• Tidak ada hasil yang ditemukan

Girder

Girder adalah sebuah balok diantara dua penyangga dapat berupa pier ataupun abutment pada suatu jembatan atau fly over (Supriadi, 2007). Umumnya girder merupakan balok baja dengan profil I, namun girder juga dapat berbentuk box (box girder), atau bentuk lainnya. Menurut material penyusunnya girder dapat terdiri dari girder beton dan girder baja. Sedangkan menurut sistem perancangannya, girder terdiri dari girder precast yaitu girder beton yang telah di

4

cetak di pabrik tempat memproduksi beton kemudian beton tersebut di bawa ke tempat pembangunan jembatan atau fly over dan pada saat pemasangan dapat menggunakan girder crane. Selain girder precast, juga dikenal istilah on-site girder, yaitu girder yang di cor di tempat pelaksanaan pembangunan jembatan, girder ini dirancang sesuai dengan perancangan beton pada umumnya yaitu dengan menggunakan bekisting sebagai cetakannya.

Sehingga yang disebut jembatan sistem girder adalah sebuah struktur bangunan jembatan yang komponen utamanya (balok) berbentuk girder. Girder ini dapat terbuat dari beton bertulang, beton prategang, baja atau kayu. Panjang bentang jembatan girder beton bertulang ini dapat sampai 25 m, dan untuk jenis girder yang menggunakan beton prategang umumnya memiliki panjang bentang di atas 20 m sampai 40 m. Contoh jembatan girder yang paling umum kita jumpai adalah jembatan sungai.

Setiap bentuk girder memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Girder dengan profil balok I memiliki kelebihan pada pengerjaannya yang mudah serta cepat dalam berbagai jenis kasus, namun jika jembatan yang akan dibangun memiliki bentuk kurva, girder balok I menjadi lemah karena kurang kuat terhadap kekuatan puntir/memutar, yang sering disebut sebagai torsi. Web kedua pada balok I perlu ditambahkan dalam gelagar kotak untuk meningkatkan kekuatan stabilitas untuk menahan torsi, Hal ini membuat gelagar kotak/box girder merupakan pilihan yang tepat untuk jembatan dengan bentuk kurva.

Menurut bentuknya, jenis girder dapat dibedakan menjadi balok I, box girder, balok T (Supoyo, 2007). Girder dengan bentuk balok I sering disebut dengan PCI Girder (yang dibuat dari material beton). Girder ini dapat terbuat dari bahan komposit ataupun bahan non komposit, dalam memilih hal ini perlu dipertimbangkan berbagai hal seperti jenis kekuatan yang diperlukan dan biaya akan akan dikeluarkan.

Gambar 1 Girder Tipe Balok I Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Box girder sangat cocok digunakan untuk jembatan bentang panjang. Biasanya box girder didesain sebagai struktur menerus di atas pilar karena box girder dengan beton prategang dalam desain biasanya akan menguntungkan untuk bentang menerus. Box girder sendiri dapat berbentuk trapesium ataupun kotak.

Namun bentuk trapesium lebih digemari penggunaannya karena akan memberikan efisiensi yang lebih tinggi dibanding bentuk kotak.

Gambar 2 Girder Tipe Box Girder Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Balok T ekonomis untuk bentang 40-60 ft. Namun pada struktur jembatan miring, perancangan balok T memerlukan rangka kerja yang lebih rumit. Perbandingan tebal dan bentang struktur pada balok T yang dianjurkan adalah sebesar 0,07 untuk struktur bentang sederhana dan 0,065 untuk struktur bentang menerus.

Gambar 3 Girder Tipe Balok T Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

6

Permodelan

Pemodelan adalah rencana, representasi atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, konsep yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Model yang akan dibuat dapat digolongkan menjadi pemodelan dua dimensi (2D), pemodelan tiga dimensi (3D) dan pemodelan empat dimensi (4D) (Harganusel, 2011).

Pemodelan dua dimensi merupakan bentuk dari benda yang memiliki panjang dan lebar. Penggambarannya hanya pada titik koordinat sumbu x dan sumbu y. Pemodelan 3D adalah prosedur pengembangan model tiga dimensi menggunakan perangkat lunak khusus. Prosedur ini dilakukan sebagai proses untuk menciptakan sebuah model yang mewakili objek sebenarnya secara tiga dimensi. Objek yang dibuatkan modelnya bisa berupa objek hidup ataupun benda mati. Menurut Mehmet Hergunsel (2011) Penggambaran 3D merupakan pengembangan lebih lanjut dari penggambaran 2D. Sebuah model tiga dimensi dibuat dengan menggunakan sejumlah titik dalam ruang 3D, yang dihubungkan dengan berbagai data geometris seperti garis, bidang datar, dan permukaan melengkung yang menghasilkan bentuk tiga dimensi utuh menyerupai objek yang dijadikan model.

Pemodelan 4D memberikan cara yang lebih cepat dan lebih efektif menyampaikan informasi antar pihak proyek yang berkepentingan. Salah satu informasi yang disampaikan adalah scheduling (jadwal pelaksanaan) konstruksi, sehingga informasi bangunan akan dibangun hari demi hari dapat terlihat. Program aplikasi 4D diantaranya Tekla Structures dan Autodesk Revit.

Pemodelan 4D merupakan pemodelan 3D dengan penambahan informasi berupa waktu pelaksanaan proyek. Kelebihan pemodelan 4D diantaranya yaitu menghasilkan desain dan jadwal yang lebih baik, perkiraan biaya yang lebih baik, mengurangi CO (Change Orders), meningkatkan produktivitas dan mengurangi pengerjaan ulang, komunikasi dari owner ke subkontraktor dan suplier menjadi lebih baik (Rizki Aniendhita, 2010).

Tekla Structures

Tekla Corporation didirikan di Finlandia pada tahun 1966 dan memiliki kantor pusat di Espoo, Finlandia, sedangkan kantor cabang dari Tekla Corporation berada di Swedia, Denmark, Jerman dan Amerika Serikat. Tekla memiliki penjualan bersih sebesar hampir 58 juta euro pada tahun 2010. Perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 500 orang dan memiliki pelanggan di sekitar 100 negara (Tekla 2012). Tekla corporation memiliki empat jenis software berdasarkan fungsi pekerjaan yang dihadapi, diantaranya Tekla Stuctures untuk pekerjaan struktur, Tekla XCity untuk arsitektur, Tekla XPipe untuk perpipaan, dan Tekla XPower untuk bagian elektrikal.

Tekla Structures awalnya dikenal sebagai Tekla X-Steel di pertengahan tahun 1990 (Jiang Xinan 2011). Tekla adalah aplikasi Building Information Modelling yang dikembangkan oleh Tekla Corporation untuk keperluan perhitungan dan rekayasa struktur termasuk juga fitur-fitur komprehensif yang bisa digunakan bagi para detailer, fabricator, manufaktur dan constructor. Modul

untuk keperluan manajemen konstruksi juga sudah ditambahkan pada software ini (Khemlani 2008).

Gambar 4 Kolaborasi pihak yang terlibat dalam proyek (Tekla, 2011) Software ini merupakan program bantu yang sangat canggih dan mampu mempersingkat proses pendetailan, proses manufaktur atau fabrikasi dan manjemen konstruksi, dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa Tekla merupakan program yang dapat membantu penyelesaian suatu proyek mulai dari proses perencanaan (pemodelan, analisa struktur, pendetailan), hingga proses pelaksanaan (fabrikasi, dan manajemen kontruksi) (Yanuwarini, 2011).

Kelebihan Tekla Structure

Keuntungan menggunakan Tekla Structure pada konstruksi adalah kualitas tinggi dan dokumentasi akurat dari proses konstruksi, perbaikan manajemen konstruksi, meningkatkan interaksi antara arsitek, insinyur dan kontraktor, memungkinkan pra-fabrikasi dari berbagai komponen konstruksi untuk meminimalkan kesalahan (Roginski, 2011).

Tekla Structure adalah representasi evolusi digital dari model 2D menjadi model 3D dan bahkan menjadi model 4D (penjadwalan) dan model 5D (estimasi biaya) dengan menggunakan database yang tersedia selama siklus bangunan. Model 3D merupakan perwakilan dari lebar, panjang dan tinggi suatu benda. Model 4D, menambahkan dimensi keempat yaitu jadwal proyek dengan model 3D. Sebuah model 4D Tekla Structure menghubungkan elemen 3D dengan timeline pengiriman proyek untuk memberikan sebuah simulasi virtual 4D. Model 5D, menghubungkan data biaya dengan daftar kuantitas yang dihasilkan dari model 3D, sehingga memberikan estimasi biaya yang lebih akurat.

Manajer konstruksi dapat menggunakan Tekla Structure untuk menghasilkan laporan, koordinat, rencana, jadwal dan perkiraan biaya. Manajer konstruksi juga dapat menggunakan Tekla Structure untuk mengkoordinasikan pekerjaan dengan subkontraktor, seperti memperbarui jadwal dan biaya dengan Tekla Structure. Tekla Structure berbasis jadwal diintegrasikan dengan model 4D. Pada penelitian ini, penjadwalan dikerjakan pada Tekla Structures17. Perbedaan penjadwalan pada Tekla Structures17 dengan Microsoft Office Project adalah pada Tekla Structures17 dapat dilakukan penjadwalan perencanaan dan pelaksanaan sedangkan pada Microsoft Office Project hanya salah satu saja

8

Tekla Structure dapat mempermudah pihak konstruksi untuk mengakses informasi-informasi yang terkandung dalam proyek konstruksi, sehingga meningkatkan koordinasi antara anggota. Sifat kolaboratif Tekla Structure memungkinkan mendeteksi bentrokan dalam perancangan. Deteksi bentrokan dapat memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk membangun permodelan. Salah satu contoh deteksi bentrokan atau kesalahan pemodelan dengan Tekla Structure yaitu mengidentifikasi unsur-unsur pada objek model (Jiang Xinan, 2011). Pada penelitian ini pendeteksian bentrokan pada model bangunan dengan menggunakan “Clash Check Manager” yang ada pada software Tekla Structures. Dengan Clash Check Manager bentrokan pada pemodelan secara otomatis terdeteksi. Sehingga mempermudah tim desain dalam melakukan pemodelan bangunan.

Launching

Launching girder adalah pekerjaan untuk memindahkan baik segmental girder atau girder utuh ke posisi terdekat dengan leveling mortar untuk selanjutnya dilakukan erection (Asiyanto, 2008). Untuk itu banyak metode yang dapat dipakai dalam pekerjaan launching ini sendiri. Baik menggunakan bantuan crane atau lainnya. sehingga dari sini dapat dipertimbangkan cara apakah yang tepat dalam suatu proyek untuk pekerjaan launching girder ini sendiri. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah biaya, waktu, dan tempat atau keadaan lapangan.

Untuk itu perlu dilihat apakah pekerjaan launching ini membutuhkan jenis atau tipe launching seperti apa. Yang sering kita lihat dan perhatikan adalah dengan menggunakan frame. Baik digunakan sebagai landasan atau sebagai cantilever untuk mengangkut segmental girder atau girder. Beberapa jenis launching diantaranya frame, span by span overslung, balanced cantilever, launching girder, dan launchig carier full span.

Metode frame adalah meteode yang paling sering digunakan untuk membangun jembatan bentang pendek, karena dengan membuat jembatan sementara atau frame yang mampu menahan berat dari segmental girder (Peurofoy, 2002). Dengan menghitung beban yang dapat dipikul dari segmental girder maka dapat dipilih dimensi dari frame tersebut.

Gambar 5 Metode Launchig Frame Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Metode span by span overslung adalah metode yang cara operasinya adalah dengan mengangkat bagian per bagian dari segmental girder dengan cara lifting (Peurofoy, 2002). Lalu kemudian setting ke tumpuan bearing pad. Metode ini sangat mudah dilakukan dan sangat cepat karena dapat mempersingkat waktu. Kekurangannya adalah sangat mahal bila digunakan di Indonesia.

Gambar 6 Metode Span by Span

Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Metode balanced ini dapat digunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan ruangan yang terbatas untuk konstruksinya sehingga dapat memaksimalkan ruang yang ada (Peurofoy, 2002). Metode ini juga me-lifting segmental girder, yang harus diperhitungkan adalah momen tahanan yang dapat dipikul dari jembatan tersebut.

Gambar 7 Metode Balanced Cantilever Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolioasp?id=765

Metode launching carrier, metode ini menggunakan carrier sebagai launching-nya dan biasanya digunakan untuk pada box girder yang besar

10

(Peurofoy, 2002). Karena box girder mempunyai berat yang lebih besar dari I girder dari itu digunakan metode ini untuk mencapai efisiensi dari pekerjaan.

Gambar 8 Metode Launching Carrier Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolioasp?id=765

Hampir sama dengan metode launching carrier, hanya saja pada metode launching carrier full span peralatannya lebih mudah dikerjakan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, beberapa contoh diatas merupakan contoh dari sistem launching girder, yang ternyata banyak sekali sistem dalam launching girder dari yang sederhana sampai yang kompleks (Peurofoy, 1998). Ini semua tergantung bagaimana lokasi dan metode pelaksanaan apakah yang akan dilakukan. Maka dari itu efektifitas dari launching girder ini sendiri haruslah sesuai dengan kebutuhan, jangan sampai menggunakan sistem launching yang tidak sesuai maka akan menimbulkan kerugian pada kontraktor itu sendiri. Maka pemilihan pada saat tender sangat berpengaruh pada kinerja proyek nantinya. Dan launching sendiri juga harus memperhitungkan kemampuan untuk produktivitas. Dalam sehari pekerjaan launching sendiri harus dapat mengerjakan produktivitas maksimal agar hasil yang dicapai juga maksimal.

Pengertian Erection Girder

Erection pada girder adalah pekerjaan untuk memindahkan girder ke tempat yang sudah direcanakan. Atau dengan kata lain erection girder adalah suatu kegiatan pemasangan balok girder keatas tumpuannya, dalam hal ini titik tumpu yang digunakan pada proyek pembangunan Waduk Jatigede adalah berupa rubber bearing atau yang lebih dikenal dengan nama elastomeric bearing pad. Erection ini dapat dilakukan dengan menggunakan crane atau dengan alternatif lainnya seperti menggunakan hidraulic jack. Penempatan erection ini tergantung pada lokasi proyek itu sendiri. Apakah tersedia lahan yang luas ataukah tidak. Untuk lahan yang terbatas biasanya digunakan hidraulic jack, tetapi bila lahan yang ada luas maka dapat dipakai crane untuk mengangkat girder ke tempatnya. Pertimbangan penting yang perlu diperhatikan adalah metode pemasangan yang bagaimana yang dapat diterapkan secara mudah sesuai dengan kondisi lapangan,

karena penentuan metode ini secara langsung akan berkaitan erat dengan biaya operasi yang dikeluarkan, waktu yang digunakan serta kemudahan dalam pelaksnaannya.

Gambar 9 Erection dengan Menggunakan Hidraulic Jack Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Gambar 10 Erection dengan Menggunakan Crane Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Pada gambar 10 dapat dilihat penempatan girder menjadi lebih cepat dan efisien sehingga waktu pelaksanaan pun lebih cepat dan praktis. Tetapi untuk melakukan erction ini diperlukan biaya yang besar pula. Adapun cara lain yaitu dengan menggunakan gantry seperti alat pengangkut pada pelabuhan. Sistem ini juga dapat dipakai sebagai alternatif pilihan pekerjaan erection. Pada proyek pembangunan Waduk Jatigede khusunya pembuatan jembatan dibagian atas

12

bangunan pelimpah (Spillway), metode yang telah disepakati adalah metode launcher dengan menggunakan gantry launcher.

Alat dan Bahan

Dalam proses atau metode erection girder terdapat beberapa alat yang digunakan diantarnya adalah mobile crane, crawler crane, trailer truck dan boogie, girder, sika grout 215, dan launcher.

Mobile crane biasanya digunakan untuk mengangkat beton precast pada konstruksi gedung dan jembatan. Perlu diperhatikan bahwa kemampuan mobile crane akan berkurang jika alat tersebut bekerja tanpa dibantu oleh kaki penyeimbangnya (Rasyid, 2008). Oleh sebab itu pada saat pengangkatan balok girder kaki penyeimbang sangatlah berperan dalam menentukan kestabilan posisi mobile crane teresebut. Sebagai tambahan, mobile crane yang akan digunakan pada saat sebelum dioperasikan haruslah dapat dipastikan berada dalam kondisi permukaan yang rata dan cukup kuat, apalagi bila beban yang ditahan mendekati kemampuan maksimal alat tersebut. Pada pelaksanaan erection girder bangunan pelimpah (Spillway) di proyek pembangunan Waduk Jatigede, mobile crane yang digunakan sebanyak satu unit mobile crane dengan kapasitas 360 ton, dengan memperhitungankan bahwa masing-masing girder yang akan diangkat mempunyai variasi bobot yaitu 18 ton, 35 ton 40 ton dan 45 ton sehingga mobile crane tersebut mampu bekerja dengan optimal. Fungsi kerja dari mobile crane sendiri adalah untuk menaikkan girder dari stressing bed (stock yard) keatas trailer truck dan boggie, selanjutnya girder diangkut kelokasi dengan menggunakan trailertruck dan boggie.

Gambar 11 Mobile Crane Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Crawler crane dengan kapasitas yang besar kadangkala juga digunakan untuk menarik beton pracetak. Crawler crane apabila digunakan pada daerah yang luas biasanya lebih banyak menghabiskan biaya dan susah diterapkan karena untuk memindahkannya dari satu lokasi ke lokasi yang lain harus menggunakan alat bantu berupa trailer. Alat ini mampu bekerja pada kemampuan yang mendekati maksimum seperti mobile crane, namun juga dengan syarat harus pada kondisi permukaan yang cukup rata dan kuat (Mulyono, 2012). Pada pelaksanaan

erection girder bangunan pelimpah (Spillway) di proyek pembangunan Waduk Jatigede, crawler crane yang digunakan adalah sebanyak dua unit, satu unit crawler crane dengan kapasitas 70 ton, satu unit lagi crawler crane dengan kapasitas 50 ton. Fungsi kerja dari crawler crane adalah untuk menerima girder yang diangkut oleh trailer truck dan boggie, kemudian mengangkut girder tersebut menuju titik-titik tumpu yang telah disediakan.

Gambar 12 Crawler Crane

Trailer truck digunakan untuk mengangkut girder yang telah siap untuk di erection dari stock yard menuju lokasi pier head jembatan (Rochmanhadi, 2000). Dalam pelaksanaan pengangkutannya trailer truck dilengkapi dengan boggie, yaitu semacam alat bantu yang dilengkapi dengan roda karet yang berfungsi sebagai pengangkut girder sekaligus menghubungkannya dengan trailer truck. Boggie diperlukan karena girder tidak mungkin diangkut hanya dengan menggunakan trailer, mengingat panjang dari girder yang melebihi panjang dari trailer trucknya sendiri. Dalam pelaksanaan pengangkutannya ujung bagian depan girder menumpu pada trailller truck sedang pada ujung bagian belakangnya menumpu pada boggie. Boggie juga dilengkapi dengan alat kemudi power steering, hal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan dalam pengangkutan girder agar tidak terjadi perubahan konstruksi pada balok girder akibat tidak seimbangnya antara kemudi depan (trailer truck) dengan kemudi belakang (boggie).

14

Gambar 13 Trailer Truck Sumber : http://www.deal.it/equipment-portfolio.asp?id-765

Girder yang digunakan dalam pelaksanaan erection gider bangunan pelimpah (Spillway) pada proyek pembangunan waduk Jatigede sendiri bervariasi. Terdapat dua macam tipe girder yang berbeda yang digunakan dalam pelaksanaan erection girder bangunan pelimpah (Spillway) pada proyek pembangunan waduk Jatigede. Dua macam tipe girder itu adalah girder dengan tipe void dan tipe balok biasa. Girder dengan tipe void mempnuyai berat 18 ton. Sedangkan girder tipe balok sendiri terbagi menjadi 3 kategori yang masing-masing berbeda beratnya. Berat masing-masing girder tipe balok adalah 35 ton, 40 ton, dan 45 ton. Keseluruhan girder juga terbagi kedalam empat tipe, yaitu tipe A, tipe D, tipe E, dan Tipe F. Keempat tipe ini dipaang pada lokasi yang berbeda di bangunan pelimpah (Spillway), lokasi pemasangannya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Lokasi Pemasangan Girder

Tipe Girder Bentang (meter) Lokasi Jumlah (unit) A 12,96 Bridge 5 4 13,96 Gate I 17 Gate II 17 Gate III 17 Gate IV 22 D 14,36 Gate I 2 Gate II 2 Gate III 2 Gate IV 2 E 13,96 Gate I 2 Gate II 2 Gate III 2 Gate IV 2 F 13,96 Gate IV 2

Tabel 2. Spesifikasi Girder

Girder bentang 12,96 meter Girder bentang 13,96 meter Girder bentang 14,36 meter Tipe : Voided slab 970 x 740 L =12,96 meter Tipe : Voided slab 970 x 740 L =13,96 meter Tipe : Voided slab 970 x 740 L =14,36 meter Mutu Beton :

SAAT service : min fc’ 50 MPa

SAAT release : min fci’ 25 MPa

Mutu Beton :

SAAT service : min fc’ 60 MPa

SAAT release : min fci’ 33 MPa

Mutu Beton :

SAAT service : min fc’ 700 MPa

SAAT release : min fci’ 42 MPa Besi Tulangan Mutu besi DIA. ≥ 10 mm : B.ITD 40 DIA.< 10 mm : B.ITP 24 Besi Tulangan Mutu besi DIA. ≥ 10 mm : B.ITD 40 DIA.< 10 mm : B.ITP 24 Besi Tulangan Mutu besi DIA. ≥ 10 mm : B.ITD 40 DIA.< 10 mm : B.ITP 24 Baja Prategang PC standar Ø 12,7 mm UTS : 18700 kgf

Jacking force : 75% UTS

Baja Prategang

PC standar Ø 12,7 mm UTS : 18700 kgf

Jacking force : 75% UTS

Baja Prategang

PC standar Ø 12,7 mm UTS : 18700 kgf

Jacking force : 75% UTS Desain Standar Berdasarkan : RSNI T-02-2005 Pembebanan untuk Jembatan SNI T-12-2004

Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan Desain Standar Berdasarkan : RSNI T-02-2005 Pembebanan untuk Jembatan SNI T-12-2004

Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan Desain Standar Berdasarkan : RSNI T-02-2005 Pembebanan untuk Jembatan SNI T-12-2004

Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan

Selain alat-alat diatas dibutuhkan bahan tambahan berupa semen sika grout 215. Sika grout adalah semen grouting siap pakai yang mempunyai karakteristik tidak menyusut dengan waktu kerja yang sesuai untuk temperatur lokal, dapat mengalir sangat baik dan memenuhi standar internasional. Sika grout 215 sendiri mempunyai spesifikasi sebagai berikut yaitu semen untuk mengisi rongga struktur beton yang kropos dan penambahan coran akibat pengecoran tidak sempurna, dapat digunakan dalam berbagai macam aplikasi, mortar fillet (pinggulan sudut) untuk pondasi mesin, sebagai dudukan mesin ,dudukan bearing pondasi jembatan, pengisi rongga atau celah dan penghentian semetara, perbaikan beton dengan metode kerja grouting dan injeksi sistem, aplikasi perbaikan jembatan, atau dramaga, pembuatan beton pracetak dan aplikasi dry pack , pemasangan angkur, penutup retak yang besar, tentunya semen grouting siap pakai yang mempunyai karakteristik tidak susut dan dapat mengalir sangat baik, memenuhi persyaratan standar corps of engineering CDR C-621 dan ASTM C-1107. Keuntungan dari penggunaan sika grout 215 sendiri adalah mudah penggunaanya, karakteristiknya mudah mengalir, konsistensi dapat diatur, kekuatan awal sangat cepat, tahan terhadap penyusutan dan kekuatan tahan tiggi, dan tidak korosi juga tidak beracun (Rachmanhadi, 1992). Dan yang terakhir adalah launcher, launcher adalah alat berat yang berfugsi untuk mengangkut benda-benda berat. Salah satuya juga berfungsi untuk mengangkat girder pada proses erectiongirder.

16

Gambar 14 Sika Grout

Bangunan Pelimpah (Spillway) Waduk Jatigede

Bendungan merupakan suatu konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, maupun tempat rekreasi. Bendungan Jatigede adalah contoh bendungan tipe batuan mengisi bendungan yang berupa timbunan batu partikel baru lapisan inti tanah kedap udara tegak. Bendungan Jatigede memiliki beberapa bagian penting, antara lain inti bendungan, bangunan pelimpah (spillway) dan terowongan pengelak (diversion tunnel) serta saluran-saluran lain yang berfungsi sebagai saluran irigasi. Banguan pelimpah (Spillway) merupakan bangunan pelengkap utama pada sebuah waduk yang berfungsi untuk mengalirkan atau melimpahkan air kelebihan pada saat terjadi banjir besar apabila elevasi muka air di waduk sudah melebihi elevasi rencana muka air maksimum. Pada umumnya posisi bangunan Spillway ini dibuat di ujung bendungan yaitu terjepit diantara tebing batuan asli dan urugan bendungan, namun pada waduk Jatigede Spillway dibuat ditengah bendungan karena setelah dilakukan studi secara mendalam diputuskan bahwa kondisi geologi dibagian tepi bendungan tidak cukup baik untuk pondasi Spillway, sehingga kedua sisi bangunan Spillway bersandar pada urugan bendungan tidak bersandar pada tebing batuan asli.

Dokumen terkait