• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Basis Pengetahuan Sistem Manajemen Pemupukan Organik Pada Cabai Merah (Capsiccum Annuum L.) Berbasis Android

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Basis Pengetahuan Sistem Manajemen Pemupukan Organik Pada Cabai Merah (Capsiccum Annuum L.) Berbasis Android"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BASIS PENGETAHUAN SISTEM MANAJEMEN

PEMUPUKAN ORGANIK PADA CABAI MERAH

(

Capsiccum annuum

L.) BERBASIS ANDROID

AMRI MAULANA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Basis Pengetahuan Sistem Manajemen Pemupukan Organik pada Cabai Merah (C apsiccum annuum L.) Berbasis Android adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

AMRI MAULANA. Pengembangan Basis Pengetahuan Sistem Manajemen Pemupukan Organik pada Cabai Merah (C apsiccum annuum L.) Berbasis Android. Dibimbing oleh BAMBANG PRAMUDYA dan MOHAMAD SOLAHUDIN.

Semakin sadarnya petani akan kesuburan tanah menyebabkan petani kini mulai mensubtitusikan penggunaan pupuk kimia menjadi pupuk organik. Tanaman cabai merupakan komoditas tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dalam metode pemupukannya mulai menggunakan pupuk organik. Aplikasi MCabai ini digunakan untuk mengelola penggunaan pupuk organik berdasarkan jenis tanah, dan kondisi kesuburan tanah dari hasil uji PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering). Selain pupuk organik, aplikasi ini dapat menentukan

tambahan pupuk kimia yang digunakan dan juga dosis pemberian kapur yang dilihat dari kadar kemasaman tanah (pH). Aplikasi ini dikembangkan dengan sistem online khususnya untuk pengguna android yang dibangun menggunakan bahasa pemrograman PHP dan basis data MySql. Pengujian aplikasi ini dilakukan pada petani di Desa Sukakarya, Kecamatan Megamendung, Bogor.

Kata kunci: android, cabai, kimia, organik, pupuk

ABSTRACT

AMRI MAULANA. Development of Knowledge Base Management System Organic Fertilization for Red Chili (C apsiccum annuum L.) Based Android. Supervised by BAMBANG PRAMUDYA and MOHAMAD SOLAHUDIN.

Nowadays, farmers are more conscious about soil fertility that driven the farmers to subtitute the use of chemical fertilizer to organic fertilizer. Chili is a commodity crop plants that have high economic value and the method of fertilization began to use organic fertilizers. The purpose of MCabai application is to manage the use of organic fertilizers based on soil type and soil fertility conditions of the test results from PUTK (dry soil test device). In addition to organic fertilizer, the application can specify the dose of additional chemical fertilizers and also dose of calcification depends on the level of soil acidity (pH). This application was developed with an online system specifically for the android users that is built using PHP programming language and MySql database. This application testing conducted on farmers in the village Sukakarya, sub-district Megamendung, Bogor.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

PENGEMBANGAN BASIS PENGETAHUAN SISTEM MANAJEMEN

PEMUPUKAN ORGANIK PADA CABAI MERAH

(

Capsiccum annuum

L.) BERBASIS ANDROID

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 adalah pengembangan basis pengetahuan sistem manajemen pemupukan organik pada cabai merah (C apsiccum Annum L.) berbasis android. Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yangsebesar-besarnya kepada :

1. Prof Dr Ir Bambang Pramudya, MEng selaku dosen pembimbing utamayang tak henti-hentinya selalu memberi arahan dan masukan dalam pembuatan tugas akhir.

2. Dr Ir Mohamad Solahudin, MSi selaku dosen pembimbing kedua yang telah membantu dalam pengembangan pengetahuan dalam manajemen pupuk. 3. Dr Ir Gatot Pramuhadi, MSi selaku dosen penguji sidang skripsi.

4. Dr Ir Untung Sudadi, M Sc yang selaku dosen Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan yang telah berbagi ilmu mengenai kesuburan tanah. 5. Supriyanto, STp, MKom dosen bagian Teknik Bioinformatika yang telah

mendampingi kami selama studi lapang di Liwa, Lampung Barat.

6. Prof Dr Ir Kudang Boro Seminar, MSc, Dr Liyantono STp, MAgr dan teman-teman Teknik Bioinformatika yang memberikan masukan dan kritikan pada tugas akhir kami

7. Orang tua dan keluarga, yang senantiasa memberikan dukungan moril dan spiritual demi kebaikan penulis.

8. Ayik, Erlin, Dian, Johan, Pepi, Tole, Eris, Aidil, Imam, Rifqi, Made, Ryan, Rosma, Asiyah, dan teman-teman Antares yang selalu memberikan semangat dan bantuan dalam penyelesaian tugas akhir.

9. Arya, Icca, Ucu, Akki, Husnul, Dani, Khoe, Dimas, Fidzal, Hari, Rahmat tim DR 34 teman kontrakan selama menjadi mahasiswa di IPB.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

METODE 3

Waktu dan Tempat 3

Alat dan Bahan 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Identifikasi Masalah 7

Studi Literatur, Studi Lapang, dan Konsultasi Pakar 7

Analisis 16

Desain/Perancangan Sistem 18

Implementasi dan Pengujian 20

Rilis Aplikasi 21

Pengujian Lapang dan Evaluasi 21

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 27

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan sumber pengetahuan tacit 8

2 Jenis dan sumber pengetahuan eksplisit 9

3 Pengapuran menurut Knooti JE (1957) 10

4 Pupuk organik dan kandungannya 11

5 Pupuk tunggal dan kandungannya 11

6 Pupuk majemuk dan kandungannya 12

7 Nilai status hara hasil PUTK 12

8 Batasan nilai-nilai unsur hara pada tanah 14

9 Formula penggunaan kapur tanah 15

10 Dosis penggunaan pupuk di lapang dan pada sistem 23 11 Biaya penggunaan pupuk di lapang dan di sistem 24

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian 4

2 Penentuan penggunaan pupuk pada cabai merah 13

3 Hubungan pH tanah dan kebutuhan kapur, ___ lempung berpasir, ___ lempung,___ lempung berdebu, ___liat lempung,___ gambut 14

4 Penentuan kebutuhan pupuk organik 15

5 Kebutuhan pengguna sistem 17

6 Desain arsitektur sistem 18

7 Desain user interface halaman manajemen pemupukan 19 8 Desain user interface halaman hasil pemupukan 19 9 Penyuluhan penggunaan aplikasi MCabai ke Gapoktan Bina Karya

Desa Sukakarya, Kecamatan Megamendung, Bogor. 21 10 Persentase kemudahan penggunaan aplikasi di petani. 22

11 Persentase manfaat aplikasi ke petani 22

12 Persentase penilaian desain interface oleh petani 23

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jenis dan karakteristik tanah 27

2 Desain basis data 28

3 Alur penggunaan aplikasi 29

4 Petunjuk penggunaan halaman manajemen pemupukan 30 5 Kuisioner evaluasi penggunaan aplikasi MCabai 31

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan merebaknya gaya hidup sehat dengan mengonsumsi pangan organik, penggunaan pupuk organik kembali menjadi popular dikalangan petani. Pupuk organik sendiri merupakan hasil akhir dari penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa (serasah) tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan lain sebagainya (Yuliarti 2009). Penggunaan pupuk organik dalam pertanian dapat mengembalikan kesuburan tanah dan meningkatkan kadar bahan organik tanah. Bahan organik tanah ini sendiri memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap ketersediaan hara bagi tanaman.

Salah satu komoditas pertanian yang sekarang mulai dilakukan budidaya secara organik adalah cabai merah (C apsicum annuum L.). Cabai merah adalah salah satu komoditas pertanian yang strategis untuk dibudidayakan di Indonesia. Salah satu sayuran yang populer di dunia untuk warna, rasa, dan pedasnya. Cabai merah memiliki banyak kandungan gizi antara lain protein, vitamin, karbohidrat, kalsium, dan lain sebagainya. Cabai menjadi salah satu komoditas pertanian yang tidak dapat ditinggalkan terutama pada wilayah Asia dikarenakan menjadi salah satu penyedap masakan utama.

Bertani cabai merah sangat diminati oleh masyarakat disebabkan nilai ekonomis dari cabai merah yang sangat tinggi. Selain nilai ekonomis yang tinggi produktivitas tanaman cabai di Indonesia juga tinggi. Produksi cabai merah di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 16562615 ton (BPS 2013). Terkadang jumlah permintaan cabai di pasaran tidak sesuai dengan ketersediaan cabai di Indonesia, hal ini menyebabkan pemerintah harus mengimpor cabai untuk mencukupi kebutuhan domestik. Salah satu faktor yang menyebabkan produktivitas menurun adalah penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga dibutuhkan suatu upaya agar penggunaan pupuk pada budidaya cabai merah dapat lebih optimal dan efektif.

(12)

2

pengembangan robot. Basis pengetahuan ini dikembangkan untuk membantu dan sebagai panduan yang tepat para petani cabai merah untuk menyelesaikan masalah-masalah terkait pada pemupukan cabai merah dengan harapan kegiatan pemupukan menjadi lebih efisien, efektif, dan produktivitas optimal.

Selain penelitian ini, terdapat pula beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini antara lain, sistem konsultasi online agribisnis cabai (C apsicum annuum L.) (Supriyanto 2011). Pada penelitian ini sistem konsultasi dikembangkan dengan berbasis web dimana user (pengguna) diberikan kemudahan untuk melakukan konsultasi mengenai pemilihan varietas unggul, penentuan dosis pupuk, pengendalian hama, pengendalian penyakit, teknologi budidaya, analisis usaha tani, iklim, kebijakan pemerintah, dan informasi harga. Penelitian lain yang juga terkait adalah sistem konsultasi online agribisnis cabai (C apsicum annuum L.) berbasis mobile. Ruang lingkup penelitian ini adalah pengembangan sistem konsultasi berbasis mobile untuk mendukung kegiatan agribisnis, meliputi informasi pasar, informasi perkiraan cuaca, dan kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai hasil pertanian yang diteliti oleh Darmawan pada tahun 2011. Selain itu penelitian tentang pengembangan sistem pakar agribisnis cabai merah (C apsicum annuum L.) berbasis android (Ikhsan 2012) yang melanjutkan dan mengembangkan hasil pengetahuan dari Supriyanto pada tahun 2011. Penelitian terakhir yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini adalah pengembangan basis pengetahuan manajemen nutrisi cabai merah (C apsicum annuum L.) di wilayah tropika berbasis pertanian teliti (precision farming) (Rahayu 2013).

Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu terletak pada konten yang disajikan. Pada penelitian yang dilakukan Supriyanto, Darmawan, dan Ikhsan konten yang diberikan lebih banyak tetapi masih secara umum dan tidak mendetail. Sedangkan pada penelitian Rahayu perhitungan dosis pemupukan yang disajikan masih merupakan perhitungan sederhana tanpa melihat kondisi hara yang tersedia pada tanah dan unsur makro pada pada pupuk organik. Selain itu basis pengetahuan manajemen nutrisi pupuk cabai merah ini disajikan menggunakan web kepada user. Pada penelitian ini dilakukan penyempurnaan manajemen pupuk dari penelitian terdahulu dengan memperhatikan kodisi nutrisi pupuk organik dan tanah serta ditampilkan pada pengguna smartphone terkhusus pengguna android.

Perumusan Masalah

Penggunaan pupuk organik kini mulai diminati oleh para petani disebabkan kesadaran petani terhadap kesuburan tanah sehingga beberapa petani kini mulai mensubtitusi sebagian penggunaan pupuk kimia menjadi pupuk organik. Keterbatasan pengetahuan petani mengenai penggunaan pupuk organik

menjadi suatu kendala tersendiri yang dapat menyebabkan manajemen

penggunaan pupuk kimia dan organik tidak optimal. Adanya kemajuan teknologi (penggunaan smartphone) yang dapat menyebarkan informasi secara

meluas dan cepat menjadi salah satu cara menyebarkan pengetahuan

(13)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah membangun basis pengetahuan (knowledge base) sistem pemupukan organik budidaya cabai merah (C apsicum annuum L.) berbasis android sebagai salah satu solusi penyedia sumber informasi,

pengetahuan terpadu, dan terintegrasi sistem pemupukan bagi parapengguna (users).

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat menjadi solusi untuk pelaku budidaya cabai merah dalam penentuan dosis penggunaan pupuk organik agar dapat mempertahankan kesuburan tanah, meningkatkan produktivitas cabai, dan mengoptimalkan penggunaan pupuk itu sendiri.

Ruang Lingkup Penelitian

Basis pengetahuan yang dikembangkan pada penelitian ini merujuk pada sistem manajemen pupuk pada tanaman cabai merah yang telah dikembangkan oleh Rahayu (2013). Berdasarkan sistem manajemen pupuk tersebut dilakukan

pengkajian ulang mengenai formula manajemen pupuk dengan menambahkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dosis penggunaan pupuk itu sendiri. Beberapa faktor tambahan dalam manajemen pupuk ini yakni penggunaan PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering) dan kandungan nutrisi pada pupuk

organik yang digunakan. Selain itu, basis pengetahuan ini disajikan kepada

pengguna dengan basis android.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Teknik Bioinformatika, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Penelitian dilakukan pada bulan April hingga Desember 2014. Studi lapang dilakukan di Liwa, Lampung Barat pada tanggal 9-15 Mei 2014. Pengujian aplikasi dilakukan di Desa Sukakarya, Kecamatan Megamendung, Bogor pada tanggal 10 Desember 2014.

Alat dan Bahan

Perangkat lunak

(14)
(15)

Pada Gambar 1 dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang harus dilakukan pada penelitian ini. Tahapan ini terdiri dari identifikasi masalah, pengumpulan data berdasarkan hasil studi lapang, literatur, dan pakar, analisis dan perancangan sistem yang menggunakan metode extreme programming, dan terakhir tahap pengujian.

a) Identifikasi Masalah

Pada tahapan ini dilakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap permasalahan terkait dengan pembudidayaan pada tanaman cabai merah khususnya identifikasi mengenai kebutuhan informasi dan pengetahuan yang mendukung proses pemupukan organik pada budidaya cabai merah berbasis pertanian teliti (precision farming).

b) Studi Literatur, Studi Lapangan, dan Konsultasi Pakar

Tahapan berikutnya adalah studi literatur, studi lapangan, dan konsultasi pakar. Ketiga tahapan ini dapat dilaksanakan secara paralel. Studi literatur dilakukan dengan menggali pengetahuan dari buku, jurnal, dan artikel-artikel ilmiah terkait dengan kegiatan budidaya cabai merah organik dan teknologi android. Studi lapangan dilakukan untuk melihat kondisi langsung proses budidaya cabai merah organik agar permasalahan dilapangan dapat diketahui dengan jelas. Studi lapang ini dilakukan di kebun cabai merah di Liwa, Lampung Barat. Konsultasi dilakukan dengan pakar dari Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor. Pakar yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pakar yang telah melakukan penelitian bertahun-tahun dan memiliki pengalaman lapangan yang cukup. Pengetahuan yang didapatkan dari konsultasi ini diharapkan adalah pengetahuan yang valid dan dapat digunakan dalam pengembangan sistem pemupukan organik pada budidaya cabai merah (C apsicum annuum L.). Data yang digunakan pada aplikasi ini antara lain jenis-jenis pupuk organik yang digunakan pada budidaya cabai merah, kandungan nutrisi pada pupuk organik, dan perlakuan pupuk berdasarkan kondisi tanah.

c) Analisis dan Perancangan Sistem

Kegiatan analisis dan perancangan sistem mengadopsi metode XP (extreme programming). Menurut Satzinger et al. (2007) terdapat empat nilai utama pada XP yang mendasar pada setiap tahapan proses pengembangan sistem informasi yaitu komunikasi, kepercayaan, kesederhanaan, dan umpan balik. Keempat nilai dijadikan sebagai landasan utama pada pengerjaan setiap tahapan metode XP. Tahapan metode XP terdiri dari analisis, desain dan implementasi, pengujian, dan peluncuran. Penjelasan dari setiap tahapan pada metode XP tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Analisis

(16)

6

mengombinasikan antara analisis permasalahan yang didapatkan dengan solusi teknologi pengembangan sistem terkini, yaitu kebutuhan pengembangan sistem berbasis android. Android menjadi solusi terkini untuk menjawab permasalahan keterbatasan pengetahuan.

2. Desain dan Implementasi

Pada tahap ini dilakukan perancangan antarmuka dan perancangan basis data untuk sistem yang dikembangkan. Perancangan antarmuka dititikberatkan pada interaksi sistem dengan pengguna, yaitu desain input dan output yang interaktif, mudah dan efisien bagi penggunanya. Perancangan basis data dilakukan dengan merancang struktur dan data yang digunakan pada sistem android. Data dan pengetahuan yang didapatkan pada tahap sebelumnya disusun berdasarkan atributnya dan relasi yang dibutuhkan untuk keperluan perancangan basis data. Implementasi dan pengembangan sistem pada tahap ini dilakukan dengan dukungan perangkat lunak browser, yaitu suatu perangkat lunak yang dikondisikan menyerupai telepon pintar sehingga memudahkan pengembang dalam merancang dan menguji coba secara internal sebelum akhirnya diuji coba pada perangkat telepon pintar sungguhan.

3. Tahap Pengujian (Testing)

Tahapan ini adalah tahapan pengujian terhadap sistem aplikasi secara internal. Pengujian dilakukan terhadap fungsional dan non fungsional sistem pakar pada layar browser dengan berbagai fitur yang disediakan. Perangkat lunak yang telah berhasil diuji secara internal pada tahap ini diujikan pada perangkat telepon pintar sungguhan untuk kemudian dievaluasi kembali untuk mendapatkan feedback dari pengguna.

4. Peluncuruan Perangkat Lunak

Sistem yang telah berhasil diuji coba secara internal berarti sistem ini siap dirilis ke pasar. Rilis sistem ini berupa package system yang siap diunduh dan diinstalasikan ke perangkat pengguna secara langsung. d) Pengujian Sistem di Lapangan

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Masalah

Salah satu permasalah petani dalam budidaya tanaman cabai yakni penggunaan pupuk yang tidak memiliki standar operasional yang tepat, akibatnya tiap petani memiliki dosis yang berbeda-beda dalam penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk yang tidak optimal berakibat pada produktivitas cabai yang rendah, kesuburan tanah yang semakin menurun akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan tidak diimbangi oleh penggunaan pupuk organik, serta biaya pokok produksi yang tinggi akibat penggunaan pupuk berlebihan sehingga keuntungan yang dihasilkan petani semakin kecil.

Sekarang ini petani mulai sadar akan pentingnya menjaga kesuburan tanah. Salah satu cara menjaga kesuburan tanah pertanian yakni dengan meningkatkan kandungan bahan organik dari tanah itu sendiri. Bahan organik ini sendiri dapat ditingkatkan dengan penambahan pupuk organik. Pada kenyataannya selain menggunakan pupuk organik, petani masih tetap menggunakan pupuk kimia dengan jumlah yang besar. Ketidakseimbangan antara kedua hal ini berakibat nutrisi yang dipasok kedalam tanah berlebihan sehingga terdapat banyak nutrisi yang tidak terpakai dan hanya tercuci oleh alam. Penggunaan pupuk yang berlebihan inilah yang membuat biaya pokok produksi cabai semakin tinggi.

Perkembangan teknologi informasi saat ini semakin pesat, penggunaan telepon pintar (smartphone) saat ini telah memasyarakat. Pemanfaatan telepon pintar yaitu android menjadi salah satu wadah yang dapat digunakan sebagai media dalam pembuatan sistem operasional dalam memanajemen penggunaan pupuk yang efisien dan optimal.

Studi Literatur, Studi Lapang, dan Konsultasi Pakar

Kegiatan studi literatur, studi lapang dan konsultasi pakar dimaksudkan untuk mendapatkan data dan pengetahuan. Data dan pengetahuan ini kemudian disusun menjadi sebuah manajemen pengetahuan yang diimplementasikan. Terdapat tiga kegiatan utama yang harus dilakukan untuk mendapatkan manajemen pengetahuan yaitu pencarian sumber informasi, akuisisi pengetahuan,

dan representasi pengetahuan.

Pencarian Sumber Informasi

Pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit (Satzinger et al. 2007). Pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang tidak tampak secara fisik yang biasanya diperoleh dari keahlian suatu organisasi dalam menggunakan berbagai peralatan dan metodologi. Sedangkan pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang dapat ditemukan secara fisik, mudah dipelajari dan diperoleh dari berbagai repositori atau media (Ikhsan 2013).

(18)

8

banyak unsur hara yang diperlukan untuk koreksi ialah kondisi kesuburan tanah itu sendiri, kemasaman tanah (pH), kelembaban tanah, tinggi rendahnya kadar bahan organik dalam tanah, kemampuan penyerapan terhadap pupuk (zat-zat mineral) dari tanaman, faktor iklim, dan nilai ekonomis tanaman yang dibudidayakan. Kegiatan pemupukan ini sendiri secara umum terbagi menjadi beberapa bagian antara lain, pemberian kapur tanah, pemberian pupuk organik, penambahan hara dari pupuk kimia.

Pada penelitian ini dilakukan kegiatan pengumpulan pengetahuan tacit yaitu pengetahuan yang bersumber dari pakar dan berdasarkan hasil studi lapang, serta pengetahuan eksplisit yaitu pengetahuan yang bersumber dari buku dan literatur lain. Data dan pengetahuan dari sumber tersebut disusun pada basis data dalam pengembangan sistem pakar yang berbasis android. Kegiatan ini dilaksanakan secara paralel dimana hasil dari studi literatur dan lapang kemudian dikonsultasikan dengan pakar untuk dilakukan pengecekan kebenaran data dan pengetahuan.

a) Pengetahuan Tacit

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kebutuhan pengetahuan tacit pada penelitian ini diperoleh dari pakar dan hasil observasi. Pakar merupakan orang yang dianggap telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang baik dan diakui dalam hal kesuburan tanah. Pakar yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah Dr Untung Sudadi sebagai pakar dari Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan. Sedangkan untuk observasi lapang dilakukan di Liwa, Lampung Barat dengan melakukan wawancara ke petani cabai dan pengecekan kondisi tanah.

Pegetahuan manajemen pemupukan diperoleh berdasarkan hasil diskusi terbuka bersama pakar, dimana pakar menyampaikan pengetahuan yang dimiliki yang kemudian diolah menjadi sebuah basis pengetahuan. Sedangkan pada studi observasi dilakukan wawancara ke petani sebagai pembanding pengetahuan yang telah diperoleh dengan pelaksanaanya di lapangan, serta pengetahuan mengenai budidaya cabai. Pada Tabel 1 dijelaskan secara detail pengetahuan, metode pencarian pengetahuan yang digunakan, dan sumber pengetahuan pakar.

4 Manajemen pupuk Wawancara dan diskusi

Petani Liwa 5 Budidaya cabai Wawancara dan

diskusi

Petani Liwa 6 Kondisi lahan Pengamatan langsung

(19)

b) Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan eksplisit mengenai manajemen pemupukan dapat ditemukan dari berbagai literatur, publikasi ilmiah, buku-buku, dan sumber-sumber lain yang terpercaya. Hasil dari pengetahuan eksplisit ini kemudian dikembangkan sehingga membentuk sebuah basis pengetahuan mengenai manajemen pemupukan, dimana sebelumnya keabsahan dari pengetahuan ini telah mendapatkan persetujuan dari pakar. Pada Tabel 2 disajikan jenis dan sumber pengetahuan eksplisit.

Akuisisi Pengetahuan

Pengetahuan tacit dan eksplisit yang telah terkumpul sebelumnya kemudian ditransformasikan menjadi pengetahuan eksplisit yang mudah dimengerti. Analisis mendalam dilakukan pada perhitungan penggunaan pupuk untuk pembangunan lebih lanjut pada basis pengetahuan (knowledge base) manajemen pemupukan organik cabai merah. Pada akuisisi pengetahuan ini kerjasama dari pakar dan pengguna menjadi hal yang penting karena menyangkut keberlanjutan dari pembangunan basis pengetahuan itu sendiri. Berikut merupakan hasil akuisisi pengetahuan berdasarkan hasil studi pustaka dan konsultasi pakar.

a) Kebutuhan Nutrisi Cabai

Pada penelitian ini nutrisi yang menjadi fokus utama adalah unsur makro antaralain NPK (Nitrogen, Fosfor, Kalium). Menurut Suwahyuno (2005) bahwa jumlah unsur NPK yang dibutuhkan oleh cabai merah adalah unsur N sebesar 230 kg/ha, unsur P sebesar 112 kg/ha, dan unsur K sebesar 136 kg/ha. Kebutuhan unsur ini diasumsikan tidak terdapat nutrisi pada lahan yang digunakan dalam penanaman cabai merah.

Tabel 2 Jenis dan sumber pengetahuan eksplisit

No Pengetahuan Sumber

1 Kandungan pupuk organik Publikasi ilmiah Buku

2 Kebutuhan hara cabai Buku

3 Kebutuhan kapur tanah Buku

4 Formula manajemen pupuk Publikasi ilmiah Buku

5 Jenis tanah Buku

Publikasi ilmiah

6 NPK tanah Publikasi ilmiah

7 Jenis pupuk kimia dan kandunganya

(20)

10

b) Pemupukan Cabai

Pemupukan cabai dilakukan sebanyak empat kali, yakni pemupukan dasar, dan pemupukan susulan yang dilakukan sebanyak tiga kali. Pada pemupukan dasar dari total kebutuhan nutrisi cabai jumlah N yang diberikan sebanyak 40% dan pada unsur P dan K diberikan 50%. Sisa dari pemupukan dasar dibagi secara merata pada pemupukan susulan. Pemupukan susulan ini dilakukan pada 3, 6, dan 9 minggu setelah masa tanam (Prajanta 2012). c) Jenis-Jenis Tanah

Pengetahuan mengenai jenis-jenis tanah yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pengetahuan yang sebelumya telah di gunakan pada penelitian Rahayu (2013) mengenai manajemen nutrisi cabai merah. Terdapat lima jenis tanah yang digunakan pada penentuan pupuk ini dengan karakteristik pada Lampiran 1. Jenis tanah inilah yang menjadi pedoman dalam perhitungan penggunaan pupuk cabai.

d) Pemberian Kapur

Pada daerah tropis pemberian kapur dilakukan untuk meniadakan pengaruh meracun dari sifat Al. Pemberian kapur juga dilakukan untuk menyediakan unsur hara Ca bagi tanah (Rosmarkam dan Yuwono 2002). Menurut pakar sifat Al ini memiliki keterkaitan dengan kemasaman tanah, semakin masam tanah maka pengaruh meracun dari Al semakin tinggi begitupula sebaliknya. Pada budidaya cabai merah menurut Herpanes dan Dermawan (2011) pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai antara 5.5 hingga 6.5. Berdasarkan hal tersebut maka penentuan jumlah pemberian kapur dapat ditentukan berdasarkan peningkatan pH seperti yang dilakukan oleh Knooti JE (1957) pada Tabel 3.

e) Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan hasil akhir dari penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil dan lain sebagainya. Budidaya tanaman pupuk organik memiliki peran yang sangat penting selain memenuhi kebutuhan hara dari tanah pupuk organik juga meningkatkan kadar bahan organik dari tanah itu sendiri. Bahan organik tanah adalah seluruh senyawa karbon di dalam tanah. Bahan organik berasal dari sisa-sisa tanaman dan hewan yang

Tabel 3 Pengapuran menurut Knooti JE (1957) Perubahan

(21)

telah mati. Bahan organik ini memiliki dua peran penting, yang pertama bahan organik yang terakumulasi dalam tanah merupakan penyimpan dan pemasok hara-hara esensial bagi tanaman, kedua mampu memperbaiki sifat-sifat tanah yang dapat menjaga ketersediaan hara didalam tanah dan membuat kondisi tanah cocok untuk pertumbuhan tanah (Munawar 2011). Pada penelitian ini jenis pupuk organik yang digunakan ada enam jenis seperti pada Tabel 4.

f) Pupuk Buatan

Pupuk buatan merupakan pupuk kimiawi yang diproduksi secara massal oleh suatu perusahaan. Pupuk buatan ini dibagi menjadi dua jenis yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal berarti dalam satu jenis pupuk hanya terdapat satu kandungan antara lain N, P, dan K saja (Tabel 5), berbeda dengan pupuk majemuk ketiga unsur tersebut dapat terkandung pada satu jenis pupuk saja (Tabel 6).

Tabel 4 Pupuk organik dan kandungannya

No Jenis Pupuk Kandungan (%)

Sumber: aYuliarti (2009),bSusanto 2012,cYuliprianto 2010,dBarus 2011.

Tabel 5 Pupuk tunggal dan kandungannya

Jenis Pupuk Kandungan

Amonium Sulfat Nitrat 23%

Pupuk Tunggal P

Superfosfat Tunggal (ES) 5%

Superfosfat rangkap (DS) 30%

Superfosfat triple (TS) 45%

SP36 36%

(22)

12

g) PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering)

PUTK adalah suatu alat untuk menganalisis kadar hara tanah lahan kering yang dapat digunakan di lapangan dengan cepat. Prinsip kerja PUTK adalah mengukur hara C-organik, P, dan K tanah yang terdapat dalam bentuk tersedia secara semi kuantitatif. Hasil dari PUTK ini berupa status hara dari P dan K yang dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi (Tabel 7), sedangkan untuk kandungan C-organik tanah hanya dibagi menjadi dua kelas yakni kurang dari 3% atau lebih dari 3% (BPT).

Representasi Pengetahuan

Pengetahuan yang diperoleh dari proses akuisisi kemudian direpresentasikan untuk membentuk basis pengetahuan. Basis pengetahuan terdiri atas pengetahuan yang dimaksud dan spesifikasi dari pokok persoalan yang akan diselesaikan (Marimin 2005). Pengetahuan yang telah diakuisisi kemudian disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah model yang nantinya dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Berikut merupakan penjelasan mengenai tahap-tahap dalam penentuan penggunaan pupuk pada budidaya cabai merah (Gambar 2).

Tabel 6 Pupuk majemuk dan kandungannya

No Jenis Pupuk N (%) P(%) K(%)

Sumber: www.petrokimia-gresik.com dan www.pupukkaltim.com dalam Rahayu 2013

Tabel 7 Nilai status hara hasil PUTK

Hara Status

rendah sedang tinggi

P2O5 (ppm)(bray-1) <15 15-25 >25

K (cmol/kg)(tersedia) <0.3 0.3-0.5 >0.5

(23)

a) Uji Tanah

Pengujian tanah sebelum pemupukan dilakukan untuk menentukan kadar hara dan C-organik yang dikandung oleh tanah. Pengujian tanah ini dilakukan menggunakan PUTK. Hasil dari pengujian PUTK merupakan besar kecilnya kandungan Fosfor, Kalium, dan C-organik dari tanah. Nilai-nilai yang dihasilkan dari pengujian inilah yang menjadi fokus utama dalam penentuan dosis pupuk organik.

Berdasarkan dari hasil nilai PUTK, nilai K tanah yang terjerap belum tentu dapat diserap oleh tanaman. Nilai K yang mudah diserap oleh tanaman yakni K-dd (dapat ditukar). Jumlah nilai K-dd dari total tanah ini hanya berkisar 1%-2% dari total K yang terdapat pada tanah (Munawar 2011). Nilai Fosfor yang terkandung dalam tanah menggunakan metode P-Bray 1 dimana hasil dari pengujian ini merupakan jumlah nilai P yang terlarut dan yang dapat diterima oleh tanaman. Nilai nitrogen pada tanah dapat diketahui

dengan mengasumsikan nilai N yang terkandung pada tanah memiliki

korelasi dengan kandungan C-organik dari tanah dengan menggunakan nisbah Karbon : Nitrogen (C/N) pada batas 30. Jika rasio C/N melebihi angka 30 makaterjadi kekurangan N bagi tanaman akibat aktivitas jasad renik yang

menggunakan N pada tanah (Munawar 2011). Berdasarkan rasio tersebut didapatkan persentasi N-total yang terdapat pada tanah, tetapi jumlah N yang dapat diserap oleh tanaman hanya kurang dari 3% dari total N (Hardjowigeno 2003).

Konversi nilai-nilai berdasarkan hasil literatur didapatkan

batasan-batasan kandungan unsur hara pada hasil pengujian (Tabel 8). Nilai-nilai tersebut menjadi patokan utama pada jumlah unsur hara yang dikandung tanah dan siap digunakan, dengan nilai tersebut penggunaan pupuk dapat lebih berkurang.

Gambar 2 Penentuan penggunaan pupuk pada cabai merah Pemberian Kapur

Pemupukan

Pemupukan Buatan Uji Tanah

(24)

14

b) Pemberian Kapur

Penentuan penggunaan kapur tanah dilakukan menggunakan persamaan linear dari data yang telah didapatkan sebelumnya seperti yang disajikan pada Gambar 3. Persamaan linear ini didapatkan hasil jumlah kapur yang digunakan setiap hektarnya. Formula penggunaan kapur ini hanya untuk tanah dengan kondisi pH antara 1.0 hingga 6.5 (Tabel 9). Berdasarkan diskusi dengan pakar tanah, pH berada diatas 7 tidak memerlukan penambahan belerang dikarenakan pada daerah tropis tanah dengan pH alkalis ekstrim sangat jarang ditemukan, dengan penambahan pupuk kandang secara berangsur pH tanah turun dengan sendirinya akibat kemasaman pupuk kandang. Penentuan pH tanah ini dilakukan menggunakan pH meter.

y = -9,2x + 61,2

Tabel 8 Batasan nilai-nilai unsur hara pada tanah

Jenis Tanah Kandungan N (kg/ha) Kandungan P (kg/ha) Kandungan K (kg/ha)

a b c d a b c d a b c d

(25)

c) Pemupukan Organik

Penentuan penggunaan pupuk organik menggunakan kebutuhan C-organik dari tanah (Gambar 4). Persamaan 1 menjelaskan perhitungan untuk menentukan kebutuhan C-organik pada tanah. Nilai C-ideal yang digunakan yakni 3.5 karena nilai ini merupakan nilai untuk tanah yang mengandung C-organik yang tinggi dan nilai ini diambil berdasarkan hasil diskusi dengan pakar. Jumlah pupuk organik dihitung menggunakan persamaan 2 berdasarkan kebutuhan C-Organik pada persamaan sebelumnya. Jumlah unsur makro pupuk organik dihitung berdasarkan persamaan 3 yang selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam penentuan dosis pupuk kimia .

1. Perhitungan Kebutuhan C-Organik (Nelson dan Sommers 1996, dalam Abraham 2002)

KC=C_idealC_Tanah

100 × 1.724 × VL (1)

Keterangan: C_ideal = Kadar C-organik target (3.5%) C_Tanah = Kandungan C-organik tanah (%) VL = Volume Lahan (m3)

2. Menghitung Dosis Pupuk DPO=KC

KaC × 100 (2)

Tabel 9 Formula penggunaan kapur tanah

Jenis Tanah Karakteristik Formula Nilai R2 Mediteran Lempung berpasir y = -2.20x + 15.15 0.991 Andisol Lempung berdebu y = -3.85x + 26.00 0.996

Organosol Gambut y = -9.20x + 61.20 0.996

Ultisol Liat lempung y = -4.75x + 31.75 0.996 Inceptisol Lempung y = -3.20x + 21.65 0.994

y = kebutuhan kapur (ton/ha), x = pH tanah

Menentukan kebutuhan C-organik

Menghitung dosis pupuk organik

Menghitung unsur makro pupuk organik

(26)

16

Keterangan: KC = Kebutuhan C-organik (kg) KaC = Kandungan C-organik (%)

3. Menghitung Unsur Makro Pupuk Organik PO =Ku

100× DPO (3)

Keterangan: Ku = Persentasi kandungan unsur NPK pupuk organik (%)

DPO = Dosis pupuk organik (kg) d) Pemupukan Kimia

Penggunaan pupuk kimia ini ditujukan untuk melengkapi kebutuhan unsur yang kurang dari pupuk organik. Pupuk kimia ini dibagi menjadi dua bagian yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Penggunaan pupuk kimia ini dibagi menjadi empat yakni pupuk dasar, pupuk susulan tiga minggu setelah tanam (3 mst), enam minggu setelah tanam (6 mst), dan sembilan minggu setelah tanam (9 mst). Penggunaan pupuk kimia pada pemupukan dasar hanya untuk melengkapi nutrisi dari pupuk organik. Penentuan jumlah pupuk kimia yang digunakan berdasarkan selisih antara kebutuhan pupuk dengan kandungan hara pupuk organik dan hasil uji tanah seperti pada persamaan 4. Berdasarkan nilai kebutuhan hara pupuk kimia, penentuan dosis pupuk kimia dihitung berdasarkan persamaan 5. Penentuan penggunaan pupuk majemuk berdasar pada dari ketiga unsur (NPK) yang dibutuhkan yakni diambil kebutuhan terendah dari ketiganya. Sisa dari kebutuhan hara yang tak terpenuhi oleh pupuk majemuk tertutupi oleh penggunaan pupuk tunggal, sehingga penggunaan pupuk kimia lebih optimal.

1. Menentukan Kebutuhan Pupuk Kimia

KK= KH(UT + PO) (4)

Keterangan: KH =Kebutuhan hara cabai (kg) UT =Hasil pengujian tanah (kg)

PO =Kandungan hara pupuk organik (kg) 2. Menentukan Dosis Pupuk Kimia

DPK= 100

KuK × KK (5)

Keterangan: Kuk = Kandungan hara pupuk kimia (%) KK = Kebutuhan hara cabai (kg)

Analisis

(27)
(28)

18

Analisis Kebutuhan Fungsional

Analisis kebutuhan fungsional dilakukan dengan tujuan mengetahui fungsi utama dari sistem yang dikembangkan untuk pengguna. Pada pengembangannya sistem ini memiliki fungsi utama yakni penentuan penggunaan pupuk baik organik maupun kimia, dosis penggunaan kapur pertanian, info teknik dalam pembudidayaan cabai merah, serta info mengenai karakteristik tanah.

Analisis Kebutuhan Nonfungsional

Kebutuhan nonfungsional yang diinginkan perancang yakni tampilan menarik dan sederhana sehingga aplikasi ini mudah digunakan. Kecepatan terhadap sistem, sehingga tidak terjadi loading yang telalu lama dalam pemakaian. Terakhir diharapkan sistem ini dapat digunakan kapan dan dimana saja.

Desain/Perancangan Sistem

Desain Arsitektur Sistem

Basis pengetahuan yang dibangun berasal dari pakar, petani, dan literatur. Data-data yang dikumpulkan kemudian direpresentasikan oleh peneliti dan disimpan pada basis data. Interface dan web servicesdiperlukan untuk

memasukkan basis data. Selanjutnya sistem dapat diakses melalui launcher pada

android pengguna(Gambar 6).

(29)
(30)

20

Desain Basis data

Desain object relational database menerangkan mengenai hubungan data-data yang digunakan dalam pengembangan sistem ini. Tabel-tabel yang digunakan pada sistem ini menyimpan informasi-informasi mengenai kebutuhan hara pupuk, jenis-jenis pupuk organik dan kimia, kandungan hara tanah, dan jenis tanah. Desain hubungan relasi antar tabel-tabel tersebut ditunjukkan seperti pada Lampiran 2.

Implementasi dan Pengujian

Implementasi

Implementasi dari tahap perancangan sistem menghasilkan sebuah aplikasi manajemen pupuk organik pada cabai merah. Aplikasi ini bersifat online dimana pengguna hanya dapat menggunakannya ketika perangkat telepon pengguna terhubungkan dengan koneksi internet. Pada halaman utama aplikasi ini disediakan beberapa menu pilihan kepada pengguna yakni menu budidaya cabai, manajemen pupuk, forum, dan about.

Lampiran 3 menjelaskan mengenai alur penggunaan pada aplikasi ini. Pada menu budidaya pengguna diberikan informasi sederhana mengenai budidaya pada tanaman cabai merah. Terdapat 5 menu pada halaman budidaya yakni menu pengolahan lahan, menu penyemaian, penanaman, dan pemanenan, menu pemeliharaan dan, menu terakhir berisikan informasi jenis-jenis tanah yang biasa digunakan dalam penanaman. Pada halaman utama menu manajemen pupuk merupakan menu utama dari aplikasi ini yang dapat membantu petani dalam penentuan dosis pemupukan.Menu forum pada halaman utama memberikan kesempatan kepada petani untuk menyampaikan pendapat yang dikirimkan langsung kepada admin. Menu terakhir yakni menu about, dimana pada menu ini memberikan informasi mengenai peneliti dan pembimbing dalam pengembangan aplikasi ini.

Pada halaman manajemen pemupukan pengguna diminta mengisi beberapa form yang membantu pada perhitungan pupuk seperti jenis pemupukan, luas lahan, jenis tanah, pH tanah, hasil uji PUTK, pupuk organik, dan pupuk kimia seperti pada Lampiran 4. Pada menu manajemen pupuk form yang wajib diisi adalah jenis pemupukan, luas lahan, jenis tanah, dan jenis pupuk. Form yang dapat diisi maupun tidak yakni hasil uji PUTK, pH tanah, dan pupuk majemuk. Hasil dari perhitungan tersebut menampilkan kebutuhan kapur, pupuk organik, pupuk tunggal, dan pupuk majemuk.

Pengujian

(31)

Rilis Aplikasi

Tahapan peluncuran aplikasi dilakukan setelah pengujian secara internal dilakukan. Peluncuran aplikasi ini berupa berkas berekstensi apk (MCabai.apk). Berkas berekstensi apk tersebut merupakan berkas yang diperuntukkan pada telepon pintar bersistem android. Berkas ini memiliki ukuran yang relatif rendah yaitu 592 kilobyte sehingga dalam pengunduhannya tidak membutuhkan waktu lama.

Pengujian Lapang dan Evaluasi

Pengujian Sistem di Lapang

Pengujian penggunaan aplikasi MCabai ditujukan langsung kepada petani cabai merah. Petani cabai merah yang dijadikan sampel merupakan petani dari kelompok tani Bina Karya, Desa Sukakarya, Kecamatan Megamendung, Bogor. Teknik pengujian dilakukan dengan cara mengadakan penyuluhan mengenai penggunaan aplikasi MCabai (Gambar 9). Penyuluhan ini dilakukan pada tanggal 10 Desember 2014 di kediaman ketua Gapoktan (gabungan kelompok tani) Bina Karya. Pengujian ini dilakukan hanya untuk mengetahui keberhasilan pengembangan sistem tidak untuk mengetahui keberhasilan dosis pupuk yang disarankan, sehingga untuk pengujian sistem dapat dilakukan dimana saja akan tetapi hanya berlaku ke pengguna (user) yang ditujukan yakni petani cabai merah.

Pada penyuluhan ini dijelaskan mengenai cara penggunaan aplikasi MCabai secara terperinci kepada petani. Sebagai bahan evaluasi pengisian kuisioner (Lampiran 5) oleh petani dilakukan untuk mengetahui kekurangan pada aplikasi ini. Pengisian kuisioner ini diberikan kepada 15 responden petani yang hadir pada penyuluhan tersebut. Hasil dari kuisioner ini menjadi pertimbangan apakah pada aplikasi ini dapat diteruskan penggunaannya atau tidak.

Berdasarkan hasil evaluasi kuisioner dari 15 responden tidak satupun dari petani mengatakan bahwa sistem ini mudah dalam penggunaannya (Gambar 10). Hal tersebut disebabkan keterbatasan pengetahuan petani dalam penggunaan

Gambar 9 Penyuluhan penggunaan aplikasi MCabai ke Gapoktan Bina Karya Desa Sukakarya,

(32)

22

telepon pintar sehingga sebanyak 73 % petani menyatakan bahwa pada kemudahan penggunaan sistem ini tergolong sedang, sedangkan 27% menyatakan sulit.

Aplikasi MCabai ini dibangun untuk membantu petani dalam menentukan dosis pupuk tanaman cabai, pada kenyataannya presentasi nilai manfaat yang diberikan aplikasi ini terdapat 13% responden yang mengatakan kecil, dan 87% lainnya berada pada tingkat sedang dan banyak manfaat yang diberikan (Gambar 11). Beberapa petani masih beranggapan bahwa aplikasi ini masih belum terlalu membantu karena pupuk hasil perhitungan aplikasi tidak pernah akan sesuai dengan pupuk yang dapat disediakan petani.

Gambar 12 menjelaskan mengenai penilaian petani terhadap desain tampilan antarmuka pengguna (user interface) pada aplikasi tersebut. Sebanyak 53% petani menyatakan bahwa desain dari aplikasi ini menarik dan sederhana sehingga mudah untuk dimengerti. Sebanyak 47% menyatakan bahwa desain tampilannya biasa saja dan 0% yang menyatakan tidak menarik.

Gambar 11 Persentase manfaat aplikasi ke petani

(33)

Sebanyak 13 dari 15 responden mengharapkan adanya pengembangan terhadap aplikasi yang telah dibangun baik dari penambahan fitur yang dapat menunjang aplikasi sehingga nilai manfaat aplikasi yang dibangun ini lebih besar. Sebanyak 14responden berpendapat bahwa aplikasi ini dapat membantu menentukan kebutuhan pupuk tanaman cabai lebih cepat. Seluruh responden

menyatakan penggunaan pupuk di lapangan memiliki nilai yang berbeda dengan

penggunaan pupuk hasil perhitungan aplikasi hal tersebut disebabkan tidak adanya standar operasional tetap mengenai pemberian pupuk pada penanaman tanaman cabai di petani. Pemberian pupuk tanpa standar tetap mengakibatkan penggunaan pupuk yang dapat terlalu berlebihan ataupun pupuk yang diberikan tidak dapat menyuplai nutrisi yang tepat bagi tanaman.

Perbedaan Biaya Penggunaan Dosis Pupuk di Lapang dan pada Sistem

Dosis pemberian pupuk yang dianjurkan oleh sistem dan yang digunakan di lapang memiliki perbedaan dimana penggunaan pupuk organik di lapang lebih sedikit dari dosis yang dianjurkan oleh sistem. Akibat perbedaan tersebut dilakukan perhitungan biaya yang dikeluarkan petani jika menggunakan dosis penggunaan pupuk dari sistem dengan menggunakan dosis pupuk yang biasa digunakan. Perhitungan perbedaan biaya ini dilakukan dengan menggunakan salah satu responden yang dipilih secara acak yakni Iwan Setiawan salah satu petani cabai merah di Desa Sukakarya, Kecamatan Megamendung, Bogor. Iwan Setiawan memiliki lahan seluas 0.72 ha dengan jenis tanah andisol.

Tabel 10 Dosis penggunaan pupuk di lapang dan pada sistem

Keterangan Jenis Pupuk Dosis di Lapang (kg) Dosis pada Sistem (kg)

Pupuk Organik Kotoran Ayam 1200.0 4300.0

Pupuk N Urea 170.0 269.6

Pupuk P SP36 270.0 40.8

Pupuk K KCL 80 170.0 214.5

Pupuk Majemuk NPK 15-15-15 100.0 263.3

(34)

24

Pada Tabel 10 dijelaskan mengenai dosis pupuk baik organik maupun kimia yang digunakan dilapang dan anjuran sistem pada budidaya tanaman cabai merah dari pemupukan dasar hingga pemupukan susulan. Berdasarkan tabel tersebut dengan menggunakan harga jual pupuk yang terdapat di pasaran, biaya yang dikeluarkan pada pemupukan cabai merah berdasarkan kondisi di lapang dan anjuran sistem dibandingkan seperti pada Tabel 11. Biaya yang dikeluarkan pada dosis pupuk anjuran sistem lebih besar dibanding biaya pupuk di lapang dikarenakan dosis pupuk organik yang digunakan sistem lebih besar. Selain itu dengan menggunakan dosis pupuk yang biasa digunakan di lapang kebutuhan unsur hara tanaman cabai merah masih belum tercukupi sehingga dapat membuat produksi cabai merah tidak maksimal.

Penggunaan pupuk sesuai dengan anjuran sistem sangat dianjurkan dikarenakan fungsi utama dari pupuk organik selain meningkatkan kandungan hara tanah dan kadar bahan organik tanah, pupuk organik dapat meningkatkan nilai kapasitas tukar kation tanah yang membantu tanaman dalam penyerapan hara, menambah kemampuan tanah untuk menahan air sehingga ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman dapat dijaga. Hal yang paling penting dari penggunaan pupuk organik lebih banyak dari pupuk buatan adalah meningkatkan kesuburan tanah dimana hal ini tidak dapat dilakukan pupuk buatan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Basis pengetahuan manajemen pupuk organik pada budidaya cabai merah berbasis android telah berhasil dikembangkan. Aplikasi android dengan sistem online ini dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan fungsionalnya dimana aplikasi ini dapat membantu petani dalam penentuan dosis pupuk organik yang didasarkan atas jenis tanah dan kondisi kesuburan tanah. Pada aplikasi ini kekurangan unsur hara yang terdapat pada pupuk organik dapat ditutupi dengan pemberian pupuk kimia yang direkomendasikan oleh sistem. Tampilan akhir dari aplikasi ini akan memberikan informasi mengenai kebutuhan kapur, kebutuhan pupuk organik dan kimia pada budidaya tanaman cabai sesuai dengan kondisi lahan yang di input oleh pengguna.

Tabel 11 Biaya penggunaan pupuk di lapang dan di sistem Jenis Pupuk Harga Pasaran

(Rp/kg) Biaya padaSistem Biaya di Lapang

(35)

Tahap pengujian dilakukan pada kelompok tani Bina Karya Desa Sukakarya, Kecamatan Megamendung, Bogor. Sebanyak 15 orang responden

yang digunakan dalam pengujian, menyatakan aplikasi ini dianggap bermanfaat

dan membantu pengguna dalam penentuan dosis pupuk organik pada budidaya cabai merah.

Saran

Berdasarkan hasil evaluasi pengujian di lapang sebaiknya aplikasi ini dapat dikembangkan dengan menambahkan beberapa fitur untuk menambah fungsi aplikasi ini seperti penentuan penggunaan pestisida tanaman, pemilihan bibit cabai, penentuan jadwal tanam, dan lain sebagainya. Selain itu, untuk mengetahui keberhasilan dari dosis pupuk yang disarankan oleh sistem dilakukan pengujian langsung di lapangan dengan membudidayakan tanaman cabai menggunakan dosis pupuk dari sistem. Pada penggunaan aplikasi ini agar lebih mudah digunakan oleh petani sebagai user utama harus dilakukan pelatihan yang intensif agar petani terbiasa dalam penggunaan aplikasi ini. Desain antarmuka (interface) dibuat lebih menarik dan sederhana sehingga selain penggunaannya lebih mudah tampilan dari aplikasi ini lebih menarik untuk digunakan.

Pengembangan aplikasi MCabai ini sebaiknya dibuat lebih presisi lagi dengan membuat aplikasi yang hanya diberlakukan pada suatu daerah dengan melakukan uji lab terhadap kondisi dan karakteristik tanah dari daerah tersebut sehingga dosis penggunaan pupuk lebih tepat. Selain itu aplikasi selanjutnya diharapkan dapat memperhatikan kehilangan pupuk akibat tercuci oleh curah hujan.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham J.2013. Organic carbon estimations in soils analytical protocols and their implications.Rubber Science.26(1):45-54.

Barchia MF. 2006. Gambut Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Yogyakarta(ID): UGM Press.

Barus J. 2011. Uji efektifitas kompos jerami.J. Agrivigor. 10(3): 247-252

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produktivitas C abai M erah di Indonesia.Jakarta(ID): Badan Pusat Statistik.

[BPT] Balai Penelitian Tanah. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK).

Darmawan E. 2011. Sistem konsultasi online agribisnis cabai (C apsicum annuum L.) berbasis mobile [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah.Jakarta(ID): Akademia Pressindo.

Herpanes H, Dermawan R. 2011. Budidaya C abai Unggul.Jakarta(ID): Penebar Swadaya.

Ikhsan SHA. 2012. Pengembangan sistem pakar cabai (C apsicum annum L.) berbasis android [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(36)

26

Marimin. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi M anajerial. Bogor (ID): IPB press.

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor(ID): IPB Press. Prajnanta F. 2007. Agribisnis C abai Hibrida.Jakarta(ID): Penebar Swadaya. Rahayu RM. 2013. Pengembangan basis pengetahuan manajemen nutrisi cabai

merah (C apsicum annum L.) di wilayah tropika berbasis pertanian teliti (precision farming) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rosmarkam A, Yuwono NV. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta(ID): Kanisius.

Satzinger JW, Jackson RB, Burd SD. 2007. System Analysis and Design: in A C hanging W orld, 4th Ed. Boston(US): Thomson Course Tech.

Supriyanto. 2011. Sistem konsultasi online agribisnis cabai (C apsicum annuum L.) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Susanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik.Yogyakarta(ID): Kanisius.

Suwahyono U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif dan Efisien. Jakarta(ID): Penebar Swadaya.

Yuliarti N. 2009. 1001 C ara M enggunakan Pupuk Organik. Yogyakarta(ID): ANDI.

(37)

Lampiran 1 Jenis dan karakteristik tanah

agak alkalis rendah 0.4 1.77 Tanah yang sangat lapuk, tekstur berat dan

kadang-kadang lekat, struktur gumpal, bahan organik rendah, berada pada ketinggian 400 mdpl.

31.7 0.81 Tanah berwarna hitam atau coklat tua, remah, kandungan

bahan organik tinggi. Ditemukan pada ketinggian 3000 mdpl

100 0.2d Terdiri dari lapisan gambut (bahan organik) yang relatif

tebal (40 m). Tanah jenuh sepanjang tahun. Reaksi tanah umumnya sangat masam

latosol (inceptisol)

lempung berpasir

masam sedang 10.5 1.38 Tanah dengan pelapukan lanjut. Unsur hara rendah,

warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan, atau kuning. Ditemukan dari pada ketinggian 900 mdpl.

podzolik (ultisol)

liat masam sangat

rendah

5.7 1.5 Tanah yang sangat tercuci, lapisan atas berwarna abu-abu

muda sampai kekuningan, lapisan bawah merah atau kuning, terdapat akumulasi liat hingga tekstur relatif berat, struktur gumpal, bahan organik rendah, kejenuhan

basa rendahantara 50-350 mdpl.

Sumber : aHardjowigeno (2003);bSoil Survey Staff (1999) dan Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2003); c Soil Survey Staff (1999); dBarchia 2006.

(38)
(39)
(40)
(41)
(42)

32 Alasan:

_______________________________________________________________ 4. Apakah perlu pengembangan sistem ?

(Bila jawaban anda Ya, isikan saran) a. Ya b. Tidak

Saran :__________________________________________________________ 5. Apakah dengan sistem ini dapat mempercepat dan mempermudah untuk

penentuan dosis pupuk ?

(Bila jawaban anda Tidak, isikan alasannya) a. Ya b. Tidak

Alasan :_______________________________________________________

C. SIMULASI PENGGUNAAN SISTEM

Gunakan sistem sesuai dengan kondisi lahan Anda Luas Lahan = ___________________

(43)

33 Lampiran 6 Contoh perhitungan

Pilihan pada aplikasi

1. Jenis pemupukan = Pemupukan dasar 2. Luas lahan = 1 ha

3. Jenis tanah = Mediteran (Alfisol)

4. pH = 5

5. C-organik = Rendah (2.9)

6. Fosfor = Rendah

7. Kaliaum = Rendah

8. Pupuk organik = Kotoran kambing 9. Pupuk majemuk = NPK 30-6-8 10.Pupuk tunggal N = Urea

11.Pupuk tunggal P = SP36 12.Pupuk tunngal K = ZK 90 a) Kebutuhan Kapur

Persamaan linear pemberian kapur tanah mediteran :y = -2.20x + 15.15 y = kebutuhan kapur (ton/ha)

x = pH tanah

y = -2.20x + (15.15×luas lahan) y = -2.20(5) + (15.15×1)

y = 4.150 ton

b) Kebutuhan Nutrisi Cabai Pemupukan Dasar N = 40% × 230 kg/ha = 92 kg/ha

Kanungan C-organik kotoran kambing = 17.93% =KC

Kac×100

=1.724

17.93×100

(44)

34

e) Menentukan Kandungan Hara Pupuk Organik N = 0.6 %

= -3.4 kg (tidak memerlukan pupuk kimia) Kebutuhan pupuk kimia P

(45)

35 Dosis pupuk P

= 100 Kuk× KK

= 100

36 × 7.04

= 19.4 kg

Dosis pupuk K = 100

KuK× KK

= 100

50 × 41.93

(46)

36

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Maros pada tanggal 9 April 1992, anak pertama dari enam bersaudara dari keluarga Bapak Ahmad dan Ibu Rostati. Pendidikan SD ditempuh penulis di SD Negeri 1 Maros pada tahun 1998 sampai tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pada tahun 2004 di SMP Negeri 2 Maros dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 pula penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Maros dan menyelesaikannya pada tahun 2010.

Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Sarjana Program Studi Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai ketua angkatan dan ketua divisi human resource and development (HRD) organisasi mahasiswa daerah Sulawesi Selatan, kemudian sebagai asisten praktikum mata kuliah hubungan tanah dan alsintan pada tahun 2014. Pada tahun 2012 masuk 10 besar Student Entrepeneur Summit (SenS) di Makassar. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktek Lapang selama empat puluh (40) hari di PG. Kebon Agung

Malang dengan judul “Mempelajari Sistem Manajemen Traktor di PG Kebon Agung Malang”.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana teknik, penulis melakukan kegiatan penelitian dengan judul “Pengembangan Basis Pengetahuan

Gambar

Tabel 1  Jenis dan sumber pengetahuan tacit
Tabel 2  Jenis dan sumber pengetahuan eksplisit
Tabel 4  Pupuk organik dan kandungannya
Gambar 2  Penentuan penggunaan pupuk pada cabai merah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi sudah memiliki data-data jurusan teknik informatika seperti data mahasiswa, data dosen tetap, data jadwal mengajar program D3, data jadwal mengajar program S1,

EP TEC Solutions Indonesia, memberikan usulan perancangan jaringan yang baru menggunakan teknologi Frame Relay, serta mengevaluasi usulan perancangan jaringan tersebut

Selain pelatihan dalam bidang pemasaran, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Kediri juga menyediakan fasilitas pemasaran yakni dengan mengadakan pameran. Pameran di

Penyakit ini disebabkan oleh kuman tuberkulosis (TBC). Kuman ini dapat menyerang tulang sehingga tulang menjadi lemah dan bernanah. Akibat penyakit ini penderita merasakan sakit

1.1 Kertas Cadangan ini dikemukakan bagi tujuan untuk mendapatkan perhatian yang sewajarnya daripada pihak Kerajaan agar memberi Bayaran Insentif Perkhidmatan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. © Aulia

Sesuai dialog tersebut SK2 mengetahui pertanyaan yang dimaksud dalam soal. Ini terlihat dari jawabannya dengan jelas mengatakan “Banyak nilai x yang habis dibagi 3 dan 5”.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988