Dasar
-
Dasar Perilaku Individu
Oleh :
Handoko
(142008)
Fransiscus Ferdianto Taslim
(142014)
Louis Julian
(142038)
Jurusan Manajemen
Universitas Musi Charitas(UMC)
Palembang
Kepribadian
Kepribadian merupakan jumlah total dari cara-cara dalam mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain.
sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KEPRIBADIAN
1. Keturunan (genetik), ditentukan sejak lahir, berupa sifat-sifat bawaan baik fisik maupun mental yang mempengaruhi perbuatan, perasaan, dan pikiran.
2. Lingkungan, berupa budaya, norma, nilai dimana seseorang dibesarkan dalam lingkungan keluarga, teman, kelompok sosial, masyarakat.
3. Situasi, kepribadian orang bisa berubah-ubah akibat perubahan situasi/kontek tertentu. Artinya kepribadian bisa direkayasa atau dirubah dan berubah (misalnya dengan proses pendidikan, belajar)
Ciri Kepribadian
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI)
Untuk mengenali bagaiman individu merasakan dan bertindak dalam situasi-situasi tertentu. Ciri Kepribadian Individu dibedakan ke dalam:
1. Extrovert (E) or Introvert (I) .individu-individu ekstrover ramah,pandai bersosialisasi,dan percaya diri. Introver tenang dan pemalu
2. Sensing (S) or intuition (N) (indera atau intuisi).tipe perasa praktis serta memilih rutin dan urutan. Intuitif bergantung pada proses tidak sadar dan melihat
pada”gambaran besar
3. Thinking (T) atau feeling (F) ( pikiran atau perasaan).tipe yang memikiran biasanya menggunakan penalaran dan logika untuk menangani masalah. Tipe yang merasakan berpegang pada nilai-nilai dan emosi pribadi mereka
Model Kepribadian Lima Besar
MBTI mungkin kekurangan bukti pendukung,tetapi sebuah badan riset yang
mengesankan mendukung model lima besar
Yang terdiri atas:
1. Ekstraversi : dimensinya menampilkan level kenyamanan kita didalam hubungan
2. Keramahan : dimensinna merujuk pada kecenderungan seorang individu untuk memahami orang lainn
3. Kehati-hatian: dimensinna adalah sebuah ukuran reabilitas
4. Stabilitas emosional : dimensinya sering dilabeli dengan kebalikannya, uring-uringan menunjukkan kemampuan seseorang untuk menghadapi stres
5. Keterbukaan pada pengalaman : dimensinya mencakup kisaran minat dan ketertarikan atas inovasi
Sifat Kepribadian yang Relevan dengan Perilaku Organisasi
Sifat-sifat lima besar telah terbukti sangat relevan dengan perilaku organisasi,dan Dark Triad
menjanjikan subjek untuk riset lebih lanjut,tetapi mereka tidak mencakup kisara sifat-sifat yagn dapat menjelaskan kepribadian seseorang,sekarang kita akan melihat pada yang lainnya, lebih spesifik , atribut-atribut yang merupakan prediktor kuat atas perilaku dalam organisasi:
1. Evaluasi inti diri : kesimpulan akhir yang dimiliki individu tentang kemampuan,kompetensi,dan nilai mereka sebagai induvidu
2. Pengawasan Diri : suatu sikap kepribadian yang mengukur kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor-faktor situasional eksternal.
Nilai
Nilai(value):keyakinan dasar bahwa sebuah mode tindakan spesifik atau akhir dari keberadaan lebih diinginkan secara pribadi atau sosial dibandingkan mode tindakan atau akhir keberadaan lawannya atau kebalikannya
Sistem nilai(value system):sebuah hierarki berdasarkan sebuah peringkat atas nilai-nilai individu dari sisi intensitasnya
Nilai-Nilai
Internasional
Hofstede menyurvei lebih dari 116.000 pekerja IBM di 40 negara mengenai nilai-niai terkait pekerjaan mereka dan mendapati bahwa manajer dan pekerja beragam dalam lima dimensi nilai dari budaya nasional:
1. Jarak kekuasan : menjelaskan tingkat dimana orang-orang dalam suatu negara menerima bahwa kekuasaan dalam institusi dan organisasi menyebar tidak mereta
2. Individualisme versus kolektivisme : Individualisme adalah tingkat dimana orang-orang lebih memilih untuk bertindak sebagai individu di bandingkan sebagai anggota kelompok dan mempercayai hak-hak individu diatas segalanya. Kolektivisme menekankan kerangka sosial yang ketat dimana orang-orang mengharapkan yang lain dalam kelompok yang menjadi bagiannya untuk merawat dan melindungi mereka.
3. Maskulinitas versus femininitas: maskulinitas adalah tingkat dimana budaya menyukai peran-peran maskulin tradisionl seperti pencapaian, kekuasaan,dan kendali. peringkat femininitas tinggi berarti budaya melihat sedikit perbedaan antara peran pria dan wanita dan
memperlakukan wanita sama dengan pria dalam segala hal
4. Penghindaran ketidakpastian : tingkat dimana orang-orang dalam suatu negara lebih memilih situasi yang terstruktur atau tidak terstruktur menentukan penghindaran ketidakpastian mereka.dalam budaya dengan skor penghindaran ketidakpastian yang tinggi, orang-orang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi mengenai ketidakpastian dan ambiguitas dan menggukan hukum dan kontrol untuk mengurangi ketidakpastian
Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada lingkungannya
Persepsi Orang: Membuat Penilain atas Orang Lain
Terbagi menjadi 3:
1. Teori Atribusi : sebuah percobaan untuk menentukkan apakah perilak seorang individu disebabkan dari internal atau eksternal
2. Kesalahan atribusi Fundamental :kecenderungan untuk meremehkan pengaruh faktor-faktor eksernal dan melebihkan pengaruh faktor-faktor internal atau pribadi ketika membuat penilaian mengenai perilaku orang lain
3. Bias Pelanyanan Diri : kecenderungan individu untuk mengatribusikan kesuksesan mereka pada faktor-faktor internal seperti kemampuan atau usaha,tetapi menyalahkan kegagalan pada faktor-faktor eksternal.
Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain secara Umum
Terbagi menjadi 4:
1. Persepsi selektif :kecenderungan untuk secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang lihat dalam basis minat,latar belakang,pengalaman, dan sikap seseorang
2. Efek Halo : kecenderungan untuk menggambarkan impresi umum mengenai seorang individu berdasarkan karakteristik tunggal
3. Efek Kontras : evaluasi atas karakteristik seseorang yang di pengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru muncul yang berperingkat lebih tinggi atau rendah dalam karakteristik yang sama
4. Stereotip : menilai seseorang berdasarkan persepsi mengenai kelompok aslinya
Aplikasi Spesifik Dari Jalan Pintas Dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi
Terbagi menjadi 3:
1. Model Pengambilan Keputusan Rasional: sebuah model pengambilan keputusan yang menjelaskan bagaimana individu seharusnya berperilaku untuk memaksimalkan hasil 2. Model Rasionalitas Terbatas: sebuah proses pengambilan keputusan dengan membangun
model yang disederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari masalah tanpa menangkap semua komleksitasnya
3. Model Intuisi :sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang diperoleh
Bias dan Kesalahan Umum dalam Pengembalian Keputusan
Terbagi menjadi 8:
1. Bias Terlalu Percaya Diri: kecenderungan terlalu percaya diri dengan kemampuan kita dan kemampuan orang lain;juga, bahwa kita biasanya tidak sadar dengan bias yang ini
2. Bias Jangkar :kecenderungan untuk bertahan pada informasi awal dan gagal menyesuaikan dengan informasi selanjutnya secara akurat
3. Bias Konfirmasi: kecenderungan untuk mencari informasi yang membenarkan pilihan-pilihan masa lampau dan untuk mengurangi informasi yang menentang penilaian masa lampau 4. Bias Ketersediaan: kecenderungan orang untuk mendasarkan penilaian pada informasi yang
siap tersedia bagi mereka
5. Eskalasi Komitmen: komitmen meningkat pada sebuah keputusan sebelumnya meskipun adanya informasi negatif
6. Kesalahan Acak: kecenderungan individu untuk percaya bahwa ia mampu memprediksi hasil dari peristiwa acak
7. Aversi Resiko: kecenderungan untuk lebih memilih hasil yang pasti dari jumlah yang menengah daripada hasil yang lebih beresiko, bahkan sekalipun hasil yang lebih berisiko itu memiliki ekspektasi payoff lebih tinggi
Pengaruh Dalam Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu
Terbagi menjadi 4:
1. Kepribadian
2. Jenis Kelamin
3. Kemampuan Mental
4. Perbedaan Budaya
Pengaruh Dalam Pengambilan Keputusan:batasan Organisasi
Terbagi menjadi 5:
1. Evaluasi kinerja
2. Sistem imbalan
3. Peraturan Baku
4. Batasan Waktu Akibat Sistem
Contoh kasus Kepribadian dan Nilai
Kepribadian, nilai, dan gaya hidup merupakan 3 faktor alami yang selalu ada dan
mendasari pembentukan pola perilaku konsumen setiap orang. Ketiganya memang memiliki
makna yang berbeda, namun pada dasarnya ketiga unsur tersebut saling berkaitan satu sama
lain dan gabungan dari ketiga unsur tersebut lah yang pada akhirnya membentuk pola
perilaku konsumen. Jadi dengan mengamati melalui perilaku konsumsi sehari-harinya saja,
kita dapat menilai seperti apa dan bagaimana kepribadian dan gaya hidup seseorang, begitu
pula sebaliknya. Selain itu, faktor eksternal pun dapat mempengaruhi ketiga unsur tersebut,
seperti keluarga, kelas sosial, dan lingkungan pergaulan. Berikut adalah contoh kasus
mengenai hubungan kepribadian, nilai, dan gaya hidup terhadap pembentukan pola perilaku
konsumen :
Felixia adalah seorang anak pengusaha besar dan merupakan anak semata wayang.
Hidupnya sejak kecil sudah terbiasa serba mewah dan selalu dilengkapi berbagai fasilitas.
Setelah lulus SMA, Felixia mulai menekuni karir di dunia modelling, dan kini dia sudah
terhitung sukses di dunia model. Di kalangan teman – teman perkuliahannya, Felixia dikenal
sebagai pribadi yang sombong, arogan, manja, dan tidak pernah lepas dari kesan mewah.
Memang, sebagai seorang model Felixia sangat memperhatikan setiap detail pakaian, sepatu,
tas, dan aksesoris yang dia pakai sehari – hari. Seluruh koleksinya pun memakai
produk-produk bermerk terkenal dari luar negeri, seperti Channel, Dior, Hermes, Furla, D&G, dll.
Setiap minggu pun Felixia selalu melalukan treatment di salon dan klinik kecantikan ternama.
Baginya, seluruh produk yang dia gunakan akan membawa pengaruh yang besar bagi
kehidupannya, khususnya dalam pencitraan ‘image’ dirinya di mata publik. Oleh karena itu,
Felixia tidak bisa sembarangan dalam memilih ‘style’ sekalipun dalam kehidupan
perkuliahannya. Selain itu, melalui karirnya sebagai model Felixia tentu memiliki relasi
dengan orang-orang ternama lainnya dalam dunia modelling. Hal itu mengakibatkan gaya
hidupnya terbawa seperti halnya kaum socialita. Namun baginya hal itu merupakan hal biasa,