• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Terhadap ”Kesemrawutan” Transportasi Di Kota Medan (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Masyarakat Terhadap ”Kesemrawutan” Transportasi Di Kota Medan (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP ”KESEMRAWUTAN” TRANSPORTASI DI KOTA MEDAN

(Studi Deskriptif Pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

MAYA LESTARI 070901056

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Maya Lestari NIM : 070901056 Departemen : Sosiologi

Judul : PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP” KESEMRAWUTAN” TRANSPORTASI DI KOTA MEDAN

(Studi Deskriptif Pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru)

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

Prof. Dr. Badaruddin, M. Si Dra. Lina Sudarwati, M. Si

NIP. 196 805 251 992 031 002 NIP. 196 603 181 989 032 001

Dekan,

Prof. Dr. Badaruddin, M. Si

(3)

ABSTRAKSI

Kota Medan sebagai kota terbesar ke tiga di Indonesia tidak terlepas dari permasalahan kesemerawutan transportasi di setiap kota dan daerah jalan raya. Tingginya tingkat pertumbuhan kendaraan ditambah lagi ruas jalan yang sempit (kurang memadai) sehingga menyebabkan kesemerawutan transportasi di Kota Medan. Pertumbuhan kota yang cenderung cepat mengakibatkan kota tidak mampu menyediakan sarana dan prasarana seperti sarana jalan yang tidak dapat menampung jumlah kendaraan yang tumbuh pesat dan peraturan lalu lintas yang tidak dipatuhi. Ketidakmampuan menyediakan sarana jalan yang kurang memadai dan peraturan lalu lintas yang tidak dipatuhi oleh pengguna kendaraan pribadi dan umum dapat menimbulkan kesemerawutan transportasi. Kesemerawutan transportasi banyak ditemukan di Kota Medan salah satu diantaranya adalah di daerah Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Sebagian besar masyarakat dikelurahan ini menggunakan transportasi untuk menjalankan rutinitas kehidupannya sehari – hari khususnya para pegawai, mahasiswa, pedagang, dan lain – lain.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun yang menjadi lokasi penelitiannya adalah Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan Padang Bulan, pengemudi sepeda motor/mobil, supir angkutan kota, dan tukang becak. Pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan kuesioner, survei, observasi (pengamatan), dan wawancara. Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk tabel tunggal, menyebarkan kuesioner, observasi (pengamatan), dan wawancara.

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat, rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan semestinya. Penulisan skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S-1) dari

Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara,

dengan judul : “Persepsi Masyarakat Terhadap Kesemerawutan Transportasi Di Kota Medan (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru)”.

Skripsi ini khusus penulis persembahkan kepada orang tua tercinta dan tersayang

penulis, Ayahanda Suwanto dan Ibunda tercinta Nurhayati, atas semua doa, dukungan,

pengorbanan dan kasih sayangnya yang telah diberikan kepada penulis sampai saat ini. Penulis bisa berhasil sampai saat ini karena cara mendidik Ayahanda dan Ibunda yang begitu keras, penuh disiplin dan rasa tanggung jawab untuk menghargai waktu, belajar dengan

sungguh-sungguh, tekun dan giat serta selalu bersikap rendah hati. Tak lupa juga kepada kakak, abang dan adik-adik penulis tersayang, terima kasih buat doa, dukungan dan kasih sayangnya. Penulis akan ingat selalu dengan pesan-pesan yang pernah kakak, abang dan adik - adik berikan. Aku sayang

sama kalian semua.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima saran, komentar, motivasi, dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Dalam kesempatan yang

(6)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU sekaligus Dosen Wali dan

Dosen Pembimbing penulis, yang selalu meluangkan waktunya ditengah-tengah kesibukkan beliau serta sabar dalam membimbing penulis hingga penulisan skripsi ini selesai. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan segenap ilmu penegetahuan semasa perkuliahan.

3. Drs. T. Ilham Saladin, M.Sp selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si selaku penguji proposal yang telah memeberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Rosmiani, MA. Pembantu Keuangan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara.

6. Kak Fenni Khairifa, S,Sos, M.Si, selaku Staf Administrasi di Departemen Sosiologi. Terima kasih atas segala bantuannya.

7. Kak Nurbaiti, selaku Pegawai Pendidikan bagian Departemen Sosiologi. Terima kasih buat bantuannya selama ini.

8. Kepada seluruh Dosen Sosiologi dan Staff pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik yang telah memberikan berbagai materi kuliah selama penulis menjalani

perkuliahan.

(7)

10.Buat teman-teman yang sudah mendahului penulis sekaligus rekan Stambuk 2007 :

Suryani Tinendung S.Sos, Muhammad Nanda P S.Sos. Ester Verawati S.Sos, Neko Harada S.Sos, Sugi Astuti S.Sos, dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan disini terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya serta semoga kita menjadi orang yang

berhasil dan berguna untuk masyarakat luas. Amin.

11.Untuk rekan-rekan sejawat penulis : Dini Saputri, Agustina, Desty, Adrian, Emby, Ninda, Tari, Helen, Niska R, Ridwan, Dino dan lain-lain. terima kasih banyak telah memberikan

sumbangan pemikiran, motivasi dan pertemanannya kepada penulis.

12.Buat Senior dan Junior penulis di Departemen Sosiologi, terima kasih buat doa dan

dukungannya.

13.Buat Staf- Pegawai Kelurahan Padang Bulan yang telah memberikan data dan izin kerja sama dalam membantu untuk melangkapi skripsi ilmiah penulis.

14.Buat semua responden yang telah meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner yang diberikan penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ...i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... ……….v

DAFTAR TABEL ………viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Manfaat Teoritis ……….9

1.4.2 Manfaat Praktis ………..9

1.5 Defenisi Konsep ………10

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Teori Persepsi ………13

2.2 Masalah Perkotaan Dalam perspektif Peraturan Lalu Lintas ……18

2.3 Penataan Ruang Kota Berkaitan Dengan Masalah Kependudukan ………...19

2.4 Penataan Ruang Kota Dalam Aspek Lingkungan ……….21

(9)

2.6 Faktor – Faktor Penyebab Kesemerawutan Transportasi ………..22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………..25

3.2 Lokasi Penelitian ………...25

3.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ………26

3.3.1 Populasi ………26

3.3.2 Sampel ………..26

3.3.3 Penentuan Sampel Penelitian ………...28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………29

3.5 Teknik Analisis Data ……….30

3.6 Jadwal Kegiatan ………31

3.7 Keterbatasan Penelitian ……….31

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...33

4.2 Potensi Sumber Daya Manusia……….33

4.2.1 Penduduk...33

4.2.2 Etnis...35

4.2.3 Agama ...36

4.2.4 Jumlah Lembaga Pendidikan ...36

4.2.5 Sarana Peribadatan ...37

4.3 Temuan Data ………..38

(10)

4.3.2 Persepsi Responden Terhadap kesemerawutan Transportasi

Di Kota Medan ……….………...……..…..46

4.3.2.1 Faktor Kendaraan ..………....46

4.3.2.2 Faktor Jalan ………...50

4.3.2.3 Faktor Alam ...53

4.3.2.4 Faktor Manusia ...56

4.3.2.5 Petugas Lalu Lintas ...60

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan...70

5.2. Saran...71

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan (Angkutan Umum dan Pribadi)

Tahun 2004 – 2009 ...6

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan ………..31

Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin ...34

Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur di Kelurahan Padang Bulan...35

Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis di Kelurahan Padang Bulan ...35

Tabel 4.4 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan Padang Bulan ...36

Tabel 4.5 Distriusi Jumlah Lembaga Pendidikan Berdsarkan di Kelurahan Padang Bulan ...37

Tabel 4.6 Distribusi Jumlah Sarana Peribadatan Berdasarkan Kelurahan Padang Bulan ...37

Tabel 4.7 Persepsi Responden Berdasarkan Usia...38

Tabel 4.8 Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...39

Tabel 4.9 Persepsi Responden Berdasarkan Waktu Tinggal ...39

(12)

Tabel 4.12 Persepsi Responden Berdasarkan Kepemilikan SIM ...41

Tabel 4.13 Persepsi Responden Terhadap Pengetahuan Penyebab Kesemerawutan Transportasi ...42 Tabel 4.14 Persepsi Responden Terhadap Pengetahuan Peraturan Lalu Lintas...43

Tabel 4.15 Persepsi Responden Terhadap Mematuhi Peraturan Lalu Lintas...43 Tabel 4.16 Persepsi Responden Terhadap Harapan Kemacetan Lalu Lintas Dapat Diatasi

...44

Tabel 4.17 Persepsi Responden Berdasarkan Permasalahan Kemacetan Lalu

Lintas...45

Tabel 4.18 Persepsi Responden Berdasarkan Intensitas Keterlibatan Kemacetan Lalu Lintas …………...45 Tabel 4.19 Persepsi Responden Terhadap Peningkatan Jumlah Kendaraan...46

Tabel4.20 Persepsi Responden Terhadap Kendaraan Roda Empat

LebihMenyebabkan Kemacetan Lalu Lintas Daripada Kendaraan

Roda Dua...47

Tabel 4.21 Persepsi Responden Terhadap Jumlah Kendaraan Dibanding

Lebar Jalan…...48 Tabel 4.22 Persepsi Responden Terhadap Polusi Udara Mengakibatkan Ketidaknyamanan

Masyarakat...49

Tabel 4.23 Persepsi Responden Terhadap Kapasitas Jalan Yang Terbatas ...50 Tabel 4.24 Persepsi Responden Terhadap Pelebaran Jalan Dapat Menanggulangi Kemacetan

(13)

Tabel 4.25 Persepsi Responden Terhadap Kinerja Dinas Dalam Memperbaiki Jalan Raya

...52 Tabel 4.26 Persepsi Responden Terhadap Kondisis Jalan Yang Berlubang Menjadi Faktor

Kemacetan Lalu Lintas ...52

Tabel 4.27 Persepsi Responden Terhadap Hujan Menjadi Faktor Memperburuk kemacetan Lalu Lintas ...53 Tabel 4.28 Persepsi Responden Terhadap Banjir Menjadi Faktor Penyebab Kemacetan Lalu

Lintas ...54 Tabel 4.29 Persepsi Responden Terhadap Cuaca Panas Menjadi Memperburuk Kemacetan

...54 Tabel 4.30 Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Pohon Menimbulkan Kemacetan Lalu

Lintas ...55

Tabel 4.31 Persepsi Responden Terhadap Permukaan Tanah Miring Dapat Memperburuk Kemacetan Lalu Lintas ...56 Tabel 4.32 Persepsi Responden Terhadap Prilaku Supir Mengendarai

Kendaraan ...56 Tabel 4.33 Persepsi Responden Terhadap Penilangan Pengemudi Yang Tidak Memiliki Bukti

Kepemilikan ...57

Tabel 4.34 Persepsi Responden Terhadap Prilaku Supir Menurunkan/Menaikkan Penumpang

...58 Tabel 4.35 Persepsi Responden Terhadap Prilaku Supir Ugal-Ugalan Mengakibatkan

(14)

Tabel 4.36 Persepsi Responden Terhadap Pengguna Sepeda Motor Melintas di Jalan Trotoar

(Pengguna Jalan Kaki) ...59 Tabel 4.37 Persepsi Responden Terhadap Kinerja Petugas Lalu Lintas ...60 Tabel 4.38 Persepsi Responden Terhadap Jumlah Petugas Lalu Lintas ...63

Tabel 4.39 Persepsi Responden Terhadap Prilaku Kinerja Petugas Dalam Mentertibkan Lalu Lintas ...65 Tabel 4.40 Persepsi Responden Terhadap Program Peningkatan Kedisiplinan Dalam Peraturan

(15)

ABSTRAKSI

Kota Medan sebagai kota terbesar ke tiga di Indonesia tidak terlepas dari permasalahan kesemerawutan transportasi di setiap kota dan daerah jalan raya. Tingginya tingkat pertumbuhan kendaraan ditambah lagi ruas jalan yang sempit (kurang memadai) sehingga menyebabkan kesemerawutan transportasi di Kota Medan. Pertumbuhan kota yang cenderung cepat mengakibatkan kota tidak mampu menyediakan sarana dan prasarana seperti sarana jalan yang tidak dapat menampung jumlah kendaraan yang tumbuh pesat dan peraturan lalu lintas yang tidak dipatuhi. Ketidakmampuan menyediakan sarana jalan yang kurang memadai dan peraturan lalu lintas yang tidak dipatuhi oleh pengguna kendaraan pribadi dan umum dapat menimbulkan kesemerawutan transportasi. Kesemerawutan transportasi banyak ditemukan di Kota Medan salah satu diantaranya adalah di daerah Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Sebagian besar masyarakat dikelurahan ini menggunakan transportasi untuk menjalankan rutinitas kehidupannya sehari – hari khususnya para pegawai, mahasiswa, pedagang, dan lain – lain.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun yang menjadi lokasi penelitiannya adalah Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan Padang Bulan, pengemudi sepeda motor/mobil, supir angkutan kota, dan tukang becak. Pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan kuesioner, survei, observasi (pengamatan), dan wawancara. Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk tabel tunggal, menyebarkan kuesioner, observasi (pengamatan), dan wawancara.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk perkembangan dan pertumbuhannya. Transportasi sebagai alat untuk memindahkan orang dan barang dari tempat

asal ke tempat tujuan dengan menggunakan kendaraan (Suwardjoko, 2002 : 8). Transportasi dapat berupa angkutan pribadi dan angkutan umum. Sebagian masyarakat pada umumnya, ada

yang menggunakan kendaraan milik sendiri berupa: kendaraan roda dua maupun roda empat dan ada juga sebagian yang tidak memiliki kendaraan, sehingga harus menggunakan angkutan umum dengan menggunakan sistem sewa bayar.

Tujuan dari transportasi adalah menyediakan akses untuk bersosialisasi, mendapatkan pelayanan dan barang yang kita perlukan dengan cara yang mudah, dan rendah biaya. Kegunaan transportasi bagi masyarakat cukup baik dan menguntungkan dalam perekonomian bagi para

pengemudi transportasi, apalagi dengan adanya transportasi semua kegiatan dapat dilakukan dengan baik dalam pengangkutan barang ataupun untuk angkutan umum (transportasi). Adapun 3 aspek penting dalam transportasi yaitu :

1. Aspek Ekologi

Jalur yang menambah keindahan kota, apalagi ditambah dengan penambahan pepohonan yang dapat menyerap polusi dan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar minyak serta

(17)

2. Aspek Ekonomi

Dengan berjalan kaki, masyarakat akan lebih sehat sehingga akan terjadi penghematan dalam biaya kesehatan. Dengan adanya penguranngan konsumsi energi, maka pemerintah dapat memanfaatkan dana yang tersisa untuk perbaikan sarana dan prasarana transportasi.

3. Aspek Sosial Budaya dan Kesetaraan

Para pejalan kaki akan lebih sering bertemu dan bersosialisasi dengan pejalan kaki lainnya, begitu juga pada kondisi dalam transportasi kota. Para pejalan kaki dan

penumpang tidak lagi harus mementingkan prestise (status yang lebih tinggi) karena semua berstatus sama.

Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (devired demand) akibat aktifitas ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam kerangka makro-ekonomi, sistem transportasi memiliki sifat

sistem jaringan dimana kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan. Tujuan perencanaan sistem transporatsi adalah menyediakan fasilitas untuk pergerakan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai

pemanfaatan lahan, seperti lahan: untuk pengguna jalan kaki, pelebaran jalan transportasi, begitu juga dengan rambu-rambu lalu lintas dan peraturannya yang sudah ditentukan oleh Dinas

Perhubungan, serta tata ruang kota yang sudah disignifikan oleh pemerintah. Transportasi menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan aktifitas penggunaan lahan, atau

sebaliknya penggunaan lahan menjadi faktor yang mempengaruhi aktifitas transportasi. Dalam hal ini faktor utama yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan dalam transportasi baik dari segi perkotaan dan pedesaan.

(18)

Kini masalah-masalah yang menjadi ruang lingkup lalu lintas pada dasarnya akibat

pertumbuhan lalu lintas yang tingkat pertumbuhannya dari tahun ke tahun semakin meningkat. sehingga timbul masalah antara lain :

a. Masalah lingkungan, timbul dampak yang merugikan dengan adanya polusi udara, suara

dan lain-lain, baik sebagai akibat kendaraan maupun pabrik pembuatnya.

b. Kemacetan, pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak seimbang dengan kemampuan jalan untuk menampungnya akan menimbulkan kemacetan yang akhirnya akan

meningkatkan yang dikeluarkan (transportation cost).

c. Bahan bakar, bertambahnya jumlah kendaraan di jalan menuntut pula pertumbuhan

pemakaian bahan bakar. Yang umumnya ongkos lebih besar dari harga penjual sehingga bahan bakar yang berlebihan akan menghabiskan banyak devisa negara.

d. Kecelakaan, jumlah kecelakaan baik yang ringan maupun fatal akan bertambah sebagai

konsekuensi pertumbuhan kendaraan.

e. Pertumbuhan kendaraan akan berakibat pada kebutuhan tempat parkir, pertambahan alat pengatur lalu lintas dan lain-lain. (Ansyori, 2008 : 4-5).

Perencanaan kota mempunyai tujuan untuk keselarasan sosial dan ekonomi bagi kepentingan publik dan pribadi. Perencanaan kota yang baik, mengalokasikan sumber daya lahan dengan efisien. Dalam aspek tata ruang dapat dilihat dari perubahan pola keterkaitan ruang,

infrastruktur kota, berubahnya bentuk dan status kota, serta pergeseran lokasi aktifitas kota.

Keempat hal diatas saling terkait, dimana satu dengan yang lain saling menunjang, dan sangat dipengaruhi oleh produktifitas ekonomi kota. Ruang lingkup manajemen kota dan wilayah ruang publik berkaitan erat dengan kegiatan penunjang kegiatan ekonomi dan aktivitas umum

(19)

Dewasa ini menurut penelitian yang terkait dengan persepsi masyarakat terhadap

“kesemerawutan” transportasi di Kota Medan terdapat keadaan yang kurang normatif, seperti peraturan lalu lintas yang kurang efektif dalam menjalankan peraturan yang telah di buat Pemerintah, dan kapasitas jalan yang kurang memadai sehingga menyebabkan pengguna jalan

raya melanggar peraturan lalu lintas. Kesemrawutan adalah pertumbuhan jumlah kendaraan yang pesat, prasarana jalan yang kurang memadai sehingga terjadi kemacetan dalam mengendarai kendaraan serta pengguna jalan yang tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang telah dibuat

oleh Pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Lalu Lintas. Begitu juga dengan adanya faktor internal yang negatif seorang pengemudi yang egois, sok jagoan, terlebih-lebih

pengemudi angkutan umum.

Dengan tidak adanya kesemrawutan transportasi, kegiatan dan aktifitas perekonomian di Indonesia tidak akan terhambat. Sebagian masyarakat menggunakan transportasi untuk

menjalankan rutinitas kehidupan mereka setiap hari khususnya para pegawai, anak sekolah, mahasiswa, pedagang, dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan waktu, transportasi dan penggunaan lahan menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan. Dalam konteks perencanaan,

transportasi dan penggunaan lahan memiliki tujuan yang terarah dan spesifik.

Persoalan transportasi dan kondisi Kota Medan hampir sama dengan yang dihadapi kota besar lainnya. Kemacetan dan kecelakaan lalu lintas di Kota Medan juga sudah memprihatinkan

dan cenderung tinggi angkanya, dikarenakan sering terjadi akibat perilaku angkutan umum

(kota), yang suka menyelonong (menyelinap), dan tiba-tiba berhenti di simpang jalan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang dengan alasan untuk mengejar setoran.

(20)

yang menjadi alasan adalah pihak/oknum pemerintah yang terkait. Meskipun kesemerawutan ada

dihadapan kita, namun masyarakat (termasuk pemerintah) belum mampu mengatasinya dengan baik. Pada saat ini, keadaan pertumbuhan transportasi Se-Kota Medan sangat pesat. Menurut Dinas Perhubungan Di Kota Medan pada tahun 2004-2009 jumlah sarana transportasi jalan raya

Kota Medan berjumlah 2.708.511 kendaraan, secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1

Jumlah Kendaraan (Angkutan Umum dan Pribadi) Tahun 2004 - 2009

Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Mobil Penumpang (unit & persentase

149.302 164.314 175.198 189.157 209.527 222.891

15% 14% 13,58% 13% 8% 8%

Mobil Gerobak

(unit & persentase)

104.776 112.001 116.184 120.328 140.986 144.865

10% 10% 9,00% 9% 6% 5%

Bus (unit & persentase)

12,108 12,406 12,619 12,751 22.130 22.123

1% 1% 1% 1% 1% 1%

Sepeda

Motor (uit &

persentase)

756.569 883.406 985.745 1.103,707 2.104,026 2.318,632

74% 75% 76,42% 77% 85% 86% Jumlah 1.022,755 1.172.127 1.289,746 1.425,943 2.476,669 2.708,511

Sumber : Dinas Perhubungan

Perkembangan perkotaan dan perkembangan transportasi merupakan dua hal yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Semakin besar ukuran suatu kota, akan semakin penting dan besar permasalahan transportasi yang akan dihadapi. Persoalan transportasi khususnya di

(21)

kecelakaan lalu lintas yang terjadi hampir semua didahului dengan pelanggaran lalu lintas.

Departemen perhubungan, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Darat sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan transportasi darat telah mengeluarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1992 beserta aturan pelaksanaan lainnya baik berupa Peraturan Pemerintah

(PP), Keputusan Presiden, Keputusan Menteri (KM), Keputusan Dirjen (KD), maupun pelaksanaan lainnya.

Juli 2011 pukul 16:00 WIB).

Hampir semua orang yang menggunakan jalan berprilaku semau sendiri, enggan teratur

dan mengatur diri, semua membiarkan dirinya mendorong untuk terus terjadinya ketidakteraturan. Faktor yang paling mendorong terjadi kesemerawutan selain dijalan - jalan raya didepan pasar - pasar rakyat (Tradisional), pusat-pusat perbelanjaan : minimarket dan perumahan

dapat terlihat dari peralihan lahan-lahan pemukiman penduduk menjadi sektor ekonomi (forecasting). Perubahan pola kehidupan yang terjadi di tengah masyarakat Padang Bulan saat ini

sebagai akibat pertumbuhan ekonomi.

Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, masalah transportasi semrawut disebabkan karena jalan yang sempit, pertumbuhan jumlah kendaraan yang semakin meningkat

dan peraturan lalu lintas yang tidak dipatuhi oleh pengguna jalan raya. Begitu juga bangunan-bangunan yang ada di area tersebut dijadikan untuk fasilitas berjualan misalnya, membuat rumah

(22)

Tingginya pertumbuhan kendaraan umum yang terdapat di Kota Medan juga menjadi

fakor pendorong kemacetan transportasi, serta perilaku para aktor pengguna jalan raya yang secara normatif tidak mematuhi peraturan lalu lintas yang tersedia. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk melihat persepsi masyarakat tentang kesemerawutan transportasi di Kota

Medan khususnya pada masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab kesemrawutan transportasi di Kota Medan

menurut persepsi masyarakat”?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa sajakah yang menjadi penyebab “kesemrawutan” transportasi di Kota Medan yang merupakan daerah kawasan

Jalan Raya.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini diharapkan manfaat penelitian ini berupa :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada peneliti dan juga

(23)

Medan” serta bermanfaat untuk mengetahui perkembangan yang ada dan nyata. Dalam

pengembangan teori Ilmu-Ilmu Sosial khususnya Ilmu Sosiologi Perkotaan. Selain itu, diharapkan juga dapat memberikan konstribusi kepada pihak yang memerlukannya khususnya Dinas Perhubungan.

I.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti berupa

fakta-fakta temuan di lapangan dan meningkatkan daya, kritis dan analisis penelitian sehingga memperoleh pengetahuan tambahan dari penelitian tersebut. Khususnya penelitian ini dapat

menjadi referensi penunjang yang diharapkan dan dapat berguna bagi peneliti berikutnya.

1.5 Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah definisi suatu abstraksi mengenai gejala dan realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala. Disamping mempermudah

dan memfokuskan penelitian, konsep juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak lanjuti kasus tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian. Definisi konsep merupakan unsur penelitian yang penting untuk

menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti (Singarimbun, 1999 : 33).

(24)

1. Persepsi adalah penilaian terhadap suatu objek yang dilakukan oleh seseorang

stimulus terhadap rangsangan yang diperolehnya. Terdapat pada kesemerawutan transportasi dalam menafsirkan pandangan di lingkungan sekitarnya.

2. Persepsi terhadap kesemerawutan transportasi adalah penilaian atau cara pandang

pengguna jalan terhadap kondisi jalan raya yang memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat Padang Bulan.

3. Kesemerawutan Transportasi merupakan kemacetan lalu lintas yang terjadi pada ruas

jalan yang tidak dapat menampung jumlah kendaraan yang tumbuh pesat serta tingkat disiplin yang sangat rendah.

4. Kota adalah suatu daerah yang pesat pertumbuhan penduduknya dari segi ekonomi dan dalam rutinitas sehari-harinya yang menggunakan alat transportasi untuk mempermudah aktivitas manusia. Kota di sini yang tergolong kota berkembang yaitu

Kota Medan yang didalamnya terdapat para pengguna jalan raya.

5. Masyarakat adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu yang melakukan kegiatan tertentu untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Masyarakat

yang dimaksud dalam penilitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di sekitar Padang Bulan.

6. Faktor - Faktor Penyebab Terhadap Kesemerawutan Transportasi adalah faktor-faktor

yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas antara lain : Faktor Kendaraan, Faktor

Jalan, Faktor Alam, Faktor Manusia.

(25)

- Faktor Jalan adalah ruas jalan yang tidak dapat menampung jumlah

kendaraan, jalan yang berlubang dan pengguna jalan yang melintasi di daerah Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

- Faktor Alam adalah curah hujan yang tinggi pada musim hujan sehingga

menyebabkan banjir.

- Faktor Manusia adalah sikap manusia yang kurang mematuhi peraturan lalu lintas. Termasuk salah satu petugas lalu lintas.

(26)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Teori Persepsi

Manusia pada dasarnya merupakan mahkluk individu. Dalam melihat suatu masalah setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Hal ini pula yang menyebabkan persepsi setiap individu memilki perbedaan,

tidak terkecuali persepsi masyarakat desa. Persepsi secara etimologi diartikan sebagai daya untuk mengamati, yang menghasilkan tanggapan, kesan atau penglihatan. Soemanto (1990)

mengartikan persepsi sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. (Soemanto,1990 : 23). Defenisi ini menekankan bahwa persepsi merupakan hasil yang ditangkap dari mengamati suatu objek. Hal ini berarti dalam membentuk persepsi harus jelas objek yang

dituju.

Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia yang lainnya. karena adanya perbedaan dari pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia

tersebut tinggal. Persepsi adalah kesadaran yang tidak dapat ditafsirkan yang timbul dari stimuli. Dalam hal ini persepsi itu lahir karena adanya rangsangan sehingga menimbulkan rangsangan yang tidak dapat ditafsirkan. Jadi yang merupakan faktor penyebab adanya persepsi adalah

rangsangan.

(27)

orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek. Setelah dirasakan kemudian objek

tersebut diinterpretasikan.

William James dalam (Adi,I.R, 2003 : 105) menyebutkan ada tiga macam bentuk persepsi yakni :

1. Pesepsi masa lampau disebut dengan persepsi ingatan (tanggapan) 2. Persepsi masa sekarang disebut dengan persepsi tanggapan imajinasi. 3. Persepsi masa mendatang disebut sebagai tanggapan antisipatif.

Berdasarkan uraian diatas berarti tanggapan diasosiasikan sebagai suatu reaksi yang dihasilkan stimuli berupa pertumbuhan kesan pribadi yang berorientasi kepada pengamatan masa

lampau, masa kini, dan masa mendatang. Fenomena yang muncul dalam kaitannya dengan persepsi adalah atensi (attention). Atensi merupakan suatu proses penyeleksian input yang akan diproses dalam kaitannya dengan pengalaman (Adi, 200 : 97). Hal ini berarti atensi banyak

mendasarkan diri pada proses penyaringan informasi (filtering) yang ada pada lingkungannya. Untuk memperjelas pengertian dari persepsi, di bawah ini dijelaskan mengenai pengertian persepsi menurut beberapa ahli :

1. Persepsi merupakan kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi mengenali lingkungannya, baik lewat penglihatan, pandangan, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya

pencatatan yang benar terhadap situasi. proses kognitif diatas adalah proses kegiatan

mental yang sadar seperti sikap, kepercayaan dan pengharapan yang semuanya merupakan faktor yang menetukan perilaku (Thoha, 2000 : 23).

2. Menurut Davidof, persepsi merupakan proses yang digunakan oleh seseorang individu

(28)

guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung

pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu bersangkutan. Selanjutnya menurut Horovitz, persepsi adalah anggapan yang muncul setelah melakukan pengamatan di lingkungan sekitar atau

melihat situasi yang terjadi untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu

3. Menurut Lindzey dan Aronson, persepsi sosial merupakan suatu proses yang terjadi

dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi dan mengevaluasi objek yang dipersepsi, baik sifat, kualitas ataupun keadaan lain yang ada

dalam objek tersebut sehingga terbentuk gambaran mengenai objek tersebut

21.52WIB).

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan persepsi merupakan sebagai suatu proses pemberian makna atau proses pemahaman diri di dalam diri seseorang terhadap suatu objek, baik itu yang berwujud ataupun tidak berwujud. Dalam hal ini persepsi sangat berkaitan dengan

pengetahuan dan pengalaman. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internalnya diantaranya :

1. Motif dan kebutuhan.

2. Kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input tertentu,

tetapi tidak pada input lainnya.

Sedangkan faktor eksternalnya diantaranya adalah : 1. Intensitas dan ukuran dari yang akan diberikan atensi.

(29)

3. Pengulangan dari yang diberi persepsi.

4. Gerakan yang diberi persepsi.

Berrlyne dalam (Adi, 2003 : 97) menyebutkan ada empat aspek persepsi yang membedakannya dengan pola pikir kognitif, yaitu pola pikir yang masih berada didalam

pemikiran manusia, yakni :

1. Hal- hal yang diamati dari sebuah rangsangan bervariasi, tergantung pola dari keseluruhan dimana rangsangan tersebut menjadi bagiannya.

2. Persepsi bervariasi dari orang ke orang dan dari waktu ke waktu 3. Persepsi bervariasi tergantung dari arah kearah (fokus) alat indra.

4. Persepsi cenderung berkenbang kearah tertentu dan sekali terbentuk kecenderungan itu biasanya akan menetap.

Kesemerawutan transportasi pada daerah Padang Bulan sering kali terjadi dikarenakan

sikap supir dan pengemudi kendaraan yang lain juga tidak sabar dalam mengendarai, serta pelebaran jalan yang kurang memadai. Adanya dukungan dan protes terhadap kesemerawutan transportasi masyarakat memberikan suatu persepsi yang berbeda bagi setiap orang yang

memaknainya.

Dalam penelitian ini persepsi diartikan sebagai pengetahuan untuk melihat, memahami dan penafsiran oleh masyarakat terhadap kesemerawutan transportasi di Kota Medan. Persepsi

itu terjadi dengan adanya interaksi sosial, sikap – sikap, dan perasaan - perasaan suatu kelompok

manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya.

Hal yang mendasari keberagaman persepsi tersebut yaitu perbedaan pemahaman dan

(30)

kesemerawutan yang terjadi pada masyarakat Padang Bulan terlihat dari kebisingan di jalan raya

dan polusi udara yang kurang baik untuk kesehatan masyarakat Padang Bulan. Hal tersebut menjadikan masyarakat tersebut sangat memahami dan mampu mempersepsikan kesemerawutan transportasi, dimana dasar dari persepsi itu sendiri yaitu adanya sesuatu yang telah didengar,

dilihat serta dirasakan oleh orang tersebut.

Dalam interaksi sosial kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain ataupun terhadap sesuatu apapun yang pada hakikatnya menghasilkan

persepsi pada individu atau masyarakat. Hal itu bisa terjadi pada pandangan seseorang terhadap sesuatu yang berhubungan dengan dirinya dan lingkungannya yang mengakibatkan timbulnya

rangsangan baik secara fisik ataupun non fisik yang terjadi akibat perilaku dari tindakan seseorang.

2.2 Masalah Perkotaan Dalam Perspektif Peraturan Rambu-Rambu Lalu Lintas

Berdasarkan teori pertumbuhan dan perkembangan Kota menunjukan bahwa kota pada prosesnya akan selalu tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan kota akan

membawa pengaruh implikasi negatif dan positif. Melalui kajian teori yang ada, diketahui bahwa laju pertumbuhan dan perkembangan kota dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi dan

perkembangan jumlah penduduknya. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya aktivitas kota yang berimplikasi terhadap meningkatnya jumlah perjalanan yang pada akhirnya menimbulkan

masalah transportasi berupa menyebabkan semerawutnya jalan raya dikarenakan macetnya jalan lalu lintas (Zahnd dalam Febi Anisia : 2011).

Masalah perkotaan mencakup dua lingkup yaitu masalah eksternal dan internal Kota.

(31)

wilayah pengaruh atau wilayah lainnya. Sedangkan masalah internal adalah masalah yang

disebabkan oleh aspek - aspek dari dalam kota itu sendiri. Contohnya, perilaku pengguna jalan yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas. Masalah transportasi dalam hal ini adalah kesemrawutan transportasi yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas termasuk dalam jenis

masalah internal perkotaan.

2.3 Penataan Ruang Kota Berkaitan Dengan Masalah Kependudukan

Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan sosial ekonomi yang heterogen, serta corak kehidupan secara matrealistik. Menurut

Permendagrino 2 tahun 1987 pasal 1 menyebutkan bahwa kota adalah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang memiliki batasan administrasi yang diatur dalam perundang - undangan. Pemukiman yang telah memperlihatkan ciri-ciri kehidupan perkotaan.

Kota memiliki beberapa ciri-ciri yaitu : Secara ekonomi adalah konsentrasi penduduk yang memiliki kegiatan usaha sektor non pertanian seperti industri, perdagangan, transportasi, perkantoran dan jasa yang sifatnya heterogen. Sosial budaya (pluralisme budaya) merupakan

pusat perubahan budaya yang dapat mempengaruhi pola nilai budaya yang ada. Secara fisik merupakan suatu lingkungan yang terbangun (build up area) yang didominasi oleh struktur

binaan. Secara geografis adalah suatu pemusatan penduduk dan kegiatan usaha yang secara geografis akan mengambil lokasi yang memilki nilai strategis secara ekonomi, sosial, maupun

fisiografis (Bintarto, 2001).

Perkembangan kota adalah perubahan secara menyeluruh yang menyangkut aspek sosial ekonomi, sosial budaya, dan fisik dari suatu masyarakat. Perkembangan kota yang ditentukan

(32)

penduduk yang disebabkan oleh pertambahan alami dan migrasi, (2) faktor sosial ekonomi yaitu

mencakup kegiatan usaha masyarakat, (3) faktor sosial budaya mencakup perubahan pola kehidupan atau tata cara kehidupan (Mulyono Hendarto dalam Febi Anisia : 2011).

Transportasi ternyata telah menjadi ciri kemajuan kebudayaan dan sekaligus menjadi kebutuhan kebudayaan itu sendiri. Ketika kota-kota tua masih castangle (mini) dan belum

berkembang seperti sekarang, transportasi merupakan barang mewah dan belum menjadi kebutuhan umum. Ada empat faktor yang berpengaruh dalam proses pekembangan kota yaitu pertambahan populasi, peningkatan kompleksitas masyarakat, lingkungan, dan pekembangan

teknologi. Sifat perkembangan kota dapat dipisahkan menjadi dua pengertian yaitu

perkembangan horizontal dan vertikal. Perkembangan Horizontal adalah pertambahanluasan tambahan terbangun secara mendatar. Perkembangan seperti ini sering terjadi di pinggiran kota, dekat dengan jalan yang menuju kota, maupun dekat dengan pusat aktivitas baru, hal ini

dikarenakan harga lahan masih relatif murah. Perkembangan Vertikal adalah perkembangan yang ditandai dengan luas lahan terbangun masih tetap sedangkan ketinggian bangunan bertambah.

Juli 2011 pukul 16:00WIB).

2.4 Penataan Ruang Kota Dalam Aspek Lingkungan

Dengan diberlakukannya Undang- Undang Otonomi Daerah dan desentralisasi fiskal di

(33)

daerah masing-masing. Melalui kebijakan otonomi daerah ini, pemerintah pusat

mendesentralisasikan sebagian besar kewenangannya pada Pemerintah Daerah.

Dengan adanya peraturan yang ditetapkan dalam Undang-Undang maka pembangunan yang dilakukan di setiap daerah harus ada kesepakatan bersama dengan masyarakat sekitar serta yang memilki hak seperti dengan izin terhadap kelurahan dan orang - orang yang berkepentingan

di dalamnya. Agar sarana dan prasarana yang di bangun memperolah hasil yang maksimal.

2.5 Fluktuatif Penggunaan Transportasi Di Kota Berkembang

Pasca Reformasi, kerugian yang diderita akibat masalah kesemrawutan transportasi ini apabila dikuantifikasikan dalam satuan moneter sangatlah besar, yaitu kerugian karena waktu

perjalanan menjadi panjang dan makin lama, biaya operasi kendaraan menjadi lebih besar dan polusi kendaraan yang dihasilkan semakin bertambah. Kesemrawutan ini disebabkan karena tidak ada yang mau mengalah dalam memgemudi sehingga menyebabkan kemacetan, pemakaian

Bahan Bakar Minyak (BBM) juga akan menjadi boros. Kondisi ini menyebabkan pengendara juga menjadi tidak sabar dan menjurus pada tindakan yang tidak disiplin dan pada akhirnya

memperburuk kondisi kemacetan. Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah merupakan Undang-Undang yang telah ditetapkan dan harus dipatuhi

(34)

2.6 Faktor – Faktor Penyebab Kesemerawutan Transportasi

Penyebab kesemerawutan transportasi di masing-masing daerah tidak terlepas dari masalah kemacetan lalu lintas, ruas jalan yang tidak mampu menampung pertumbuhan kendaraan yang pesat, parkir dan pedagang kaki lima.

Faktor- faktor penyebab kesemerawutan transportasi dapat dilihat dari 4 faktor Masalah Kecelakaan Lalu Lintas dan Jalan Raya Indonesia (MKJI, 1997) yaitu :

1. Faktor Kendaraan : Pertumbuhan kendaraan yang pesat dan kecepatan kendaraan

merupakan penyebab terjadinya kemacetan lalu lintas disamping ESPM (Ekuivalen Satuan Mobil Penumpang) dan frekuensi (volume) kendaraan tiap jam.

2. Faktor Jalan : Kondisi jalan atau jaringan jalan sangat berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas. Kondisi jalan yang berlubang, banyak persimpangan, tidak adanya jalur pemisah, sering tergenang air, merupakan pendorong terjadinya kemacetan lalu lintas.

3. Faktor Alam : Dalam hal ini seperti cuaca, topograpi, yang tidak rata, dan banyaknya jalan yang memotong sungai merupakan pendorong terjadinya kemacetan.

4. Faktor Manusia : Human error atau kesalahan manusia pada setiap kecelakaan lalu lintas,

demikian juga pada kemacetan lalu lintas dimana sikap dan perilaku pengemudi maupun pejalan kaki dan orang disekitar jalan sangat berperan dalam terjadinya kemacetan lalu lintas

pada tanggal 20 Desember 2011 pukul 19:20WIB).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku pengemudi yang sangat berperan dalam terjadinya kemacetan lalu lintas : 1) Motivasi merupakan faktor penting didalam penentuan aktifitas masyarakat. 2) Pengaruh lingkungan merupakan faktor lingkungan berkaitan dengan

(35)

berkendaraan. 3) Pendidikan merupakan berbagai kegagalan di dalam pemakaian fasilitas

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang bertujuan memperoleh data dari lapangan dalam bentuk angka yang kemudian dianalisis. Studi deskriptif

dalam hal ini adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek

penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut. (Bungin, 2009 : 36).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Alasan peneliti ini memilih lokasi penelitian ini karena terjadi kesemerawutan transportasi

di Kelurahan Padang Bulan, dan lokasi ini merupakan tempat di mana masyarakat dapat mempersepsikan kesemrawutan transportasi yang jelas.

3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi

Dalam metode penelitian ini kata populasi digunakan untuk menyebutkan sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karena itu, populasi penelitian merupakan

(37)

populasi adalah masyarakat yang tinggal di daerah Kelurahan Padang Bulan. Berdasarkan

keterangan yang diperoleh data yang diterima peneliti bahwa masyarakat Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, memiliki 12 lingkungan. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan sebanyak 1567 KK (Kepala Keluarga).

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Oleh karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri (Bailey, 1994 : 83). Untuk menghitung besarnya sampel didasarkan pada pendapat Taro Yamane (Rakhmat,

1995 : 99). Yang mengajukan pilihan ukuran sampel berdasarkan tingkat presisi 10% dan tingkat

kepercayaan 10%.

Rumus yang dikemukakan Taro Yamane adalah :

n = N N(d)2+ 1

Dimana, n : besarnya sampel

N : besar populasi

d : presisi atau derajat kebebasan(peneliti menetapkan 10% atau d=0,1)

Dari rumus Taro Yamane tersebut, maka besar sampel yang ditarik pada penelitian ini adalah :

(38)

n = 1567 1567(0.1)2+ 1

n = 1567 15,67 + 1

n = 1567 16, 67

n = 94,00 KK

n= 94 KK

Dari proses penjumlahan melalui rumus Taro Yamane diatas maka di dapat sampel sebanyak 94 Kepala Keluarga (KK), untuk mempermudah peneliti dalam perhitungan jumlah sampel maka digenapkan menjadi 100 Kepala Keluarga (KK).

3.3.3 Penentuan Sampel Penelitian

Purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang

dianggap mempunyai kaitan dengan karakteristik populasi yang diketahui sebelumnya. Teknik sampling ini digunakan berdasarkan pengetahuan terhadap populasi, maka unit - unit populasi yang dianggap kunci diambil sebagai sampel penelitian (Bungin, 2005 : 115).

Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah :

a. Masyarakat yang tinggal di Kelurahan Padang Bulan dengan Responden Kepala

(39)

b. Pengemudi Sepeda motor/mobil yang tinggal di Padang Bulan : 20 orang

c. Supir angkot (angkutan kota) yang tinggal di Padang Bulan : 20 orang d. Pengemudi becak mesin yang tinggal di Padang Bulan : 30 orang

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data (informasi) yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian yang bersangkutan

secara objektif. Didalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder sebagai berikut:

a) Data Primer adalah data yang diambil dari sumber data atau sumber responden dilapangan. Untuk mendapat data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan studi lapangan yaitu:

- Tekhnik Angket/ Kuesioner

Tekhnik ini juga disebut sebagai tekhnik kuesioner. Tekhnik angket berbentuk

rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah pertanyaan, kemudian dikirim kepada responden untuk diisi. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti

(Bungin, 2001:130). Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan kuesioner tertutup dan semi terbuka.

- Wawancara Mendalam

(40)

data sebagai melengkapi tentang Persepsi Masyarakat Terhadap

Kesemerawutan Transportasi Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Informannya antara lain : Petugas Lalu Lintas, Kepala Keluarga (KK), Supir, dan Tukang Becak yang tinggal di Kelurahan Padang Bulan.

b) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan dan pencatat dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari Buku - Buku Referensi,

Jurnal dan dari Internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Teknik Analisis Data

Tahapan penganalisaan data merupakan tahap penyederhanaan data. Adapun analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah setelah data terkumpul maka akan dilakukan pengkodean data yang kemudian diteruskan dengan mengolah data, mengedit dan menganalisa (Singarimbun, 1995). Penelitian ini menggunakan teknik analisa tabel tunggal, yaitu analisa yang

dilakukan dengan membagi variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari kolom (Singarimbun, 1995 : 266) yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.

Analisis data dan interpretasi data merupakan tahap pengumpulan data dan informasi,

(41)
[image:41.612.113.499.136.415.2]

3.6 Jadwal Kegiatan

Tabel Jadwal 3.1 jadwal Kegiatan

3.7 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian mencakup uraian tentang keterbatasan dan hambatan yang ditemui dalam penelitian baik yang berkaitan dengan metode dan tehnik penulisan yang digunakan maupun keterbatasan peneliti sendiri. Keterbatasan dalam penelitian ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan

kegiatan penelitian ilmiah.

Selain itu, peneliti juga belum menguasai secara penuh tehnik dan metode penelitian sehingga dapat menjadi keterbatasan dalam menyajikan dan mengolah data. Akan tetapi kendala

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra Proposal √

2. Acc Judul √

3. Penyusunan Proposal √ √

4. Seminar Proposal Penelitian √

5. Revisi Proposal √

6. Penelitian ke Lapangan √ √

7. Pengumpulan Data dan Analisis Data √

8. Interpretasi Data √

9. Bimbingan Skripsi √ √ √

10. Penulisan Laporan Akhir √ √

(42)

tersebut dapat diatasi melalui proses bimbingan skripsi dan peneliti berusaha mencari informasi

dari berbagai sumber yang mendukung penelitian ini.

Selain itu juga, Peneliti mendapat kesulitan dan keterbatasan dalam memperoleh data dari Kantor Lurah seperti : data yang diperoleh dari kelurahan kurang lengkap, sehingga peneliti

berusaha mencari dengan cara door to door dengan menggunakan wawancara kepada masyarakat (responden) yang berada di Kelurahan Padang Bulan, agar data peneliti dapat memenuhi dalam karya ilmiah. Walaupun terdapat berbagai keterbatasan, peneliti tetap berusaha

(43)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini berada di wilayah Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru Propinsi Sumatera Utara dengan Ibukota adalah Kota Medan. Luas wilayah Kelurahan Padang Bulan seluas 1,68 km2 yang terdiri dari 12 lingkungan. Luas Kelurahan tersebut terdiri dari : luas

pemukiman seluas 0,79 km2, luas pemakaman seluas 0,04 km2, luas perkarangan seluas 0,28 km2, luas taman seluas 0,01 km2, perkantoran seluas 0,2 km2, dan luas prasaran umum lainnya

seluas 0,36 km2.

Adapun batas – batas wilayah Kelurahan Padang Bulan Kecamatan, Medan Baru sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Darat

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Titi Rantai - Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Medan Selayang

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Medan Polonia

4.2 Potensi Sumber Daya Manusia 4.2.1 Penduduk

(44)
[image:44.612.142.530.151.423.2]

Tabel 4.1

Distribusi Jumlah Penduduk Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin

No Lingkungan Penduduk / KK

(persentase)

Jenis kelamin Total Laki-Laki

(Frekuensi /Persentase)

Perempuan (frekuensi /Persentase )

1 I 129 (8) 320 (8) 280 (7) 600 (8)

2 II 100 (6) 297 (8) 243 (6) 540 (7)

3 III 98 (6) 226 (6) 242 (6) 468 (6)

4 IV 123 (8) 288 (7) 316 (8) 604 (8)

5 V 82 (5) 209 (6) 192 (5) 401 (5)

6 VI 148 (10) 322 (8) 302 (8) 624 (8)

7 VII 132 (9) 362 (9) 406 (11) 768 (10) 8 VIII 105 (7) 285 (7) 223 (6) 508 (6)

9 IX 125 (8) 277 (7) 306 (8) 583 (8)

10 X 135 (8) 389 (10) 336 (9) 725 (9)

11 XI 118 (8) 293 (8) 288 (8) 581 (8)

12 XII 272 (17) 641 (16) 682 (18) 1323 (17)

Jumlah 1561 3909 3816 7725

(Sumber : Data Kelurahan Padang Bulan Tahun 2010 - 2011)

Berdasarkan golongan umur, dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di Padang Bulan hampir semua golongan umur adalah pengguna kendaraan pribadi dan umum, baik itu golongan umur dibawah 19 tahun yang terdiri dari penduduk yang sudah sekolah di tingkat SD,

(45)
[image:45.612.146.537.103.261.2]

Tabel 4.2

Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Golongan Umur di Kelurahan Padang Bulan

Golongan Umur Frekuensi (F) Persentase (%)

0 – 12 Bulan 157 2

1 – 10 Tahun 1442 18

11 – 20 Tahun 1865 24

21 – 30 Tahun 1312 17

31 – 40 Tahun 1137 15

41 – 50 Tahun 1026 13

51 – 58 Tahun 346 5

>59 Tahun 440 6

Jumlah 7725 100

Sumber : Profil Kelurahan 2010

4.2.2 Etnis

Penduduk Kelurahan Padang Bulan mayoritas beretnis Batak Karo sebanyak 5.871 jiwa (76%), sedangkan etnis lainnya berjumlah 1.854 jiwa (24%). Secara terperinci dapat dilihat pada

Tabel 4.3 :

Tabel 4.3

Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis di Kelurahan Padang Bulan

Jenis Etnis Jumlah Persentase (%)

Batak Toba 832 11

Batak Karo 5871 76

Jawa 454 6

Minang 335 4

Aceh 121 2

Cina 112 1

Jumlah 7725 100

(46)

4.2.3 Agama

Mayoritas penduduk Kelurahan Padang Bulan menganut Agama Kristen sebanyak 3526 orang (45,64%), sedangkan agama lain yang dianut adalah Agama Islam 3419 orang (44,25%), Agama Katholik 676 orang (8,75%), Agama Hindu 46 orang (0,60%) dan Agama Budha 58

[image:46.612.143.530.251.356.2]

orang (0,76%).

Tabel 4.4

Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kelurahan Padang Bulan

Jenis Agama Jumlah Persentase (%)

Islam 3419 orang 44,25

Kristen 3526 orang 45,64

Katholik 676 orang 8,75

Hindu 46 orang 0,60

Budha 58 orang 0,76

Jumlah 7725 100,00

Sumber : Profil kelurahan 2010

4.2.4 Jumlah Lembaga Pendidikan

Kelurahan Padang Bulan memiliki sarana pendidikan sebanyak 13 unit terdiri dari Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi, SLTP/Sederajat, SD/ Sederajat, dan TK. Bila dilihat dari

lembaga yang ada di Kelurahan Padang Bulan diasumsikan bahwa yang menjadi salah satu penyebab kesemerawutan transportasi adalah rutinitas kegiatan pendidikan. Dari pengamatan peneliti terlihat bahwa pada jam – jam tertentu misalnya pada waktu pagi jam masuk

sekolah/kuliah dan waktu sore di saat pulang sekolah/kuliah di area lembaga pendidikan tersebut,

(47)

Tabel 4.5

Distribusi Jumlah Lembaga Pendidikan Di Kelurahan Padang Bulan

Lembaga Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%)

Perguruan Tinggi 3 23

SLTP/Sederajat 3 23

SD/Sederajat 4 31

TK 3 23

Jumlah 13 100

Sumber : Profil Kelurahan 2010

4.2.5 Sarana Peribadatan

Kelurahan Padang Bulan memiliki sarana peribadatan sebanyak 26 unit terdiri dari Mesjid, Musolah, dan Gereja. Secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 4.6 :

Tabel 4.6

Distribusi Jumlah Sarana Peribadatan Berdasarkan Di Kelurahan Padang Bulan

Rumah Ibadah Frekuensi (F) Persentase (%)

Mesjid 2 8

Musholah 16 61

Gereja 8 31

Jumlah 26 100

(48)
[image:48.612.108.499.194.302.2]

4.3 Temuan Data 4.3.1. Identitas Responden 4.3.1.1 Usia Responden

Tabel 4.7

Persepsi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi (F) Persentase (%)

1 20-29 Tahun 25 25

2 30-39 Tahun 34 34

3 40-49 Tahun 35 35

4 50-59 Tahun 6 6

Jumlah 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan (kuesioner) Maret 2012

Dari Tabel 4.7 penulis mengkategorikan jenjang usia responden yang aktif menggunakan fasilitas transportasi yaitu dari usia 20 sampai 59 tahun. Dari hasil penelitian diketahui bahwa

usia 20 – 29 tahun sebanyak 25 responden (25%) aktif menggunakan kendaraan umum dan pribadi, usia 30 - 39 tahun sebanyak 34 responden (34%) yang aktif menggunakan kendaraan umum dan pribadi, usia 40 – 49 tahun sebanyak 35 responden (35%) aktif menggunakan

kendaraan umum dan pribadi, dan usia 50 – 59 tahun sebanyak 6 responden (6%) yang aktif menggunakan kendaraan umum dan pribadi. Dari pengamatan peneliti, usia 17 – 19 tahun juga dapat menggunakan kendaraan umum dan pribadi, namun tidak termasuk responden dalam

(49)
[image:49.612.142.538.139.205.2]

4.3.1.2 Jenis Kelamin

Tabel 4.8

Persepsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Laki- laki 85 85

2 Perempuan 15 15

Jumlah 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan (Kuesioner) Maret 2012

Dari Tabel 4.8 dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, dari 100 responden yang menggunakan fasilitas transportasi Laki - Laki sebanyak 85 responden (85%) dan responden Perempuan berjumlah 15 responden (15%). Dari gambaran responden diatas dapat diketahui

bahwa responden yang berjenis kelamin Laki – Laki lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi atau umum dibandingkan responden Perempuan.

4.3.1.3 Waktu Tinggal

Tabel 4.9

Presepsi Responden Berdasarkan Waktu Tinggal

No Waktu Tinggal Frekuensi (F) Persentase (%)

1 2 Tahun 11 11

2 3 Tahun 8 8

3 4 Tahun 22 22

4 >5 Tahun 59 59

Jumlah 100 100

Sumber : Data penelitian Lapangan (kuesioner) Maret 2012

Dari Tabel 4.9 dapat dilihat berdasarkan lamanya waktu tinggal responden di Padang Bulan dengan kurun waktu 2 tahun adalah 11 responden (11%), kurun waktu 3 tahun adalah 8

responden (8%), kurun waktu 4 tahun adalah 22 responden (22%), sedangkan kurun waktu >5

[image:49.612.147.536.457.563.2]
(50)

pengetahuan responden terhadap kemacetan dan kesemerawutan transportasi yang terjadi di

Kelurahan Padang Bulan.

[image:50.612.111.497.235.337.2]

4.3.1.4 Jenjang Pendidikan

Tabel 4.10

Persepsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

No Jenjang Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%)

1 SD 9 9

2 SMP 11 11

3 SMA/Sederajat 55 55

4 Pasca SMA/ Sederajat 25 25

Jumlah 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan (Kuesioner) Maret 2012

Dari Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa jenjang pendidikan responden di Kelurahan Padang Bulan yaitu SD berjumlah 9 responden (9%), SMP berjumlah 11 responden (11%), SMU berjumlah 55 (55%), dan Pasca SMA / Sederajat( D1, D3, S1, dan S2) berjumlah 25 orang. Hal

diatas menunjukan bahwa responden yang berpendidikan SMA/Sederajat lebih mengetahui kesemerawutan transportasi karena responden tersebut lebih banyak menggunakan kendaraan umum dan pribadi.

4.3.1.5 Jumlah Pendapatan

Tabel 4.11

Persepsi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan

No Jumlah Pendapatan Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Per Hari Rp 50.000 - > Rp

100.000

50 50

2 Per Mingg Rp > 500.000 4 4

[image:50.612.110.497.602.689.2]
(51)

Dari Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa jumlah pendapatan responden yang per Hari Rp

50.000 berjumlah 50 responden (50%), per Bulan Rp > 500.000 berjumlah 4 responden (4%), Rp > 1.000.000 berjumlah 46 responden (46%). Gambaran diatas menunjukan bahwa responden lebih banyak berpenghasilan sebesar Rp 1.500.000 per bulan.

[image:51.612.107.500.279.349.2]

4.3.1.6 Kepemilikan SIM (Surat Izin Mengemudi) Tabel 4.12

Persepsi Responden Berdasarkan Kepemilikan SIM No Memiliki SIM Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Ya 75 75

2 Tidak 25 25

Jumlah 100 100 Sumber : Data Penelitian Lapangan (kuesioner) Maret 2012

Dari Tabel 4.12 dapat diketahui jumlah responden yang memiliki SIM sebanyak 75

responden (75%), sedangkan responden yang menjawab tidak memiliki SIM adalah 25 responden (25%). Dalam penelitian ini terlihat bahwa tidak semua yang memiliki kendaraan atau

sarana transportasi juga memiliki SIM karena dari 100 responden yang memilki kendaraan atau sarana transportasi terdapat 25 responden yang tidak memilki SIM. Dengan demikian responden tersebut tidak mematuhi persyaratan peraturan lalu lintas.

4.3.1.7 Pengetahuan Penyebab Kesemerawutan Transportasi Tabel 4.13

Persepsi Responden Terhadap Pengetahuan Penyebab Kesemerawutan Transportasi No Mengetahui Penyebab

Kesemerawutan Transportasi

Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Ya 89 89

2 Tidak 11 11

(52)

Dari Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa sebanyak 89 responden (89%) yang mengetahui

penyebab kesemerawutan transportasi, sedangkan 11 responden (11%) tidak mengetahui penyebab kesemerawutan transportasi. Gambaran responden diatas menunjukan bahwa responden yang mengetahui penyebab kesemerawutan transportasi lebih banyak daripada

responden yang tidak mengetahui penyebab kesemerawutan tersebut. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pengetahuan responden mengenai penyebab kesemerawutan tranportasi tidak berpengaruh terhadap perilaku pengemudi. Berdasarkan pengamatan peneliti, pengemudi hanya memahami

atau mengetahui penyebab kesemerawutan transportasi namun tidak mempengaruhi pengemudi untuk mengeliminir kesemerawutan di Kelurahan Padang Bulan.

4.3.1.8 Pengetahuan Peraturan Rambu - Rambu Lalu Lintas Tabel 4.14

Persepsi Responden Terhadap Pengetahuan Peraturan Lalu Lintas No Mengetahui Peraturan Lalu

Lintas

Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Ya 94 94

2 Tidak 6 6

Jumlah 100 100 Sumber :Data Penelitian Lapangan (kuesioner) Maret 2012

Dari Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa 94 responden (94%) yang mengetahui peraturan

lalu lintas, sedangkan selebihnya yaitu 6 orang (6%) tidak mengetahui peraturan lalu lintas. Hal ini menunjukan bahwa responden lebih banyak mengetahui peraturan lalu lintas saat mengemudi kendaraan pribadi dan umum. Berdasarkan pengamatan peneliti, masih terjadi kesemrawutan

[image:52.612.151.538.415.505.2]
(53)
[image:53.612.146.540.146.244.2]

4.3.1.9 Mematuhi Peraturan Lalu Lintas

Tabel 4.15

Persepsi Responden Terhadap Mematuhi Peraturan Lalu Lintas No Salah Satu Mematuhi Peraturan

Lalu Lintas

Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Ya 66 66

2 Tidak 34 34

Jumlah 100 100 Sumber : Data Penelitian Lapangan (kuesioner) Maret 2012

Dari Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa 66 responden (66%) yang mematuhi peraturan lalu lintas, sedangkan 34 responden (34%) yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas. Hal

tersebut menunjukan bahwa responden yang mematuhi peraturan lalu lintas lebih banyak daripada responden yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas berdasarkan Undang – Undang Lalu Lintas yang telah ditentukan oleh pemerintah. Gambaran ini dapat diasumsikan bahwa

pengetahuan pengemudi terhadap peraturan lalu lintas tidak mempengaruhi prilaku responden dalam mematuhi peraturan lalu lintas tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti, pelanggaran

terhadap peraturan lalu lintas masih terjadi di Kelurahan Padang Bulan.

4.3.1.10 Harapan Kemacetan Lalu Lintas Dapat Diatasi Tabel 4.16

Persepsi Responden Terhadap Harapan Kemacetan Lalu Lintas Dapat Diatasi No Berharap Permasalahan Kemacetan Lalu

Lintas Dapat Diatasi dengan Baik

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Ya 100 100

2 Tiadak 0 0

Jumlah 100 100 Sumber : Data Penelitian Lapangan (Kuesioner) Maret 2012

[image:53.612.147.536.575.656.2]
(54)

keseluruhan masyarakat menginginkan permasalahan kemacetan lalu lintas dapat diatasi dengan

baik.

4.3.1.11 Permasalahan Kemacetan Lalu Lintas Tabel 4.17

Persepsi Responden Terhadap Permasalahan Kemacetan Lalu Lintas

No Pernah Atau Tidak Terlibat Permasalahan Kemacetan Lalu Lintas

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Ya 86 86

2 Tidak 14 14

Jumlah 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan (kuesioner) Maret 2012

Dari Tabel 4.17 dapat diketahui sebanyak 86 responden (86%) yang pernah terlibat

kemacetan lalu lintas dan 14 responden (14%) yang tidak terlibat kemacetan lalu lintas. Hal diatas menunjukan bahwa lebih banyak responden yang terlibat kemacetan lalu lintas daripada responden yang tidak terlibat kemacetan di Kelurahan Padang Bulan. Gambaran ini dapat

diasumsikan bahwa kemacetan yang dialami oleh banyak responden tidak berpengaruh terhadap kesadaran responden untuk mengeleminir kemacetan tersebut.

[image:54.612.111.499.237.324.2]

4.3.1.12 Intensitas Kerlibatan Kemacetan Lalu Lintas Tabel 4.18

Persepsi Berdasarkan Intensitas Keterlibatan Kemacetan Lalu Lintas No Intensitas keterlibatan Kemacetan Lalu

Lintas

Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Jarang 10 10

2 Sering 4 4

3 Sangat Sering 72 72

(55)

Dari Tabel 4.18 dapat diketahui bahwa dari jumlah responden yang terlibat dalam

kemacetan lalu lintas pada tabel 4.17 berjumlah 86 responden. Dari jumlah tersebut, terdapat responden yang jarang terlibat kemacetan lalu lintas yaitu 10 responden (10%), responden yang sering dalam terlibat kemacetan lalu lintas yaitu 4 responden (4%), dan responden yang sangat

sering dalam terlibat kemacetan lalu lintas yaitu 72 responden (72%). Hal diatas menunjukan bahwa mayoritas masyarakat yang mengendarai kendaraan atau transportasi sangat sering terlibat dalam kemacetan lalu lintas di Kelurahan Padang Bulan.

4.3.2 Persepsi Responden Terhadap Faktor - Faktor Penyebab Kesemerawutan Transportasi

4.3.2.1Faktor Kendaraan

[image:55.612.104.503.443.531.2]

4.3.2.1.1 Peningkatan Jumlah Kendaraan

Tabel 4.19

Persepsi Responden Terhadap Peningkatan Jumlah Kendaraan No Peningkatan Jumlah Kendaraan Frekuensi

(F)

Persentase (%)

1 Ya 94 94

2 Tidak 6 6

Jumlah 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan (kuesioner) Maret 2012

Dari Tabel 4.19 dapat diketahui sebanyak 94 responden (94%) mengatakan peningkatan

jumlah kendaraan menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan lalu lintas dan 6 responden (6%) tidak mengatakan peningkatan jumlah kendaraan menyebabkan kemacetan lalu lintas.

(56)

serta kendaraan umum atau angkutan kota. Seperti yang dikatakan salah satu responden, yaitu

Pak Donius (pengguna sepeda motor) :

“Ya bisa dilihat sekarang ini banyaknya kendaraan ya karna jalannya, sampe orang – orang yang mengendarai di jalan pun rebutan dan semuanya… mau serba cepat, ya ujung-ujungnya jalan macet”….

(Berdasarkan wawancara hasil lapangan, April 2012)

Berdasarkan wawancara diatas, hal ini menunjukan bahwa peningkatan kendaraan yang

terjadi karena tidak diimbangi dengan ketersediaan jalan sehingga terjadi perebutan jalan antara pengemudi. Dengan demikian kemacetan pun terjadi di jalan raya. Hal diatas menunjukkan bahwa peningkatan jumlah kendaraan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

kemacetan lalu lintas di setiap jalan raya khususnya pada daerah Kelurahan Padang Bulan.

4.3.2.1.2 Kendaraan Roda Empat Dibandingkan Kendaraan Roda Dua Menjadi Penyebab Kemacetan Lalu Lintas

Tabel 4.20

Persepsi Responden Terhadap Kendaraan Roda Empat Lebih Menyebabkan Kemacetan Lalu Lintas Daripada Kendaraan

Roda Dua

No Kendaraan Roda Empat lebih menyebabkan kemacetan lalu lintas daripada Kendaraan Roda Dua

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Ya 76 76

2 Tidak 24 24

Jumlah 100 100

Sumber : Data Penelitian Lapangan (kuesioner) Maret 2012

Dari Tabel 4.20 dapat diketahui sebanyak 76 responden (76%) yang mengatakan

(57)

menyebabkan kemacetan lalu lintas daripada kendaraan roda dua. Seperti yang dikatakan salah

satu responden, masih dengan Pak Edi (Kepala Keluarga) :

“Kendaraan roda empat banyak makan tempat dek, daripada roda dua. Belum lagi kendaraannya berenti di jalan, apalagi kalo turunkan penumpang ditengah jalan, udah la tu seenaknya ja macem jalan sendiri dibuatnya. Uda tau jalan sempit berenti suka – suka nya ja, ya jadi macet la jalannya”

(Berdasarkan wawancara hasil lapangan. April 2012)

Berdasarkan wawancara diatas, kendaraan roda empat diangaap lebih banyak menguasai jalan karena bentuk fisiknya yang lebih besar daripada roda dua sehingga penyimpitan jalan pun

terjadi. Penyimpitan inilah yang menimbulkan kemacetan. Hal diatas menunjukan bahwa kendaraan roda empat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kemacetan lalu lintas dan

kendaraaan roda empat yang dimaksud adalah tranportasi umum (angkutan kota).

4.3.2.1.3 Jumlah Kendaraan Dibanding Lebar Jalan

Tabel 4.21

Persepsi Responden Terhadap Jumlah Kendaraan dibanding Lebar Jalan No Jumlah Kendaraan sebanding dengan Lebar

Jalan

Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 Ya 16 16

2 Tidak 84 84

Jumlah 100 100 Sumber : Data Penelitian Lapangan (kuesioner) Maret 2012

Dari Tabel 4.21 dapat diketahui bahwa 16 responden (16%) yang mengatakan jumlah

kendaraan sebanding dengan lebar jalan, sedangkan 84 responden (84%) yang mengatakan jumlah kendaraan tidak sebanding dengan lebar jalan yang ada di Kelurahan Padang Bulan.

Seperti yang dikatakan salah satu responden, yaitu Pak Mario (Pengguna sepeda motor) :

“Alasan saya menjawab tidak sebanding, ya karena kendaraan yang ada di jalan Padang Bulan ya memang nggak sebanding. jumlah kendaraan dengan lebar jalan aja nggak sesuai, malah makin banyak lagi kendaraannya daripada luas jalannya….”

[image:57.612.106.504.440.529.2]
(58)

Berdasarkan wawancara diatas, menunjukan bahwa terjadi ketidakseimbangan antara jumlah kendaraan yang melintas dengan lebar jalan yang tersedia. Peneliti menduga bahwa ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan penyimpitan ruang gerak kendaraan yang melintas

sehingga menimbulkan kesemerawutan lalu lintas di daerah tersebut.

[image:58.612.104.506.332.418.2]

4.3.2.1.4 Kemacetan Memperburuk Polusi Udara Mengakibatkan Ketidaknyamanan Masyarakat

Tabel 4.22

Persepsi Responden Terhadap Polusi Udara Mengakibatka

Gambar

Tabel Jadwal 3.1 jadwal Kegiatan
Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Penduduk Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Berdasarkan
Tabel 4.2
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dalam perancangan dan pembangunan sistem pakar diagnosis penyakit pada sekitar rahim wanita menggunakan metode certainty factor adalah sistem pakar

Radang pada Telinga Luar adalah radang pada kulit atau kartilago aurikula, liang telinga atau lapisan epitel membran timpani yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus..

berjudul : Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Angkutan Udara Atas Pemindahan Jadwal Dalam Hal Force Majeure (Studi Kasus Pada PT..

Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Kota Pekalongan dengan dilengkapi kajian

[r]

Pembelajaran yang terjadi masih monoton, penyampaian materi dalam pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dengan bantuan media cetak, berupa buku pegangan guru dan

3 Pasal 49 ayat (3) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Menyebutkan Dana Pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan

Sebagai badan pelaksana dalam pengelolaan limbah radioaktif, BAT AN dalam hal ini P2PLR (Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif) dengan fasilitas yang dimilikinya