• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis تمييز/Tamyīz/ Pada Surat Al-Baqarah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis تمييز/Tamyīz/ Pada Surat Al-Baqarah"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS

/

Tamyīz

/ PADA SURAT AL-BAQARAH

SKRIPSI SARJANA

OLEH :

U

HARIS MUDA P.LUBIS

060704015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima

sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, 28 September 2010

(3)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi

Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - Tidak dilambangkan

Ba B Be

Ta T Te

Sa ṡ es (dengan titik di atas)

Jim J Je

Ha

Ha (dengan titik di bawah)

Kha Kh Ka dan ha

Dal D De

Zal Ż Zet (dengan titik di atas)

Ra R Er

Zai Z Zet

Sin S Es

Syin Sy Es dan ye

Sad

Es (dengan titik di bawah)

Dad ḍ de (dengan titik dibawah)

(4)

Za ẓ zet (dengan titik di bawah)

`ain ‘ Koma terbalik (di atas)

Gain G Ge

Fa F Ef

Qaf Q Ki

Kaf K Ka

Lam L El

Mim M Em

Nun N En

Waw W We

Ha H Ha

Hamzah ` Apostrof

Ya Y Ye

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.

Contoh

:

ditulis Musallamah.

C. Tā`marbutah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap

menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.

(5)

2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh : ditulis Makkatul Mukarrmah.

D. Vokal Pendek

fathah ditulis a, contoh : ditulis kataba

kasrah ditulis i, contoh : ditulis hasiba

dammah ditulis u, contoh : ditulis hasuna

E. Vokal Panjang

a panjang ditulis ā, contoh : ditulis ja ā

i pajang ditulis ī, contoh : ditulis ‘al īmun

u panjang ditulis ū, contoh : ditulis ‘uy ūbun

F. Vokal Rangkap

Vokal rangkap (Fathah dan ya) ditulis ai

Contoh : ditulis lailatun

Vokal rangkap (Fathah dan waw) ditulis au

Contoh : ditulis launun

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata

Dipisah dengan apostrof (`)

ditulis a`antum

H. Kata Sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-

(6)

2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.

ditulis as-syahādah

I. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD.

X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

1. Ditulis kata per kata, atau

2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut.

(7)

DAFTAR SINGKATAN

BA : Bahasa Arab

IMBA : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab

Alm : Almarhum

SAW : Sallallahu ‘alaihi wasallam

(8)

KATA PENGANTAR

 



Alhamdulillahi Rabbi al-‘ālamīn penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala karunia dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, seorang panutan dan suri tauladan, yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang berilmu pengetahuan.

Salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada

Departemen Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara adalah

membuat suatu karya ilmiah yang berupa skripsi. Oleh karena itu untuk

memenuhi syarat tersebut peneliti menyusun sebuah skripsi yang berjudul :

Analisis /Tamyīz/ Pada Surat Al-Baqarah.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat

kesalahan, kekeliruan, dan kekurangan yang disebabkan kurangnya pengalaman

peneliti akan memahami dan menyampaikan sesuatu. Oleh karena itu peneliti

dengan sepenuh hati memohon saran dan kritik yang membangun dari semua

pihak atas tulisan ini. .

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya

dan bagi pembaca maupun masyarakat pada umumnya yang ingin mendalami

ilmu bahasa Arab.

Medan, 28 September 2010

Penulis

HARIS MUDA P.LUBIS

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya kepada peneliti, sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan

dengan sepenuhnya. Shalawat teriring salam peneliti hadiahkan keharibaan

junjungan nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk bagi

umat manusia menuju jalan yang dirhidoi Allah SWT. Dalam kesempatan ini

peneliti mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang

tua peneliti yang tercinta Almarhum Drs. Hamdani Lubis yang telah mendahului

kami, hanya do’a yang dapat ananda persembahkan semoga segala amal ibadah

almarhum diterima disisi Allah SWT.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu anhu

Dan ibunda tercinta Normawati Purba ucapkan terima kasih yang tak

terhingga peneliti hanturkan dari lubuk hati yang paling dalam, karena engkau

adalah matahari kesabaran yang tak pernah lekang oleh masa, dan hatimu laksana

jarang yang didasarnya selalu ada kata maaf, yang dengan begitu gigihnya

mendidik, membimbing, dan menuntun peneliti mulai dari kecil hingga pada saat

sekarang ini dengan penuh kesabaran dan kelembutan kasih sayangnya serta do’a

yang tulus mengalir kepada peneliti dalam menjalankan studi di Departemen

Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan rahmat, ridho dan maghfirahNya kepada beliau.

Allahummaghfirlanaa zunubanaa waliwalidainaa.

Dalam kesempatan ini pula peneliti ingin mengucapkan banya terima kasih

kepada :

(10)

2. Ibu Dra. Khairawati, M.A.,Ph.D selaku Ketua Departemen Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara beserta Bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum selaku Sekretaris Departemen Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara,

khususnya staf pengajar di Program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra,

Universitas Sumatera Utara yang telah menambah wawasan penulis

selama masa perkuliahan serta Kakanda Andika sebagai staf tata usaha di

Program Studi Sastra Arab.

4. Bapak Drs. Suwarto, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I dan ibu Dra, Kacar Ginting, M.Ag selaku Dosen Pembimbing II yang banyak meluangkan waktu dan kesempatannya untuk membimbing peneliti serta memberikan inspirasi serta masukan yang sangat bermanfaat bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sepenuhnya.

5. Seluruh staf pengajar di Departemen Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, wawasan yang sangat bermanfaat, semoga dengan ilmu yang diberikan tersebut dapat peneliti terapkan dalam lingkungan bermasyarakat. 6. Saudara Andika yang telah banyak membantu peneliti dalam bidang

administrasi dan penelitian skripsi.

7. Saudara-saudariku tercinta kk Ema/suami bg ’id, kk Evi/ suami bg Iwan, bg Raja, bg Rahmat/ istri kk Nazli, bg Olo, dan adik ku Gusti. Terima kasih atas semua kasih sayang yang kalian berikan, atas semua bantuan yang diberikan kepada penulis baik dari segi moril maupun materil, karena do’a kalian lah penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini. Dan tak terlupa keponakan- keponakan ku tersayang Akim, Ami, Abi, dan Basith.

8. Terima kasih buat seseorang yang sangat spesial bagi penulis ”Nursakinah Nst”, seseorang yang selalu memberikan semangat dan motivasi, serta do’a yang tulus kepada penulis.

9. Seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan dan do’anya. 10. Para guru- guru terkhusus guru- guru di Pon-Pes Darul Ulum Muara Mais Jambur

(11)

11. Teman- teman angkatan ’06 ( Ibnu Jarot, Radiah, Ely, Saipul, Arif, Surya Bakti, Saleha, Isna, Hasnah, Dwi, Sani, Elita, Ika, Farid, Vira, Fatimah). Terkhusus buat Sarah Dinyati (Gori), Riki (Wek), Arpan (Bebe), Baihaqi (Lian), kalian adalah teman- teman terbaik yang pernah penulis miliki. Dan yang tak terlupakan sahabatku Abdul Rahman S (Geng Awaq) yang selalu ada disaat duka maupun suka kepada penulis, semoga sukses selalu.

12. Saudara-saudariku di Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Zulfikar (Ketua Umum IMBA FS USU periode 2010-2011), Abangda Zulfan Lubis, S.S (terima kasih atas bantuannya selama ini), Sri Apediani, Izala Abdillah, Rahmatsyah Putra (para mantan MPO penulis ketika menjabat sebagai Ketua Umum IMBA FS USU periode 2009-2010), para pengurus IMBA FS USU periode 2010-2011, Kia, Devi, Ayu, Fitri, Aman Coy, Ibnu Sina, Sutan Gembira (Sugem), Zuhri Enk, Bulan, Nurul ’08, Hadi, Riski Aseng, Yusuf Jayyid la ba’sa, Budi, Ryan, Dicky, Andi, Navator, Dyah Chelsea, Putri Dina, Rauzah Oza, Nurul ’09, Citra Gandini, Walimah, Ika, dan seluruh Alumni IMBA serta anggota yang tergabung dalam IMBA FS USU.

13. Saudara- saudariku di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kom’s Fakutas Sastra Universitas Sumatera Utara, Dedi Rahmat Sitinjak (Ketua Umum periode 2010-2011), dan seluruh pengurus, Indah, Dody, Ika, Fitri, Mustaqim, Putra, Hasan, Surya, Eka, Bobby, dan yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, serta para alumni HMI FS USU. Yakin Usaha Sampai.

14. Saudara- saudariku di Teater’O’ USU, Benk-Benk (Ketua Umum periode 2009-2011) serta kawan- kawan yang tergabung di dalamnya, Pas Yos, Bg Anto, Bg Yul, Pak Win, Guru, bawal, Kang Murdef, Bg Ma’in, Joko, Zainul,Rahmat, Nafi, Ari, Icha, Tari, Ari, hadir dan ada bukan sekedar datang dan bernafas.

15. Kawan-kawan comunity ’06 Sastra, Khalid Mawardi (Gubernur Fakultas Sastra USU), Juara, Bambang Riyanto, Tesen, Reza, Gulid, Arwin, Pai Join, serta seluruh teman- teman nongkrong di kantin Mem.

(12)

17. Dan seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang kalian berikan kepada penulis dibalas oelh Allah SWT. Amiin ya rabbal ’alamiiin.

Medan, 28 September 2010

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI... . iii

DAFTAR SINGKATAN ... iv

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penulisan ... 5

1.4 Manfaat Penulisan ... 5

1.5 Metode Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 7

BAB II I HASIL DAN PEMBAHASAN…..………...38

3.1 Sekilas tentang surah Al-Baqarah ... 38

3.2 Hakikat penerjemahan ... 66

3.3 Prosedur transfer dalam surah Al-Baqarah………... 70

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 75

4.2 Saran ... 78

(14)

ABSTRAK

Nama : Haris Muda. P.Lubis

Nim : 060704015

“Analisis /Tamyīz/ Pada Surat Al-Baqarah”.

/Tamyīz/ adalah isim nakirah disebutkan untuk menerangkan kesamaran dari zat atau nisbat.

Pemasalahan yang diteliti pada skripsi ini adalah jenis-jenis Tamyīz apa

saja yang ditemukan, apa kedudukan I’rab Tamyīz pada surat Al-Baqarah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis- jenis Tamyīz apa saja

yang terdapat, dan bagaimana kedudukan I’rab Tamyīznya.

Adapun teori yang digunakan adalah teori Syekh Mustafa Al-Ghulyaini.

Penelitian ini berdasarkan teori kepustakaan (library research) dengan

menggunakan metode deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan jenis-jenis Tamyīz yang ditemukan

dalam surat Al-Baqarah adalah jenis Tamyīz ‘adad sarih, Tamyīz ‘adad mubham,

Tamyīz Nisbah Muhawwal, Tamyīz Ghairu Muhawwal, Tamyīz pada dasarnya

dinasabkan tetapi terkadang dapat dijarkan dengan idafah dan huruf jar min, dan

pada penelitian ini juga menunjukkan kasus mansub dan majrur yang ditemukan

(15)

ABSTRAK

Nama : Haris Muda. P.Lubis

Nim : 060704015

“Analisis /Tamyīz/ Pada Surat Al-Baqarah”.

/Tamyīz/ adalah isim nakirah disebutkan untuk menerangkan kesamaran dari zat atau nisbat.

Pemasalahan yang diteliti pada skripsi ini adalah jenis-jenis Tamyīz apa

saja yang ditemukan, apa kedudukan I’rab Tamyīz pada surat Al-Baqarah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis- jenis Tamyīz apa saja

yang terdapat, dan bagaimana kedudukan I’rab Tamyīznya.

Adapun teori yang digunakan adalah teori Syekh Mustafa Al-Ghulyaini.

Penelitian ini berdasarkan teori kepustakaan (library research) dengan

menggunakan metode deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan jenis-jenis Tamyīz yang ditemukan

dalam surat Al-Baqarah adalah jenis Tamyīz ‘adad sarih, Tamyīz ‘adad mubham,

Tamyīz Nisbah Muhawwal, Tamyīz Ghairu Muhawwal, Tamyīz pada dasarnya

dinasabkan tetapi terkadang dapat dijarkan dengan idafah dan huruf jar min, dan

pada penelitian ini juga menunjukkan kasus mansub dan majrur yang ditemukan

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Di dunia ini terdapat banyak bahasa yang dipergunakan oleh manusia dari

setiap suku bangsa, salah satu diantaranya adalah bahasa Arab yang digunakan

oleh bangsa Arab untuk menyampaikan tujuan- tujuan mereka kepada orang lain

dalam berinteraksi dan berkomunikasi.

Al-Ghulayaini (2005 : 8) mengatakan bahasa Arab adalah :

/Al-lughatu al-‘arabiyyatu hiya al-kalimātu al-latī yu’abbiru bihā al-‘arabu ‘an

agrāihim/ “Bahasa Arab adalah kata-kata yang digunakan oleh bangsa Arab dalam menyampaikan maksud dan tujuan mereka’’.

Bahasa Arab merupakan bahasa kitab suci (Al-qur’an) yang merupakan

tuntunan umat Islam sedunia, hal ini dinyatakan dalam Al-qur’an pada surat

Thaha ayat 113:

/wakażālika anzalnāhu qur’ānan ‘arabiyyan/ ” Demikianlah telah kami turunkan Al-qur’an itu berbahasa Arab’’.

Sebagai alat komunikasi manusia bahasa adalah suatu sistem yang bersifat

sistematis dan sekaligus sistemis. Yang dimaksud dengan sistemis adalah bahwa

bahasa itu bukan suatu sistem tunggal, melainkan terdiri dari beberapa subsistem,

yaitu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik (Chaer, 2007 : 4)

Sintaksis atau yang disebut pula sintaks, sintagmen (syntagmene) atau

sintagmemik (syntagmemic)adalah salah satu cabang linguistik yang mengacu

pada kajian atau studi mengenai penyusunan dan susunan kata dalam frase,

klausa, atau kalimat, demikian pula bagaimana kedudukan dan peringkat

(17)

Sintaksis dalam bahasa Arab disebut juga /al-nahwu/.

Menurut Al-Hasyimi (t.t : 6)

/Huwa qawā’idu yu’rafu bihā ahwālu awākhiri al-kalimāti al-‘arabiyyati al-latī haalat bitarkībi ba’ihaā ma’a ba’in min i’rābi wa bināi wamā yatbi’uhumā/.” ilmu nahwu ialah kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan akhir kata yang bersambung menjadi menjadi sebuah susunan baik dari i’rāb maupun bina' ”.

Fuad Ni’mah (t.t : 13) menyatakan bahwa /al-nahwu/ ialah :

/kullu kalimatin dākhilu al-jumlati waabti awākhirihā wakaifiyati i’rābihā/

‘setiap kata yang masuk kepada jumlah/kalimat dan menetapkan baris huruf terakhir dan tata cara meng i’rābnya’.

Al-Ghulayaini (2005:8) menyebutkan bahwa /al-nahwu/adalah :

/‘ilmun bi’uūlin tu’rafu bihā ahwālu al-kalimāti al-‘arabiyyati min haiu

al-i’rābi wa al-bināi/. “dasar ilmu untuk mengetahui keadaan-keadaan akhir kata dalam bahasa Arab dari segi i’rāb dan bina”.

Berdasarkan defenisi para ahli tata bahasa Arab di atas, maka penulis

dapat menyimpulkan bahwa nahwu adalah ilmu yang mempelajari keadaan akhir

suatu kata bahasa Arab yang masuk dalam kalimat dari segi ‘irab ataupun bina.

Secara garis besarnya ilmu nahwu membahas tentang perubahan harkat

(18)

i’rāb menurut Al-Ghulayaini (2005: 15) adalah :

/i’rāb :aarun yuhdiuhu al-‘āmilu fī ākhiri al-kalimāti fa yakūnu akhiruhā marfu’an au manūban au majrūran au majzūman hasiba mā yaqtaīhi żālika al

-‘āmilu/. i’rāb adalah keadaan yang dipengaruhi oleh ‘amil atau faktor-faktor yang mendahului sebuah kata dalam susunan kata sehingga kata tersebut menjadi

harkat marfu’, mansub, majrur, atau majzum sesuai apa uyang dibutuhkan ‘amil

tersebut”.

Menurut Al-Hasyimi (t.t : 27)

/huwa tagyīru ahwālu awākhiri al-kalimi li ikhtilāfi al-‘awāmili al-dākhilati

‘alaihā lafan au taqdīran/ ‘ialah perubahan bentuk akhir kata karena perbedaan faktor- faktor yang masuk kedalamnya baik secara lafaz atau tidak’.

Dalam bahasa Arab kita ketahui bahwa i’rāb ada empat macam :

/rafa’/ ditandai dengan baris /al-ommatu/ (

),

/naab/

ditandai dengan /al- fathatu/ (

),

/jar/ ditandai dengan

/al-kasratu/ (

),

/jazam/ ditandai dengan /al-sukūnu/ () Ghulayaini,

2005 : 16)

Berdasarkan klasifikasi / i’rāb / tersebut, kajian sintaksis bahasa

Arab terdapat empat belas macam isim yang mansub yaitu :

(19)

al-nāqiu, khabaru ahrufu laisa, ismu inna ihda akhawātuhā, ismu“lā” al

-nāfiyatu lil jinsi, al-tābi’u lil manūbi/. ’Maf’ulunbih,maf’ul mutlaq,maf’ul lah,

maf’ul fih,maf’ul ma’ah,hal, tamyiz,mustatsna, munada, khabar fi’il naqis, khabar dari huruf yang menyerupai laisa, isim inna dan saudara-saudaranya, isim ”la” yang menafikan jenis, yang mengikut bagi yang mansub.” (Al-Ghulayaini, 2005 : 354).

Salah satu diantara isim mansub tersebut adalah tamyīz.

Tamyīz merupakan salah satu isim mansub yang berfungsi atau bertujuan untuk menjelaskan kesamaran suatu kalimat yang umum. Sebagaimana yang

diungkapkan (Al-Ghulayaini, 2005 : 513)

/Tamyīz ismun nakiratun tużkaru tafsīran lilmubhami min żātin au nisbatin/ ‘isim nakirah disebutkan untuk menerangkan kesamaran dari zat atau nisbat’.

Contoh : /isytaraytu ‘isyrīna kitāban/ ’Aku membeli dua

puluh buku’. /isytaraitu ‘isyrīna/ Jika berhenti sampai kata

tersebut maka pendengar tidak akan pernah memahami kalimat tersebut, apakah

duapuluh baju,sepatu, dan lain-lain, tetapi jika dikatakan dengan /kitāban/

maka jelaslah apa yang dimaksud dengan /‘isyrīna/. Kata

/‘isyrīna/ disebut dengan /mumayyaz/ dan kata /kitāban/ disebut

dengan /tamyīz/. Dalam penelitian sementara penulis ingin mengkaji

analisis /tamyīz/.

Mengingat pentingnya peranan /Tamyīz/ di dalam kalimat, maka

penulis mencoba mengkajinya dalam sebuah tilisan ilmiah dalam bentuk skripsi.

Adapun kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

/Tamyīz/ dengan objek penelitian surat Al-Baqarah. Dalam penelitian ini penulis

mengacu dan berpedoman pada buku Jāmi’u Al-Durusi Al-‘Arabiyyati yang

ditulis oleh Al-Ghulayaini. Buku tersebut penulis jadikan sebagai rujukan utama

dalam penelitian ini karena buku ini lebih jelas dan lebih lengkap dalam

(20)

seperti buku Al-Qawā’idu Al-Asāsiyatu Al-Lugatu Al-‘Arabiyatu yang ditulis oleh

Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, buku Khasyiyatu Al-Khuduri ditulis oleh Ibnu ‘Uqail,

buku Qawa’idu Al-Lughatu Al-‘Arabiyyatu ditulis oleh Fuad Ni’mah.

1.2 Batasan Masalah

Agar penyajian suatu karya tulis ilmiah ini tidak menyimpang dari pokok

pembahasan yang dikehendaki maka perlu adanya batasan masalah. Maka penulis

memberi batasan masalah yaitu :

1. Apa sajakah jenis-jenis /tamyīz / pada surat Al-Baqarah ?

2. Apa kedudukan i’rab /tamyīz/ pada surat Al-Baqarah?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jenis-jenis /tamyīz / apa saja yang terdapat

pada surat Al-Baqarah .

2. Untuk mengetahui kedudukan i’rab /tamyīz / pada surat

Al-Baqarah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan pemahaman dan menambah wawasan peminat bahasa

dan sastra Arab dalam kajian sintaksis khusunya tentang /tamyīz/.

2. Untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman penulis tentang

/tamyīz/ dan jenis /tamyīz/ khususnya pada surat Al-Baqarah

3. Untuk menambah referensi bagi jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara dan memberikan sumbangan pemikiran dan

(21)

1.5 METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan ( library research ) yaitu

penelitian yang mengambil bahan- bahan penelitian dari beberapa referensi yang

ada dan dapat membantu penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode analisis deskriptif yaitu menuturkan dan menafsirkan data

yang ada dengan jalan mengumpulkan data, mengkalafikasi, kemudian

menganalisis dan menginterprestasikannya.

Adapun data yang menjadi bahan penelitian bersumber dari surat

Al-Baqarah yang berjumlah 286 ayat dalam Al-qur’an dan terjemahannya yang

dicetak dan diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia tahun 1995.

Untuk memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan Latin, penulis

menggunakan sistem transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama

dan Menteri P dan K No.158/ 1987 dan No.0534 b/ U/1987 tertanggal 22 Januari

1988.

Adapun tahapan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Mengumpulkan data dari referensi dan buku- buku yangn berkaitan dengan

judul penelitian.

2. Membaca surat Al-Baqarah secara berulang-ulang untuk memperoleh data.

3. Mengklasifikasikan data- data yang telah diperoleh.

4. Menganalisis data dan menginterprestasikannya dalam bentuk laporan akhir.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian tentang /tamyīz/ di Program Studi Bahasa Arab FS USU

sudah pernah diteliti sebelumnya oleh saudara Marintan Lubis dengan judul “

Studi Tentang Tamyiz Dalam Bahasa Arab ‘’. Namun penelitian yang diteliti

penulis disini adalah mengenai /tamyīz/ dengan melihat jenis /tamyīz/ yang

terdapat pada surah Al-Baqarah dan keadaan ‘irabnya ditinjau dari ilmu nahwu.

2.1 Pengertian /Tamyīz/

Menurut Al-Ghulayaini (2005 : 513) / Tamyīz / adalah sebagai

berikut :

/tamyīz ismun nakiratun yużkaru tafsīran li l-mubhami min żātin au nisbatin/.’’ Tamyiz adalah ‘isim nakirah disebutkan untuk menerangkan kesamaran dari zat

atau nisbat’.

Muhammad (t.t : 28-29) dalam bukunya ‘Al-kawakibu Al-durriyyah’

mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan /Tamyīz/ adalah sebagai

berikut :

/tamyīz huwa al-ismu al-manūbu al-mufassiru limā inbahama min al-żawāti au al-nasabi/. Tamyiz adalah isim yang dinasabkan untuk menerangkan hal yang

meragukan atau yang masih samar dari zat atau nisbah.

Sedangkan menurut Al-Hasyimi (t.t : 237) menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan / Tamyīz /adalah :

/tamyīz : huwa ismun nakiratun manūbun bima’na (min) yużkaru linafsihi al

-maqūdi min ismin sābiqin yaluhu li an yurāda bihi asyyāa

(23)

Dan menurut Fuad Ni’mah Tamyīz :

/tamyiz/ ismun nakiratun manubun yużkaru libayāni al-murādi min kulli

kalimatin sābiqatin mubhamatin (au bima’na ākharin huwa kullu ismin

mutaaminin ma’na “min” libayānin mā qablahu min ijmālin )/. isim nakirah

yang dinasabkan untuk menjelaskan maksud kalimat terdahulu yang diragukan maksudnya. Atau dengan arti yang lain, setiap isim nakirah yang mengandung makna /min/ untuk menjelaskan kata yang sebelumnya secara umum “.

Contoh : /malaktu tis’īna na’jatan/ ’aku memiliki sembilan

puluh kambing betina’

.

/malaktu tis’ina na’jatan/ ‘aku memiliki

sembilan puluh’ Jika berhenti sampai kata tersebut maka pendengar tidak akan

pernah memahami kalimat tersebut, apakah sembilan puluh domba, lembu, ayam,

dan lain-lain. Karena kata /tis’īna/ ‘sembilan puluh’ tersebut mengandung

keumuman dan bisa digunakan ke dalam banyak hal. Tetapi jika dikatakan dengan

/na’jatan/ ‘kambing betina’ maka jelaslah apa yang dimaksud dengan

/tis’īna/. Kata /tis’īna/ disebut dengan /mumayyaz/ dan kata

/na’jatan/ disebut dengan

/tamyīz/.

Isim nakirah yang menjelaskan kesamaran disebut /tamyīzun/ atau

/tafsirun/ atau /tabyinun/. Sedangkan zat atau nisbat yang diperjelas

dinamakan /mumayyaz/ atau /mufassar/ atau /mubayyan/.

Al-Ghulayaini (2005 : 513)

Setiap /tamyīz/ mengandung makna /min/ sebagaimana bentuk

(24)

2.2 Jenis- jenis /Tamyīz/

Jenis- jenis tamyīz ada dua macam yaitu :

/tamyīz żāt wa tamyīz nisbat/ ‘tamyiz żat dan tamyiz nisbat’.

Tamyīz zat adalah : kalimat yang menjelaskan isim mubham yang

diucapkan/disebutkan. Sedangkan Tamyīz nisbah adalah : isim nakirah yang

memperjelas suatu jumlah yang masih samar nisbahnya. Berikut ini akan

diuraikan jenis- jenis Tamyīz tersebut secara terperinci.

2.2.1 /Tamyīz żāt/

/Tamyīz żāt/ dan dinamakan juga

/

tamyīz mufrad/

yaitu: /mā kāna mufassiran li ismin mubhamin

malfūẓ in/‘kalimat yang menjelaskan isim mubham yang diucapkan/dilafazkan’.

contoh /’indī rilun zaitan/ ‘Aku mempunyai satu kati

minyak’.

Pada contoh di atas maka /zaitan/ adalah /tamyīz/ karena

menjelaskan kalimat yang samar yaitu mumayyaznya /rilun/.

/isim mubham/ yang disebut juga dengan /mumayyaz/

ada lima macam yakni :

1) /’adad/

‘adad itu terbagi dua /orīh/ dan / /mubham/.

a. /‘adad orīh/ adalah :

/ma kāna ma’rūfa al-kammiyyati/ “kalimat yang

diketahui ukurannya, seperti bilangan satu,sepuluh,sebelas,dua puluh dan

lain-lain.

Contoh : /qara tu arba’ata kutubin/ ‘aku telah membaca

(25)

Sedangkan contoh ‘adad yang berbentuk mansub

/’indī ‘isyrūna dirhaman/ ‘aku mempunyai duapuluh dirham’, dalam hal

ini tamyiznya berbentuk mansub.

/‘adad orīh/ hukum tamyiznya adalah berbentuk jamak dan

dijarkan dengan idafah, mulai dari bilangan tiga sampai sepuluh/.

Contoh: /jāaalāṡaturijālin/ ‘datang tiga orang laki-laki’. Kata

/rijālin/ adalah /tamyīz/ berbentuk jamak yang dijarkan dengan

idafah dan /alāṡatu/ adalah /mumayyaz/ nya.

Adapun susunan kalimat /jāaalāṡatu rijālin/ dalam

ilmu nahwu sebenarnya dapat di i’rab /jāa/ fi’il dan /alāṡatu/

fā’ilnya, /alāṡatu/ menjadi mudaf dan /rijālin/ menjadi mudaf ilaih. Dengan demikian secara ‘amali /alāṡaturijālin/ merupakan

susunan idafah ditandai dengan kasrah pada mudaf ilaihnya.

Apabila kita rujuk pada defenisi tamyiz adalah isim nakirah mansub maka

secara ‘amali dia bukan termasuk tamyiz , aka tetapi secara makna ia termasuk

tamyiz karena kata /rijālin/ memberi penjelasan pada kata

/alāṡatu/dengan demikian kata /rijālin/ merupakan tamyiz dan kata

/alāṡatu/ adalah mumayyaznya, dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah

hadirnya dalam bentuk jama’.

Adapun bilangan sebelas sampai sembilan puluh sembilan maka bentuk

/tamyīz/berbentuk mufrad dan dinasabkan. Contoh dalam surat Al-Baqarah

ayat 51:

/waiż bā mūsaarba’īnalailatan/ ‘Dan (ingatlah) ketika kami berjanji kepada Musa

(26)

Kata /lailatan/ adalah /tamyīz/ berbentuk mufrad yang

dinasabkan dan kata /arba’īna/ adalah /mumayyaz/ nya.

Dan bilangan seratus dan seribu maka /tamyīz/berbentuk mufrad

dan dijarkan dengan idafah. Contoh : /jāa miatu rajulin/ ‘datang

seratus orang laki-laki’.

b. / ‘adad mubham/ adalah :

/mā kāna kināyatan

‘an ‘adadin majhūli al-kammiyyati wa al-fāuhu/ “Suatu kalimat kiasan yang

bilangan dan lafaznya tidak dapat diketahui ukurannya”.

Adapun lafaz- lafaz yang terdapat pada isim mubham adalah /kam/

/kayyin/ /każā/.

/kam/ terbagi dua: /kam istifhāmiyah/ dan

/kam khabariyyah/.

/kam istifhāmiyah/ adalah kam yang meminta penjelasan tentang jumlah yang masih samar dan menghendaki ketentuannya.

/kam istifhāmiyah/ selalu berada di awal kalimat, dan

/tamyīz/ nya berbentuk mufrad yang dinasabkan.

Contoh : /kam rajulan sāfira?/ ‘berapakah laki-laki yang pergi?.

Apabila kam istifhāmiyah didahului huruf jar maka tamyiznya dijarkan.

contoh: /fī kam sā’atin balagta dimisyqa?/ ‘pada

jam berapakah engkau sampai di Damsyiq?’

Boleh dipisahkan antara /kam istifham/ dengan

/tamyīz/ nya, dan kebanyakan pemisahan kata itu dengan /araf/ dan

(27)

Contoh dengan /araf/ /kam ‘indaka kitāban?/

‘berapakah kitab disisimu?’ dan pembentukannya dengan /jar wa

majrur/ contoh :

/kam fiddāri rajulan/ ‘berapa orang yang ada di dalam

rumahmu?’.

Dan boleh juga membuang /tamyīz/ nya,contoh : /kam

māluka?/ ‘berapakah hartamu?’. Maka /kam/ istifham ini menunjukkan

bilangan yang masih samar dan menghendaki ketentuannya.

Asalnya /kam dirhaman māluka?/ jadi /tamyīz/ nya yang

dibuang adalah kata /dirhaman/.

/kam khabariyyah/ adalah kam yang bermakna banyak dan

sebagai pemberitahuan tentang banyaknya jumlah yang masih samar kadarnya

dan tamyiznya berbentuk mufrad atau jama’ dijarkan dengan idafah dan dijarkan

dengan huruf /min/.

Contoh: dijarkan dengan idafah : /kam ‘ilmin qarˈ atu/ ‘banyak

sekali ilmu yang telah aku baca’.

Contoh yang dijarkan dengan huruf min seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 249:

….

/kam min fiatin qalīlatin galabat fiatan kaṡ īratan biiżnillāhi/ ‘Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah.’

Boleh dipisahkan antara /tamyīz/ dengan /mumayyaz/ nya

akan tetapi tamyīznya wajib dinasabkan, contoh : /kam ‘indaka

dirhaman/ ‘banyak sekali uang dirhammu’. Dan jika pemisahnyafi’il muta’addi

(28)

Contoh : /kam qara'tu min kitābin/ ‘banyak sekali kitab

yang telah aku baca’.

Lafaz lain dari ‘ádad mubham yaitu /kaayyin /

Lafaz /kaayyin/ adalah berbentuk mufrad dan dijarkan dengan

/min/ contoh : /wakaayyin min nabiyyin

qātala ma’ahu ribbiyyūna kaṡīrun/ ‘Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang

bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa’.

Lafaz terakhir daripada ‘adad mubham adalah /każā/

Lafaz

/każā/

adalah berbentuk mufrad dan dinasabkan selamanya dan

tidak boleh menjarkannya.

Contoh : /jāanī każā wa każā rajulan/. ‘ saya

didatangi laki-laki dengan jumlah sekian dan sekian’.

2) /miqdārun/ ‘ukuran’.

Isim- isim yang termasuk dalam miqdar adalah : /al-misāhatu/

‘ukuran’, /al-waznu/ ‘timbangan’, /kaylun/ ’Takaran’,

/miqyas/ ‘yang menunjukkan arti alat untuk mengukur’.

/al-misāhatu/ ‘ ukuran’.

Contoh : /’indi qabatun aran/‘aku mempunyai sebidang

tanah’.

/al-waznu/ ‘timbangan’.

Contoh : /laka qinārun ‘aslan/ ‘engkau punya satu kati madu’.

/kaylun/ ’Takaran’.

Contoh : /a’i al-faqīra ā’an qamhan/ ‘berikanlah

kepada si fakir segantang gandum’.

/miqyas/ ‘yang menunjukkan arti alat untuk mengukur’.

Contoh : /’indī żirā’un jaukhan/ ‘aku mempunyai sehasta

(29)

3) /mā yusybihu al-miqdāra/ ‘kalimat yang menunjukkan sesuatu arti yang menyerupai ukuran yaitu ukurannya tidak tertentu sebab tidak

dapat di ukur dengan alat tertentu.

/al-misahatu/ ‘yang menyerupai ukuran’.

Contoh : /’indi maddu al-baari aran/ ‘aku

mempunyai tanah sepanjang pandangan mataku’.

Jadi berdasarkan contoh di atas yang menyerupai /al-misahatu/

adalah kata /maddu al-baari/ ‘sepanjang pandangan’.

/al-waznu/ ‘ yang menyerupai timbangan’.

Contoh :

/faman ya’mal miqāla żarratin khairan yarahu wa man ya’mal miqāla żarratin syarran yarahu/ ‘Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,

niscaya ia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya ia akan melihat balasannya pula.

Dan yang menyerupai /al-waznu/ ‘timbangan’ adalah kata

/miqāla żarra/ ‘seberat zarrah’.

/al-kaylu/ ‘yang menyerupai bejana :

Contoh :

/indījarratun māan wa kīsun qamhan wa rafūdun khallan wa nihyun samnan wa hubbun ‘aslan/ ‘Aku mempunyai satu gentong air, satu karung gandum, satu

tempayan cuka, satu girbah samin, atau satu tempayan madu.

Adapaun yang menyerupai /al-kaylu/ ‘takaran’ dari contoh di atas

adalah /jarratun/ ‘satu gentong’, /kīsun/ ‘satu karung’,

/rafūdun/ ‘satu tempayan’, /nihyun/ ‘satu girbah’, /hubbun/ ‘satu

tempayan’.

/al-miqyas/ ‘yang menyerupai sesuatu yang menunjukkan arti alat

(30)

Contoh : /’indi maddu yadika hablan/ ‘Aku mempunyai

sepanjang tanganmu dari tali’.

Dan yang menyerupai /al-miqyas/ adalah kata /maddu

yadika/ ‘sepanjang tanganmu’.

4) /ma ujria mujra al-maqādir/ Kalimat yang

berlaku seperti kalimat yang menunjukkan arti ukuran.

Contoh : /lanā maalu lakum khailan/ ‘kami mempunyai

semisal apa yang kalian miliki dari kuda.

Contoh lain : /wa’indanā gairu żālika ganaman/ kami

punya satu kambing lagi.

5) /mā kāna far’an li l-tamyiz/ ‘isim yang menjadi cabang

bagi tamyiz.

Contoh : /’indī khātamun fiatan/ ‘Aku mempunyai cincin

dari perak’.

Contoh lain : /wa’indanā gairu żālika ganaman/

Jadi kedudukan

/

tamyīz żāt/ adalah sebagai berikut :

‘Boleh dibaca nasab’.

Contoh : /zara’tu fidāan sya’iran /.

‘Boleh dijarkan /tamyīz/ itu dengan huruf jar /min/’.

Contoh : /’indi rilun min

zaitin wa mil u al-unduki min kutubin / ‘Aku mempunyai satu kati dari minyak

dan sepenuh peti dari kitab’.

‘Boleh di idhafahkan’.

Contoh : / lanā qabatu arin wa qināru

(31)

/Tamyīz nisbat/

/Tamyīz nisbat/ disebut juga /tamyīz jumlah/

yaitu : /mā kāna mufassiran li jumlati

mubham al-nisbati/ ‘Isim nakiroh yang memperjelas suatu jumlah yang masih

samar nisbahnya’.

Contoh : /hasuna ‘aliyun khuluqan/ ‘telah baik si Ali budi

pekertinya’.susunan kalimat /hasuna ‘aliyyun/ masih samar,

mengandung beberapa macam hal, namun kesamaran susunan kalimat tersebut

menjadi jelas atau telah hilang kesamarannya dengan ucapan atau dengan kata

/khuluqan/.

Isim yang terletak setelah lafadz yang mempunyai pengertian ta’ajjub

termasuk ke dalam kelompok /tamyīz nisbah/.

Contoh :

/ma asyja’ahu rajulan/ ‘alangkah beraninya sebagai

seorang laki-laki’.

/tamyīz nisbah/ terbagi dua : /muhawwa / dan

/ghairu muhawwal/

1. / muhawwal / Tamyiznya berasal dari /fā’il/.

Contoh :

/

wasyta’ala al-ra'su syaiban/ ‘dan kepalaku telah

penuh uban’ asalnya

/wasyta’ala syaibu al-ra'si/.

Atau tamyiznya berasal dari /maf’ūl/ /wa

fajjarnā al-ara ‘uyūnan/ ‘dan kami jadikan bumi memancarkan mata air’

asalnya:

/wa fajjarnā ‘uyūna al-ari/.

Atau tamyiznya berasal dari /mubtada

/

/anā akaru minka mālan wa a’azzu nafaran/ ‘Aku lebih banyak harta darimu dan

(32)

Asalnya : /mālī akaru min

mālika wa nafara a’azzu min nafarika/.

Adapun hukum /tamyīz muhawwal/ adalah dinasabkan

selamanya tidak boleh dijarkan dengan /min/ maupun dengan /iāfah/.

2. /ghairu muhawwal/ Tamyiznya tidak dipindahkan dari bentuk

apapun. Contoh : /akrim bisalīmin rajulan/ ‘Alangkah

mulianya si Salim sebagai lelaki’.

Hukum /gairu muhawwal/ boleh dinasabkan

sebagaimana contoh : / akrim bisalīmin rajulan /‘Alangkah

mulianya si Salim sebagai lelaki’/.

boleh juga dijarkan dengan min contoh : /akrim bihi

min rajulin /‘Alangkah mulianya ia sebagai lelaki’/.

Setelah isim tafdil wajib dinasabkan atas tamyiz. Sebagaimana contoh yang

terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 73 :

/umma qasat qulūbukum min ba’di żalika fahiya ka l-hijārati au asyaddu qaswatan/ ‘Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih

keras lagi’.

Boleh dijarkan dengan idafah jikalau termasuk dari jenis sebelumnya

contoh:

/

anta afalu rajulin/ ‘engkau seutama- utama laki-

laki’.

2.2 I’rab /Tamyīz /.

I’rab adakalanya berkasus mansub dan adakalanya berkasus majrur, berikut keterangannya.

2.2.1 Tamyīz yang berkasus mansub.

Tamyīz yang berkasus mansub itu yaitu Tamyīz zat ‘adad sarih yang

(33)

‘adad mubham yang berlafaz kam istifhamiyyah, dan Tamyīz nisbah muhawwal

dan ghairu muhawaal.

Contoh Tamyīz zat ‘adad sarih yang bilangannya mulai dari sebelas sampai

sembilan puluh sembilan berbentuk mufrad yang dinasabkan :

/wa iż wā’adnā mūsā arba’īna lailatan umma t takhażtumu al-‘ijla min ba’dihi wa antum ālimūna/ dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu(sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.

Kata /lailatan/ adalah /tamyīz/ berbentuk mufrad yang

dinasabkan dan kata /arba’īna/ adalah /mumayyaz/nya. Jadi i’rab

tamyīz disini adalah dinasabkan.

Contoh Tamyīz zat ‘adad mubham yang berlafaz kam istifhamiyyah yang

dinasabkan : /kam rajulan sāfira?/ ‘berapakah laki-laki yang

pergi?.

Susunan kalimat pada contoh di atas termasuk jenis Tamyīz zat ‘adad

mubham yaitu Tamyīz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya dari suatu

kata yang tidak diketahui ukurannya. Kam istifaham ini menunjukkan bilangan

yang masih samar dan menghendaki ketentuannya. Kata /rajulan/ menjadi

Tamyīz dan lafaz kam menjadi mumayyaznya. Kam istifhamiyyah selalu berada di

awal kalimat dan Tamyīznya berbentuk mufrad dan dinasabkan.

Contoh Tamyīz nisbah muhawwal yang dinasabkan :

/

wasyta’ala al-ra'su syaiban/ ‘dan kepalaku telah penuh uban’

Susunan kalimat pada contoh di atas termasuk jenis Tamyīz nisbah

muhawwal yaitu Tamyīz yang dapat dipindahkan dari bentuk aslinya. Dan Tamyīz

jenis ini wajib dinasabkan selamanya tidak boleh dijarkan dengan idafah dan

(34)

2.2.2. Tamyīz yang berkasus majrur.

Tamyīz yang berkasus majrur itu yaitu Tamyīz zat ‘adad sarih yang

bilangannya mulai dari satu sampai sepuluh, bilangan seratus dan seribu, Tamyīz

zat ‘adad mubham yang berlafaz kam khabariyyah, dan Tamyīz nisbah ghairu

muhawaal.

Contoh Tamyīz zat ‘adad sarih yang bilangannya mulai dari satu sampai sepuluh

berbentuk jama’ yang dijarkan :

(

)

/li- al-lażīna yulūna min nisāihim tarabbuu arba’ati asyhurin fain fāū fainnallā gafūrun rahīmun/. Kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh

empat bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Adapun susunan kalimat /tarabbusu arba’ati asyhurin/

termasuk jenis /Tamyiz Zat/ /‘adad sorih/ yaitu tamyiz

yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari suatu kata yang

diketahui ukurannya. Dalam ilmu nahwu sebenarnya susunan kalimat

/tarabbusu arba’ati asyhurin/ dapat di i’rab

/tarabbusu/ fi’il, fāil, dan /arba’ati/ menjadi mudaf dan /asyhurin/ menjadi mudaf ilaih. Dengan demikian secara ‘amali /arba’ati

asyhurin/ merupakan susunan idafah ditandai dengan kasrah pada mudaf ilaihnya.

Dan kedudukan i’rab tamyiznya dijarkan dengan idafah.

Contoh Tamyīz zat ‘adad sarih yang lafaznya kam khabariyyah yang dijarkan :

(35)

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /min fiatin/.

Adapun susunan kalimat /kam min fiatin qalīlatin/ termasuk

jenis /tamyiz zat/ /‘adad mubham/ yaitu tamyiz yang

menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari suatu kata yang tidak

diketahui ukurannya , dan kata Kata /min fiatin// adalah /tamyīz/ berbentuk mufrad yang dijarkan dengan huruf / min / dan kata /kam/

adalah /mumayyaz/nya.

Contoh Tamyīz Nisbah ghairu muhawwal yang dinasabkan :

/umma qasat qulūbukum min ba’di żalika fahiya ka al-hijārati au asyaddu qaswatan wa inna min al-hijārati lamā yasysyaqqaru fayakhruju minhu al-māˈu wa inna minhā lamā yahbiu min khasyyati Allahi wamā Allahu bigāfilin ‘amma ta’malūna/ kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih

keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /qaswatan/.

Adapun susunan kalimat /asyaddu qaswatan/ termasuk jenis

/Tamyiz Nisbah/ /gairu muhawwal/ yaitu tamyiz yang

menerangkan kesamaran suatu jumlah dan kalimat tersebut tidak dipindahkan dari

bentuk apapun. Kata /qaswatan/ wajib dinasabkan atas /Tamyiz/

(36)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sekilas tentang Surat Al-Baqarah

Surat Baqarah adalah bagian dari surat yang terdapat di dalam

Qur’an, ayatnya berjumlah 286 dan merupakan surat kedua setelah surat

Al-Fatihah. Adapun surat ini di turunkan di Madinah kecuali ayat 281 yang di

turunkan di Mina dekat kota Makkah pada haji Wada’ ( Haji Nabi Muhammad

SAW yang terakhir ) sehingga surat ini disebut dengan surat Madaniyyah (

Al-Qur’an dan Terjemahannya : 7 ).

Al-Baqarah bermakna sapi betina karena di dalamnya terdapat cerita

tentang penyembelihan seekor sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani

Israil ( ayat 67 sampi dengan 74 ).

Pokok- pokok dan isinya

1. Keimanan

Dakwah Islamiyah yang dihadapkan kepada umat Islam, ahli kitab dan para

musyrikin ( terdapat pada surat Al-Baqarah ).

2. Hukum- Hukum

Perintah mengerjakan Shalat; menunaikan zakat; hokum puasa; hokum haji

dan umrah; hukum qishaah; hal- hal yang halal dan yang haram; bernafkah di

jalan Allah; hukum arak dan judi; cara menyantuni anak yatim; larangan riba;

hutang piutang; nafkah dan yang berhak menerimanya; wasiat kepada ke dua

orang tua dan kaum kerabat; hukum sumpah; kewajiban menyampaikan

amanat; sihir; hukum merusak mesjid; hukum merubah kitab-kitab Allah;

hukum haid; iddah; talaq; khulu’; dan hukum susuan; hukum melamar;

mahar; larangan; mengawini wanita musyrik dan sebaliknya; hukum perang

(37)

3. Kisah- kisah

Kisah penciptaan Nabi Adam a.s; kisah Nabi Ibrahim a.s; kisah Nabi Musa

a.s dengan bani israil ( Al- Baqarah )

4. Da lain- lain

Sifat- sifat orang yang bertaqwa; sifat- sifat orang yang munafiq; sifat- sifat

Allah; perumpamaan- perumpamaan; kebangkitan sesudah mati

(Al-Baqarah).

3.2 Jenis- Jenis Tamyiz Pada Surat Al-Baqarah

Tamyīz banyak terdapat pada surat Al-Baqarah, ada yang ditemukan

berulang- ulang dan ada yang hanya ditemukan sekali saja, apabila

diklasifikasikan menurut jenis- jenis Tamyīz dan pembahagiaannya, maka tidak

semua jenis Tamyīz tersebut ditemukan pada surat Al-Baqarah. Jenis Tamyīz yang

ditemukan pada surat Al-Baqarah hanya Tamyīz Zat yang berupa ‘adad sedangkan

untuk Tamyīz Nisbah ditemukan yang berupa muhawwal dan ghairu muhawwal.

Secara keseluruhan dapat dilihat pada pembahasan yang dijabarkan peneliti di

bawah ini.

3.2.1 Tamyīz Zat A’dad Sarih

Di dalam surat Al-Baqarah ditemukan lima belas tempat jenis Tamyīz Zat A’dad Sarih yakni yang terdapat pada ayat- ayat sebagai berikut :

Ayat 29

/huwa al- lażī khlaqa lakum mā fī al-ari jamī’an umma s tawā ilā al-samāˈ i fasawwāhunna sab’a samāwātin wa huwa bikulli syaiˈin ‘al īm/ dia-lah Allah,

yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah

(38)

sab’a samāwātin/ termasuk jenis /Tamyiz Zat/ /‘adad

sarih/ yaitu tamyiz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz)

dari suatu kata yang diketahui ukurannya.

Apabila kita rujuk pada defenisi tamyīz adalah isim nakirah mansub maka

secara ‘amali dia bukan termasuk tamyiz, akan tetapi secara makna ia termasuk

tamyiz karena kata /samāwātin/ memberi penjelasan pada kata

/sab’a/ dengan demikian kata /samāwātin/ merupakan tamyiz dan kata

/sab’a/ adalah mumayyaznya, dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk jama’.

Ayat 51

/wa iż wā’adnā mūsā arba’īna lailatan umma t takhażtumu al-‘ijla min ba’dihi wa antum ālimūna/ dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa

(memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu(sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /lailatan/.

Adapun susunan kalimat /arba’īna lailatan/ termasuk jenis

/Tamyiz Zat/ /‘adad sorih/ yaitu tamyiz yang

menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari suatu kata yang

diketahui ukurannya, dan Kata /lailatan/ adalah /tamyīz/ karena

didahului bilangan sebelas sampai sembilan puluh Sembilan, dan kata

/arba’īna/ adalah /mumayyaz/nya.

Ayat 60

/wa iżi s tasqā mūsā liqawmihi faqulnā- rib biaāka al-hajara fanfajarat minhu iṡnatā ‘asyara ‘ainā qad ‘alima kullu unāsin masyrabahum kulū wasyrabū min rizki Allahi walā ta’ṡaw fī al-ari mufsidīna/ dan (ingatlah) ketika Musa memohon

(39)

mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /‘ainā/.

Adapun susunan kalimat /inatā ‘asyara ‘ainā/ termasuk jenis

/tamyiz zat/ /‘adad sorih/ yaitu tamyiz yang

menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari suatu kata yang

diketahui ukurannya , dan kata Kata /‘ainā/ adalah /tamyīz/ karena didahului bilangan sebelas sampai sembilan puluh Sembilan, dan kata

/inatā ‘asyara/ adalah /mumayyaz/nya.

Ayat 96

/walatajidannahum ahraa an-nāsi ‘ala hayātin wa mina al-lażīna asyrakū yawaddu ahaduhum law yu’ammaru alfa sanatin wamā huwa bimuzahzihihi mina al-‘ażābi an yu’ammara wa Allahu baīrun bimā ya’malūna/ dan sungguh kamu

akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, Padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /sanatin/.

Adapun susunan kalimat /law yu’ammaru alfa sanatin/

termasuk jenis /Tamyiz Zat/ /‘adad sorih/ yaitu tamyiz

yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari suatu kata yang

diketahui ukurannya.

Apabila kita rujuk pada defenisi tamyiz adalah isim nakirah mansub maka

secara ‘amali dia bukan termasuk tamyiz , aka tetapi secara makna ia termasuk

tamyiz karena kata /alfa/ memberi penjelasan pada kata /sanatin/

(40)

adalah mumayyaznya, dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk mufrad.

Ayat 226

/li- al-lażīna yulūna min nisāihim tarabbuu arba’ati asyhurin fain fāū fainnallā gafūrun rahīmun/. Kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh

empat bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada istrinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /asyhurin/.

Adapun susunan kalimat /tarabbusu arba’ati asyhurin/

termasuk jenis /Tamyiz Zat/ /‘adad sorih/ yaitu tamyiz

yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari suatu kata yang

diketahui ukurannya.

Apabila kita rujuk pada defenisi tamyiz adalah isim nakirah mansub maka

secara ‘amali dia bukan termasuk tamyiz, akan tetapi secara makna ia termasuk

tamyiz karena kata /asyhurin/ memberi penjelasan pada kata

/arba’ati/ dengan demikian kata /asyhurin/ merupakan tamyiz dan kata

/arba’ati/ adalah mumayyaznya, dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk jama’.

Ayat 228

….

/walmutallaqātu yatarabbana bianfusihinnaalāata qurūin…./Wanita-wanita

yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'…

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /qurūin/.

Adapun susunan kalimat /alāata qurūin/ termasuk jenis

(41)

kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari suatu kata yang diketahui

ukurannya.

Apabila kita rujuk pada defenisi tamyiz adalah isim nakirah mansub maka

secara ‘amali dia bukan termasuk tamyiz, akan tetapi secara makna ia termasuk

tamyiz karena kata /qurūin/ memberi penjelasan pada kata /alāata/

dengan demikian kata /qurūin/ merupakan tamyiz dan kata /alāata/

adalah mumayyaznya, dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk jama’.

Ayat 259

….

/au ka al-lażī marra ‘ala qaryatin wa hiya khāwiyatun ‘ala ‘urūsyihā qāla annā yuhyī hażihi Allāhu ba’da mautihā faamātahu Allāhu miata ‘āmin umma ba’aahu qāla kam labita qāla abitu yauman au ba’a yaumin/ atau apakah

(kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyīz/ adalah /‘āmin/.

Adapun susunan kalimat /faamātahu Allāhu miata ‘āmin/

termasuk jenis

/Tamyiz Zat/

/‘adad sorih/ yaitu tamyiz

yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari suatu kata yang

diketahui ukurannya.

Apabila kita rujuk pada defenisi tamyiz adalah isim nakirah mansub maka

secara ‘amali dia bukan termasuk tamyiz , akan tetapi secara makna ia termasuk

tamyiz karena kata /miata/ memberi penjelasan pada kata /‘āmin/

(42)

adalah mumayyaznya, dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk mufrad.

Ayat 260

/wa iż qāla ibrāhīma rabbi arinī kaifa tuhyī al-mauta qāla awalam tuˈmin qāla

balā walakin liyamainna qalbī qāla fakhuż arba’atan min al-tairi faurhunna ilaika umma j-‘al ‘ala kulli jabalin minhunna juzˈan umma d- ‘uhunna

yaˈt īnaka sa’yan wa’lam anna Allāha ‘azīzun hakīmun/ dan (ingatlah) ketika

Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /min

al-tairi/. Adapun susunan kalimat /fakhuż arba’atan min

al-tairi/ termasuk jenis /Tamyiz Zat/ /‘adad sorih/ yaitu

tamyiz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari suatu

kata yang diketahui ukurannya.

Apabila kita rujuk pada defenisi Tamyīz adalah isim nakirah mansub

maka secara ‘amali dia bukan termasuk Tamyīz, akan tetapi secara makna ia

termasuk Tamyīz karena kata /min al-tairi/ memberi penjelasan pada

kataTamyīz yang dibuang.

Dengan demikian kata /min al-tairi/ merupakan tamyiz dan

(43)

Adapun ketentuan ‘adad pada ayat ini adalah dijarkan dengan huruf jar

/min/ jika Tamyīznya berupa Isim Jama’ atau Isim Jenis maka dijarkan

Tamyīznya dengan huruf jar /min/.

Ayat 261

….

/maalu al-lażīna yunfiqūna amwālahum fī sabīli Allāhi kamaali habbatin

anbatat sab’a sanābila fī kulli sunbulatin…. / perumpamaan (nafkah yang

dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir….

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyaīz/ adalah /sanābila/.

Adapun susunan kalimat /anbatat sab’a sanābila/ termasuk

jenis /Tamyīz Zat/ /‘adad sorih/ yaitu tamyiz yang

menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari suatu kata yang

diketahui ukurannya., pada dasarnya contoh di atas ditandai dengan kasrah pada

mudaf ilaihnya akan tetapi Tamyīnya berbaris fathah karena berbentuk igat

muntaha al-jumū’.

Dengan demikian kata /sanābila/ merupakan tamyīz dan kata

/sab’a/ adalah mumayyaznya, dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk jama’.

Ayat 261

/…fī kulli sunbulatin miatu habbatin wa Allāhu yuā’ifu liman yasyāu wa Allāhu wāsi’un ‘alīmun/ pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan

(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /habbatin/.

Adapun susunan kalimat /fī kulli sunbulatin miatu

(44)

yaitu tamyīz yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari

suatu kata yang diketahui ukurannya.

Apabila kita rujuk pada defenisi tamyiz adalah isim nakirah mansub maka

secara ‘amali dia bukan termasuk tamyīz , akan tetapi secara makna ia termasuk

tamyīz karena kata /miatu/ memberi penjelasan pada kata /habbatin/

dengan demikian kata /habbatin/ merupakan tamyīz dan kata /miatu/

adalah mumayyaznya, dari sudut ini ketentuan yang berlaku adalah hadirnya dalam bentuk mufrad.

3.2.2 Tamyīz Zat ‘adad Mubham

Di dalam surat Al-Baqarah ditemukan tiga Tamyīz zat yang berupa ‘adad

mubham, satu jenis kam istifhamiyah dan dua jenis kam khbariyyah. Tamyīz ini

terdapat pada ayat- ayat sebagai berikut :

Ayat 259

….

/au ka al-lażī marra ‘ala qaryatin wa hiya khāwiyatun ‘ala ‘urusyihā qāla annā yuhyī hażihi Allāhu ba’da mautihā faamātahu Allāhu miata ‘āmin umma ba’aahu qāla kam labita qāla labitu yauman au ba’a yaumin/ atau apakah

(kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.

Pada ayat di atas ada terjadi pembuangan /Tamyiz/ yaitu

/qāla kam labita/. Susunan kalimat tersebut termasuk jenis

/tamyiz zat/ /‘adad mubham/ yaitu tamyiz yang menerangkan

(45)

ukurannya. /kam/ istifham ini menunjukkan bilangan yang masih samar dan

menghendaki ketentuannya. Jadi /Tamyiz/ nya yang dibuang adalah kata

/waqtan/.dan kata Kata /kam/ adalah /mumayyaz/nya.

Adapun jenis Kam disini adalah Kam Istifhamiyyah yaitu yang meminta

penjelasan tentang jumlah yang masih samar dan menghendaki ia akan

ketentuannya.

Ayat 211

/….sal banī isrāīla kam ātaināhum min āyatin bayyinatin wa man yubaddil ni’mata Allahi min ba’di mā jāathu fainna Allāha syadīdu al-‘iqābi/ tanyakanlah

kepada Bani Israil: "Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka". dan Barangsiapa yang menukar nikmat Allah[133] setelah datang nikmat itu kepadanya, Maka Sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /min

āyatin/. Adapun susunan kalimat /kam ātaināhum min āyatin/

termasuk jenis /tamyiz zat/ /‘adad mubham/ yaitu tamyiz

yang menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari suatu kata yang

tidak diketahui ukurannya , dan kata Kata /min āyatin/ adalah

/tamyīz/ berbentuk mufrad yang dijarkan dengan huruf / min / dan kata

/kam/ adalah /mumayyaz/nya.

Adapun jenis Kam disini adalah Kam Khabariyyah yaitu kam yang

bermakna banyak dan sebagai pemberitahuan tentang banyaknya jumlah yang

(46)

Ayat 249

/…falammā jāwazahu huwa wa al-lażīna āmanū ma’ahu qālū lāāqata lanā al-yauma bijālūta wa junūdihi qāla al-lażīna yaunnūna annahum mulāqū Allāhi kam min fiatin qalīlatin galabat fiatan kairatan biiżni Allāhi wa Allāhu ma’a

al-ṣābirīna/ maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama Dia telah

menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan Kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar."

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /min fiatin/.

Adapun susunan kalimat /kam min fiatin qalīlatin/ termasuk

jenis /tamyiz zat/ /‘adad mubham/ yaitu tamyiz yang

menerangkan kesamaran kata sebelumnya (mumayyaz) dari suatu kata yang tidak

diketahui ukurannya , dan kata Kata /min fiatin/ adalah /tamyīz/dan kata /kam/ adalah /mumayyaz/nya.

Adapun jenis Kam disini adalah Kam Khabariyyah yaitu kam yang

bermakna banyak dan sebagai pemberitahuan tentang banyaknya jumlah yang

masih samar kadarnya.

3.2.3 Tamyīz Nisbah Muhawwal

Di dalam surat Al-Baqarah ditemukan satu tempat Tamyīz Nisbah

Muhawwal. Tamyīz ini terdapat pada ayat sebagai berikut :

Ayat 26

(47)

orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /maalā/.

Adapun susunan kalimat /bihażā maalā/ termasuk jenis

/Tamyiz Nisbah/ /muhawwal/ yaitu tamyiz yang menerangkan kesamaran

suatu jumlah,dan kalimat tersebut dipindahkan dari bentuk aslinya. Tamyīznya

berasal dari Maf’ūl Asalnya adalah /bihażā mila syayin/.

3.2.4 Tamyīz Nisbah Ghairu Muhawwal

Di dalam surat Al-Baqarah ditemukan empat tempat Tamyīz Nisbah yang

berupa Ghairu Muhawwal. Tamyīz ini terdapat pada ayat sebagai berikut:

Ayat 74

/umma qasat qulūbukum min ba’di żalika fahiya ka al-hijārati au asyaddu qaswatan wa inna min al-hijārati lamā yasysyaqqaru fayakhruju minhu al-māˈ u

wa inna minhā lamā yahbiṭ u min khasyyati Allahi wamā Allahu bigāfilin ‘amma

ta’malūna/ kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih

keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /qaswatan/.

Adapun susunan kalimat /asyaddu qaswatan/ termasuk jenis

/Tamyiz Nisbah/ /gairu muhawwal/ yaitu tamyiz yang

(48)

bentuk apapun. Kata /qaswatan/ wajib dinasabkan atas /Tamyiz/

karena terletak sesudah isim tafdil yaitu kata /asyaddu/.

Ayat 110

/wa aqīmū al- halāta wa ātu al-zakāta wa mā tuqaddimū lianfusikum min khairin tajidūhu ‘inda Allāhi inna Allāha bimā ta’malūna baīrun / dan dirikanlah shalat

dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyīz/ adalah /min

khairin/. Adapun susunan kalimat /min khairin/ termasuk jenis

/Tamyīz Nisbah/ /ghairu/ muhawwal/ karena susunan kalimat

/min khairin/ Tamyīznya tidak dipindahkan dari bentuk apapun. Dan

pada dasarnya /Tamyiz Nisbah/ /ghairu/ muhawwal/

berbaris nasab akan tetapi boleh juga dijarkan seperti contoh di atas.

Ayat 138

/ibgata Allāhi wa man ahsanu min Allāhi ibgatan wa nahnu lahu ābidūna/

shibghah Allah dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah.

Pada ayat di atas yang menjadi /Tamyiz/ adalah /ibgatan/.

Adapun susunan kalimat /wa man ahsanu min

Allāhi ibgatan wa nahnu lahu ābidūna/ termasuk jenis /Tamyiz

Nisbah/ /gairu muhawwal/ yaitu tamyiz yang menerangkan

kesamaran suatu jumlah dan kalimat tersebut tidak dipindahkan dari bentuk

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses ini juga terdapat penyesuaian yaitu penghilangan vokal panjang [a:] pada huruf /h/ menjadi vokal pendek [a] di dalam BP, serta penulisan huruf pertama kata

No.. Analisis At-tibaq dalam Al-Qur’an pada surah Al- Baqarah. Medan : Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. At-tibaq adalah bagian dari

Pada data (1) jalan yang benar merupakan frasa nomina beratribut tiga unsur yang terdiri dari inti berupa nomina yaitu kata jalan, determinator berupa artikel yaitu

Bahasa Arab adalah bahasa terbaik dari bahasa-bahasa yang ada di dunia, karena memiliki perbendaharaan kata terbanyak tidak ada dalam bahasa lain baik dari jumlah bilangan,

Kemudian di dalam menjelaskan maksud dari ayat yang di tafsirkan, Imam al-Alusi menerangkan dengan menggunakan isyarat, seperti dalam menafsirkan dalam makna lafad} shalat

• Penelitian ini belum menggunakan thesaurus dan hanya menggunakan simple matching, sehingga hasil dari kueri yang memiliki kata-kata hampir sama dengan kata-kata dalam

Lebih lanjut lagi Kiai Zaini, kata khalīfah yang menggunakan ism nakirah berfungsi untuk mengkhususkan yaitu anak cucu Adam yang mana mereka menggantikan makhluk sebelumnya yaitu jin

Metonimia/Maja>z Mursal Maja>z mursal adalah suatu kata yang digunakan untuk makna bukan makna aslinya karena adanya hubungan tidak serupa yang disertai dengan indikator/qari>nah yang