• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Aplikasi Prototype Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Aplikasi Prototype Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season."

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN APLIKASI PROTOTYPE

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

AGRIBISNIS HORTIKULTURA ON-SEASON

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

FAIZAL NUR SEPTIAWAN 07.41010.0317

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

x

Halaman

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan ... 7

1.5 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Agribisnis ... 10

2.2 Hortikultura ... 12

2.3 Studi Kelayakan Investasi ... 13

2.3.1 Pengertian Investasi ... 16

2.3.2 Investasi Pertanian ... 17

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Pertanian ... 18

2.3.4 Peluang Investasi Pertanian ... 19

(3)

xi

2.4.2 Resiko Tanam ... 25

2.4.3 Modal... 26

2.5 Pengertian Aspek Keuangan... 27

2.6 Penyusutan ... 28

2.7 Aliran Kas ... 28

2.8 Break Event Point (BEP) ... 30

2.9 Return On Investment (ROI) ... 31

2.10 Metode Penilaian Investasi ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Analisis Sistem ... 37

3.1.1 Identifikasi Masalah ... 37

3.1.2 Analisis Kebutuhan ... 39

3.2 Perancangan Sistem ... 40

3.2.1 Rancangan Model ... 40

3.2.2 Model Pengembangan Sistem ... 42

3.2.3 Data Flow Diagram (DFD) ... 70

3.2.4 Struktur Basis Data ... 82

3.2.5 Perancangan Input dan Output (I/O) ... 94

3.2.6 Desain Uji Coba ... 105

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 114

4.1 Implementasi Sistem ... 114

(4)

xii

4.2.1 Contoh Kasus ... 126

4.2.2 Analisis Hasil Uji Coba ... 146

BAB V PENUTUP ... 147

5.1 Kesimpulan ... 147

5.2 Saran ... 147

(5)

xiii

Tabel 3.1 Macam Jenis Komoditas Hortikultura Sayur dan Buah

Semusim di 3 Kabupaten ... 44

Tabel 3.2 Komoditas ... 82

Tabel 3.3 Kota ... 82

Tabel 3.4 Komoditas_Kota ... 83

Tabel 3.5 Harga ... 83

Tabel 3.6 Tahun ... 84

Tabel 3.7 Jarak Tanam ... 85

Tabel 3.8 Jarak Bedengan ... 85

Tabel 3.9 Satuan ... 86

Tabel 3.10 Benih ... 86

Tabel 3.11 Pupuk ... 87

Tabel 3.12 Pestisida ... 87

Tabel 3.13 Pekerjaan ... 88

Tabel 3.14 Estimasi Kebutuhan ... 89

Tabel 3.15 Peralatan ... 89

Tabel 3.16 Resiko ... 90

Tabel 3.17 Berat Buah ... 90

Tabel 3.18 Proyeksi ... 91

Tabel 3.19 Komoditas_Kota_Pilihan ... 91

Tabel 3.20 Perhitungan ... 92

Tabel 3.21 Desain Uji Coba Fungsi Rencana Pendapatan ... 106

(6)

xiv

Tabel 3.25 Desain Uji Coba Fungsi Perbandingan Kelayakan ... 109

Tabel 3.26 Desain Uji Coba Perhitungan Rencana Pendapatan ... 110

Tabel 3.27 Desain Uji Coba Fungsi Proyeksi Laba Rugi ... 110

Tabel 3.28 Desain Uji Coba Perhitungan Proyeksi Aliran Kas ... 111

Tabel 3.29 Desain Uji Coba Perhitungan Kelayakan ... 112

Tabel 3.30 Desain Uji Coba Perhitungan Perbandingan Kelayakan ... 112

Tabel 3.31 Desain Test Case Kompatibilitas Aplikasi ... 113

Tabel 4.1 Data Histori Harga ... 127

Tabel 4.2 Penyusutan Peralatan Komoditas Kubis ... 137

Tabel 4.3 Penyusutan Peralatan Komoditas Cabe Besar (Merah) ... 137

Tabel 4.4 Laba Rugi Komoditas Kubis ... 137

Tabel 4.5 Laba Rugi Komoditas Cabe Besar (Merah) ... 138

Tabel 4.6 Aliran Kas Komoditas Cabe Besar (Merah) ... 138

Tabel 4.7 Aliran Kas Komoditas Kubis ... 138

Tabel 4.8 BEP Komoditas Kubis ... 139

Tabel 4.9 BEP Komoditas Cabe Besar (Merah) ... 139

Tabel 4.10 ROI Komoditas Kubis... 140

Tabel 4.11 ROI Komoditas Cabe Besar (Merah) ... 140

Tabel 4.12 NPV dan IRR Komoditas Kubis ... 140

Tabel 4.13 NPV dan IRR Komoditas Cabe Besar (Merah) ... 140

Tabel 4.14 PI Komoditas Kubis ... 141

(7)

xv

Gambar 2.1 Skema tahapan dalam studi kelayakan investasi bisnis ... 15

Gambar 3.1 Gambaran Umum Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ... 41

Gambar 3.2 Block Diagram Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season. ... 43

Gambar 3.3 Context Diagram Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ... 70

Gambar 3.4 DFD Level 0 Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ... 72

Gambar 3.5 DFD Level 1 Maintenance Data Master ... 73

Gambar 3.6 DFD Level 1 Menghitung Total Biaya Investasi ... 74

Gambar 3.7 DFD Level 1 Menghitung Anggaran Keuangan ... 75

Gambar 3.8 DFD Level 1 Menghitung Kelayakan Investasi ... 75

Gambar 3.9 DFD Level 1 Membandingkan Hasil Perhitungan Kelayakan ... 76

Gambar 3.10 DFD Level 1 Membuat Laporan ... 77

Gambar 3.11 DFD Level 2 Menghitung BEP ... 78

Gambar 3.12 CDM Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ... 79

Gambar 3.13 PDM Rancang Bangun Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ... 81

Gambar 3.14 Desain Input Master Kota ... 94

Gambar 3.15 Desain Input Master Komoditas... 95

Gambar 3.16 Desain Input Master Histori Harga ... 95

Gambar 3.17 Desain Input Master Jarak Tanam... 96

(8)

xvi

Gambar 3.21 Desain Input Master Pestisida ... 97

Gambar 3.22 Desain Input Master Pekerjaan ... 98

Gambar 3.23 Desain Input Master Estimasi Kebutuhan ... 98

Gambar 3.24 Desain Input Master Peralatan ... 99

Gambar 3.25 Desain Input Master Resiko ... 99

Gambar 3.26 Desain Input/Output Proyeksi Harga Jual ... 99

Gambar 3.27 Desain Output Biaya Investasi ... 100

Gambar 3.28 Desain Input Edit Jarak ... 101

Gambar 3.29 Desain Output Biaya Penyusutan ... 101

Gambar 3.30 Desain Output Rencana Pendapatan ... 102

Gambar 3.31 Desain Output Proyeksi Laba rugi ... 102

Gambar 3.32 Desain Output Proyeksi Aliran Kas Bersih ... 103

Gambar 3.33 Desain Output BEP ... 103

Gambar 3.34 Desain Output ROI ... 104

Gambar 3.35 Desain Output NPV ... 104

Gambar 3.36 Desain Output IRR ... 104

Gambar 3.37 Desain Output PI ... 105

Gambar 3.38 Desain Output Skoring dan Rekomendasi ... 105

Gambar 4.1 Form Login ... 116

Gambar 4.2 Halaman Menu Investor ... 117

Gambar 4.3 Halaman Tambah Perhitungan ... 118

(9)

xvii

Gambar 4.7 Halaman Master Tambah Peralatan ... 122

Gambar 4.8 Halaman Master Tambah Pupuk ... 123

Gambar 4.9 Halaman Master Tambah Pekerjaan ... 123

Gambar 4.10 Halaman Master Tambah Jarak Tanam... 124

Gambar 4.11 Halaman Master Tambah Komoditas Kota ... 125

Gambar 4.12 Halaman Master Tambah Benih... 125

Gambar 4.13 Hasil Perbandingan Antar Komoditas ... 142

Gambar 4.14 Laporan Laba Rugi Komoditas Kubis ... 143

Gambar 4.15 Laporan Aliran Kas Komoditas Kubis ... 143

Gambar 4.16 Laporan BEP Komoditas Kubis ... 144

Gambar 4.17 Laporan ROI Komoditas Kubis ... 144

Gambar 4.18 Laporan NPV dan IRR Komoditas Kubis ... 145

(10)

1 1.1 Latar Belakang.

Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Salah satu bidang agribisnis yang saat ini menjadi fokus pengembangan di Indonesia adalah hortikultura.

(11)

Ditinjau dari segi permintaan, data volume dan nilai ekspor hortikultura Tahun 2007 sebesar 128.426 ton meningkat menjadi 140.154 ton (9,13%) pada tahun 2008. Sedangkan nilai ekspor pada Tahun 2007 sebesar US$ 57 juta meningkat menjadi US$ 77 juta (34,97%) pada tahun 2008 (Ditjen Hortikultura, 2009). Data tersebut menunjukkan bahwa prospek hortikultura memang sangat baik untuk dikembangkan karena permintaannya yang semakin meningkat. Pemerintah sendiri menargetkan volume ekspor komoditas hortikultura nasional meningkat 30% pada tahun 2014. Potensi untuk meningkatkan ekspor Hortikultura sangat terbuka apalagi saat ini Indonesia baru mampu memasok kurang dari 10 % pasar Singapura. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor hortikultura Indonesia ke China tahun 2010 sebesar US$ 12,4 juta (investor.co.id). Tingginya peluang mengembangkan sektor hortikultura dilihat dari banyaknya permintaan masyarakat domestik dan nilai ekspor, membuat minat investor untuk mengembangkan hortikultura semakin tinggi pula.

(12)

melimpah. Kondisi tersebut juga dapat memberikan dampak negatif karena harga jual hasil panen di pasaran menurun.

Banyak investor yang tidak menyadari bahwa komoditas hortikultura on-season juga dapat mendatangkan kerugian jika tidak cermat dalam berinvestasi. Berdasarkan data produksi bawang merah dan cabai merah di Jawa Timur tahun 2011 menunjukkan ketidakseimbangan antara produksi dengan tingkat konsumsi masyarakat, yaitu jumlah produksi bawang merah sebesar 217.306 ton sedangkan tingkat konsumsi hanya 101.185 ton dan untuk jumlah produksi cabai merah sebesar 774.023 ton sedangkan tingkat konsumsinya hanya 22.486 ton. Berdasarkan hasil penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 harga cabai turun mencapai 3.000-4.000 per kilogram.

(13)

sangat melimpah baik pasokan yang berasal dari dalam kota maupun dari daerah lain.

Kondisi demikan sangat tidak kondusif bagi investor agribisnis hortikultura dikarenakan penurunan harga jual komoditas hortikultura on-season yang berkibat kerugian investor tidak mampu menutupi biaya produksi. Tingginya resiko kegagalan dalam berinvestasi di bidang agribisnis hortikultura ini menyebabkan kebingungan bagi investor dalam menentukan komoditas yang ingin dipilih untuk dikembangkan. Selain itu investor agribisnis hortikultura harus mampu membaca peluang dalam memilih komoditas yang akan dikembangkan, agar hasil produksinya dapat diterima oleh pasar dan pendapatan lebih menguntungkan.

(14)

sebagai index tolok ukur kemampuan suatu investasi dalam menghasilkan keuntungan. Hasil perhitungan dan analisis dari tiap komoditas akan dibandingkan dengan komoditas on-season lainnya untuk mendapatkan satu komoditas yang layak untuk dikembangkan. Aplikasi ini dapat memberikan rekomendasi kepada investor agribisinis hortikultura dalam menentukan pilihan komoditas untuk dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana merancang dan membangun aplikasi perhitungan analisis kelayakan investasi agribisnis hortikultura on-season yang ditinjau berdasarkan aspek keuangan.

1.3 Batasan Masalah.

Batasan masalah dari sistem yang dibahas adalah sebagai berikut:

1. Komoditas hortikultura yang dibahas dalam sistem ini hanya buah-buahan dan sayuran dengan kriteria tanaman hortikultura musiman (usia tanam kurang dari 6 bulan).

2. Contoh pengambilan data dilakukan di 3 (tiga) daerah di Jawa Timur, yaitu : a. Kabupaten Malang.

(15)

Buah : Semangka, Melon. b. Kabupaten Probolinggo.

Sayuran : Bawang Merah, Kentang, Kubis, Bawang Daun, Wortel. Buah : Melon, Semangka.

c. Kabupaten Jember.

Sayuran : Cabe Besar, Cabe Rawit, Kubis, Tomat, Brokoli (Kol). Buah : Semangka, Melon.

3. Sistem tidak membahas proses budidaya secara detail dan pemilihan variabel kebutuhan tanam seperti Saprodi (Sarana Produksi) diperoleh berdasarkan kebiasaan tanam di masing-masing daerah.

4. Sistem tidak membahas tentang penentuan wilayah/lokasi tanam secara detail.

5. Lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan siap tanam dan diasumsikan lahan yang digunakan adalah lahan sewa.

6. Tidak membahas secara detail tentang analisis resiko kegagalan tanam, hanya digambarkan secara umum berupa persentase tentang besarnya tingkat kegagalan.

7. Penelitian ini menggunakan sumber modal dana investasi pribadi.

8. Sistem ini bukan memberikan solusi agar tidak terjadi panen berlimpah (panen raya) atau fluktuasi harga, karena hal tersebut sudah merupakan karakteristik On-Season.

(16)

10. Sistem juga tidak membahas pengaruh adanya suatu event (hari besar agama, hari peringatan nasional, dan lainnya) terhadap proses perhitungan dan analisis.

11. Tidak membahas adanya penjadwalan ataupun evaluasi proyek.

12. Perangkat lunak ini berbasis web dan dikembangkan dengan menggunakan PHP dan database MySQL, serta tidak membahas tentang keamanan data.

1.4 Tujuan.

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan sistem ini adalah dihasilkannya suatu sistem yang dapat melakukan perhitungan analisis kelayakan investasi agribisnis hortikultura on-season yang ditinjau berdasarkan aspek keuangan.

1.5 Sistematika Penulisan.

Laporan Tugas Akhir (TA) ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan.

(17)

BAB II : Landasan Teori.

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori dari beberapa metode analisis kelayakan yang digunakan, yaitu NPV, IRR, PI dan metode dari perhitungan BEP, ROI serta uraian singkat mengenai penjelasan agribisnis hortikultura dan juga skema tahapan dalam studi kelayakan bisnis.

BAB III : Analisis dan Perancangan Sistem.

Bab ini berisi penjelasan tentang tahap – tahap observasi pendahuluan berupa identifikasi masalah, analisis kebutuhan dan perancangan alur proses bisnis berupa diagram blok yang berisikan tahapan perhitungan investasi, laporan keuangan, dan analisis kelayakan investasi serta perbandingan dari hasil analisis untuk masing-masing komoditas. Alur sistem akan digambarkan dalam bentuk Data Flow Diagram (DFD), desain database berupa ERD, struktur basis data, desain antarmuka (I/O), serta desain uji coba.

BAB IV : Evaluasi dan Implementasi.

(18)

BAB V : Penutup.

(19)

10 2.1 Agribisnis.

Agribisnis merupakan salah satu bidang di sektor pertanian yang berperan penting dalam perkembangan perekonomian. Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering agribisnis diartikan sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari konsep semula yang dimaksud. Konsep agribisnis secara sederhana adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.

Pengertian fungsional agribisnis adalah rangkaian fungsi–fungsi kegiatan untuk memenuhi kegiatan manusia. Sedangkan pengertian struktural agribisnis adalah kumpulan unit usaha atau basis yang melaksanakan fungsi dari masing– masing sub-sistem, tidak hanya mencakup bisnis pertanian yang besar, tetapi skala kecil dan lemah juga (pertanian rakyat). Bentuk usaha dalam agribisnis dapat berupa PT, CV, Perum, Koperasi, dan lain–lain. Sifat usahanya adalah homogen/heterogen, berteknologi tinggi atau tradisional, komersial, padat modal atau padat tenaga kerja.

Sistem agribisnis adalah rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yg saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Sub-sistem agribisnis meliputi : a. Sub-sistem faktor input pertanian (input factor sub-system) merupakan

(20)

b. Sub-sistem produksi pertanian (production sub-system) merupakan budidaya pertanian/usaha tani.

c. Sub-sistem pengolahan hasil pertanian (processing sub-system) merupakan agroindustri hasil pertanian.

d. Sub-sistem pemasaran (marketing sub-system) merupakan faktor produksi, hasil produksi dan hasil olahan.

e. Sub-sistem kelembagaan penunjang (supporting institution sub-system) merupakan sub-sistem jasa (service sub-system).

Sistem agribisnis mencakup 3 aspek utama, diantaranya adalah:

1. Aspek pengolahan usaha (produksi) pertanian: pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan.

2. Aspek produk penunjang kegiatan pra-pasca panen: industri penghasil pupuk, bibit unggul, dan lain–lain.

3. Aspek sarana penunjang: perbankan, pemasaran, penyuluhan, penelitian. Menurut Firdaus (2008), ada lima alasan agribisnis Indonesia berkembang dan berprospek cerah, antara lain:

i. Lokasinya di garis khatulistiwa yang menyebabkan adanya sinar matahari yang cukup bagi perkembangan sektor budi daya pertanian.

ii. Kondisi lahan yang relatif subur.

iii. Lokasi Indonesia berada di luar zona angin taufan.

(21)

v. Adanya kemauan politik pemerintah yang masih menempatkan sektor pertanian menjadi sektor andalan.

Hambatan pengembangan agribisnis di Indonesia menurut Firdaus (2008) terletak pada beberapa aspek, antara lain:

a) Pola produksi beberapa komoditas tertentu berada dilokasi yang terpencar, sehingga menyulitkan pembinaan dan tercapainya efisiensi usaha skala tertentu.

b) Sarana dan prasarana khususnya di luar pulau jawa belum memadai, sehingga menyulitkan tercapainya efisiensi usaha pertanian.

c) Akibat poin (b) dan kondisi negara yang terdiri dari banyak pulau, sehingga biaya transportasi menjadi semakin tinggi.

d) Adanya pemusatan agroindustri di kota besar, sehingga nilai bahan baku menjadi lebih mahal untuk mencapai lokasi tersebut.

Sistem kelembagaan khususnya dipedesaan yang masih lemah, sehingga kurang mendukung berkembangnya agribisnis. Lemahnya kelembagaan tersebut dapat dilihat dari berfluktuasinya produksi dan harga komoditas pertanian.

2.2 Hortikultura.

(22)

bahwa hortikultura mempunyai prospek yang baik karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta permintaan pasar yang semakin meningkat baik di dalam maupun luar negeri.

Menurut Zulkarnain (2009) meningkatnya perkembangan dan apresiasi terhadap komoditas hortikultura menyebabkan fungsi hotikultura bukan hanya sebagai bahan pangan, namun fungsi hortikultura dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

1) Fungsi penyediaan pangan, yakni terutama sekali dalam kaitannya dengan penyediaan vitamin, mineral, serat, dan senyawa lain untuk pemenuhan gizi. 2) Fungsi ekonomi, dimana pada umumnya komoditas hortikultura mempunyai

nilai ekonomi yang tinggi, menjadi sumber pendapatan bagi petani, pedagang, kalangan industri, dan lain-lain.

3) Fungsi kesehatan, ditunjukkan oleh komoditas biofarmaka untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit tidak menular.

4) Fungsi sosial budaya, yang ditunjukkan oleh peran komoditas hortikultura sebagai salah satu unsur keindahan atau kenyamanan lingkungan, serta peranannya dalam berbagai upacara, kepariwisataan, dan lain-lain.

2.3 Studi Kelayakan Investasi.

(23)

Pihak yang berkepentingan terhadap Studi Kelayakan Investasi Bisnis yaitu : a) Pelaku Bisnis dan Investor.

Berorientasi profit dan menambah kekayaan pemilik modal. b) Kreditur.

Adanya keamanan dari dana yang disalurkan. c) Pemerintah.

Perluasan lapangan pekerjaan dan penghematan devisa. d) Masyarakat.

Dampak positif bagi masyarakat yaitu adanya kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masayarakat itu sendiri.

Untuk mempermudah Studi Kelayakan Investasi Bisnis dan menjamin keakuratan penilaian, maka dalam pelaksanaan hendaknya melalui tahapan : 1) Pengumpulan data dan informasi.

2) Melakukan pengolahan data. 3) Analisis data.

4) Mengambil keputusan. 5) Memberikan rekomendasi.

(24)

PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI

PENGOLAHAN DATA

ANALISIS DATA

MENGAMBIL KEPUTUSAN

LAYAK / TIDAK ? BATAL

DIREKOMENDASIKAN

DIJALANKAN

T

Y

Gambar 2.1. Skema Tahapan Dalam Studi Kelayakan Investasi Bisnis.

Studi kelayakan akan lebih komprehensif dan lengkap jika dilakukan dengan keseluruhan aspek yang terkait dengan investasi, seperti pemasaran, produksi, sumber daya manusia, keuangan, dan analisis dampak lingkungan.

Manfaat studi kelayakan terkait dengan aspek keuangan adalah:

a) Memandu pemilik dana untuk mengoptimalkan dana yang dimilikinya.

b) Memperkecil resiko kegagalan investasi dan memperbesar keberhasilan investasi.

(25)

2.3.1 Pengertian Investasi.

Menurut Martono dan Harjito dalam Irawan (2006:8) menerangkan bahwa investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan kedalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan dimasa yang akan datang.

Sedangkan menurut Prihadi (2010:3) Investasi adalah salah satu keputusan utama keuangan. Keputusan dalam berinvestasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang, untuk itu diperlukan waktu dan proses cukup lama sebelum investasi dijalankan. Salah satu sifat dasar dari investasi adalah adanya ketidakpastian terhadap hasil diwaktu yang akan datang.

Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha, oleh karena itu investasi pun dibagi dalam beberapa jenis. Menurut Kasmir dalam Wadji (2006) bahwa dalam prakteknya investasi dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu:

1) Investasi Nyata (Real Investment).

Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixet asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin.

2) Investasi Finansial (Financial Investment).

Investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham, obligasi, atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito.

(26)

dicapai dari investasi harus sepadan dengan resiko yang akan dialami. Menurut Prihadi (2010) secara umum invetasi dapat diklasifikasikan menjadi:

a) Penggantian untuk bisnis yang sudah berjalan (replacement for maintenance of business).

b) Penggantian untuk penghematan biaya (replacement for cost reduction). c) Ekspansi pada produk atau pasar saat ini (expansion of existing products or

markets).

d) Ekspansi ke dalam produk atau pasar baru (expantion into new products or markets).

e) Kontak jangka panjang (long-term contacts).

f) Riset dan pengembangan (research and development).

g) Proyek keselamatan dan/atau lingkungan (safety and/or environmental project).

2.3.2 Investasi Pertanian.

(27)

Kegiatan pertanian adalah proses transformasi input menjadi output pertanian atau kegiatan budidaya yang bertujuan untuk menghasilkan produk primer pertanian. Sedangkan yang dimaksud dengan produk primer pertanian adalah produk yang belum mengalami proses transformasi fisik yaitu produk segar atau produk yang hanya mengalami perlakuan pasca panen (Hadi, 2010).

Investasi dapat dibagi menjadi dua yaitu investasi publik dan usaha. Investasi publik menjadi tanggung jawab pemerintah, artinya semua infrastruktur yang mendukung dengan investasi pertanian termasuk pembangunan jaringan pengairan, jalan pertanian, dan bangunan pasar hasil pertanian menjadi tanggung jawab pemerintah. Sedangkan investasi usaha dilakukan oleh pelaku usaha, baik perusahaan berbadan hukum, perorangan, maupun bantuan pemerintah (Hadi, 2010). Bentuk investasi usaha pertanian menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2007 dan Van Der Eng 2009 dalam Hadi (2010:8) adalah modal yang mempunyai masa pakai (umur ekonomi) lebih dari satu tahun.

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Pertanian.

Faktor pemerintah yang terdiri dari kebijakan investasi, regulasi, dan birokasi, serta pemerintahan dan politik yang dapat berpengaruh langsung terhadap investasi. Yang dimaksud dengan kebijakan investasi antara lain menyangkut bidang usaha yang diperbolehkan, negara yang diijinkan, insentif pajak bagi investor, jangka Hak Guna Usaha (HGU) tanah, depresiasi, dan amortisasi. Sedangkan regulasi dan birokrasi pemerintah menyangkut prosedur dan biaya perijinan.

(28)

mutu), yaitu jaringan pengairan, jalan pertanian, dan bangunan pasar guna peningkatan mutu penjualan hasil pertanian akan berdampak positif pada investasi. Sumber daya manusia yang jumlahnya cukup, memiliki keterampilan tinggi, upah yang tidak terlalu tinggi, dan dukungan SPI (Serikat Pekerja Indonesia) yang kondusif. Selain itu, kondisi keamanan umum yang baik dan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi akan mempunyai daya tarik investasi. Tersedianya dana investasi, kondisi ekonomi makro, harga input dan output pertanian, permintaan output pertanian, dan persaingan usaha merupakan faktor ekonomi penting yang berpengaruh terhadap investasi. Dana investasi yang cukup baik yang bersumber dari tabungan domestik rumah tangga, perusahaan, maupun tabungan pemerintah akan mendorong investasi. Kondisi makro ekonomi yang menyangkut pasar modal yang maju, kondisi sistem perbankan yang efisien dan aman, nilai tukar mata uang yang stabil, dan suku bunga bank yang rendah juga akan berdampak positif pada investasi. Demikian pula dengan harga input yang cukup rendah dan output yang tinggi dan stabil, permintaan akan hasil pertanian yang meningkat baik dalam negeri maupun luar negeri akan mendorong investasi. Sedangkan persaingan usaha yang sehat yang diawasi oleh KKPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) akan menambah daya minat investasi (Hadi, 2010).

2.3.4 Peluang Investasi Pertanian.

(29)

pendapatan masyarakat. Naiknya harga pangan dunia akhir-akhir ini yang dapat menambah peluang besar bagi pelaku usaha untuk memperolah keuntungan yang lebih tinggi dan berkelanjutan. Dukungan pemerintah Indonesia untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui berbagai kebijakan dan peraturan (Hadi, 2010).

2.3.5 Perencanaan Investasi Proyek.

Di dalam merencanakan suatu investasi biasanya manajemen bersama-sama dengan staf yang lain mengadakan identifikasi dalam menentukan jenis investasi yang akan dilakukan guna meningkatkan kinerja perusahaan. Identifikasi yang dimaksud adalah dengan merencanakan kapan waktu untuk memulai dan dalam jangka waktu berapa lama investasi ini akan dikembangkan, serta data histori yang dimiliki perusahaan atau data dari luar perusahaan yang relevan, maka dapat ditentukan investasi mana yang memungkinkan untuk dikembangkan.

Setelah tahap identifikasi selesai dilakukan, hasilnya kemudian dituangkan dalam rencana kegiatan yang akan dilakukan masing-masing bagian untuk mendukung pencapaian target. Kegiatan dilaksanakan bersamaan dengan penilaian atas masing-masing unit kegiatan beserta pengelompokkan atas variabel biaya yang diperlukan untuk tiap unit kegiatannya.

Setelah rencana ditetapkan, selanjutnya akan dibuat suatu rencana kerja dan proyeksi atas hasil kerja yang diharapkan akan dicapai. Proyeksi yang dimaksudkan disini adalah proyeksi laba rugi, neraca, rencana arus kas, dan lain sebagainya.

(30)

bersifat kuantitatif. Kajian yang dimaksud sering disebut dengan istilah studi kelayakan bisnis atau studi kelayakan proyek.

2.4 Variabel-Variabel Tanam.

2.4.1 Faktor Produksi dan Biaya Produksi.

Aspek penting dalam proses produksi adalah tersedianya sumber daya atau bahan baku yang bisa juga disebut sebagai faktor produksi. Sebagaimana halnya dalam ekonomi pertanian maka faktor produksi dapat diklasifikasikan kedalam tiga bagian, yaitu tanah, tenaga kerja dan modal. Menurut Abdurrahman (1982: 421) bahwa faktor produksi adalah faktor-faktor yang dalam suatu kombinasi dipakai untuk menghasilkan suatu barang ekonomi. Faktor produksi yang utama ialah tanah, modal, tenaga kerja dan skill.

Pengertian–pengertian tentang faktor produksi tersebut dapat disimpulkan sebagai sumber daya atau input yang terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal dan skill yang dibutuhkan atau digunakan sedemikian rupa untuk menghasilkan suatu komoditas yang bernilai ekonomi. Kombinasi atas sumber daya tersebut harus menunjukkan suatu proses produksi yang efisien, sehingga akan meminimalkan pengeluaran dalam biaya produksi.

(31)

Dalam proses produksi usaha tani dibutuhkan berbagai macam faktor produksi tersebut, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dikombinasikan dalam penggunaannya. Faktor produksi yang digunakan ini ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat variabel. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh petani untuk mampu menciptakan hasil produksi dan kemudian meraih pendapatan yang memuaskan adalah memiliki dan menguasai faktor produksi yang diperlukan dengan jumlah yang semaksimal mungkin dengan kombinasi yang setepat mungkin.

Jadi biaya dalam hal ini merupakan pengeluaran, akan tetapi semua pengeluaran belum tentu dikatakan sebagai biaya produksi. Biaya produksi dalam hal ini adalah jumlah yang dikeluarkan dan diukur dalam satuan uang termasuk pengeluaran dalam bentuk pemindahan atas kekayaan dan aset, jasa yang dipergunakan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Sehubungan adanya biaya dalam proses produksi, maka dikenal pula istilah lain yaitu biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). Biaya langsung adalah harga bahan baku dan tenaga kerja yang secara langsung dibelanjakan atau dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk atau jasa. Sedangkan biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi seperti biaya sewa, penerangan, pemeliharaan, dan sebagainya.

(32)

Variabel (Variable Cost). Biaya tetap tidak langsung berkaitan dengan output sedangkan biaya variabel berubah dengan berubahnya output (Hyman, 1986).

Dalam hubungannya dengan pembiayaan jangka pendek (satu musim tanam) biaya tetap tidak langsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang dihasilkan diatas lahan. Biaya ini harus dibayar apakah menghasilkan sesuatu atau tidak, misalnya pajak lahan. Biaya variabel secara langsung berhubungan dengan jumlah tanaman yang diusahakan dan input variabel yang dipakai, misalnya pupuk, bibit, biaya penyiangan dan lain-lain. Biaya total petani adalah biaya tetap total ditambah dengan biaya variabel total.

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan faktor-faktor produksi tetap. Semakin banyak output yang dihasilkan, semakin rendah biaya tetap untuk menghasilkan setiap satuan output (Makehan dan Malcolm, 1991). Jadi, biaya tetap rata-rata dalam suatu proses produksi cenderung menurun begitu kuantitas output bertambah.

Biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk faktor-faktor produksi variabel. Semakin banyak pemakaian input variabel akan menyumbang output yang semakin sedikit. Hubungan antara input variabel dengan hasil produksi didasarkan pada prinsip pertambahan hasil yang semakin menurun (the law of deminishing return).

(33)

menghasilkan penambahan hasil yang lebih kecil dari jumlah kenaikan hasil sebelumnya dan bila terus ditambahkan kesatuan biaya variabel, maka jumlah kenaikan hasil akan semakin berkurang. Analisis ini sangat penting bagi seorang petani dalam mempertimbangkan sejauh mana menaikkan hasil produksi persatu bidang tanah per kesatuan biaya variabel.

Makeham dan Malcolm (1991) mengatakan biaya variabel proporsional terhadap tingkat intensitas setiap kegiatan, namun juga menentukan hasil per hektar, yakni jumlah dan jenis pupuk, bibit, pengolahan dan penyiangan sebagian besar menentukan hasil tanaman perhektar. Selanjutnya dikatakan biaya tetap hanya memiliki pengaruh kecil terhadap tingkat hasil perhektar, karena biaya tetap tidak berkaitan dengan suatu kegiatan khusus.

Apabila seorang petani terus manambah biaya variabel dengan jumlah dan komposisi biaya tetap sama, mengingat adanya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang, maka pendapatan maksimal akan diperoleh pada saat biaya marginal sama dengan hasil marginal. Pada tingkat volume produksi ini, jumlah total pendapatan kotor lebih besar dari jumlah biaya total. Sebaliknya, apabila jumlah pendapatan total lebih besar daripada jumlah biaya total, tetapi selama jumlah pendapatan total lebih besar daripada jumlah total biaya variabel, produsen masih dapat menghasilkan karena selisih pendapatan total dan biaya variabel tersebut masih dapat dipakai untuk menutupi sebagian biaya tetap yang didalam keadaan apapun harus dibayar. Dengan demikian petani berusaha menekan kerugian serendah mungkin.

(34)

mencapai suatu tujuan yaitu menghasilkan suatu output dan pendapatan. Pengeluaran dalam biaya tersebut harus diminimalkan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sejumlah output atau jumlah produksi yang maksimal.

2.4.2 Resiko Tanam.

Pelaku hortikultura hendaknya mengetahui keadaan lingkungan setempat dimana mereka mengusahakan tanaman hortikultura. Dalam hal ini petani harus mengetahui tentang hama/penyakit penting yang dapat menyerang, gulma, kondisi tanah maupun iklim yang dapat membatasi pencapaian produksi maksimum dari tanaman yang diusahakan. Beberapa komponen faktor lingkungan yang penting dalam menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman di antaranya yaitu radiasi matahari, suhu, tanah, air.

Selain faktor lingkungan, kerusakan pada tanaman juga dapat disebabkan oleh faktor hama dan penyakit. Contoh hama antara lain bekicot, ulat, kutu, serangga, tikus, dan lain sebagainya. Cara perusakan biasanya dengan menggigit (memakan) ataupun menghisap cairan tanaman. Sementara penyakit yang menyerang tanaman biasanya disebabkan oleh mikro organisme seperti jamur, virus, ataupun bakteri. Penyakit pada tanaman yang diakibatkan terjangkitnya virus biasanya disebabkan oleh serangga, gesekkan, atau perairan (Tim penulis PS, 2008).

(35)

diperoleh menjadi layu dan bahkan dapat menyebabkan produk hortikultura menjadi menyusut.

2.4.3 Modal.

Modal adalah salah satu faktor produksi yang menyumbang pada hasil produksi, hasil produksi dapat naik karena digunakannya alat-alat mesin produksi yang efisien. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan modal pinjaman, yang masing-masing menyumbang langsung pada produksi.

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stock modal secara fisik (yakni nilai riil atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa mendatang (Todaro,1998).

Menurut Mubyarto (1973) modal adalah barang atau uang yang secara bersama-sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang yang baru. Pentingnya peranan modal karena dapat membantu menghasilkan produktivitas, bertambahnya keterampilan dan kecakapan pekerja juga menaikkan produktivitas produksi.

(36)

hanya sekali dalam proses produksi, baik dalam bentuk bahan baku ataupun kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut. Dapat dikemukakan pengertian secara klasik, dimana modal mengandung pengertian sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut.

Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output (Irawan dan Suparmoko,1981). Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru.

Modal merupakan unsur pokok usaha tani yang penting. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang bersama-sama dengan faktor produksi lainnya dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru. Pada usaha produksi, yang dimaksud dengan modal adalah lahan/tanah, bangunan-bangunan pertanian, alat-alat pertanian. Bahan-bahan pertanian dan uang tunai.

2.5 Pengertian Aspek Keuangan.

Menurut Suratman dalam Irawan (2006:9) bahwa aspek keuangan berkaitan dengan dari mana sumber dana yang akan diperoleh dari proyeksi pengembaliannya dengan tingkat biaya modal dari sumber dana yang bersangkutan.

(37)

Selain itu menurut Husein dalam Irawan (2006:9) yang menambahkan bahwa studi aspek keuangan ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas proyek bisnis sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana bisnis tersebut.

Oleh karena itu, studi aspek keuangan adalah salah satu bagian yang mempunyai kekuatan dalam pengambilan keputusan investasi. Karena menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus.

2.6 Penyusutan.

Perhitungan Penyusutan menggunakan Metode Garis Lurus (Straight Line Method), karena beban penyusutan sama setiap tahun, nilai aktivanya tetap mengalami penurunan nilai dengan berlalunya waktu dan pola biaya pemeliharaan relatif konstan setiap tahunnya.

...(2.1)

2.7 Aliran Kas.

Setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam bisnis tertentu sudah pasti berharap mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai dari keputusan investasi. Pada umunya aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

100 % Umur

X ( Harga perolehan – Nilai Residu) Rumus :

(38)

1) Aliran Kas Awal (Initial Cash Flow)

Aliran kas awal adalah aliran kas yang keluar dalam rangka untuk keperluan aktiva tetap dan penentuan besarnya modal kerja. Sifat arus kas ini adalah outflow atau arus kas keluar. Aliran kas awal ini tidak hanya terjadi pada awal periode, tetapi terjadi beberapa kali, pada tahun ke-1, 2, dan seterusnya.

2) Aliran Kas Operasional (Operational Cash Flow)

Menurut Martono dan Harijanto dalam Irawan (2006:12) mengatakan bahwa operational cash flow merupakan aliran kas yang terjadi selama umur investasi. Cara yang sering digunakan untuk menaksir operational cash flow setiap tahunnya adalah dengan menyesuaikan taksiran rugi/laba yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dan menambahkannya dengan biaya-biaya yang sifatnya bukan tunai (Husnan, 1997:186). Menurut Husnan (1997:189) cara menaksir kas operasional adalah:

Aliran Kas Masuk = Laba Setelah Pajak + Penyusutan + Bunga...(2.2) Untuk menaksir aliran kas operasional perlu ditentukan periode yang diperkirakan. Umumnya periode yang digunakan dalam menaksir aliran kas operasional ini disesuaikan dengan umur ekonomis investasi tersebut.

3) Aliran Kas Terminal (Terminal Cash Flow)

(39)

modal kerja. Beberapa proyek masih mempunyai nilai sisa meskipun aktiva-aktiva tetapnya sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi. Gabungan dari aliran kas akhir yang berasal dari modal kerja dan penjualan aktiva tetap yang sudah habis umur ekonominya dengan aliran kas operasionalnya ini, digunakan dalam rangka penentuan kelayakan investasi. Berdasarkan jenis aliran kas tersebut selanjutnya dilakukan estimasi aliran kas proyek secara keseluruhan. Tujuannya adalah sebagai dasar pemberian kelayakan proyek investasi sesuai dengan model penilaian investasi.

2.8 Break Event Point (BEP).

BEP merupakan suatu ukuran untuk mengetahui berapa jumlah produksi minimum dan harga jual minimum agar investasi tidak mengalami kerugian tetapi juga tidak menerima keuntungan. Menurut Atmaja (2008:231) analisis Break Event Point digunakan untuk menentukan jumlah penjualan (dalam Rp atau unit) yang menghasilkan EBIT (Earnings Before Interest And Tax atau laba bersih setelah bunga dan pajak) sebesar 0.

(40)

...(2.3)

...(2.4)

Dimana:

F = Total Fix Cost (Biaya Tetap). P = Harga Jual Per Unit.

V = Variable Cost (Biaya Variabel) Per Unit.

2.9 Return On Investment (ROI).

Menurut Rahardi (2007:69) ROI merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal atau untuk mengukur keuntungan usaha dalam kaitannya dengan investasi yang digunakan. Tujuan analisis ROI adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Besar dan kecilnya ROI ditentukan oleh tingkat perputaran modal yang digunakan dalam berproduksi dan keuntungan bersih yang didapatkan. Metode ROI dapat dihitung dengan rumus berikut:

...(2.5)

Keterangan Rumus :

ROI = Nilai yang dicari. Np = Keuntungan bersih. I = Jumlah investasi. BEP =

F P – V

BEP =

(41)

Keuntungan ROI:

a) Mudah di pahami dan tidak sulit menghitungnya.

b) Tidak seperti periode pengembalian, lingkup pengkajian kriteria ini menjangkau seluruh umur investasi.

Kekurangan ROI:

1) Terdapat berbagai macam variasi untuk menghitung ROI sehingga sering kali sulit dalam menentukan besar angka ROI yang akan dipakai sebagai patokan menerima atau menolak usulan investasi.

2) Tidak menunjukkan profit laba terhadap waktu. Hal ini menyebabkan pengambilan keputusan yang kurang tepat.

2.10 Metode Penilaian Investasi.

Setiap usulan investasi perlu dilakukan penilaian terlebih dahulu. Aspek yang digunakan dalam penilaian suatu investasi umumnya meliputi beberapa aspek, diantaranya aspek lingkungan, hukum, pasar, teknis, dan keuangan. Aspek keuangan sangat berkaitan dengan pengelolaan keuangan perusahaan. Maka dari itu, dari aspek keuangan suatu usulan investasi akan dinilai kelayakannya untuk dapat dilaksanakan atau tidak. Menurut Suratman dalam Irawan (2006:15) bahwa penilaian investasi harus mempertimbangkan konsep nilai waktu uang (Time Value of Money).

Pada bagian ini akan dibahas beberapa metode yang akan digunakan dalam penilaian suatu investasi. Adapun metode yang akan digunakan adalah:

(42)

A. Net Present Value (NPV).

Net Present Value atau nilai bersih saat ini merupakan cara lain untuk menentukan tingat keuntungan sebuah investasi. Menurut Husein dalam Irawan (2006:16) metode ini menghitung selisih antara Present Value (PV) dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional dan aliran kas terminal) dimasa yang akan datang. NPV dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

NPV = PVAKB - PV ...(2.6) Dimana :

...(2.7)

Keterangan :

PVAKB : Present Value arus kas bersih. AKB : Arus Kas Bersih.

: Discount Factor . I : Tingkat suku bunga. N : Banyak periode (bulan). Dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

a) Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima. b) Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak.

c) Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walaupun diterima atau ditolak. Kelebihan metode NPV adalah:

1) Memperhitungkan Time Value of Money.

2) Memperhitungkan kas yang masuk sepanjang umur investasi.

(43)

4) Memenuhi prinsip pertambahan nilai.

Kekurangan metode NPV adalah manajemen harus dapat menaksir tingkat biaya modal yang relevan selama usia ekonomis proyek.

B. Internal Rate of Return (IRR).

Menurut Husnan (1997:210) metode Internal Rate of Return digunakan untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa mendatang. Jadi investasi dikatakan menguntungkan jika tingkat bunga ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang diisyaratkan). Namun jika lebih kecil maka dikatakan merugikan.

Sedangkan menurut Martono dan Harjito dalam Irawan (2006:17), metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga (Discount Rate) yang menyamakan nilai sekarang dari aliran kas (Present Value of Proceed) dan investasi (Initial Outlays). Pada saat nilai IRR sudah tercapai, maka nilai NPV sama dengan nol. Untuk mencari besarnya IRR dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

1) Mencari arus pengembalian diskonto dengan langkah sebagai berikut:

...(2.8)

Keterangan Rumus:

(C)t = Aliran kas masuk pada tahun ke t (CF) = Biaya pertama

I = Arus pengendalian (diskonto)

(44)

2) Mencari arus pengembalian diskonto yang menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan aliran kas keluar dengan metode trial and error.

IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trial and error). Langkah yang harus dilakukan adalah menghitung nilai sekarang dari arus kas masuk dari suatu investasi dengan menggunakan suku bunga tertentu, lalu dibandingkan dengan nilai sekarang (Present Value) biaya investasi.

Jika Present Value dari Cash Inflow lebih besar dari investasi maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Begitu juga sebaliknya jika Present Value dari Cash Inflow lebih kecil maka dicoba lagi dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah.

3) Melakukan interpolasi untuk memperoleh angka yang lebih akurat.

Setelah diperoleh dua suku bunga yang mengakibatkan NPV positif dan NPV negatif, maka IRR yang tepat dapat dicari dengan cara melakukan interpolasi (analisis selisih), yaitu:

...(2.9) Keterangan Rumus:

P1 = Tingkat bunga ke 1. P2 = Tingkat bunga ke 2. C1 = Nilai NPV Positif. C2 = Nilai NPV Negatif.

C. Profitability Index (PI).

(45)

Sedangkan menurut Deanta (2006:32) PI merupakan perbandingan nilai sekarang aliran kas masuk pada masa yang akan datang dengan nilai investasi.

Adapun rumus untuk menghitung PI adalah:

Profitability Index = PVAKB ...(2.10) Modal Investasi

(46)

37

Dalam pembuatan aplikasi ini menerapkan konsep Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Systems Development Life Cycle) yang berfungsi untuk menggambarkan tahapan-tahapan utama sekaligus langkah-langkah dari setiap tahapan. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembuatan Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season adalah sebagai berikut :

3.1 Analisis Sistem.

3.1.1 Identifikasi Masalah.

Pada saat ini investor hortikultura masih mengandalkan kebiasaan dalam memilah prioritas tanaman yang ingin dikembangkan tanpa memperhitungkan kondisi harga pasar. Ketika investor telah memilih tanaman yang akan dikembangkan dan berharap harga pasca panen akan tinggi, namun kenyataannya justru harga jual menurun. Kebiasaan seperti ini masih dilakukan oleh investor di daerah Propinsi Jawa Timur yang merupakan salah satu sentra potensial bagi produksi tanaman hortikultura di Indonesia.

(47)

harga jual yang semula Rp 7.500,- menjadi Rp 6.500,- per kg pada Bulan Mei 2012, sedangkan cabe besar pada Bulan Agustus 2012 turun menjadi Rp 5.500,- per kg dari harga Rp 7.000,- per kg.

Bawang daun dan kubis merupakan beberapa contoh komoditas yang terdapat di Kabupaten Probolinggo. Kedua komoditas ini pun juga mengalami penurunan harga. Harga kubis di Desa Ledokombo Kabupaten Probolinggo yang semula harganya Rp 8.000,- turun hingga Rp 5.000,- pada bulan Agustus 2011 dan untuk bawang daun turun menjadi Rp 2.000,- dari harga semula Rp 2.500,-.

Penurunan harga jual juga terjadi pada komoditas di Kabupaten Jember, beberapa komoditas tersebut contohnya adalah tomat, kubis, dan semangka. Harga tomat buah yang semula Rp 10.000,- per kg turun menjadi Rp 7.000,- per kg dan untuk harga kubis yang semula Rp 4.000,- menjadi Rp 3.000,-, sedangkan semangka turun harga menjadi Rp 4.000,- dari harga semula Rp 5.000,-

(48)

3.1.2 Analisis Kebutuhan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dibutuhkanlah beberapa informasi yang akan menjadi input dari penentuan komoditas yang paling layak untuk dikembangkan. Informasi tersebut antara lain adalah informasi proyeksi harga jual, informasi perhitungan total biaya investasi, informasi perhitungan anggaran keuangan, dan perhitungan kelayakan investasi setiap komoditas.

(49)

dan proyeksi aliran kas bersih serta informasi mengenai besarnya discount factor (DF).

Pengolahan data yang telah dihitung secara keseluruhan, maka hasilnya akan dibandingkan antar komoditas dan didapatkan output akhir berupa rekomendasi satu komoditas yang paling layak untuk dikembangkan. Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season ini diharapkan dapat membantu investor dalam menentukan pilihan investasinya.

3.2 Perancangan Sistem.

Perancangan sistem dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang berkenaan dengan aplikasi yang akan dibangun serta untuk memudahkan pemahaman terhadap sistem. Pemodelan yang digunakan dalam perancangan sistem adalah Data Flow Diagram (DFD) dan membuat Entity Relational Diagram (ERD) terdiri dari Conceptual Data Model (CDM) dan Phisical Data Model (PDM).

3.2.1 Rancangan Model.

Berdasarkan analisis kebutuhan di atas, maka dikembangkanlah suatu Rancang Bangun Aplikasi Prototype Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season.

(50)

umum Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura On-Season dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Gambaran Umum Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura

On-Season.

(51)

yang dibutuhkan untuk satu kali masa tanam beserta perhitungan biaya penyusutannya.

Setelah diketahui total biaya investasi untuk satu kali masa tanam, maka selanjutnya akan dihitung proyeksi rencana pendapatan yang akan diterima investor. Besarnya proyeksi pendapatan dapat diketahui dengan cara menghitung banyaknya buah dari jumlah benih yang dapat dipanen dan telah dikurangi dengan data besarnya resiko kegagalan tanam, lalu dikalikan dengan proyeksi harga jualnya. Setelah diketahui besarnya proyeksi rencana pendapatan yang akan diterima, dibuatlah laporan anggaran keuangan berupa laporan laba rugi dan laporan aliran kas bersih.

Berdasarkan hasil dari proses perhitungan total kebutuhan biaya investasi, proyeksi rencana pendapatan, dan pembuatan anggaran keuangan, selanjutnya akan dilakukan perhitungan BEP dan ROI serta perhitungan kelayakan investasi berupa NPV, IRR, dan PI. Hasil yang didapat setelah melakukan perhitungan kelayakan untuk setiap komoditas, selanjutnya akan dibandingkan dan dilakukan penilaian (skoring) dengan komoditas lainnya. Setelah dilakukan penilaian maka akan didapatkan rekomendasi satu komoditas yang paling layak untuk dikembangkan beserta hasil analisisnya.

3.2.2 Model Pengembangan Sistem.

(52)

INPUT PROSES OUTPUT

Gambar 3.2 Block Diagram Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura

(53)

A. Input.

Secara umum investasi dalam bidang pertanian mempunyai komponen input yang sama. Namun secara khusus setiap investor memiliki keinginan yang berbeda-beda dalam investasinya. Komponen input yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :

1. Data inisial proyek investasi : a) Jenis Investasi.

Jenis investasi yang dimaksudkan adalah letak lokasi (kota) yang diinginkan investor untuk mengimplementasikan investasinya dan jenis komoditas yang diinginkan investor untuk diinvestasikan. Berikut macam jenis komoditas hortikultura sayur dan buah semusim yang berkembang di daerah Jawa Timur, dalam penelitian ini dikhususkan untuk daerah di Kabupaten Jember, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Malang yang dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Macam Jenis Komoditas Hortikultura Sayur dan Buah Semusim di 3 Kabupaten.

No. Komoditas Kabupaten

Jember Probolinggo Malang Buah

1. Semangka V V V

2. Melon V V V

Sayuran

3. Bawang Merah - V V

4. Bawang Putih - - V

5. Bawang Daun - V -

6. Kentang - V V

(54)

No. Komoditas Kabupaten

Jember Probolinggo Malang

8. Cabe Merah V V V

9. Cabe Rawit V - V

10. Wortel - V V

11. Tomat V V V

12. Ketimun - - V

13. Terung - - V

14. Jamur - - -

15. Kembang Kol - - V

b) Waktu Penilaian Investasi.

Waktu yang dimaksudkan adalah bulan yang diharapkan investor untuk dapat dinilai kelayakannya atau dimaksudkan bulan pada saat panen dan dilakukan penjualan. Waktu yang digunakan adalah bulan-bulan yang masuk dalam kategori on-season, dalam hal ini adalah musim kemarau yaitu antara Bulan April hingga Bulan September.

2. Histori Harga Jual.

Histori harga jual komoditas digunakan sebagai acuan dasar dalam menentukan proyeksi atau prediksi harga jual di tahun yang akan datang. Histori harga jual akan dibedakan berdasarkan kota dan masing-masing komoditas yang ada didalamnya, mulai dari tahun 2010-2012 dan harga jual yang digunakan adalah harga jual tingkat petani (Harga TK.1/harga produsen). 3. Kebutuhan Investasi.

(55)

a) Kebutuhan Operasional.

Kebutuhan operasional merupakan kebutuhan yang dapat berubah sesuai dengan besar kecilnya hasil panen yang diinginkan selama proses investasi berjalan. Adapun yang termasuk dalam kebutuhan operasional antara lain :

a.1 Benih Komoditas.

Benih merupakan cikal bakal tumbuhan yang berupa biji. Dalam membudidayakan sebuah tanaman, biji harus dikecambahkan dulu melalui proses pembenihan, sebelum akhirnya siap ditanam dilahan pertanian. Benih yang telah berkecambah biasa disebut dengan bibit. Bibit merupakan perkecambahan dari benih yang berupa tumbuhan kecil yang memiliki minimal 3 tangkai dengan daun di setiap tangkainya dan juga memiliki ujung tunas serta akar.

a.2 Pupuk.

(56)

a.3 Pestisida.

Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk memberantas Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pestisida diperlukan saat penanaman karena hampir semua jenis tanaman sayuran dan buah-buahan disukai oleh organisme pengganggu. Menurut fungsinya, pestisida dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu insektisida, akarisida, fungisida, nematisida, helisida, rodentisida, dan bakterisida.

a.4 Perekat.

(57)

b) Kebutuhan Overhead.

Kebutuhan overhead merupakan kebutuhan produksi selain kebutuhan bahan baku.

b.1 Tenaga Kerja (Buruh Tani).

Tenaga kerja yang digunakan sebagai salah satu faktor produksi dapat berupa tenaga kerja manusia, hewan, ataupun mesin. Pengaruh paling besar terhadap keberhasilan proses produksi yaitu faktor tenaga kerja manusia. Kebutuhan tenaga kerja bersifat musiman, artinya suatu saat investasi memerlukan banyak tenaga kerja sedangkan di lain waktu hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja, kondisi ini juga dilihat dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Macam jenis pekerjaan secara umum yang dilakukan saat proses produksi berlangsung antara lain:

b.1.1 Pembersihan lahan dan olah lahan (bajak/traktor). b.1.2 Pembuatan bedengan.

b.1.3 Pembibitan.

b.1.4 Pemasangan mulsa. b.1.5 Pembuatan lubang tanam. b.1.6 Pemasangan ajir.

b.1.7 Penanaman. b.1.8 Pengairan. b.1.9 Pemupukan.

b.1.10 Penyiangan dan pembumbunan. b.1.11 Penyemprotan pestisida.

(58)

b.2 Transportasi.

Transportasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya biaya kebutuhan investasi. Biaya transportasi merupakan biaya akomodasi yang digunakan selama masa tanam, dan biasanya baru tampak ketika pasca panen yang digunakan untuk mengangkut hasil panen ke pasar. Besarnya biaya transportasi dipengaruhi oleh faktor kemampuan daya angkut suatu kendaraan dibandingkan dengan total berat dari hasil panen yang nantinya akan mempengaruhi intensitas kendaraan tersebut digunakan, serta jauhnya jarak lokasi usaha ke pasar ataupun pusat kota juga terkadang ikut mempengaruhi besarnya biaya transportasi.

b.3 Pengairan.

(59)

b.4 Lahan.

Lahan merupakan sarana yang penting untuk mendirikan sebuah usaha tani. Bila kita menghubungkan faktor-faktor ekologi dengan jenis tanaman buah dan sayuran yang ada disuatu daerah, akan tampak jelas adanya syarat tertentu untuk tumbuhnya tanaman tersebut. Secara tidak langsung dapat diartikan bahwa lahan pada setiap daerah memiliki kondisi yang berbeda-beda. Hal ini dapat menyebabkan biaya produksi yang ditimbulkan untuk tiap daerah berbeda pula, walaupun dengan komoditas yang sama. Sebagai contoh faktor kelembapan tanah yang berbeda antar daerah yang dipengaruhi oleh ketinggian daerah tersebut. Apabila tanah memiliki kelembapan yang tidak sesuai dengan standart yang dibutuhkan oleh tiap komoditas, maka petani perlu memberikan pupuk tambahan hingga tingkat keasaman tanah sesuai. Penggunaan pupuk tambahan ini nantinya akan berpengaruh pula terhadap besarnya biaya investasi. Selain faktor topografi dari lahan itu sendiri, faktor kepemilikan lahan juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya biaya investasi. Biaya investasi yang timbul akibat kepemilikan lahan pribadi lebih sedikit daripada investor yang harus menyewa lahan milik orang lain. Biaya sewa lahan juga berbeda-beda untuk tiap daerah. b.5 Lain-lain.

(60)

lain-lain. Sebagai contoh pemanfaatan lampu oleh petani bawang merah di Kabupaten Probolinggo yang bertujuan untuk menarik perhatian serangga dimalam hari agar tidak mengganggu tanaman bawang. Dalam penerapannya, tidak semua petani ditiap daerah menggunakan trik lampu ini untuk menanggulangi serangan hama serangga, dimana pada umumnya para petani lebih sering menggunakan insektisida untuk memberantas hama serangga. Maka dari itu, biaya lain-lain ini akan diasumsikan sebesar 15% dari total kebutuhan investasi.

c) Kebutuhan Tetap.

Kebutuhan tetap merupakan kebutuhan yang tidak dapat berubah selama proses investasi berjalan. Adapun yang termasuk dalam biaya tetap antara lain :

c.1 Polybag.

Polybag adalah plastik yang digunakan sebagai pengganti pot pada saat proses pembenihan. Pembenihan merupakan proses pengubahan benih menjadi bibit. Dipilihnya polybag sebagai media taman karena media ini memiliki keunggulan diantaranya murah, tahan karat, dan mudah diperoleh. Selain itu sistem aerasi, drainase, dan porous (penyerapan air) wadah ini sangat baik sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Menanam dalam media polybag dapat menghindari penyakit tular tanah.

c.2 Plastik Hitam Perak (Mulsa).

(61)

pertumbuhan gulma dan mengurangi penyebaran penyakit karena percikan tanah yang terkena air sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Pada musim kemarau, mulsa dapat menekan penguapan air dari dalam tanah, sehingga tidak perlu terlalu sering untuk melakukan penyiraman (pengairan).

c.3 Plastik Naungan.

Penggunaan naungan plastik/paranet sebagai pelindung tanaman bertujuan untuk mengurangi terpaan air hujan dengan intensitas tinggi pada saat musim hujan, atau untuk mengurangi terpaan angin yg terlalu kencang yang dapat merusak tanaman dan sekaligus untuk menghindarkan tanaman dari gangguan serangga pada saat musim kemarau. Penggunaan naungan plastik bisa berbentuk rumah plastik sederhana (green house) maupun berbentuk naungan memanjang sepanjang bedengan tanaman. Plastik naungan ini hanya plastik transparan biasa bukan merupakan plastik khusus seperti plastik mulsa. c.4 Lanjaran (Ajir).

(62)

c.5 Tali Rafia.

Tali rafia dipergunakan untuk mengikat lanjaran dengan sendeng. Tali rafia ini juga digunakan sebagai media rambatan untuk tanaman yang tidak menggunakan lanjaran, seperti misalnya pada budidaya tanaman semangka atau melon.

c.6 Gelagar (Sendeng).

Gelagar atau yang biasa disebut dengan sendeng ini digunakan sebagai penopang agar tanaman tersebut tidak roboh. Sendeng diikatkan pada lanjaran atau ajir beberapa tanaman sekaligus.

c.7 Sprayer.

Alat penyemprot (Sprayer) digunakan untuk menyemprotkan sejumlah bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot (daun, tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama/penyakit). Efesiensi dan efektivitas alat semprot ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif tersebut yang terkandung di dalam setiap butiran larutan tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran semprot.

c.8 Timba.

4. Resiko Kegagalan Tanam.

(63)

disebabkan oleh banyak faktor, salah satu contoh apabila kelebihan unsur air dapat menimbulkan jamur pada tanaman. Perbedaan serangan OPT antar wilayah juga berpengaruh terhadap jenis pestisida yang digunakan sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap perbedaan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk tiap daerah.

B. Proses.

Berdasarkan input yang telah diuraikan tersebut, selanjutnya akan dilakukan proses-proses dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Proses Perhitungan Biaya Investasi.

Proses awal sebelum menghitung biaya investasi yaitu menentukan proyeksi harga jual kedepan. Langkah pertama adalah menentukan inisial proyek investasi dengan menentukan letak lokasi (kota) dan jenis komoditas yang diinginkan investor. Setelah ditentukan kota beserta komoditasnya, kemudian investor harus menentukan waktu (bulan panen) penilaian investasi, untuk dihitung rata-rata dari histori harga jual pada bulan tersebut di 3 tahun kebelakang untuk mendapatkan proyeksi harga jual kedepan. {(HJ Thn1 + HJ Thn2 + HJ Thn3)} / 3 ...(3.1)

(64)

Cara menghitung total kebutuhan biaya investasi yaitu : (Total Biaya Kebutuhan Operasional) + (Total Biaya

Kebutuhan Overhead) + (Total Biaya Kebutuhan Tetap) ...(3.2) Komponen dari perhitungan tersebut di dapatkan dari identifikasi variabel setiap biaya-biaya yang timbul akibat kegiatan produksi. Dalam menghitung kebutuhan tanam, langkah awal yang perlu diketahui adalah luas lahan berupa panjang dan lebar lahan. Selanjutnya dapat dilakukan proses sebagai berikut:

a) Subproses Menghitung Biaya Operasional.

Biaya operasional merupakan biaya yang timbul akibat adanya akumulasi antara jumlah kebutuhan operasional dengan biaya untuk masing-masing variabel didalamnya. Adapun yang termasuk dalam biaya operasional adalah:

a.1 Benih.

Dalam menghitung benih, terlebih dahulu akan dihitung banyaknya bedengan yang dibuat. Bedengan adalah tanah gembur yang ditinggikan sebagai pematang, dan biasa disebut sebagai guludan.

Banyak bedengan kebawah (sesuai lebar lahan):

Lebar Lahan / (Lebar Bedengan + Jarak Parit) ...(3.3)

Banyak bedengan kesamping (sesuai panjang lahan):

(65)

Maka jumlah bedengan didapatkan :

Banyak Bedengan Kebawah x Banyak Bedengan

Kesamping ...(3.5) Setelah didapatkan total bedengan dalam satu luasan lahan, kemudian mencari banyaknya benih dalam setiap bedengan dengan cara :

Banyak benih kebawah (sesuai lebar bedengan): Lebar Bedengan / (Lebar Lubang Tanam + Jarak

Antar Tanaman) ...(3.6) Banyak benih kesamping (sesuai panjang bedengan):

Panjang Bedengan / (Panjang Lubang Tanam + Jarak

Antar Tanaman) ...(3.7) Maka jumlah benih dalam satu bedengan didapatkan :

Banyak Benih Kebawah x Banyak Benih Kesamping ...(3.8) Jumlah benih dalam satu luasan lahan (m2) didapatkan :

Jumlah Benih Dalam Satu Bedengan x Jumlah Bedengan

Dalam Satu Luasan Lahan ...(3.9)

Jumlah benih dalam satuan berat (kg) untuk satu luasan lahan : Berat Tiap Benih x Total Bibit Dalam Satu Luasan

Lahan ...(3.10)

(66)

Jumlah Benih Dalam Satu Luasan Lahan + (% Resiko Kegagalan Tanam x Jumlah Benih Dalam Satu Luasan

Lahan) ...(3.11)

Jadi total biaya kebutuhan benih didapatkan : (Total Kebutuhan Benih / Banyak Benih Per Pack) x

Harga Bibit Per Pack ...(3.12) Total Benih Dalam Satuan Berat (kg) Untuk Satu Luasan

Lahan x Harga Benih Per Kg ...(3.13)

a.2 Pupuk.

Proses pemupukkan terbagi menjadi dua tahap, yaitu pemupukkan dasar yang harus disediakan pada awal produksi dan pemupukkan lanjutan yang penyediaannya dapat dilakukan pada saat akan diperlukan. Pemupukkan dasar diberikan untuk tanah yang bertujuan agar tanah menjadi lebih subur dan agar mikro organisme positif yang terdapat didalam tanah dapat tumbuh dengan baik. Mikro organisme positif yang dimaksudkan adalah mikro organisme yang tidak bersifat merusak tumbuh kembang tanaman yang akan ditanam nantinya dan justru membantu penyuburan tanah.

Untuk menghitung total biaya kebutuhan pupuk, dapat dilakukan dengan cara :

(Dosis Pupuk Tiap Tanaman x Total Bibit Dalam Satu

(67)

Pemupukkan lanjutan diberikan untuk tanaman yang telah ditanam yang bertujuan untuk memberikan nutrisi tambahan bagi tanaman selain makanan yang telah terkandung dalam unsur-unsur tanah tersebut. Pemupukkan lanjutan sendiri diberikan sesuai dengan kebutuhan, dan terkadang bisa diberikan 2 sampai 3 kali dalam satu kali musim tanam.

Apabila menggunakan pupuk susulan, maka biayanya dapat diketahui dengan cara :

{(Dosis Pupuk Tiap Tanaman x Total Bibit Dalam Satu

Luasan Lahan) x (Banyaknya Susulan)} x Harga Pupuk ...(3.15) a.3 Pestisida dan Perekat.

Penggunaan jenis pestisida dapat dilihat dari jenis OPT yang menyerang, misalnya insektisida digunakan apabila kerusakan tanaman tersebut berasal dari OPT jenis serangga. Pemberian perekat selalu dibarengi pada saat proses penyemprotan pestisida dengan cara dicampurkan.

Pada dasarnya untuk menghitung total kebutuhan pestisida, dapat dilakukan dengan cara :

(Luas Lahan / Dosis Pestisida + Perekat Tiap Satu Luasan

Lahan) x Harga Pestisida ...(3.16) b) Subproses Menghitung Biaya Overhead.

Gambar

Gambar 3.2  Block Diagram Rancang Bangun Aplikasi Analisis    Kelayakan Investasi Agribisnis Hortikultura   On-Season
Gambar 3.6 DFD Level 1 Menghitung Total Biaya Investasi.
Gambar 3.7 DFD Level 1 Menghitung Anggaran Keuangan.
Gambar 3.10 DFD Level 1 Membuat Laporan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan wawancara. 226) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu

Sistem ekonomi kapitalisme yang penuh dengan pemahaman dan praktek individualisme menjadi sebuah program yang memberikan kesan positif untuk menyeimbangkan antara individu

Seperti yang telah kita ketahui bersama untuk menjalankan suatu program agar dapat berjalan dengan baik dan maksimal tentunya harus ada hal-hal yang harus dipenuhi.

Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan sebagai sukarelawan untuk meminum obat dan diambil darahnya dalam penelitian ini. Irwan Setiabudi, SpPK.) (Grace Mayasari

Berdasarkan hasil analisa dengan metode Spearman-Karber, diperoleh bahwa rajungan pertama kali matang kelamin di perairan Bone adalah pada lebar karapas 71,63 mm dan berkisar

Hasil analisis SPR sumber daya rajungan yang dihubungkan dengan ukuran lebar karapas di sekitar perairan Belitung diperoleh SPR sebesar 5%.. Kondisi tersebut menggambarkan stok

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu dengan mendiskripsikan tingkat kecukupan energi dan protein pada remaja obesitas dan tidak obesitas di SMA

Perlekatan menyusu (Latch on) adalah menempelnya mulut bayi.. di payudara ibu. Untuk itu diperlukan posisi yang memperhatikan letak tubuh bayi secara keseluruhan terhadap tubuh