Teknik Analisis Item Tes Hasil
Belajar
Oleh :
Kelompok 3
St. Kurniawanti Basir
Rismayanti
Andi Nuruncha
Herti Hidha Astria
Ahmad Syarif H.
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar
Daftar Isi
Daftar Isi
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Derajat Kesukaran Item
4
B. Analisis Daya Pembeda Item
6
C. Analisis Fungsi Distraktor
9
BAB 3
PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bagi seorang guru kegiatan evaluasi sangatlah menjadi tuntutan, dimana seorang guru harus mengetahui hasil belajar siswanya dengan serangkaian tes yang berupa soal-soal serta berupa percobaan-percobaan kepada anak didik. Utuk memudahkan guru dalam menilai hasil tes tersebut dibuatlah analisis butir soal.
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang paling efektif ialah dengan jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar-mengajajar itu sendiri.
Analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan-pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik,kurang baik, dan soal yang jelek. Sehingga dari identifikasi tersebut dapat menjadi petunjuk untuk mengadakan perbaikan.
Penganalisisan terhadap butir-butir item tes hasil belajar dapat dilakukan dari tiga segi, yaitu: (1) dari segi derajat kesukaran itemnya, (2) dari segi daya pembeda itemnya, (3) dari segi fungsi distraktornya.
Tujuan analisis terhadap items tes menurut Thorndike dan Hagen (1997) yaitu: pertama, jawaban-jawaban soal itu merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk membimbing ke arah cara belajar yang lebih baik. Kedua, jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang terpisah dan perbaikan soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban itu merupakan basis bagi penyiapan tes-tes yang lebik baik untuk tahun berikutnya.
A. Analisis Derajat Kesukaran Item
tidakpula terlalu mudah, dengan kata lain derajat kesukaran item itu sedang atau cukup.
Bertitik tolak dari pernyataan tersebut diatas, maka butir-butir item tes hasil belajar dimana seluruh testee tidak bisa menjawab dengan betul karena terlalu sukar, sehingga item tes hasil belajar tersebut tidak dapat dikatakn sebagai item tes hasil belajar yang baik. Demikian pula sebaliknya, apabila semua testee dapat menjawab seluruh item tes hasil belajar, maka juga tidak dapat dimasukkan pada katagori item tes yang baik karena terlalu mudah.
Rumus :
Keterangan :
Cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka indeks kesukaran item:
a. Menurut Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,30 Terlalu sukar
0,30 – 0,70 Cukup (Sedang)
Lebih dari 0,70 Terlalu Mudah
b. Menurut Witherington
Besarnya P Interpretasi Kurang dari 0,25 Terlalu sukar
0,25 – 0,75 Cukup (Sedang)
P = Proportion (Difficulty Index)
B = Banyaknya Testee yang dapat menjawab soal dengan benar.
Lebih dari 0,75 Terlalu Mudah Tindak Lanjut Hasil Analisis Difficulty Index
1. Item soal yang termasuk kategori baik akan dimasukkan ke dalam bank soal, suatu saat akan dikeluarkan dan digunakan lagi.
2. Item soal kategori terlalu sukar atau terlalu mudah mendapatkan 3 alternatif :
a. Dibuang atau didrop.
b. Dipakai lagi setelah di perbaiki kelemahan-kelemahannya.
c. Didokumentasikan di bank soal dan digunakan untuk tes seleksi (Soal yang terlalu sukar untuk tes yang ketat, sementara soal yang terlalu mudah untuk tes yang longgar).
B. Analisis Daya Pembeda Item
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan (= mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan tinggi (= pandai), dengan testee yang kemampuannya rendah (= bodoh) sedemikian rupa sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk menjawa butir item tersebut sebagian besar tidak dapat menjawab item dengan benar.
Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Angka indeks diskriminasi item adalah sebuah angka atau bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda (discriminatory power) yang dimiliki oleh sebutir item.
Indeks diskriminasi item itu umumnya diberi lambing dengan huruf D (discriminatory power), dan seperti halnya angka indeks kesukaran item, maka indeks diskriminasi item ini besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai 1,00. Namun diantara keduanya terdapat perbedaan yang mendasar, yaitu : 1. Angka indeks kesukaran tidak pernah negative, maka indeks daya
2. Jika sebutir item memiliki item dengan tanda positif, artinya bahwa butir item tersebut telah memiliki daya pembeda, dalam arti bahwa peserta didik yang termasuk kategori pandai lebih banyak yang bisa menjawab dengan betul terhadap butir item yang bersangkutan, sedangkan peserta didik yang termasuk kategori bodoh lebih banyak yang menjawab salah.
3. Jika sebutir item angka indeks D= 0,00 (nihil), maka hal ini menunjukkan bahwa butir item yang bersangkutan tidak memiliki daya pembeda sama sekali, artinya bahwa jumlah peserta didik atas yang jawabannya betul (atau salah) sama dengan jumlah peserta didik kelompok bawah yang jawabannya betul. Jadi diantara kedua kelompok tersebut tidak ada perbedaannya sama sekali (=0).
4. Apabila bertanda negative, artinya bahwa butir item yang bersangkutan lebih banyak dijawab betul oleh peserta didik kelompok bawah (bodoh) ketimbang peserta didik kelompok atas (pandai) atau peserta didik yang sebenarnya termasuk dalam kategori pandai lebih banyak jawabannya salah, sedangkan peserta didik yang sebenarnya termasuk dalam kategori bodoh justru lebih banyak yang jawabannya betul.
Standar daya pembeda item :
Besarnya Angka Indeks Diskriminasi Item (D)
Klasifikasi Interpretasi
Kurang dari 0,20 Poor Butir item yang bersangkutan daya pembedanya lemah sekali (jelek),
dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik.
0,20 – 0,40 Satisfactory Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang cukup
(sedang).
0,40 – 0,70 Good Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik.
0,70 – 1,00 Excellent Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik
sekali.
Rumus :
Keterangan :
Rumus menghitung PA dan PB :
Keterangan :
C. Analisis Fungsi Distraktor
Pada tes obyektif bentuk multiple choice, setiap butir item yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar telah dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawaban (= option atau alternatif). Option atau alternatif itu jumlahnya berkisar antara tiga sampai dengan lima buah. Salah satu darioption atau alternatif itu merupakan jawaban yang benar (= kunci
D = discriminatory power
PA = Proporsi Testee bagian atas yang dapat menjawab soal dengan benar. PB = Proporsi Testee bagian bawah yang dapat menjawab soal dengan benar.
BA = Jumlah testee kelas atas yang bisa menjawab benar
JA = Jumlah testee kelas atas
BB = Jumlah testee kelas bawah yang bisa menjawab benar
jawaban) dan sisanya merupakan jawaban salah. Jawaban yang salah itu biasa dikenal dengan istilah distractor atau pengecoh.
Tujuan utama dari pemasangan distraktor adalah agar dari sekian banyak testee yang mengikuti tes hasil belajar, ada yang tertarik untuk memilihnya. testee menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih merupakan jawaban benar. Bila semakin banyak testee yang terkecoh, maka kita dapat menyatakan bahwa disktraktor itu makin dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Begitu pula sebaliknya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa distraktor baru dapat dikatakan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik, apabila distraktor tersebut telah memiliki daya tarik sedemikian rupa, sehingga testee merasa bimbang serta ragu-ragu lalu pada akhirnya mereka terkecoh dan memilih distraktor sebagai jawaban yang benar.
Menurut Anas Sudijono (2011: 411), mengungkapkan bahwa distractor telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila distractor tersebut telah dipilih sekurang-kurangnya 5% dari seluruh peserta tes. Distrsctor yang telah menjalankan fungsinya dengan baik dapat digunakan kembali pada tes yang akan datang. Dengan demikian, efektivitas distractor adalah seberapa baik pilihan yang salah tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak mengetahui kunci jawaban yang tersedia. Semakin banyak peserta tes yang memilih distractor tersebut, maka distractor itu dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Jika peserta tes mengabaikan semua option (tidak memilih) disebut omit. Dilihat dari segiomit, sebuah item dikatakan baik jika omitnya tidak lebih dari 10 % pengikut tes.
Suatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara: 1. Diterima, karena sudah baik.
2. Ditolak, karena tidak baik.
3. Ditulis kembali, karena kurang baik.
Untuk menganalisis fungsi distraktor butir soal no. 1,2,3 dan 4 misalnya, maka dilihat pola penyebaran jawaban dari butir item no. 1,2,3 dan 4 ternyata diperoleh pola penyebaran jawaban sebagai berikut.
Tabel : Pola penyebaran jawaban empat butir tes Nomor
Dengan adanya pola penyebaran jawaban seperti pada tabel di atas, maka dapat diketahui berapa persen peserta tes yang terkecoh memilih distraktor yang diberikan yaitu:
Untuk item tes no.1, kunci jawabannya adalah A dan distraktornya adalah B,C,D,E.
Distraktor B dipilih oleh 8 orang berarti : 8/50 x 100% = 16%. Dengan demikian distraktor B telah menjalankan fungsinya sebagai pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.
Distraktor C dipilih oleh 6 orang berarti : 6/50 x 100% = 12%. Dengan demikian distraktor C juga telah menjalankan fungsinya sebagai pengecoh dengan baik, karena dipilih oleh lebih 5% peserta tes.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Analisis butir tes hasil belajar merupakan power test. Yakni kegiatan yang dilakukan secara sistematis terhadap butir tes yang diujikan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan atau permasalahan. Soal-soal yang terdapat dalam tes hasil belajar seharusnya dilakukan analisis terlebih dahulu agar soal yang diberikan bersifat baik dan bermutu.
Manfaat analisis butir tes hasil belajar Menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi dengan baik, meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu, tingkat kesukaran, daya pembeda dan pengecoh soal dan merevisi soal yang tidak relevan degan materi yang diajarkan yang ditandai dengan banyaknya anak yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan Ed. Revisi, Cet. II . Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.