KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN SPESIES
STAPHYLINID (COLEOPTERA) DI HABITAT
PERSAWAHAN SEKITAR BOGOR
SEFRIATIN NURMAULANI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman dan Kelimpahan Spesies Staphylinid (Coleoptera) di Habitat Persawahan Sekitar Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Sefriatin Nurmaulani
ABSTRAK
SEFRIATIN NURMAULANI. Keanekaragaman dan Kelimpahan Spesies Staphylinid (Coleoptera) di Habitat Persawahan Sekitar Bogor. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan TARUNI SRI PRAWASTI.
Kumbang staphylinid (ordo Coleoptera) dicirikan dengan bentuk tubuh memanjang dan ramping, elitra pendek dan menutupi beberapa segmen abdomen, dan tubuh biasanya berwarna hitam mengkilap, cokelat, atau kuning kecokelatan. Di ekosistem persawahan, kumbang ini berperan sebagai predator hama pertanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur keanekaragaman dan kelimpahan kumbang staphylinid pada persawahan di beberapa daerah di Bogor. Penelitian ini juga mempelajari struktur hemolimfa kumbang Paederus fuscipes.
Pengamatan dan koleksi kumbang dilakukan dengan road sampling di beberapa persawahan. Pengamatan struktur hemolimfa dilakukan dengan membuat sediaan apus atau metode smear. Kumbang staphylinid yang ditemukan di enam lahan persawahan sekitar Bogor, ialah Paederus fuscipes (subfamili Paederinae), Stenus
sp. (subfamili Steninae), Hypostenus arachnoides (subfamili Steninae), dan
Astenus lombokianus (subfamili Paederinae). Keanekaragaman spesies staphylinid di lahan persawahan tergolong rendah. Spesies P. fuscipes ditemukan paling dominan di habitat persawahan. Tipe hemosit yang ditemukan pada hemolimfa kumbang P. fuscipes ialah prohemosit, plasmatosit, adipohemosit, dan sistosit. Kata kunci: Dominansi, hemosit, keanekaragaman, persawahan, staphylinid.
ABSTRACT
SEFRIATIN NURMAULANI. Diversity and Abundance of Staphylinid Species (Coleoptera) at Paddy Field Habitat in Bogor. Supervised by TRI ATMOWIDI and TARUNI SRI PRAWASTI.
Staphylinid beetles (order Coleoptera) are characterized by elongated and slender body shape, short elytra that covered some segments of the abdomen, and body usually shiny black, brown, or yellow-brown. In the paddy field ecosystem, these beetles are known as predator. This research aimed to measure the diversity and abundance of staphylinid beetles in the paddy field at some areas in Bogor. The research also studied the hemolymph structure of Paederus fuscipes. Collections of beetle were done by using road sampling method in some paddy fields. Observations of hemolymph structure were done by making a blood smear. Staphylinid beetles found in six paddy fields in Bogor were Paederus fuscipes
(subfamily Paederinae), Stenus sp. (subfamily Steninae), Hypostenus arachnoides
(subfamily Steninae), and Astenus lombokianus (subfamily Paederinae). Diversity of staphylinid species in paddy fields is low. The most dominant species staphylinid at the paddy fields was P. fuscipes. Hemocytes type found in the hemolymph of P. fuscipes beetles were prohemocyte, plasmatocyte, adipohemocyte, and cystocyte.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN SPESIES
STAPHYLINID (COLEOPTERA) DI HABITAT
PERSAWAHAN SEKITAR BOGOR
SEFRIATIN NURMAULANI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Keanekaragaman dan Kelimpahan Spesies Staphylinid (Coleoptera) di Habitat Persawahan Sekitar Bogor
Nama : Sefriatin Nurmaulani NIM : G34100059
Disetujui oleh
Dr Tri Atmowidi, MSi Pembimbing I
Dra Taruni Sri Prawasti, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Iman Rusmana, MSi Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmatNya sehingga karya ilmiah ini dapat selesai. Karya ilmiah ini berjudul Keanekaragaman dan Kelimpahan Spesies Staphylinid (Coleoptera) di Habitat Persawahan Sekitar Bogor yang dilaksanakan pada bulan November hingga bula April 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Tri Atmowidi MSi dan Dra Taruni Sri Prawasti MSi selaku pembimbing, serta Dr Dorly MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran pada karya ilmiah ini. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih kepada Prof Dr Woro Anggraitoningsih dan Bapak Sarino staf Laboratorium Entomologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor atas bantuannya dalam mengidentifikasi spesimen. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tini dan Mbak May sebagai laboran Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi yang telah banyak membantu dalam proses penelitian ini. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk Nofialdi rekan seperjuangan dalam penelitian; mamah (Diah Akhdiyah), bapak (Hasan Basri), adik, dan teman-teman Biologi 47, serta sahabat yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, dan doanya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Prosedur Penelitian 2
HASIL 3
Kondisi Lingkungan di Habitat Persawahan 3
Keanekaragaman, Dominansi, dan Kesamaan Kumbang Staphylinid 3
Struktur Hemolimfa P. fuscipes 6
PEMBAHASAN 7
Struktur Hemolimfa P. fuscipes 9
SIMPULAN 10
DAFTAR PUSTAKA 10
DAFTAR TABEL
1 Kondisi lingkungan persawahan tempat koleksi kumbang staphylinid 4 2 Jumlah individu, indeks keanekaragaman, dan dominansi staphylinid
di persawahan 4 3 Indeks similaritas Sorensen kumbang stapyhlinid di habitat persawahan 5
DAFTAR GAMBAR
1 Kumbang staphylinid yang ditemukan di habitat persawahan: P. fuscipes, H. arachnoides, Stenus sp., dan A. lombokianus. 6 2 Tipe hemosit pada P. fuscipes: prohemosit, plasmatosit, adipohemosit,
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Coleoptera merupakan ordo terbesar dalam klas Insekta, dengan anggota sekitar 350 000 spesies, yang terbagi kedalam empat subordo, yaitu Archostemata, Myxophaga, Adephaga, dan Polyphaga (Gullan dan Cranston 2010). Coleoptera dicirikan dengan adanya elitra atau sayap depan yang keras dan sayap belakang berselaput tipis yang melipat di bawah sayap depan (Borror et al. 1996). Coleoptera memiliki lebih dari 110 famili, salah satunya adalah Staphylinidae (Borror et al. 1996). Staphylinidae dicirikan dengan bentuk tubuh memanjang dan ramping; elitra pendek yang menutupi beberapa segmen abdomen; tubuh umumnya berwarna hitam mengkilap, cokelat, atau kuning kecokelatan (Stebbing 1914). Staphylinidae adalah kumbang yang bersifat generalis. Kumbang ini banyak ditemukan pada pertanaman padi yang memangsa wereng daun dan wereng batang (Ophenia). Kumbang ini berperan penting dalam pengendalian hayati (Purnomo 2010).
Sebagian besar Staphylinidae berperan sebagai predator yang memangsa serangga-serangga kecil, seperti kutu dan larva serangga. Staphylinidae juga dapat bersifat sebagai saprofag (Bohac 1999) atau polifag (Kalshoven 1981). Staphylinidae di persawahan sekitar Bogor (daerah Leuwikopo, Situgede, dan Cikarawang) dilaporkan tiga spesies, yaitu Paederus fuscipes, Stenus sp., dan
Cryptobium abdominale (Lubis 2013). Di habitat ubi jalar di daerah bogor dilaporkan tiga spesies kumbang staphylinid, yaitu Paederus fuscipes, Stenus sp., dan Medon sp. (Prasetyo 2013). Soesanthy (1999) juga melaporkan famili Staphylinidae ditemukan dominan diantara famili Coleoptera lainnya yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Halimun, dengan kelimpahan sebesar 3797 individu. Di persawahan daerah Cianjur, Jawa Barat, dilaporkan 13 spesies staphylinid (Herlinda et al. 2004).
Sebagian besar kumbang Staphylinidae hidup di habitat yang lembab, serasah daun, tumbuhan yang telah membusuk, kotoran hewan dan bangkai, serta di bawah pohon dan semak (Evans et al. 2006).Persawahan merupakan salah satu habitat Staphylinidae. Di dalam ekosistem persawahan, kumbang ini berperan sebagai predator hama wereng pada pertanaman padi (Khodijah et al. 2012).
Tujuan Penelitian
2
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013-April 2014. Pengambilan sampel kumbang staphylinid dilakukan secara road sampling di enam lahan persawahan di Bogor, yaitu Cibereum, Bojongrangkas, Sindangbarang, Cikarawang, Cibinong, dan Cipaku. Identifikasi kumbang dan analisis data dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB dan di Laboratorium Entomologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor.
Prosedur Penelitian
Koleksi Staphylinidae. Pengambilan sampel dilakukan di enam lahan persawahan di Bogor, yaitu lahan Cibereum, Bojongrangkas, Sindangbarang, Cikarawang, Cibinong, dan Cipaku menggunakan metode road sampling (Silvy 2012). Metode ini dilakukan dengan cara berjalan di sepanjang pematang sawah pada masing-masing lahan. Kumbang ditangkap menggunakan tangan kemudian dimasukkan kedalam botol sampel yang berisi alkohol 70%. Sampling kumbang dilakukan di lahan Bojongrangkas dan Sindangbarang (November 2013), Cibereum (Desember 2013-Januari 2014), Cibinong (Januari-Februari 2014), Cipaku dan Cikarawang (Februari 2014).
Pengukuran Kondisi Lingkungan. Pengukuran kondisi lingkungan meliputi suhu, kelembapan udara, dan intensitas cahaya dilakukan bersamaan dengan koleksi kumbang di lokasi pengamatan. Pengukuran suhu dan kelembapan udara, serta intensitas cahaya diukur menggunakan digital four in one.
Identifikasi Spesimen. Identifikasi staphylinid dilakukan berdasarkan kunci determinasi Borror et al. (1996) sampai tingkat famili dan Cameron (1931) sampai tingkat spesies.
Pengamatan Struktur Hemolimfa P. fuscipes. Pengamatan struktur hemolimfa dilakukan dengan membuat sediaan apus atau metode smear. Kumbang P. fuscipes yang masih hidup ditusuk dengan jarum steril pada bagian kepala, toraks hingga abdomennya. Kemudian cairan hemolimfa yang keluar diratakan pada gelas objek. Setelah cairan kering, kemudian difiksasi menggunakan metanol hingga kering. Setelah itu, diwarnai dengan pewarna Giemsa selama ± 45 menit (Suntoro 1983).
Analisis Data. Analisis data kumbang staphylinid pada masing-masing lokasi meliputi penghitungan:
Indeks Keanekaragaman. Indeks keanekaragaman dihitung menggunakan persamaan Indeks Shannon-Wiener (Magurran 1987), dengan persamaan:
H’ = -∑ pi ln pi
Keterangan:
H’ : Indeks keanekaragaman ∑ : Jumlah spesies
pi : ni/N
3
H’ ≤ 1 : Keanekaragaman rendah
1<H’≤3: Keanekaragaman sedang
H’ >3 : Keanekaragaman tinggi
Indeks Dominansi. Dominansi spesies tertentu dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Dominansi Simpson (Magurran 1987) dengan persamaan:
C = ∑ (pi)2 Keterangan:
C : Indeks dominansi
∑ : Jumlah spesies
pi : ni/N
ni : Jumlah individu spesies ke-i N : Jumlah individu total
Indeks Similaritas. Perhitungan Indeks Similaritas menggunakan Indeks Sorensen (Magurran 1987) dengan persamaan:
Keterangan:
Cs : Indeks Similaritas Sorensen
j : Jumlah spesies yang sama yang ditemukan dikedua habitat yang dibandingkan
a : Jumlah spesies di lokasi A b : Jumlah spesies di lokasi B
HASIL
Kondisi Lingkungan di Habitat Persawahan
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu tertinggi (31.9oC) terdapat di lahan Cipaku dengan kondisi lahan persawahan yang kering. Suhu terendah (26.6oC) terdapat di lahan Cibereum dengan kondisi lahan persawahan yang lembap dan berair. Kelembapan udara tertinggi (83.4%) terdapat di lahan Cibereum, sedangkan kelambapan terendah (66.5%) terdapat di lahan Cipaku. Intensitas cahaya tertinggi (16440 lux) terdapat di lahan Sindangbarang, sedangkan intensitas cahaya terendah (1932 lux) terdapat di lahan Cibinong (Tabel 1).
Keanekaragaman, Dominansi, dan Kesamaan Kumbang Staphylinid Kumbang staphylinid yang ditemukan di enam lahan persawahan sekitar Bogor berjumlah 272 individu yang termasuk dalam dua subfamili dan empat spesies, yaitu P. fuscipes (subfamili Paederinae), Astenus lombokianus (subfamili Paederinae), Stenus sp. (subfamili Steninae), dan Hypostenus arachnoides
(subfamili Steninae). Kumbang P. fuscipes merupakan spesies yang paling Cs = 2j
4
dominan (265 individu) (Tabel 2) dan paling banyak ditemukan di lahan persawahan Cibinong (123 individu). Spesies lainnya, seperti A. lombokianus dan
H. arachnoides hanya ditemukan di lahan Cibinong dan Stenus sp. hanya ditemukan di lahan Cipaku. Indeks keanekaragaman spesies staphyliniddi habitat persawahan dalam penelitian ini hanya dapat diukur di lahan Cibinong dan Cipaku
(H’=0.185 dan H’=0.229). Sementara lahan lain nilai indeks tidak dapat dihitung
karena hanya ditemukan satu spesies (Tabel 2). Nilai indeks keanekaragaman spesies pada setiap lahan tergolong rendah. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai dominansi staphylinid di setiap lahan terhitung tinggi (C = 1, C = 0.886, dan C = 0.924) (Tabel 2).
Tabel 1 Kondisi lingkungan persawahan tempat koleksi kumbang staphylinid
Lahan Persawahan Suhu udara (°C) Kelembapan udara
(%)
Nilai di dalam tabel merupakan nilai rata-rata setiap faktor lingkungan dan angka di dalam kurung merupakan nilai kisaran terukur
Tabel 2 Jumlah individu, indeks keanekaragaman, dan dominansi staphylinid di habitat persawahan
Keterangan: A=Bojongrangkas, B=Cibereum, C=Sindangbarang, D=Cibinong, E=Cipaku, F=Cikarawang.
5
Sindangbarang, dan Cikarawang memiliki nilai indeks similaritas tertinggi (Cs=1.0). Indeks similaritas terendah (Cs=0.4) ditemukan antara lahan persawahan di Cibinong dan Cipaku (Tabel 3).
Tabel 3 Indeks similaritas Sorensen kumbang stapyhlinid di habitat persawahan
Lokasi A B C D E F
Keterangan: A=Bojongrangkas, B=Cibereum, C=Sindangbarang, D=Cibinong, E=Cipaku, F=Cikarawang.
Kumbang P. fuscipes yang ditemukan memiliki ciri-ciri: panjang tubuh sekitar 9.02 mm, kepala berwarna hitam, antena beruas 11 dan berbentuk filiform; elitra berwarna biru kehitaman dengan panjang sekitar 1.5 mm; toraks berwarna merah bata dengan panjang sekitar 1.2 mm; memiliki enam segmen abdomen, panjang abdomen sekitar 5.1 mm, abdomen berwarna merah bata dengan dua segmen terakhir berwarna hitam; tungkai berwarna merah bata, tarsi terdiri dari lima ruas (Gambar 1a).
Kumbang H. arachnoides memiliki ciri-ciri: panjang tubuh sekitar 4.2 mm, tubuh berwarna hitam mengkilap; kepala berwarna hitam, antena filiform
berwarna cokelat, panjang antena sekitar 0.7 mm; toraks berwarna hitam, panjang toraks sekitar 0.5 mm, panjang elitra sekitar 0.8 mm; mempunyai enam segmen abdomen, panjang abdomen sekitar 2.3 mm; tungkai berwarna kuning kecokelatan, tarsi terdiri dari lima ruas (Gambar 1b). Karakteristik morfologi ini sesuai dengan spesies H. arachnoides koleksi museum Zoologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Bogor.
Stenus sp. yang ditemukan dalam penelitian ini memiliki ciri-ciri: panjang tubuh sekitar 4.9 mm, tubuh yang memiliki dua pola warna (hitam dan merah bata); kepala berwarna merah bata, antena terdiri dari sebelas ruas; toraks berwarna merah bata, panjang toraks sekitar 0.7 mm; elitra berbentuk membulat, elitra berwarna hitam, panjang elitra sekitar 0.9 mm; abdomen terdiri dari enam segmen, abdomen berwarna merah bata dengan dua segmen terakhir berwarna hitam, panjang abdomen 2.8 mm; tungkai berwarna merah bata (Gambar 1c).
Kumbang A. lombokianus memiliki ciri-ciri: panjang tubuh sekitar 3.8 mm, tubuh berwarna cokelat; antenna terdiri dari sebelas ruas, antena berwarna kuning kecokelatan, panjang antena 1.001 mm; abdomen terdiri dari enam segmen, panjang abdomen sekitar 2.0 mm; elitra berwarna cokelat dan kuning pada ujungnya, panjang elitra sekitar 0.6 mm; tungkai berwarna kuning. Ukuran tubuh
6
Gambar 1 Kumbang staphylinid yang ditemukan di habitat persawahan: P. fuscipes (a), Stenus sp. (b), H. arachnoides (c), dan A. lombokianus (d).
Struktur Hemolimfa P. fuscipes
Hasil pengamatan pada hemolimfa P. fuscipes, ditemukan beberapa tipe hemosit, yaitu prohemosit, adipohemosit, sistosit, dan plasmatosit (Gambar 2).
(a)
(b)
(c)
7
Gambar 2 Tipe hemosit pada P. fuscipes: prohemosit (a), plasmatosit (b), adipohemosit (c & d), dan sistosit (e & f).
PEMBAHASAN
Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui seberapa besar kekayaan spesies pada suatu habitat. Kekayaan spesies dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kondisi habitat, lingkungan, dan ketersediaan makanan. Nilai keanekaragaman spesies staphylinid di enam lahan persawahan sekitar Bogor tergolong rendah (H’<1.00). Rendahnya keanekaragaman staphylinid ini diduga karena kondisi lingkungan di habitat persawahan yang berubah-ubah karena adanya aktivitas manusia dari masa tanam hingga masa panen. Menurut Bohac (1999), adanya aktivitas pertanian, seperti pengolahan tanah dapat menurunkan aktivitas larva dan imago staphylinid. Kondisi habitat yang tidak alami juga mempengaruhi keanekaragaman kumbang ini. Bohac (1999) melaporkan komunitas staphylinid lebih menyukai habitat alami dan semi-alami, seperti hutan, stepa, tepi danau, anak sungai, dan padang rumput. Persawahan merupakan lahan yang dijadikan areal pertanian dan termasuk kedalam habitat yang tidak alami. Selain itu, ketersediaan makanan pada suatu habitat juga mempengaruhi nilai keanekaragaman spesies staphylinid. Disamping sebagai predator, kumbang staphylinid juga bersifat saprofag yang dapat makan sisa bahan organik, tumbuhan yang telah membusuk, ataupun serasah daun. Pada habitat persawahan, jarang sekali ditemukan serasah ataupun tumbuhan yang telah membusuk, sehingga mempengaruhi keberadaan kumbang staphylinid yang bersifat saprofag.
(a)
(d) (e) (f)
8
Spesies P. fuscipes memiliki kelimpahan yang paling tinggi diantara spesies lainnya. Kelimpahan spesies ini dapat dipengaruhi oleh cuaca dan keadaan habitat sekitar lahan. Kondisi lahan pada saat pengambilan sampel, yaitu lembab setelah hujan dengan tanah yang tergenang air. Nasir et al. (2012) melaporkan curah hujan mempengaruhi populasi P. fuscipes. Saat musim hujan, kelimpahan kumbang spesies ini tinggi, sedangkan saat musim kemarau atau tidak ada hujan, kelimpahan kumbang ini menurun.
Ketersediaan hama sebagai pakan di persawahan juga mendukung kelimpahan kumbang ini. Menurut Lou et al. (2013), kumbang ini memangsa hama utama tanaman padi, yaitu imago dan nimfa Nilaparvata lugens, Sogatella furcifera, Laodelphax striatellus, Nephotettix cincticeps, Tryporyza incertulas,
larva Cnaphalocrocis medinalis, dan Naranga aenescens. Aplikasi insektisida di lahan persawahan juga berpengaruh terhadap kelimpahan kumbang ini. Herlinda
et al. (2008) melaporkan bahwa jumlah staphylinid lebih tinggi pada sawah tanpa aplikasi insektisida daripada sawah yang diaplikasi insektisida. Hal ini disebabkan karena menurunnya jumlah hama akibat aplikasi insektisida tersebut, sehingga ketersediaan makanan bagi kumbang staphylinid berkurang.
Kumbang P. fuscipes mendiami daerah yang lembab, seperti rawa, tepi danau, dan persawahan (Bong et al. 2012). Persawahan merupakan salah satu habitat P. fuscipes. Berdasarkan hasil pengamatan, kumbang ini ditemukan pada tanaman padi, baik pada bagian batang, daun, maupun tajuk tanaman. Selain ditemukan pada tanaman padi, spesies ini juga ditemukan di permukaan tanah, pematang sawah, dan tersembunyi di bawah tanaman liar sekitar pematang sawah. Menurut Hendrival et al. (2011) imago P. fuscipes lebih sering berasosiasi dengan tajuk tanaman untuk mencari mangsa, sedangkan larva P. fuscipes hidup dan mencari mangsa pada permukaan tanah, terutama pada daerah dengan kelembapan tinggi dan banyak mengandung sisa-sisa tanaman. Selain sebagai predator, kumbang ini diketahui memiliki senyawa racun (paederin) yang terdapat didalam hemolimfa dan dapat menyebabkan iritasi kulit (dermatitis) pada manusia. Senyawa paederin merupakan senyawa yang dihasilkan oleh bakteri Pseudomonas
sp. yang hidup didalam hemolimfe (Armstrong & Winfield 1969). Didunia kumbang P. fuscipes terdistribusi secara luas di Amerika, India, Burma, Filipina, Indonesia, dan Malaysia (Cameron 1931), serta Pakistan (Nasir et al. 2012).
Spesies kedua yang ditemukan adalah Stenus sp. Spesies ini memiliki tungkai relatif pendek dengan tarsi lebar, dan memiliki mata yang menonjol dengan beberapa ommatidia. Berdasarkan hasil pengamatan, kumbang ini ditemukan pada tanaman padi dan permukaan tanah di sawah. Kumbang ini hanya ditemukan di lahan Cipaku, dekat dengan sungai. Kondisi habitat kumbang Stenus
ini sesuai dengan laporan Betz (2002) bahwa Stenus sp. hidup pada habitat yang dekat dengan perairan, seperti tepi sungai atau pinggiran danau. Menurut Bohac (1999), fase imago Stenus sp. dapat hidup di daerah pesisir pantai. Stenus juga menghuni habitat yang lembab, serasah daun, dan tangkai tanaman. Kumbang ini terdistribusi secara luas di Eropa Tengah, Amerika, Jerman, Rusia (Betz 1998), dan Indonesia (Herlinda et al. 2004).
9
persebaran di beberapa negara, yaitu Amerika Tengah dan Selatan (Puthz 2006), Cina (Zhao et al. 2008), dan Korea (Oh & Cho 2013).
Spesies keempat adalah A. lombokianus. Berdasarkan hasil pengamatan, spesies ini ditemukan pada permukaan tanah yang berair. Hal ini sesuai dengan Shahab (2011) melaporkan bahwa pada lahan pertanian, spesies Astenus sp. biasanya ditemukan di dekat perairan. Herlinda et al. (2004) melaporkan bahwa
Astenus sp. termasuk artropoda predator penghuni ekosistem persawahan di daerah Cianjur, Jawa Barat. Menurut Cameron (1931), kumbang ini terdistribusi di India, Myanmar, dan Indonesia (Jawa dan Sumatra).
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai dominansi tergolong tinggi pada setiap lahan (C=1) (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat satu spesies yang dominan, yaitu P. fuscipes. Spesies ini mendominasi di setiap lahan persawahan. Dominansi spesies P. fuscipes diduga berhubungan dengan kondisi lingkungan, baik cuaca maupun kondisi habitat persawahan, serta kelimpahan makanan yang mendukung pertumbuhan spesies ini. Khodijah et al. (2012) melaporkan P. fuscipes termasuk spesies artropoda predator yang dominan di lahan persawahan lebak dan pasang surut di Sumatera Selatan.
Hasil perhitungan indeks kesamaan Sorensen, menunjukkan bahwa antara lahan persawahan di Bojongrangkas, Cibereum, Sindangbarang, dan Cikarawang memiliki nilai indeks similaritas tertinggi (Cs=1.0) atau 100%. Indeks similaritas terendah (Cs=0.40), terjadi antara lahan persawahan di Cibinong dan Cipaku (Cs=0.40) (Tabel 3). Rendahnya nilai similaritas kumbang diantara kedua lahan ini mungkin disebabkan karena kondisi habitat yang berbeda. Kondisi lahan Cibinong pada saat pengambilan sampel, yaitu lembab setelah hujan, tanah yang tergenang air, dan umur padi yang masih dalam fase vegetatif. Sebaliknya, lahan persawahan Cipaku kondisinya kering dan tanaman padi sudah dipanen. Hal ini kemungkinan menyebabkan kesamaan spesies staphylinid antara lahan Cibinong dan Cipaku cukup rendah.
Struktur Hemolimfa P. fuscipes
Kumbang P. fuscipes memiliki sistem peredaran darah terbuka. Darah serangga atau hemolimfa merupakan cairan ekstra seluler yang jernih berwarna kuning atau hijau muda, terdiri atas cairan plasma dan sel darah yang disebut hemosit. Hemosit berperan dalam sistem pertahanan tubuh serangga terhadap infeksi bakteri dan racun (Kasmara et al. 2002). Hasil pengamatan pada hemolimfa P. fuscipes, ditemukan beberapa tipe hemosit, yaitu prohemosit, adipohemosit, sistosit, dan plasmatosit. Prohemosit berbentuk bulat dengan inti besar berwarna ungu kehitaman dan sitoplasma berwarna ungu muda (Gambar 2a). Castillo et al. (2006) melaporkan ukuran prohemosit biasanya lebih kecil (4-6 μm) dan memiliki inti yang lebih besar daripada sitoplasmanya.
10
merupakan salah satu hemosit yang dominan ditemukan dalam darah Gryllus mitratus Burm. (Kasmara et al. 2002).
Adipohemosit merupakan hemosit yang berisi lemak (Gambar 2c dan 2d). Menurut Gupta (1979), adipohemosit berbentuk kecil atau besar, bulat hingga oval, dan mengandung tetesan lemak. Adipohemosit mungkin dapat menjadi plasmatosit yang berisi lemak dibawah kondisi fisiologis tertentu. Castillo et al.
(2006) melaporkan bahwa adipohemosit merupakan salah satu hemosit yang paling banyak pada darah Aedes aegypti, dengan rata-rata diameter inti 40 µm dan tetesan lemak yang menonjol dalam sitoplasma. Berdasarkan hasil pengamatan, sistosit memiliki inti besar ditengah berwarna ungu kehitaman dengan sitoplasma berbentuk bulat tak beraturan dan berwarna ungu muda (Gambar 2e).
SIMPULAN
Staphylinid yang ditemukan di enam lahan persawahan sekitar Bogor berjumlah 272 individu yang termasuk dalam 4 spesies, yaitu P. fuscipes
(subfamili Paederinae), Stenus sp. (subfamili Steninae), H. arachnoides (subfamili Steninae), dan A. lombokianus (subfamili Paederinae). Indeks keanekaragaman spesies staphylinid di lahan persawahan sekitar Bogor tergolong rendah. Spesies
P. fuscipes merupakan spesies yang dominan di habitat persawahan. Lahan persawahan di Bojongrangkas, Cibereum, Sindangbarang, dan Cikarawang memiliki tingkat kesamaan spesies staphylinidyang tinggi, sedangkan pada lahan Cibinong dan Cipaku memiliki tingkat kesamaan spesies rendah. Tipe hemosit yang ditemukan pada P. fuscipes ialah prohemosit, plasmatosit, adipohemosit, dan sistosit.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong RK, Winfield JL. 1969. Paederus fuscipes Dermatitis: an Epidemic on Okinawa. Am J Trop Hyg 18:147–150.
Beckage NE. 2008. Insect Immunology. San Diego (US): Academic Press.
Betz O. 1998. Life forms and hunting behaviour of some Central European
Stenus species (Coleoptera, Staphylinidae). Applied Soil Ecol 9: 69-74. Betz O. 2002. Performance and adaptive value of tarsal morphology in rove
beetles of the genus Stenus (Coleoptera, Staphylinidae). J Experiment Biol. 205:1097-1113.
Bohac J. 1999. Staphylinids beetles as bioindicators. Agricult Ecosys and Envir
74:357-372.
Bong LJ, Neoh KB, Jaal Z, Lee CY. 2012. Life table of Paederus fuscipes (Coleoptera: Staphylinidae). J Med Entomol 49: 451-460.
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga Ed. ke-6. Soetiyono partosoedjono, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr. Terjemahan dari: An introduction to the study of insects.
11
Castillo JC, Robertson AE, Strand MR. 2006. Characterization of hemocytes from the mosquitoes Anopheles gambiae and Aedes aegypti. Insect Biochem Mol 36: 891-903.
Evans AV, Hogue JN. 2006. Field Guide to Bettles of California. California (US) : University of California Press.
Gullan PJ, Cranston PS. 2010. The Insects: An Outline of Entomology. West Sussex (UK) : Wiley-Blackwell.
Gupta AP. 1979. Insect Hemocyte, Development, Forms, Function and Technique. New York (US): Cambridge University Pr.
Hendrival, Hidayat P, Nurmansyah A. 2011. Keanekaragaman dan kelimpahan musuh alami Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae) pada pertanaman cabai merah di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. J Entomol Indon 8: 96-109.
Herlinda S, Rauf A, Sosromarsono, Kartosuwondo U, Siswandi, Hidayat P. 2004. Arthropoda predator penghuni ekosistem persawahan di daerah Cianjur, Jawa Barat. J Entomol Indones 1: 9-15.
Herlinda S, Waluyo, Estuningsih SP, Irsan C. 2008. Perbandingan keanekaragaman spesies dan kelimpahan arthropoda predator penghuni tanah di sawah lebak yang diaplikasi dan tanpa aplikasi insektisida. J Entomol Indon 5: 96-107.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van deCultuurgewassen in Indonesie.
Kasmara H, Ridwan A, dan Goenarso D. 2002. Pengaruh suhu dan ekstrak biji nimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap jumlah hemosit jangkerik (Gryllus mitratus Burm.). Jurnal Biotika 1: 46-54.
Khodijah, Herlinda S, Irsan C, Pujiastuti Y, Thalib R. 2012. Arthropoda predator penghuni ekosistem persawahan lebak dan surut Sumatera Selatan. J Lahan Suboptimal 1:57-63.
Lou YG, Zhang GR, Zhang WQ, Hu Y, Zhang J. 2013. Biological control of rice insect pests in China. Bio Control 67: 8-20.
Lubis ASA. 2013. Komunitas Staphylinidae (Coleoptera) di Persawahan Sekitar Bogor Dan Struktur Histologi Paederus fuscipes Curt [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Biologi, FMIPA IPB.
Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and Its Measurement. London (GB): Chapman and Hill.
Nasir S, Akram W, Ahmed F. 2012. The population dynamics, ecological and seasonal activity of Paederus fuscipes Curtis (staphylinidae; coleoptera) in the Punjab, Pakistan. APCBEE Procedia 4: 36 – 41.
Oh SK, Cho BY. 2013. Three new recorded species of the genus Stenus Latreille (Coleoptera, Staphylinidae, Steninae). Korean J Appl Entomol 52: 199-203.
Prasetyo DA. 2013. Komunitas Staphylinidae (Coleoptera) di Kebun Ubi Jalar [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Biologi, FMIPA IPB.
Purnomo H. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta (ID): penerbit ANDI.
12
Silvy NJ. 2012. The Wildlife Technique Manual Research 7th Edition. Maryland (US): The Johns Hopkins University Press.
Soesanthy F. 1999. Keragaman Habitat dan Implikasinya terhadap Keragaman Coleoptera: Studi Kasus Mengenai Keragaman Coleoptera di Taman Nasional Gunung Halimun [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian IPB.
Stebbing PE. 1914. Indian Forest Insects of Economic Importance: Coleoptera.
London (UK) : Eyre & Spottiswoode, LTD.
Suntoro SH. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Kimia). Jakarta (ID): Bhratara Karya Aksara.
13
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 19 September 1992. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Hasan Basri dan Ibu Diah Akhdiyah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Serdang 1 pada tahun 2004, SMPN Kramatwatu 1 pada tahun 2007, SMAN 1 Kramatwatu pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur penerimaan Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).