• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Erection Girder serta Pemodelan 3D Menggunakan Software TEKLA Strucute17 pada Spillway Waduk Jatigede.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Erection Girder serta Pemodelan 3D Menggunakan Software TEKLA Strucute17 pada Spillway Waduk Jatigede."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN

ERECTION GIRDER

SERTA PEMODELAN 3D MENGGUNAKAN

SOFTWARE

TEKLA

STRUCTURE17

PADA

SPILLWAY

WADUK

JATIGEDE

RAUDHOTUL JANNAH

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektifitas Pelaksanaan Erection Girder serta Pemodelan 3D Menggunakan Software TEKLA Structure17 pada Spillway Waduk Jatigede adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

RAUDHOTUL JANNAH. Efektifitas Pelaksanaan Erection Girder serta Pemodelan 3D Menggunakan Software TEKLA Strucute17 pada Spillway Waduk Jatigede. Dibimbing oleh MACHMUD ARIFIN RAIMADOYA.

Salah satu ruang lingkup yang dikerjakan dalam pembangunan waduk Jatigede ini adalah pembangunan saluran pelimpah (Spillway). Tubuh pelimpah yang di bagian atasnya terdapat mercu merupakan salah satu bagian konstruksi yang terdapat dalam pelaksanaan pembangunan

Spillway. Pada bagian atas mercu inilah nantinya akan dibuat bangunan (ruangan kontrol) sebagai penghubung antara ruangan dan juga sekaligus menjadi tumpuan dari bangunan maka diperlukan jembatan. Pelaksanaan konstruksi tersebut menggunakan dua metode yaitu metode

crawler crane dan metode launcher girder. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2015 di proyek pembangunan Waduk Jatigede, Desa Cijeungjing, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang ini menggunakan data primer dan data sekunder. Pekerjaan konstruksi pada proyek pembangunan bangunan pelimpah Waduk Jatigede dibagi ke dalam 4 tahap, di antaranya pekerjaan persiapan, sub struktur, struktur, dan super struktur.. Salah satu faktor yang mempengaruhi erection girder adalah terjadi kecelakaan dalam penurunan girder di lapangan.

Setelah melihat kelebihannya maka dipilih metode launcher girder dikarenakan dari segi biaya, kepresisian alat, cara operasi, dan resiko lebih baik dari crawler crane.Pemodelan 3D dilakukan dengan program Tekla Structures 17 berdasarkan data Detail Engineering Design Spillway Waduk Jatigede. Pemodelan secara 3D pada bangunan Spillway Waduk Jatigede dilakukan dengan menggambar grid, kolom, dan balok. Kolom yang digunakan pada bangunan Spillway Jatigede ini bermacam-macam ukuranya.

Kata kunci: crane, girder, Jatigede, launcher, Spillway

ABSTRACT

RAUDHOTUL JANNAH. The Effectiveness of The Erection Girder Implementation and 3D Modeling Using Software TEKLA Structure17 at The Spillway of Jatigede Dam. Supervised by MACHMUD ARIFIN RAIMADOYA.

One of the scope that was done in this Jatigede dam construction is the construction of Spillway. Spillway body that at the top there is a lighthouse construction parts contained in the implementation of the Spillway construction. At the top of the lighthouse this will be made of the building (room control) as a liaison between the room and also became a cornerstone of building the necessary bridges. The construction is using two methods: the method of crawler cranes and the method of girder launcher. The research, conducted in March-May 2015 in Jatigede Dam construction project, Cijeungjing Village, District Jatigede, Sumedang District uses primary data and secondary data. The Spillway construction of Jatigede dam project divided into four stages, including the preparatory work, sub-structure, structure, and super structure. One of the factors that affect erection girder is an accident in drop off a girder in the field. After seeing the benefits then the method of girder launcher is chosen in terms of cost, precision tools, ways of operating, and the risk is better than crawler cranes.3D modeling is done with Tekla Structures program 17 based on Detail Engineering Design data Spillway Jatigede. 3D modeling in building Spillway Jatigede done by drawing a grid, columns, and beams. Columns used in the building's Spillway Jatigede assortment of size.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN

ERECTION GIRDER

SERTA PEMODELAN 3D MENGGUNAKAN

SOFTWARE

TEKLA

STRUCTURE17

PADA

SPILLWAY

WADUK

JATIGEDE

RAUDHOTUL JANNAH

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret-Mei 2015 ini ialah manajemen konstruksi, dengan judul Efektifitas Pelaksanaan Erection Girder serta Pemodelan 3D Menggunakan Software TEKLA Strucute17 pada Spillway Waduk Jatigede

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Machmud Arifin Raimadoya, Msc. sebagai dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya.

2. Pimpinan/Direksi Satuan Kerja Non Vertikal, Pembangunan Waduk Jatigede yang telah memberikan kesempatan untuk mempelajari dan telah emmbantu dalam proses pengumpulan data. mencurahkan seluruh perhatian dan kasih sayangnya yang tulus serta dukungan secara moril dan materil.

6. Rekan-rekan satu bimbingan (Risda Gustriani, Anugrah Susilowati, Fachru Bahari J, dan Hasfan Limrah) atas segala bantuan dan kerjasaanya.

7. Jundi Naufaldito Nibras atas segala perhatian dan dukungan yang senantiasa diberikan.

8. Rekan-rekan 17 (jundi, risda, marin, sisca, aulia, octa, briza, ulya, hafiz, ryan, mora,aad, sukma, agy)dan seluruh SIL 48 yang selalu ada memberikan dukungan.

9. Sisca Wulansari, Zella Aulia Anggriani, Ika Yuliani Fatma Hadi, dan Tika Cahyanti yang selalu ada memberikan dukungan.

Penulis berterimakasih terhadap dukungan dan masukkan bermanfaat untuk kesempurnaan penyusunan skipsi ini. Harapannya segenap pihak yang terkait dapat memberikan saran, tanggapan, dan solusi agar laporan ini dapat berguna bagi pihak yang membacanya.

Bogor, Juni 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL 3

DAFTAR GAMBAR 3

DAFTAR LAMPIRAN 5

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Permodelan 3

Tekla Structures 6

Kelebihan Tekla Structure 7

Launchig 8

Pengertian Erection Girder 10

Alat dan Bahan 12

Bangunan Pelimpah (Spillway) Waduk Jatigede 16

Data Proyek 17

METODE 19

Waktu dan Tempat 19

Bahan 19

Alat 20

Prosedur Analisis Data 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 25

Pekerjaan Erection Girder 28

Erection Girder Metode Crawler Crane 29

Erection Girder Metode Launcher Giirder 38

Pemodelan 3D Menggunakan Tekla Structures 17 40

Faktor – Faktor Resiko yang Mempengauhi Erection Girder 41

SIMPULAN DAN SARAN 42

(14)
(15)

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 46

RIWAYAT HIDUP 55

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Lokasi Pemasangan Girder 14

2. Tabel 2. Spesifikasi Girder 15

3. Tabel 3. Data Umum Proyek 17

4. Tabel 4. Data Teknis Proyek 18

5. Tabel 5. Variabel Penelitian 21

6. Tabel 6. Jenis-Jenis Pekerjaan Persiapan 26

7. Tabel 7. Jenis-Jenis Pekerjaan Sub-struktur (Tahapan Pekerjaan Bored Pile) 27

8. Tabel 8 Kebutuhan Crane Erection Girder 29

9. Tabel 9 Spesifikasi Mobile Crane 30

10.Tabel 10 Rincian Biaya Erection Girder dengan Metode Crawler Crane 37 11.Tabel 11 Rincian Biaya Erection Girder dengan Metode Launcher Girder 39

DAFTAR GAMBAR

12.Gambar 1 Girder Tipe Balok I 4

13.Gambar 2 Girder Tipe Box Girder 5

14.Gambar 3 Girder Tipe Balok T 5

15.Gambar 4 Kolaborasi pihak yang terlibat dalam proyek (Tekla, 2011) 7

16.Gambar 5 Metode Launchig Frame 8

17.Gambar 6 Metode Span by Span 9

18.Gambar 7 Metode Balanced Cantilever 9

19.Gambar 8 Metode Launching Carrier 10

20.Gambar 9 Erection dengan Menggunakan Hidraulic Jack 11 21.Gambar 10 Erection dengan Menggunakan Crane 11

22.Gambar 11 Mobile Crane 12

23.Gambar 12 Crawler Crane 13

(16)
(17)

25.Gambar 14 Sika Grout 16 26.Gambar 15 Lokasi Waduk Jatigede (BBWS Cimanuk-Cisanggarung, 2013) 19 27.Gambar 16 Layout Bendungan Jatigede (BBWS Cimanuk-Cisanggarung,

2013) 19

28.Gambar 17 Grid Bridge Spillway 22

29.Gambar 18 Permodelan Kolom Bridge Spillway 22

30.Gambar 19 Permodelan Balok Bridge Spillway 23

31.Gambar 20 Diagram Alir Prosedur Penelitian 24

32.Gambar 21. ( a ) & ( b ) Macam – Macam Contoh Alat Girder Launcher. 29

33.Gambar 22 Alur Erection Girder Paralel 30

34.Gambar 23 Layout Erectipn Girder 31

35.Gambar 24 Layout Erection Girder Zona 2 32

36.Gambar 25 Layout Erection Girder Zona 3 34

37.Gambar 26 Zona Penempatan Balok 41

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Denah Rencana Erection Girder (PT. WIKA, 2014) 46 2. Lampiran 2 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Erction Girder Spillway (PT.

WIKA, 2014) 47

3. Lampiran 3 Denah Pemodelan Spillway 48

4. Lampiran 4 Pemodelan Spillway 49

5. Lampiran 5 Pemodela Spillway 50

6. Lampiran 6. Flow Chart Metode Crawel Crane 51

7. Lampiran 7. Flow Chart Metode Launcher 52

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi seluruh makhluk hidup di muka bumi ini. Sehingga perenungan atas segala perilaku terhadap air dan sumber-sumbernya serta komitmen dalam pemulihan dan pelestarian air dan sumber-sumbernya menjadi sangatlah penting, agar air dapat diwariskan kepada generasi berikutnya dengan baik. Pengelolaan air yang dilakukan dengan tidak bijaksana akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap kehidupan manusia, berupa bencana kekeringan dan banjir yang datang silih berganti. Pengelolaan sumber daya air harus dapat memberikan manfaat yang besar dan menekan kerugian yang dipicu daya rusak air hingga sekecil mungkin serta pengelolaan tersebut dilaksanakan secara berkelanjutan. Salah satu bentuk pengelolaan tersebut adalah dengan melaksanakan pembangunan bendungan atau waduk.

Berdasarkan kondisi yang ada dan permasalah yang timbul di Sungai Cimanuk maka dibangunlah Waduk Jatigede dengan beberapa alasan yang melatar belakanginya. Alasan tersebut diantaranya karena ratio perbandingan antara debit banjir dengan debit kering yang besar dimana fluktuasi debit di Sungai Cimanuk yang tercatat di Bendung Rentang (infrastruktur sumber daya air yang telah ada di Sungai Cimanuk) sangat besar : Qmax = 1.004 m3/det; Qmin = 4 m3/det, Ratio = 251. Selain itu, lahan kritis DAS Cimanuk pada saat ini telah mencapai lebih kurang 110.000 Ha atau sekitar 31% dari luas DAS Cimanuk. Kemudian potensi air Sungai Cimanuk di Bendung rentang rata-rata sebesar 4,3 milyar m3/tahun dan hanya dapat dimanfaatkan 28% saja, sisanya terbuang ke laut karena belum ada waduk. Lalu sistem irigasi rentang seluas 90.000 Ha sepenuhnya mengandalkan pasokan air dari Sungai Cimanuk (river runoff), sehingga pada musim kemarau selalu mengalami defisit air irigasi yang mengakibatkan kekeringan. Dan yang tidak kalah penting di wilayah hilir Sungai Cimanuk (Pantura CIAYU) pada musim kemarau telah pula terjadi krisis ketersediaan air baku untuk keperluan domestik, perkotaan dan industri. Oleh karena itu, dihasilkan keputusan bahwa Waduk Jatigede perlu segera dibangun guna mengatasi krisis air tersebut, baik untuk menjamin ketersediaan air irigasi Rentang maupun air baku untuk wilayah Pantura CIAYU.

Bendungan atau DAM adalah konstruksi untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah pembangkit listrik tenaga air. Kementrian Pekerjaan Umum Indonesia mendefiniskan bendungan sebagai bangunan berupa tanah, batu, beton atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat juga dibangun untuk menampung limbah tambang atau lumpur. Dalam proses pembangunan sebuah bendungan, maka terdapat unsur-unsur penting yang harus ada, diantarnya inti bendungan, bangunan pelimpah (Spillway) dan

terowongan pengelak (diversion tunnel) serta saluran-saluran lain yang berfungsi

sebagai saluran irigasi.

(20)

2

pelimpah merupakan bangunan pelengkap utama pada sebuah waduk yang berfungsi umtuk mengalirkan atau melimpahkan kelebihan air pada saat terjadi banjir besar apabila elevasi muka air di waduk sudah melebihi elevasi rencana muka air maksimum. Oleh karena itu, proses pembangunan bangunan pelimpah (Spillway) harus sangat diperhatkan. Elemen dalam pelaksanaan pembangunan Spillway, tidaklah satu melainkan berbagai macam yang nantinya akan saling berhubungan dan saling menopang. Bangunan pelimpah pada Waduk Jatigede dibagi kedalam 5 bagian konstruksi yaitu, landasan muka (Apron), saluran pengarah (Approach Channel), tubuh pelimpah (Spillway) yang dibagian atasnya ada mercu (Crest), saluran peluncur (Chute Channel), dan kolam peredam (Plunge Pool).

Salah satu bagian konstruksi yang terdapat dalam pelaksanaan pembangunan bagunan pelimpah (Spillway) adalah tubuh pelimpah yang dibagian atasnya terdapat mercu. Pada bagian atas mercu inilah nantinya akan dibuat bangunan (ruangan kontrol). Sebagai penghubung antara ruangan dan juga sekaligus menjadi tumpuan dari bangunan maka diperlukan jembatan. Dalam perencanaan pembangunan jembatan terdapat rencana metode pelaksanaan kontruksi (erection) untuk girder yang digunakan, dalam hal ini terdapat dua rencana metode pelaksanaan kontruksi (erection) pada pembangunan jembatan Bangunan Pelimpah Waduk Jatigede. Dua metode pelaksanaan kontruksi (erection) tersebut yaitu dengan metode crawler crane dan metode launcher. Pada awal rencana proyek, yang digunakan adalah metode launcher girder, sedangkan untuk metode pembanding agar pilihan tersebut tepat dan efektif adalah dengan metode crawler crane. Dari kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan untuk metode erection girder mengunakan launcher dari segi keamanan lebih baik dari pada erection menggunakan crawler crane maka diperlukan tinjauan ulang untuk segi biaya dan waktu dari metode – metode tersebut. Dalam proses pemasangan jembatan (erction girder) waduk Jatigede dipilihlah metode girder launcher. Kedua metode inilah yang menjadi elemen yang dikaji dalam penelitian ini. Penelitian ini menitik beratkan pada perbandingan metode Crawler Crane dan Girder Launcher dalam proses erction girder untuk mengetahui metode mana yang paling efektif dilihat dari segi biaya, waktu, craa operasi, mutu, dan resiko. Selain itu peneliian ini juga akan mmenggunakan software TEKLA stucture 17 untuk mengetahui dan mendapatkan pemodelan dari bangunan jembatan yang akan dibangun pada bangunan pelimpah (Spillway).

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan yang merupakan objek dari penelitian ini, yaitu:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan erection girder.

2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode erction girder.

(21)

4. Bagaimanakah tahapan pelaksanaan erction girder Bangunan Pelimpah (Spillway) Waduk Jatigede Sumedang Jawa Barat.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui metode yang digunakan untuk pelaksanaan pemasangan grider atau erection grider.

2. Mengetahui metode yang paling efektif dan cocok untuk pelaksanaan pemasangan grider atau erection grider.

3. Melakukan pemodelan 3D menggunakan Program Tekla Structures17 untuk menampilkan tahapan pelaksanaan dan bentuk dari komponen struktur.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk menganalisis dan mengevaluasi efektifitas metode launcher girder dan crawler crane pelaksanaan pada proses erection girder suatu proyek pembangunan jembatan, dan bagi penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dalam hal manajemen proyek khususnya dalam hal efektifitas metode laucher girder pada pelaksanaan suatu proyek pembangunan serta bagaimana memodelkan struktur bangunan dalam bentuk tiga dimensi.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup atau batasan masalah penelitian ini yaitu:

a. Penelitian ini hanya dilakukan terhadap efektifitas metode launcher girder dan crawler crane serta pemodelan 3D pada proses erection girder Bangunan Pelimpah (Spillway) Waduk Jatigede.

b. Efektifitas metode launcher girder dan crawler crane dianalisis berdasarkan waktu, biaya, cara operasi, mutu, dan resiko.

c. Faktor-faktor resiko apa saja yang mempengaruhi keterlambatan proyek d. Bagaimana mengantisipasi faktor-faktor risiko tersebut sehingga kinerja

waktu pelaksanaan proyek dapat tercapai.

e. Pemodelan 3D dilakukan menggunakan program Tekla Structures17.

TINJAUAN PUSTAKA

Girder

(22)

4

cetak di pabrik tempat memproduksi beton kemudian beton tersebut di bawa ke tempat pembangunan jembatan atau fly over dan pada saat pemasangan dapat menggunakan girder crane. Selain girder precast, juga dikenal istilah on-site girder, yaitu girder yang di cor di tempat pelaksanaan pembangunan jembatan, girder ini dirancang sesuai dengan perancangan beton pada umumnya yaitu dengan menggunakan bekisting sebagai cetakannya.

Sehingga yang disebut jembatan sistem girder adalah sebuah struktur bangunan jembatan yang komponen utamanya (balok) berbentuk girder. Girder ini dapat terbuat dari beton bertulang, beton prategang, baja atau kayu. Panjang bentang jembatan girder beton bertulang ini dapat sampai 25 m, dan untuk jenis girder yang menggunakan beton prategang umumnya memiliki panjang bentang di atas 20 m sampai 40 m. Contoh jembatan girder yang paling umum kita jumpai adalah jembatan sungai.

Setiap bentuk girder memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Girder dengan profil balok I memiliki kelebihan pada pengerjaannya yang mudah serta cepat dalam berbagai jenis kasus, namun jika jembatan yang akan dibangun memiliki bentuk kurva, girder balok I menjadi lemah karena kurang kuat terhadap kekuatan puntir/memutar, yang sering disebut sebagai torsi. Web kedua pada balok I perlu ditambahkan dalam gelagar kotak untuk meningkatkan kekuatan stabilitas untuk menahan torsi, Hal ini membuat gelagar kotak/box girder merupakan pilihan yang tepat untuk jembatan dengan bentuk kurva.

Menurut bentuknya, jenis girder dapat dibedakan menjadi balok I, box girder, balok T (Supoyo, 2007). Girder dengan bentuk balok I sering disebut dengan PCI Girder (yang dibuat dari material beton). Girder ini dapat terbuat dari bahan komposit ataupun bahan non komposit, dalam memilih hal ini perlu dipertimbangkan berbagai hal seperti jenis kekuatan yang diperlukan dan biaya akan akan dikeluarkan.

Gambar 1 Girder Tipe Balok I Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

(23)

Namun bentuk trapesium lebih digemari penggunaannya karena akan memberikan efisiensi yang lebih tinggi dibanding bentuk kotak.

Gambar 2 Girder Tipe Box Girder Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Balok T ekonomis untuk bentang 40-60 ft. Namun pada struktur jembatan miring, perancangan balok T memerlukan rangka kerja yang lebih rumit. Perbandingan tebal dan bentang struktur pada balok T yang dianjurkan adalah sebesar 0,07 untuk struktur bentang sederhana dan 0,065 untuk struktur bentang menerus.

(24)

6

Permodelan

Pemodelan adalah rencana, representasi atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, konsep yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Model yang akan dibuat dapat digolongkan menjadi pemodelan dua dimensi (2D), pemodelan tiga dimensi (3D) dan pemodelan empat dimensi (4D) (Harganusel, 2011).

Pemodelan dua dimensi merupakan bentuk dari benda yang memiliki panjang dan lebar. Penggambarannya hanya pada titik koordinat sumbu x dan sumbu y. Pemodelan 3D adalah prosedur pengembangan model tiga dimensi menggunakan perangkat lunak khusus. Prosedur ini dilakukan sebagai proses untuk menciptakan sebuah model yang mewakili objek sebenarnya secara tiga dimensi. Objek yang dibuatkan modelnya bisa berupa objek hidup ataupun benda mati. Menurut Mehmet Hergunsel (2011) Penggambaran 3D merupakan pengembangan lebih lanjut dari penggambaran 2D. Sebuah model tiga dimensi dibuat dengan menggunakan sejumlah titik dalam ruang 3D, yang dihubungkan dengan berbagai data geometris seperti garis, bidang datar, dan permukaan melengkung yang menghasilkan bentuk tiga dimensi utuh menyerupai objek yang dijadikan model.

Pemodelan 4D memberikan cara yang lebih cepat dan lebih efektif menyampaikan informasi antar pihak proyek yang berkepentingan. Salah satu informasi yang disampaikan adalah scheduling (jadwal pelaksanaan) konstruksi, sehingga informasi bangunan akan dibangun hari demi hari dapat terlihat. Program aplikasi 4D diantaranya Tekla Structures dan Autodesk Revit.

Pemodelan 4D merupakan pemodelan 3D dengan penambahan informasi berupa waktu pelaksanaan proyek. Kelebihan pemodelan 4D diantaranya yaitu menghasilkan desain dan jadwal yang lebih baik, perkiraan biaya yang lebih baik, mengurangi CO (Change Orders), meningkatkan produktivitas dan mengurangi pengerjaan ulang, komunikasi dari owner ke subkontraktor dan suplier menjadi lebih baik (Rizki Aniendhita, 2010).

Tekla Structures

Tekla Corporation didirikan di Finlandia pada tahun 1966 dan memiliki kantor pusat di Espoo, Finlandia, sedangkan kantor cabang dari Tekla Corporation berada di Swedia, Denmark, Jerman dan Amerika Serikat. Tekla memiliki penjualan bersih sebesar hampir 58 juta euro pada tahun 2010. Perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 500 orang dan memiliki pelanggan di sekitar 100 negara (Tekla 2012). Tekla corporation memiliki empat jenis software berdasarkan fungsi pekerjaan yang dihadapi, diantaranya Tekla Stuctures untuk pekerjaan struktur, Tekla XCity untuk arsitektur, Tekla XPipe untuk perpipaan, dan Tekla XPower untuk bagian elektrikal.

(25)

untuk keperluan manajemen konstruksi juga sudah ditambahkan pada software ini (Khemlani 2008).

Gambar 4 Kolaborasi pihak yang terlibat dalam proyek (Tekla, 2011) Software ini merupakan program bantu yang sangat canggih dan mampu mempersingkat proses pendetailan, proses manufaktur atau fabrikasi dan manjemen konstruksi, dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa Tekla merupakan program yang dapat membantu penyelesaian suatu proyek mulai dari proses perencanaan (pemodelan, analisa struktur, pendetailan), hingga proses pelaksanaan (fabrikasi, dan manajemen kontruksi) (Yanuwarini, 2011).

Kelebihan Tekla Structure

Keuntungan menggunakan Tekla Structure pada konstruksi adalah kualitas tinggi dan dokumentasi akurat dari proses konstruksi, perbaikan manajemen konstruksi, meningkatkan interaksi antara arsitek, insinyur dan kontraktor, memungkinkan pra-fabrikasi dari berbagai komponen konstruksi untuk meminimalkan kesalahan (Roginski, 2011).

Tekla Structure adalah representasi evolusi digital dari model 2D menjadi model 3D dan bahkan menjadi model 4D (penjadwalan) dan model 5D (estimasi biaya) dengan menggunakan database yang tersedia selama siklus bangunan. Model 3D merupakan perwakilan dari lebar, panjang dan tinggi suatu benda. Model 4D, menambahkan dimensi keempat yaitu jadwal proyek dengan model 3D. Sebuah model 4D Tekla Structure menghubungkan elemen 3D dengan timeline pengiriman proyek untuk memberikan sebuah simulasi virtual 4D. Model 5D, menghubungkan data biaya dengan daftar kuantitas yang dihasilkan dari model 3D, sehingga memberikan estimasi biaya yang lebih akurat.

(26)

8

Tekla Structure dapat mempermudah pihak konstruksi untuk mengakses informasi-informasi yang terkandung dalam proyek konstruksi, sehingga meningkatkan koordinasi antara anggota. Sifat kolaboratif Tekla Structure memungkinkan mendeteksi bentrokan dalam perancangan. Deteksi bentrokan dapat memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk membangun permodelan. Salah satu contoh deteksi bentrokan atau kesalahan pemodelan dengan Tekla Structure yaitu mengidentifikasi unsur-unsur pada objek model (Jiang Xinan, 2011). Pada penelitian ini pendeteksian bentrokan pada model bangunan dengan menggunakan “Clash Check Manager” yang ada pada software Tekla Structures. Dengan Clash Check Manager bentrokan pada pemodelan secara otomatis terdeteksi. Sehingga mempermudah tim desain dalam melakukan pemodelan bangunan.

Launching

Launching girder adalah pekerjaan untuk memindahkan baik segmental girder atau girder utuh ke posisi terdekat dengan leveling mortar untuk selanjutnya dilakukan erection (Asiyanto, 2008). Untuk itu banyak metode yang dapat dipakai dalam pekerjaan launching ini sendiri. Baik menggunakan bantuan crane atau lainnya. sehingga dari sini dapat dipertimbangkan cara apakah yang tepat dalam suatu proyek untuk pekerjaan launching girder ini sendiri. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah biaya, waktu, dan tempat atau keadaan lapangan.

Untuk itu perlu dilihat apakah pekerjaan launching ini membutuhkan jenis atau tipe launching seperti apa. Yang sering kita lihat dan perhatikan adalah dengan menggunakan frame. Baik digunakan sebagai landasan atau sebagai cantilever untuk mengangkut segmental girder atau girder. Beberapa jenis launching diantaranya frame, span by span overslung, balanced cantilever, launching girder, dan launchig carier full span.

Metode frame adalah meteode yang paling sering digunakan untuk membangun jembatan bentang pendek, karena dengan membuat jembatan sementara atau frame yang mampu menahan berat dari segmental girder (Peurofoy, 2002). Dengan menghitung beban yang dapat dipikul dari segmental girder maka dapat dipilih dimensi dari frame tersebut.

(27)

Metode span by span overslung adalah metode yang cara operasinya adalah dengan mengangkat bagian per bagian dari segmental girder dengan cara lifting (Peurofoy, 2002). Lalu kemudian setting ke tumpuan bearing pad. Metode ini sangat mudah dilakukan dan sangat cepat karena dapat mempersingkat waktu. Kekurangannya adalah sangat mahal bila digunakan di Indonesia.

Gambar 6 Metode Span by Span

Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Metode balanced ini dapat digunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan ruangan yang terbatas untuk konstruksinya sehingga dapat memaksimalkan ruang yang ada (Peurofoy, 2002). Metode ini juga me-lifting segmental girder, yang harus diperhitungkan adalah momen tahanan yang dapat dipikul dari jembatan tersebut.

Gambar 7 Metode Balanced Cantilever Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolioasp?id=765

(28)

10

(Peurofoy, 2002). Karena box girder mempunyai berat yang lebih besar dari I girder dari itu digunakan metode ini untuk mencapai efisiensi dari pekerjaan.

Gambar 8 Metode Launching Carrier Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolioasp?id=765

Hampir sama dengan metode launching carrier, hanya saja pada metode launching carrier full span peralatannya lebih mudah dikerjakan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, beberapa contoh diatas merupakan contoh dari sistem launching girder, yang ternyata banyak sekali sistem dalam launching girder dari yang sederhana sampai yang kompleks (Peurofoy, 1998). Ini semua tergantung bagaimana lokasi dan metode pelaksanaan apakah yang akan dilakukan. Maka dari itu efektifitas dari launching girder ini sendiri haruslah sesuai dengan kebutuhan, jangan sampai menggunakan sistem launching yang tidak sesuai maka akan menimbulkan kerugian pada kontraktor itu sendiri. Maka pemilihan pada saat tender sangat berpengaruh pada kinerja proyek nantinya. Dan launching sendiri juga harus memperhitungkan kemampuan untuk produktivitas. Dalam sehari pekerjaan launching sendiri harus dapat mengerjakan produktivitas maksimal agar hasil yang dicapai juga maksimal.

Pengertian Erection Girder

(29)

karena penentuan metode ini secara langsung akan berkaitan erat dengan biaya operasi yang dikeluarkan, waktu yang digunakan serta kemudahan dalam pelaksnaannya.

Gambar 9 Erection dengan Menggunakan Hidraulic Jack Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Gambar 10 Erection dengan Menggunakan Crane Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

(30)

12

bangunan pelimpah (Spillway), metode yang telah disepakati adalah metode launcher dengan menggunakan gantry launcher.

Alat dan Bahan

Dalam proses atau metode erection girder terdapat beberapa alat yang digunakan diantarnya adalah mobile crane, crawler crane, trailer truck dan boogie, girder, sika grout 215, dan launcher.

Mobile crane biasanya digunakan untuk mengangkat beton precast pada konstruksi gedung dan jembatan. Perlu diperhatikan bahwa kemampuan mobile crane akan berkurang jika alat tersebut bekerja tanpa dibantu oleh kaki penyeimbangnya (Rasyid, 2008). Oleh sebab itu pada saat pengangkatan balok girder kaki penyeimbang sangatlah berperan dalam menentukan kestabilan posisi mobile crane teresebut. Sebagai tambahan, mobile crane yang akan digunakan pada saat sebelum dioperasikan haruslah dapat dipastikan berada dalam kondisi permukaan yang rata dan cukup kuat, apalagi bila beban yang ditahan mendekati kemampuan maksimal alat tersebut. Pada pelaksanaan erection girder bangunan pelimpah (Spillway) di proyek pembangunan Waduk Jatigede, mobile crane yang digunakan sebanyak satu unit mobile crane dengan kapasitas 360 ton, dengan memperhitungankan bahwa masing-masing girder yang akan diangkat mempunyai variasi bobot yaitu 18 ton, 35 ton 40 ton dan 45 ton sehingga mobile crane tersebut mampu bekerja dengan optimal. Fungsi kerja dari mobile crane sendiri adalah untuk menaikkan girder dari stressing bed (stock yard) keatas trailer truck dan boggie, selanjutnya girder diangkut kelokasi dengan menggunakan trailertruck dan boggie.

Gambar 11 Mobile Crane Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

(31)

erection girder bangunan pelimpah (Spillway) di proyek pembangunan Waduk Jatigede, crawler crane yang digunakan adalah sebanyak dua unit, satu unit crawler crane dengan kapasitas 70 ton, satu unit lagi crawler crane dengan kapasitas 50 ton. Fungsi kerja dari crawler crane adalah untuk menerima girder yang diangkut oleh trailer truck dan boggie, kemudian mengangkut girder tersebut menuju titik-titik tumpu yang telah disediakan.

Gambar 12 Crawler Crane

(32)

14

Gambar 13 Trailer Truck Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

(33)

Tabel 2. Spesifikasi Girder

Girder bentang 12,96 meter Girder bentang 13,96 meter Girder bentang 14,36 meter Tipe :

(34)

16

Gambar 14 Sika Grout

Bangunan Pelimpah (Spillway) Waduk Jatigede

(35)

Data Proyek

Tabel 3. Data Umum Proyek

1 Pemilik Proyek

Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk

2 Nama Proyek Pembangunan Bendungan Jatigede

3 Lokasi Proyek Desa Cijeunjing Kecamatan jatigede kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat

4 Sumber Dana APBN & Pinjaman dari Exim Bank China

5 No Kontrak KU.08.08/BBWS 05-10/01

SWHI (Sichuan Water Resources Hydroelectric Investigation & Desain Institute)

Wiratman, PT. Tata Guna Patria, PT. Indah Karya, PT. Mettana)

11 Kontraktor Pelaksana

Sinohydro Coorporation JO CIC (Joint Operation Consorsium of Indonesian Contractors), CIC : PT. Wijaya Karya, PT. Waskita Karya, PT. Pembangunan Perumahan, PT. Hutama Karya.

12 Penanggung Jawab Pekerjaan

Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pembangunan Waduk Jatigede

(36)

18

Luas Permukaa Waduk )EL.+262) 41,22 km2

Volume Total (gros) (EL.+260) 980 x 106 m3

Tipe Tipe Chute dengan 4 pintu radial

Lebar Puncak 52 m (4 x 13 m) EL.+247

Dimensi Radial Gates 4 bh (W=13 m; H=14, m)

QPMF 11000 m3/detik

Lokasi Di bawah Spillway

Elevasi Lantai Depan EL.+221

Tipe Bangunan Conduit, beton bertulang

Dimensi Conduit b=3,9 m; h=4,1 m; L=400 m

Lokasi Di bawah Spillway

Elevasi Inlet EL.+164

Tipe Circular, beton bertulang

Debit Rencana (Q100) 3200 m3/detik

Dimensi Terowongan D=10 m; L=533 m

Lokasi Sebelah Kanan Bendungan Utama

Lantai Inlet EL.+221

Terowngan Penyalur Air d=4,5; L=3095 m

Tinggi Terjun 170 m

Tipe Turbin Francis

Kapasitas Terpasang 2 x 55 MW = 110 MW

Produksi Rata-rata 690 GWH/tahun

(37)

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2015, pada Proyek Pembangunan Waduk Jatigede di daerah jalan raya Bendungan Jatigede Km 15, Desa Cijeungjing, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor.

Gambar 15 Lokasi Waduk Jatigede (BBWS Cimanuk-Cisanggarung, 2013)

Gambar 16 Layout Bendungan Jatigede (BBWS Cimanuk-Cisanggarung, 2013)

Bahan

(38)

20

rancangan anggaran biaya, spesifikasi girder, diagram alur metode launcher girder, serta data Detail Engineering Design (DED).

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Seperangkat komputer yang dilengkapi dengan program Microsoft Excel 2013.

2. Program Microsoft Word 2013. 3. Program Tekla Structures17. 4. Program Tekla BimSight.

Prosedur Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian yang membandingkan penggunaan metode pelaksanaan erection girder. Pada awal rencana proyek menggunakan metode launcher girder dan dibandingkan dengan metode lain yaitu metode crawler crane. Kedua metode pelaksanaan ini dibandingkan dari beberapa variabel seperti dijelaskan pada tabel 5.

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain: 1. Persiapan penelitian

Persiapan penelitian pertama yang dilakukan adalah penentuan lokasi penelitian dan data-data yang dibutuhkan agar mempermudah dalam pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan penginstalan Tekla Structures17.

2. Pengumpulan data

(39)

Tabel 5. Variabel Penelitian

Tujuan Variabel Indikator Sumber Data

Teknik

3. Pemodelan 3D menggunakan tekla structures17

a.

Pembuatan grid

Sebelum dilakukan pemodelan objek kolom, balok, dan objek struktur lainnya dengan menggunakan Tekla Structure17, hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah pembuatan garis grid. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

 Pada tab modeling, kemudian dipilih create grid.

(40)

22

 Definisikan koordinat X, Y,dan Z sesuai shop drawing. Perlu diketahui bahwa koordinat X dan Y bersifat relatif dan Z bersifat mutlak. Gambar Grid Bridge Spillway disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17 Grid Bridge Spillway 4. Pemodelan kolom

 Tahap-tahap pemodelan kolom beton yaitu :

 Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete column.

 Ditentukan column pada posisi yang diinginkan.

 Kemudian dirubah karakteristik kolom, klik 2 kali pada kolom agar muncul kotak dialog concrete column properties. Gambar permodelan kolom beton bridge Spillway disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18 Permodelan Kolom Bridge Spillway 5 Pemodelan balok

Tahap-tahap pemodelan balok beton yaitu:

 Pada tab modeling, kemudian dipilih create concrete beam.

(41)

 Kemudian dirubah karakteristik balok, klik 2 kali pada balok agar muncul kotak dialog concrete beam properties. Gambar permodelan balok beton bridge Spillwaydisajikan pada Gambar 19.

Gambar 19 Permodelan Balok Bridge Spillway 6 Perhitungan Kebutuhan Material / Alat

Perhitungan kebutuhan material dan alat pada masing-masing komponen pelaksanaan erection kedua metode yaitu crawler crane dan launcher. 7 Analisa Produktivitas dan Durasi

Analisa produktivitas dan durasi launcher girder di dapat dari literatur buku, brosur alat dan wawancara di lapangan, dan untuk analisa crawler crane menganalogi dari produktivitas dan durasi pada proses erection girder jembatan kali Surabya-Mojokerto.

8 Analisa Biaya

Perhitungan estimasi biaya mulai dari kebutuhan material,alat dan tenaga kerja yang mendukung pekerjaan erection pada kedua metode yaitu metode launcher girder dan metode crawler crane.

9 Analisa Data

Gambar yang diperoleh dari proyek digunakan untuk menghitung volume pekerjaan erection yang selanjutnya juga akan dihitung produktivitas pekerjaan erection pada masing-masing metode. Dari hasil perhitungan volume dan produktivitas dapat dihitung biaya dan waktu pekerjaan pelaksanaan yang optimal.

10 Analisa Perhitungan Kebutuhan Material (Volume)

Untuk metode erection dengan metode launcher perhitungan volume meliputi perhitungan jumlah girder, alat berat yang dipakai dan material – material pendukung pada saat pelaksanaan. Sedangkan untuk metode erection crawler crane perhitungan volume meliputi perhitungan jumlah girder, alat berat dan material – material pendukung pada saat pelaksanaan. 11 Analisa Produktivitas dan Durasi Pekerjaa Erection Girder

(42)

24

ditentukan berdasarkan menganalogi pada erection jembatan Pagerluyung dan produktivitas alat. Durasi = Volume / produktivitas.

12 Analisa Biaya Pekerjaan Erection Girder

Pada metode erection dengan menggunakan launcher biaya pekerjaan dapat dihitung dari biaya mobilisasi dan demobilisasi , kebutuhan alat, produktivitas alat, dan material yang digunakan RAB (Rencana anggaran biaya proyek PT. WIKA). Sedangkan pada metode erection crawler crane biaya pekerjaan dapat dihitung dari biaya mobilisasi dan demobilisasi, kebutuhan alat, produktivitas alat, dan material yang digunakan. Perhitungan biaya mengguanakan RAB ( Rencana anggaran biaya proyek PT. WIKA )

(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proyek Pembangunan Waduk Jatigede terletak di daerah Jalan Raya Bendungan Jatigede Km 15, Desa Cijeungjing, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang. Pada pembangunannya pekerjaan waduk Jatigede ini meliputi beberapa bagian penting, antara lain inti bendungan (main dam), bangunan pelimpah (spillway) dan terowongan pengelak (diversion tunnel) serta saluran-saluran lain yang berfungsi sebagai saluran-saluran irigasi. Spillway merupakan bangunan pelengkap utama pada sebuah waduk yang berfungsi untuk mengalirkan atau melimpahkan kelebihan air pada saat terjadi banjir besar apabila elevasi muka air di waduk sudah melebihi elevasi rencana muka air maksimum. Pada umumnya posisi bangunan spillway ini dibuat di ujung bendungan yaitu terjepit diantara tebing batuan asli dan urugan bendungan, namun pada waduk Jatigede spillway dibuat ditengah bendungan karena setelah dilakukan studi secara mendalam diputuskan bahwa kondisi geologi dibagian tepi bendungan tidak cukup baik untuk pondasi spillway, sehingga kedua sisi bangunan spillway bersandar pada urugan bendungan tidak bersandar pada tebing batuan asli. Posisi tersebut berada dalam satu garis dengan terowongan pengambilan air irigasi dan terowongan pengelak yang dibuat dibawahnya.

Pelaksanaan pekerjaan bangunan pelimpah di proyek pembangunan waduk Jatigede ini telah dimulai sejak bulan Desember 2008, kegiatannya meliputi pekerjaan finishing galian plunge pool, concreting struktur, pengecoran mass concrete berikut semua kelengkapan dan pemasangan alat instrumentasi di bawah pondasi crest spillway. Pekerjaan diiawali dengan kegiatan pengukuran setting out untuk menetapkan batas-batas galian dengan gambar desain, kemudian pekerjaan galian dimulai yang meliputi galian common (tanah) pada bagian permukaan dengan kedalaman bervariasi dengan galian rock (batu) pada bagian yang lebih dalam. Dalam pekerjaan pembangunan bangunan pelimpah Jatigede, pada bagiannya terdapat juga pembangunan jembatan yang berada persis diatas bangunan pelimpah. Jembatan pada bangunan pelimpah ini berfungsi sebaga jalan penghubung antara dam kiri dan dam kanan bednungan. Selain itu, fungsi yang tidak kalah penting dari jembatan ini adalah sebagai tumpuan atau alas karena nantinya di atas bangunan pelimpah dan jembatan tersebut akan dibangun bangunan utama yaitu banguna pengontrol. Bangunan pengontrol ini berfungsi salah satunya untuk mengontrol keempat pintu air di spillway. Selain itu pada bangunan pengontrol juga akan terdapat bangunan diesel generator. Pembangunan jembatan ini terletak di atas bangunan pelimpah, denah rencana erection girder ini disajikan pada Lampiran 1.

(44)

26

Pada umumnya pekerjaan konstruksi pada proyek pembangunan bangunan pelimpah Waduk Jatigede dibagi ke dalam 4 tahap, di antaranya pekerjaan persiapan, sub struktur, struktur, dan super struktur. Pekerjaan persiapan terdiri dari mobilisasi peralatan dan personil sesuai lokasi, pembangunan direksi kit, gudang, stockyard, laboratorium, pagar kerja dan banner, mengamati eksisting, serta menyusun traffic management. Pekerjaan sub-struktur terdiri dari pekerjaan bored pile. Pekerjaan struktur terdiri dari pekerjaan pile cap, pier, dan pier head. Sedangkan pekerjaan super struktur terdiri dari pekerjaan parapet, slab, dan box girder. Namun pada penelitian ini difokuskan kepada pekerjaan super struktur. Tabel 6. Jenis-Jenis Pekerjaan Persiapan

No Pekerjaan Keterangan

1 Mobilisasi Peralatan dan Personil

2 Pembangunan Direksi Kit

3 Stockyard

4 Pagar Kerja dan Banner

(45)

Tabel 7. Jenis-Jenis Pekerjaan Sub-struktur (Tahapan Pekerjaan Bored Pile)

No Pekerjaan Keterangan

1 Surveying dan Soil Investigation

2 Preboring

3 Install Casing

4 Drilling

5 Instal Rebar

6 Pengecoran

(46)

28

Tabel Lanjutan

No Pekerjaan Keterangan

8 Pemotongan Kepala Tiang

Pekerjaan Erection Girder

Erection merupakan proses pemasangan segmen precast atau girder yang dimulai dari remove hingga remove alat kembali dan dinyatakan dalam satuan waktu (Sunggono, 1995). Perbandingan metode pelaksanaan dengan menggunakan lancher dan crawler crane pada saat erection girder menjelaskan konsep teori dasar yang berhubungan dengan analisa dilapangan karena kondisi existing yang cukup sulit dan diperlukan metode pelaksanaan yang ditinjau agar produktivitas waktu dan biaya bisa didapat dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan alat yang lebih besar kemampuan yang lebih baik, namun biaya yang akan dikeluarkan cukup besar dan alat tersebut belum siap sedia pada waktu itu. Pada metode pelaksanaan ini launcher girder dipilih sebagai metode yang digunakan tetapi perlu analisa perbandingan dengan metode erection lainnya disini dipilih metode pembandingnya adalah crawler crane sehingga mendapatkan metode yang paling cocok sesuai dengan lokasi, biaya, waktu, cara operasi, mutu, dan resiko yang paling optimal.

(47)

lingkungan yang dilindungi di bawah jembatan. Pada kenyataanya banyak macam variasi dari konstruksi girder launcher yang digunakan, namun secara umum cara kerjanya memiliki dan bergeser pada pier selanjutnya dengan bertumpu pada kaki yang berdiri pier untuk menahan beban girder yang akan dipasang pada bentang yang dikehendaki. Pada saat girder launcher berpindah menuju pier selanjutnya, maka yang akan digunakan sebagai penyeimbangnya adalah girder yang akan dipasang nantinya setelah alat tersebut berada di posisi bentang yang direncanakan.

Gambar 21. ( a ) & ( b ) Macam – Macam Contoh Alat Girder Launcher. ( Sumber : Libby.,James R.,op.cit. )

Urutan kerja pada pemakaian metode girder launcher adalah sebagai berikut : launcher yang sudah dirakit dihubungkan dengan girder yang berfungsi sebagai pemberat. Kemudian launcher dan girder dipindahkan menuju bentang yang direncanakan. Lalu launcher sudah pada posisi untuk erection. Selanjutnya girder dihubungkan pada ujung penggantung launcher. Lalu girder sudah terangkat oleh launcher. Dan girder telah ditempatkan (Libby, james R., 1984).

Erection Girder Metode Crawler Crane

Dalam proses atau pekerjaan erection menggunakan metode crawler crane digunakan beberapa alat. Keburtuhan alat dalam metode ini disajikan pada tabel di bawah ini

Tabel 8 Kebutuhan Crane Erection Girder

Nama Jumlah

Mobile Crane 110

ton 4 buah

Traiiler 1 buah

Boogie 1 buah

(48)

30

Tabel 9 Spesifikasi Mobile Crane

Spesifikasi Moblie Crane

Merk/Type Kobelco

Model CKE 1100

Kapasitas Angkat Maksimum 110 Ton Kemampuan Jangkauan Boom

Length 15,2 m

Kecepatan Swing (Maksimum) 1223,04 m/detik Kecepatan Angkat (v) 57 m/menit

Dalam pelaksanaan erection girder ini digunakan 4 alat crane yaitu crane 110 ton untuk service dan untuk erection ditempat , dan trailler dan boogie sebagai mobilitas girder menuju tempat erection dari stock yard. Perhitungan waktu peleksanaan alat dihitung berdasarkan banyaknya volume material dan material yang akan diangkat. Bahan yang akan diangkat adalah girder jembatan dengan beban maksimal adalah 30,7 ton. Waktu pengangkatan oleh crawler crane dihitung berdasarkan jarak tempuh dan frekuensi alat melakukan pulang pergi dan waktu untuk bongkar muat, dimana waktu tersebut tergantung berdasarkan waktu hoisting dan swing. Adapun contoh perhitungan waktu pengangkatan material atau girder untuk pekerjaan erection girder untuk bentang 13,96 m.

Kecepatan hoisting = 57 m / menit, kemudian kecepatan swing = 1223,04 m/menit dengan asumsi faktor waktu kerja efektif dalam kondisi baik dengan nilai efisiensi kerja 0,83 dan faktor – faktor keterampilan kerja operator dan crew rata – rata baik dengan efisiensi kerja adalah 0,75, yang mempengaruhi produksi dari alat mobile crane tersebut dalam melakukan pekerjaannya, maka :

Kecepatan hoisting = 57 m / menit x 0,83 x 0,75 = 35,48 m/menit Kecepatan swing = 1223,04 m/menit x 0,83 x 0,75 = 761,3424 m/menit Tinggi bangunan pelimpah pada sendiri adalah 265 m. Adapun contoh perhitungan waktu pengangkatan erection girder oleh mobile crane untuk ZONA A, ZONA B, ZONA C,dimana posisi mobile crane diletakkan pada 3 posisi.

Gambar 22 Alur Erection Girder Paralel

(49)

Gambar 23 Layout Erectipn Girder

Pengaturan lalu lintas + service + boogie sampai di tempat erection + pemasangan (t1) = 12 menit

Perletakan girder ke bearing (t4) = 15 menit Pengelasan (t5) = 10 menit

Swing kembali (t6) = 0,22 menit Fixed time (t7) = 0,5 menit

Waktu total pengangkatan : tT = t1 + t2 + t3 + t4 + t5 + t6 + t7 = 42,901 menit Waktu total pengangkatan girder didapat dari waktu pengangkatan. Sehingga, perhitungan didapatkan waktu total pengangkatan girder pada bentang 13,96 m adalah 42,901 menit. Sehingga dari total waktu siklus tersebut kita dapat menentukan jumlah siklus dalam 1 jam (N), yaitu:

N =

=

= 1,4

Asumsi faktor waktu kerja efektif dalam kondisi baik dengan waktu kerja efektif 50 menit per jam dimana nilai efisiensi kerja tersebut adalah 0,83 dan faktor ketrampilan operator dan crew rata-rata baik dengan efisiensi kerja 0,75 maka dapat ditentukan produksi per jam dari crane adalah sebagai berikut :

(50)

32

Dengan cara yang sama untuk bentang 14, 36 di dapat total durasi sebagai berikut :

Pengaturan lalu lintas + service + boogie sampai di tempat erection + pemasangan (t1) = 12 menit

Perletakan girder ke bearing (t4) = 15 menit Pengelasan (t5) = 10 menit

Swing kembali (t6) = 0,22 menit Fixed time (t7) = 0,5 menit

Sehingga total durasi untuk tahap dua adalah sebesar 1,3 hari + 2,71 hari = 4,09 hari atau 5 hari.

Untuk tahap 2 dilakukan dari zona 2 dengan menggunakan 2 buah crane service dan 2 buah crane erection dengan urutan yang bisa dilihat pada gambar 24

Gambar 24 Layout Erection Girder Zona 2

Sama seperti tahap satu, pada tahap dua ini terdapat dua jenis girder yang mempunyai perbedaan bentang yaitu girder dengan bentang 13,96 dan girder dengan bentang 14,36. Untuk mendapatkan total durasi, dilakukan perhitUngan sebagai berikut :

Untuk bentang 13,96 m

(51)

Pengangkatan (t2) =

Perletakan girder ke bearing (t4) = 15 menit Pengelasan (t5) = 10 menit

Swing kembali (t6) = 0,22 menit Fixed time (t7) = 0,5 menit

Sedangkan untuk bentang 14, 36 di dapat total durasi sebagai berikut :

Pengaturan lalu lintas + service + boogie sampai di tempat erection + pemasangan (t1) = 12 menit

Perletakan girder ke bearing (t4) = 15 menit Pengelasan (t5) = 10 menit

(52)

34

= 0,87 buah/jam Total Durasi =

= 1,3 hari

Sehingga total durasi untuk tahap dua adalah sebesar 1,3 hari + 2,71 hari = 4,09 hari atau 5 hari.

Untuk tahap 3 dilakukan dari zona 3 dengan menggunakan 2 buah crane service dan 2 buah crane erection dengan urutan yang bisa dilihat pada gambar 25

Gambar 25 Layout Erection Girder Zona 3

Pada tahap ini, sama seperti tahap sebelumnya terdapat dua jenis girder yang mempunyai perbedaan bentang yaitu girder dengan bentang 13,96 dan girder dengan bentang 14,36. Tetapi ada perbedaan pada zona ini, pada zona ini erection juga dilakukan untuk jembatan penghubung antara control room dengan control room utama. Pada jembatan ini digunakan girder yang berbeda dengan girder sebelumnya, girder yang digunakan adalah girder yang mempunyai bentang 12,96 m. Untuk mendapatkan total durasi, dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Untuk bentang 13,96 m

Pengaturan lalu lintas + service + boogie sampai di tempat erection + pemasangan (t1) = 12 menit

Perletakan girder ke bearing (t4) = 15 menit Pengelasan (t5) = 10 menit

(53)

= 0,87 buah/jam Total Durasi =

= 2,71 hari

Sedangkan untuk bentang 14, 36 di dapat total durasi sebagai berikut :

Pengaturan lalu lintas + service + boogie sampai di tempat erection + pemasangan (t1) = 12 menit

Perletakan girder ke bearing (t4) = 15 menit Pengelasan (t5) = 10 menit

Swing kembali (t6) = 0,22 menit Fixed time (t7) = 0,5 menit

Kemudian untuk bentang 12,96 di dapat total durasi sebagai berikut :

Pengaturan lalu lintas + service + boogie sampai di tempat erection + pemasangan (t1) = 12 menit

Perletakan girder ke bearing (t4) = 15 menit Pengelasan (t5) = 10 menit

Swing kembali (t6) = 0,22 menit Fixed time (t7) = 0,5 menit

(54)

36

Sehingga total durasi untuk tahap dua adalah sebesar 1,3 hari + 2,71 hari + 0,57 hari = 4,58 hari atau 5 hari.

Untuk tahap 4 dilakukan dari zona 3 dengan menggunakan 2 buah crane service dan 2 buah crane erection. Sama seperti tahap satu, pada tahap dua ini terdapat dua jenis girder yang mempunyai perbedaan bentang yaitu girder dengan bentang 13,96 dan girder dengan bentang 14,36. Untuk mendapatkan total durasi, dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Untuk bentang 13,96 m

Pengaturan lalu lintas + service + boogie sampai di tempat erection + pemasangan (t1) = 12 menit

Perletakan girder ke bearing (t4) = 15 menit Pengelasan (t5) = 10 menit

Swing kembali (t6) = 0,22 menit Fixed time (t7) = 0,5 menit

Sedangkan untuk bentang 14, 36 di dapat total durasi sebagai berikut :

Pengaturan lalu lintas + service + boogie sampai di tempat erection + pemasangan (t1) = 12 menit

(55)

=

Perletakan girder ke bearing (t4) = 15 menit Pengelasan (t5) = 10 menit

Swing kembali (t6) = 0,22 menit Fixed time (t7) = 0,5 menit

Sehingga total durasi untuk tahap dua adalah sebesar 1,3 hari + 3,71 hari = 5,09 hari atau 6 hari. Sehingga pada meotode crawler crane total durasi atau waktu yang dibutuhkan untuk proses erection girder dengan empat zona tersebut adalah sebagai berikut: pekerjaan erection dan tidak meliputi pekerjaan stressing, pembesian, dan cor.

Selain menganalisis efektifiitas dari aspek waktu atau total durasi, analisis ini juga melihat atau mempertimbangkan aspek biaya. Untuk metode ini digunakan metode konvensional menggunakan crawler crane dan rincian biaya dapat dilihat pada tabel 10

Tabel 10 Rincian Biaya Erection Girder dengan Metode Crawler Crane

No Satuan Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Crawler Crane 110 ton jam 1824 150.000 273.600.000

Mobiliasai dan Demobilisasi

Peralatan rit truck 6 1.500.000 9.000.000

Mobilisasi dan Demobilisasi

Tenaga Kerja trip 4 2.400.000 9.600.000

Biaya Naik Turun kg 33212 300 9.963.600

Crawler Crane hari 21 20.800.000 436.800.000

Trailler / Boogie hari 21 2.000.000 42.000.000

Tenaga Kerja hari 21 4.000.000 84.000.000

(56)

38

Total biaya yang dikeluarkan unuk metoce crawler crane dengan total durasi 21 hari kerja adalah sebsar Rp.864.963.600. Jika dilihat dari biaya per hari untuk metode crawler crane di dapat total biaya sebesar Rp.41.188.7500.

Selain dari kedua aspek di atas terdapat beberapa aspek lain yang dapat menjadi bahan pertimbangan pemilihan metode erectioin girder dari kedua metode yang dibandingkan. Aspek yang tidak kalah penting adalah aspek mutu. Aspek mutu ini didasarkan pada kepresisian yang dicapai oleh kedua metode yang dibandingkan tersebut. Pada metode crawler crane ini kepresisian penempatan girder pada bearing pad didasarkan hanya pada perkiraan operator dan tenaga kerja pelaksana pengangkatan girder pada bearing pad sesuai as rencana. Karena metode ini menggunakan banyak tenaga manusia termasuk untuk mengoperasikan alat crane maka mutu (kepresisian) sangatlah dipengaruhi oleh ketelitian dan kesalahan manusia yang terjadi. Semakin banyak kesalahan manusia atau ketidaktelitian operator maka akan mengakibatkan pekerjaan terganggu atau memakan waktu yang relatif lama sehingga didaptkan mutu yang kurang baik.

Hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan kedua metode tersebut salah satunya adalah cara operasi. Cara pengoperasian dan kemudahan dalam pengoperasian alat akan banyak menujuang aspek yang ingin dicapai dalam suatu proyek, misalnya mutu, waktu, dan biaya. Oleh karena itu, cara operasi sangat penting untuk ikut diperhitungkan. Hal yang diperhitungkan dalam cara operasi diantaranya adalah mobilisasi ke proyek, tumpuan, stabilisasi alat, dan pergerakan alat. Pada metode crawler crane ini mobilisasi dilakukan dengan menggunakan trailler truck. Crawler crane diangkat secara kesuluruhan tanpa harus dirakit kembali, tetapi hal ini akan menjadi masalah apabila medan yang ditempuh tidak stabil. Crawler crane bertumpu pada roda crawlernya, oleh karena itu arus sangat diperhatikan perletakan crawler crane itu sendiri agar stabil (tidak goyang atauu bergerak). Karena tumpuan utama crawler crane adalah rodanya sendiri maka cara menstabilkan alatnya tergantung dari ukuran roda crawler crane itu sendiri. Ukuran roda crane akan membantu proses stabilisasi alat. Semakin besar roda maka akan lebih stabil crawler crane itu sendiri. Tapi ukuran (besar) ban crawler crane juga berhubungan dengan kemudahan penempatan alat. Semakin besar ukuran roda crawler crane maka akan semakin susah atau memerlukan tempat yang lebih luas sebagai tempat atau lantai kerjanya. Pada metode crawler crane mempunyai crane yang dapat berputar 3600.

Pada setiap metode mempunyai resiko masing-masing yang dapat terjadi pada setiap tahapannya, begitu juga dengan metode crawler crane. Pemindahan girder dari stok area ke atas bogie truck menggunakan 2 unit mobile crane mempunyai beberapa resiko, diantaranya tali seling putus, kekompakan operator yang tidak pas atau kurang kompak, girder patah saat diangkat, dan girder roboh atau terguling karena tidak seimbang pada saat penempatannya. Sedangkan pada proses pemindahan girder ke atas titik tumpuan yang direncanakan mempunyai resiko diantaranya kerusakan pada alat, operator crane yang kurang kompak, dan angin yang kencang.

ErectionGirder Metode Launcher Girder

(57)

dimulai pada minggu kedua bulan Juni 2014 dan berakhir pada minngu pertama bulan Juli 2014, waktu pelaksanaan ini sesuai dengan jadwal atau waktu yang telah direncanakan. Proses pekerjaan bulan Juni –Juli 2014 ini hanya meliputi proses atau pekerjaan erection, pekerjaan-pekerjaan di luar itu seperti pembuatan precast, persiapan lokasi, pondasi launcher, stressing¸dan pengecoran dilakukan diluar kurun waktu tersebut. Jika dibandingkan dengan metode sebelumnya yaitu metode crawler crane waktu yang diperlukan pada metode launcher girder relatif lebih lama dengan selisih 6 hari. Biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan erection girder dengan menggunakan metode launcher girder disajikan dalam tabel 11 Tabel 11 Rincian Biaya Erection Girder dengan Metode Launcher Girder

Pada rincian biaya pekerjaan erection girder dengan menggunakan metode launcher girder total biaya untuk semua balok dan 4 zona yang terdapat pada jembatan bangunan pelimpah (Spillway) Waduk Jatigede yaitu sekitar Rp. 754.536.000 atau dengan kata lain Rp. 27.945.900 per hari. Jika dibandingkan dengan metode sebelumnya yaitu metode crawler crane maka biaya yang diperlukan untuk metode launcher girder lebih murah. Hal ini terjadi karena pada metode launcher girder hanya dibutuhkan 2 crane untuk service, selain itu, alat launcher yang digunakansebagai pengganti dua buah crane harga sewanya relatif lebih murah. Dan yang tidak kalah penting pada metode launcher girder ini diperlukan tenaga kerja yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan metode crawler crane karena alat launcher bekerja secara mekanis (hidrolik), bukan dioperasikan menggunakan tenaga operator.

Kepresisisan sebagai salah satu parameter mutu yang dicapai pada metode launcher girder jika dibandingkan dengan metode crawler crane. Hal ini karena penurunan girder dari launcher untuk diletakan pada bearing pad sesuai as rencana dilakukan secara mekanis sehingga kepresisisannya bisa lebih akurat. Pada metode launcher girder mobilisasi alat ke proyek dilakukan dengan truck, kondisi launcher pada saat mobilisasi alat launcher masih dalam kondisi tercecer dan harus dirakit kembali sebelum dapat digunakan. Bila dibandingkan dengan crawler crane yang mobilisasi alat ke proyeknya dilakukan secara utuh, mobilisasi alat launcher ini lebih mudah dilakukan karena berupa komponen komponen yang lebih kecil. Tumpuan laucher adalah pier jembatan itu sendiri, hal ini lebih stabil dibandingkan metode crawler crane yang tumpuannya adalah roda dari crawler cranenya. Karena roda dapat bergerak bila lantai kerja tidak datar, sedangkan pier tidak mungkin bergerak atau menjadi tidak stabil. Kestabilan alat launcher ini adalah terletak pada girdernya itu sendiri.

No Satuan Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Crawler Crane 110 ton jam 912 150.000 136.800.000 Mobiliasai dan Demobilisasi

Peralatan rit truck 3 1.500.000 4.500.000 Mobilisasi dan Demobilisasi

Tenaga Kerja trip 2 600.000 1.200.000 Biaya Naik Turun kg 13212 300 3.963.600

Crawler Crane hari 27 10.400.000 280.800.000

(58)

40

Resiko dari metode luancher girder ini dimulai dari pemindahan girder dari stock yard ke atas boogie truck menggunakan 2 unit crane. Resiko pada proses ini meliputi tali seling putus, kekompakan operator kurang, girder pada saat diangkat patah, girder roboh atau terguling karena tidak seimbang penempatannya. Kemudian dilanjutkan pada proses pemindahan balok girder ke atas trailler dengan crane, resiko pada proses ini meliputi operator crane kurang kompak, kerusakan alat, dan setting outingger truck crane tidak stabil. Kemudian berlanjut ke proses membawa girder menuju bentang, resiko pada proses ini adalah kerusakan alat. Kemudian launching gantry digerakkan secara transversal untuk meletakkan girder sesuai dengan as bearing pad , pada proses ini resiko yang ada adalah gaya lateral bisa melenturkan balok, dan kerusakan peralatan. Jika dibandigkan dengan metode crawler crane pada metode launcher girder human error dapat diminimalisasi.

Pemodelan 3D Menggunakan Tekla Structures 17

Tekla Structures 17 merupakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh Tekla Corporation di Finlandia pada tahun 1966 dengan kantor pusat di Espoo, Finlandia. Kelebihan dari program ini antara lain yaitu dapat digunakan dalam menganalisis permasalahan model struktur serta dapat memperbaiki secara akurat semua pekerjaan struktur. Perubahan dapat diperbarui secara otomatis jika sewaktu-waktu dilakukan revisi (Yanuwarini, 2011). Tekla sturture 17 juga merupakan aplikasi pemodelan 3D yang mampu mendesain berbagai macam bentuk struktur fabrikasi mulai dari baja, beton, dan berbagai jenis material konstruksi lainnya. Analisa dan hasil perhitungan, gambar, laporan atau output lainnya dapat diperoleh dari sebuah model struktur. Pemodelan dengan waktu singkat dan kemampuan mengopreasikan memberikan hasil manajemen proyek yang efisien.

Building Information Modeling sangat penting dalam perkembangan teknologi informasi pada bidang struktur. Untuk mengaplikasikan BIM, harus didukung dengan software (perangkat lunak). Software utama yang digunakan pada peneltian ini adalah Tekla Structures 17. Sedangkan software pendukung yang digunakan adalah Tekla BimSight. Tekla BimSight digunakan sebagai presentasi hasil dari pemodelan.

Pemodelan 3D dilakukan dengan program Tekla Structures 17 berdasarkan data Detail Engineering Design (DED) Spillway Waduk Jatigede. Fungsi pemodelan 3D adalah untuk menampilkan bentuk dari komponen struktur bangunan. Pemodelan ini dilakukan tanpa menampilkan spesifikasi teknis secara detail dan analisis pembebanan pada komponen-komponen tersebut. Pemodelan pada penelitian ini dilakukan secara 3D. Pemodelan secara 3D pada bangunan Spillway Waduk Jatigede dilakukan dengan menggambar grid, kolom, dan balok.

Gambar

Gambar 1 Girder Tipe Balok I
Gambar 3 Girder Tipe Balok T
Gambar 4  Kolaborasi pihak yang terlibat dalam proyek (Tekla, 2011)
Gambar 5 Metode Launchig Frame
+7

Referensi

Dokumen terkait