• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi 18 Genotipe Terung (Solanum melongena L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi 18 Genotipe Terung (Solanum melongena L.)."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI 18 GENOTIPE TERUNG

(

Solanum melongena

L.)

ITA APRILIA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi 18

Genotipe Terung (Solanum melongena L.) adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ITA APRILIA. Karakterisasi 18 Genotipe Terung (Solanum melongena L.). Dibimbing oleh SOBIR dan AWANG MAHARIJAYA.

Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe. Bahan tanaman yang diuji terdiri dari 16 genotipe tanaman terung (2013-059-2, 2013-078-1, 2013-070-1, 2013-016-4, 050, 2019-070-2, 58-1, 074-2, 057-1, 079-1, 2013-064-1, 2013-55-6, 2013-09-02, 2013-071-1, 2013-065-1, 2013-007) hasil eksplorasi Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB dan 2 varietas pembanding yang merupakan varietas hibrida (YUMI F1 dan KANIA F1). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi karakteristik morfologi dan daya hasil dari genotipe tanaman terung yang diuji. Hasil pengujian karakter kualitatif pada fase kecambah, pertumbuhan tanaman, batang, daun, bunga, dan buah menunjukkan keragaman. Kulit buah saat masak panen dari 18 genotipe tanaman yang diuji terdiri dari warna putih, ungu, dan hijau. Hasil pengujian tanaman pada karakter kuantitatif menunjukkan adanya keragaman. Bobot per buah tertinggi pada genotipe 2013-059-2 dan terendah pada genotipe 2013-074-2. Bobot per tanaman tertinggi pada varietas YUMI F1 dan terendah pada genotipe 2013-074-2. Hasil analisis gerombol pada tingkat kemiripan 56% membagi genotipe tanaman terung yang diuji kedalam dua kelompok besar.

Kata kunci: daya hasil, eksplorasi, genotipe, morfologi, Solanaceae

ABSTRACT

ITA APRILIA. Characterization of 18 Eggplant (Solanum melongena L.) Genotypes. Supervised by SOBIR and AWANG MAHARIJAYA.

This research was done using Randomized Complete Block Design with one factor that is genotype. Plant material consist of 16 eggplant genotypes (2013-059-2, 2013-078-1, 2013-070-1, 2013-016-4, 2013-050, 2019-070-2, 2013-58-1, 2013-074-2, 2013-057-1, 2013-079-1, 2013-064-1, 2013-55-6, 2013-09-02, 2013-071-1, 2013-065-1, 2013-007) from previous exploration study by Center for Tropical Fruit Study and two hybrid varieties (YUMI F1 and KANIA F1) as control. The purpose of this experiment was to obtain information about the morfological characteristics and the potential yield of eggplant genotypes. The results of qualitative characterization on the sprout phases, plants growth, stems, leaves, flowers, and eggplant fruits showed the present of diversity. The fruit skin colour of 18 tested genotypes in the harvest maturity phase consist of white, violet, and green. The results of plant testing on quantitative characterization also revealed diversity. The highest weight per fruit for genotype 2013-059-2 and the lowest for genotype 2013-074-2. The highest yield per plant for variety YUMI F1 and the lowest for genotype 2013-074-2. The cluster analysis on 56% similarity level devided the eggplant genotypes into two large groups.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

KARAKTERISASI 18 GENOTIPE TERUNG

(

Solanum melongena

L.)

ITA APRILIA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Karakterisasi 18 Genotipe Terung (Solanum melongena L.) Nama : Ita Aprilia

NIM : A24100046

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Sobir, MSi Pembimbing I

Dr Awang Maharijaya SP, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Karakterisasi 18 Genotipe Terung (Solanum melongena L.). Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh informasi karakteristik morfologi dan daya hasil dari 18 genotipe yang diuji. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur II, Bogor pada bulan Januari-Juni 2014.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof Dr Ir Sobir, MSi dan Dr Awang Maharijaya SP, MSi sebagai pembimbing penelitian, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penelitian serta penulisan skripsi ini.

2. Prof Muhamad Syukur SP, MSi sebagai dosen penguji, yang telah memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini

3. Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendiddikan sarjana di IPB.

4. Kedua orang tua dan keluarga atas do’a dan dorongan semangat yang selalu dicurahkan.

5. Seluruh staf pegawai Kebun Percobaan PKHT Tajur II yang telah membantu selama proses penelitian.

6. Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan sarjana di IPB.

7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu serta seluruh teman-teman seperjuangan AGH 47.

Semoga karya tulis ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Tanaman Terung 2

Pemuliaan Tanaman Terung 3

Karakterisasi 3

METODE PENELITIAN 3

Bahan Peneleitian 3

Peralatan Penelitian 3

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 4

Prosedur Percobaan 4

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum 6

Karakter Kualitatif 6

Karakter Kuantitatif 13

Analisis Korelasi 18

Analisis Gerombol 18

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

DAFTAR LAMPIRAN 23

(11)

DAFTAR TABEL

1 Keragaman karakter pewarnaan antosianin hipokotil kecambah dan

batang serta kerapatan bulu batang 7

2 Keragamaan karakter tipe tumbuh dan karakter pada bunga 8

3 Keragaman karakter pada helai daun 9

4 Keragaman karakter pada buah 11

5 Analisis ragam 13

6 Nilai pengamatan tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, 14 7 Nilai pengamatan umur berbunga dan umur panen 15 8 Nilai pengamatan panjang buah, diameter maksimum, dan panjang

tangkai buah 16

9 Nilai pengamatan bobot per buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot

buah per tanaman 17

10 Korelasi linear antar karakter kuantitatif pada buah 18

DAFTAR GAMBAR

1 Keragaan pewarnaan antosianin pada batang 6

2 Keragaan karakter pada bunga 7

3 Keragaan karakter helai daun 8

4 Keragaan bentuk buah 10

5 Keragaan warna kulit buah masah fisiologis dan warna daging buah 10 6 Pengelompokan berdasarkan analisis gerombol 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pengamatan karakter lekukan tepi daun 23

2 Pengamatan karakter bentuk ujung daun 23

3 Pengamatan karakter bentuk umum buah 23

4 Pengamatan karakter rasio panjang diameter buah-1 24

5 Pengamatan karakter lengkungan buah 24

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Terung (Solanum melongena L.) merupakan komoditas sayuran dari famili Solanacea yang memiliki nilai ekonomi tinggi setelah cabai, tomat, dan kentang. Terung telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan pangan. Selain di Indonesia, hidangan terung juga populer di beberapa negara seperti Italia, Prancis, Amerika Serikat, Mesir, Sudan, Cina, Filipina, dan Thailand (Claudhary and Gaur 2009). Selain rasanya yang enak, terung juga kaya kandungan gizi dan merupakan sayuran yang menyehatkan. Kandungan mineral (mg 100 g-1) dalam terung ungu antara lain 2.57 Na, 6.32 Mg, 0.14 Zn, 254.26 K, dan 0.23 Fe (Surahman dan Darmajana 2004). Terung juga merupakan sumber vitamin C dan mineral potasium (USDA NRC 2014).

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan kesadaran untuk hidup sehat berdampak terhadap peningkatan konsumsi sayuran termasuk terung. Data konsumsi kalori (Kkal) per kapita per hari komoditas sayuran pada bulan Maret 2013 sebesar 34.96 dan meningkat menjadi 36.71 pada bulan September 2013 (SUSENAS BPS 2014). Selain itu, terung juga salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekspor. Data ekspor menurut PKHT (2014) pada tahun 2013 sebesar 1 425.362 ton dengan nilai ekspor 1 565 228 (US$).

Sayangnya potensi tersebut tidak disertai dengan peningkatan produksi. Produksi terung pada tahun 2012 sebesar 518.787 ton mengalami penurunan sebesar 1.81 % pada tahun 2013 menjadi 509.380 ton (BPS dan DITJEN Hortikultura 2014). Menurut data FAO (2012) produksi terung Indonesia menempati posisi keenam di dunia dengan nilai produksi sebesar 518 827 ton, jauh lebih rendah dibandingkan China yang mencapai produksi 28 800 000 ton dan India 12 200 000 ton.

Rendahnya angka produksi dapat disebabkan karena penurunan luas area tanam dan rendahnya produktivitas. Luas area tanam terung Indonesia menurut FAO (2012) adalah 50 431 ha. Rata-rata produktivitas terung dunia sebesar 15 ton ha-1. China mampu mencapai produktivitas 35 ton ha-1, sedangkan produktivitas terung Indonesia masih lebih rendah dari produktivitas terung dunia yaitu 10 ton ha-1 (FAO 2012).

(14)

2

untuk mencari sumber-sumber genetik tanaman yang diinginkan. Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB telah melakukan koleksi plasma nutfah terung dari berbagai wilayah Indonesia. Tahap selanjutnya yaitu karakterisasi untuk mengidentifikasi karakter-karatkter pada tanaman terung tersebut sebelum dilakukan seleksi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi karakteristik morfologi dan daya hasil dari genotipe tanaman terung yang diuji

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Terung

Tanaman terung (Solanum melongena L.) merupakan tanaman setahun berumur pendek di daerah tropika dan dibudidayakan sebagai tanaman setahun di wilayah iklim sedang. Tinggi tanaman antara 0.5-2.5 cm dengan tipe pertumbuhan indeterminate. Akar tunggang kuat, daun besar tunggal berselang-seling. Bunga terung termasuk bunga sempurna, biasanya tumbuh berlawanan dengan daun, bukan pada ketiak daun (Rubatzki dan Yamaguchi 1999). Terung merupakan tanaman menyerbuk sendiri, namun dalam beberapa kondisi dapat menyerbuk silang dengan persentase menyerbuk silang 20% hingga 48% (Choudhary and Gaur 2009). Bentuk buah bervariasi dari hampir bulat atau bentuk telur sampai panjang dan kurus (William et al. 1993).

Tanaman terung dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropika dan wilayah iklim semi sedang. Suhu siang yang sesuai untuk tanaman terung berkisar 22-30oC dan suhu malam berkisar 18-24oC. Tanaman terung peka terhadap genangan dan lebih toleran terhadap kekeringan dari pada cabai dan tomat (Yamaguchi dan Rubatzki 1999). pH tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman antara 5.5-7.2 (Ashari 1995).

(15)

3

Pemuliaan Tanaman Terung

Tujuan utama dari pemuliaan tanaman adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas, perbaikan ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu, perbaikan sifat-sifat hortikultura, dan meningkatkan sifat untuk mengatasi cekaman terhadap lingkungan tertentu (Purwati 1997).

Tanaman terung merupakan tanaman menyerbuk sendiri. Metode pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri yaitu metode seleksi massa, galur murni, seleksi pedigree , silang balik (back-cross), dan SSD (single seed descent). Langkah awal kegiatan pemuliaan tanaman adalah koleksi. Koleksi berbagai genotipe atau plasma nutfah dapat berasal dari plasma nutfah lokal maupun yang diintroduksikan dari luar negeri, termasuk genotipe liar dan eksotik (Syukur et al. 2012). Plasma nutfah merupakan hal yang paling penting dalam pemuliaan tanaman. Tanpa adanya plasma nutfah, kegiatan pemuliaan tanaman tidak mungkin untuk dilakukan (Acquaah 2007).

Karakterisasi

Tahapan dalam kegiatan pemuliaan tanaman yaitu koleksi plasma nutfah, karakterisasi, seleksi, seleksi setelah perluasan keragaman genetik, evaluasi dan pengujian, dan pelepasan varietas dan perbanyakan (Syukur et al. 2012). Tanaman hasil koleksi perlu diketahui dan diadakan pencatatan asal, sifat adaptasi, dan sifat penting lainnya (Poespodarsono 1988). Tahap kedua setelah koleksi dari kegiatan pemuliaan tanaman adalah karakterisasi. Karakterisasi merupakan proses identifikasi karakter-karatkter pada tanaman.

METODE PENELITIAN

Bahan Peneleitian

Bahan tanaman berupa 16 genotipe terung hasil eksplorasi yaitu 2013-059-2 (G3), 2013-078-1 (G4), 2013-070-1 (G5), 2013-016-4 (G6), 2013-050 (G7), 2019-070-2 (G8), 58-1 (G9), 074-2 (G10), 057-1 (G11), 2013-079-1 (G12), 2013-064-1 (G13), 2013-55-6 (G14), 2013-09-02 (G15), 2013-071-1 (G16), 2013-065-1 (G17), 2013-007 (G19) dan dua varietas hibrida sebagai pembanding yaitu YUMI F1 (G0) dan KANIA F1 (G1).

Bahan lain yang digunakan adalah tray persemaian, mulsa plastik, media semai, ajir, pupuk kandang, pupuk urea, SP-36, KCl, pupuk NPK, pupuk daun, pupuk bunga, kapur pertanian, pupuk hayati PGPR dan pestisida.

Peralatan Penelitian

(16)

4

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur II dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Juni 2014.

Prosedur Percobaan

Penelitian dilaksanakan dengan menanam 18 genotipe terung dan dua varietas pembanding. Penanaman dilaksanakan pada lahan berbentuk bedengan. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu genotipe dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 54 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 10 tanaman sehingga jumlah tanaman seluruh satuan percobaan 540 tanaman.

Tahap pertama adalah persemaian yang dilaksanakan selama empat minggu. Persemaian dilakukan dalam wadah tray menggunakan media semai. Persiapan lahan dilaksanakan dua minggu sebelum proses penanaman. Persiapan lahan meliputi proses penggemburan lahan, pembuatan bedengan, pemberian pupuk kandang dengan dosis 240 kg/bedeng, pemberian pupuk NPK dasar dan pemasangan mulsa plastik.

Penanaman dilaksanakan empat minggu setelah proses persemaian. Jarak tanam yang digunakan adalah 50 cm x 70 cm. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pemangkasan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dua kali sehari selama proses penyemaian dan satu kali sehari setelah tanaman ditanam di lapangan. Penyiangan dilakukan pada gulma yang tumbuh disekitar tanaman dengan cara manual menggunakan tangan. Pemangkasan dilakukan pada tunas-tunas adventif. Tunas adventif adalah tunas samping yang tidak produktif. Pemangkasan tunas adventif bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan hasil fotosintat oleh cabang utama. Pemupukan lanjutan dilakukan setelah tanaman berumur 2 MST. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara manual dan kimia.

Pemanenan dilaksanakan apabila buah terung telah siap panen sesuai dengan kriteria pasar atau penen muda.

Pengamatan dilakukan terhadap lima tanaman contoh yang dipilih secara acak. Karakter yang diamati berdasarkan panduan pengamatan individual (PPI) yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) Departemen Pertanian Republik Indonesia (2007), IBPGR (1990), CPVO (2007). Karakter-karakter yang diamati terdiri dari Karakter-karakter kuantitatif dan kualitatif.

Karakter Kuantitatif yang diamati antara lain:

1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh tertinggi tanaman.

2. Tinggi dikotomus (cm) diukur dari permukaan tanah hingga titik percabangan utama.

3. Diameter batang (cm) diukur pada buku kedua dibawah percabangan pertama.

(17)

5 5. Umur berbunga (HST) dihitung pada saat 50 % tanaman berbunga.

6. Umur panen (HST) dihitung pada saat 50% tanaman dipanen. 7. Bobot buah per tanaman (g) selama lima kali panen.

8. Bobot per buah (g). 9. Jumlah buah per tanaman.

10.Panjang buah (cm) diukur dari batas tangkai buah hingga ujung buah. 11.Diameter maksimum buah (cm).

12.Pangjang tangkai buah (cm).

Karakter kualitatif yang diamati antara lain:

1. Pewarnaan dan intensitas pewarnaan antosianin pada hipokotil. 2. Tipe tumbuh tanaman.

3. Pewarnaan dan intensitas pewarnaan antosianin pada batang. 4. Kerapatan bulu batang.

5. Lekukan tepi helai daun, bentuk ujung daun, dan tonjolan pada permukaan daun.

6. Intensitas warna hijau daun. 7. Jumlah, ukuran, dan warna bunga.

8. Karakter kualitatif pada buah: bentuk umum, lengkungan, ukuran bekas tangkai putik, bentuk ujung buah, warna utama kulit buah masak panen, kekilapan, garis-garis pada kulit buah, penampilan garis-garis dominan, kepadatan garis-garis, pewarnaan antosianin dibawah kelopak, ukuran kelopak, pewarnaan dan intensitas pewarnaan antosianin pada kelopak, keberadaan duri pada kelopak, kerutan kelopak, warna daging buah, dan warna kulit buah masak fisiologis.

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model rancangan kelompok lengkap teracak menurut Gomez dan Gomez (1995) yaitu

Yij = µ + τi+ βj + εij Keterangan:

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan genotipe ke-i βj = Pengaruh ulangan ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan dari genotipe ke-i dan ulangan ke-j i = 1, 2, 3.….18

j = 1, 2, 3

(18)

6

untuk mengetahui tingkat kemiripan antar genotipe yang di uji menggunakan software R.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Kebun Percobaan IPB Tajur 2 memiliki ketinggian tempat + 250 m di atas permukaan laut (dpl) dengan kondisi pH tanah 5.0 (Khasanah 2013). Menurut Ashari (1995) pH tanah yang sesuai untuk tanaman terung berkisar 5.5 – 7.2 oleh karena itu dilakukan pengapuran dengan dosis 0.5 kg m-2. Jarak tanam yang digunakan yaitu 50 m x 70 m. Tanaman terung membutuhkan penyinaran penuh karena tidak tahan terhadap naungan (Ashari 1995). Persemaian dilaksanakan pada bulan Januari 2014 di dalam screen house. Penyakit yang menyerang pada persemaian yaitu rebah kecambah yang disebabkan oleh fungi Phytium sp. dengan gejala pangkal kecambah busuk berwarna coklat dan rebah.

Hama yang menyerang tanaman antara lain jangkrik, belalang, keong, kumbang daun Epilachna sp., ulat keket Acherontia sp., kepik M. longicornis, kutu daun, lalat buah, dan ulat penggerek buah. Penyakit yang banyak menyerang yaitu layu bakteri yang disebabkan Ralstonia solanacearum, bercak daun, busuk pangkal batang, daun menguning, busuk buah, dan antraknosa. Hama dan penyakit tersebut sering dijumpai pada tanaman terung, hal tersebut dibuktikan oleh penelitian Rizky (2013). Penanggulangan hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi menggunakan pestisida.

Karakter Kualitatif

Karakter Pewarnaan Hipokotil Kecambah dan Batang, serta Kerapatan Bulu Batang

Karakter pewarnaan antosianin hipokotil kecambah, pewarnaan antosianin batang, dan kerapatan bulu batang menunjukkan adanya keragaman (Tabel 1). Keragaman pewarnaan antosianin hipokotil kecambah dan pewarnaan antosianin pada batang hanya ditemukan pada genotipe 2013-074-2 yang ditandakan oleh tidak adanya pewarnaan antosianin. Keragaman kerapatan bulu batang antara lain banyak, sedikit, dan sangat sedikit.

Gambar 1 Keragaan pewarnaan antosianin pada batang (A). Terdapat pewarnaan antosianin (B). Tidak terdapat pewarnaan antosianin

(19)

7 Table 1 Keragaman karakter pewarnaan antosianin hipokotil kecambah dan batang serta kerapatan bulu batang 2013-58-1 Ada Sangat lemah Ada Sangat lemah Sedikit 2013-074-2 Tidak ada Tidak ada Tidak Ada Tidak ada Sangat sedikit 2013-057-1 Ada Kuat Ada Sangat lemah Banyak 2013-079-1 Ada Kuat Ada Lemah Banyak 2013-064-1 Ada Sangat kuat Ada Sangat lemah Sangat sedikit 2013-55-6 Ada Kuat Ada Kuat Sedikit 2013.-09-02 Ada Sedang Ada Lemah Banyak 2013-071-1 Ada Sedang Ada Sedang Sangat sedikit 2013-065-1 Ada Kuat Ada Lemah Sangat sedikit 2013-007 Ada Sangat lemah Ada Lemah Sedikit

Karakter Tipe Tumbuh Tanaman dan Karakter pada Bunga

Karakter tipe tumbuh tanaman dan karakter pada bunga (warna, jumlah, dan ukuran) menunjukkan adanya keragaman (Tabel 2). Karakter warna bunga ditemukan keragaman hanya pada genotipe 2013-074-2 yaitu bunga berwarna putih, sedangkan genotipe yang lain memiliki bunga berwarna ungu. Keragaman ukuran bunga antara lain besar, sedang, dan kecil. Keragaman jumlah bunga hanya ditemukan pada varietas YUMI F1 yaitu satu sampai tiga bunga.

Gambar 2 Keragaan karakter pada bunga (A). YUMI F1 (B). KANIA F1 (C).2013-059-2 (D). 2013-078-1 (E). 2013-070-1 (F). 2013-016-4 (G). 2013-050 (H). 2013-070-2 (I). 2013-58-1 (J). 2013-074-2 (K). 2013-057-1 (L). 2013-079-1 (M). 2013-064-1 (N). 2013-55-6 (O). 2013-09-02 (P). 2013-071-1 (Q). 2013-065-1 (R). 2013-007

A B C D E F G H I

(20)

8

Table 2 Keragamaan karakter tipe tumbuh dan karakter pada bunga

Genotipe Tipe tumbuh Bunga

Warna Jumlah Ukuran

YUMI F1 Semi Tegak Ungu Satu sampai

tiga Sedang KANIA F1 Semi Tegak Ungu Lebih dari tiga Sedang 2013-059-2 Semi Tegak Ungu gelap Lebih dari tiga Besar 2013-078-1 Semi Tegak Ungu Lebih dari tiga Besar 2013-070-1 Semi Tegak Ungu terang Lebih dari tiga Besar 2013-016-4 Semi Tegak Ungu Lebih dari tiga Kecil 2013-050 Semi Tegak Ungu gelap Lebih dari tiga Sedang 2013-070-2 Semi Tegak Ungu gelap Lebih dari tiga Sedang 2013-58-1 Semi Tegak Ungu gelap Lebih dari tiga Sedang 2013-074-2 Tegak Putih Lebih dari tiga Kecil 2013-057-1 Semi Tegak Ungu gelap Lebih dari tiga Besar 2013-079-1 Tegak Ungu gelap Lebih dari tiga Sedang 2013-064-1 Semi Tegak Ungu terang Lebih dari tiga Kecil 2013-55-6 Semi Tegak Ungu gelap Lebih dari tiga Sedang 2013.-09-02 Tegak Ungu terang Lebih dari tiga Besar 2013-071-1 Semi Tegak Ungu terang Lebih dari tiga Sedang 2013-065-1 Semi Tegak Ungu Lebih dari tiga Kecil 2013-007 Tegak Ungu terang Lebih dari tiga Sedang

Karakter Kualitatif pada Helai Daun

Karakter kualitatif pada helai daun (ukuran, lekukan, dan bentuk ujung daun) menunjukkan adanya keragaman (Tabel 3). Keragaman ukuran daun antara lain besar dan sedang. Keragaman lekukan tepi daun antara lain kuat, sedang, dan lemah dengan ujung daun runcing, sedang, dan tumpul.

Gambar 3 Keragaan karakter helai daun (A). Lekukan tepi daun kuat ujung daun runcing (B). Lekukan tepi daun sedang ujung daun sedang (C). Lekukan tepi daun lemah ujung daun tumpul

(21)

9 Table 3 Keragaman karakter pada helai daun

Genotipe 2013-078-1 Besar Sedang Sedang Lemah Sedang 2013-070-1 Besar Kuat Sedang Lemah Terang 2013-016-4 Besar Sedang Sedang Sedang Gelap 2013-050 Besar Sedang Sedang Lemah Sedang 2013-070-2 Besar Sedang Sedang Sedang Gelap 2013-58-1 Sedang Sedang Sedang Lemah Sedang 2013-074-2 Sedang Lemah Sedang Sedang Sedang 2013-057-1 Besar Sedang Tumpul Lemah Sedang 2013-079-1 Besar Sedang Sedang Lemah Terang 2013-064-1 Sedang Kuat Sedang Sedang Terang 2013-55-6 Besar Sedang Sedang Kuat Gelap 2013.-09-02 Sedang Kuat Sedang Lemah Gelap 2013-071-1 Besar Sedang Sedang Sedang Sedang 2013-065-1 Besar Kuat Sedang Sedang Terang 2013-007 Besar Sedang Sedang Kuat Gelap

Karakter Kualitatif pada Buah

Karakter kualitatif pada buah menunjukkan adanya keragaman (Tabel 4). Keragaman bentuk umum buah antara lain silindris, bulat telur, bundar, dan lain-lain dengan keragaman warna kulit buah saat masak panen ungu, hijau, dan putih. Bentuk umum buah lain-lain merupakan bentuk umum buah yang tidak terdapat dalam tabel pengamatan pengujian individual (PPI) PPVT (2007). Keragaman rasio panjang/diameter buah antara lain sangat besar, besar, kecil, sangat kecil dengan ujung buah bulat, datar, dan runcing. Karakter lengkungan pada buah menunjukkan keragaman pada genotipe 2013-016-4 dan 2013-070-2 dengan karakter buah agak melengkung, sedangkan genotipe lainnya tidak memiliki lengkungan buah.

(22)

10

Gambar 4 Keragaan bentuk buah (A). YUMI F1 (B). 2013-070-2 (C). 2013-016-4 (D). 2013-55-6 (E). 2013-078-1 (F). 2013-050 (G). 2013-58-1 (H). 2013-057-1 (I). 2013-079-1 (J). 2013-064-1 (K). 2013-071-1 (L). 2013-065-1 (M). 2013-070-1 (N). KANIA F1 (O). 2013-074-2 (P). 2013-09-02 (Q). 2013-007 (R). 2013-059-2

Gambar 5 Keragaan warna kulit buah masah fisiologis dan warna daging buah (A). Warna kulit buah masak fisiologis oranye coklat (B). Warna kulit buah masak fisiologis kuning (C). Warna daging buah kehijau-hijauan (D). Warna daging buah keputih-putihan

A B C D E F

G H I J K L

M N O P Q R

D C

(23)

11 Table 4 Keragaman karakter pada buah

(24)

12

utama kulit Kekilapan Tambalan Ukuran kelopak YUMI F1 Sedang Sangat gelap Kuat Tidak ada Sangat kecil KANIA F1 Kecil Putih Kuat Tidak ada Kecil 2013-059-2 Sangat besar Sangat gelap Kuat Tidak ada Kecil 2013-078-1 Besar Sedang Sedang Tidak ada Kecil 2013-071-1 Kecil Sedang Kuat Tidak ada Sangat kecil 2013-065-1 Kecil Sedang Kuat Tidak ada Sangat kecil 2013-007 Sangat besar Gelap Lemah Tidak ada Sangat besar

(25)

13

Karakter Kuantitatif

Analisis Ragam

Analisis ragam pada peubah-peubah kuantitatif menunjukkan bahwa perbedaan genotipe memberikan pengaruh yang sangat nyata (Tabel 5). Pengaruh yang sangat nyata tersebut menunjukkan bahwa delapan belas genotipe terung yang diuji memiliki karakter kuantitatif yang beragam. Nilai koefien keragaman pada peubah-peubah yang diamati berkisar 3.49 – 21.47 %.

Tabel 5 Analisis ragam

Tinggi Tanaman, Tinggi Dikotomus, Diamater Batang, Panjang Helai Daun, dan Lebar Daun

Nilai tengah pengatamatan tinggi tanaman berkisar 71.07 – 107.20 cm (Tabel 6). Menurut penduan pengamatan individual (PPI) PPVT (2007), genotipe terung 2013-059-2, 2013-09-02, dan 2013-007 tergolong tipe tinggi dengan nilai tengah tinggi tanaman lebih tinggi dari 100 cm. Genotipe terung 2013-09-02 memiliki nilai tengah tinggi tanaman paling tinggi yaitu 107.20 cm. Genotipe terung YUMI F1, KANIA F1, 2013-078-1, 2013-070-1, 2013-016-4, 2013-050, 070-2, 58-1, 074-2, 057-1, 079-1, 064-1, 2013-55-6, 2013-071-1, dan 2013-065-1 termasuk terung dengan tinggi tanaman tipe sedang yaitu berkisar 600 – 100 cm. Genotipe terung 2013-58-1 memiliki nilai tengah tinggi tanaman paling rendah yaitu 71.07 cm. Tanaman terung diharapkan memiliki tinggi bertipe sedang. Hal tersebut karena tanaman bertipe tinggi mudah mengalami rebah.

(26)

14

terendah pada genotipe 2013-58-1 yaitu sebesar 1.72 cm. Tinggi dikotomus tanaman diharapkan pendek dan diameter batang tanaman terung diharapkan bernilai tinggi karena terkait dengan kekokohan tanaman. Hasil pengujian terhadap panjang helai daun dan lebar daun juga menunjukkan keragaman. Nilai tengah panjang helai daun berkisar 23.51-34.33 cm. Nilai tengah lebar daun berkisar 18.33-26.40 cm. Panjang helai daun dan lebar daun berkontribusi terhadap luas daun.

Tabel 6 Nilai pengamatan tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, panjang helai daun, lebar daun Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji α=5%

Umur Berbunga dan Umur Panen

(27)

15 Tabel 7 Nilai pengamatan umur berbunga dan umur panen

Genotipe Umur berbunga (HST) Umur panen (HST)

YUMI F1 45.33bcd 62.00d 2013-074-2 47.67bcd 66.00cd 2013-057-1 53.00ab 83.00ab 2013-065-1 46.67bcd 67.00cd

2013-007 46.67bcd 66.00cd

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji α=5%

HST=hari setelah tanam

Panjang Buah, Diamater Maksimum Buah, dan Panjang Tangkai Buah

Karakter panjang buah yang diuji menunjukkan keragaman (Tabel 8). Nilai tengah pengamatan karakter panjang buah dari 18 genotipe terung antara 2.93-31.83 cm. Menurut penduan pengujian individual PPVT (2007) panjang buah terung berdasarkan nilai panjang buah dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu sangat pendek apabila nilai panjang lebih kecil dari 1 cm. Tipe pendek apabila berkisar 1-2 cm. Tipe sedang apabila nilai panjang berkisar 2-5 cm. Tipe panjang apabila nilai panjang berkisar 5-10 cm, dan tipe sangat panjang apabila memiliki nilai panjang buah lebih tinggi dari 10 cm. Nilai panjang buah yang besar bukan berarti selalu bernilai positif. Begitu juga dengan nilai panjang buah yang kecil tidak berarti selalu bernilai negatif. Nilai panjang buah dipengaruhi oleh bentuk buah. Genotipe terung yang tergolong kedalam tipe buah sangat panjang umumnya memiliki bentuk buah yang silindris dan bentuk lain-lain. Genotipe terung yang tergolong kedalam buah tipe panjang memiliki bentuk buah lain-lain. Genotipe terung yang tergolong kedalam buah tipe pendek merupakan jenis terung kecil yang memiliki bentuk buah bundar untuk genotipe 2013-007, dan bentuk buah bulat telur untuk genotipe 2013-074-2 dan 2013-09-02.

(28)

2013-58-16

1, 2013-057-1, 2013-079-1, 2013-079-1, 2013-064-1, dan 2013-55-6 tergolong ke dalam buah berdiameter besar dengan diameter maksimum berkisar 5-10 cm. Buah yang tergolong ke dalam tipe diameter sangat besar adalah buah yang memiliki diameter maksimum lebih tinggi dari 10 cm yaitu pada genotipe 2013-059-2 dengan diameter maksimum 10.93.

Nilai tengah panjang tangkai buah yang diuji berkisar antara 3.71-9.61 cm (Tabel 8). Hasil pengujian panjang tangkai buah menunjukkan semua genotipe memiliki tipe panjang tangkai buah pendek. Kecuali genotipe 074-2, 2013-09-02, dan 2013-007 yang memiliki panjang tangkai buah tipe sangat pendek.

Tabel 8 Nilai pengamatan panjang buah, diameter maksimum, dan panjang tangkai buah

Genotipe Panjang buah (cm) Diameter maksimum buah (cm)

Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji α=5%

Bobot per Buah, Jumlah Buah, dan Bobot Buah per Tanaman

(29)

17 jumlah buah per tanaman paling sedikit yaitu 3.27 pada genotipe 2013-059-2 dengan ukuran buah yang besar.

Bobot buah per tanaman yang diuji dihitung selama lima kali panen. Bobot buah per tanaman dipengaruhi oleh bobot per buah dan jumlah buah per tanaman. Nilai tengah bobot buah per tanaman berkisar antara 236.28-1 898.53 g (Tabel 9). Nilai tengah bobot buah per tanaman tertinggi pada varietas KANIA F1 yang merupakan varietas hibrida yaitu 1 898.53 g. Varietas hibrida lain yang digunakan dalam pengujian adalah varietas YUMI F.

Varietas hibrida merupakan generasi F1 yang mempunyai karakter unggul karena adanya sifat heterosis (Syukur et al. 2012). Menurut Wijaya et al. (2012) nilai heterosis yang tinggi karena banyaknya gen yang terlibat dalam peubah hasil. Namun nilai tengah bobot per buah varietas Hibrida yang diuji menunjukkan nilai lebih rendah dari potensi hasil yang sebenarnya. Varietas hibrida YUMI F1 memiliki potensi hasil bobot per buah 250-300 gram. Hal tersebut disebabkan banyaknya serangan hama dan penyakit serta kondisi yang kurang optimum sehingga mengakibatkan penurunan potensi hasil. Genotipe terung yang lain kemungkinan memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dari hasil pengujian jika dalam kondisi lingkungan yang optimum.

Tabel 9 Nilai pengamatan bobot per buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman

Genotipe Bobot per buah (g) Jumlah buah per tanaman

Bobot buah per tanaman (g)

YUMI F1 211.80bcd 11.73cd 1 648.70ab

KANIA F1 210.15bcd 17.67bc 1 898.53a

2013-059-2 401.78a 3.27d 914.59bc

2013-078-1 287.24bc 8.33cd 1 662.21a

2013-070-1 228.35bcd 10.47cd 1 676.39a

2013-016-4 137.55d 16.27bc 1 290.12ab

2013-050 189.08cd 11.13cd 1 267.54ab

2013-09-02 23.98e 26.53b 410.80c

2013-071-1 204.82bcd 19.07bc 1 845.54a

2013-065-1 167.72d 17.27bc 1 825.61a

2013-007 16.31e 51.67a 422.32c

(30)

18

Analisis Korelasi

Koefisien korelasi menggambarkan keeratan hubungan linear antar dua peubah atau lebih (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Hasil pengujian analisis korelasi antar karakter kuantitatif pada buah tersaji dalam Tabel 10. Karakter bobot per buah berkorelasi positif nyata terhadap panjang buah dan panjang tangkai buah, serta berkorelasi positif sangat nyata terhadap diameter buah. Jumlah buah per tanaman berkorelasi negatif sangat nyata terhadap panjang buah, diameter buah, dan bobot per buah. Hal tersebut menunjukkan bahwa genotipe tanaman dengan nilai jumlah buah yang tinggi memiliki kecenderungan nilai panjang buah, diameter buah, dan bobot per buah rendah.

Umur berbunga dan umur panen berkorelasi positif sangat nyata terhadap diameter buah. Umur berbunga berkorelasi positif sangat nyata terhadap umur panen. Hasil yang sama dibuktikan oleh penelitian Wahyuni (2013) yang menyatakan bahwa umur berbunga berkorelasi posistif sangat nyata terhadap umur panen. Bobot buah per tanaman berkorelasi positif sangat nyata terhadap panjang buah dan nyata terhadap bobot per buah, namun berkorelasi negatif sangat nyata terhadap jumlah buah per tanaman. Hasil pengujian terhadap 18 genotipe terung menunjukkan bahwa genotipe tanaman yang memiliki nilai jumlah buah per tanaman tinggi memiliki kecenderungan nilai bobot buah per tanaman rendah. Hal tersebut karena jumlah buah pertanaman berkorelasi negatif sangat nyata terhadap bobot per buah. Selain hal tersebut, genotipe dengan nilai jumlah buah tinggi memiliki ukuran buah kecil dan bobot per buah rendah. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Kalloo (1988) yang menyatakan hasil berkorelasi positif terhadap jumlah buah per tanaman. Hal tersebut kemungkinan disebabkan perbedaan bahan genetik yang digunakan.

Tabel 10 Korelasi linear antar karakter kuantitatif pada buah

PB DBU PJTK BPB JBT UB UP **=berkorelasi sangat nyata *=berkoresi nyata tn=sangat nyata PB=panjang buah

DBU=diameter buah PJTK=panjang tangkai buah BPB=bobot per buah JBT=jumlah buah per tanaman UB=umur berbunga UP=umum panen BPT=bobot per tanaman

Analisis Gerombol

(31)

19 Analisis gerombol membagi 18 genotipe yang diuji kedalam beberapa kelompok berdasarkan tingkat kemiripan atau kedekatan genetik. Hasil analisis gerombol pada tingkat kemiripan 56% membagi genotipe terung menjadi dua kelompok besar. Kelompok I terdiri dari varietas YUMI F1, KANIA F1, genotipe 016-4, 050, 070-2, 064-1, 55-6, 071-1, 065-1, 078-1, 070-1, 58-1, 057-1, 079-1, dan 2013-059-2. Kelompok II terdiri dari genotipe 2013-09-02, 2013-007, dan 2013-074-02.

Kelompok I merupakan genotipe terung yang memiliki ukuran buah besar dengan bentuk buah silindris pada varietas YUMI F1, KANIA F1, genotipe 2013-016-4, 2013-050, 2013-070-2, 2013-064-1, 2013-55-6, 2013-071-1, 2013-065-1 dan bentuk buah lain-lain pada genotipe 2013-059-2, 2013-078-1, 2013-070-1, 2013-057-1, 2013-079-1, 2013-58-1. Kelompok II merupakan genotipe terung yang memiliki ukuran buah kecil dengan bentuk bulat telur pada genotipe 2013-074-2 dan 2013-09-02 serta bundar pada genotipe 2013-007.

Perbedaan kelompok menunjukkan jarak genetik yang jauh. Menurut Singh et al. (2008) genotipe yang berbeda kelompok dengan jarak genetik yang jauh dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan tanaman untuk mendapatkan keragaman yang luas pada generasi bersegregasi. Menurut Surahman (2009), perbedaan karakter antar aksesi yang besar akan memberikan peluang yang baik dalam kegiatan seleksi.

(32)

20

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil pengujian karakter kualitatif pada fase kecambah, pertumbuhan tanaman, batang, daun, bunga dan buah menunjukkan keragaman. Hasil pengujian karakter kuantitatif juga menunjukkan adanya keragaman. Bobot per buah tertinggi pada genotipe 2013-059-2 dan terendah pada genotipe 2013-074-2. Bobot buah per tanaman tertinggi pada varietas YUMI F1 dan terendah pada genotipe 2013-074-2. Hasil analisis gerombol pada tingkat kemiripan 56% membagi genotipe tanaman terung yang diuji kedalam dua kelompok. Kelompok I merupakan genotipe terung dengan buah berukuran besar. Kelompok II merupakan genotipe terung dengan buah berukuran kecil.

Saran

Genotipe terung 2013-016-4, 2013-050, 2013-070-2, 2013-55-6, 2013-071-1, dan 2013-065-1 perlu dilakukan pengujian lanjutan. Hal tersebut karena genotipe-genotipe tersebut memiliki bentuk buah yang sama dengan varietas pembanding dan memiliki potensi hasil yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding yang merupakan varietas hibrida.

DAFTAR PUSTAKA

Acquaah G. 2007. Principles of Plant Genetics and Breeding. Australia: Blackwell Publishing

Azhari S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr.

[BPS dan DITJEN Hortikultura] Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Hortikultura. 2014. Produksi sayuran Indonesia 2009-2013. [Internet].

[diunduh 18 Juni 2014]. Tersedia pada:

[CPVO] Comunity Plant Variety Office. 2008. Protokol for distincness, uniformity and satbilit test Solanum melongena L. CPVO-TP/117/1

Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Jakarta (ID). Universitas Indonesia Pr.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2012. Top production eggplant-aubergines. [Internet]. [diunduh 2014 Juli 14]. Tersedia pada: http://faostat.fao.org/site/339/default.aspx

(33)

21 Kalloo. 1988. Vegetable Breeding. Florida: CRC Press. 239 hlm.

Khasanah U. 2013. Evaluasi karakter dan uji daya hasil beberapa genotipe tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) di Kebun Percobaan IPB Tajur, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Pr

[PKHT] Pusat Kajian Hortikultura Tropika. 2014. Ekspor Komoditi Pertanian Subsektor Hortikultura (Total, Segar dan olahan ) 2012-2013. [Internet].

[diunduh 2014 Juni 18]. Tersedia pada:

http://pkht.or.id/datastatistik/konsumsi-buah-dan-sayur/9-uncategorised Poespodarsono S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor

[PPVT] Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2007. Panduan pengujian individual kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan terung (Solanum melongena). PVT/PPI/23/1

Purwati E. 1997. Pemuliaan tanaman tomat. Di dalam: Duriat AS, Hadisuganda WW, Permadi AH, Sinaga RM, Hilma Y, Basuki RS, editor. Teknologi Produksi Tomat. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran. hlm 42-58.

Wahyuni R. 2013. Studi genetik beberapa genotipe pada terung (Solanum melongena L.) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Rizky MS. 2013. Hama dan penyakit tanaman terung (Solanum melongena L.) di Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1999. Sayuran Dunia 3 Prinsip, Produksi, dan Gizi. Edisi kedua. Catur Herison, penerjemah; Sofia Niksolihin, editor. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari Word Vegetable: Principles, Production, and Nutritive Value.

Sigh S, Pradhan SK, Virk P. 2008. Genetic divergence in new plant type rice under shallow lowland ecosistem. J SABRAO of Breeding Genetics. 40(1):1-8

Surahman DN, Darmajana DA. 2004. Kajian analisa kandungan vitamin dan mineral pada buah-buahan tropis dan sayur-sayuran di Toyama Prefecture Jepang. Prosiding Seminar Rekayasa Kimia dan Proses; 2004. Semarang (ID): Universitas Diponegoro

Surahman M, Santosa E, Nisya FN. 2009. Karakterisasi dan analisis gerombol plasma nutfah jarak pagar Indonesia dan beberapa negara lain menggunakan marka morfologi dan molekuler. J Agron Indonesia. 37 (3):256-264.

[SUSENAS BPS] Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik. 2014. Rata-rata konsumsi kalori (Kkal) per kapita sehari menurut kelompok makanan 1999, 2002-2003. [Internet]. [diunduh 2014 Juni 17]. Tersedia pada:http://bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=05& notab=5

Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 300 hlm.

(34)

22

Wijaya A, Susantidiana, Harun MU, Surahman M. 2012. Evaluasi penampilan dan efek heterosis hasil persilangan beberapa aksesi jarak pagar (Jatropha curcas L.). J Agron Indonesia. 41(1):83-87.

(35)

23

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengamatan karakter lekukan tepi daun

Lampiran 2 Pengamatan karakter bentuk ujung daun

(36)

24

Lampiran 4 Pengamatan karakter rasio panjang diameter buah-1

Lampiran 5 Pengamatan karakter lengkungan buah

(37)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Probolinggo, 3 April 1991, merupakan anak ketiga dari pasangan Khosen dan Ragiba. Pendidikan dari SD-SMA ditempuh di Probolinggo. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN II Alaskandang pada tahun 1998-2004. Tahun 2004 melanjutkan pendidikan ke SMPN I Besuk dan pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN I Kraksaan.

Gambar

Table 1  Keragaman karakter pewarnaan antosianin hipokotil kecambah dan                    batang serta kerapatan bulu batang
Table 2  Keragamaan karakter tipe tumbuh dan karakter pada bunga
Table 3  Keragaman karakter pada helai daun
Gambar 4  Keragaan bentuk buah (A). YUMI F1 (B). 2013-070-2 (C). 2013-016-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan penyakit yang dominan adalah busuk buah (Phomopsis sp.) dan antraknosa (Colletotrichum sp.) yang menyerang tanaman terung pada fase generatif dengan intensitas

Tanaman terung (Solanum molongena L.), termasuk dalam family solanceae yang menghasilkan biji, (Spermatophyta) dan biji yang di hasilkan berkeping dua. Ada beberapa

Genotipe IPB H91 memiliki keunggulan tangkai bunga yang panjang serta jumlah bunga per buku dan buah yang banyak, bobot daging buah, persentase bagian yang dapat

Berat buah tanaman terung pada jarak tanam yang terlalu rapat berpengaruh terhadap hasil dan produksi tanaman terung dikarenakan populasi tanaman lebih banyak pada jarak tanam

Ketiga genotipe ciplukan memiliki keragaman sifat morfologi yang signifikan pada tinggi tanaman, umur berbunga, umur berbuah, panjang dan lebar daun, bobot buah

Dosis pupuk kandang kambing 30 ton ha -1 dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, berat kering, bobot buah per tanaman, bobot buah per petak dan

Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, umur berbunga, cabang produktif, jumlah buah per sampel dan berat buah

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah, panjang dan diameter dan berat buah buah tanaman terung tertinggi akibat perlakuan kompos Azolla pinnata terdapat pada perlakuan A2 80 g