• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERIMPROVISASI MENARI SAKURA DENGAN MENGGUNAKAN TOPENG DAN TANPA TOPENG SMA NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERIMPROVISASI MENARI SAKURA DENGAN MENGGUNAKAN TOPENG DAN TANPA TOPENG SMA NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERIMPROVISASI MENARI SAKURA DENGAN MENGGUNAKAN TOPENG

DAN TANPA TOPENG

SMA NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG

Oleh

ERIKA OKTORA KESUMA AINI

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng dan tanpa menggunakan topeng pada siswa kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan (tingkat) kemampuan siswa dalam berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng dan (tingkat) menari sakura tanpa menggunakan topeng.

(2)

ii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berimprovisasi menari sakura siswa yang menggunakan topeng lebih besar daripada siswa yang tidak

menggunakan topeng, yakni 76,10 dan 68,30. Hasil yang diperoleh dalam

(3)

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERIMPROVISASI

MENARI SAKURA DENGAN MENGGUNAKAN TOPENG

DAN TANPA TOPENG

SMA NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

ERIKA OKTORA KESUMA AINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERIMPROVISASI

MENARI SAKURA DENGAN MENGGUNAKAN TOPENG

DAN TANPA TOPENG

SMA NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG

Oleh

ERIKA OKTORA KESUMA AINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

xvi

b. Tingkat Kemampuan Aspek Wirama ... 78

c. Tingkat Kemampuan Aspek Wirasa ... 79

4.4.2 Tingkat Kemampuan Total Menggunakan Topeng ... 80

4.4.3 Tingkat Kemampuan Total Tanpa Topeng ... 82

4.4.4 Perbandingan Kemampuan Menari Sakura Menggunakan Topeng dan Tanpa Topeng... 84

4.4.5 Hasil Uji Hipotesis ... 87

4.4.5.1 Hasil Uji Acak Sampel ... 87

4.4.5.2 Hasil Uji Distribusi Normalitas ... 88

4.4.5.3 Hasil Uji Homogenitas ... 89

4.4.5.4 Hasil Uji Hipotesis ... 90

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(8)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak yang ritmis dan indah (Rohkyatmo, 1986:83).

Media tari adalah gerak tubuh manusia. Melalui gerak tubuh itu manusia dapat mengungkapkan ide-ide, perasaan, dan pengalaman. Tari merupakan media ungkap berupa keinginan berbentuk refleksi gerak sehingga menjadi gerak yang maknawi. Tari juga bisa dikatakan sebagai ungkapan ekspresi perasaan manusia yang diubah berdasarkan imajinasi sehingga menjadi wujud gerak simbolis.

Tari juga merupakan keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan ber-bentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika (keindahan). Menurut

jenisnya, tari digolongkan menjadi tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi baru. Tari rakyat adalah tari yang berpijak kepada unsur budaya (primitif), tari klasik adalah tari yang semula berkembang dikalangan raja dan bangsawan dan telah

(9)

Tari kreasi baru berbentuk improvisasi. Improvisasi merupakan proses

peningkatan pengembangan kreatif. Aktifitas gerak yang dihasilkan pada saat improvisasi adalah mencari kemungkinan gerak sebanyak-banyaknya. Prosedur bergerak spontanitas.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, khususnya pada Pasal 7 dijelaskan bahwa mata pelajaran estetika dilaksanakan melalui Seni Budaya dan muatan lokal yang relevan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 mata pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), khususnya bidang tari bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam eksplorasi gerak. Hal ini berkaitan erat dengan latihan mengolah rasa, penalaran, dan daya imajinasi.

Gerak improvisasi atau proses kreativitas dalam gerak tari merupakan salah satu kompetensi yang penting diajarkan kepada siswa SMA khususnya kelas XI, karena sesuai dengan KTSP 2006 dengan SK dan KD sebagai berikut. Standar Kompetensi (SK): Mengekspresikan diri melalui karya seni tari dan Kompetensi Dasar (KD): Menyiapkan pertunjukan tari kreasi daerah (tunggal atau kelompok). Melalui kegiatan eksplorasi gerak di sekolah, siswa dapat berkreasi dan berimaji-nasi agar menjadi siswa yang kreatif.

Pengajaran tari di sekolah khususnya gerak improvisasi akan berhasil jika siswa berhadapan langsung dengan media pembelajaran yang digunakan untuk

(10)

memerlukan daya imajinasi sehingga membuat siswa jenuh, grogi, malu-malu, serta tidak berani seharusnya dihilangkan. Hal ini disebabkan, guru dapat memanfaatkan media dalam pembelajaran agar siswa mampu bergerak improvisasi dengan terarah.

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat menstimulus pikiran, perasaan, minat, serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Arsyad, 2007:3). Pentingnya penggunaan media pembelajaran dalam tari secara kreatif dapat memungkinkan untuk membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar lebih giat. Penggunaan media tersebut sebagai salah satu strategi agar proses pengajaran berlangsung dengan efektif, sehingga komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik.

Media terbagi tiga diantaranya audio, visual, dan audio visual. Audio ialah media yang dapat menghasilkan suara, visual berupa benda, audio visual ialah media yang menggunakan benda dan juga dapat menghasilkan suara. Media visual berupa benda dalam tari biasanya adalah properti seperti kipas, ketipung, bisa juga berupa topeng yang dikenakan di wajah. Media khususnya topeng dengan

(11)

Pembelajaran tentang gerak improvisasi dengan media pembelajaran berupa topeng akan lebih menyenangkan, karena melalui topeng siswa dapat menemukan imajinasi sesuai dengan karakter lalu mengeksplorasi dalam bentuk gerak

improvisasi sehingga menjadi tarian yang bermakna.

Topeng yang akan dibahas pada penelitian ini merupakan topeng Lampung yang digunakan dalam karakter tari sakura. Sakura menunjuk pada benda penutup wajah yang terbuat dari sepotong kayu, diukir dalam sifat dan tingkah laku manusia (derajat, 1992:47). Sakuraan adalah pesta budaya Lampung tepatnya pestanya rakyat Lampung yang berada di Lampung Barat. Pesta budaya sakura adalah pesta budaya tradisional yang dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri biasanya mulai dari 1 Syawal sampai 6 atau 7 Syawal setiap hari bergantian dari pekon ke pekon (pekon: kampung) yang lain. Pesta budaya sakura dalam

pandangan secara umum kegiatan ini hampir sama dengan pentas theatre luar ruang dengan pelaku adalah masyarakat. Gambaran kegiatan budaya ini adalah identik dengan kemenangan, kebebasan dan kegembiraan sebagai ungkapan jiwa manusia untuk berkreasi dan berekspresi. Sakura dalam kebudayaan ini artinya topeng atau penutup wajah atau merubah penampilan yang menggambarkan berbagai bentuk sifat dimuka bumi ini. Pesta sakura penggambarannya adalah suasana kegembiraan, kebebasan berkreasi dan berekspresi dalam kebersamaan berkelompok.

(12)

utama bersilaturahim yang berpuncak pada panjat pinang secara berkelompok dengan sistem beguwai jejama (gotong royong).

Unsur-unsur dalam pesta sakura yang menjadi ciri identitasnya dapat dikenal dari: tarub atau kubu (rumah panggung), atraksi pencak silat, makan dan minum,

sakura bertamu, parade atau pawai sakura, nyakak buah (memanjat pohon), musik pengiring, tata busana sakura, tema lakon atau cerita sakura, gaya gerak sakura, dan jenis sakura (Derajat, 1994: 47).

Salah satu unsur dalam pesta sakura yakni gaya gerak sakura. Gaya gerak ini lebih cenderung diwujudkan dalam bentuk tarian topeng. Tarian topeng yang dipentaskan dalam bentuk adegan tari dengan titik beratnya tidak pada macam tarian dengan pola tertentu. Tarian apapun dapat ditampilkan menurut kehendak hati nurani sakura dengan membuat gerakan improvisasi tersendiri mengikuti irama musik. Gerakan tari dilakukan untuk menampakkan emosi dan kreativitas. Gaya geraknya spontan tanpa urutan gerakan baku.

Gaya gerak sakura juga menampilkan permainan secara sepotong-sepotong (fragmentaris), adegan yang satu tidak ada hubungan dengan adegan lainnya dalam suatu cerita atau lakon tertentu. Gaya gerak seperti ini terlihat ketika Sakura memerankan suatu karakter manusia tertentu. Misalnya, sakura anak dengan karakter merajuk, yakni berwatak dan bertingkah laku seperti orang yang sedang bersedih.

(13)

ditampilkan dalam tari sakura. Namun, dalam penelitian ini hanya digunakan dua karakter yakni sakura anak dan karakter sakura ksatria. Topeng memang menjadi ciri khas dalam sakura, tetapi masih ada properti pendamping lain seperti kain selendang dan kaca-mata yang dikenakan sakura (dipakai sakura helau) dan ada juga yang tanpa menggunakan properti apapun.

Sekolah Menengah Atas (SMA) yang telah mempelajari tari sakura diantaranya ialah SMA Negeri 14 Bandar Lampung. Pembelajaran tari sakura di sekolah ini ialah pembelajaran yang menggunakan topeng dan tanpa menggunakan topeng. Penelitian yang dilakukan di sekolah ini menggunakan dua karakter yaitu karakter sakura anak dan karakter sakura ksatria dalam bergerak improvisasi baik

menggunakan topeng maupun tanpa menggunakan topeng. Topeng yang dikenalkan terbuat dari kayu. Alasan memilih karakter sakura anak dan sakura ksatria, karena karakter ini tepat dengan keseharian siswa. Contohnya dengan karakter sakura anak, guru hanya memberi penjelasan bagaimana anak yang sedang sedih, bagaimana biasanya sikap siswa dan apa yang harus siswa lakukan, dengan stimulus-stimulus yang diberikan guru, siswa diharapkan cepat tanggap berimajinasi untuk bergerak improvisasi baik menggunakan topeng maupun tanpa menggunakan topeng.

(14)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sudah mempelajari pembelajaran tari sakura.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat ditelaah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah bentuk improvisasi siswa kelas XI IPS1 dalam menari sakura dengan menggunakan topeng?

b. Berapa besarkah kemampuan berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng pada siswa kelas XI IPS1 SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012?

c. Bagaimanakah bentuk improvisasi siswa kelas XI IPS1 dalam menari sakura tanpa menggunakan topeng?

d. Berapa besarkah kemampuan berimprovisasi menari sakura tanpa menggunakan topeng pada siswa kelas XI IPS1 SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012?

e. Adakah perbedaan kemampuan siswa berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng dan tanpa topeng pada siswa kelas XI IPS1 SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

(15)

b. Mendeskripsikan skor kemampuan berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng pada siswa kelas XI IPS1 SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

c. Mendeskripsikan bentuk improvisasi siswa kelas XI IPS1 dalam menari sakura tanpa menggunakan topeng.

d. Mendeskripsikan skor kemampuan berimprovisasi menari sakura tanpa menggunakan topeng pada siswa kelas XI IPS1 SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

e. Mendeskripsikan perbedaan kemampuan berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng dan tanpa topeng pada siswa kelas XI IPS1 SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan secara praktis.

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis, yakni dapat menambah referensi penelitian di bidang pendidikan seni, khususnya tentang pesta budaya sakura. Hasil penelitian ini pula dapat dijadikan sebagai bahan untuk penelitian lanjutan.

b. Manfaat Praktis

(16)

1. Siswa, terkait khususnya kemampuan mereka berimprovisasi dalam menari sakura, baik menggunakan topeng maupun tanpa topeng.

2. Guru mata pelajaran, khususnya seberapa besar kemampuan siswa dalam berimprovisasi menari sakura, baik bertopeng maupun tanpa topeng.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut:

a. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS1 SMA Negeri 14 Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012.

b. Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa berimprovisasi menarikan sakura anak dan sakura ksatria, baik menggunakan topeng maupun tanpa topeng. Gerak yang harus dilakukan jika karakter sakura ksatria ialah tangguh, gagah, dan kasar. Karakter sakura anak ialah lembut dan halus.

1.6 Kerangka Pikir

Menari ialah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang dengan memanfaatkan keterampilan motorik pada tubuh dan menyerasikannya dengan musik. Tari sakura ialah tari kreasi daerah Lampung, gerak yang dihasilkan merupakan gerak spontan atau gerak improvisasi yang tidak baku sehingga terbentuk menjadi suatu tarian yang bermakna. Faktor pembentukan kemampuan menari sakura

diantaranya ialah tidak gerogi, antusias, tidak malu-malu, rileks, lebih berani dan menari sesuai dengan tema sakura.

(17)

maupun tanpa topeng. Penggunaan topeng ialah sebagai properti atau media pembelajaran dalam tari sakura. Karakter yang sudah terbentuk di topeng mempermudah siswa untuk bergerak improvisasi. Sedangkan jika tanpa

menggunakan topeng, siswa merasa sulit dan bingung untuk mengekspresikannya sesuai karakter sakura yang diperankan.

Topeng berfungsi untuk meningkatkan kemampuan berimprovisasi menari sakura. Topeng dengan karakter sakura memacu agar saat siswa bergerak tidak merasa gerogi, antusias, tidak malu-malu, rileks, lebih berani dan menari sesuai dengan tema sakura, sehingga gerak improvisasi yang dihasilkan akan optimal dibandingkan tanpa menggunakan topeng.

1.7 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Tari

Tari adalah gerakan spontan yang dipengaruhi oleh emosi yang kuat (Rohkyatmo, 1986:73). Menurut jenisnya, tari digolongkan menjadi tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi baru. Tari rakyat adalah tari yang berpijak kepada unsur budaya (primitif), tari klasik adalah tari yang semula berkembang dikalangan raja dan bangsawan dan telah mencapai kristalisasi artistik yang tinggi dan telah pula menempuh jalan sejarah yang cukup panjang sehingga memiliki pula memiliki tradisional, dan tari kreasi baru ialah tari yang penggarapannya mengarah kepada kebebasan pengungkapan yang tidak berpijak pada pola tradisi (Rohkyatmo, 1986:95).

Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia. Tari juga merupakan keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.

(19)

2.1.2 Pembelajaran Tari

Target yang hendak dicapai pada pembelajaran tari di sekolah tidak harus

menjadikan anak bisa menari akan tetapi bagaimana bisa menumbuhkan apresiasi siswa terhadap tari serta tumbuhnya kepercayaan diri sebagai unsur penting dalam mengembangkan kepribadian. Proses pembelajaran adalah mengasah keberanian siswa untuk mengeksplorasi pengalaman estetis tanpa dibebani persoalan teknis.

Pembelajaran tari juga menuntut anak untuk belajar menemukan hal yang baru. Seperti halnya teori pembelajaran kontruktivisme ialah memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2006:123):

a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.

b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.

c. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

Pembelajaran konstruktivisme ialah pembelajaran yang menekankan agar siswa kreatif, sama halnya dengan pembelajaran tari sakura yang berhubungan langsung dengan media pembelajaran berupa topeng. Siswa dituntut untuk membaca

(20)

2.1.3 Tari Sakura

2.1.3.1 Pengertian Sakura

Istilah sakura menunjuk pada benda penutup wajah yang terbuat dari sepotong kayu, diukir dalam ekspresi sifat dan tingkah laku manusia (Derajat: 1992: 47). Ekspresi tersebut memiliki nama dan makna simbolis khusus. Selain penutup wajah dari kayu, sakura juga ada yang memakai kain selendang miwang

(selendang di daerah Liwa) biasa dipakai sakura helau, daun-daunan yang dipakai sakurakamak, pakaian pengantin adat Lampung, dan ada juga memakai penutup wajah yang berupa boneka bentuk monyet, teletubbis, kera, dan ada yang tanpa menggunakan properti apapun.

Sakuraanberasal dari Lampung tepatnya daerah Lampung Barat (Liwa) yang artinya adalah perubahan karakter diri yang sebenarnya menjadi karakter orang lain. Konteks penggunaan istilah sakura adalah acara pesta sakuraan, dalam jangka waktu seminggu sebelum dan sesudah acara tersebut berlangsung.

Sakura terdiri dari dua jenis yaitu sakura helau dan sakura kamak (Derajat: 1992: 60).

a. Sakura Helau

(21)

Gambar 1. Sakura Helau (Sakura Bagus) (Foto Khasimkan, 2010)

b. Sakura Kamak

Kamak berarti kotor. Kostum yang dikenakan sakura kamak semuanya serba kotor dan compang-camping, bahkan berlumpur. Seluruh tubuhnya ditempeli dengan sampah, daun-daunan kering, ranting berdaun, dan rumput-rumputan.

(22)

Penyebutan sakura ditentukan oleh tiga unsur, yaitu: topeng kayu penutup wajah, kelengkapan tata busana yang dikenakan, dan gaya gerak dan tingkah laku si pemakai. Ragam bentuk dan tata busana yang dipakai sebagai hasil kreasi penopeng menjelang acara pesta sakura.

Unsur-unsur dalam pesta sakura yang menjadi ciri identitasnya dapat dikenal dari: tarub atau kubu (rumah panggung), atraksi pencak silat, makan dan minum,

sakura bertamu, parade atau pawai sakura, nyakak buah (memanjat pohon), musik pengiring, tata busana sakura, tema lakon atau cerita sakura, gaya gerak sakura, dan jenis sakura (Derajat, 1994: 47).

Salah satu unsur yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya gerak sakura. Gaya gerak dan tingkah laku sakura dihasilkan berdasarkan hati nurani sakura tersebut, gerak yang dihasilkan merupakan gerak spontan atau gerak improvisasi yang tidak baku sehingga terbentuk menjadi suatu tarian yang sering disebut tari sakura. Berikut dipaparkan pengertian tari sakura lebih lengkap.

2.1.3.2 Pengertian Tari Sakura

Tari sakura berasal dari daerah Lampung Barat, tari ini biasanya ada saat acara pesta sakura atau pun pesta lain yang diadakan di daerah Lampung. Tari sakura merupakan salah satu unsur dari pesta budaya sakura yaitu gaya gerak sakura.

(23)

improvisasi tersendiri mengikuti irama musik. Gerakan tari dilakukan untuk menampakkan emosi dan kreatifitas, gaya geraknya spontan tanpa urutan gerakan baku.

Gaya gerak sakura juga menampilkan permainan secara sepotong-sepotong (fragmentaris), adegan yang satu tidak ada hubungan dengan adegan lainnya dalam suatu cerita atau lakon tertentu. Gaya gerak seperti ini terlihat ketika sakura memerankan suatu karakter manusia tertentu.

Irama musik seakan-akan dimainkan tidak dalam irama baku tertentu, tetapi lebih ditekankan pada improvisasi pemusik dalam menyesuaikan dan memberikan stimulus pada sakura dalam melakukan beragam gaya gerak tari dan peniruan tingkah laku manusia. Musik pengiring tari sakura terdiri dari musik tangan, musik vokal, dan musik instrumen.

Tari sakura merupakan tari kreasi daerah Lampung yang telah diajarkan di sekolah karena sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), standar kompetensi (SK), dan kompetensi dasar (KD) siswa kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung. Berikut dipaparkan 14 jenis karakter sakura yang sering

diperankan dalam pesta budaya sakura ataupun dalam pertunjukan tari sakura.

2.1.3.3 Kelompok Karakter Sakura

(24)

menggunakan topeng dengan mimik atau ekspresi cerminan kebiasaan tindakan individu sehari-hari, ada topeng dengan karakter yang sedang marah, senang, sedih, sedangkan sakura yang tanpa menggunakan topeng ialah bagaimana sakura tersebut mencapai karakter sakura yang akan diperankan.

Karakter sakura yang diperankan sama dengan karakter manusia tertentu. Watak dan sifat manusia yang pernah ditampilkan dalam pesta budaya sakura adalah karakter bayi, karakter anak-anak, karakter gadis, karakter orang sakti atau ksatria, karakter wanita hamil, karakter orang tua, karakter orang bijak atau sakti, karakter orang jahat atau raksasa, karakter hantu, karakter pengantin, karakter orang cacat, karakter orang sakit gigi, karakter sakura betik, karakter sakura kamak (Derajat, 1992: 58).

a. Karakter bayi;

Memerankannya dengan sering tidur-tiduran, menangis, mengisap jempol dan dot.

b. Karakter anak-anak;

Gaya geraknya meliputi berlari lincah kesana kemari, melompat, jongkok, menangis, menutup wajah dengan kedua tangan. Tingkah lakunya seperti anak yang sedang bermain. Ada juga karakter anak yang seperti sedang merajuk.

c. Karakter gadis;

(25)

d. Karakter orang sakti atau ksatria;

Gaya geraknya meliputi berjalan tenang menatap tajam ke depan, mengangguk-angguk, dan gagah serta badan tegap perkasa. e. Karakter Wanita Hamil;

Sakura menampilkan gerakan jalan kaki mengangkang, berjalan dengan perut kedepan sambil mengelus-elus perutnya

f. Karakter orang tua atau kakek;

Sakura memerankan dengan tingkah laku jalan terbungkuk-bungkuk, batuk-batuk, badan lemah lunglai dan sakura berjalan dengan bantuan tongkat atau kayu.

g. Karakter orang bijak atau sakti;

Gaya geraknya meliputi berjalan tenang menatap tajam kedepan, mengangguk-angguk, mengelus jenggot, memberi petuah. h. Karakter orang jahat atau raksasa;

Diperankan dengan berjalan gagah, galak, tangan mengepal mengancam, tertawa terbahak menyeramkan, seolah-olah bergaya beringas.

i. Karakter orang mati atau hantu;

Gaya geraknya meliputi tidur bersedekap badan terbungkus kain putih seperti pocong mayat. Apabila berdiri, tangan menakut-nakuti dan berjalan

melompat-lompat, serta mengeluarkan suara-suara seram. j. Karakter pengantin;

(26)

k. Karakter orang cacat;

Karakter ini menunjang bentuk sakura dengan proporsi wajah tidak seimbang dan tidak lengkap. Sakura memerankannya dengan kaki yang cacat, tangan lumpuh, berjalan doyong ke depan. Sakura bertingkah laku seperti orang idiot.

l. Karakter orang sakit gigi;

Gaya geraknya meliputi duduk, berdiri, berperilaku tidak tenang sambil memegang salah satu pipi. Gaya gerak ini menunjang bentuk sakura dengan pipi bengkak.

m. Karakter sakura betik (sakura bagus);

Berperan dengan pakaian selendang yang seluruh wajahnya ditutup, seperti berjilbab, dan memakai kacamata. Berperan sebagai sakura yang baik. n. Karakter sakura kamak (sakura kotor)

Berperan dengan pakaian yang kumuh, seluruh tubuhnya ditempeli dengan sampah dan daun-daunan. Sakura kamak bertugas untuk nyakak buah (memanjat pohon).

(27)

2.1.3.4 Makna Sakura Ksatria dan Sakura Anak

Sakura ksatria menggambarkan tokoh yang gagah berani. Alasan dalam pemilihan sakura ksatria ialah untuk mengenalkan pada siswa tentang tokoh sakura ksatria tersebut pantas ditiru, serta melatih rasa percaya diri dan tangguhnya seorang siswa. Gerak yang harus diperankan dalam karakter sakura ksatria ialah gerak yang lincah, badan tegap dan selalu siap siaga untuk melawan musuh. Pemilihan karakter sakura ksatria ini tepat, karena sesuai dengan keseharian siswa. Topeng sakura ksatria juga dapat membentuk karakter siswa menjadi lebih baik.

Sakura anak menggambarkan tokoh anak yang sedang merajuk. Alasan dalam pemilihan sakura anak ialah untuk mengenalkan pada siswa tentang tokoh sakura anak yang mimiknya seperti ingin menangis. Gerak yang harus diperankan dengan topeng sakura anak ialah gerak yang lembut. Walaupun mimiknya

merajuk seperti ingin menangis, seharusnya sikap siswa tidak menunjukkan sikap yang berontak tapi sebaliknya sikap yang harus diperankan adalah tetap tegar dan menyikapi masalah dengan tenang. Sikap dan tingkah lakunya harus mencermin-kan seorang anak yang ramah dan santun. Pemilihan karakter sakura anak ini tepat, karena sesuai dengan karakter anak yang sikapnya masih stabil.

(28)

2.1.4 Notasi Laban

Notasi Laban diciptakan oleh Rudolf von Laban pada tahun 1992. Labanotation atau Notasi Laban adalah satu pelengkap bagi film, yang berfungsi sebagai sarana untuk menganalisis gerak dan pengawetan koreografi. Berikut ini akan

digambarkan Notasi Laban salah satu ragam gerak tari sakura, yaitu ragam gerak ksatria nyippak lawan (menendang lawan).

(29)

2.1.5 Properti Tari Sakura

Tari sakura yang biasa dipertunjukkan didukung dengan menggunakan benda yang menekan pada wajah berupa kaca mata, kain, sarung, dan sepotong papan kayu yang dipahat dalam bentuk ekspresi wajah manusia tertentu, namun ada pula yang tanpa menggunakan properti apapun. Penelitian ini akan menggunakan properti topeng sebagai media pembelajaran dalam tari sakura. Berikut akan dipaparkan makna topeng serta ciri-ciri topeng sakura anak dan sakura ksatria.

2.1.5.1 Makna Topeng

Topeng memiliki perwujudan imajinasi, kreativitas, dan daya ekspresi spiritual manusia yang tak terhingga (Suanda, 2005:167). Pembahasan ini akan terfokus pada hubungan antara pemakai topeng dengan topengnya, dipandang dari aspek seni bertopeng. Dengan memakai topeng, pemain bukan hanya menyembunyikan wajahnya, tetapi juga ia menampakkan gerak yang sesuai dengan topeng, lalu diungkapkan melalui pertunjukkan topengnya. Pemain menyembunyikan dirinya dari segi fisik, tetapi sekaligus menampakkan ungkapan batinnya.

Topeng merupakan benda yang tidak bernafas. Karena itu penarinya perlu menghidupkan topeng dengan membuatnya “bernafas” (Suanda, 2005:168).

Artinya penari (yang memang bernafas) harus mampu menciptakan daya kesatuan daya hidup tersendiri. Penari menjadi berbeda setelah memakai topeng, demikian pula dengan topeng yang menjadi berbeda ketika dimainkan oleh penari.

(30)

topeng tampak dinamis yakni dapat melahirkan suasana yang tidak statis. Suatu tarian topeng (dengan satu topeng) terkadang tampak sedih, marah, bahagia, sinis, serius, dan sebagainya.

Agar antara pemain dan topeng terjadi persenyawaan, ada beberapa cara diantaranya, ada pemain yang menatap topengnya untuk dapat “membaca”

karakternya, mencernanya, agar kemudian jiwanya bersatu dengan topengnya ketika pertunjukan. Setiap sikap dan gerak yang dilakukannya bersumber pada satu jiwa yang baru (hasil penyatuan) sehingga keseluruhannya tampak alamiah. Topeng harus menjadi wajahnya, tidak boleh tampak hanya sebagai benda yang menempel pada wajah penari. Penari harus berlatih secara sikap dan gerak, rasa dan jiwa, agar ia bisa menyatu dengan topeng yang digunakan.

Tari sakura menggunakan topeng sakura ksatria, akan berbeda ekspresinya jika dimainkan oleh siswa yang berbeda. Meski wujudnya tampak sama, namun daya ungkapnya bisa berbeda. Inilah karakteristik kesenian, menyangkut wujud (formal) dan isi, yang ditentukan oleh kesempurnaan penampilan atau kekuatan ekspresi dari siswanya masing-masing. Kesimpulannya, pertunjukkan topeng bukan hanya ditentukan oleh topeng (yang menutupi), melainkan juga oleh

kekuatan individu pemainnya (yang mengungkapkan). Pemahaman seperti inilah, seorang pemain topeng memunculkan identitas atau keunikan kemampuannya, ia menampakkan diri, bukan menyembunyikan.

(31)

pemain yang mampu mengubah dirinya secara sempurna untuk memainkan karakter topeng.

2.1.5.2 Ciri-ciri Topeng Sakura Ksatria dan Sakura Anak

Kata topeng berasal dari kata tup yang berarti tutup. Kemudian karena gejala bahasa yang disebut pembentukan kata, kata tup ini ditambah dengan kata eng yang menjadi tupeng. Tupeng kemudian mengalami perubahan sehingga menjadi topeng. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kata topeng berasal dari kata asal ping, peng, pung, dan sebagainya, yang berarti merapatkan kepada sesuatu atau menekan kepadanya (Ensiklopedi Tari Indonesia, 1986: 96-97 dalam Katalog Lampung).

Secara umum, topeng merupakan suatu benda penutup muka. Bahkan, make up, bedak, dan goresan warna pada wajah bisa disebut topeng. Topeng sebagai penutup yang menyamarkan dan melindungi wajah (Derajat, 1992:3).

Topeng Lampung merupakan salah satu produk seni budaya masyarakat

Lampung. Di daerah Lampung topeng digunakan dalam pesta rakyat yang dikenal dengan istilah sakura yang diadakan di awal bulan Syawal. Topeng dapat

dijadikan media pembelajaran dalam tari untuk menggambarkan berbagai karakter dan mimik wajah. Ada sedih, marah, senyum hingga tertawa (Derajat, 1992:4).

(32)

sakura ksatria. Karakter ini sangat tepat dengan kebiasaan siswa sehari-hari. Berikut akan dipaparkan dua karakter topeng tersebut.

a. Topeng dengan Karakter Sakura Ksatria

Bentuk topeng dengan tinggi 27,8 cm dan lebar 27,7 cm. Wajah lebar dengan dagu lancip dan mata sipit. Pada kedua pipi terlihat pahatan lengkung yang menggambarkan sakura memakai helm prajurit. Pahatan helm menutupi dahi dan sebagian hidung. Topeng berwarna antik.

Gambar 4.

Topeng dengan Karakter Sakura Ksatria (Foto Erika, 2011)

Manfaat media pembelajaran berupa topeng dengan karakter sakura ksatria, yang menggambarkan sakura memakai helm prajurit dengan kesan gagah dan berani. Pembelajaran ini diharapkan dengan sikap siswa yang penakut dapat

(33)

b. Topeng dengan Karakter Sakura Anak

Bentuknya berukuran kecil dengan tinggi 19,2 cm dan lebar 14,5 cm. Mata terbuka lebar, hidung sedang datar, mulut tertutup, ekspresi wajahnya tampak sedang merajuk seperti ingin menangis, raut wajah polos berwarna hitam.

Gambar 5.

Topeng dengan Karakter Sakura Anak (Dok. Museum Lampung, 2009)

Manfaat media pembelajaran berupa topeng dengan karakter sakura anak, yang wajahnya tampak sedang merajuk seperti ingin menangis. Pembelajaran ini diharapkan saat siswa merajuk atau ada masalah dalam dirinya, sikapnya tetap tegar dan teguh dan tidak memberontak.

(34)

pembelajaran dalam proses belajar siswa antara lain (Sanaky, 2011:5 yang dikutip dari buku Sudjana dan Rivai, 2005:2) yaitu:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa lebih menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.

Tari sakura biasanya menunjuk pada busana yang dikenakan diantaranya menggunakan topeng dengan bermacam-macam karakter dan kain yang berasal dari Lampung Barat dan ada pula yang tanpa menggunakan properti apapun. Topeng dapat dijadikan sebagai media dalam pembelajaran khususnya tari sakura, dengan penggunaan topeng dapat menstimulus siswa bergerak improvisasi.

Pemilihan topeng dalam penelitian iniialah topeng dengan karakter sakura anak dan karakter sakura ksatria.

(35)

2.1.6 Improvisasi dalam Menari

Improvisasi merupakan proses peningkatan pengembangan kreatif. Aktifitas gerak yang dihasilkan pada saat improvisasi adalah mencari kemungkinan gerak

sebanyak-banyaknya. Prosedur bergerak spontanitas. Tari sakura merupakan tari yang tidak memiliki pakem atau gerak yang baku. Tarian ini dipentaskan dalam bentuk adegan tari dengan titik beratnya tidak pada macam tarian dengan pola tertentu. Tarian apapun dapat ditampilkan menurut kehendak nurani sakura dengan membuat gerakan improvisasi tersendiri mengikuti irama musik. Bergerak improvisasi didasarkan atas konsep-konsep kreativitas dan penggunaan khayalan secara terpadu di dalam proses belajar. Ada sembilan konsep kreativitas untuk bergerak improvisasi yang dikutip dari buku “Moving From Within” (bergerak menurut kata hati) oleh Alma M. Hawkins (2003:1) diantaranya adalah (a) mengalami atau mengungkapkan (b) melihat (c) merasakan (d) mengkhayalkan (e) mengejawantahkan (f) pembentukan (g) pembentukan sendiri (h) menuntun proses pengalaman (i) evaluasi.

a. Mengalami atau Mengungkapkan

Metode ini menekankan agar seseorang merasakan (pada tingkatan emosio-nal) dan berbuat berdasarkan perasaan itu, misalnya dalam mengembangkan gerak-gerak. Apabila ingin berhasil mengembangkan potensi siswa berfungsi sepenuhnya, harus perhatikan bagaimana memelihara cara-cara untuk

(36)

pengalaman-pengalaman yang membantu murid-murid menemukan potensi mereka untuk merasakan, menggambarkan, dan mereaksi secara intuitif.

b. Melihat

Melihat dan merasakan adalah dua unsur pokok dalam kegiatan kreativitas. Masukan pencerapan pancaindera memberikan stimulus dan materi kasar yang secara imajinatif diejawantahkan dan diwujudkan keluar. Sangatlah penting bagi guru untuk mampu merespon temuan-temuan personal murid dengan sensitivitas yang tinggi dan melihat atau menangkap esensi dan aspek kualitatif dari pengalaman hidup yang menjadi sangat mendasar bagi aktivitas kreatif.

c. Merasakan

(37)

d. Mengkhayalkan

Pengalaman gerak yang dimotivasi oleh berbagai khayalan menjadi cara yang efektif untuk mendapatkan akses memasuki proses pemikiran kreatif yang imajinatif. Melalui latihan-latihan yang diarahkan para siswa memperluas kemampuan tidak saja untuk mengkhayal, melainkan juga untuk membiarkan khayalan-khayalan yang muncul menjadi stimulus bagi gerak-gerak yang di ungkapkan keluar. Proses khayalan-khayalan sangat menentukan dalam pengejawantahan pengalaman ke dalam gerak-gerak yang kemudian bisa dituangkan ke dalam sebuah tarian.

e. Mengejawantahkan

Suatu tahapan dari aktivitas kreatif adalah mengejawantahkan hasil pikiran imajinatif kedalam gerak sehingga terbentuk tarian yang dibayangkan. Penyerapan (melihat, merasakan, menghayati, dan mengkhayalkan) lalu kemudian pengejawantahan dari curahan pikiran dan pengalaman sehingga tercipta gerak spontan yang alamiah.

f. Pembentukan

Penggunaan wujud kreatif dalam diri sendiri bisa menjadi sebuah sarana yang efektif untuk menstimulus pemikiran yang imaginatif dan pembuka jalan untuk bisa berperannya proses pembentukan sendiri. Hasil kreativitas dari setiap individu biasanya akan melalui beberapa tahap pengembangan. Melalui melihat, merasakan, mengkhayalkan, lalu mengejawantahkan sehingga

(38)

g. Pembentukan Sendiri

Kegiatan pembentukan sendiri tersebut menimbulkan perubahan dalam kehidupan seseorang. Melalui proses kreatif yang berhubungan dengan masa lalu dan sekarang serta menjadi lebih terlibat dalam dengan perasaan,

pengkhayalan, dan pembentukan. Terpenting dalam kegiatan kreativitas ialah memberikan wujud nyata bagi pengalaman, kelihatannya mempunyai dampak yang sangat mendalam terhadap penemuan dan pembentukan jati diri.

h. Menuntun Proses Pengalaman

Tujuannya tuntunan proses pengalaman adalah untuk memperkaya lingku-ngan belajar delingku-ngan cara-cara yang dapat membantu para siswa dalam pengembangan daya kreatif mereka melalui media pembelajaran yang

digunakan untuk melalui improvisasi yang dipandu. Keseluruhan pengalaman dari kerja permulaan hingga tahap lanjut, harus ada sebuah jalinan yang berkesinambungan terhadap kerja kreatif yang diarahkan sendiri sehingga tercurahkan berdasarkan motivasi penari itu sendiri. Ini adalah cara yang paling utama untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap proses tari, khususnya proses kreatif untuk berimprovisasi.

i. Evaluasi

(39)

melihat secara jelas dan memberi tanggapan secara kreatif. Maksudnya, mendasari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan serta komentar-komentar terhadap karya kreatif murid adalah suatu keprihatinan untuk mengajar dalam artian untuk memudahkan mengalami, menemukan, dan memacu

partumbuhan kreatif. Melalui pendekatan secara tidak langsung, siswa

didorong untuk mengembangkan kepekaan yang dimilikinya terhadap bentuk dan menciptakan tari secara alami yang hasilnya secara estetis memuaskan.

Sembilan konsep-konsep kreativitas untuk bergerak improvisasi yang telah dijelaskan diatas ialah sebagai pendukung dalam improvisasi yang harus ditekuni oleh guru. Sembilan konsep ini merupakan pedoman untuk mengukur dan menilai anak mampu bergerak improvisasi. Konsep ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur menilai siswa bergerak improvisasi tari sakura di sekolah.

Adapun manfaat improvisasi diantaranya ialah meningkatkan motivasi dan memberikan pengalaman aktivitas yang diarahkan secara mandiri atau sendiri. Improvisasi mendorong ingatan-ingatan pengalaman imajinasi, menyampaikan kesan-kesan, dan merespon imajinasi baru dan mengembangkan ide-ide gerak. Berikut akan lebih lanjut dipaparkan tentang penilaian kemampuan

berimprovisasi.

2.1.7 Penilaian Kemampuan Berimprovisasi

Pada tari sakura aspek yang akan dinilai meliputi dari aspek wiraga, wirama dan wirasa. Pada aspek wiraga hal yang akan dinilai adalah kemampuan

(40)

penjiwaan antara penari dan topeng yang dikenakan, sedangkan tanpa

menggunakan topeng ialah mampu bersikap sesuai tema karakter sakura. Andre Malraux (1953) dalam bukunya Hawkins 2003 memaparkan perjalanan tari ialah perjalanan yang dimulai dari keinginan penari dan angan-angan dalam hatinya hingga mewujudnya sebuah tarian dituntut oleh suatu proses batin “melihat,

mendalami, dan mewujudkan”. Harolg Rugg (1963:31) dalam bukunya Hawkins (2003), secara keseluruhan, kegiatan berekspresi mempunyai tiga fase utama, yaitu merasakan secara mendalam, memperhatikan dalam waktu yang lama, dan menyerap. Harus ada pemahaman terhadap sifat alami dari proses serta unsur-unsur dasarnya yaitu merasakan, menghayati, mengkhayalkan, mengejawantah-kan, dan memberikan bentuk. Berbagai fase dari proses kreativitas dapat digambarkan dengan pola sebagai berikut.

a. Merasakan

Belajar melihat, menyerap dan merasakan secara mendalam, menjadi sadar akan sensasi dalam diri yang berkaitan dengan kesan dan penginderaan.

b. Menghayati

Menghayati perasaan yang berkaitan dengan temuan-temuan yang baru.

c. Menghayalkan

Proses berpikir khayalan-khayalan bisa muncul, berkembang dan senantiasa berganti-ganti dengan cepat. Stimulus menyebabkan terjadinya khayalan-khayalan dan perasaan yang disalurkan menjadi gerak yang spontan.

(41)

d. Mengejawantahkan

Biarkan curahan pikiran yang timbul dari rasa pemahaman dan khayalan-khayalan untuk diejawantahkan menjadi ide-ide gerak yang alamiah. e. Memberi Bentuk

Biarkan ide gerak terbentuk secara alamiah dan gabungkan unsur-unsur estetis sedemikian rupa sehingga bentuk akhirnya ialah tarian yang bermakna.

Gambar 6. Proses Kreatif (Hawkins, 2003:13)

a. Kemampuan Berimprovisasi

Proses wiraga ialah berupa penghayatan, menghayal, mengejawantahkan lalu memberi bentuk adalah proses untuk siswa mengeluarkan gerak yang spontan namun alamiah. Wiraga atau sering disebut kemampuan peragaan terangkum di

(42)

dalamnya tentang kelenturan, penguasaan teknik improvisasi, dan penguasaan ruang serta ungkapan gerak yang jelas dan bersih. Improvisasi yang harus

dihasilkan oleh siswa sesuai dengan karakter sakura dan bergerak dengan power.

b. Kesesuaian Terhadap Irama Musik

Irama dalam tari sakura bersifat meriah dan gembira, karena pada adegan ini sakura melakukan gerakan permainan yang menirukan sikap tertentu sesuai dengan karakter topeng yang dipakai. Irama musik seakan-akan dimainkan tidak dalam irama baku tertentu, tetapi lebih ditekankan pada improvisasi pemusik dalam menyesuaikan dan memberikan stimulus pada sakura dalam melakukan beragam gaya gerak tari dan peniruan tingkah laku manusia. Musik pengiring tari sakura terdiri dari:

1. Musik tangan, yang dimainkan dengan cara menepukkan kedua belah tangan dan jentikan jari.

2. Musik vokal, yang terbentuk nyanyian, teriakan, pekikan, atau siulan. 3. Musik instrumen, yang terdiri dari rebana, gong, gojeh, gitar, gambus lunik,

dan kulintang.

c. Wirasa dalam Tari Sakura

Proses wirasa dalam tari sakura ialah mengalami hasil daya imajinasi dan

(43)

topengnya untuk dapat “membaca” karakternya, mencernanya, agar kemudian

jiwanya bersatu dengan topengnya ketika pertunjukan. Setiap sikap dan gerak yang dilakukannya bersumber pada satu jiwa yang baru (hasil penyatuan), sehingga keseluruhannya tampak alamiah. Ekspresi yang sudah terbentuk ditopeng, menuntut siswa agar topeng seperti bernafas. Sedangkan, jika menari tanpa topeng siswa dituntut mampu menjadi karakter sakura yang diperankan.

2.1.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Endjat Djanu Derajat, Oki Laksito, Bambang S.W. (1992) dalam bukunya yang berjudul “Topeng Lampung: Tinjauan Awal Drama Tari Tupping dan Pesta Sakura”, membahas tentang tari tupping yang ada di Lampung Selatan dan pesta sakura yang berada di Lampung Barat, serta tahap-tahap pada pesta sakura dan unsur-unsur pesta sakura, namun tidak menjelaskan tentang penggunaan topeng sebagai gerak improvisasi dalam pembelajaran tari sakura di sekolah.

Demikian pula pada penelitan yang dilakukan oleh I Wayan Mustika (2011) dalam disertasinya di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang berjudul “Perkembangan Bentuk Pertunjukan Sakura Dalam Konteks Kehidupan

Masyarakat Lampung Barat Tahun 1986-2009”, yang lebih menitikberatkan pada

perkembangan bentuk pertunjukan sakura.

(44)

berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng dan tanpa menggunakan topeng.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Perbandingan serta Konsep Kreativitas

Teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Dalam penelitian ini menggunakan teori

perbandingan dengan menyertakan konsep teori kreativitas dalam tari.

Teori Perbandingan adalah membandingkan gejala-gejala atau fakta-fakta. Penelitian ini menyertakan konsep kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Kreativitas

merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir (Supriyadi, 1994:15). Proses kreativitas dalam pembelajaran tari sakura ialah dengan langkah-langkah seperti merasakan, menghayati, mengkhayalkan, mengejawantahkan, dan memberi bentuk.

(45)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif, yakni membandingkan dua atau lebih gejala (Emzir, 2010:82). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kemampuan berimprovisasi menari sakura anak dan sakura ksatria antara menggunakan topeng dan tanpa topeng. Oleh karena yang dibedah dalam penelitian ini adalah kemampuan berimprovisasi yang diwujudkan dalam bentuk gerak ekspresi, baik sakura anak maupun sakura ksatria.

3.2 Langkah-langkah Penelitian

Penelitian dilakukan dengan tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

a. Perencanaan

Tahap perencanaan adalah tahap awal dalam penelitian yang akan dilakukan, tahap ini dilakukan agar penelitian berjalan dengan baik. Tahap perencanaannya ialah sebagai berikut.

(46)

b. Membuat daftar pertanyaan wawancara kepada guru seni budaya untuk menemukan masalah yang ada pada pembelajaran tari (lampiran 2) dan wawancara juga ditujukan kepada sampel (lampiran 3).

c. Menyiapkan dua topeng dengan karakter sakura anak dan sakura ksatria, serta menyiapkan instrumen penilaian dalam bentuk indikator penilaian.

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah tahap untuk menentukan keberhasilan dalam penelitian adalah melakukan tes kemampuan yang ditunjang dengan teknik wawancara, tes dilakukan untuk mengukur kemampuan anak dalam bergerak improvisasi tari sesuai dengan karakter yang diperankan, sedangkan wawancara dilakukan terhadap guru dan sampel untuk melengkapi data.

c. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap yang di gunakan untuk mengetahui keberhasilan dalam suatu penelitian yaitu kemampuan berimprovisasi menari sakura menggunakan topeng dan keberhasilan menari sakura tanpa menggunakan topeng, setelah itu data diolah dan dilaporkan.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian ataupun yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 1989:67). Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: a. Variabel x dalam penelitian ini adalah kemampuan berimprovisasi dengan

(47)

b. Variabel y dalam penelitian ini adalah kemampuan berimprovisasi tanpa menggunakan topeng.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012. Populasi tersebut berjumlah 179 siswa yang tersebar di dalam 5 kelas, gambaran populasi dirangkum dalam tabel berikut.

Tabel 1. Populasi Penelitian

Sumber data: data siswa kelas XI SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012

3.4.2 Sampel Penelitian

(48)

3.5Teknik Pengumpulan Data

a. Tes kemampuan dilakukan untuk membandingkan hasil penelitian tentang kemampuan berimprovisasi menari sakura menggunakan topeng dan tanpa topeng.

b. Wawancara dilakukan kepada guru seni budaya SMA Negeri 14 Bandar Lampung Bapak Suwono, untuk mengetahui pembelajaran tari kreasi daerah di kelas XI yaitu tari sakura. Wawancara juga dilakukan terhadap para pelaku yang menari sakura, tentang pelaksanaan pembelajaran dan perbedaan kemampuan berimprovisasi dengan menggunakan topeng dan tanpa

menggunakan topeng. Lembar wawancara terhadap guru seni budaya dan para pelaku terdapat dilampiran 2 dan 3.

c. Studi pustaka digunakan untuk memperkuat penelitian.Studi pustaka pada penelitian ini digunakan untuk menjelaskan pengertian tari, pembelajaran tari, tari sakura, improvisasi dalam menari, penilaian kemampuan berimprovisasi, dan penelitian terdahulu.

3.6 Instrumen Penilaian

Penelitian ini berupaya mengukur kemampuan berimprovisasi menari sakura. Untuk keperluan itu disiapkan lembar penilaian berbentuk lembar pengamatan yang isinya berupa kemampuan berimprovisasi, kesesuaian gerak terhadap irama musik, dan ekspresi. Deskriptor penilaian terdapat pada lampiran7.

(49)

Tabel 2. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Taraf Penguasaan Kualifikasi Nilai Huruf Angka Kualitas 85% – 100%

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen diujicobakan terlebih dahulu kepada sampel yang memiliki karakteristik sama dengan sampel dalam populasi penelitian yang sebenarnya. Instrumen penilaian akan diuji reliabilitasnya.

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat alat ukur yang digunakan apakah dapat mengukur apa yang hendak diukur dengan hasil yang konsisten walaupun waktu dan tempatnya tidak sama. Penelitian ini menggunakan rumus Inter-Rater relia-bility by using Spearman Rank-Correlation Method untuk menghitung reliabilitas instrumen penilaian kemampuan berimprovisasi menari sakura. Korelasi dalam uji reliabilitas ini dianalisis berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas berikut ini:

Tabel 3. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah (tidak berkorelasi)

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

(50)

Setelah dilakukan perhitungan (lampiran 11) didapatkan koefisien korelasi untuk tes praktik sebesar 0.9847. Berdasarkan tabel di atas, korelasi reliabilitas pada tes praktik tergolong sangat kuat.

3.8 Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, adapun tahap-tahap untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:

a. Menskor Hasil Tes

Keberhasilan dapat dilihat dari hasil yang diperoleh. Penilaian praktik digunakan pada penelitian ini, yaitu untuk mengukur gerak improvisasi tari sakura yang dilakukan oleh sampel dengan menggunakan topeng dan tanpa menggunakan topeng.

Teknik penilaian terhadap gerak improvisasi tari sakura ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengadakan tes kemampuan,

2. Menilai setiap sampel dari hasil kemampuan menggunakan topeng dan tanpa menggunakan topeng berdasarkan deskriptor penilaian dengan tolak ukur penilaian yang telah ditentukan (lampiran 8 dan 9). Rumus yang digunakan untuk mengolah skor menjadi nilai adalah sebagai berikut:

∑ skor tes praktik 2

b. Menabulasikan data skor pada siswa menggunakan topeng dan tanpa menggunakan topeng.

(51)

c. Mereratakan hasil kemampuan menari pada siswa menggunakan topeng dan tanpa menggunakan topeng.

d. Mendeskripsikan dan mengelompokkan bentuk improvisasi antara menggunakan topeng dan tanpa topeng.

e. Membandingkan bentuk improvisasi antara menggunakan topeng dan tanpa topeng.

f. Membandingkan rerata nilai yang dihasilkan berdasarkan kedua tes (tes gerak improvisasi menggunakan topeng dan tanpa menggunakan topeng).

g. Menguji Hipotesis

Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Uji Keacakan Sampel

Uji keacakan sampel digunakan untuk mengetahui apakah sampel diambil secara acak atau tidak. Untuk menguji keacakan sampel digunakan uji runtun. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.

Tolak Ho apabila nilai sig < 0,05 berarti sampel tidak diambil secara acak

Terima Ho apabila nilai sig > 0,05 berarti sampel diambil secara acak

2. Pengujian Distribusi Normalitas

Pengujian distribusi normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pengujian

(52)

Tolak Ho apabila nilai sig < 0,05 berarti distribusi bersifat tidak normal

Terima Ho apabila nilai sig > 0,05 berarti distribusi bersifat normal

3. Pengujian Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen dengan menggunakan data yang diperoleh dari tes awal. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Tolak Ho apabila F > Ft berarti sampel bersifat tidak homogen

Terima Ho apabila F < Ft berarti sampel bersifat homogen

4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menyimpulkan apakah hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori didukung oleh data yang ada di lapangan. Pengujian hipotesis juga berguna untuk menguji perbandingan variable x dan y. Hipotesis yang akan diuji adalah perbandingan kemampuan berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng dan tanpa topeng. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus t tes, berikut ini:

t =

=

(Sanusi, 1996: 128)

Keterangan:

(53)

= Skor rata-rata gerak improvisasi tari sakura di kelas tanpa menggunakan topeng

= Simpangan baku gabungan

n1 = Jumlah siswa untuk kelas menggunakan topeng n2 = Jumlah siswa untuk kelas tanpa menggunakan topeng S1 = Simpangan baku kelas menggunakan topeng

(54)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengantar

Hasil penelitian ini diperoleh melalui tes kemampuan menari yang ditunjang dengan teknik wawancara mengenai perbandingan kemampuan berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng dan tanpa topeng pada siswa kelas XI IPS1 SMA Negeri 14 Bandar Lampung. Tes kemampuan dilakukan untuk melihat bentuk improvisasi serta selisih nilai yang diperoleh antara menari sakura dengan menggunakan topeng dan tanpa menggunakan topeng. Penilaian kemampuan gerak improvisasinya ialah berdasarkan indikator yang digunakan yaitu kemampuan berimprovisasi, kesesuaian gerak terhadap musik, dan ekspresi.

Teknik wawancara juga dilakukan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dan mendeskripsikan jika siswa menari sakura dengan

(55)

Pada tanggal 15 Februari 2012 (pertemuan pertama) diadakan tes praktik pada kelas XI IPS1, tes ini dilakukan secara individu dan tanpa menggunakan topeng. Siswa dituntut memerankan karakter sakura anak dan sakura ksatria tanpa menggunakan topeng.

Pada tanggal 22 Februari 2012 (pertemuan kedua) diadakan tes praktik pada kelas XI IPS1, tes ini dilakukan secara individu dan dengan menggunakan topeng. Siswa dituntut memerankan karakter sakura anak dan sakura ksatria dengan menggunakan topeng. Setelah tes praktik selesai dilakukan, beberapa siswa diwawancarai mengenai tes praktik tari sakura yang telah dilakukan baik dengan menggunakan topeng maupun tanpa topeng. Hasil wawancara terdapat pada lampiran 3.

4.2 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Tari Sakura

Gambar 7. Foto Wawancara dengan Bapak Suwono Guru Seni Budaya SMA Negeri 14 Bandar Lampung

(Foto: Deska, 2012)

(56)

Budaya khususnya seni tari. Pertanyaan yang diajukan yaitu tari yang telah dipelajari disekolah tersebut berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas XI dan pelaksanaan pembelajaran tari serta penilaiannya (evaluasi).

Berdasarkan Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 kelas XI, dengan Standar Kompetensi (SK): mengekspresikan diri melalui karya seni tari, dan Kompetensi Dasar (KD): menyiapkan pertunjukan tari kreasi daerah (tunggal atau kelompok). Berdasarkan kurikulum tersebut, maka guru mempersiapkan materi tari kreasi daerah yakni tari sakura. Tari sakura adalah tari kreasi yang berasal dari daerah Lampung Barat dan sudah dipelajari oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 14 Bandar Lampung. Tari ini berupa improvisasi gerak dengan menggunakan media pembelajaran berupa topeng dengan berbagai karakter dan terkadang pembelajaran tari sakura di sekolah ini tanpa menggunakan properti apapun.

Berikut akan dipaparkan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru:

a. Guru mendemonstrasikan gerak improvisasi;

Sebelum siswa menari sakura baik menggunakan topeng maupun tanpa topeng, terlebih dahulu guru mendemonstrasikan gerak improvisasi yang seharusnya diperankan oleh siswa. Proses demonstrasi gerak improvisasi tari sakura dilakukan agar siswa melihat gambaran gerak yang harus diperankan oleh siswa.

(57)

siswa dituntut harus mampu mengekspresikan perasaan sedih melalui

bergerak improvisasi dengan gerak yang lembut, sedangkan jika memerankan karakter sakura ksatria, gerak tubuh yang harus dilakukan antara lain gagah, tangguh dan pemberani.

c. Guru menyiapkan properti tari, yaitu topeng;

Saat pembelajaran berlangsung disiapkan properti topeng dengan karakter sakura ksatria dan sakura anak. Penggunaan topeng tersebut sebagai media pembelajaran dalam tari sakura.

d. Siswa diajarkan agar dapat membaca karakter topeng;

Jika menggunakan topeng siswa diajarkan bagaimana dapat membaca topeng dengan pedoman yang telah ditentukan yaitu melihat, merasakan,

mengkhayalkan, mengejawantahkan, dan pembentukan.

e. Siswa diajarkan agar dapat menjiwai karakter sakura tanpa menggunakan topeng;

Jika tanpa menggunakan topeng siswa diajarkan bagaimana dapat mengekspresikan sesuai dengan karakter sakura.

f. Guru melakukan evaluasi;

(58)

Pembelajaran tari ini bertujuan agar siswa dapat menjiwai karakter sakura yang akan diperankan baik dengan menggunakan topeng maupun tanpa topeng. Dari hasil wawancara ditemukan masalah tentang adakah perbedaan kemampuan berimprovisasi menari sakura jika menggunakan topeng dan tanpa menggunakan topeng. Apabila dengan menggunakan topeng dan tanpa topeng, kedua-duanya harus mencapai tujuan ialah siswa dituntut untuk menari sesuai dengan tema karakter sakura. Daftar pertanyaan dan hasil jawaban wawancara lebih lengkap terdapat pada lampiran 2. Berikut akan dipaparkan pendapat siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dan perbandingan jika menari menggunakan topeng dan tanpa topeng.

Pertanyaan kepada sampel dalam penelitian ini yakni bagaimana pendapat siswa tentang pelaksanaan pembelajaran guru dalam materi tari sakura dan adakah perbedaan kemampuan berimprovisasi menari sakura jika siswa menggunakan topeng dan tanpa menggunakan topeng.

(59)

Dari ketiga proses pembelajaran tersebut, rata-rata siswa berpendapat bahwa saat pembelajaran tanpa menggunakan topeng sangat membuat siswa kesulitan untuk mengekspresikan sesuai dengan karakter sakura. Siswa lebih senang saat

pembelajaran menggunakan topeng, karena siswa diajarkan membaca topeng sehingga siswa tidak kebingungan saat akan bergerak.

Pertanyaan kedua tentang perbedaan jika siswa menari menggunakan topeng dan tanpa topeng. Semua berpendapat bahwa jika siswa bergerak improvisasi

menggunakan topeng siswa lebih percaya diri dibandingkan jika siswa tidak menggunakan topeng. Menurut mereka, kemampuan berimprovisasi menari sakura menggunakan topeng dan tanpa topeng sama sulitnya, namun jika menari dengan menggunakan topeng mereka lebih leluasa untuk bergerak dan tidak ada keraguan untuk bergerak.

(60)

sudah terbentuk ditopeng, pada intiya topeng membantu saya dalam bergerak improvisasi”.

Jika tanpa menggunakan topeng semua siswa berpendapat merasakan bingung, mereka menari dengan malu-malu dan tidak percaya diri. Seperti yang

diungkapkan salah satu pelaku yang bernama Riky ialah “jika tidak menggunakan topeng, saya tidak bisa menyembunyikan wajah saya yang tidak percaya diri, hasilnya saya bergerak dengan ragu sehingga terlihat kaku”. Sedangkan menurut Dika, ia sangat merasakan bingung untuk bergerak jika tanpa menggunakan topeng.

Jelas dari penjelasan pelaku yang bernama Riky dan Dika, bahwa penggunaan topeng dapat menumbuhkan imajinasi sehingga dapat menciptakan gerak improvisasi. Penelitian ini membandingkan kemampuan berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng dan kemampuan berimprovisasi menari sakura tanpa menggunakan topeng. Daftar pertanyaan dan hasil jawaban wawancara lebih lengkap terdapat pada lampiran 3.

4.3 Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian akan dipaparkan data kemampuan berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng dan tanpa topeng baik dari bentuk

improvisasi, skor per aspek, serta skor keseluruhan.

(61)

4.3.1 Data Kemampuan Berimprovisasi Menggunakan Topeng 4.3.1.1Bentuk Improvisasi Karakter Sakura Ksatria

8. 9.

Gambar 8 dan 9. Foto Siswa Berimprovisasi Karakter Sakura Ksatria dengan Menggunakan Topeng

(Foto: Ringga, 2012)

Media pembelajaran berupa topeng dengan karakter sakura ksatria, yang

menggambarkan sakura memakai helm prajurit dengan kesan gagah, tangguh dan berani. Karakter gagah mampu diperankan dengan percaya diri oleh siswa di kelas XI IPS1. Saat menggunakan topeng ketika siswa berimprovisasi gerak, siswa lebih ekspresif dan gerakan yang dihasilkan siswa lebih luas dan terarah sesuai tema sakura.

(62)

dihubungkan dengan pendidikan karakter, pembelajaran menggunakan karakter sakura ksatria juga dilakukan agar karakter siswa yang masih penakut dapat berubah menjadi pemberani.

4.3.1.2 Bentuk Improvisasi KarakterSakura Anak

10. 11.

Gambar 10 dan 11. Foto Siswa Berimprovisasi Karakter Sakura Anak dengan Menggunakan Topeng

(Foto: Ringga, 2012)

Media pembelajaran berupa topeng dengan karakter sakura anak, yang meng-gambarkan ekspresi sakura yang sedang bersedih. Ekspresi topeng yang sudah terbentuk sedih dan merajuk seperti ingin menangis, sehingga gerak improvisasi yang dilakukan oleh siswa harus sesuai dengan ekspresi topeng agar menjadi tarian yang bermakna.

(63)

IPS1 yang sedang bergerak improvisasi sesuai dengan karakter sakura anak. Gambar 10 diperankan dengan kode nama (ROM), siswa tersebut mendapatkan nilai hasil praktik 84 dan dikategorikan baik. Gambar 11 diperankan dengan kode nama (PT), siswa tersebut mendapatkan nilai hasil praktik 80 dan dikategorikan baik.

Gerak spontan yang ditampilkan siswa secara alamiah tersebut sesuai dengan keseharian siswa pada umumnya. Mereka bergerak sesuai dengan kehendak hati, ada yang menggoyangkan tangannya dan melompat. Anak bergerak sesuai dengan keseharian siswa, ekspresi topeng yang sedang merajuk bermakna dan

mempunyai arti setelah siswa kenakan. Pembelajaran dengan menggunakan topeng tergolong baik, karena siswa bergerak dengan leluasa dan terarah sesuai tema karakter sakura.

4.3.1.3Data Skor Per Aspek Menggunakan Topeng

(64)

a. Data Skor Wiraga (kemampuan berimprovisasi) Menggunakan Topeng Tabel 4. Data Skor Aspek Wiraga Siswa Menggunakan Topeng

� �. � Persentase (%)

� : frekuensi (jumlah data yang ada pada setiap rentang skor)

�. �1 : frekuensi X nilai tengah

Persentase (%) : frekuensi relatif (persentase)

Berdasarkan tabel di atas, hal-hal yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Rentang skor tersebut dikelompokkan menjadi 5 kelas interval dengan panjang kelas setiap intervalnya adalah 3. Dari rentang skor tersebut diketahui bahwa siswa yang memperoleh pada rentang skor 35-37 berjumlah 5 siswa dengan persentase 16,5% dari keseluruhan siswa, siswa yang memperoleh pada rentang skor 29-31 berjumlah 21 siswa dengan persentase 70,3% dari keseluruhan siswa, hanya 1 siswa yang memperoleh pada rentang skor 26-28 dengan persentase 3,3% dari keseluruhan siswa, siswa yang memperoleh pada rentang skor 23-25

berjumlah 3 siswa dengan persentase 9,9% dari keseluruhan siswa, dan tidak ada siswa yang memperoleh pada rentang skor 32-34.

(65)

Berdasarkan hasil tes yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng pada aspek wiraga (kemampuan berimprovisasi) pada kelas XI IPS1 memperoleh skor rata–rata 75,5.

b. Data Skor Wirama (kesesuaian terhadap musik) Menggunakan Topeng Tabel 5. Data Skor Aspek Wirama Siswa Menggunakan Topeng

� �. � Persentase (%)

� : frekuensi (jumlah data yang ada pada setiap rentang skor)

�. �1 : frekuensi X nilai tengah

Persentase (%) : frekuensi relatif (persentase)

(66)

dan siswa yang memperoleh pada rentang skor 16-18 berjumlah 3 siswa dengan persentase 9,9% dari keseluruhan siswa.

Berdasarkan hasil tes yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng pada aspek wirama (kesesuaian terhadap musik) pada kelas XI IPS1 memperoleh skor rata–rata 77,22.

c. Data Skor Wirasa (ekspresi yang diperankan) Menggunakan Topeng Tabel 6. Data Skor Aspek Wirasa Siswa Menggunakan Topeng

� �. � Persentase (%)

� : frekuensi (jumlah data yang ada pada setiap rentang skor)

�. �1 : frekuensi X nilai tengah

Persentase (%) : frekuensi relatif (persentase)

(67)

siswa yang memperoleh pada rentang skor 19-21 berjumlah 7 siswa dengan persentase 24,1% dari keseluruhan siswa, siswa yang memperoleh pada rentang 16-18 berjumlah 2 siswa dengan persentase 6,6% dan siswa yang memperoleh pada rentang 15-17 berjumlah 3 siswa dengan persentase 9,9% dari keseluruhan siswa.

Berdasarkan hasil tes yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng pada aspek wirasa (ekspresi yang diperankan) pada kelas XI IPS1 memperoleh skor rata–rata 75,78.

4.3.1.4Data Skor Total Menggunakan Topeng

Data kemampuan siswa kelas XI IPS1 SMA Negeri 14 Bandar Lampung dalam berimprovisasi menari sakura dengan menggunakan topeng memperoleh skor keseluruhan rata-rata ialah 75,66. Hal ini dapat kita lihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Data Skor Total Kemampuan Menari Sakura Menggunakan Topeng

(68)

� : frekuensi (jumlah data yang ada pada setiap rentang skor)

�. �1 : frekuensi X nilai tengah

Presentase (%) : frekuensi relatif (presentase)

Berdasarkan tabel di atas, hal-hal yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Rentang skor tersebut dikelompokkan menjadi 7 kelas interval dengan panjang kelas setiap intervalnya adalah 5. Dari rentang skor tersebut diketahui bahwa siswa yang memperoleh pada rentang skor 61-65 dan 66-70 masing-masing berjumlah 5 siswa dengan persentase 16,5% dari keseluruhan siswa, siswa yang memperoleh pada rentang skor 71-75 dan 81-85 masing-masing berjumlah 3 siswa dengan persentase 9,9% dari keseluruhan siswa, siswa yang memperoleh pada rentang skor 76-80 berjumlah 9 siswa dengan persentase 30,7% dari

keseluruhan siswa, siswa yang memperoleh pada rentang skor 86-90 berjumlah 4 siswa dengan persentase 13,2% dari keseluruhan siswa, siswa yang memperoleh pada rentang skor 91-95 berjumlah 1 siswa dengan persentase 3,3% dari

keseluruhan siswa.

(69)

Gambar 12. Diagram Lingkaran Perolehan Skor Kelas Menggunakan Topeng

4.3.2 Data Kemampuan Berimprovisasi Tanpa Menggunakan Topeng 4.3.2.1Data Bentuk Improvisasi Tanpa Topeng

13. 14.

Gambar 13 dan 14. Foto Siswa Berimprovisasi Karakter Sakura Tanpa Menggunakan Topeng

(Foto: Deska, 2012) 61-65, 5

66-70, 5

71-75, 3 76-80, 9

81-85, 3 86-90, 4

(70)

Hasil dari pembelajaran yang sudah dilakukan, siswa tetap bergerak, namun tidak sesuai dengan karakter yang diperankan. Misalnya, saat mereka harus berperan seperti karakter sakura ksatria, karakter gagah dan tangguh harus diperankan, namun hasilnya ekspresi yang timbul dari wajah mereka masih ragu dan malu-malu sehingga gerak improvisasi yang dihasilkan menjadi terlihat kaku, tidak sesuai dengan ekspresi yang seharusnya diperankan.

Seperti gambar 13 dan 14 diperankan dengan kode nama (LHP), siswa tersebut mendapatkan nilai hasil praktik 68 dan dikategorikan cukup. Penilaian dalam tari sakura harus memenuhi tiga aspek yaitu kemampuan berimprovisasi, kesesuaian irama musik dan ekspresi yang diperankan. Saat siswa tidak menggunakan topeng siswa kesulitan dalam memenuhi aspek ekspresi yang diperankan, sehingga mempengaruhi kemampuan berimprovisasi. Jika ekspresi dan kemampuan berimprovisasi tidak dikuasai, jelas gerak yang dilakukan tidak dapat mengikuti irama musik. Siswa yang menari sakura tanpa topeng tidak dapat memenuhi aspek-aspek yang dinilai sebagai dasar mengukur kemampuan berimprovisasi menari sakura.

4.3.2.2Data Skor Per Aspek Tanpa Topeng

Gambar

Gambar 4.  Topeng dengan Karakter Sakura Ksatria
Gambar 5. Topeng dengan Karakter Sakura Anak
Gambar 6. Proses Kreatif (Hawkins, 2003:13)
Tabel 1. Populasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Many things are required by all parties, especially in the process of recognition of one's identity, ranging from health care, maintenance of bank accounts,

Faktor apakah dari model Stimulus Theoritical Framework Technology Acceptance Model yang paling berpengaruh terhadap niat penggunaan Tokopedia dalam berbelanja produk UKM

When referred to in a Requirement or Requirements Class, the boxes contained in the LandInfra UML figures may all be called “Classes” even if they are data types, enumerations,

Pembangunan ekonomi dilakukan dengan melakukan suatu transformasi potensi sumber daya wilayah pesisir dan laut menjadi barang dan jasa, melalui proses industri, sehingga

Adapun nilai rata-rata kelas eksperimen dengen metode pembelajaran hypnoteaching = 76,60, dengan standar deviasi = 5,91 standar eror = 1,13 dan termasuk dalam kategori

Fungsi CMC dalam pembuatan pasta ini adalah sebagai bahan penstabil yang dapat menjadikan pasta tetap bertekstur kental sehingga pasta tidak mudah mencair pada

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Menggunakan Model Index Card Match pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Tegalwangi 02 Kabupaten Tegal.. Skripsi

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu diperolehnya masukan bagi penentu kebijakan untuk melakukan