• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KRISIS PT. ANGKASA PURA I CABANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO YOGYAKARTA DALAM MENGATASI ABU KELUD (Studi Deskriptif Manajemen Krisis PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam Mengatasi Bencana Abu Vulk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN KRISIS PT. ANGKASA PURA I CABANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO YOGYAKARTA DALAM MENGATASI ABU KELUD (Studi Deskriptif Manajemen Krisis PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam Mengatasi Bencana Abu Vulk"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KRISIS PT. ANGKASA PURA I CABANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO YOGYAKARTA DALAM

MENGATASI ABU KELUD

(Studi Deskriptif Manajemen Krisis PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam Mengatasi Bencana Abu

Vulkanik Gunung Kelud Pada Februari 2014)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Annisa Ihtiarina Yustinsani 20120530043

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

MANAJEMEN KRISIS PT. ANGKASA PURA I CABANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO YOGYAKARTA DALAM

MENGATASI ABU KELUD

(Studi Deskriptif Manajemen Krisis PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam Mengatasi Bencana Abu

Vulkanik Gunung Kelud Pada Februari 2014)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Annisa Ihtiarina Yustinsani 20120530043

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Annisa Ihtiarina Yustinsani

N IM : 20120530034

Konsentrasi : Public Relations

Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik

Judul Skripsi :

Manajemen Krisis PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta Dalam Mengatasi Abu Kelud (Studi Deskriptif Manajemen Krisis PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta Dalam Mengatasi Abu Vulkanik Gunung Kelud Pada Februari 2014)

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip ataupun dirujuk telah saya nyatakan benar. Apabila di kemudian hari karya saya ini terbukti merupakan hasil plagiat/menjiplak, maka saya bersedia menerima sanksi akademis sesuai yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 22 Agustus 2016

(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi dengan judul “Manajemen Krisis PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta Dalam Menghadapi Krisis

Abu Kelud” tentunya tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini, penulis bermaksud mempersembahkan skripsi ini kepada :

1. Allah Subhanahu Wata’ala yang dengan ridha-Nya memberikan keteguhan hati kepada penulis untuk terus berjuang.

2. Baginda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam, dengan kerendahan hati, tetesan darah dan keringat mengantarkan umat-Nya hingga sampai di zaman canggih ini.

3. Teruntuk orang tua penulis. Ibu Ainiah, ladang surga penulis yang senantiasa selalu mendo’akan, menjadi tongkat yang kokoh untuk penulis berpegangan agar dapat kembali berdiri ketika jatuh. Bapak Abdul Wahab, S.H yang senantiasa mengirimkan do’a dan dukungan untuk anak rantaunya.

4. Adik-adikku Zulhaidi Dwilanang Jagadprihatin dan Mauladi Trilanang Jagadprakarsa senantiasa mengasihi dan menyayangi penulis, sebagai pemberi kabar update ketika penulis merasa rindu akan kampung halaman. 5. Bapak Haryadi Arif Nuur Rasyid, S.IP., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Komunikasi UMY.

(5)

7. Bapak Taufiqurrahman, S. IP., MA., Ph.D, dengan kesabaran dan keteguhan hatinya membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

8. Bapak Aswad Ishak, S.IP., M.Si selaku dosen penguji skripsi. 9. Ibu Sovia Sitta Sari, S.IP., M.Si, selaku dosen penguji skripsi.

10.Bapak/Ibu dosen di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

11.Pak Jono, Pak Mur, dan Mba Siti, selaku staf Jurusan Ilmu Komunikasi yang membantu urusan administrasi penulis.

12.Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta selaku objek penelitian.

13.Mas Dhika, Mbak Pipit, Mbak Ganesh, Pak Otto, Pak Made, Pak Dhani, Wiwin dan seluruh staf Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta yang telah meluangkan waktunya dalam membantu penulis untuk melengkapi data-data penelitian.

14.Bibik Nung yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis, serta Paman Ari yang membimbing penulis sejak menginjakkan kaki di Yogyakarta dan seluruh keluarga besar penulis yang ada di Lombok.

15.Ummi Roseith Adam beserta keluarga yang senantiasa memberikan masukan dan berbagai dukungan untuk penulis.

16.M. Kurniawan Hidayat atas segala support dan kerendahan hatinya untuk selalu ada mendampingi penulis.

(6)

18.Teman diskusi setia Adam dan sahabat seperjuangan Jadu, Akmal, Ticil, Lubis, Opi, Tatak dan Mpus yang selalu membawa keceriaan bagi penulis di berbagai kondisi.

19.Teman-teman seperjuangan di IKOM Radio dan KOMAKOM UMY yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar banyak.

20.Sahabat-sahabat SMA penulis yaitu Tia, Dita, Ema, Koin dan Ima serta teman-teman IPA 5 angkatan 2012 yang senantiasa mengirimkan do’a.

21.Fiani dan Lita di Kos Kemuning yang berbagi kehebohan dan menjadi rekan satu atap yang baik untuk penulis.

22.Teman-teman KKN 83 Temuwuh Kidul dan teruntuk anggota Gedongers : Kika, Angga, Uut, Wulan, Sulis, Rilo, Andi, Anggi, Erni, Ibu Mini, Pak Otok dan Dek Niko.

23.Teman-Teman Konsentrasi Public Relations Angkatan 2012 dan seluruh teman-teman Komunikasi UMY Angkatan 2012.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan segala rahmat karunia-Nya dan tak lupa pula shalawat serta salam selalu tercurahkan bagi Baginda Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam yang telah membawa kepada peradaban yang lebih baik seperti sekarang ini. Atas ridha Allah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Krisis PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta Dalam Menghadapi Krisis Abu Kelud” (Studi Deskriptif Manajemen Krisis PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta Dalam Menghadapi Krisis Abu Vulkanik Gunung Kelud Pada Februari 2014). Karya tulis ini disusun guna melengkapi persyaratan untuk meraih gelar Strata 1 (satu) di Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari dan memohon maaf apabila karya tulis ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, sudi kiranya memberikan saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan penelitian ini agar dapat menjadi acuan penelitian-penelitian selanjutnya. Terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat, semoga Allah SWT membalasnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 20 Agustus 2016

(8)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B.RUMUSAN MASALAH ... 7

C.TUJUAN PENELITAN ... 8

D.MANFAAT PENELITIAN ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 8

2. Manfaat Praktis ... 8

E. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

1. Definisi dan Fungsi PR ... 9

(9)

xi

b. Fungsi Public Relations ... 10

2. Manajemen dalam Krisis ... 12

a. Definisi dan Tahapan Manajemen ... 12

b. Manajemen Krisis ... 14

3. Penelitian Terdahulu ... 22

F. METODE PENELTIAN ... 25

1. Jenis Penelitian ... 25

2. Objek Penelitian ... 25

3. Teknik Pengumpulan Data ... 26

a. Wawancara ... 26

b. Studi Literatur dan Dokumen ... 26

4. Informan ... 26

5. Teknik Analisis Data ... 27

6. Uji Validitas Data ... 28

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A.PROFIL PT. ANGKASA PURA I ... 30

B.LIMA ARAH STRATEGIS PERUSAHAAN ... 32

C.SEJARAH BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO YOGYAKARTA ... 33

1. Visi dan Misi Perusahaan ... 35

2. Nilai Budaya Perusahaan ... 35

3. Logo Perusahaan ... 37

(10)

xii

1. Lingkup Kerja Unit Public Relations (PR) PT. Angkasa Pura I Bandar

Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta ... 38

E. STRUKTUR ORGANISASI PT. ANGKASA PURA I BANDAR UDARA INTERNASIONAL YOGYAKARTA ... 41

BAB III PEMBAHASAN A.DESKRIPSI DATA ... 43

1. Kronologi Kejadian ... 43

2. Tahapan Krisis ... 48

a. Tahap Pre-crisis ... 48

b. Tahap Warning ... 48

c. Tahap Acute ... 49

d. Tahap Clean Up ... 50

e. Tahap Post Crisis ... 51

3. Pengelolaan Krisis ... 52

a. Identifikasi Krisis Abu Kelud Di Area Bandara Adisutjipto Yogyakarta ... 52

b. Analisis Krisis Akibat Abu Kelud ... 53

c. Isolasi Terhadap Krisis Abu Kelud Di Bandara Adisutjipto Yogyakarta ... 57

d. Pilihan Strategi Penanganan Krisis Akibat Abu Kelud Oleh Manajemen Bandara Adisutjipto Yogyakarta ... 60

e. Program Pengendalian yang Dilakukan Manajemen Bandara ... 64

(11)

xiii

a. Dampak Krisis Terhadap Kehilangan Pendapatan Perusahaan ... 65

b. Dampak Krisis Terhadap Stakeholder ... 70

1. Penumpang ... 70

2. Airlines ... 71

3. Asita DIY (Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies) ... 73

4. PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) ... 74

5. PR Bertindak Sebagai Pusat Informasi Pada Saat Krisis ... 76

a. Analisis Pemberitaan Media ... 77

b. Press Conference Sebagai Aktivitas PR Pada Saat Krisis ... 81

c. Media Komunikasi Lain Sebagai Alat Pendukung ... 86

d. Strategi Manajemen Krisis PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta ... 88

B.ANALISIS DATA ... 89

1. Strategi Perencanaan dan Penanganan Dalam Manajemen Krisis ... 89

a. Strategi Perencanaan Krisis ... 89

b. Strategi Penanganan Krisis ... 94

2. Evaluasi ... 106

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 111

(12)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Arah Strategis Perusahaan 33

Gambar 2.2 Logo PT. Angkasa Pura I Adisutjipto Yogyakarta 37 Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Angkasa Pura I Adisutjipto

Yogyakarta

41

Gambar 2.4 Struktur Di Bawah General Affair & Communication Section Head

42

Gambar 3.1 Kondisi Bandara Diselimuti Abu Kelud 43

Gambar 3.2 Calon Penumpang yang Gagal Terbang Padati Bandara 45

Gambar 3.3 Kondisi Proses Pembersihan Apron 47

Gambar 3.4 Badan Organisasi Komite Penanggulangan Keadaan Darurat 56 Gambar 3.5 Ilustrasi Bahaya Mesin Pesawat Jika Terkena Abu Kelud 58 Gambar 3.6 Pesawat Terparkir yang Diselimuti Abu Kelud 60 Gambar 3.7 Gubernur DIY Kecewa Terhadap Proses Pembersihan Bandara 63

Gambar 3.8 Pesawat Wings yang Menginap Di Bandara 72

Gambar 3.9 General Manager Diwawancarai Wartawan Saat Proses Pembersihan

83

Gambar 3.10 Suasana Press Conference 84

Gambar 3.11 Berita pada Website AP I Yogyakarta 86

(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kondisi Geografis DIY 2

Tabel 3.1 Kerugian Bandara Adisutjipto Selama Ditutup 66

Tabel 3.2 Biaya Tambahan Akibat Abu Kelud 68

(14)
(15)

University of Muhammadiyah Yogyakarta Faculty of Social and Political Sciences Communication Science

Concentration of Public Relations Annisa Ihtiarina Yustinsani 20120530043

The Crisis Management of PT. Angkasa Pura I Branch of Adisutjipto International Airport of Yogyakarta to Overcome The Eruption of Kelud Mountain (A Descriptive Studies of The Crisis Management of PT. Angkasa Pura I Branch of Adisutjipto International Airport of Yogyakarta to Overcome The Eruption of Kelud Mountain in Februari 2014)

Year of Thesis : 2016

References : 2016 + 13 books + 3 thesis + 1 journal online + 12 web + 2 additional references.

ABSTRACT

Crisis management is a crisis planning that is needed by a company. PT. Angkasa Pura I Branch of Adisutjipto International Airport of Yogyakarta is an airport management company that adopt crisis management to overcome the issue of the eruption of Kelud Mountain in Februari 2014.

This research shows three aspects that focus on the strategy models of crisis management of PT. Angkasa Pura I Branch of Adisutjipto International Airport of Yogyakarta. They are planning strategy, communication and action strategy, and the evaluation. The perpose of this research is to know how crisis management of PT. Angkasa Pura I Branch of Adisutjipto International Airport of Yogyakarta in overcoming the eruption of Kelud Mountain. The research method uses descriptive-qualitative. The technique of data collection is done by interview and literatur studies. The data analysis uses qualitative data model.

The result of this research is showing that PT. Angkasa Pura I Branch of Adisutjipto International Airport of Yogyakarta was adopting crisis management concept by Cutlip, Center and Broom started from the problem identification, program planning, take the action, communication and evaluation. The company also uses Adaptive Strategy concept. By those strategies PT. Angkasa Pura I Branch of Adisutjipto International Airport of Yogyakarta is able to solve crisis toward the eruption of Kelud Mountain successfully without the continuing problem.

(16)

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Public Relations

Annisa Ihtiarina Yustinsani/20120530043

Judul : Manajemen Krisis PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam Mengatasi Abu Kelud (Studi Deskriptif Manajemen Krisis PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam Mengatasi Bencana Abu Vulkanik Gunung Kelud Pada Februari 2014)

Tahun Skripsii : 2016

Daftar Kepustakaan : 2016 + 13 buku + 3 skripsi + 1 jurnal online + 12 sumber web + 2 sumber lain

ABSTRAK

Manajemen Krisis merupakan sebuah perencaaan krisis yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menangani krisis yang sedang dialami oleh suatu perusahaan. PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta adalah perusahaan yang bergerak dibidang kebandarudaraan menerapkan manajemen krisis dalam menangani krisis akibat abu vulkanik Gunung Kelud yang terjadi pada Februari 2014.

Melalui penelitian ini terdapat tiga aspek yang menjadi acuan analisis peneliti terkait dengan strategi manajemen krisis PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta yaitu strategi perencanaan, strategi penanganan dan strategi evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen krisis PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam menangani krisis bencana alam akibat abu vulkanik Gunung Kelud. Metode penelitian berjenis deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara serta studi literatur dan dokumen. Analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta mengadopsi konsep manajemen krisis menurut Cutlip, Center dan Broom mulai dari proses identifikasi masalah, menyusun rencana dan program, mengambil tindakan dan komunikasi serta evaluasi. Perusahaan juga menggunakan konsep Adaptif Strategy pada penanganannya sehingga PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dapat mengatasi krisis akibat bencana alam abu vulkanik Gunung Kelud dengan cukup baik tanpa adanya dampak krisis yang berlarut.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas

mencapai 1.904.569 km2. Jumlah pulau di Indonesia sebanyak 13.466 yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mobilitas ke berbagai penjuru

Indonesia bahkan dunia tentunya tidak cukup hanya melalui transportasi darat atau laut. Mobilitas yang tinggi dan cepat dapat dilayani melalui transportasi udara. Sehingga, begitu penting peran bandara untuk membantu memobilisasi

masyarakat Indonesia dalam hal transportasi udara. Menurut data Direktorat Perhubungan Udara, pada tahun 2014 penumpang angkutan udara mencapai 72,6 juta meningkat sebesar 5,6% dari tahun 2013 sebanyak 68,5 juta orang

(http://hubud.dephub.go.id/?id/news/detail/2374, diakses pada tanggal 28/12/2015).

Peningkatan jumlah pendapatan operasional bandara sebagai salah satu transportasi udara mulai mengalami kenaikan setiap tahunnya, terlebih pada triwulan III tahun 2013 PT. Angkasa Pura I mampu membukukan laba sebesar Rp

933,5 miliar (http://www.angkasapura1.co.id/detail/berita/laba-angkasa-pura-i-naik-158-persen, diakses 10/02/2016). Selain itu, PT. Angkasa Pura I berhasil

menaikkan laba melalui usaha jasa penunjang bandara (non-aeronautika)

mencapai 79% yaitu sebesar 1,9 triliun

(18)

2

ura.I.Capai.Rp.1.1.Triliun, diakses 10/02/2016). Hal ini membuktikan betapa pentingnya peran bandara untuk perekonomian bangsa Indonesia jika dilihat dari

peningkatan pendapatan operasional bandara berdasarkan data di atas.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 1 ayat 30 menjelaskan penyelenggaraan bandar udara tidak

lagi hanya sebagai fasilitas transportasi, bandara juga dapat memperlancar pergerakan dan perekonomian daerah yang berefek kepada negara. Untuk itu,

bandara cabang dinilai sebagai penggiat dan penggerak perekonomian daerah. Salah satu bandara yang memberikan pemasukan terbesar untuk daerahnya yaitu Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta yang terletak di Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY). DIY memiliki luas daerah 3.185,80 km2. Secara administratif terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten yaitu :

Tabel 1.1.

Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta

Kabupaten/Kota Luas Area Kecamatan Kelurahan/Desa Kota Yogyakarta 32,50 km2 14 Kecamatan 45 Kelurahan

Kab. Bantul 506,85 km2 17 Kecamatan 75 Desa

Kab. Kulon Progo 586,27 km2 12 Kecamatan 88 Desa Kab. Gunung Kidul 1,485,36 km2 18 Kecamatan 144 Desa

Kab. Sleman 574,82 km2 17 Kecamatan 86 Desa

DIY 3,185,80 km2 78 Kecamatan 438 Kelurahan/Desa (Sumber : buku tahunan Dinas Pariwisata DIY : Statistik Kepariwisataan

2014)

Yogyakarta memiliki 1 kota dan 4 kabupaten yang banyak dikunjungi wisatawan karena memiliki tempat-tempat wisata alam maupun belanja yang

(19)

3

2013 grafik wisatawan domestik maupun mancanegara ke Yogyakarta cenderung naik mencapai 4.672.365. Arus kedatangan dan keberangkatan melalui Bandar

Udara Internasional Adisutjipto pun selalu meningkat setiap tahunnya. Total data kedatangan penumpang pesawat hingga tahun 2014 di Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta sebesar 2.903.915 orang.

Arus kedatangan wisatawan ke Yogyakarta sempat mengalami penurunan pada bulan Februari 2014, hal tersebut dikarenakan terjadinya bencana alam abu

vulkanik Gunung Kelud, di Jawa Timur, sehingga mematikan segala aktivitas baik jalur darat maupun udara, termasuk Bandara Adisutjipto dalam waktu beberapa pekan. Berdasarkan data statistik kepariwisataan DIY (2014), akibat dari bencana

Gunung Kelud tersebut, persentase arus kedatangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara hanya mampu mencapai 5,94% (Tim Penulis Buku

Tahunan Dinas Pariwisata DIY, 2014: 66). Jumlah terbilang cukup kecil jika dibandingkan sebelum terjadinya bencana Gunung Kelud. Tujuh (7) bandara

terkena dampak bencana alam ini yaitu Bandara Juanda (Surabaya), Abdul Rahman (Malang), Adi Sumarmo (Solo), Ahmad Yani (Semarang), Tunggul Wulung (Cilacap), Husein Sastranegara (Bandung) dan Bandara Adisutjipto

(Yogyakarta). Dari tujuh (7) bandara terdampak tersebut, Bandara Adisutjipto sebagai bandara terdampak terparah dibandingkan bandara terdampak lainnya.

Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta ditutup selama 5 hari, terhitung mulai tanggal 14 Februari 2014. Tidak ada penerbangan yang beroperasi, aktivitas bandara lumpuh total akibat dari bencana tersebut. Ketebalan

(20)

4

Abu Kelud menyebabkan jarak pandang di landasan terbatas yaitu hanya 200 meter. Padahal jarak pandang ideal minimal 1200 meter. Tentunya hal ini

dikategorikan berbahaya apabila pesawat dipaksakan untuk beraktivitas. Untuk itu, 16.000 orang penumpang dengan 136 jadwal penerbangan dan 12 rute dari dan ke Bandara Adisutjipto dibatalkan. Hal ini menyebabkan terjadinya

penumpukan penumpang.

Dalam hal ini penumpang dapat dikategorikan sebagai stakeholder eksternal

dari pihak Bandara Adisutjipto, sehingga keterlibatan dalam krisis tersebut memiliki peranan yang cukup penting, namun melalui kerjasama dengan masing-masing perusahaan atau Airlines penumpang yang mengalami pembatalan penerbangan diberikan kebijakan dengan me-reschedule (menjadwal ulang) atau me-refund (mengganti uang tiket) yang telah dibeli oleh penumpang

(http://adisutjiptoairport.co.id/detail/berita/akibat-letusan-gunung-kelud-bandara-adsutjipto-di-tutup-#sthash.OQtC7jX6.dpuf, diakses 15/12/2015). Koordinasi

yang dilakukan baik oleh pihak Airport Service selaku manajemen Pihak Bandara Adisutjipto dengan Air Traffic Service dan LANUD (Pangkalan Udara TNI-AU) Adisutjipto mengutamakan kepentingan-kepentingan penumpang, agar melalui

krisis ini pihak Bandara tetap melakukan koordinasi dan komunikasi yang baik dengan penumpang. Untuk memusatkan sumber informasi yang diperoleh

(21)

5

tertuju bagi penumpang, namun juga bagi media massa yang mencari informasi terkait krisis tersebut.

Dalam hal ini media massa memiliki peranan penting bagi pihak Bandara maupun Airport Service yaitu dengan memberitakan kepada masyarakat terkait situasi dan juga penanganan yang telah dilakukan oleh pihak Bandara. Sejalan

dengan koordinasi yang baik antara pihak Bandara dengan media massa, pada situasi krisis tersebut media massa memberitakan situasi yang terjadi dengan

berimbang, seperti dikutip dalam Koran Harian Jogja pada tanggal 16 Februari 2014, dijelaskan pembersihan bandara terus dilakukan dengan mobil kebakaran dari kabupaten/kota dan water canon yang sudah mencapai 60% walaupun menemui kendala berupa kesulitan sumber air serta turunnya hujan justru semakin melekatkan abu ke landasan, namun pembersihan akan terus dilakukan hingga

bandara dapat dinyatakan aman dari abu. Bandara dapat beroperasi kembali ketika situasi sudah benar-benar aman dari abu sehingga tidak membahayakan

penerbangan terutama para penumpang (sumber : Harian Jogja, 16 Februari 2014).

Terlepas dari koordinasi antara pihak Bandara dengan stakeholder-stakeholder eksternal, penanganan internal pun turut menjadi prioritas utama pihak Bandara, yaitu dalam membersihkan Abu Kelud yang berada di landasan

pacu. Proses pembersihan terus berlangsung selama bandara ditutup hingga 18 Februari 2014. Upaya pembersihan melibatkan sekitar 1300 orang yang terdiri dari seluruh personil PT. Angkasa Pura I Yogyakarta, LANUD Adisutjipto,

(22)

6

Penanggulangan Bencana), personil dari tenan di bandara yaitu (Air Asia, Garuda Maintenance Facility, Groundhandling, Kokapura Avia, JAS, PT. Armada) dengan menggunakan kendaraan mower 1 (satu) buah, 1 (satu) unit water canon, 3 (tiga) mobil nurse tender, 1 (satu) unit tangki penyiram taman, 1 (satu) unit PT. Armada kendaraan dan alat pembersih tradisional. Area pembersihan dibagi

menjadi 3 (tiga) bagian yaitu area runway, apron, dan taxi way. Angin kencang membuat debu beterbangan membuat jarak pandang tidak normal bahkan hujan

turun membuat abu licin dan lengket menjadi kendala pihak bandara saat itu. Krisis yang dialami oleh Bandara Adisutjipto turut mempengaruhi keuangan pihak Bandara. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Staff Finance and IT Department, selama empat hari lumpuhnya aktivitas Bandara akibat Abu Kelud tersebut, pihak Bandara mengalami kerugian sebesar Rp

1.798.386.651. Selain itu perusahaan juga mengeluarkan dana Rp 202.500.000 untuk biaya pembersihan bandara. Sehingga secara keseluruhan bencana alam

Abu Kelud menyebabkan Bandara Adisutjipto Yogyakarta merugi mencapai 2 miliar rupiah (Diana, Staff Finance and IT Department, 28 Januari 2016).

Selain itu, diketahui pula bahwa Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta

merupakan salah satu pintu gerbang masuknya para wisatawan ke daerah Jawa Tengah dan sekitarnya. Lumpuhnya bandara selama beberapa hari menyebabkan

(23)

7

setiap maskapai bertanggung jawab secara penuh terhadap tiket yang telah terbeli baik oleh travel agent maupun calon penumpang sehingga tidak ada yang dirugikan. G. Harrison (2005) dalam Rachmat Kriyantono (2012) mengatakan suatu peristiwa yang memungkinkan berdampak negatif bagi perusahaan yang menuntut bersikap cepat dan tepat agar tidak mempengaruhi operasional

perusahaan disebut dengan krisis. Krisis bersumber dari berbagai hal, mulai dari teknologi, konfrontasi, malevolence, manajemen, produk dan krisis karena bencana alam. Dalam hal ini PT. Angkasa Pura I Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta mengalami krisis bencana alam berdasarkan warning time bersifat Sudden Crisis (mendadak) berupa gangguan yang terjadi tanpa peringatan

yang berdampak pada operasional perusahaan (Nova, 2011: 100-103). Akibat dari bencana Kelud tersebut pihak Bandara mengalami dampak kerugian yang cukup

besar, terutama dalam sektor penanganan manajemen krisis.

Atas hal itu, untuk menganalisis lebih jauh bagaimana pihak Bandara

menangani krisis yang dialami dalam bencana Kelud tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang “Bagaimana Manajemen Krisis PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam

Mengatasi Abu Kelud.”

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat rumusan masalah: Bagaimana manajemen krisis PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam mengatasi Bencana Abu Vulkanik

(24)

8 C.TUJUAN PENELITIAN

Atas dasar perumusan masalah di atas tujuan penelitian ini yaitu untuk

mengetahui bagaimana manajemen krisis PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam Bencana Abu Vulkanik Gunung Kelud pada Februari 2014.

D.MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Memperkaya penelitian dalam manajemen krisis yang dialami oleh perusahaan jasa kebandarudaraan serta memberikan kontribusi pendalaman

studi komunikasi khususnya mengenai manajemen krisis kepada jurusan Ilmu Komunikasi pada umumnya dan konsentrasi Public Relations UMY pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi PT. Angkasa Pura

I Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam menangani krisis terhadap bencana alam, sehingga kedepannya memiliki strategi manajemen

(25)

9 E.TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi dan Fungsi Public Relations (PR) a. Definisi Public Relations (PR)

Konsep Public Relations (PR) terus berevolusi seiring berkembangnya zaman. PR dahulunya hanya dianggap sebagai pembujuk

atau mengajak publik agar memahami dan punya kemauan baik (goodwill) yang bersifat satu arah. Kini fungsi PR sampai pada

pertukaran komunikasi yang mencapai pemahaman bersama sehingga menimbulkan konsep dua arah. Menurut Cutlip, Center dan Broom (2006) Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan

mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi

tersebut.

Banyak definisi PR yang coba didefinisikan para pakar, Soemirat

dan Ardianto dalam bukunya Dasar-dasar Public Relations memilih beberapa definisi PR yang dianggap terbaik oleh para pakar PR, yaitu : 1. J.C. Seidel, Direktur PR. Division of Housing, State New York

menyatakan PR suatu proses lanjutan dari perusahaan untuk memperoleh goodwill (kemauan baik) dari publiknya.

(26)

10

3. Howard Bonham, Wakil Ketua Palang Merah Nasional Amerika Serikat. PR adalah seni pencipta pengertian yang lebih baik untuk

mendapatkan kepercayaan dari publiknya (dalam Abdurachman, 2001: 24-25).

Butterick (2012) menyatakan PR memiliki banyak definisi yang

satu sama lainnya hampir sama, karena PR sebagai disiplin ilmu yang tidak sempurna sehingga membutuhkan banyak definisi untuk

menjabarkannya. Tentunya ini dikarenakan masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda. Ada yang melihat PR melalui kepribadian, segi komunikasi, publikasi, kepentingan manajemen, pemasaran,

periklanan, entertainment, protokoler dan krisis sebagai situasi tak terduga. Situasi krisis seringkali menjadi jawaban definisi PR. Ketika

krisis terjadi, terkadang mengharuskannya maju diawal berusaha membuat situasi aman untuk internal maupun eksternal organisasi,

menyusun bersama strategi dan taktik demi menimbulkan sepemahaman serta citra positif dari publiknya. Untuk itu, dari beberapa definisi di atas, dapat diambil pengertian bahwa PR memegang fungsi manajemen yang

menumbuhkan dan mengembangkan goodwill (kemauan baik) untuk memperoleh opini yang menguntungkan dari publiknya.

b. Fungsi Public Relations (PR)

Public Relations dalam aktivitasnya memiliki cakupan yang luas agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Pada dasarnya dalam

(27)

11

eksternal yang baik untuk mencapai goodwill (kemauan baik) (Soleh dan Elvinaro. 2012 : 89). Kesuksesan PR dalam mencapai kemauan baik

merupakan bentuk kerjasama semua pihak mulai dari staff hingga top management. Sehingga PR sebagai aktor utama yang menjembatani publiknya untuk bersama-sama mencapai tujuan organisasi. Komunikasi

PR disusun untuk menciptakan saling pengertian serta dukungan tercapainya tujuan tersebut. Menurut Edward L. Bernays (1952) dalam

Rosady Ruslan (2006) ada tiga (3) fungsi utama PR, yaitu : 1) Memberikan penerangan kepada publik.

2) Melakukan tindakan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan

masyarakat secara langsung.

3) Melakukan upaya integrasi sikap dan perbuatan organisasi sesuai

dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.

Sedangkan menurut Cutlip & Centre, and Canfield (1982) dalam

Rosady Ruslan (2006) merumuskan fungsi PR yaitu :

1) Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama.

2) Membina hubungan yang harmonis dengan publik sasaran.

3) Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi

dan tanggapan masyarakat terhadap organisasi yang diwakilinya. 4) Melayani keinginan publik serta memberikan masukan kepada

(28)

12

5) Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik, mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari organisasi ke publiknya atau

sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak. Fungsi PR dianggap sebagai hal yang mutlak hadir dalam suatu organisasi bahkan diumpamakan sebagai “mata”, “telinga” dan “tangan

kanan” pimpinan puncak perusahaan. Secara singkat dapat dikatakan fungsi PR adalah memelihara, mengembangkan, mempertahankan

komunikasi timbal balik (two way Communications) dengan publik ketika ada dan tidak adanya masalah yang muncul sehingga terciptanya saling pengertian (Assumpta. 2004 : 31-35). Menciptakan hubungan baik

hingga mencapai goodwill (kemauan baik) dengan fungsi PR dalam memanajemen komunikasi tentunya tidak berhenti pada tahap ini saja,

melainkan PR juga harus mampu mengelola krisis atau manajemen krisis untuk mengevaluasi publik agar organisasi dapat berjalan sesuai dengan

tujuannya.

2. Manajemen dalam Krisis

a. Definisi dan Tahapan Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa latin manus yang memiliki arti memimpin, menangani, mengatur atau membimbing. Manajemen juga

(29)

13

proses perencanaan dan pelaksanaan yang matang berdasarkan hasil kerja sama berbagai pihak untuk mencapai kesuksesan rencana bersama

(Ruslan. 2006 : 13).

PR berhubungan langsung dengan top management. PR sebagai penerjemah manajemen, PR seolah-olah dapat menerjemahkan apa yang

mungkin dipikirkan oleh top management terhadap isu publik. Adapun proses manajemen pemecahan masalah oleh PR sebagai berikut (Cutlip,

Allen and Broom. 2006 : 320):

1) Mendefinisikan problem atau peluang (fact finding). Langkah awal ini berfungsi untuk memantau serta mendeteksi sejauh mana krisis

berjalan, mengetahui opini, sikap dan perilaku apa saja yang telah dan

akan terbentuk. Pada tahap ini pertanyaan “Apa yang sedang terjadi

saat ini?.”

2) Perencanaan dan pemrograman (planning). Dari data serta informasi

yang didapatkan dari tahap pertama, pada langkah kedua ini membuat keputusan atas program publik, strategi tujuan, tindakan dan komunikasi, taktik serta sasaran yang akan menjawab pertanyaan

“Dari data yang diperoleh tindakan apa yang harus kita lakukan?”

3) Mengambil tindakan dan berkomunikasi (Communication). Langkah

ini bertujuan mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang didesain untuk publik sasaran demi tercapainya goal dari

(30)

14

mana program ini dilangsungkan?” merupakan pertanyaan untuk

tahap ketiga ini.

4) Mengevaluasi program (evaluation). Melakukan penilaian atas persiapan, implementasi dan hasil program. Penyesuaian dilakukan sembari ketika proses diimplementasikan, melihat feedback sebagai

bentuk evaluasi berhasil atau tidaknya program tersebut. “Seberapa baik langkah yang telah kita lakukan?” menjadi pertanyaan penutup.

Manajemen menuntut organisasi menjadi “lentur” terhadap perubahan-perubahan di lingkungan publiknya, sehingga seperangkat top management, PR, beserta sumber daya yang dimiliki harus bekerjasama dengan baik agar mampu membaca alur publiknya. Oleh karena itulah manajemen merupakan usaha mengembangkan potensi suatu tim dalam

organisasi atau kelompok dengan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki demi mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Pada Public Relations, hal ini dikembangkan dalam bentuk manajemen dalam krisis yang dapat meringankan beban organisasi ketika menghadapi krisis.

b. Manajemen Krisis

Kata krisis berasal dari bahasa Yunani “kpion” yang berarti

keputusan. Hal ini diartikan setiap terjadi krisis hendakya keputusan segera diambil. Beda halnya dengan aksara Cina menyebutnya “Wei-ji” memiliki dua arti yaitu peluang dan bahaya. Sehingga setiap terjadi krisis

(31)

15

peluang. Untuk itu keputusan yang diambil suatu organisasi untuk menyelesaikan krisis sangatlah menentukan feedback apa yang akan diraih. Turning point for better or worse (titik balik untuk jadi lebih baik atau buruk) itulah krisis, ketika krisis usai akankah menjadi pemenang atau sebaliknya.

Krisis mungkin saja terjadi dikeseharian organisasi, karena ada masanya semua perusahaan akan mengalami krisis produk maupun

organisasional yang dapat mengancam kinerjanya. Krisis tidak serta merta terjadi secara langsung, krisis dapat bermula dari desas desus yang terus berkembang. Krisis membutuhkan penanganan yang cepat, ketika

mengulur-ulur waktu penanganan akan tercipta ruang hampa. Dalam ruang hampa tersebut berbagai pihak akan saling berebut melangkah

masuk ke dalamnya dengan berbagai cara yang mereka kehendaki bukan yang PR atau organisasinya kehendaki.

Menurut G. Harrison (2005) dalam Rachmat Kriyantono (2012) :

A crisis is a critical periode following an event that might negatively affect an Organization in which decisions have to be made that will affect the bottom line of an organization. It is a time of exploration requiring rapid processing of information and decisive action to attempt to minimize harm to the organization and to make the most of a potentially damaging situation.

Artinya, krisis merupakan masa kritis yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi dan berpengaruh negatif terhadap perusahaan, keputusan yang

(32)

16

operasional perusahaan. Tindakan penanganan dilakukan dengan pengolahan informasi hingga menemukan solusi terbaik dengan resiko

terkecil. Krisis adalah isu yang berkembang dan tidak ditangani dengan baik sehingga mencapai tahap kritis (Cutlip, Allen and Broom. 2006 : 372). Ada masanya semua perusahaan atau organisasi pasti akan

mengalami krisis produk maupun organisasi yang dapat mengancam kinerjanya. Krisis menyerang disaat tak terduga dalam waktu yang

singkat atau bahkan lama. Untuk itu, setiap organisasi perlu mempersiapkan diri terhadap ancaman krisis serta merancang respons yang tepat terhadap krisis tersebut (Butterick. 2012 : 73).

PR tidak dapat memprediksi suatu krisis secara pasti, namun mereka bisa memperkirakan krisis jenis tertentu yang akan terjadi.

Sebelum melangkah lebih jauh, langkah awal praktisi yaitu mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan krisis, diantaranya :

1) Krisis Teknologi, berupa kesalahan penggunaan teknologi dalam operasional organisasi. Pemahaman terhadap teknologi yang digunakan menjadi senjata utama dalam kegiatan operasional

organisasi. Sehingga apabila terjadi suatu kesalahan dapat berdampak negatif pada publiknya. Hal ini terjadi pada kasus Lumpur Lapindo

pada tahun 2006 di Sidoarjo.

2) Krisis Konfrontasi. Krisis akibat hubungan yang buruk organisasi dengan publiknya. Publik yang tidak puas akan pelayanan maupun

(33)

17

kemarahannya secara berlebihan, baik terhadap media maupun aksi langsung.

3) Krisis Malevolence, terjadi ketika ada niat jahat seseorang maupun kelompok orang untuk menjatuhkan organisasi. Seperti halnya yang terjadi ketika Bom Bali tahun 2002 yang banyak memakan korban

jiwa hingga melumpuhkan aktivitas perusahaan di daerah tersebut yang dilakukan oleh teroris.

4) Krisis Manajemen. Perubahan di dalam internal organisasi atau pergantian manajemen menyebabkan kriris yang berpengaruh terhadap kinerja sumber dayanya. Seringkali organisasi tidak

menyiapkan rencana pergantian pimpinan, sehingga krisis jenis ini tidak perlu terjadi.

5) Krisis Bencana Alam. Krisis jenis ini biasanya mampu membuat manusia merasa tidak berdaya untuk menghadapinya. Krisis bencana

alam dapat berupa bencana Gunung Kelud di Jawa Timur 2014 lalu yang mengeluarkan abu vulkanik hingga melumpuhkan aktivitas Kota Yogyakarta selama beberapa hari termasuk Tsunami Aceh tahun 2004

menewaskan 216 ribu jiwa.

6) Krisis Produk, akibat kesalahan pada proses produksi produk hingga

(34)

18

Dari penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa krisis bersumber dari dalam dan luar organisasi. G. Harrison (2005) dalam Rachmat

(2012) menyatakan sumber krisis dari dalam organisasi : sumber daya manusia (SDM), manajemen, dan teknologi sedangkan dari luar organisasi diantaranya konfrontasi, malevolence dan bencana alam. Krisis juga dapat dipahami berdasarkan warning time. Diantaranya yaitu Sudden Crisis merupakan krisis secara mendadak yang terjadi tanpa peringatan biasanya disebabkan karena bencana alam, kematian, kecelakaan dan sejenis lainnya. Sedangkan Smoldering Crisis ialah krisis serius terjadi di dalam organisasi yang sebenarnya dapat teridentifikasi

sejak awal, tipe krisis ini terjadi karena masalah internal, indikasi tindakan hukum yang merugikan perusahaan dan masalah dengan

pelanggaran karena buruknya perencanaan (Nova. 2011 : 100-107). Krisis akan senantiasa menunjukkan beberapa gejala sebelum

akhirnya terjadi. Beberapa gejala dalam krisis saling berhubungan dan membentuk tahapan-tahapan. Nova (2011) meyakini setiap terjadinya krisis, ada tahapan yang dilalui, yaitu :

1) Tahap Pre-crisis (Sebelum Krisis)

Adalah ketika kondisi krisis belum muncul namun benih-benihnya

(35)

19

dilakukan pencegahan. Untuk itu, penting bagi perusahaan memiliki kesiapan menghadapi krisis.

2) Tahap Warning (Peringatan)

Pada tahap inilah krisis pertama kali dikenali, dapat dipecahkan, diakhiri selamanya atau bahkan dibiarkan saja menuju tahap

selanjutnya tanpa adanya tindakan. Krisis pada tahap kedua ini muncul karena ketakutan akan menghadapinya sehingga berpura-pura

merasa aman. Fase setelah fase warning merupakan fase mulai timbulnya kerusakan.

3) Tahap Acute Crisis (Akut)

Krisis mulai terbentuk dan muncul ke permukaan karena manajemen yang buruk. Pihak luar organisasi seperti publik dan media sudah

mulai mengetahui adanya masalah yang terjadi. Bahkan pada tahap ini sudah mulai menimbulkan kerugian terhadap organisasi. Pada tahap

inilah para staf akan diukur kemampuannya manajemen krisis. 4) Tahap Clean Up (Pembersihan)

Adalah fase pemulihan dari krisis, mau tidak mau mengambil tindakan

penyelamatan apa saja yang tersisa baik produk maupun, reputasi, citra perusahaan, kinerja dan lini produksi. Bisa saja pada tahap ini

perusahaan akan menghadapi hal-hal terkait hukum, media dan tekanan publik.

(36)

20

Secara formal pada tahap ini dapat dikatakan krisis telah berakhir dan pada tahap ini pula akan terlihat apakah organisasi atau perusahaan

tersebut berhasil atau tidak dalam menangani krisis. Apakah perusahaan mampu bertahan sebagai pemenang ataukah gulung tikar.

Menghadapi krisis menjadi bagian yang tidak mudah. Menjadi

sangat berbahaya jika tidak tahu bagaimana menghadapi krisis. Upaya yang dilakukan organisasi untuk menghadapi krisis disebut dengan

manajemen krisis. Melalui upaya persiapan, penerapan beberapa strategi dan taktik yang dapat mengurangi dampak negatif krisis menjadi tujuan disusunnya manajemen krisis (Rachmat. 2012 : 180-181).

Butterick (2012) menjabarkan manajemen krisis sebagai respons terencana terhadap krisis yang dilakukan secara efektif dan tepat waktu.

Manajemen krisis membantu para top management dalam mengambil keputusan, bantuan berbentuk informasi serta rencana-rencana yang

dapat menjadi solusi krisis. Sehingga, manajemen krisis berorientasi pada masa yang akan datang, tidak hanya pada saat krisis saja.

Seperti yang dikatakan oleh G. Harrison (2005) krisis tidak dipicu

oleh sebuah peristiwa melainkan akibat dari penanganannya, termasuk di dalamnya bagaimana pihak manajemen menghadapinya begitu pula

publik meresponnya. Pada fungsinya sebagai pihak yang mengidentifikasi sikap publik, PR dapat menerapkan aspek berikut dalam mengelola krisis (Kasali. 2000 : 231-233) :

(37)

21

Melakukan identifikasi dengan penelitian untuk mendapatkan gambaran yang utuh. Organisasi atau perusahaan dapat menghubungi

pihak luar seperti akademia, konsultan, dan pengamat untuk mengindentifikasi lebih lanjut.

2) Analisis Krisis

Membutuhkan analisis yang kuat terhadap data-data yang diperoleh. Analisis yang dilakukan memiliki cakupan luas mulai dari

analisis integral hingga parsial yang kait mengait. 3) Isolasi Krisis

Krisis diibaratkan penyakit yang dapat menular. Untuk

mencegah krisis menyebar luas dilakukan isolasi dan dikarantina sebelum mengambil tindakan serius.

4) Pilihan strategi

Ada 3 tahapan strategi generik menangani krisis yaitu :

a) Defensive strategy (strategi bertahan), dilakukan dengan mengulur waktu, tidak melakukan apa-apa dan membentengi diri dengan kuat.

b) Adaptive strategy (strategi adaptasi), langkah-langkah yang diambil cakupannya luas seperti mengubah kebijakan,

modifikasi operasional, kompromi dan meluruskan citra.

c) Dynamic strategy (strategi dinamis), pada strategi ini langkah yang diambil terkesan sedikit makro yang dapat mengakibatkan

(38)

22

merger dan akuisi, investasi baru, menjual saham, memunculkan produk baru atau menarik peredaran produk lama, menggandeng

kekuasaan dan mengalihkan isu baru untuk mengalihkan perhatian.

5) Program Pengendali

Adalah langkah penerapan menuju strategi generik telah dirumuskan jauh sebelum krisis dan dapat dijadikan pedoman atau

pegangan bagi para eksekutif untuk mengambil langkah pasti. Program ini biasanya disusun di lapangan ketika krisis muncul dan implementasi pengendalian diterapkan pada perusahaan (beserta

cabang), industri (beserta gabungan usaha sejenis), komunitas dan divisi-divisi perusahaan.

3. Penelitian Terdahulu

Tinjauan pustaka awal dilakukan peneliti dengan meninjau penelitian sebelumnya beserta literatur jurnal mengenai manajemen krisis. Berikut

daftar penelitian dan jurnal tersebut :

a. Skripsi Juliandi Sofiar mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta pada tahun 2010 yang berjudul Manajemen Krisis Humas PT. Pertamina Cilacap dalam Mengatasi Kebocoran Kapal Tanker. Pada

penelitiannya menggunakan metode kualitatif bersifat studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, literatur dan dokumentasi dengan informan dari Divisi Hupmas PT.

(39)

23

berpengaruh. Hasil penelitiannya menjelaskan strategi komunikasi yang telah dijalankan oleh Hupmas PT. Pertamina UP IV Cilacap cukup

efektif dengan tahapan yang tidak sistematis.

b. Skripsi Novita Nurul Huda mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2010 lalu berjudul Manajemen Krisis PT. Tirta

Investama (AQUA Golden Mississippi) dalam Memulihkan Citra Minuman Isotonik Mizone Pasca Kasus Isu Bahaya Kandungan Bahan

Pengawet menggunakan metode kualitatif jenis deskriptif, teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan Novita bersumber dari Public Relations, Marketing dan Quality Control PT. Tirta Investama (AQUA Golden Mississipi). Penelitian ini mengungkap keberhasilan PT. Tirta Investama

(AQUA Golden Mississipi) dalam mencegah keadaan krisis dan dapat memulihkan citra Mizone dengan Strategi Defensif terbukti dari hasil

penjualan Mizone yang meningkat setelah dilaksanakannya program-program yang disusun oleh tim manajemen.

c. Skripsi Ocha Witnesteka Miela Putra mahasiswa Universitas Indonesia

tahun 2012 berjudul Manajemen Krisis PT. Lion Mentari Airlines dalam Menangani Berita-Berita Negatif di Media Massa metode penelitiannya

(40)

24

PR Indonesia). Penelitian ini menemukan dua pemahaman mengenai krisis dan belum sepenuhnya konsep-konsep teoritis dilaksanakan dalam

mengelola krisis di PT. Lion Mentari Airlines.

d. Literatur jurnal yang digunakan bersumber dari Jurnal Komunikologi Volume 7 Nomer 1 Maret 2010 oleh Kiki Handayani dan Erman Anom

yang berjudul Peran PR Menerapkan Manajemen Krisis dalam Memulihkan Citra PT. Garuda Indonesia Pasca Kecelakaan Pesawat

Boeing G.737/400 Di Yogyakarta. Penelitian rini berusaha menjelaskan manajemen krisis, strategi manajemen krisis serta peran humas didalamnya. Hasil penelitian menemukan pengelolaan PR terhadap krisis

sangatlah baik. Walaupun tidak semua langkah-langkah strategi dalam teori manajemen krisis dilakukan tapi dengan memaksimalkan

penanganan disaat situasi krisis membuat Humas Garuda dapat menjalankan fungsinya dengan baik yaitu menormalkan kembali

perusahaan dari krisis.

Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti tidak jauh berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu untuk mengetahui bagaimana Manajemen

Krisis PT. Angkasa Pura I Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam Mengatasi Abu Kelud dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Letak perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu rata-rata penelitian sebelumnya menggunakan tahapan krisis menurut teori Steven Fink yaitu tahap Prodomal, Akut, Kronis dan Resolusi. Sedangkan peneliti pada

(41)

25

Angkasa Pura I Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dengan menggunakan tahapan krisis menurut Firsan Nova, terdiri dari 5 (lima)

tahapan yaitu tahap Pra-Crisis, Warning, Acute, Clean Up dan Post Crisis.

F. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif. Kualitatif tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi

(Rachmat. 1993 : 24). Seperti halnya yang diutarakan Nazir (2009) tentang metode deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat bertujuan untuk memberikan deskripsi, gambaran, secara sistematis dengan

faktual serta akurat terhadap fakta, sifat maupun fenomena yang diselidiki. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan informasi aktual secara

rinci dalam manajemen krisis yang ditangani perusahaan. Metode deskriptif ini hanya memaparkan atau mendeskripsikan suatu perstiwa, situasi maupun aktivitas yang pada penelitian ini mendeskripsikan manajemen krisis PT.

Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta dalam menangani bencana Abu Kelud.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian penulis pada penelitian ini adalah PT. Angkasa Pura

(42)

26 3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Kegiatan tanya jawab dilakukan oleh pewawancara dan terwawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi. Dijelaskan pula pada buku Nazir (2009) bahwa wawancara digambarkan sebagai proses memperoleh

keterangan untuk mencapai tujuan penelitian dengan melakukan tanya jawab secara tatap muka oleh pewawancara dengan terwawancara yang

menggunakan interview guide (panduan wawancara). Peneliti mewawancarai pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan data dengan wawancara

dirasa tepat oleh peneliti dalam menggali informasi secara mendalam.

b. Studi Literatur dan Dokumen

Kegiatan ini dilaksanakan dengan melakukan pengumpulan data dari dokumen lain diperoleh melalui buku, media informasi cetak maupun elektronik, foto dan serta sumber lain yang ada kaitannya dengan

penelitian terhadap manajemen krisis Abu Kelud di PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta. Peneliti juga

memanfaatkan berbagai macam literatur yang bersumber dari penelitian terdahulu untuk menguatkan konsep yang digunakan peneliti.

4. Informan

(43)

27

dengan informan. Metode pemilihan informan menggunakan purposive sampling yaitu teknik pemilihan informan dengan menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul (Moleong, 2011: 224). Adapun karakteristik informan yang dipiih peneliti yaitu pihak-pihak yang terjun langsung dan menguasai permasalahan yang diteliti untuk

memudahkan peneliti dalam mendapatkan data yang dibutuhkan. Maka dari itu informan kunci dalam penelitian ini yaitu Public Relations, Finance & IT Departement, Airport Operation & Readiness Department, Department Head atau pejabat perusahaan yang berwenang serta stakeholder terdekat yang berdampak langsung (penumpang, media massa dan Asita DIY

(Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies Daerah Istimewa Yogyakarta)). Sedangkan informan lainnya berupa pihak-pihak yang

berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti di PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta. Pemilihan informan

yang baik diharapkan dapat memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis data kualitatif.

Analisis dimulai dengan membaca, mempelajari dan menelaah seluruh data dari berbagai sumber yang didapatkan sebelumnya oleh peneliti. Data dapat berupa dokumen-dokumen, foto-foto dan data lainnya yang didapat dari

(44)

28

mendapatkan inti atau intisari data, sehingga data-data yang tidak berkaitan dengan penelitian dapat disingkirkan terlebih dahulu agar tidak membuat

rancu peneliti. Dari tahapan kedua tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan dengan memeriksa keabsahan data yang dibandingkan dengan teori-teorinya (Moleong. 2011. 247).

6. Uji Validitas Data

Uji validitas data merupakan teknik pemeriksaan untuk menguji

keabsahan data. Teknik pemeriksaan yang digunakan peneliti yaitu Teknik Triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu hal lainnya di luar data untuk memeriksa atau

sebagai pembanding data tersebut. Patton (1987) dalam Moleong (2011), teknik pemeriksaan dengan sumber (data) menggunakan waktu dan alat

yang berbeda untuk mengecek derajat kepercayaan informasi yang diperoleh dalam penelitian kualitatif. Teknik ini dapat dicapai dengan (Moleong 2011 : 331) :

a. Membandingkan data pengamatan (observasi) dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

(45)

29

d. Membandingkan perspektif orang biasa dengan orang lain yang memiliki background baik itu dari segi pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat ekonomi dan lain sebagainya.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Dari 5 (lima) teknik triangulasi yang dipaparkan sebelumnya tidak semua tahapan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Adapun yang

(46)

30 BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.PROFIL PT. ANGKASA PURA I

Titik permulaan usaha kebandarudaraan ini ketika Presiden Pertama

Republik Indonesia yaitu Soekarno berkunjung ke Amerika Serikat dan seketika terpesona dengan lapangan terbang di negara maju tersebut. Beliau pun

menegaskan keinginannya kepada Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum agar lapangan terbang di Indonesia dapat setara dengan negara maju. Hal ini melahirkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomer 33 Tahun 1962 mengenai

Pendirian Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran pada tanggal 15 November 1962 dengan tugas pokok mengelola dan mengusahakan pelabuhan

bandara yang satu-satunya dapat mengakses jalur internasional pada saat itu. Pada 20 Februari 1964 merupakan hari jadi PN Angkasa Pura, karena pada

tanggal inilah Angkasa Pura Kemayoran secara resmi diambil aset dan operasionalnya. Namun pada tanggal 17 Mei 1965 berdasarkan PP nomer 21 tahun 1965, PN Angkasa Pura Kemayoran berubah nama menjadi PN Angkasa

Pura sehingga dengan nama tersebut memungkinkan perusahaan memiliki pelabuhan udara lain di Indonesia. Transisi terus terjadi, perubahan nama dari PN

(47)

31

Perseroan Terbatas (PT) Angkasa Pura I (Persero) sesuai PP Nomer 5 Tahun 1992 sehingga seluruh saham dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.

PT Angkasa Pura I (Persero) dengan tekad memberikan pelayanan kemanan, keselamatan serta kenyamanan dapat mewujudkan perusahaan profesional berkelas dunia. Untuk itu PT Angkasa Pura I (Persero) telah

mengelola 13 bandara di wilayah tengah dan timur Indonesia, yaitu : 1. Bandara Juanda di Surabaya

2. Bandara Ahmad Yani – Semarang 3. Bandara Adisumarmo – Surakarta 4. Bandara Adisutjipto – Yogyakarta 5. Bandara Hasanuddin – Makassar 6. Bandara Sepinggan – Balikpapan 7. Bandara Frans Kaisiepo – Biak 8. Bandara Sam Ratulangi – Manado 9. Bandara Syamsudin Noor – Banjarmasin 10. Bandara Ngurah Rai – Denpasar

11. Bandara Internasional Lombok – Lombok Tengah 12. Bandara El Tari – Kupang

(48)

32

B.LIMA (5) ARAH STRATEGIS PERUSAHAAN

Sebagai salah satu perusahaan kebandarudaraan terbesar di Indonesia, PT.

Angkasa Pura I memiliki tujuan menjadi The Best 10 Airport Operators in Asia. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :

1. Service Excellence meliputi peningkatan Customer Statisfaction Index (CSI), meremajakan alat-alat produksi, pelaksanaan pembangunan bandara Ngurah Rai, Terminal 2 (dua) Surabaya dan Sepinggan Balikpapan, pemenuhan jumlah

sumber daya manusia (SDM) serta fasilitas.

2. Revenue Enhancement dengan mengoptimalkan kerja sama bersama mitra, pembentukan anak perusahaan serta meningkatkan pendapatan aeronautika dan

non aeronautika.

3. Reasonable Cost mengefektifkan penggunaan anggaran dengan menjaga keseimbangan peningkatan pendapatan terhadap peningkatan biaya.

4. Enviroment dilakukan dengan menyalurkan program kemitraan, pemberian dana program bina lingkungan, dampak sosial dan ekonomi serta menyerap tenaga kerja lokal terlebih menerapkan program Eco Green Airport.

(49)

33

Gambar 2.1.

Arah Strategis Perusahaan

(Sumber : www.angkasapuraI.co.id, diakses pada 26/11/2015)

C.SEJARAH BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO YOGYAKARTA

Bandara Adisutjipto Yogyakarta dibangun pada tahun 1940. Pada mulanya bernama pangkalan udara Maguwo yang merupakan pangkalan udara TNI

Angkatan Udara (AU) terletak di Maguwoharjo, Sleman. Bandara ini mulai beroperasi sejak 1942 dan digunakan pertama oleh Militare Luchtvaart. Namun, pada tahun yang sama Yogyakarta diduduki Tentara Jepang, sehingga pangkalan

udara Maguwo diambil alih dari Pemerintah Hindia Belanda oleh Tentara Jepang. Tak berselang lama, pada tahun 1945, Badan Keamanan Rakyat (BKR)

(50)

34

Indonesia terbuka jalannya untuk mengambil alih dan menguasai secara penuh Pangkalan Udara Maguwoharjo untuk mempertahankan kemerdekaan saat itu.

Sejak diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, lapangan terbang ini digunakan untuk operasional pesawat-pesawat Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), serta untuk latihan terbang bagi Kadet sekolah penerbang di

Maguwo yang dipimpin oleh Agustinus Adisutjipto. Setelah dua tahun memimpin sekolah penerbangan tersebut, pada tanggal 29 Juli 1947 Marsekal Muda

Anumerta Agustinus Adisutjipto meninggal dikarenakan pesawat Dakota VT-CLA yang dikemudikan ditembak jatuh oleh pesawat Belanda. Untuk itu, tahun 1950 lapangan terbang Maguwo dan seluruh fasilitasnya diserahkan kepada AURI

untuk dikelola dengan sebaik mungkin.

Adanya keputusan kepala staf Angkatan Udara No.76 Tahun 1952 Tanggal

17 Agustus 1952, nama pangkalan udara Maguwo diubah menjadi pangkalan udara Adisutjipto. Pada masa itu, perkembangan terus dilakukan termasuk pada

tahun 1959 Bandara Adisutjipto dijadikan Akademi Angkatan Udara (AAU) Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara atas persetujuan Angkatan Udara Republik Indonesia mengeluarkan keputusan yang menyatakan

Bandara Adisutjipto menjadi pangkalan gabungan untuk Sipil dan Militer. Sehingga dilakukan perluasan Terminal Sipil pada tahun 1972 dan 1977.

Melihat perkembangan Bandara Adisutjipto Yogyakarta yang terus meningkat, secara resmi pada tanggal 1 April 1992 sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 1992, Bandara Adisutjipto Yogyakarta secara

(51)

35

menjadi PT (Persero) Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Adisutjipto mengacu pada PP No. 5 Tahun 1993. Tepat pada tanggal 21 Februari 2004 Bandara

Adisutjipto Yogyakarta menjadi bandara internasional dengan diawali penerbangan Garuda Indonesia rute Yogyakarta-Kuala Lumpur.

1. Visi Dan Misi Perusahaan a. Visi Perusahaan

Menjadi salah satu dari sepuluh perusahaan pengelola bandar udara

terbaik di Asia. b. Misi Perusahaan

Adapun misi perusahaan yaitu :

1) Meningkatkan nilai pemangku kepentingan.

2) Menjadi mitra pemerintah dan pendorong pertumbuhan ekonomi.

3) Mengusahakan jasa kebandarudaraan melalui pelayanan prima yang memenuhi standar keamanan, keselamatan, dan kenyamanan.

4) Meningkatkan daya saing perusahaan melalui kreatifitas dan inovasi.

5) Memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan hidup.

2. Nilai Budaya Perusahaan

Nilai budaya perusahaan menjadi pondasi dasar untuk melancarkan strategi yang disusun. Sinergi, adaptif, terpercaya dan unggul yang disingkat

(52)

36

pengingat sekaligus memberikan inspirasi kepada seluruh insan Angkasa Pura Airports untuk melakukan yang terbaik. “SATU” singkat dari :

a. Sinergi yang bermakna : Cara insan Angkasa Pura Airports menghargai keragaman dan keunikan setiap elemen untuk memberi nilai tambah bagi perusahaan, pembangunan ekonomi, dan lingkungan dimana pun insan

Angkasa Pura Airports berada.

b. Adaptif yang bermakna : Daya, semangat dan hasrat insan Angkasa Pura

Airports yang pantang menyerah, proaktif merespon perubahan dan kaya akan inovasi.

c. Terpercaya yang bermakna: Karakter insan Angkasa Pura Airports yang

senantiasa selaras antara kata dengan perbuatan, jujur dalam menjalankan tugas serta kewajiban, dan dapat diandalkan.

d. Unggul yang bermakna : Komitmen insan Angkasa Pura Airports memberikan layanan prima dengan profesional dan bertanggung jawab

(53)

37 3. Logo Perusahaan

Gambar 2.2.

Logo PT. Angkasa Pura I Adisutjipto Yogyakarta

(Sumber : www.adisutjipto-airport.co.id, diakses pada 26/11/2015)

Logo PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto

Yogyakarta didominasi warna biru dan hijau. Warna-warna ini dipercayai melambangkan angkasa yang tumbuh lestari sebagai bisnis yang berakar

dan membumi. Kolaborasi warna biru dan hijau diharap mampu menjelaskan tentang konsep “take and give” serta “together stronger” sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi profesionalisme dan

kebersamaan serta kemuliaan pelayanan menjadi prinsip dasar Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta.

Tulisan Angkasa Pura Airports pada logo menegaskan bisnis yang digeluti yaitu pelabuhan bandara. Lambang kecil berbentuk sudut

(54)

38

Lambang kecil ini juga menjelaskan prinsip “interlocking” terhadap “safety

and security concept” sebagai unsur terpenting bagi perusahaan

kebandarudaraan, agar terus melangkah bersama beriringan hingga mampu membawa perusahaan sampai pada tujuannya.

D.GENERAL AFFAIR AND COMMUNICATION SECTION HEAD

General Affair and Communication Section Head merupakan salah satu unit yang berada di bawah Shared Services and Department. Unit ini bertujuan untuk mendukung pelayanan terhadap unit lain dalam perusahaan. Sehingga, General Affair and Communication Section Head bertanggung jawab penuh atas kepuasan pelanggan internal melalui archive administration dan office administration. Archive administration berupa pelayanannya dan penyajian kebutuhan administrasi sedangkan office administration merupakan bentuk pengelolaan perihal rutinitas kebutuhan perusahaan. Oleh karena itu, General Affairs and Communication Section Head memiliki beberapa bidang yang mendukung kinerja yaitu unit Public Relations, Protokoler, Umum, Legal, Arsip, Tata Naskah, Aset dan Inventaris.

1. Lingkup Kerja Unit Public Relations (PR) PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta

Angkasa Pura I Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta dipimpin oleh

(55)

39

Customer Services Department, Sales Department, Finance & IT Department dan Shared Services Department. Unit Public Relations (PR) berada di bawah General Affair and Communication Section Head yang dibawahi lagi oleh Shared Services Department. Layaknya PR pada umumnya, PR AP I Bandara Adisutjipto juga menjalankan tugas kehumasan

diantaranya yaitu :

a) Membuat Press Release. PR bertanggungjawab menjembatani arus informasi dari perusahaan kepada eksternal perusahaan atau masyarakat luas dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dalam situasi apapun PR berkewajiban menjadi sumber informasi. Bentuk salah satu kegiatannya

yaitu Press Release, bertujuan untuk memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat baik itu melalui media massa maupun media resmi

milik pribadi perusahaan. Pemberian informasi tidak hanya dilakukan melalui tulisan, apabila diperlukan pemberian informasi dapat dilakukan

dengan Press Conference yaitu proses penyampaian informasi diiringi tanya jawab secara langsung dengan media massa. Serta ada pula pemberian informasi dalam bentuk buletin, booklet dan brosur.

b) Menyusun kliping berita, merupakan bentuk sirkulasi informasi di dalam internal perusahaan. Informasi terbaru mengenai perusahaan setiap

harinya diperbarui melalui kliping berita dan disebar di seluruh department yang ada di AP I Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Guntingan berita harian juga ditempelkan pada papan pengumuman yang menjadi

Gambar

Tabel 1.1.
Gambar 2.1.
Gambar 2.3.
Gambar 2.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

10.48/POKJA-PJKK/BMU/VI/2016 Tanggal 7 Juni 2016 Maka bersama ini disampaikan tidak ada peserta yang lulus evaluasi adminsitrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan

Tujuan penelitian ini adatujuan penelitian ini adalah untuk menyusun laporan arus kas pada perusahaan Cv Mitra Usahabersama dan akan dibandingkan kedua metode

Variabel tingkat bagi hasil deposito bank syariah dalam penelitian ini berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah simpanan deposito mudharabah bank

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah fokus penelitian, tempat dan lokasi yang berbeda, dan penelitian ini membahas tentang apa preferensi para

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam program fasilitasi pemberdayaan masyarakat (PRODAMAS) di RT: 01 RW:05 Kelurahan Bujel

Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran Kap, Debt Default, Opinion Shopping, Dan Kondisi Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Real

Namun ada parameter yang mengalami penurunan dan peningkatan kadar pada masing – masing jenis parameter tetapi masih dalam standar baku mutu air minum yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab 4 mengenai Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Karyawan Peserta Pendidikan dan Pelatihan