• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di klinik bersalin Bersama Medan tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di klinik bersalin Bersama Medan tahun 2013"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI TERHADAP PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI DI KLINIK

BERSALIN BERSAMA MEDAN TAHUN 2013

ELPI RAPIKA RAHMI TANJUNG 125102155

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan

bayi di klinik Bersalin Bersama Medan Tahun 2013

ABSTRAK

Elpi Rapika Rahmi Tanjung

Latar belakang : Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta – juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta hurufpun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironisnya, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan.

Tujuan penelitian : untuk mengidentifikasi hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi.

Metodelogi : penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36 orang. Teknik pengambilan sampel dengan adalah total sampling. Analisa yang digunakan adalah uji t-dependent. Penelitian ini dilakukan di klinik bersalin Bersama Medan.

Hasil : hasil penelitian menunjukkan dari 36 responden mayoritas responden memiliki jenis kelamin perempuan 58,3%, mayoritas responden merupakan anak pertama 44,4%, mayoritas umur ibu 20-35 tahun 100 %, mayoritas pendidikan ibu adalah SMA 94,4%, mayoritas pekerjaan ibu adalah IRT 86,0%, dan mayoritas paritas ibu adalah ibu yang memiliki 1 orang anak 44,4%. Mayoritas frekuensi pemberian ASI dalam 24 jam adalah 9 kali 75%. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi (nilai P=0,000).

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa frekuensi pemberian ASI dapat meningkatkan berat badan bayi. Jadi frekuensi pemberian ASI dapat digunakan sebagai intervensi untuk meningkatkan berat badan bayi.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR. ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Perumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan umum ... 5

2. Tujuan khusus ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A.ASI ... 8

1. Defenisi ASI ... 8

2. Manfaat ASI ... 8

3. Frekuensi pemberian ASI ... 11

4. Tanda bayi cukup ASI ... 12

B.Pertumbuhan bayi baru lahir ... 12

1. Defenisi pertumbuhan bayi baru lahir ... 12

2. Pertumbuhan selama masa bayi ... 12

3. Berat badan bayi baru lahir ... 13

4. Pola pertambahan berat badan bayi ... 14

5. Pertumbuhan bayi yang mendapat ASI ... 14

BAB III KERANGKA KONSEP ... 17

A.Kerangka konsep ... 17

B.Hipotesis ... 17

C.Defenisi Operasional ... 18

BAB IV METODE PENELITIAN ... 19

A.Desain penelitian ... 19

(5)

1. Populasi ... 20

2. Sampel ... 20

C.Tempat penelitian ... 20

D.Waktu penelitian ... 21

E. Etika penelitian ... 21

F. Alat pengumpulan data ... 21

G.Validitas dan reabilitas ... 22

H.Prosedur pengumpulan data ... 22

I. Rencana analisis data ... 23

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………. 25

A.Hasil ... 25

1. Analisa Univariat ... 25

2. Analisa Bivariat ... 28

B.Pembahasan ... 29

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 29

a. Frekuensi pemberian ASI………... 29

b. Hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan 29

2. Keterbatasan penelitian ... 31

3. Implikasi untuk pendidikan kebidanan ... 31

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

A. Kesimpulan ... 33

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kenaikan Berat Badan Anak Pada Tahun

Pertama Kehidupan ... 15 Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik responden

di Klinik Bersalin Bersama Medan tahun 2013 ... 26

Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan berat badan lahir bayi di

Klinik Bersalin Bersama Medan Tahun ... 27

Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan berat badan bayi setelah pemberian ASI di klinik bersalin Berama Medan

Tahun 2013 ... 27 Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan frekuensi pemberian ASI selama

24jam di Klinik Bersalin Bersama Medan

Tahun 2013 ... 27

Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan berat badan sebelum dan sesudah pemberian ASI di Klinik Bersalin Bersama Medan

Tahun 2013 ... 28

Tabel 5.6. Hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi terhadap penambahan berat

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Kerangka Konsep ... 17 Gambar 4.1. Rancangan Penelitian Pretest-Posttest Design tentang Hubungan

Frekuensi Pemberian ASI terhadap Penambahan Berat

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Persetujuan Menjadi Reponden

Lampiran 2: Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 3: Lembar Observasi

Lampiran 4: Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5 : Master Data Penelitian

Lampiran 6: Hasil Print Out Penelitian

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“ Hubungan pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di klinik bersalin Bersama Medan tahun 2013”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah dapat menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan berharga dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Juliani SST,MARS, selaku dosen pembimbing Akademik yang telah memberikan nasihat dan arahannya kepada penulis.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV bidan pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan moril maupun materil kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

(10)

Peneliti menyadari atas kekurangan dari karya tulis ilmiah ini, peneliti memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk melakukan koreksi dan kritik untuk kesempurnaan laporan ini, semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2013 Penulis

(11)

Hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan

bayi di klinik Bersalin Bersama Medan Tahun 2013

ABSTRAK

Elpi Rapika Rahmi Tanjung

Latar belakang : Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta – juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta hurufpun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironisnya, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan.

Tujuan penelitian : untuk mengidentifikasi hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi.

Metodelogi : penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36 orang. Teknik pengambilan sampel dengan adalah total sampling. Analisa yang digunakan adalah uji t-dependent. Penelitian ini dilakukan di klinik bersalin Bersama Medan.

Hasil : hasil penelitian menunjukkan dari 36 responden mayoritas responden memiliki jenis kelamin perempuan 58,3%, mayoritas responden merupakan anak pertama 44,4%, mayoritas umur ibu 20-35 tahun 100 %, mayoritas pendidikan ibu adalah SMA 94,4%, mayoritas pekerjaan ibu adalah IRT 86,0%, dan mayoritas paritas ibu adalah ibu yang memiliki 1 orang anak 44,4%. Mayoritas frekuensi pemberian ASI dalam 24 jam adalah 9 kali 75%. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi (nilai P=0,000).

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa frekuensi pemberian ASI dapat meningkatkan berat badan bayi. Jadi frekuensi pemberian ASI dapat digunakan sebagai intervensi untuk meningkatkan berat badan bayi.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perempuan mendapat anugerah Tuhan untuk dapat mengandung, melahirkan,dan menyusui. Kodrat yang diberikan kepada perempuan ini ditandai oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk tempat tumbuh kembang janin selama didalam kandungan, dan payudara untuk dapat menyusui anak ketika sudah dilahirkan di dunia. Semua perempuan berpotensi untuk menyusui anaknya, sama dengan potensi untuk mengandung dan melahirkan (Perinasia. 2004.hlm.1).

Tidak semua perempuan dapat memahami dan menghayati kodratnya sebagai perempuan. Faktor penyebabanya yaitu karena pengetahuan yang kurang memadai, atau persepsi yang keliru tentang payudara dan menyusui, pemahaman yang kurang tentang peran dan fungsi sebagai seorang ibu, payudara tidak dilihat sebagai perangkat untuk menyusui anakanya. Akibatnya air susu ibu (ASI) menjadi terbuang percuma karena tidak dimanfaatkan dengan baik. Ibu lebih suka menggunakan susu formula padahal manfaat ASI sampai sekarang belum ada tandingannya (Perinasia. 20004.hlm.1).

(13)

pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironisnya, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan (Roesli. 2000.hlm.2).

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibunya maupun masalah yang terjadi pada bayinya. Sebagian besar ibu yang tidak paham dengan masalah ini menganggap kegaglan menyusui sering dianggap problem pada anaknya. Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca perasalinan dini, dan masa persalinan lanjut. Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi bingung putting atau sering menangis. Karena hal tersebut ibu dan keluarga sering mempresentasikan bahwa ASI tidak tepat bagi bayinya (Perinasia. 2004.hlm.16).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI secara ekslusif sekurangnya selama usia 6 bulan pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain dan rekomendasi serupa juga didukung oleh American Academy of Pediatrics (AAP), Academy Of Breastfeeding Medicine, demikian pula oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDAI. 2010.hlm.108).

(14)

telah cukup menunjang pembaharuan defenisi ASI ekslusif menjadi, ASI saja sampai usia sekitar 6 bulan (Roesli. 2000.hlm.3).

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1997 sampai 2003, diketahui bahwa angka pemberian ASI ekslusif turun dari 49% menjadi 39%, sedangkan penggunaan susu formula meningkat tiga kali lipat (Prasetyono. 2012.hlm.23).

Hasil SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) 2007 adalah sebanyak 44% bayi baru lahir di Indonesia mendapat ASI dalam 1 jam setelah kelahiran dan 62% bayi mendapat ASI pada hari pertama. Proporsi anak yang diberi ASI pada hari pertama paling rendah yaitu 43% untuk bayi yang dilahirkan dengan pertolongan tenaga kesehatan, dan tertinggi 54% untuk bayi lahir tanpa pertolongan. Sebanyak 65% bayi mendapatkan makanan selain ASI sejak dini. Hanya 32% bayi di Indonesia mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan (IDAI. 2010.hlm.147).

Berat badan bayi meningkat secara tidak teratur, terutama pada bayi yang disusui. Rata – rata, peningkatan berat badan bayi berkisar pada 150 – 200 gr per minggu, dan biasanya melambat setelah usia 3 bulan, kemudian menjadi lebih lambat lagi setelah 6 bulan. Ada waktu yang tepat bagi bayi untuk mengalami dorongan pertumbuhan yang cepat dan kenaikan berat badan (Khasanah. 2011.hlm.21).

(15)

kuisioner yang dibagikan kepada respoden. Dari hasil penelitian di peroleh bayi yang mempunyai kenaikan berat badan mayoritas 19 jiwa (63.3%) dan minoritas bayi yang tidak mempunyai kenaikan berat badan berjumlah 11 jiwa (33.7%). Dari data di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa mayoritas ibu yang memberikan ASI eksklusif mempunyai kenaikan berat badan pada bayi 0-6 bulan. Berdasarkan penelitian di atas di simpulkan bahwa sebagian besar ibu yang memberikan ASI eksklusif mempunyai kenaikan berat badan pada bayi nya, dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di karenakan kurangnya memdapatkan sumber informasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Budiaman. A (2009) di Desa Urban kepada 221 orang bayi yang terdiri dari 110 orang bayi yang diberi ASI ekslusif dan 111 orang bayi yang diberi makanan tambahan ASI. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi ekspermental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan bayi usia 0-4 bulan berdasarkan berat badan bayi yang diberi ASI ekslusif dengan bayi yang diberi makanan pendamping ASI.. Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat pertambahan berat badan bayi yang diberi ASI ekslusif sampai 4 bulan, pertambahan berat badan yang terjadi sampai 0,14kg per bulan sedangkan pada bayi yang diberi makanan pendamping ASI terjadi penambahan berat badan hanya 0,12 kg per bulan. Dapat disimpulkan bahwa berat badan bayi yang diberi ASI ekslusif lebih besar penambahan berat badan yang terjadi dibanding dengan bayi yang diberi makanan pendamping ASI.

(16)

dari satu jam (< 1 jam) setelah bayi lahir adalah hanya berkisar 29,3%, tertinggi di Nusa Tenggara Timur 56,2% dan presentase terendah di Maluku 13,0%. Sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah lahir tetapi masih ada 11,1% proses mulai menyusui dilakukan setelah 48 jam.

Data yang diperoleh dari dinas kesehatan kabupaten di Sumatera Utara pada tahun 2010 dari 3116 sampel yaitu proses menyusui bayi dimulai dari usia bayi < 1jam setelah bayi lahir terdapat 20,2%, pada waktu 1–6 jam setelah bayi lahir proses menyusui terdapat 34%, 7-23 jam setelah bayi lahir terdapat 12%, pada waktu 24– 47 jam setelah bayi lahir terdapat 14,3%, sedangkan proses menyusui bayi yang dimulai ≥ 48 jam terdapat 19,5% (Riskesdas. 2010).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul hubungan frekuensi pemberian ASI ekslusif terhadap penambahan berat badan bayi di klinik bersalin Nurbaini Medan karena masih banyaknya ibu – ibu yang belum memberikan ASI secara ekslusif selama 6 bulan.

B. Perumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di Klinik Bersalin Bersama Medan pada tahun 2013.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

(17)

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi umur bayi, dan jenis kelamin bayi, paritas bayi di klinik bersalin Bersama Medan tahun 2013 b. Untuk mengidentifikasi frekuensi pemberian ASI di klinik Bersama Medan

tahun 2013

c. Untuk mengidentifikasi penambahan berat badan bayi yang diberi ASI di klinik Bersama Medan tahun 2013

d. Untuk mengidentifikasi hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di klinik Bersama tahun 2013

D. Manfaat penelitian

1. Bagi ibu menyusui

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi ibu menyusui untuk mengetahui frekuensi menyusui yang efektif bagi bayi dalam 24 jam terhadap peningkatan berat badan bayi.

2. Bagi Pelayanan kebidanan

Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu – ibu pasca bersalin dalam memberikan ASI pada bayi. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan untuk penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya ASI terhadap penambahan berat badan bayi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

(18)

4. Bagi peneliti

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI

1. Defenisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, yang berguna bagi makanan bayi (Khamzah. 2012.hlm.37).

ASI adalah makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. Bayi tidak diharapkan mendapatkan makanan tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, dan air putih. Bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, dan tim (Perinasia. 2004.hlm.3).

2. Manfaat ASI

Manfaat pemberian ASI adalah sebagai berikut : a. ASI sebagai nutrisi

(20)

ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia enam bulan. Setelah enam bulan, bayi harus mulai diberi makan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia dua tahun atau lebih ( Roesli. 2003.hlm.7). b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin (zat kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan tubuh cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada usia sekitar sembilan sampai dua belas bulan.

Bayi ASI ekslusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI ekslusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya disbanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat (Roesli.2000.hlm.8).

c. ASI baik bagi pertumbuhan emas otak bayi

Otak bayi membesar dua kali lipat dalam tahun pertama kehidupan. Sel – sel otak yang banyaknya empat belas miliar sel, tidak bisa tumbuh dan berkembang secara alami saja sehingga ia membutuhkan nutrisi, seperti lemak dan protein. Nutrisi yang paling bagus dan paling cocok adalah tiada lain adalah yang terdapat dalam ASI karena ASI sangat sempurna sebagai nutrisi bagi bayi.

(21)

pertumbuhan otak bayi. Makanan yang paling bagus dan dapat menunjang pertumbuhan otak bayi tidak ada selain ASI ( Khasanah. 2011.hlm.49).

d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Bayi akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Roesli. 2000.hlm.12).

e. ASI meringankan pencernaan bayi

Kondisi sistem pencernaan bayi pada bulan – bulan pertama belum berfungsi secara sempurna. Oleh karena itu, asupan nutrisi untuknya tidak boleh yang memberatkan kerja sisitem pencernaannya. ASI mengandung nutrisi lengkap, ASI juga dilengkapi dengan enzim – enzim yang membantu proses pencernaan sehingga meringankan kerja sisitem pencernaan bayi (Khasanah. 2011.hlm.51).

(22)

ASI ekslusif akan lebih cepat berjalan, menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan social yang baik. Demikianlah pemberian ASI ekslusif akan memenuhi kebutuhan awal bayi untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, kepandaian, emosional, spiritual, maupun sosialnya (Roesli. 2000.hlm.12).

3. Frekuensi pemberian ASI

Salah satu kegagalan menyusui adalah karena ibu membatasi lama dan frekuensi menyusui atau dengan kata lain menyusui dengan dijadwalkan. Petugas kesehatan dahulu sering menasehati ibu untuk menyusui dalam waktu sangat singkat, misalnya 2-3 menit pada beberapa hari pertama, dan 5 – 10 menit dihari – hari kemudian.

Menyusui bayi harus sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu sangat sering, namun pada usia 2 minggu frekuensi menyusu akan berkurang. Bayi sebaiknya disusui sesering mungkin dan selama bayi menginginkannya bahkan pada malam hari. Menyusui pada malam hari membantu mempertahankan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari. Bayi yang puas menyusu akan melepaskan payudara ibu dengan sendirinya, ibu tidak perlu menyetopnya (IDAI, 2008.hlm.29).

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) tidak menganjurkan pemberhentian pemberian ASI dan telah merekomendasikan pemberian ASI terus menerus yaitu minimal 8 – 10 kali dalam 24 jam (IDAI, 2010.hlm.71).

4. Tanda Bayi Cukup ASI

(23)

dalam sebulan dan telah melebihi berat lahir pada usia dua minggu. Dan bayi juga akan rileks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari payudara ibu (IDAI. 2008.hlm.29).

B. Pertumbuhan bayi baru lahir

1. Defenisi pertumbuhan bayi baru lahir

Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada bayi pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru, menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian sel ( Wong. 2008.hlm.109).

2. Pertumbuhan Selama Masa Bayi

Menurut Wong ( 2004) pertumbuhan selama masa bayi pada usia satu bulan penambahan berat 150 sampai 210 gram setiap minggu selama enam bulan pertama. Penambahan tinggi badan 2,5 cm setiap bulan selama enam bulan pertama. Peningkatan lingkar kepala sebesar 1,5 cm setiap bulan selama enam bulan pertama. Bayi pada usia dua bulan fontanel posterior menutup dan refleks merangkak akan hilang, pada usia tiga bulan refleks primitif menghilang, sedangkan pada usia empat bulan mulai merangkak dan refleks moro, tonik leher, dan rooting telah menghilang, bayi pada usia lima bulan memulai tanda – tanda pertumbuhan gigi dan berat badan lahir menjadi dua kali lipat.

(24)

Pada usia tujuh bulan pertumbuhan gigi insisi tengah atas, sedangkan pada usia delapan bulan mulai menunjukkan pola yang teratur dalam eliminasi kandung kemih dan defekasi, dan refleks parasut muncul. Pada usia sembilan bulan pertumbuhan gigi insisor lateral atas, mulai terjadi merangkak pada tangan dan lutut. Bayi dengan usia sepuluh bulan refleks labyrint- righting paling kuat bila bayi pada posisi telungkup atau telentang, bayi mampu mengangkat kepala. Pada usia sebelas bulan muncul gigi insisor lateral bawah. Sedangkan pada usia dua belas bulan partumbuhan berat badan bayi tiga kali dari berat badan lahir. Panjang lahir meningkat 50% sedangkan lingkar kepala dan lingkar dada sama ( lingkar kepala 46,5 cm), mempunnyai total gigi enam sampai delapan, fontanel anterior hampir menutup, refleks landau berkurang dan refleks babinski menghilang sedangkan kurva lumbar terbentuk, punggung terlihat lordosis selama berjalan.

3. Berat Badan Bayi Baru Lahir

Berat badan bayi baru lahir yang normal cukup bervariasi daripada tinggi badan dan hal tersebut merupakan pencerminan dari keadaan intauterin.. Rata – rata berat badan bayi baru lahir adalah 3175 sampai 3400 gram. Pada umumnya berat badan lahir menjadi dua kali lipat pada usia empat sampai tujuh bulan dan menjadi tiga kali lipat pada akhir tahun pertama. Pada akhitr tahun kedua berat badan biasanay menjadi empat kali lipat berat badan lahir. Laju penambahan berat badan normal sama halnya dengan pertumbuhan tinggi badan. Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat pertumbuhan yang stabil kira – kira 2 sampai 2,75 kg per tahun sampai pertumbuhan pada masa remaja ( Wong. 2008.hlm.112).

(25)

Tahun pertama kehidupan adalah masa pertambahan berat badan yang cukup pesat selain pada remaja. Pertambahan berat badan juga dapat digunakan sebagai indikator kondisi kesehatan bayi. Kurangnya pertambahan berat badan terkadang merupakan tanda bahwa bayi sakit, atau tidak makan dengan baik. Gizi yang kurang akan mempengaruhi kesehatannya di kemudian hari. Tetapi, kenaikan berat badan yang sehat merupakan tanda tumbuh dengan baik sehingga kemungkinan besar bayi sehat (Khasanah. 2011.hal.20).

5. Pertumbuhan Bayi Yang Mendapatkan ASI

Bayi yang mendapat ASI akan kembali ke berat badan lahir paling tidak pada usia dua minggu, dan tumbuh sesuai atau bahkan diatas grafik sampai usia tiga bulan. Penurunan berat badan bayi selama dua minggu pertama kehidupan tidak boleh melebihi 10 %. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah lebih lambat kembali ke berat badan lahir dibandingkan bayi yang dengan berat badan lahir normal (IDAI. 2010.hlm.228).

Menurut grafik pada kartu menuju sehat yang biasa dipakai, bayi yang mendapat ASI ekslusif akan tumbuh lebih lambat sebelum usia empat sampai enam bulan. Bayi yang mendapat susu formula akan tumbuh lebih cepat setelah enam bulan, dan seringkali hal ini dihubungkan dengan resiko obesitas di kemudian hari.

(26)

Bayi yang menyusu secara ekslusif mengalami peningkatan berat badan sebesar 0,014 sampai 0,028 kg atau lebih besar dalam satu hari, mengalami peningkatan berat badan yang lebih cepat pada awal bulan daripada berat badan yang ditunjukkan oleh bayi umumnya pada bagan pertumbuhan terstandarisasi. Hal ini disebabkan bagan pertumbuhan terstandarisasi mencantumkan kombinasi rata – rata pertumbuhan bayi yang mendapat susu formula, campuran susu formula dan ASI dan bayi yang medapat ASI (Cadwell. 2011.hlm.70).

[image:26.612.152.520.416.490.2]

Menurut Dewey et al (1992) di dalam Wong (2004) menunjukkan bahwa bayi yang menyusu secara ekslusif bertumbuh dengan cepat selama 3 bulan pertama kehidupan tetapi setelahnya dan sampai usia 18 bulan menunjukkan pola pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang lebih lambat.

Tabel 2.1

Kenaikan Berat Badan Anak Pada Tahun Pertama Kehidupan

Usia bayi Kenaikan berat badan

0 - 3 bulan 700 – 1000 gr/bulan

4 – 6 bulan 500 – 600 gr/ bulan

7 – 9 bulan 350 – 450 gr/bulan

10 – 12 bulan 250 – 350 gr/bulan

(27)
(28)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang diteliti. Kerangka konsep terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah penambahan berat badan bayi. Variabel independen pada penelitian ini adalah frekuensi pemberian ASI.

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi variabel independent dan variabel dependent dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di klinik bersalin Bersama Medan tahun 2013.

Frekuensi Pemberian ASI 8-10 kali

(29)

C. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Cara

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 1 Variabel independen Frekuensi pemberian ASI Ukuran jumlah putaran ulang pemberian ASI pada bayi di klinik bersalin

Bersama dalam 24 jam dan dalam durasi waktu 10 menit

Observasi - - -

2 Variabel dependent Penambahan berat badan bayi Penambahan bobot tubuh bayi yang diukur tanpa busana dengan menggunakan timbangan berat badan bayi di klinik bersalin Bersama Timbangan berat badan bayi merek Gea Peneliti mengukur langsung berat badan bayi

(30)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini adalah analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan pre-post tes yang dilakukan dengan memberikan penilaian terlebih dahulu pada subjek sebelum dilakukan intervensi setelah dilakukan intervensi maka subjek dinilai kembali.

[image:30.612.109.570.310.373.2]

Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian Pretest- Posttest Design Tentang Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Terhadap Penambahan Berat Badan Bayi

Keterangan :

X1 = Pre tes adalah pengukuran berat badan bayi yang pertama dilakukan sebelum diberikan ASI dalam 24 jam

X2 = Post test adalah pengukuran berat badan bayi yang terakhir dilakukan setelah diberikan ASI dalam 24 jam

I = Intervensi atau perlakuan yang diberikan yaitu pemberian ASI dalam 24 jam dan dalam durasi waktu 10 menit pada bayi

(31)

B. Populasi dan sampel

1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir yang ada di klinik bersalin Bersama Medan yang dicatat dari buku registrasi klinik bersalin Nurbaini tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah 36 orang bayi dari periode Maret sampai dengan Juni 2013.

2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan total sampling yaitu seluruh populasi yang ada dijadikan sampel penelitian dengan kriteria : bayi baru lahir lahir pervaginam, usia kehamilan 37- 40 minggu (aterem), berat badan lahir 2500 – 4000 gram, tidak menderita penyakit bawaan seperti diabetes militus (DM), dan kelainan kongenital seperti anencepali, dan penyakit jantung bawaan, diberi ASI saja. Sampel pada penelitian ini adalah 36 orang.

C. Tempat penelitian

(32)

D. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan September tahun 2012 sampai dengan bulan Juni tahun 2013.

E. Etika penelitian

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu program studi D- IV bidan pendidik dan Dekan fakultas keperawatan Sumatera Utara dan izin dari pimpinan klinik bersalin Bersama Medan. Dalam hal ini peneliti melaksanakan beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberikan penjelasan kepada responden peneitian tentang tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini, responden diberi kebebasan, artinya responden berhak menolak atau mengundurkan diri. Responden juga berhak mendapatkan keadilan atas tindakan dan tanpa adanya diskriminasi dari penelitian. Kerahasiaan catatan mengenai data responden di instrument penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data – data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Alat pengumpulan data

Alat penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang disusun berdasarkan literatur. Pengisian lembar observasi dilakukan oleh peneliti dengan melihat penambahan berat badan bayi yang diberi perlakuan.

(33)

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar observasi yang disusun berdasarkan literatur dan dikonsulkan kepada pembimbing serta timbangan berat badan bayi merek GEA yang ditera terlebih dahulu. Jadi tidak perlu dilakukan uji validitas dan uji reabilitas.

H. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan mengajukan permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik dan Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan permohonan izin kepada pimpinan Klinik Bersalin Bersama Medan.

Setelah mendapat izin peneliti melaksanakan penelitian. Setelah itu peneliti mencari calon responden yang sesuai dengan kriteria dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian ini dan meminta persetujuan calon responden yang ditemui peneliti pada saat penelitian untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent. Setelah responden menandatangi informed consent kemudian peneliti melakukan penelitian terhadap responden tersebut. Yaitu peneliti melakukan penimbangan berat badan pada responden. Setelah responden pulang dari klinik bersalin peneliti melanjutkan penelitian ke rumah responden dibantu oleh asisiten peneliti yaitu pegawai klinik Bersama dengan pendidikan D III kebidanan dan sudah bekerja selama 6 bulan untuk meminta informasi terhadap calon responden baru dengan cara menelpon peneliti dan membantu peneliti untuk datang ke rumah responden untuk melakukan penimbangan berat badan bayi pada saat usia bayi berumur 2 bulan.

(34)

pada subjek sebelum dilakukan intervensi dan setelah dilakukan intervensi maka subjek dinilai kembali. Pre test pada penelitian adalah menimbang berat badan bayi baru lahir dan mencatatnya di lembar observasi. Pada penelitian ini pendekatan post testnya yaitu hasil penimbangan berat badan yang terakhir yaitu pada penimbangan ke kedua dengan usia bayi 2 bulan kemudian peneliti mencatatnya dilembar observasi.

I. Analisis data

Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis data melalui beberapa tahapan, pertama editing untuk melakukan pengecekan kelengkapan data. Kemudian data yang akan diukur diberi koding untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data. Selanjutnya tabulating untuk mempermudah analisis data yang dimasukan ke dalam tabel. Selain itu mengentri data dalam komputer dan dilakukan didalam pengelolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yaitu pemeriksaan semua data kedalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan. Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program yang disesuaikan dengan langkah- langkah sebagai berikut :

1. Univariat

(35)

2. Bivariat

(36)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di klinik bersalin Bersama Medan tahun 2013 dengan jumlah responden sebanyak 36 orang.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat pada penelitian ini akan menggambarkan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Meliputi data yang bersifat kategori dicari frekuensi dan persentase. Data yang bersifat numerik dicari mean dan standar deviasinya. Analisis univariat ini bertujuan untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan berat badan lahir bayi, jenis kelamin bayi, anak ke, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan, paritas ibu.

(37)

Distribusi responden berdasarkan karakteristik responden

di Klinik Bersalin Bersama Medan tahun 2013 (n = 36)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Jenis kelamin Laki –laki Perempuan 15 21 41,7 58,3 Anak ke 1 2 3-5 16 14 6 44,4 38,9 16,7 Umur ibu

20-35 36 100

Pendidikan ibu SMA PT 34 2 94,4 5,6 Pekerjaan IRT Wiraswasta PNS Pegawai Swasta 31 2 1 2 86,0 5,6 2,8 5,6 Paritas

(38)

2 3-5

14 6

38,9 16,7

[image:38.612.130.527.70.127.2]

Hasil penelitian menunjukkan dari 36 responden di klinik Bersalin Bersama Medan, mayoritas responden memiliki berat badan lahir 3400 gram dengan frekuensi 7 orang (19,4 %) . Dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2

Distribusi berdasarkan berat badan lahir bayi di Klinik Bersalin

Bersama Medan Tahun 2013 (n=36)

(39)

Berat badan lahir 2600 gram 2700 gram 2800 gram 3000 gram 3200 gram 3300 gram 3400 gram 3500 gram 3600 gram 3700 gram 3900 gram 2 2 3 3 4 4 7 4 5 1 1 5,6 5,6 8,3 8,3 11,1 11,1 19,4 11,1 13,9 2,8 2,8

[image:39.612.161.505.94.415.2]

Hasil penelitian menunjukkan dari 36 responden di klinik bersalin Bersama Medan, menggambarkan berat badan bayi setelah pemberian ASI adalah 4900 gram, 5100 gram, dan 5400 gram dengan frekuensi 5 orang (13,9 %). Dapat dilihat dari tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3

Distribusi berdasarkan berat badan bayi setelah pemberian ASI 8-10 kali

selama 24 jam di Klinik Bersalin Bersama Medan Tahun 2013 (n=36)

Berat badan

setelah pemberian ASI

(40)

10 kali dalam 24 jam 4600 gram 4800 gram 4900 gram 5000 gram 5100 gram 5200 gram 5300 gram 5400 gram 5500 gram 5600 gram 5700 gram 6000 gram 6300 gram 2 3 5 1 5 4 4 5 1 1 3 1 1 5,5 8,3 13,9 2,8 13,9 11,1 11,1 13,9 2,8 2,8 8,3 2,8 2,8

[image:40.612.132.527.96.489.2]

Hasil penelitian menunjukkan dari 36 responden di klinik bersalin Bersama Medan, menggambarkan mayoritas frekuensi pemberian ASI yang dilakukan responden dalam 24 jam adalah 9 kali dalam 24 jam dengan frekuensi 27 orang (75%). Dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:

(41)

Distribusi responden berdasarkan frekuensi pemberian ASI selama 24

jam di Klinik Bersalin Bersama Medan Tahun 2013 (n=36)

Frekuensi

pemberian ASI

Frekuensi Persentase

Frekuensi 8 kali Frekuensi 9 kali Frekuensi 10 kali

6 27 3 16,7% 75 % 8,3%

[image:41.612.144.528.125.267.2]

Hasil penelitian menggambarkan rata-rata berat badan responden sebelum diberikan ASI adalah 3261,11 gram dengan standar deviasi 334,04 dan median 3350 gram. Berat badan terendah adalah 2600 gram dan berat badan tertinggi adalah 3900 gram. Sedangkan rata-rata berat badan bayi setelah pemberian ASI adalah 5219,44 gram dengan 95 % CI -2045,96 s/d -1870,70 . Berat badan terendah setelah pemberian ASI adalah 4600 gram dan berat badan tertinggi adalah 6300 gram. Dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4

Distribusi responden berdasarkan berat badan sebelum dan sesudah

pemberian ASI di Klinik Bersalin Bersama Medan Tahun 2013

Kelompok Mean SD 95 % CI Min - Maks Berat badan lahir

sebelum pemberian ASI

(42)

1870,70 Berat badan setelah 2

bulan pemberian ASI

5 219,44 3 77,07 4600 - 6300

2. Analisis bivariat

[image:42.612.119.531.526.634.2]

Hasil penelitian menggambarkan berat badan bayi sebelum pemberian ASI adalah 3261,11 gram dengan standar deviasi 334,047 gram. Rata-rata berat badan bayi sesudah pemberian ASI adalah 5219,44 gram, dengan standar deviasi 377,071 gram, dan diperoleh beda mean berat badan bayi sebelum dan sesudah pemberian ASI adalah 1958, 33. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi . Dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5

Perubahan Berat badan bayi sebelum dan sesudah pemberian ASI di

klinik bersalin Bersama Tahun 2013

Kelompok Mean SD Bed a Mean Nilai P n

Berat badan lahir sebelum pemberian ASI

3 261,11 3 34,047 195 8,33 0 ,000 3 6 Berat badan bayi

(43)

Pada pembahasan ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan membandingkan hasil penelitian ini dengan literature dan hasil penelitian lain.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Frekuensi pemberian ASI dalam 24 jam

Hasil penelitian mayoritas frekuensi pemberian ASI yang dilakukan oleh responden dalam 24 jam adalah 9 kali dalam 24 jam dengan frekuensi 27 orang (75 %).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwani dan Afidarti (2012) bahwa mayoritas frekuensi menyusui dalam kategori baik sebesar 75,0 % dengan jumlah pemberian ASI ±8-12 x per hari.

Menurut IDAI (2008) menyusui bayi harus sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu sangat sering, namun pada usia 2 minggu frekuensi menyusu akan berkurang. Bayi sebiknya disusui sesering mungkin dan selama bayi menginginkannya bahkan pada malam hari. Menyusui pada malam hari membantu mempertahnkan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari. Bayi yang puas menyusu akan melepaskan payudara ibu dengan sendirinya, ibu tidak perlu menyetopnya

Menurut IDAI (2010) American Academy of Pediatrics (AAP) tidak menganjurkan pemberhentian pemberian ASI dan telah merekomendasikan pemberian ASI terus menerus yaitu minimal 8 – 10 kali dalam 24 jam.

b. Hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi

(44)

< 0,05 ). Peningkatan berat badan bayi setelah mendapat ASI yaitu sebesar 2000 gram - 2400 gram selama 2 bulan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwani dan Afidarti (2012) diperoleh nilai signifikan p = 0,815> (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi menyusui dengan berat badan bayi selama proses menyusui pada ibu yang berkunjung di Poliklinik bersalin Mariani Medan. Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.

Menurut Dewey et al (1992) didalam Wong (2004) menunjukkan bahwa bayi yang menyusu secara ekslusif bertambah dengan cepat selama 3 bulan pertama kehidupan tetapi setelahnya dan sampai usia 18 bulan menunjukkan pola pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang lebih lambat. Dan pada usia 0-3 bulan kenaikan berat badan yaitu 700-1000 gram per bulan.. Hal ini dikarenakan bayi yang minum ASI lebih baik dikarenakan komposisi ASI yang sangat menunjang pertumbuhan anak.

(45)

dilihat saat bayi prematur diberikan ASI maka kenaikkan berat badan begitu cepat dan menambah imun pada tubuh bayi.

2. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan yang dihadapi dalam melaksanakan penelitian, hingga penyajian hasil. Hal ini disebabkan keterbatasan serta kemampuan yang dimiliki. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain meliputi ; keterbatasan waktu untuk memantau pemberian ASI terhadap responden, pengungkapkan ide serta pendapat yang kurang tepat, penggunaan data, tekhnik pengolahan data, serta analisa data yang kurang sempurna.

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Kebidanan

(46)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik demografi responden dapat digambarkan sebagai berikut: mayoritas responden memiliki jenis kelamin perempuan dengan frekuensi 21 orang (58,3%), mayoritas responden merupakan anak ke 1 dengan frekuensi 16 orang (44,4%), sedangkan mayoritas umur ibu 20-35 tahun dengan frekuensi 36 orang (100 %), mayoritas pendidikan ibu adalah SMA dengan frekuensi 34 orang (94,4%), mayoritas pekerjaan ibu adalah IRT dengan frekuensi 32 orang (86,0%), dan mayoritas paritas ibu adalah ibu yang memiliki1 orang anak dengan frekuensi 16 orang (44,4%).

2. Mayoritas responden memiliki berat badan lahir 3400 gram dengan frekuensi 7 orang (19,4 %) .

3. Mayoritas frekuensi pemberian ASI dalam 24 jam adalah 9 kali dengan frekuensi 27 orang (75%).

(47)

5. Rata-Rata berat badan responden sebelum pemberian ASI adalah 3261,11 gram dengan standar deviasi 334,047 gram. Rata-rata berat badan responden sesudah pemberian ASI adalah 5219,44 gram, dengan standar deviasi 377,071 gram, dan diperoleh beda mean berat badan sebelum dan sesudah pemberian ASI adalah 1958, 33. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,000. 6. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi.

B. Saran

1. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan memberikan perhatian kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI bagi pertumbuhan bayi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan pada institusi pendidikan untuk menambah referensi buku dan memperbaharui informasi mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi penambahan berat badan pada bayi yang mendapat ASI.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Budiaman, A. (2009). Hubungan pertumbuhan Bayi Usia 0-4 bulan yang mendapat ASI ekslusif dan ASI tidak Ekslusif. Diambil tanggal 7 november 2012 dari

Cadwel, Karin, Maffei, C. Turner (2011). Manajemen laktasi :Jakarta.

Hidayat, A. A. ( 2010). Metode Penelitian Kebidanan DanTeknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

IDAI (2008). Bedah ASI. Jakarta: IDAI Cabang DKI Jakarta. (2010). Indonesia Menyusui. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Khasanah, N. (2011). ASI atau Susu Formula Ya?. Jagyakarta: Flashbooks.

Matondang,S. (2008). Hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kenaikan berat badan bayi 0-6 bulan di klinik rizki bungo tahun 2008. Diambil tanggal 6 November 2012 dari

Perinasia (2004). Manajemen Laktasi ,cetakan ke 2. Jakarta: Perinasia.

Prasetyono, D. S. (2012). Buku Pintar ASI Ekslusif. Yogyakarta: DIVA Press.

Purwani, Afidarti (2012). Hubungan antara frekuensi, durasi menyusui dengan berat badan bayi di poliklinik bersalin Mariani Medan. Diambil tanggal 15 Juni 2013 dari

Riduwan (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Riskesdas (2010). Laporan riskedas 2010. Diambil tanggal 24 oktober 2012 dari http: sites/download/buku-laporan/lapnes-riskesdas 2010/laporan-riskesdas-2010.pdf Roesli, U. (2000). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwidya, Anggota IKAPI. Tim Penyusun KTI USU. (2012). Panduan penulisan karya tulis ilmiah. Medan: tidak

dipublikasikan

Wong, D. L., Eaton, Marilyn. H. , Wilson, David & Winkelstein, Marlin. L (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik, volume 1. Jakarta: EGC.

(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian Pretest- Posttest Design Tentang Hubungan
Tabel 5.2
Tabel 5.3
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

orang lain sehingga orang tersebut mengikuti apa yang diperintahkan tanpa ada paksaan. Tingginya need for power pada caleg laki-laki dapat disebabkan oleh latar

Scanned

Comparison of the mean duration (in days) of six wheat development phases calculated using the AFRCWHEAT2 model with observed daily data and daily data estimated using a sine

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur Nomor 16 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

(a) Rubisco-limited (solid curve) or RuBP-limited (dashed curve) photosynthesis of sunlit leaves within the canopy, the cu- mulative leaf area index at which photosynthesis of

mengajukan diri untuk mengikuti Seleksi Pemenuhan Kebutuhan Pegawai Pengelola Portal Indonesia National Single Window di Kementerian Keuangan dan akan mengikuti seluruh

Mampu menjelaskan mengenai konsep dasar metode classification dan prediction (regresi) serta dapat mengetahui bagaimana metode tersebut dapat digunakan untuk