• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi dan kajian potensi invasif Arthropoda dan tumbuhan yang masuk ke wilayah Indonesia melalui Bandara Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Inventarisasi dan kajian potensi invasif Arthropoda dan tumbuhan yang masuk ke wilayah Indonesia melalui Bandara Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

i

INVENTARISASI DAN KAJIAN POTENSI INVASIF

ARTHROPODA DAN TUMBUHAN YANG MASUK KE

WILAYAH INDONESIA

MELALUI BANDARA SOEKARNO-HATTA DAN

PELABUHAN TANJUNG PRIOK

FITRI UJIYANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMAS1

Dengan ini saya ~nenyatakan bahwa tesis Inventarisasi dan Kajian Potensi invasif Arthropods dan Tumbuhan yang Masuk ke Wilayah Indonesia Melalui Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

(3)

ABSTRACT

FITRI UJIYANI. Inventory and Study on the Invasive Potential of Arthropods and Plants Introduced to Indonesia through Soekarno-Hatta Airport and Tanjung Priok Seaport. Supervised by PUDJIANTO and SUGENG SANTOSO.

Introduction of exotic organism to Indonesian territory may lead the negative impacts in future to the environment because of its invasiveness. The problem of water hyacinth (Eichornnia crassipes) is one of a case caused by invasive plant species. The plant was introduced to Indonesia as ornamental plant but now it causes a serious problem to aquatic environment because of its rapid growth. The study was conducted to inventory the diversity of arthropods and plants that intentionally and unintentionally introduced to Indonesia through Soekarno-Hatta Airport and Tanjung Priok Seaport during 2006 and 2007 and to study its invasive potential based on the species characteristics. The study was conducted in three steps, these were: first, inventory of imported and intercepted organisms (arthropods and plants), second, collect information regarding biology and ecology of the organisms obtained from books, internet, and other literatures, and the third, determination of invasive potential. The result of the study showed that the diversity of arthropods and plants intentionally introduced through Soekarno- Hatta Airport was higher than Tanjung Priok Seaport. All of the arthropods were imported as biological control agents while most of the plants were introduced as ornamental plants. Scoring by considering the biology and ecology of plants showed that some of plants were considered to have invasive potential, such as Ipomoea aquatics, A~naranthus hybridus, Helianthus annuus, Otyza sativa, Dianthus caryophyllus, Apiztm graveolens, and Fragaria x ananasa. The plants were cultivated plants so it would give low risk to become invasive in environment. The inventory to the diversity of arthropods and plants introduced unintentionally showed that arthropods and plants introduced through Tanjung Priok Seaport had a higher diversity than Soekarno-Hatta Airport. The arthropods had low risks and some of the plants known to have invasive potential.

(4)

FITRI UJIYANI. lnventarisasi dan Kajian Potensi Invasif Arthropods dan Tumbuhan yang Masuk ke Wilayah Indonesia Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Dibimbing oleh PUDJIANTO dan SUGENG SANTOSO.

Peningkatan mobilitas manusia dan barang menimbulkan peningkatan kemungkinan lalu lintas organisme di seluruh dunia. Organisme yang dilalulintaskan tersehut antara lain ternak, binatang piaraan, bibit, dan produk- produk pertanian serta kehutanan yang banyak dimasukkan ke suatu negara dari negara lain untuk berbagai tujuan. Pemasukan tersebut merupakan pemasukan yang disengaja. Selain pemasukan secara sengaja, organisme juga dapat masuk ke suatu negara secara tidak sengaja, misalnya dengan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan secara sengaja. Organisme yang masuk secara sengaja maupun tidak sengaja perlu diwaspadai karena kemungkinan dapat menimbulkan permasalahan di kemudian hari.

Permasalahan yang dapat timbul di kemudian hari salah satunya disebabkan oleh kemampuan organisme tersebut untuk bertahan dan berkembang biak serta pada akhirnya mengancam keanekaragaman hayati. Permasalahan ini dapat ditimbulkan oleh spesies asing invasif atau dikenal dengan Invasive Alien Species (1.4s).

Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pintu pemasukan yang strategis bagi masuknya berbagai jenis organisme khususnya arthropoda dan tumbuhan dari berbagai negara. Pada setiap tahunnya, di Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok terdapat pemasukan berbagai jenis athropoda dan tumbuhan, haik secara sengaja maupun tidak sengaja.

Penelitian ini dilakukan untuk menginventarisasi dan mengkaji potensi invasif arthropoda dan tumbuhan yang sering masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis-jenis arthropoda dan tumbuhan yang sering masuk ke wilayah Indonesia dan potensi invasifnya sehingga dapat membantu pengawasan lalu lintas organisme asing di Indonesia.

Penelitian dilakukan dengan menginventarisasi data pemasukan arthropoda dan tumbuhan, mengumpulkan informasi tentang karakter hiologi dan ekologi organisme, dan melakukan kajian potensi invasif. Kajian potensi invasif dilakukan dengan menggunakan scoring, memhandingkan karakteristik organisme dengan organisme invasif, dan membandingkan dengan database yang ada di dunia, yaitu database Invasive and Exotic Species dan 100 of World's Worst Invasive Alien Species.

Jenis arthropoda yang masuk secara sengaja melalui Bandara Soekarno- Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok relatif rendah. Selama 2006-2007 diketahui ada 4 jenis arthropoda berupa agens hayati yang masuk melalui Bandara Soekarno-Hatta, yaitu Amblyseizis swirskii, A. californicz~s, Orius laevigatrs, dan Phytoseiulzis persirtzilis. Keempat agens hayati tersebut merupakan jenis predator. Tidak ada agens hayati yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006-2007.

(5)

2006-2007. Tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara Soekarno-Hatta sebanyak 59 jenis, sedangkan Pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 47 jenis dan paling banyak berupa jenis tanaman hias, yaitu 66% dan 49% dari keseluruhan jenis yang dimasukkan melalui Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Tumbuhan yang dimasukkan sebagai tanaman hias memiliki potensi menjadi invasif.

Sefama tahun 2006-2007, ada dua jenis arthropoda yang diketahui masuk secara tidak sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta, yaitu Acarina yang mengkontaminasi bibit anggrek dan Sitophylus otyzue yang mengkontaminasi benih jagung. Sebanyak 15 jenis arthropoda ditemukan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok, terdiri dari ordo Coleoptera, Lepidoptera, dan Psocoptera, serta Acarina, dan enam famili, yaitu: Silvanidae, Tenebrionidae, Cleridae, Curculionidae, Cucujidae, Nitidulidae, dan Mycetophagidae. Jenis-jenis arthropoda yang ditemukan tersebut merupakan jenis arthropoda kosmopolit.

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap komoditas yang masuk melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok, ditemukan beberapa jenis tumbuhan (gulma) yang mengkontaminasi komoditas yang diimpor. Data intersepsi gulma di Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006-2007 menunjukkan bahwa sebanyak 122 jenis tumbuhan gulma ditemukan. Tumbuhan gulma tersebut ditemukan dalam bentuk biji yang mengkontarninasi sebagian besar biji lain, seperti biji gandum, kedelai, ketumbar, beras, wijen, dan sebagian kecil tepung. Bandara Soekamo-Hatta, selama 2006-2007 ditemukan 4 jenis tumbuhan gulma.

Di antara 122 jenis tumbuhan gulma yang mengkontamisani, sebanyak 34 spesies diketahui merupakan gulma invasif berdasarkan database Invusive and Exotic Species.

Kewaspadaan tehadap arthropoda dan tumbuhan yang masuk sangat perlu dilakukan. fdentifikasi terhadap arthropoda dan tumbuhan yang masuk baik secara sengaja maupun tidak sengaja sebaiknya dilakukan dengan lengkap dan detil sampai pada tingkat spesies. Penelitian ianjutan perlu dilakukan untuk melihat kemampuan organisme yang masuk tersebut menjadi invasif dengan tidak hanya mempertimbangkan karakteristik organisme namun juga faktor lingkungan dan ekonomi.

(6)

O

Hak Cipta milik IPB, tahun

2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau selunrh karya tulis ini tanpa ntencantumkan atau nlenyebutkan sumbernya. Pengtrtipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan katya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan szratu masalah; dun pengutipan tersebzrt tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

INVENTARISASI DAN KAJIAN POTENSI INVASIF

ARTHROPODA DAN TUMBUHAN YANG MASUK

KE

WILAYAH INDONESIA

MELALUI BANDARA SOEKARNO-HATTA DAN

PELABUHAN TANJUNG PRIOK

FITRI UJIYANI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Entomologi/Fitopatologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : lnventarisasi dan Kajian Potensi Invasif Arthropods dan Tumbuhan yang Masuk ke Wilayah Indonesia Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok

Nama Mahasiswa : Fitri Ujiyani

NIM : A451064144

Disetujui

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Entomologi/Fitopatol

Tanggal Ujian: 20 Februari 2009

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadilat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi dan mengkaji potensi invasif arthropoda dan tumbuhan yang masuk ke wilayah Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok.

Penelitian dilatarbelakangi oleh pengalaman bahwa masuknya organisme- organisme asing ke wilayah Negara Republik Indonesia yang sebelumnya dimasukkan untuk tujuan positif ternyata di kemudian hari kadang-kadang menimbulkan dampak negatif sehingga pemasukan spesies asing harus diwaspadai. Untuk menginventarisasi jenis-jenis arthropoda dan tumbuhan yang sering masuk dan mengetahui potensi invasifnya, maka penelitian ini dilakukan dengan mempelajari karakter biologi spesies-spesies yang masuk ke Indonesia berdasarkan informasi yang diperoleh dari literatur, baik berupa buku cetak maupun situs internet.

Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat. Penulis sangat mengharapkan masukan dari berbagai pihak demi penyempurnaan penelitian di masa mendatang.

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sleman Yogyakarta pada tanggal 6 September 1980. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan YB. Saein dan Tumiyati.

Pada tahun 1998-2002, penulis menempuh pendidikan sarjananya pada Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP) pada tahun 2002.

(12)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR IS1

...

xi

DAFTAR TABEL

...

xii

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

xl11 PENDAKULUAN

...

Latar Belakang ...

. .

Tujuan Penelltian

...

Manfaat Penelitian

...

TINJAUAN PUSTAKA

...

3

Pengertian Spesies Asing Invasif

(Invusive Alien Species)

...

3

Permasalahan yang Ditimbulkan Spesies Asing Invasif

...

3

Cara Menyebar Spesies Asing Invasif ... 5

Arthropoda dan Tumbuhan invasif ... 5

Sistem Perkarantinaan di Indonesia ... 8

BAHAN DAN METODE

...

Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... Bahan

...

Metode

...

HASIL DAN PEMBAHASAN ... Keragamanan Jenis Arthropoda yang Masuk secara Sengaja ... Keragaman Jenis Arthropoda yang Masuk secara Tidak Sengaja .... Keragaman Jenis Tumbuhan yang Masuk secara Sengaja

...

Keragaman Jenis Turnbuhan yang Masuk secara Tidak Sengaja ... Potensi Invasif Arthropoda dan Tumbuhan ... KESIMPULAN DAN SARAN ... 32
(13)

DAFTAR

TABEL

Halaman

1 Penentuan skor dalam pengkajian potensi invasif tumbuhan ... 13

2 Jenis-jenis agens hayati yang dimasukkan selama 2006 dan 2007 ...

14

3 Arthropoda yang masuk ke Indonesia secara tidak sengaja melalui intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di

Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006

...

16

4

Arthropoda yang masuk ke Indonesia melalui intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung

Priok pada tahun 2007

...

17

5 Keragaman jenis tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006 &

2007 ...

1s

6 Jenis tumbuhan yang dalam satu genus memilil spesies lain yang

tergolong gulma/tumbuhan invasif..

...

25

7 Hasil scoring tumbuhan yang masuk secara sengaja

...

26

8 Gulma yang diteinukan mengkontarninasi komoditas yang dimasukkan inelalui Pelabuhan Taniung Priok selama 2006-2007

...

(14)

DAFTAR LAhlPIRAN

Halaman

Jadwal palang kegiatan

...

36

Tumbuhan yang inasuk secara sengaja ke wilayah Indonesia

melalui Bandara Soekamo-Hatta pada tahun 2006

...

37

Tumbuhan yang masuk ke wilayah Indonesia yang dikategorikan sebagai media pembawa OPTK melalui Bandara Soekarno-Hatta

tahun 2007

...

39

Tumbuhan yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia

...

melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006 41

Tumbuhan yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia

...

melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2007 42

Tumbuhan yang ditemukan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan melalui Bandara Soekamo-Hatta selama 2006 dan

Tumbuhan yang masuk ke Indonesia melalui hasil intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung

Priok pada tahun 2006 clan 2007 ... 44

Matriks perbandingan karakteristik serangga invasif menurut

...

Womer (2002) dan sifat-sifat biologi ekologi arthropoda 48

...

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan mobilitas manusia dan barang akan mneningkatkan lalu lintas spesies di seluruh dunia, dan di antaranya ada yang dilalulintaskan secara sengaja, seperti ternak, binatang piaraan, bibit, dan produk-produk pertanian dan kehutanan. Beberapa jenis komoditas yang bempa organisme hidup banyak diimpor dari negara lain untuk berbagai tujuan. Sebagai contoh, untuk memenuhi kualitas dan kuantitas hasil pertanian, produsen mengimpor benih. Untuk memenuhi kepuasan keindahan, para penghobi tanaman hias mengimpor tanaman hias. Untuk pengendalian hayati, terjadi importasi beberapa agens hayati, seperti serangga, cendawan, maupun organisme lain.

Organisme yang diimpor dapat berupa spesies tumbuhan, hewan, dan organisme lain yang bukan spesies asli suatu negara. Organisme-organisme tersebut dimasukkan secara sengaja untuk tujuan menguntungkan manusia. Selain itu, beberapa organisme dapat masuk ke suatu negara secara tidak sengaja, misalnya terbawa bersamaan dengan media pembawanya. Organisme yang masuk secara sengaja maupun tidak sengaja perlu diwaspadai karena kemungkinan dapat menimbulkan kerugian di kemudian hari.

Sebagian besar spesies tumbuhan asing dibudidayakan sebagai tanaman hias (Tjitrosoedirjo 2005; Wittenberg & Cock 2001). Di Amerika Utara, hampir setengah dari 300 tumbuhan yang paling invasif dimasukkan ke kebun atau taman sebagai tanaman hias (Wittenberg & Cock 2001). Oleh karena itu, pemasukan tumbuhan sebagai tanaman hias perlu diwaspadai.

(16)

Selain dimasukkan secara sengaja, beberapa organisme seperti arthropoda dan tumbuhan gulma juga dapat masuk secara tidak sengaja, misalnya terbawa melalui kontaminasi pada komoditas yang dimasukkan. Data intersepsi organisme pengganggu tumbuhan berupa arthropoda dan gulma di Balai Karantina Tumbuban Kelas I Soekarno-Hatta dan Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok menunjukkan beberapa spesies gulma ditemukan mengkontaminasi produk pertanian yang diimpor, salah satunya Chrornolaena

odorata yang diketahui merupakan jenis tumbuhan invasif di Indonesia.

Untuk mengetahui potensi invasif organisme yang masuk secara sengaja maupun tidak sengaja, kajian tentang karakterteristik biologi dan ekologi yang dimiliki oleh organisme-organisme tersebut perlu dilakukan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tindakan pengawasan lalu lintas organisme melalui pintu-pintu pemasukan di Indonesia.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini hertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis arthropoda dan tumbuhan yang masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama tahun 2006-2007 serta mengkaji potensi invasif arthropoda dan tumbuhan tersebut.

Manfaat Penelitian

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Spesies Asing Invasif (Znvasive AIien Species)

Spesies invasif adalah suatu spesies yang muncul, sebagai akibat dari aktivitas manusia, melampaui penyebaran normalnya dan mengancam lingkungan, pertanian atau sumber daya lainnya akibat kerusakan yang ditimbulkamya (DEWHA 2008). Spesies invasif dapat berupa seluruh kelompok taksonomi, meliputi virus, cendawan, alga, lumut, paku-pakuan, tumbuhan tinggi, invertebrata, ikan, amphibi, reptil, burung, dan mamalia (GISP 2003).

Masuknya suatu spesies baru dapat memangsa spesies asli, menekan pertumbuhan, menginfeksi atau menularkan penyakit, berkompetisi, menyerang, atau melakukan persilangan. Spesies invasif tersebut dapat meruhah ekosistem dengan merubah kondisi air, perputaran nutrisi, dan proses lainnya (GISP 2003).

Spesies asing invasif yang merupakan tejemahan dari invasive alien

species, merupakan spesies, sub spesies, atau takson yang lebih rendah yang

keluar dari habitat alaminya atau daerah sebar aslinya yang dapat bertahan dan berkembang biak, dan penyebarannya dapat mengancam keanekaragaman hayati. lstilah alien atau alien species digunakan untuk suatu spesies yang muncul di luar sebaran alaminya sedangkan istilah alien invasive species digunakan untuk alien

species yang mengancam ekosistem, habitat atau spesies tertentu (CBD 2005).

Spesies asing invasif berhubungan dengan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK). Sebagian besar OPTK merupakan spesies asing invasif, dan spesies asing invasif yang merugikan tanaman secara langsung maupun tidak langsung merupakan OPTK (Lopian 2005).

Permasalahan yang Ditimbulkan Spesies Asing Invasif

(18)

Di Indonesia, spesies asing invasif diketahui telah menimbulkan permasalahan, salah satunya adalah Mikania micrantha Kunth (Asteraceae) yang dapat tumbuh secara cepat. M. micrantha merupakan spesies asli Amerika Tengah dan Amerika Selatan dan saat ini tersebar luas di Indonesia dan wilayah Malesian. Beberapa spesies asing invasif lainnya di Indonesia yang saat ini dikenal dan diketahui memiliki ancaman serius terhadap keanekaragaman hayati alami dan memiliki dampak yang hebat terhadap komunitas flora dan fauna, antara lain Acasia nilotica (L.) Willd. Ex Del., Eichhomia crassipes (Mart.) Solms, Chrovzolaena odorata (L.) R.M. King & H. Robinson, dan Piper adunczrm L. (Tjitrosoedirdjo 2007).

Salah satu kasus pennasalahan spesies asing invasif di Indonesia te jadi di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Pennasalahan tersebut ditimbulkan oleh A. nilotica yang pertama kali dimasukkan ke Indonesia sebagai tanaman pagar untuk melindungi hutan jati yang terletak di dekat Tarnan Nasional Baluran, tetapi kemudian menginvasi sekitar 5000 hektar areal taman tersebut. Baluran merupakan padang savanna yang dikonse~asi untuk menyediakan pakan bagi banteng (Bos javaniczis) (Tjitrosoedirdjo 2007).

Contoh kasus yang lain adalah eceng gondok saat ini menimbulkan permasalahan dengan perkembangbiakannya yang cepat sehingga sulit dikendalikan. Tumbuhan ini merupakan spesies asli Amerika Selatan (Cock 2001; USDA 2008) dan dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1886 untuk mempercantik kolam yang ada di Kebun Raya Bogor, akan tetapi eceng gondok kemudian menyebar luas ke seluruh wilayah Indonesia (Tjitrosoedirdjo & Widjaja 1991 dalam Tjitrosoedirdjo 2005).

(19)

Selain menimbulkan gangguan seperti di atas, spesies asing yang diintroduksi ke wilayah baru seringkali memangsa spesies asli, ~nenekan pertumbuhan, menginfeksi atau menularkan penyakit, menimbulkan kompetisi, menyerang dan berhibridisasi (Wittenberg & Cock 2001). Hal ini menyebabkan pemasukan terhadap spesies asing perlu diwaspadai.

Cara Menyebar Spesies Asing Invasif

Spesies invasif dapat masuk ke suatu daerah baru dengan cara disengaja maupun tidak disengaja. Pemasukan secara disengaja dapat tejadi melalui pemasukan tumbuhan yang digunakan misalnya untuk tujuan pertanian, kehutanan, dan perbaikan tanah. Selain itu, pemasukan spesies baru dapat juga berupa tanaman hias, plasma nutfah, atau agens hayati. Pemasukan secara tidak sengaja dapat terjadi melalui kontaminasi pada produk pertanian, misalnya masuknya lalat buah melalui buah-buahan. Kontaminasi biji gulma pada bibit dan bunga potong dapat juga menjadi jalan masuknya spesies invasif (Wittenberrg &

Cock 2001).

Menurut CBD (2007), introduksi spesies asing biasanya terjadi melalui lalu lintas manusia dan perdagangan. Apabila habitat baru spesies tersebut hampir sama dengan habitat aslinya, spesies yang terintroduksi tersebut dapat bertahan dan berreproduksi.

Selain menyebar dengan bantuan aktivitas manusia, spesies asing invasif juga dapat menyebar secara alamiah. Arthropoda terestrial dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya tidak hanya melalui terbang dan terbawa angin, parasitisme dan foresi, tetapi juga dengan cara berjalan, terbawa aliran sungai, dan berenang (Frank 2002).

Arthropoda dan Tumbuhan Asing Invasif

Arthropoda Iuvasif

(20)

kelimpahan yang tinggi di habitat alaminya, memiliki kemampuan tinggi untuk meningkatkan populasi, bertahan pada berbagai kondisi, kemampuan menyebar yang tinggi, secara cepat dapat menyesuaikan siklus hidupnya di lingkungan yang baru, bereproduksi secara uniparental, dan memiliki keragaman genetik yang tinggi.

Karakteristik individu sangat menentukan kemampuan spesies tersebut menjadi invasif. Faktor lain yang dapat berperan dalam mendukung keinvasifan spesies serangga adalah faktor kondisi dan habitat. Kondisi yang dapat mendukung terjadinya invasi spesies serangga adalah tersedianya tekanan yang tinggi oleh individu, artinya semakin banyak jumlah individu yang terintroduksi ke dalam suatu area, akan semakin besar kemungkinan spesies tersebut muncul. Kondisi lain yang menentukan adalah tersedianya kesempatan bagi spesies serangga untuk muncul (Worner 2002).

Faktor habitat juga sangat menentukan keinvasifan spesies serangga. Habitat yang dianggap rentan terhadap invasi spesies asing adalah habitat yang menyediakan makanan dan iklim yang sama bagi spesies asing yang baru rnasuk. Habitat lain yang rentan terhadap invasi adalah habitat yang terganggu, habitat yang ketahanan genetiknya rendah (kurangnya musuh alami dan kompetitor), dan habitat yang bempa kepulauan (Worner 2002).

Turnbuhan Iuvasif

Dalam pertanian, tumbuhan invasif biasanya dianggap juga sebagai gulma. Gulma diperkirakan dapat menurunkan hasil pertanian hingga mencapai 10% per tahun (NISIC 2006). Ditinjau dari sifatnya, gulma memiliki ciri-ciri sebagai berikut (NISIC 2006):

a) dapat bersaing tinggi dalam suatu lingkungan yang telah dirancang agar ideal terhadap pertumbuhan tanaman, meliputi persaingan air, cahaya matahari, mang, dan makanan;

b) dapat menumnkan nilai tanaman melalui kontaminasi terhadap produk panen dan benih tanaman;

(21)

d) dapat menyediakan habitat bagi organisme pengganggu tumbuhan dan kemudian menularkannya ke tanaman;

e) mengganggu penanganan mekanis tanaman, contohnya: mesin panen dan mesin pembersih benih menjadi tidak efektif;

f ) meningkatkan kebutuhan air oleh tanaman pertanian; g) menurunkan nilai lahan pertanian; dan

h) lebih sulitnya pengendaiian bagi gulma yang tahan terhadap herbisida.

Tumbuhan invasif berbeda dengan guima yang tumbuh pada agroekosistem atau habitat buatan manusia. Gulma diketahui sebagai tumbuhan yang mengganggu sistem produksi pertanian, sedangkan gulma pada habitat alami, atau disebut spesies asing invasif, menekankan perannya dalam mengancam keanekaragaman hayati (Weber 2003).

Tumbuhan invasif dapat berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap ekosistem. Dampak langsung yang ditimbulkan adalah persaingan tempat, makanan, air dan cahaya yang dapat mengganggu spesies lokal, menggantikan spesies asli dengan yang baru, dan menghambat perkembangan tumbuhan asli. Dampak tidak langsung adalah merubah hubungan air tanah, sirkulasi makanan, kondisi cahaya, gangguan, dan mempengaruhi habitat liar. Persilangan antara spesies invasif dengan spesies lokal dapat merubah genetik dari populasi spesies lokal (Weber 2003). Tumbuhan invasif juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, sistem pertanian, dan sistem lainnya. Dampak tumbuhan invasif dapat menyebabkan kerusakan terhadap habitat dalam ha1 hilangnya keanekaragaman hayati (FA0 2005).

(22)

Sistem Perkarantinaan di Indonesia

Pengertian Karantina

Karantina merupakan istilah yang diturunkan dari bahasa Italia yaitu quarantina yang berarti empat puluh. Menurut sejarahnya, angka empat puluh ini merupakan masa inkubasi penyakit dari mulai terjadinya infeksi sampai munculnya gejala (MacKenzie 2001 dalam Ebbels 2003). Istilah tersebut lahir sekitar abad ke XIV di Venesia yang menetapkan batas waktu yang diberlakukan untuk menoiak masuk dan merapat kapal yang datang dari luar negeri untuk menghindari terjangkitnya penyakit menular (Triwahyono 2006).

Perkarantinaan di Indonesia diatur dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Berdasarkan peraturan tersebut, karantina didefinisikan sebagai tempat pengasingan danlatau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia.

Pengertian karantina tumbuhan secara khusus diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2004 tentang Karantina Tumbuhan. Karantina tumbuhan merupakan tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Tindakan Karantina

Tindakan karantina tumbuhan terdiri atas delapan tindakan, yaitu pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pelepasan (UU Nomor 1611992; PP Nomor 1412002). Tindakan karantina dikenakan terhadap setiap media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) yang dimasukkan (impor) ke dalam wilayah Indonesia, dilalulintaskan antar area di dalam wilayah Indonesia, dan dikeluarkan dari wilayah Indonesia berdasarkan ketentuan yang berlaku.

(23)

yaitu OPTK Kategori A1 dan OPTK Kategori A2. OPTK Kategori Al adalah jenis OPTK yang belum terdapat di Indonesia, sedangkan OPTK Kategori A2

adalah OPTK yang sudah terdapat di Indonesia (Kepmentan Nomor 3812006).

Karantina di Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok

Kelembagaan. Karantina tumbuhan di Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006-2007 dilaksanakan oleh Balai Karantina Pertanian Kelas I Soekamo-Hatta dan Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok yang merupakan unit pelayanan teknis (UPT) Karantina Tumbuhan Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian. Sejak keluamya Keputusan Menteri Pertanian No. 22 Tahun 2008, Badan Karantina Pertanian melakukan penggabungan karantina hewan dan karantina tumbuhan sehingga Balai Karantina Pertanian Kelas I Soekamo-Hatta bergabung dengan UPT Karantina Hewan di Soekarno-Hatta menjadi Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta, sedangkan Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok bergabung dengan

UPT Karantina Hewan di Tanjung Priok menjadi Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok.

Prosedur pemasukan arthropoda. Pemasukan arthropoda yang tergolong sebagai agens hayati harus mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri Pertanian No. 41 1 Tahun 1995 tentang Pemasukan Agens Hayati ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam Keputusan Menteri Pertanian tersebut, pemasukan agens hayati harus terlebih dahulu mendapatkan Surat Ijin Pemasukan (SIP) yang diterbitkan oleh Menteri Pertanian atas rekomendasi Komisi Agens Hayati melalui Badan Karantina Pertanian.

(24)
(25)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Kantor Pusat Badan Karantina Pertanian pada bulan September 2008 - Januari 2009 dengan jadwal penelitian adalah seperti pada

Lampiran 1.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Tahunan Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Soekamo-Hatta tahun 2006 dan 2007, serta Laporan Tahunan Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok tahun 2006 dan 2007.

Metode

Penelitian dilakukan dengan beberapa kegiatan, yaitu pengumpulan data pemasukan arthropoda dan tumbuhan, pengumpulan informasi karakteristik bioiogi dan ekologi, dan kajian potensi invasif.

Pengumpulan Data Pemasukan Tumbuhan dan Serangga

Sumber data. Data sekunder diperoleh dari laporan operasional kegiatan karantina tumbuhan pada Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Soekamo-Hatta dan Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok selama tahun 2006-2007 yang terdiri dari:

a. data pemasukan (impor) agens hayati jenis arthropoda dan data pemasukan tumbuhan (termasuk benih) (untuk pemasukan secara sengaja); dan

b. data intersepsi OPTIOPTK jenis arthropoda dan tumbuhan (untuk pemasukan secara tidak sengaja).

(26)

Pengumpulan Informasi Karakteristik Biologi dan Ekologi

Setiap jenis arthropoda dan tumbuhan yang terinventarisasi kemudian dipelajari karakteristik biologi dan ekologinya masing-masing melalui penelusuran informasi dari sumber literatur b e ~ p a huku cetak yang relevan dengan kajian potensi invasif, situs interne4 maupun artikel-artikel yang menerangkan karakter biologi masing-masing spesies.

Untuk spesies arthropoda, informasi biologi dan ekologi yang diperlukan adalah sebaran di habitat alaminya, kelimpahan dan tingkat perkembangan populasi di habitat alaminya, ketahanan pada berbagai kondisi, kemampuan menyebar, kemampuan beradaptasi pada lingkungan baru, cara berkembang biak, dan keragaman genetik.

Untuk spesies tumbuhan, informasi biologi dan ekologi yang diperlukan adalah kesesuaian terhadap iklim, potensi sebagai gulma, tipe tumbuh, tempat tumbuh, cara berkembang biak, cara penyebaran, dan persistensi.

Kajian Potensi Invasif

Kajian potensi invasif arthropoda. Kajian invasif arthropoda dilakukan dengan membandingkan karakteristik biologi dan ekologi spesies arthropoda yang dikaji dengan karakteristik spesies arthropoda invasif dengan mengacu pada Warner (2002). Karakteristik arthropoda invasif tersebut adalah memiliki asosiasi yang dekat dengan manusia, tersebar luas dalam kisaran habitat alaminya, memiliki kelimpahan yang tinggi di habitat alaminya, memiliki kemampuan tinggi untuk meningkatkan populasinya, bertahan pada berbagai kondisi, kemampuan menyebar yang tinggi, secara cepat dapat menyesuaikan siklus hidupnya di lingkungan baru, bereproduksi secara uniparental, dan memiliki keragaman genetik yang tinggi.

(27)

Tabel 1 Penentuan skor dalam pengkajian potensi invasif tumbuhan*)

No Faktor Risiko yang Dipertimbangkan Skor**)

1. Merupakan tumbuhan air? 3

2. Ada spesies lain dalam satu genus yang bersifat gulma? 2 3. Propagul mudah disebarkan secara sengaja maupun tidak 2

sengaja oleh aktivitas manusia?

4. Membentuk duri? 1

5. Bersifat parasitik? 1

6 . Unpalatable atau bersifat racun terhadap binatang yang 1

merumput?

7. Menjadi inang bagi hama dan penyakit? 1

8. Menyebabkan alergi atau bersifat racun terhadap manusia? 1

9. Tumbuh memanjat atau melilit? I

10. Memproduksi biji yang dapat tumbuh? 11. Biji dapat bertahan lebih dari 1 tahun?

12. Reproduksi ~nelalui propagasi vegetatif? 1 13. Tahan terhadap pemotongan, pencangkulan, atau 1

kebakaran?

*) Sumber: F A 0 ( 2 0 0 5 )

**)Skor diberikan apabila jawaban pada kolom ( 2 ) adalah 'ya', jika faktor risiko tidak diketahui, maka diberikan skor setara dengan jawaban 'ya'

Kajian potensi invasif dengan membandingkan database. Selain melakukan kajian potensi invasif dengan berdasarkan pada kajian terhadap karakteristik biologi dan ekologi spesies, kajian potensi invasif untuk arthropoda dan tumbuhan yang masuk secara sengaja maupun tidak sengaja juga dilakukan dengan mernbandingkan database IAS yang sudah ada, yaitu database Invasive

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragarnan Jenis Arthropoda yang Masuk secara Sengaja Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok

Tahap awal penelitian dilakukan dengan menginventarisasi jenis-jenis arthropoda dan tumbuhan yang masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekamo- Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Arthropoda yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia adalah arthropoda yang dimasukkan sebagai agens hayati. Selama 2006-2007 keragaman jenis arthropoda yang masuk secara sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok relatif rendah. Selama tahun tersebut, diketahui hanya terdapat 4 jenis arthropoda agens hayati yang masuk melalui Bandara Soekarno- Hatta, yaitu A~iblyseius swirskii (Phytoseiidae), A. californiczrs (Phytoseiidae), Orius laevigatus (Anthocoridae), dan Phytoseizilus persirnilis (Phytoseiidae). Tidak ada agens hayati yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006-2007.

[image:28.595.128.503.487.591.2]

Arthropoda agens hayati tersebut dimasukkan untuk tujuan penelitian. Pemasukan tersebut telah mengikuti ketentuan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 41 1/1995 dan telah mendapatkan ijin pemasukan dari Menteri Pertanian (Tabel 2).

Tabel 2 Jenis-jenis agens hayati yang dimasukkan selama 2006 dan 2007

Jenis agens hayati

yang dimasukkan Surat Ijin Pemasukan

A. wirskii, 0. laevigatus Kepmentan Nomor 73 l/Kpts/PD.540/12/2006 A. srvirskii, A. californiczis, Kepmentan Nomor 733/Kpts/PD.110/12/2006 P. persiitiilis, 0. laevigafus

A. srrlirskii, 0. laevigafus Kepmentan Nomor 97/Kpts/PD.540/1/2006

Keragaman Jenis Arthropoda yang Masuk secara Tidak Sengaja Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok

(29)

komoditas yang dimasukkan. Data intersepsi OPTfOPTK jenis arthropoda di Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok pada tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa beberapa jenis arthropoda ditemukan mengkontaminasi komoditas baik yang berbentuk biji, umbi lapis, tanaman hidup, maupun tepung.

Pada tahun 2006, sebanyak 14 jenis arthropoda ditemukan, yang terdiri dari ordo Coleoptera, Psocoptera, serta Acarina, dan enam famili dari Ordo Coleoptera, yaitu: Silvanidae, Tenebrionidae, Cleridae, Curculionidae, Cucujidae, Nitidulidae, dan Mycetophagidae serta satu famili dari Acari yaitu Ascidae (Tabel

(30)

Tabel 3 Arthropoda yang masuk k e Indonesia secara tidak sengaja melalui intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada tabun 2006*)

Komoditas yang

Jenis arthropoda Negara asal Frekuensi

terkontaminasi

Acarina Benih jagung, benih Thailand, 9

kentang, bawang Scotlandia,

rnerah Philipina, China

Ahasverus avena Benih ketumhar, Bulgaria, China, 14

(Coleoptera; Silvanidae) bawang putih, beras, Singapura,

hawang merah Thailand, Vietnam

Blaftisocim sp. Liliz~m sp., kernel Belanda, Thailand, 57

(Acari: Ascidae) kacang tanah, bawang China, Malaysia,

merah Myanmar,

Philipina

Carpophilus hemipterus Benih jagung, kacang USA, Myanmar, 3 1

(Coleoptera: Nitidulidae) hijau, bawang rnerah Philipina,

Thailand, Vietnam

Cheylestus sp. Kernel kacang tanah, Thailand, China, 63

(Acari: Ascidae) bawang merah Malaysia,

Myanmar, Philipina, Vietnam

Ciypfolesfes ferruginezis Benih jagung, biji USA, Canada, 4

(Coleoptera: Cucujidae) gandum, beras ketan Thailand

Henoficus califoinicus Bawang putih, China, Malaysia, 11

bawang merah Myanmar,

Philipina, Thailand

Liposcelis sp. Bawang putih, China, Philipina, 11

(Psocoptem) bawang merah Thailand, Vietnam

Micrograniniefilifonnis Bawang merah Philipina 2

Necrobia rtlfpes Bawang merah Malaysia 1

(Coleoptera: Cleridae)

Oryzaephillus surinamensis Bawang putih, beras China, Thailand, 12

(Coleoptem: Silvanidae) ketan USA

Sitophilus oryzae Jagung, kernel kacang USA, India, 9

(Coleoptera: Curculionidae) tanah, tepung Belgia, Canada

gandum, hiji gandum

Tribolitim casfanezrfn Pati jagung, jagung, USA, Vietnam, 24

(Coleoptem: Tenehrionidae) beras ketan, kernel India, Australia, kacang tanah, beras, China, Srilanka,

tepung kedelai Taiwan, Thailand

Typhaea sfercoreo L. Bawang putih, China, Philipina 9

(Coleoptera: Mycetophagidae) bawang merah

[image:30.595.97.517.132.706.2]
(31)

Tabel 4 Arthropoda yang masuk ke Indonesia melalui intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2007')

Komoditas yang

Jenis arthropoda Negara asal Frekuensi

terkontaminasi

Blattisocius sp. Liliuin sp. Africa Selatan 1

(Acari: Ascidae)

Ephestia sp. Bawang merah Philipina 1

(Lepidoptera: Pyralidae)

Tribolium castanezrm Beras, tepung Thailand, USA 5

(Coleootera: Tenebrionidae) kedelai

*) Diolah dari BBKT Tanjung Priok (2007)

Keragaman Jenis Tumbuhan yang Masuk secara Sengaja Melalui Bandara Soekarno-Hatta dau Pelabuhan Tanjung Priok

Pemasukan tumbuhan secara sengaja terjadi melalui pemasukan komoditas tumbuhan yang merupakan media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK). Selama tahun 2006 dan 2007, di Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok terdapat beberapa jenis tumbuhan yang dapat dikelompokkan menjadi tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman perkebunan, dan tanaman pangan (Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4, dan Lampiran 5). Tumbuhan tersebut dimasukkan dalam bentuk tanaman hidup dan benih (biji) dengan tujuan untuk ditanam.

[image:31.595.135.522.130.256.2]
(32)
[image:32.595.135.513.117.227.2]

Tabel 5 Keragaman jenis tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara Soekamo- Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006 & 2007

Jumlah jenis yang dimasukkan herdasarkan pintu

Kelompok tanaman pemasukan (jeuis)

Bandara Soekamo-Hatta Pelabuhan Tanjung Priok

Tanaman hias 39 23

Tanaman sayuran 10 14

Tanaman buah 4 4

Tanaman perkebunan 4 3

Tanaman pangan 2 3

5Q A 7

Tabel 5 menunjukkan bahwa tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok paling banyak berupa jenis tanaman hias, yaitu 66% dan 49% dari keseluruhan jenis yang dimasukkan. Banyaknya jenis tanaman bias yang dimasukkan dapat berpotensi invasif. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Wittenberg & Cock (2001) bahwa di Amerika Utara, hampir setengah dari 300 tumbuhan yang paling invasif dimasukkan ke kebun atau taman sebagai tanaman bias.

Keragaman Senis Tnmbul~an yang Masnk secara Tidak Sengaja Melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok

Pemasukan komoditas tumbuban baik berupa benib maupun produk tumbuhan seringkali terkontaminasi oleh tumbuhan lain yang bersifat guima. Kontaminasi tersebut dideteksi ketika dilakukan tindakan karantina berupa pemeriksaan terhadap adanya OPTK yang mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan tersebut. Menurut PP Nomor 14 Tahun 2002, setiap komoditas tumbuhan yang tergolong sebagai media pembawa OPTIOPTK dikenakan tindakan karantina ketika tiba di pintu pemasukan. Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi adanya OPTK seperti yang ditetapkan dalam Kepuh~san Menteri Pertanian Nomor 3812006.

(33)

viridis, dan Thlapsi arvense. Hasil ini berbeda dengan hasil intersepsi di Pelabuhan Tanjung Priok yang menemukan 122 jenis gulma selama tahun 2006 dan 2007 (Lampiran 7).

Rendahnya keragaman jenis gulma yang ditemukan di Bandara Soekarno- Hatta ini kemungkinan disebabkan oleh faktor target pemeriksaan. Pemeriksaan karantina tumbuhan di pintu pemasukan didasarkan pada target OPTK pada komoditas yang bersangkutan. Target OPTK yang dicegah tersebut mengacu pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2006 tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan I1 Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebamya. Apabila pada komoditas yang dimasukkan terdapat target OPTK jenis gulma, pemeriksaan terhadap adanya gulma akan dilakukan, sedangkan pada komoditas yang dimasukkan tidak ada target OPTK jenis gulma, pemeriksaan terhadap gulma tidak dilakukan. Hal ini menyebabkan adanya peluang lolosnya spesies asing invasif yang tidak termasuk dalam daftar OPTK di Indonesia.

Tumbuhan gulma yang ditemukan di Pelabuhan Tanjung Priok mengkontaminasi komoditas biji-bijian, seperti biji gandum, kedelai, ketumbar, beras, wijen, dan sebagian kecil tepung. Banyaknya gulma yang ditemukan di Pelabuhan Tanjung Priok berkaitan dengan banyaknya komoditas biji-bijian yang dimasukkan melalui pelabuhan tersebut sehingga berisiko terkontaminasi gulma. Oleh karena itu kewaspadaan terhadap komoditas biji-bijian perlu dilakukan. Komoditas yang paling sering terkontaminasi adalah biji gandum sehingga pemeriksaan karantina tumbuhan terhadap biji gandum perlu ditingkatkan.

(34)

dalam wilayah Indonesia sehingga intersepsi terhadap genus Amsinckia ini harus dilanjutkan sampai tingkat spesies.

Potensi Invasif Arthopoda dan Tumbnhan

Potensi invasif arthropoda

Arthropoda yang masuk secara sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006 dan 2007 merupakan agens hayati dan semuanya dimasukkan melalui Bandara Soekarno-Hatta. Jenis agens hayati tersebut, yaitu A. swirskii (Phytoseiidae), A. califomiczrs (Phytoseiidae), Orius

laevigatzrs (Anthocoridae), dan P. Persirnilis (Phytoseiidae) dimasukkan untuk

tujuan penelitian terhadap keefektifan arthropoda tersebut dalam mengendalikan hama-hama pada tanaman hortikultura.

Ditinjau dari tujuan pemasukannya, arthropoda tersehut relatif aman dari kemungkinan invasif karena penelitian yang dilakukan masih terbatas pada area terhatas (rumah kasa) dan tidak dilepas di lapangan sehingga kecil kemungkinannya berpengaruh terhadap lingkungan luar. Namun penanganan yang intensif periu dilakukan untuk mencegah lolosnya agens hayati tersebut dari rumah kasa. Selain itu, apabila arthropoda ini ke depan akan dilepas ke lapangan untuk tujuan pengendalian hayati, pemantauan yang intensif sebaiknya dilakukan pasca pelepasan karena hasil penelitian di rumah kasa kemungkinan akan memberikan hasil yang berbeda di lapangan. Menurut Wittenberg & Cock (2001), pengalaman negara-negara maju menunjukkan beherapa kasus munculnya spesies asing invasif yang awalnya dimasukkan sebagai agens hayati namun di kemudian hari justru menimbulkan permasalahan terhadap organisme non-target dan beberapa berubah statusnya menjadi organisme pengganggu tumbuhan.

A. swirskii, A. califomicus, dan P. persinzilis merupakan jenis tungau

predator. Menurut Thacker (2002), kelompok agens hayati yang sukses mengendalikan hama adalah kelompok tungau predator.

Dengan memhandingkan database Invasive and Exotic Species dan 100 of

the World's Worst Invasive Alien Species, arthropoda yang masuk tersebut tidak

(35)

Di antara 15 jenis arthropoda yang ditemukan di Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok, hanya 8 jenis yang dapat dilakukan kajian karena deskripsi taksonominya telah lengkap sarnpai tingkat spesies, yaitu: Ahasvenrs avena, Carpophilus hemiptenrs, Ciyptolestes femrgineus, Necrobia n@pes, Oiyzaephillus surinan7ensis, Sitophilus oiyzae, dan Tribolium castaneurn. Kedelapan jenis arthropoda tersebut termasuk dalam Klas Insecta yang merupakan serangga gudang dan semuanya berasal dari ordo Coleoptera. Biologi dan ekologi masing-masing serangga tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ahasverus advena (Coleoptera: Silvanidae)

Serangga ini memiliki penyebaran kosmopolitan pada berbagai jenis bahan makanan, biasanya yang memiliki kondisi kelembaban tinggi atau yang terdapat pertumbuhan cendawan (Rees 1999). Serangga ini ditemukan dalam jumlah kecil bersamaan dengan serangga lainnya pada komoditas yang terserang cendawan pada kondisi yang lembab. Perkembangan A. advena memerlukan 17-23 hari pada kondisi yang sesuai (Kalshoven 1981).

2. Carpophilzis hernipterus (Coleoptera: Nitiduiidae)

C. hemipterus merupakan kumbang pada buah-buahan kering dan merupakan hama kosmopolitan di gudang. Kemampuan perkembangbiakannya besar dan stadia larvanya pendek, namun dewasanya memiliki masa hidup yang panjang (Kalshoven 198 1).

3. Ciyptolestes ferrugineus (Coleoptera: Cucujidae)

Telur diletakkan di antara komoditas sebanyak lebih dari 200 butir setiap betina. Setelah instar ke empat, larva akan berpupa dalam sebuah kokon sutera. Siklus hidup C. ferrugineus memerlukan 103-17 hari pada suhu 21- 3 8 ' ~ , kelembaban relatif 75%. Kondisi optimal adalah 3 3 ' ~ , kelembaban relatif 70%. Dalam kondisi optimal, C. ferrugineus akan memerlukan 23 hari untuk menyelesaikan siklus hidupnya. C. ferrup'netrs dapat bertahan pada kondisi dingin di daerah beriklim sedang (Rees 1996).

4. Necrobia rufipes (Coleoptera: Cleridae)

(36)

kering (Rees 1996). Kondisi optimum untuk perkembangan

N.

rufipes adalah

30-34'~ dengan suhu minimum 2 2 ' ~ . Suhu di atas 4 0 - 4 2 ' ~ seringkali mencegah perkembangan spesies ini. N. rufipes memiliki penyebaran kosmopolitan di daerah beriklim hangat dan dapat menginfestasi komoditas karena kampuannya dalam menginvasi melalui terbang dan dewasa yang merayap (FA0 2009). Dalam cuaca yang hangat, serangga ini dapat sangat aktif dan dapat menginvasi rumah, gedung perkantoran, dan kabin penyimpanan kopra pada alat angkut (Kalshoven 1981).

5. Oryzaephillus surina~nensis (Coleoptera: Silvanidae)

Siklus hidup 0. srrrinanzensis memerlukan 20 hingga 80 hari pada suhu 17,5- 37,5'C, kelembaban relatif 10-90%. Kondisi optimal untuk perkembangan adalah 30-35'~, kelembaban relatif 70-90% (Rees 1996). Dibandingkan spesies lainnya, yaitu 0. mercator, 0. surinantensis lebih toleran terhadap suhu dan kelembaban yang ekstrim (Howe 1956 dalain Rees 1996) dan dapat bertahan pada periode pendek pada suhu di bawah O'C. Hama ini mempakan hama sekunder yang biasa dijumpai di daerah tropis namun juga merupakan hama penting di daerah temperat dingin. Di Inggris, hama ini diketahui dapat bertahan pada kondisi dingin tanpa perlindungan (Rees 1999).

6. Sitophilus otyzae (Coleoptera: Curculionidae)

S. oryzae merupakan hama primer yang merusak komoditas sereal di dunia. Serangga dewasa S. oryzae memiliki masa hidup yang panjang yaitu beberapa bulan sampai satu tahun. Selama hidupnya, serangga betina meletakkan telur sebanyak 150 butir. Larva bersifat kanibal terhadap individu lain yang lebih kecil dan lebih lemah sehingga jarang terjadi serangga dewasa muncul dari satu biji gandum atau beras, meskipun kemungkinan dua atau tiga serangga dewasa dapat muncul dari satu biji jagung. Perkembangan yang lengkap memerlukan suhu antara 15 hingga 3 5 ' ~ dan memerlukan 35 hari pada kondisi optimum, yaitu 27'C, kelembaban relatif 70% (Rees 1996).

7. Tribolizmnz castaneuin (Coleoptera: Tenebrionidae)

(37)

beberapa tahun dalam kondisi beriklim sedang. Betina meletakkan telur 2-10 telur per hari selama hidupnya. Perkembangannya dapat sangat cepat. Siklus hidupnya dapat diselesaikan dalam 21 hari dalam kondisi 3 5 ' ~ , kelembaban relatif 75% dan kemungkinan dapat bertahan pula pada suhu 22 hingga 4 0 ' ~ . Serangga ini melakukan kanibalisme dan juga diketahui memangsa telur, larva muda, dan pupa serangga gudang lainnya. Dalam kondisi optimal, populasi T.

castaneurn dapat meningkat 70-100 kaii dalam satu bulan. T. castaneum dapat terbang terutama di bawah kondisi tropis dan dapat mencari sumber makanan secara aktif tanpa bantuan manusia (Rees 1999).

T. castaneunz dapat menyerang biji-bijian, serealia, dan tepung, seperti barley, jagung, tepung jagung, tepung terigu, millet, oats, padi, rye, gandum, buah- buahan kering, biji legum, cokelat, dan komoditas lainnya. Serangga betina meletakkan telur sebanyak 300-400 butir pada tepung dan akan menetas dalam waktu 5-12 hari (Bennett 2003).

8. Typhaea stercorea L. (Coleoptera: Mycetophagidae)

Hama ini ditemukan pada berbagai komoditi di seluruh dunia (Rees 1999). Hama ini merupakan hama kosmopolitan pada gudang beras dan tembakau yang kemungkinan makan cendawan dan tidak merugikan (Kalshoven 1981).

Dengan membandingkan karakteristik serangga invasif seperti yang dikemukakan Worner (2002) dengan biologi dan ekologi serangga seperti yang dikemukakan di atas, maka didapatkan kesimpulan bahwa kedelapan serangga tersebut tidak berpotensi invasif (Lampiran 8). A. advena diketahui tidak memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi dan dapat bertahan pada berbagai kondisi, begitu pula dengan

T.

stercorea dan S. oiyzae. Sedangkan C. Iieemipterus dan C. ferrugineus dan memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi namun serangga ini tidak memiliki kemampuan bertahan pada berbagai kondisi ekstrim.
(38)

dan mampu menyesuaikan diri di lingkungan yang baru, namun spesies ini tidak memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi.

Di antara kedelapan serangga tersebut, T. castanetrm diketahui memiliki kesamaan sifat dengan serangga invasif yang paling banyak di antara spesies lainnya. Sifat tersebut yaitu kemampuannya dalam meningkatkan populasi, kemampuan bertahan pada berbagai kondisi, dan kemampuan menyebar yang tinggi serta keragaman genetik yang tinggi. Sifat-sifat tersebut mendukung karakteristik serangga invasif. Namun T. castaneum saat ini telah diketahui sebagai serangga gudang yang umum dijumpai di Indonesia dan negara lainnya sehingga serangga ini tidak dianggap menimbulkan permasalahan yang berarti.

Potensi invasif tumbuhan

Tumbuhan yang masuk secara sengaja sebagian besar dimasukkan sebagai tanaman hias. Sebagian besar tumbuhan yang menjadi invasif pada mulanya dimasukkan sebagai tanaman hias. Hal ini menyebabkan pemasukan tanaman hias menimbulkan risiko menjadi tumbuhan invasif sehingga perlu diwaspadi meskipun ada pula beberapa jenis tumbuhan lain seperti tanaman buah dan tanaman sayuran yang bersifat invasif.

Tumbuhan yang dalam satu genus memiliki spesies lain yang bersifat gulmdtumbuhan invasif juga perlu dipertimbangkan karena jeni-jenis tumbuhan seperti ini juga memiliki potensi invasif. Tabel 6 menunjukkan beberapa jenis tumbuhan yang dimasukkan secara sengaja yang dalam satu genusnya memiliki spesies lain yang bersifat gulmdtumbuhan invasif. Penentuan ini dilakukan dengan penelusuran terhadap database Invasive and Exotic Species dan database

(39)

Tabel 6 Jenis tumbuhan yang dalam satu genus memiliki spesies lain yang tergolong gulmdtumbuhan invasif

Nama spesies dalam satu genus yang Nama umum Nama ilmiah

tergolong gulmdtumbuhan invasif Impatiens Impatiens spp.

Kangkung Ipon~oea aquatica

Euphorbia Eziphorbia sp.

Lettuce Lactuca sativa

Bunga matahari Helianthzrs annuzrs

Padi Otyza saliva

Raspbeny Rzibus sp.

Bayam Amaranthzrs bbridzis Anyelir Dianthus caryophyllus Kalanchoe Kalanchoe sp.

I. glandulfera Royle

I. batatas (L.) Lam., I. coccinea L., I.

cordatotriloba cordatriloba Dennst., I. lacunosa L.

E. cyparissias L., E. dentata Michx, E. esula L., E. ~nyrsinites L.

L. salinga L., L. serriola L., L. tatarica pulchella (Purch) Breitung H. petiolaris Nutt.

0. longistaminata A. Chev. & Roehr, 0. punctata Kotzchy ex Steud., 0.

rujpogon Griffiths R. ellipticzrs

A. blitoides S. Wats., A. retrojlexus L.

D. barbatzrs, D. arrneria

K. pinnata (Lam.) Pers.

Jenis-jenis tumbuhan pada Tabel 6 dapat dilakukan scoring berdasarkan Weed Risk Assessment. Namun untuk melakukan ha1 tersebut, deskripsi taksonomi dan nama ilmiab yang valid sangat diperlukan (FA0 2005). Sedangkan data pemasukan yang diperoleh tidak semuanya disertai dengan nama ilmiah yang detil sampai pada tingkat spesies sehingga menyulitkan scoring, misalnya Aglonenza sp., Anfhzlrizrnz sp., Cattleya sp., Vanda sp., Dendrobizrm sp., dan lain-lain. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat dilakukan scoring adalah seperti pada Tabel 7.

[image:39.595.125.514.116.443.2]
(40)

penyakit, kemampuan menyebabkan alergi dan beracun terhadap manusia, cara

tumbuh, cara memperbanyak diri (propagasi dengan biji atau secara vegetatif),

dan daya tahan terhadap pemotongan, pencangkulan, atau pembakaran.

Hasil scoring menunjukkan bahwa beberapa jenis tumbuhan memiliki nilai

skor yang melebihi angka 6. Potensi invasif ditentukan dengan jumlah skor yang

melebihi 6. Menurut F A 0 (2005), angka 6 merupakan skor kritis dimana

tumbuhan yang memilih skor lebih dari enam hams diwaspadai pemasukannya.

Namun tumbuhan yang memiliki skor di atas 6 tersebut rata-rata merupakan

tanaman yang dibudidayakan, bahkan memiliki ekonomi tinggi dan bermanfaat

bagi manusia. Di Indonesia, kangkung dan bayam diketahui merupakan tanaman

sayuran yang dikonsumsi banyak masyarakat Indonesia. Sedangkan padi

merupakan tanaman pangan yang merupakan sumber bahan makanan pokok bagi

manusia. Seledri diketahui sebagai tanaman sayuran yang digunakan sebagai

pelengkap makanan. Bunga matahari selain digunakan sebagai tanaman hias juga

dimanfaatkan bijinya sebagai bahan makanan. Sedangkan anyelir merupakan

[image:40.595.98.523.446.681.2]

tanaman hias yang menghasilkan bunga potong yang berekonomi tinggi.

Tabel 7 Hasil scoring tumbuhan yang masuk secara sengaja

Nama umum Nama ilmiah Nilai skor

Kangkung Ipomoea aquatica 9

Bayam Amaranthus hybridus 8

Anyelir Dianthus caryophyllus

Seledri Apium graveolens

Bunga matahari Helianthus annuus

Padi Oryza sativa

Strawberry Fragaria x ananasa 8

Lettuce Lactuca sativa 7

Kol Brassica oleracea 7

(41)

Tabel 8 Gulma yang ditemukan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006-2007 dan masuk dalam database Invasive and Exotic Weeds

Jenis gulma Amaranthus retrofixus Anlbrossia arten~isiifolia Ambrossia triJida Avena fatua Avena sterilis Bronius sterilis Bronlus tectorurn Capsella bzrrsapastoris Chenopodium album Coniurn maculatum Convolvult~s arvensis Crepis capilaris Dianthus armeria Echonichloa crusgalli Echizmi vulgare Ipomoea lacunose Lactuca searicola Lolitrrn perenne Medicago sp. Panicun~ miliaceum Paspalztrrz notatum Polygonuir~ convolvulus Polygonurn persicaria Portulaca oleraceae Run1e.x acetocella Rumex crispzts Setaria verticillata Setaria viridis Silene noctiflora Sonchus asper Shorgurn halepense Thlaspi arvense Trofolium pretense Verbascum thapsus

Komoditas yang terkontaminasi

Benih ketumbar, beras, biji gandum, tepung kedelai

Biji gandum Kedelai, biji gandum

Biji gandum

Benih ketumbar, biji gandum Biji gandum

Biji gandum Biji gandum Biji gandum Biji gandum

Benih ketumbar, beras ketan, biji gandum Bij i gandum

Biji gandum

Biji gandum, beras ketan, beras Biji gandum

Beras ketan, kedelai Biji gandum

Benih ketumbar, beras, biji gandum Biji gandum

Biji gandum Biji gandum

Benih ketumbar, kedelai, biji gandum Biji gandum

Biji gandum

[image:41.595.132.504.123.709.2]
(42)

Tumbuhan yang dimasukkan untuk dibudidayakan dan dipanen hasilnya akan relatif kecil risiko invasifnya, karena mereka dimasukkan dan kemudian ditanam pada lahan tertentu (lahan buatan) untuk dimanfaatkan hasilnya sehingga tidak tumbuh di tempat yang liar yang dapat mengganggu ekosistem alami. Weber (2005) mengungkapkan bahwa agroekosistem merupakan lahan buatan, ekosistemnya sederhana dengan habitat yang rendah jumlah spesiesnya, lingkungan homogen, dan gangguan lingkungan yang dapat diprediksi. Sebaliknya, habitat alami kebanyakan memiliki jumlah spesies yang banyak, lingkungan heterogen dan seringkali tidak dapat diprediksi.

Beberapa gulma yang mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok diketahui merupakan jenis gulma invasif menurut database Invasive and Exotic Weeds dan 100 of the World's Worst Invasive Alien Species (Tabel 8).

Berdasarkan Tabel 8 tersebut tampak bahwa sebanyak 34 jenis gulma yang ada dalam database Invasive and Exotic Weeds dan 100 of the World's Worst Invasive Alien Species ditemukan mengkontaminasi komoditas yang dimasukkan secara sengaja. Frekuensi temuan paling banyak pada tahun 2006 yaitu Loliu~n perenne, sedangkan pada tahun 2007, frekuensi temuan paling tinggi pada

Atnaranthus retrojlexus.

Dengan ditemukannya beberapa jenis tumbuhan gulma yang termasuk dalam database IAS dunia tersebut maka kegiatan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gulma tersebut perlu ditingkatkan.

Potensi pemasukan spesies invasif dan hubungannya dengan peraturan perundang-nndangan di Indonesia

(43)

rekomendasi dari hasil kajian Analisis Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan dari eselon I terkait, salah satunya Badan Karantina Pertanian.

Analisis risiko yang dilakukan terhadap tumbuhan yang akan dimasukkan tidak cukup hanya berdasarkan pada risiko introduksi OPTK, karena tumbuhan yang dimasukkan juga memiliki risiko menjadi invasif. Untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko masuknya spesies asing invasif ke wilayah Indonesia, kajian terhadap potensi invasif organisme yang masuk perlu dilakukan. Peraturan perundang-undangan karantina tumbuhan saat ini terbatas pada pencegahan introduksi OPTK. Peraturan perundang-undangan untuk mencegah introduksi spesies asing invasif sebenarnya telah ada, yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on

Biological Diversity (Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati).

Metode scoring dalam menentukan potensi invasif sesuai dengan

Procedures of Weed Risk Assessnient (FA0 2005) mungkin belum cukup untuk

melakukan kajian terhadap potensi invasif. Hasil scoring pada penelitian ini menunjukkan banyak tumbuhan yang dibudidayakan di Indonesia menghasilkan skor hitis, artinya metode ini mungkin kurang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Metode scoring dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang sesuai dengan kondisi Indonesia sendiri perlu ditetapkan.

Ditinjau dari risiko OPTK, di antara jenis tumbuhan gulma yang ditemukan, terdapat satu jenis gulma yang termasuk dalam daftar OPTK Kategori A1 berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I Kategori A1

dan A2, Golongan I1 Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya. Jenis gulma tersebut adalah Bromus tectoruln L. (famili Poaceae). B. tectonmz merupakan gulma dari Famili Poaceae yang berasal dari Mediteranian. Selain sifat kegulmaannya, spesies ini juga diketahui dapat menyebarkan organisme pengganggu tumbuhan yaitu Melanoplus bivittatzis,

Pseudo~nonas syringae pv. atropurpzirea, dan Puccinia coronata. Gulma ini

(44)

Selain B. teetorurn, salah satu jenis gulma yang perlu diwaspadai pemasukannya adalah Amsinckia sp. yang juga ditemukan beberapa kali mengkontaminasi biji gandum yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Amsinckia sp. perlu diwaspadai karena salah satu spesies dalam genus Amsinckia ini, yaitu A~nsinckia calypa (Mots.) Chater. (famili Boraginaceae) yang berasal dari Amerika dikategorikan sebagai OPTK Kategori A1 berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3812006.

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Arthopoda dan tumbuhan yang dimasuMcan secara sengaja di Bandara Soekamo-Hatta memiliki keragaman jenis yang lebih tinggi dibandingkan Pelabuhan Tanjung Priok. Ditinjau dari jenisnya, arthropoda yang dimasukkan berupa agens hayati sedangkan tumbuhan yang dimasukkan meliputi tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman pangan, dan tanaman perkebunan. Sebagian besar tumbuhan yang dimasukkan tersebut berupa tanaman hias. Beberapa jenis tumbuhan budidaya diketahui berpotensi invasif berdasarkan karakteristiknya, yaitu kangkung, bayam, seledri, anyelir, bunga matahari, padi, strawberry, kol, kubis. Namun karena tumbuh-tumhuhan tersebut merupakan tanaman yang dibudadayakan dan diambil manfaatnya di Indonesia, maka kecil kemungkinan untuk menjadi invasif di lingkungan.

Arthropoda yang masuk secara tidak sengaja melalui Bandara Soekamo- Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok tidak berpotensi invasif. Sebagian besar arthropoda yang masuk secara tidak sengaja tersebut merupakan serangga gudang yang sudah ada di Indonesia. Beberapa jenis lainnya baru diidentifikasi sampai tingkat genus, misalnya Blatiisocius sp. dan Cheylestus sp. namun spesies ini cenderung tidak merugikan.

pemeriksaan yang lebih intensif sebaiknya dilakukan. Tumbuhan yang masuk secara tidak sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok diantaranya merupakan jenis-jenis yang termasuk dalam database Invasive and Exotic Weeds dan I00 of the World's Worst Invasive Alien Species, yaitu Arr~aranth~is retrojlexus, Anzbrossia arterr~isiifolia, A. trifda, Avena fatua, Avena sterilis, Bronzus sterilis, B. tectorum, Capsella bzirsapastoris,

(46)

pratense, dan Verbascunz thapsus. Salah satu dari gulma tersebut yaitu B.

tectorzrm termasuk dalam daftar OPTK Kategori A l .

Saran

Kewaspadaan terhadap arthropoda dan tumbuhan yang masuk sangat perlu dilakukan. Identifikasi terhadap arthropoda dan tumbuhan yang masuk baik secara sengaja maupun tidak sengaja sebaiknya dilakukan dengan lengkap dan detil sampai pada tingkat spesies.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

[BBKT Tanjung Priok] Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok. 2006. Laporan Tahunan 2006. Jakarta: BKT Kelas I Soekarno-Hatta.

[BBKT Tanjung Priok] Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok. 2007. Laporan Tahunan 2007. Jakarta: BKT Kelas I Soekarno-Hatta.

Bennet SM. 2003. Flour Beetles (Triboliuin spp.). htt~://www.the- piedpiper.co.uklth7a.htm [28 Desember 20071.

[BKT Kelas I Soekarno-Hatta] Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Soekarno- Hatta. 2006. Laporan Tahunan 2006. Jakarta: BKT Kelas I Soekarno-Hatta.

[BKT Kelas I Soekarno-Hatta] Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Soekarno- Hatta. 2006. Laporan Tahunan 2007. Jakarta: BKT Kelas I Soekarno-Hatta.

Cock M. 2001. Problems caused by water hyacinth as an invasive alien species. Di dalam: Wittenberg R, Cock MJW, editor. Invasive Alien Species: A Toolkit of Best Prevention and Management Practices. Wallingford: CAB International. Hlm 171.

[CBD] Convention on Biological Diversity. 2005. Handbook of the Convention on Biological Diversity. Canada: CBD

[CBD] Convention on Biological Diversity. 2007. What are Invasive Alien

Species? Convention on Biological Diversity.

htt~://www.cbd.int~invasive/WhatareLAS.sl [3 1 Desember 20081

[DEWHA] Department of the Environment, Water, Heritage and the Arts. 2008.

Invasive Species. Australian Government.

h t t ~ : / / w w w . e n v i r o n m e n t . ~ v . a u / b i o d i v e r s i ~ l [28 April 20081

Ebbels DL. 2003. Principles of Plant Health and Quarantine. Wallingford: CAB1 Publishing.

[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2005. Procedures for weed risk assessment. Rorna: FAO.

[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2009. A field guide to the types of insects and mites infesting cured fish. FAO.

httu://www.fao.ore/docre~/OO3/TO146E/TO146E03.htm [I1 Febmari 20091

(48)

[GISP] The Global Invasive Species Programme. 2003. Invasive alien species -

a growing global threat. The Global Invasive Species Programme. http://www.~isp.orrr/ecolopy/threat.asp [2 April 20081

[GISP] The Global Invasive Species Programme. 2003. Ecology and manaEement of Invasive Alien Soecies. the threat of biolozical invasion. The

-

-

Global Invasive Species Programme. http://www.aisp.orrr/ecolom/threat.asp [2 April 20081

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan P.A. van der, pene rjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve; 1981. Te rjemahan dari: De Plagen van de Cultzlurgewassen in Indonesie.

Lopian R. 2005. The International Plant Protection Convention and Invasive Alien Species. Di dalam: Hedley B., editor. Identrfcafion of Risks and Management of Invasive Alien Species Using the IPPC Franle~vork. Proceeding of a

workshop in Braunchweig, Germany. Rome: FA0

http://www.fao.orrr/docrep/008/y5968e/y5968e05.htm [I0 April 20081

WISIC] National Invasive Species Information Center. 2006. Invasive Plants and Agriculture. University of Arizona Office of Arid Lands Studies.

htt~://alic.arid.arizona.edu/invasive/sub3/2.shtm [I 8 September 20081

Rees, D. P. 1996. Coleoptera. Di dalam: Subramanyam B., Hagstrum DW., editor. Integrated Management of Insects in Stored Prodz~cts. New York: Marcel Dekker. Inc. hlm 1-39

[RI] Presiden Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Jakarta: RI.

[RI] Presiden Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 tentang Karantina Tumbuhan. Jakarta: RI.

[TAES] Texas Agrilife Extension Services. 2008. Aquaplant. Water Hyacinth. http://aquaplant.tamu.edu/databaselfloatin plants/water hyacinth.htm [29 Oktober 20081

Thacker, J. R. M. 2002. An introduction to arthropods pest control. Cambridge: Cambridge University Press.

Tjitrosoedirdjo SS. 2005. Inventory of the invasive alien plant species in Indonesia. Bogor: BIOTROPIA. No.25,60-73.

(

Gambar

Tabel 2 Jenis-jenis agens hayati yang dimasukkan selama 2006 dan 2007
Tabel 3 Arthropoda yang masuk ke Indonesia secara tidak sengaja melalui intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada tabun 2006*)
Tabel 4 Arthropoda yang masuk ke Indonesia melalui intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2007')
Tabel 5 Keragaman jenis tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara Soekamo- Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006 & 2007
+4

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,