian yang telah menerapkan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di luar kelas dengan baik, seperti SMP Insan Cendekia