KAJIAN SIFAT LISTRIK DAN APLIKASI MEDAN LISTRIK
TERHADAP KUALITAS SUSU SAPI SEGAR
YENI PERTIWI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Sifat Listrik dan Aplikasi Medan Listrik terhadap Kualitas Susu Sapi Segar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
RINGKASAN
YENI PERTIWI. Kajian Sifat Listrik dan Aplikasi Medan Listrik terhadap Kualitas Susu Sapi Segar. Dibimbing oleh IRMANSYAH, JAJANG JUANSAH, dan MAMAT RAHMAT.
Susu sapi segar mempunyai kandungan nutrisi yang sangat banyak untuk tubuh manusia. Namun pengolahan susu sapi secara thermal dapat merusak kandungan nutrisinya. Untuk itu perlu diteliti lebih lanjut pengolahan susu sapi secara non thermal untuk mengurangi kerusakan nutrisi susu sapi. Pengolahan non thermal yang sedang dikembangkan saat ini adalah metode HPEF. Namun metode ini belum berkembang di industri disebabkan biaya produksi dan pemakaian energi yang tinggi.
Penelitian ini menerapkan medan listrik bertegangan rendah selama proses pasteurisasi susu sapi segar. Penerapan medan listrik dilakukan untuk mengkaji perubahan kualitas susu sapi segar. Besarnya medan listrik yang digunakan adalah 10 V/mm dan 25 V/mm dengan variasi frekuensi 100, 300, dan 500 kHz. Lama perlakuan medan listrik dilakukan selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam. Penerapan medan listrik dilakukan dengan menggunakan satu set generator penghasil medan listrik. Untuk menguji efektivitas penerapan medan listrik dilakukan pengujian pH, kadar protein, kadar lemak, dan karakteristik kelistrikkan dari susu sapi. Nilai pH dikukur dengan alat pH meter, kadar protein diukur dengan metode titrasi formol, dan kadar lemak dengan metode Gerber, sedangkan untuk karakteristik kelistrikkan diukur dengan LCR meter.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan medan listrik mampu menghambat pertumbuhan bakteri susu sapi segar yang disimpan dalam suhu ruang. Penerapan medan listrik 25 V/mm dengan frekuensi 300 kHz selama satu jam dapat menghambat pertumbuhan bakteri sebesar 77 %. Efek medan listrik terhadap parameter kualitas susu tidak menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap kadar pH, kadar protein, dan kadar lemak. Karakteristik kelistrikan susu sapi seperti spektrum konduktansi dan spektrum kapasitansi mengalami peningkatan setelah adanya perlakuan medan listrik.
SUMMARY
YENI PERTIWI. The Study of Electrical Properties and Applications of Electric Field on Fresh Cow’s Milk Quality. Supervised by IRMANSYAH, JAJANG JUANSAH, and MAMAT RAHMAT.
Fresh cow milk had many nutrients for the human body. However, thermal processing to the cow’s milk can damage the nutritional content. For that it should be done further research of non-thermal process to cow's milk to reduce the nutritional damage. Non-thermal process which was being developed is HPEF method. However, this method did not develop yet on industries due to high production cost and energy consumption.
This study applied low-voltage electric field on the process of fresh cow's milk pasteurization. Application of electric field had been conducted to assess the changing of the quality of fresh cow's milk. The magnitude of the electric field used was 10 V / mm and 25 V / mm with frequency variation of 100, 300, and 500 kHz. Duration of electric field treatment performed for 1 hour, 3 hours, and 5 hours. Application of electric field was done by using a set of generators produced an electric field. To test the effectiveness of the electric field application did by pH, protein content, fat content, and electricity characteristics testing from cow's milk. pH value measured with pH meter, protein levels measured with formol titration method, and the fat content measured with Gerber method, and for electrical characteristics measured by LCR meter.
Result shown, electric field application can inhibit bacteria growth on fresh cow's milk which was stored in temperature room. Electric field application 25 V/mm with 300 kHz frequency for an hour inhibited bacterial growth around 77%. Electric field effect to the milk quality parameters did not show significant changing to pH level, protein content, and fat content. Cow's milk electrical characteristics such as conductance spectrum, and capacitance spectrum increased after electric field treated.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Biofisika
KAJIAN SIFAT LISTRIK DAN APLIKASI MEDAN LISTRIK
TERHADAP KUALITAS SUSU SAPI SEGAR
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian dan dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah Aplikasi Medan Listrik, dengan judul Kajian Sifat Listrik dan Aplikasi Medan Listrik terhadap Kualitas Susu Sapi Segar.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Irmansyah, MSi, Bapak Dr Jajang Juansah, MSi dan Bapak Dr Mamat Rahmat, MSi selaku pembimbing, serta Ibu Dr Mersi Kurniati, MSi yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Sukma teknisi laboran kualitas susu peternakan FAPET IPB dan Ibu Irma Febrianti teknisi mikrobiologi FAPET IPB, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Suami, ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
Kualitas Susu Sapi Segar 3
Struktur Sel Bakteri 4
Mekanisme Inaktivasi Bakteri dengan Metode HPEF 4
Mekanisme Inaktivasi Bakteri dengan Medan Listrik 6
Perkembangan Penelitian PEF 6
Spektroskopi Listrik Bahan 7
3 METODE 9 Waktu dan Tempat Penelitian 9 Bahan 9 Alat 9 Perlakuan Medan Listrik 9
Uji Sifat Listrik 10
Uji Mikrobiologi Susu Sapi 10
Uji Parameter Kualitas Susu Sapi 10
Rancangan Penelitian dan Analisis Data 11 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 Efektivitas Penerapan Medan Listrik terhadap Laju Inaktivasi Bakteri 12
Pengaruh Penerapan Medan Listrik terhadap Kualitas Susu Sapi Segar 13 Efek Penerapan Medan Listrik terhadap Sifat Listrik Susu Sapi Segar 15
5 SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 23
DAFTAR TABEL
1 Syarat mutu susu sapi segar 3
2 Hasil analisis ragam laju inaktivasi bakteri susu sapi terhadap faktor
frekuensi, medan listrik, dan variasi waktu 12
3 Laju inaktivasi rata-rata terhadap faktor frekuensi, medan listrik, dan
lama pemaparan 13
4 Efek treatment medan listrik (25 V/mm, 300 kHz) terhadap parameter
kualitas 13
5 Persamaan korelasi parameter konduktansi terhadap parameter kualitas
susu sapi 17
6 Persamaan korelasi parameter kapasitansi per kapasitansi maksimum
terhadap parameter kualitas susu sapi 19
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur Sel Bakteri 4
2 Diagram perusakan Membran Sel dengan Electrical Breakdown 5
3 Proses elektroporasi membran sel 5
4 (a) Sel diam (b) Sel yang akan membelah 6
5 Skema pemaparan medan listrik pada susu sapi segar 10 6 Skema pengukuran sifat listrik susu sapi dengan LCR meter 10 7 Pengaruh waktu terhadap parameter kualitas susu sapi segar (a) Jumlah
Bakteri, (b) kadar keasaman (c) kadar Protein (d) Kadar Lemak setelah
perlakuan medan listrik 14
8 Efek frekuensi terhadap perubahan nilai Konduktansi listrik susu sapi pada perlakuan waktu (a) 1 jam (b) 3 jam (c) 5 jam 16 9 Efek frekuensi terhadap perubahan nilai kapasitansi listrik susu sapi
DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian 23
2 Jumlah bakteri (cfu/ml) setelah perlakuan Medan Listrik 24
3 Jumlah bakteri pada suhu ruang 28°C 24
4 Kadar protein pada suhu ruang 28°C 24
5 Kadar protein setelah perlakuan medan listrik 24
6 Kadar lemak pada suhu ruang 28°C 24
7 Kadar lemak setelah perlakuan medan listrik 25
8 Kadar keasaman pH suhu ruang 28°C 25
9 Kadar keasaman (pH) setelah perlakuan medan listrik 25 10 Data konduktansi listrik susu sapi segar tanpa perlakuan medan listrik 26 11 Data kapasitansi listrik susu sapi segar tanpa perlakuan medan listrik 28 12 Data konduktansi listrik susu sapi setelah perlakuan medan listrik 30 13 Data kapasitansi listrik susu sapi setelah perlakuan medan listrik 32 14 Susu Sapi (a) tanpa perlakuan medan listrik (b) setelah perlakuan
medan listrik 34
15 Hasil TPC susu sapi (a) tanpa perlakuan medan listrik (b) setelah
perlakuan medan listrik 34
1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu mempunyai manfaat yang penting sekali untuk tubuh manusia, seperti vitamin B12, lemak, vitamin C, protein, kalsium, karbohidrat, magnesium, fosfor, kalium, riboflavin, dan lain sebagainya. Susu sapi segar hasil pemerahan harus melalui proses pengolahan sebelum dikonsumsi. Untuk mempertahankan kandungan nutrisi susu maka diperlukan teknik pengolahan susu yang efektif, dan relatif murah.
Dalam dunia industri proses pengolahan susu menggunakan dua metode yaitu pengolahan thermal dan pengolahan non thermal. Proses pengolahan thermal meliputi thermal processing, Ultra High Temperatur (UHT), frying, microwave, radio frequensy, infrared, drying, freezing. Pengolahan non thermal meliputi high hydrostatic presure (HHP), pulsed electric field (PEF), ultrasonik, irradiation, electron beam, oscillating magnetic field (OMF).
Proses pengolahan secara thermal memiliki beberapa kelemahan diantaranya penurunan kualitas keseluruhan makanan, menghancurkan beberapa vitamin, pigmen, dan denaturasi dari beberapa protein (Bermúdez 2010). Pengolahan secara thermal ini dapat merubah bau, rasa, warna, dan mengurangi kandungan nutrisi dari susu terutama protein dan vitamin yang merupakan zat tidak tahan panas (Quass 1997). Penurunan kandungan nutrisi susu ini tentunya akan merugikan para konsumen susu. Untuk itu perlu dikembangkan proses pengolahan susu secara non thermal. Saat ini metode non thermal yang efektif dalam menurunkan jumlah bakteri pembusuk dalam susu adalah metode High Pulsed Electric Field (HPEF) (Craven 2008). Penggunaan metode ini lebih sedikit merubah rasa, warna, bau, dan kandungan nutrisi dalam susu dibandingkan dengan metode thermal (Bendicho 2002).
2
frekuensi medium tidak menimbulkan efek fisiologi namun memiliki efek menghambat dan menghancurkan pembelahan sel.
Selain untuk menginaktivasi bakteri penerapan sinyal listrik AC juga dilakukan untuk mengkaji bagaimana perubahan sifat listrik susu setelah perlakuan medan listrik dengan sebelum perlakuan. Pengukuran karakteristik kelistrikan dari bahan memberikan peluang teknik yang sederhana, biaya rendah, dan pengujian kualitas produk yang cepat untuk buah pisang (Soltani et al. 2011). Parameter listrik memiliki respon yang signifikan terhadap keasaman, kekerasan, dan indeks TTS / kosentrasi ion hydrogen pada buah jeruk keprok garut (Juansah 2012). Pengukuran karakteristik kelistrikan dari susu sapi diharapkan berkorelasi dengan parameter kualitas susu, sehingga kedepannya dapat ditemukan parameter baru penentuan kualitas susu sapi dari sifat listrik.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh variasi medan listrik (10 V/mm dan 25 V/mm), frekuensi (100, 300, dan 500 kHZ), dan waktu perlakuan 1 jam, 3 jam dan 5 jam pada tingkat inaktivasi bakteri dalam susu sapi segar?
2. Bagaimana perubahan kadar protein, kadar lemak, dan pH susu sapi segar setelah perlakuan medan listrik?
3. Bagaimana sifat listrik susu sapi segar setelah perlakuan medan listrik?
Tujuan Penelitian
1. Mengkaji efektivitas penerapan medan listrik dengan frekuensi menengah dalam proses inaktivasi bakteri dalam susu sapi segar.
2. Mengkaji pengaruh medan listrik terhadap kadar protein, kadar lemak, dan pH susu sapi segar.
3. Mengkaji perubahan sifat listrik susu sapi segar setelah diberi perlakuan medan listrik.
Manfaat Penelitian
1. Mengetahui tingkat inaktivasi bakteri dalam susu sapi segar akibat pengaruh medan listrik bertegangan rendah dengan penerapan frekuensi menengah. 2. Mengetahui pengaruh medan listrik terhadap perubahan sifat listrik dan
parameter kualitas susu sapi segar.
3. Memberikan informasi untuk pengembangan proses pengolahan susu sapi secara non thermal.
Ruang Lingkup Penelitian
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Susu Sapi Segar
Susu segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan (SNI 3141.1. 2011). Susu memiliki komposisi dan nutrisi yang ideal, sehingga susu merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Penanganan susu menentukan jenis mikroorganisme yang terbawa, sedangkan suhu penyimpanan menentukan kecepatan perkembangbiakan mikroorganisme (Buckle et al. 2009).
Tabel 1 Syarat mutu susu sapi segar
No Karakteristik Satuan Syarat
a. Berat jenis (pada suhu 27.5°C) minimum g/ml 1.0270
k. Residu antibiotika (Golongan Penisilin, Tetrasiklin, Aminoglikosida, Makrolida)
4
Struktur Sel Bakteri
Gambar 1 Struktur sel bakteri (Campbell 2002)
Ukuran bakteri sangat kecil berkisar antara 0.5-1.0 μm dan diameternya berkisar 2.0-5.0 μm (Srivastava 2003). Bakteri adalah sel prokariotik yang berbeda dari manusia yang memiliki sel eukariotik. Bakteri tidak mempunyai organela bermembran seperti membran inti sel (nukleus), mitokondria, badan golgi, retikulum endoplasma. Dalam Purwoko (2009) meskipun bakteri tidak mempunyai organela bermembran aktivitas metabolisme prokariota mengalami kompartemenisasi yang merupakan pengelompokan senyawa-senyawa dalam suatu unit fungsional, sehingga menghasilkan kinerja metabolisme yang efisien dan tidak overlapping. Kompartemenisasi terjadi pada enzim-enzim rantai membran sel, sehingga arus elektron dapat terarah dan cepat sampai dari donor ke akseptor elektron.
Gambar 1 menunjukkan bahwa bakteri terdiri dari flagela sebagai alat gerak, pili untuk pertukaran genetik, kapsul untuk perlekatan sel ke sel lainnya dan proteksi terhadap fagositosis, dinding sel untuk menahan tekanan air yang menekan membran sel, sedangkan membran sel berperan sebagai aktivitas transportasi solut, tranfer elektron dari respirasi dan fotosintetik, penghasil gradien kimia, sintesis ATP, biosintesis lipid sel, sekresi protein sinyal dan respon terhadap lingkungan, dan yang terakhir sitoplasma yang didefinisikan segala sesuatu yang terbungkus membran sel(Purwoko, 2009).
Mekanisme Inaktivasi Bakteri dengan Metode HPEF
5
Gambar 2 Diagram Perusakan Membran Sel (a) Membran sel dengan tegangan listrik (b) Kompresi membran sel (c) Pembentukan pori-pori (d) Pembentukan pori yang lebih besar. Barbosa-Cánovas (1999)
Metode yang kedua adalah elektroporasi. Proses elektroporasi merupakan penerapan listrik bertegangan tinggi. Dimana penerapan listrik bertegangan tinggi ini akan merusak lapisan lipid dan protein dari membran sel dan akhirnya kandungan plasma dari membran sel menjadi permeable terhadap molekul kecil. Hal ini menyebabkan membran sel membengkak dan terjadi pembentukan pori. Adanya pori pada membran sel akan memudahkan materi intraseluler masuk kedalam membran sel, dan membran sel akan pecah (Barbosa-Cánovas et al 1999). Prinsip dari elektroporasi ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Menurut Sitzmann (1990), kematian spora dengan perlakuan pengaliran listrik dibatasi oleh kekuatan listrik yang dihasilkan, lama kejutan, jumlah kejutan yang diterapkan dan ukuran sel. Sedangkan menurut Sakuaruchi dan Kondo di dalam Gould (1995), pengaliran listrik dengan tegangan tinggi dalam waktu lama memberikan pengaruh yang lebih besar dalam menurunkan jumlah spora yang terkandung dalam media.
6
Mekanisme Inaktivasi Bakteri dengan Medan Listrik
Gambar 4 (a) Sel diam (b) Sel yang akan membelah. Palti (2007) Medan listrik yang dihasilkan dari arus bolak balik pada frekuensi menengah (100-300 KHz) tidak menimbulkan efek biologis dan memiliki efek menghambat dan menghancurkan pembelahan sel (palti 2007). Medan listrik hanya berpengaruh pada sel yang sedang mengalami pembelahan. Pada saat sel sedang membelah, sel menjadi sangat sensitif sehingga medan listrik eksternal yang diberikan akan menggangu proses pembelahan sel dan sel anakan pun hancur sebelum proses pembelahan selesai. Pada sel yang diam medan listrik ekternal tidak mampu mempengaruhi medan listrik internal yang berada dalam sel. Hal ini disebabkan karena pada sel yang diam, membran sel yang bertindak sebagai kapasitor dengan impedansi yang tinggi pada frekuensi yang digunakan, sehingga medan listrik eksternal tidak dapat mempenetrasi membran sel (Palti 2004).
Adapun ilustrasi efek medan listrik eksternal pada sel yang diam dan sel yang aktif membelah dapat dilihat pada Gambar 4. Medan listrik terbesar terdapat pada ujung antara dua sel anakan yang akan terpisah (Gambar 4.b). Hal ini mengakibatkan turbulin dimer yang berfungsi untuk menarik kromatid menuju ke kutub pembelahan bergerak ke arah medan listrik yang lebih besar. Sehingga turbulin dimer tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik yang mengakibatkan hancurnya pembelahan sel.
Perkembangan Penelitian PEF
7
Pothakamury et al. (1995) dalam Barbosa-Cánovas et al. (1999), melaporkan bahwa inaktivasi Escherichia coli (ATCC 11229) pada SMUF (Simulated Milk Ultraviolet) mencapai penurunan sebesar 4-5 log setelah diberi perlakuan 60 pulsa dan 16 kV/cm di dalam ruang proses dengan volume sebesar 0.1 ml. Aplikasi pulsa sebesar 20 pulsa pada tegangan 25 kV/cm dan suhu 25 °C oleh Zhang et al. (1995) dalam Barbosa-Cánovas et al. (1999) diperoleh hasil penurunan sebesar 3 log siklus dengan volume ruang proses 25 ml. Medan listrik yang semakin tinggi, dibutuhkan pulsa yang lebih sedikit untuk mencapai tingkat inaktivasi yang sama. Fernandez- Molina et al. (1999) melaporkan susu segar yang dipasteurisasi dengan medan pulsa listrik tegangan tinggi sebesar 30 kV/cm, 30 pulsa, lebar pulsa 2 μs dan suhu proses tidak lebih dari 28 °C mempunyai masa simpan 22 hari dengan kandungan total mikroba 3.6 x 10 cfu/ml dan coliform negatif.
Sobrino-López et al. (2006) melakukan percobaan terhadap susu utuh dan susu skim yang diinokulasi dengan Staphylococcus aureus. Inaktivasi maksimum sebesar 4.5 log siklus dicapai dengan menggunakan 150 pulsa, waktu 8 μs dan tegangan 35 kV/cm. Variabel jumlah pulsa, lebar pulsa, intensitas medan listrik secara signifikan mempengaruhi jumlah populasi bakteri Staphylococcus aureus yang terinaktivasi, namun kandungan lemak dalam susu tidak terpengaruh.
Inaktivasi TPC sebesar 0.33 log cfu/ml/jam pada suhu ruang (24-28 °C) dan 0.11 log cfu/ml dalam satu jam pada suhu dingin (4-8 °C) diperoleh dari aplikasi tegangan listrik 0.28 kV/mm, jarak antar elektroda 3 mm dan lebar pulsa 40 μs (Stefani 2009). Penghambatan Salmonella Typhimurium dalam susu kambing sebesar 0,61 log siklus diperoleh dengan HPEF frekuensi 15 Hz selama 120 menit, kuat arus 0.11 A, kuat medan listrik 31.67 kV dan jarak antar elektroda 3 mm (Rostini 2010). Suheri (2012) melaporkan efektivitas aplikasi kombinasi ultraviolet dan High Pulsed Electric Field dalam mereduksi bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli sebesar 7.41%. Perlakuan kombinasi ultraviolet dan High Pulsed Electric Field dilakukan pada susu kambing dengan taraf perlakuan frekuensi 10 Hz, 15 Hz, atau 20 Hz dan spesifikasi dosis UV yang digunakan 2.27 kGy, sedangkan perangkat HPEF memiliki kuat medan listrik 31.67 kV/cm, kuat arus 0.11 A, dan jarak antar elektroda 3 mm.
Perkembangan penerapan HPEF pada susu sapi terbukti mampu menurunkan jumlah bakteri secara signifikan. Namun penggunaan tegangan tinggi dalam pastuerisasi susu sapi tentunya akan menimbulkan biaya pengolahan yang cukup mahal. Untuk itu pada penelitian ini akan diterapkan medan listrik bertegangan rendah dengan penggunaan frekuensi medium dalam menginaktivasi bakteri susu sapi segar. Medan listrik yang digunakan sebesar 10 V/mm dan 25 V/mm, sedangkan frekuensi yang digunakan sebesar 100 kHz, 300 kHz, dan 500 kHz.
Spektroskopi Listrik Bahan
8
listrik yang terkait dengan bahan ialah resistansi, kapasitansi, reaktansi, impedansi, induktansi, dielectric displacement, konduktansi, sudut fasa, dan lainnya.
Resistivitas merupakan kemampuan suatu bahan untuk menghambat arus listrik. Secara makroskopik nilai hambatan bahan dipengaruhi oleh geometri bahan seperti luas (A) dan panjang (L) (Tipler 1991). Karakteristik lain dari sifat listrik yang menunjukkan kebalikan dari sifat resistivitas bahan adalah konduktivitas listrik. Konduktivitas listrik merupakan ukuran kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Konduktivitas listrik ditentukan oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi atau jumlah ion, mobilitas ion, serta suhu. Semakin tinggi konsentrasi atau jumlah ion maka konduktivitas listrik semakin tinggi. Hubungan ini terus berlaku hingga larutan menjadi jenuh. Suhu yang tinggi mengakibatkan viskositas air menurun dan ion-ion dalam air bergerak cepat yang menyebabkan kenaikan konduktivitas listrik (Hendayana et al. 1995). Banach et al. (2012) melaporkan bahwa penambahan air pada susu mengakibatkan menurunnya admitansi dan konduktansi listrik, serta menyebabkan peningkatan impedansi dan resistansi.
Kapasitansi menggambarkan kemampuan kapasitor untuk menyimpan energi dan muatan listrik. Kehadiran bahan dielektrik dalam kapasitor menyebabkan peningkatan nilai kapasitansi. Sifat kapasitif atau sifat dielektrik bahan menunjukkan tingkat kemampuan polaritas dari molekul dalam bahan ketika diberikan beda potensial dari luar (Juansah 2013). Dalam aplikasinya, pengukuran nilai kapasitansi bisa dikorelasikan dengan pengukuran kadar air bahan, kelembaban (Figura dan Teixeira 2007). Komarov et al. (2005) melaporkan bahwa kadar air yang lebih tinggi pada makanan akan menyebabkan tingginya konstanta dielektrik dan loss faktor.
Impedansi listrik bertindak sebagai hambatan total bagi aliran muatan listrik atau arus bolak-balik. Besaran impedansi listrik pada sirkuit dipengaruhi oleh resistansi, frekuensi dan reaktansi. Juansah (2013) melaporkan bahwa karakteristik sifat listrik terkait frekuensi pada Jeruk Keprok Garut menunjukan bahwa impedansi listrik, resistansi, reaktansi, kapasitansi, induktansi per berat, per volume, dan per jarak elektroda menunjukan fenomena yang mirip yaitu mengalami penurunan ketika frekuensi ditingkatkan.
9
3
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biofisika Membran, Departemen Fisika, FMIPA, IPB, laboratorium Uji Kualitas Susu, dan laboratorium Mikrobiologi Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Perternakan, Fakultas Peternakan IPB dari bulan Februari 2014 sampai Februari 2015.
Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah susu sapi segar, media Plate Count Agar (PCA), media Buffer Pepton Water (BPW), media Natrium Agar (NA), media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA), media Beird Park Agar (BPA), telurit, kuning telur (egg yolk), NaCl fisilogis 0.85%, kristal violet, iodium gram, lugol, safranin, , alkohol 70%, alkohol 95%, spirtus, aquades, alumunium foil, plastik wrap, plastik HDPE, dan kapas.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat pembangkit medan listrik dan LCR meter (3532-50 LCR HiTESTER, Hioki, Tokyo, Jepang). Chamber yang digunakan dalam perlakuan medan listrik terhadap susu sapi ini mempunyai panjang 15 cm, tinggi 10 cm, dan jarak antar elektroda 5 mm dengan bahan stainless steel ST 304. Dimensi chamber untuk pengukuran karakteristik sifat listrik dari susu sapi mempunyai panjang 4 cm, lebar 0,5 cm dan tinggi 4 cm. Sedangkan Alat pendukung lainnya adalah pH meter, labu separating funnel, vortex, mikroskop, inkubator, tabung ulir, tabung reaksi, botol schott, termometer, pipet tetes, labu erlenmeyer, gelas piala, pipet volumetrik, pipet mikro, penangas listrik (water bath), autoclave, bunsen, cawan petri, lemari es, tip, stick hockey, hot plate, hitter, oven, kaca objek, jarum ose, sentrifuge, tabung eppendorf, dan botol pengemas.
Metode Penelitian
Perlakuan Medan Listrik
10
Gambar 5 Skema pemaparan medan listrik pada susu sapi segar. Uji Sifat Listrik Susu Sapi
Pengukuran karakteristik sifat listrik susu sapi dilakukan dengan mengunakan alat LCR meter (3532-50 HiTESTER, Hioki, Tokyo, Jepang). Parameter yang akan terukur dalam alat ini adalah Impedanzi (Z), Kapasitansi (C), Resistansi (R), Induktansi (L), Reaktansi (X), Sudut fase ( ), Konduktansi (G), fase ( ), Resistansi Polarisasi (Rp), Resistansi Larutan ( ). Metode pengukuran sifat listrik dari susu sapi ini dilakukan ketika susu sapi masih segar dan susu sapi yang telah diberi perlakuan medan listrik. Setiap pengukuran parameter listrik pada susu sapi digunakan teknik penyimpanan data dengan intruksi average 4 times yang terdapat pada alat LCR, yang artinya pengukuran setiap parameter diulangi sebanyak 4 kali.
Sistem pengukuran dilakukan dengan menempatkan susu sapi yang telah dimasukkan dalam chamber diantara dua plat elektroda, sehingga susu sapi ini bersifat sebagai bahan dielektrik. Dimensi chamber dan susunan elektrode yang digunakan dalam pengukuran ini berukuran (4 x 0.5 x 4) cm. Skema pengukuran sifat listrik dari susu sapi bisa dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Skema pengukuran sifat listrik susu sapi dengan LCR meter. Uji Parameter Kualitas Susu Sapi
11
dengan menggunakan metode Titrasi Formol, dan kadar lemak diukur dengan menggunakan metode Gerber.
Perhitungan jumlah total bakteri pada susu sapi segar dilakukan dengan mengambil 1 ml sampel susu segar kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml Buffered Peptone Water (BPW) sebagai pengenceran sepersepuluh (P-1). Pengenceran desimal selanjutnya dilakukan dengan memipet sebanyak 1 ml dari tabung P-1 untuk diencerkan lagi ke dalam 9 ml BPW sehingga didapatkan pengenceran seperseratus (P-2). Pengenceran yang sama terus dilakukan hingga diperoleh P-7. Pemupukan dilakukan terhadap pengenceran P-5, P-6, dan P-7 secara duplo dengan cara dipipetkan sebanyak masing-masing 1 ml ke dalam cawan petri steril dan dipupukkan dengan media Plate Count Agar (PCA) steril dengan suhu sekitar 37-40 °C sebanyak 12-15 ml. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara cawan petri digerakkan membentuk angka delapan sebanyak enam kali. Setelah agar mengeras, cawan petri diletakkan dalam inkubator dengan posisi terbalik pada suhu 37±1 °C selama 24 jam. Koloni mikroba yang terbentuk dihitung berdasarkan Standard Plate Count (SPC)(SNI 01-3141-1998).
Rancangan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah percobaan faktorial dua faktor dengan dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK). Persamaan faktorial dua faktor dengan dasar RAK dapat dilihat pada persamaan (1). Faktor yang mempengaruhi percobaan adalah faktor medan listrik dan faktor frekuensi. Sedangkan untuk lama perlakuan medan listrik dijadikan pengaruh kelompok. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak dua kali, sehingga terdapat 36 petak percobaan. Analisis data menggunakan metode analisis data ragam (Anova) dengan program SAS 9.1.
12
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektivitas Penerapan Medan Listrik terhadap Laju Inaktivasi Bakteri
Laju inaktivasi bakteri diperoleh dengan membandingkan hasil perlakuan medan listrik pada susu sapi dengan susu sapi segar yang disimpan dalam suhu ruang. Hasil analisis ragam perlakuan medan listrik terhadap laju inaktivasi bakteri susu sapi ditunjukkan pada Tabel 3. Berdasarkan hasil analisis ragam, faktor medan listrik dan faktor interaksi antara medan listrik dengan frekuensi tidak berpengaruh nyata terhadap laju inaktivasi bakteri pada taraf 0.05, akan tetapi berpengaruh secara nyata pada taraf . Hal ini kemungkinan disebabkan keragaman data percobaan yang sangat besar.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari tiga taraf waktu yang dicobakan ternyata memberikan respon yang berbeda nyata terhadap laju inaktivasi bakteri susu sapi. Penelusuran lebih lanjut terhadap data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa variasi waktu 1 jam memberikan respon laju inaktivasi rata-rata sekitar 0.93 log cfu/ml jam. Hal ini lebih tinggi dibandingkan pada variasi waktu 3 dan 5 jam. Sedangkan penerapan medan listrik dengan taraf 10 V/mm memberikan respon laju inaktivasi rata-rata lebih tinggi dibandingkan medan listrik bertaraf 25 V/mm. Peningakatan frekuensi 100-500 kHz tidak berkorelasi terhadap peningkatan laju inaktivasi bakteri seperti yang terlihat pada Tabel 4. Dari tiga taraf frekuensi yang dicobakan, frekuensi 300 kHz memberikan laju inaktivasi bakteri rata-rata 0.6161 log cfu/ml jam. Laju inaktivasi ini lebih tinggi dibandingkan pada frekuensi 100 kHz dan 500 kHz.
Tabel 2 Hasil analisis ragam laju inaktivasi bakteri susu sapi terhadap faktor frekuensi, medan listrik, dan variasi waktu
Sumber
13
lebih lanjut dalam meningkatkan laju inaktivasi bakteri pada susu sapi tanpa adanya isolator dalam chamber perlakuan.
Tabel 3 Laju inaktivasi rata-rata terhadap faktor frekuensi, medan listrik, dan lama pemaparan
Faktor nilai Laju rata-rata inaktivasi bakteri (Log cfu / ml jam)
Pengaruh Penerapan medan listrik terhadap kualitas susu sapi segar
Tabel 4 Efek Perlakuan medan listrik (25 V/mm, 300 kHz) terhadap parameter
14
bisa disimpulkan kalau perlakuan medan listrik yang dilakukan cukup efektif untuk menghambat perumbuhan bakteri dalam susu sapi. Untuk persentase perubahan nilai pH, perlakuan medan listrik meningkatkan nilai pH sebesar 0.62% dari nilai pH susu yang disimpan pada suhu ruang. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan medan lisrik yang diberikan bisa mempertahankan kadar keasaman dari susu sapi. Efek perlakuan medan listrik menurunkan kadar lemak sebesar 5.36%, dan menurunkan kadar protein sebesar 1.89%. Hal ini berarti penerapan medan listrik dengan frekuensi menengah tidak merusak kadar lemak dan kadar protein secara signifikan.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 16 Pengaruh waktu perlakuan medan listrik terhadap kualitas susu sapi segar (a) Jumlah Bakteri, (b) kadar keasaman (c) kadar Protein (d) Kadar Lemak. Tanpa perlakuan medan listrik (■), setelah perlakuan medan listrik (□)
Pengaruh perlakuan medan listrik terhadap jumlah bakteri dalam susu sapi dapat dilihat pada Gambar 16a. Jumlah bakteri dalam susu sapi segar tanpa perlakuan medan listrik meningkat secara signifikan setelah dibiarkan selama 5 jam. Adanya perlakuan medan listrik yang diberikan mampu mengurangi jumlah bakteri dalam susu sapi segar, meskipun perlakuan medan listrik dari 1 jam, 3 jam, dan 5 jam tetap ada kenaikan jumlah bakteri dalam susu sapi. Jika dibandingkan
15
dengan kualitas susu pasteurisasi pada SNI, perlakuan medan listrik yang diberikan belum memenuhi syarat untuk dikosumsi.
Perlakuan medan listrik yang diberikan mampu mempertahankan nilai pH dari susu jika dibandingkan dengan susu sapi segar yang disimpan dalam suhu ruang tanpa perlakuan medan listrik (Gambar 16.b). Kualitas susu sapi segar setelah perlakuan medan listrik jika dilihat dari nilai pH telah memenuhi syarat yang ditetap kan oleh SNI. Nilai pH yang didapatkan berkisar dari 6.27-6.47. kadar protein dan kadar lemak (Gambar 16.c dan 16.d) susu sapi segar setelah perlakuan dengan tanpa perlakuan medan listrik tidak menunjukkan perubahan yang terlalu signifikan. Hal ini berarti perlakuan medan listrik mampu mempertahankan kadar protein dan kadar lemak susu sapi segar.
Untuk melihat pengaruh perlakuan medan listrik pada parameter kualitas susu (Jumlah Bakteri, pH, Kadar Protein, Kadar Lemak) maka dilakukan analisis determinan pada susu sapi sebelum perlakuan dan setelah perlakuan medan listrik. Korelasi jumlah bakteri sebelum treatment medan listrik terhadap variasi waktu (t) berkorelasi secara exponensial. Hal ini dibuktikan dengan koefisien determinannya 0,973 dan persamaan TPC= . Sedangkan perubahan kadar keasaman terhadap waktu berkorelasi secara linear dengan koefisien determinannya R²= 0.986 dan persamaan pH = -0.156t + 6,689. Kadar keasaman susu meningkat atau nilai pH menurun seiring bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan adanya proses produksi asam laktat oleh bakteri yang terdapat dalam susu.
Korelasi kadar protein pada susu mempunyai hubungan yang linear terhadap waktu dengan persamaan kadar protein= -0.182 t +3.388 dan koefisien determinannya R²= 0.982. Korelasi kadar lemak menunjukan sifat yang linear terhadap perubahan waktu ini dibuktikan dengan melihat koefisien determinannya sebesar R²= 0.993 dan persamaannya kadar lemak = -0.142 t + 3.841.
Korelasi jumlah bakteri terhadap variasi waktu setelah dilakukan treatment medan listrik menunjukkan fungsi yang linear. Hal ini dibuktikan dengan koefisien determinannya sebesar 0.935 dengan persamaan TPC= 0.49t – 0.409. Untuk kadar keasaman (pH), kadar protein dan kadar lemak juga menunjukkan korelasi yang linear. koefisien determinan untuk nilai kadar keasaman adalah 0.970 dan Persamaan pH=-0.05t+ 6.53. Persamaan kadar protein Pro= -0.1t + 3.34 dengan koefisien determinannya 0.992. Koefisien determinannya kadar lemak adalah 0.970 dan persamaannya Le = -0.1t + 3.6.
Efek penerapan medan listrik terhadap sifat listrik susu sapi
Parameter Konduktansi Listrik terhadap parameter kualitas susu sapi
16
Perubahan ini terlihat pada rentangan frekuensi 1-10 kHz. Namun pada perlakuan medan listrik selama 5 jam tidak terjadi perubahan yang cukup besar dari nilai konduktansi sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan.
Adapun bentuk dari spektrum konduktansi listrik susu sapi meningkat pada frekuensi pengukuran 0.1-5 kHz dan menurun pada frekuensi 5-100kHz. Nilai konduktansi listrik menyatakan kemampuan gerak muatan dalam material. Nilai konduktansi listrik bergantung pada jumlah ion dan elektron bebas dari bahan. Elektron pada bahan konduktif lebih mudah untuk mengikuti perubahan arus bolak balik ekternal. Dengan demikian peningkatan konduktansi listrik akan mudah terjadi jika frekuensi meningkat (Juansah 2013). Hal ini terjadi juga pada susu sapi, dimana nilai konduktansi listrik meningkat secara signifikan terhadap peningkatan frekuensi. Fenomena ini menunjukkan bahwa susu sapi lebih bersifat konduktif.
(a) (b)
(c)
Gambar 17 Efek frekuensi terhadap perubahan nilai Konduktansi listrik susu sapi pada perlakuan waktu (a) 1 jam (b) 3 jam (c) 5 jam
Tabel 5 menunjukkan koefisien determinan tertinggi terdapat pada frekuensi 10 kHz, dimana koefisien determinan sebelum perlakuan adalah 0.916 dan setelah perlakuan 0.974. Semakin banyak jumlah bakteri maka nilai konduktansi semakin
17
besar. Begitu juga dengan nilai kadar keasaman, semakin tinggi kadar keasaman susu maka nilai konduktansi listriknya akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya proses penguraian laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri. Semakin lama waktu maka jumlah bakteri dalam susu akan semakin meningkat sehingga membuat susu menjadi semakin asam.
Semakin asam suatu larutan maka kosentrasi ion dalam larutan akan semakin meningkat, sehingga larutan akan bersifat asam dan konduktif. Hal ini sesuai dengan hasil ekperimen nilai konduktansi listrik susu sapi terhadap jumlah bakteri dan kadar keasaman. Korelasi kadar protein dan kadar lemak terhadap nilai konduktansinya menunjukkan fungsi yang linear. Dimana penurunan kadar protein dan kadar lemak akan meningkatkan nilai konduktansi listrik susu sapi. Hal ini berarti nilai konduktansi listrik susu sapi berbanding terbalik dengan nilai kadar protein dan kadar lemaknya.
Tabel 5 Persamaan korelasi parameter konduktansi terhadap parameter kualitas susu sapi
Frekuensi Hz
Persamaan Konduktansi (Siemen) R²
TP SP TP SP TP SP
G=0.003TPC+0.178 G=0.012TPC+0.229 0.952 0.758
1E+03 G=-0.169pH+1.253 G=-0.129pH+1.066 0.902 0.826 0.946 0.866
G=-0.172Pro+0.722 G=-0.067Pro+0.447 0.999 0.886
G=-0.095Le+0.529 G=-0.070Le+0.476 0.930 0.992
G=0.008TPC+0.191 G=0.035TPC+0.256 0.985 0.987
5E+03 G=-0.422pH+2.879 G=-0.353pH+2.547 0.834 0.999 0.919 0.971
G=-0.445Pro+1.597 G=-0.178Pro+0.835 0.989 0.996
G=-0.241Le+1.077 G=-0.167Le+0.849 0.870 0.903
G=0.007TPC+0.179 G=0.029TPC+0.234 0.987 0.970
1E+04 G=-0.345pH+2.379 G=-0.293pH+2.139 0.827 0.992 0.916 0.974
G=-0.365Pro+1.334 G=-0.149Pro+0.718 0.987 0.999
G=-0.197Le+0.905 G=-0.142Le+0.737 0.863 0.936
Keterangan : Tanpa Perlakuan (TP), Perlakuan (SP), Jumlah Bakteri (TPC), Kadar Keasaman (pH), Kadar Protein (Pro), Kadar Lemak (Le)
Parameter Kapasitansi Listrik terhadap Parameter Kualitas Susu Sapi
18
Perlakuan medan listrik 10 v/mm dan 25 v/mm meningkatkan nilai kapasitansi listrik susu sapi. Peningkatan terbesar terjadi ketika perlakuan medan listrik selama 3 jam. Hal ini berarti perlakuan medan listrik 3 jam pada kapasitansi listrik susu sapi memberikan pengaruh yang besar dalam perubahan konstanta dielektriknya. Pada perlakuan medan listrik selama 5 jam, nilai kapasitansi listrik susu sebelum perlakuan dan setelah perlakuan mempunyai nilai yang sama pada frekuensi diatas 0.5 kHz.
(a) (b)
(c)
Gambar 18 Efek frekuensi terhadap perubahan nilai kapasitansi listrik susu sapi pada perlakuan waktu (a) 1 jam (b) 3 jam (c) 5 jam
Tingginya kapasitansi listrik pada frekuensi rendah (100 Hz) dapat dikaitkan dengan perubahan dipol yang dipengaruhi kandungan air, kondisi ion, dan polarisasi elektroda. Peningkatan frekuensi menyebabkan penurunan kapasitansi listrik. Hal ini terjadi karena proses polarisasi tidak dapat mengikuti perubahan medan listrik yang semakin besar. Nilai kapasitansi listrik tidak menunjukkan hubungan yang linear terhadap peningkatan frekuensi. Peningkatan frekuensi tidak dapat diikuti oleh perubahan momen dipol internal susu sapi. Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih tepat dari perilaku dielektrik susu sapi,
19
kondisi ion pada frekuensi rendah, perilaku kandungan air dan pengaruh komponen penyusun lainya perlu diperhitungkan.
Persamaan korelasi kapasitansi listrik terhadap parameter kualitas susu sapi diperlihatkan pada Tabel 6. Kapasitansi listrik per kapasitansi listrik maksimum susu sapi mengalami peningkatan bersamaan dengan adanya peningkatan jumlah bakteri (TPC) susu. Sedangkan peningkatan nilai pH. kadar protein, dan kadar lemak akan menurunkan nilai kapasitansi listrik susu sapi. Korelasi yang terjadi antara kapasitansi listrik dengan parameter kualitas menunjukkan hubungan yang linear. Korelasi yang terbaik antara nilai kapasitansi dengan parameter kualitas (TPC, pH, kadar protein, dan kadar lemak) terdapat pada frekuensi 0.73 kHz. Korelasi nilai kapasitansi antara semua parameter kualitas setelah perlakuan lebih tinggi dari sebelum perlakuan yang dibuktikan oleh koefisien determinannya yaitu 0.983 sedangkan sebelum perlakuan adalah 0.926.
Tabel 6 Persamaan korelasi parameter kapasitansi per kapasitansi maksimum terhadap parameter kualitas susu sapi
Frekuensi Persamaan C/Cmaks (C) R²
Hz TP SP TP SP TP SP
C=0.012TPC+0.215 C=0.101TPC+0.314 0.961 0.979
0.50E+03 C=-0.592pH+3.995 C=-0.595pH+4.185 0.863 0.908 0.935 0.959
C=-0.675Pro+2.347 C=-0.307Pro+1.324 0.999 0.951
C=-0.373Le+1.585 C=-0.311Le+1.421 0.917 0.998
C=0.011TPC+0.131 C=0.087TPC+0.198 0.973 0.999
0.73E+03 C=-0.513pH+3.410 C=-0.523pH+3.604 0.838 0.971 0.926 0.983
C=-0.593Pro+2.003 C=-0.267Pro+1.076 0.996 0.992
C=-0.325Le+1.324 C=-0.261Le+1.129 0.897 0.970
C=0.008TPC+0.075 C=0.063TPC+0.117 0.983 0.992
1.00E+03 C=-0.382pH+2.520 C=-0.389pH+2.648 0.813 0.994 0.916 0.979
C=-0.448Pro+1.489 C=-1.197Pr0+0.764 0.991 0.999
C=-0.243Le+0.968 C=-0.188Le+0.788 0.876 0.931
20
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penerapan medan listrik yang dilakukan dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada suhu ruang. Pengaruh perlakuan medan listrik pada parameter kualitas susu sapi segar (pH, kadar protein, dan kadar lemak) tidak menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap kualitas susu yang disimpan dalam suhu ruang. Untuk karakteristik kelistrikkan, perlakuan medan listrik menimbulkan perubahan pada nilai spektrum konduktansi dan kapasitansi listrik susu sapi.
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penerapan medan listrik pada rentangan frekuensi 300-500 kHz dan dilakukan analisis jenis bakteri yang terinaktivasi. Untuk menghasilkan parameter baru penentuan kualitas susu dari sifat listrik sebaiknya dilakukan penambahan variasi waktu 1-7 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Albert,B.Bray,D,Lewis,J.Raff,M.Robert,K and James. 1994. Biologi Molekuler Sel. PT Gramedia Pustaka utama. Jakarta.
Banach JK, Zywica R, Szpendowski J, Kiełczewska K.,2012. Possibilities of using electrical parameters of milk for assessing its adulteration with water. International Journal of Food Properties. 15(2): 274-280.
Barbosa-Cánovas, M. M. Góngora-Nieto, U. R. Pothakamury, and B. G. Swanson. 1999. Preservation of Food with Pulsed Electric Field. Academic Press, United States of America.
Bassett CA. 1985. The development and application of pulsed Electromagnetic Fields (PEMFs) for ununited fractures and artfrodeses. Clin Past Surg 1985;12:259-77.
Bendicho S, Barbosa-Cánovas. G V dan, Martín-Belloso O. 2002. Milk processing by high intensity pulsed electric fields. Trends in Food Science and Technology. 13(6). 195−204.
Bermúdez-Aguirre D et al. 2010. Study of strawberry flavored milk under pulsed electric field processing. Food Research International journal homepage. doi:10.1016/j.foodres.2010.07.021.
Buckle KA, Edwads RA, Fleet GH, Wooton M. 2009. Ilmu Pangan. Hari Purnomo dan Adiono, penerjemah. Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari Food Scince.
Campbell, N.A.; Reece, J.B.; Mitchell, L.G. 2002. Biologi 1. Diterjemahkan oleh R. Lestari dkk. (5 ed.). Jakarta: Erlangga. ISBN 9796884682.
21
Dunn, J. 1996. Pulsed light and pulsed electric field for foods and eggs. Poult. Sci. 75(9):1133-1136. combining heat and pulsed electric fields. Food Res. Int.
Figura LO, Teixeira AA. 2007. Food Physics: Physical Properties Measurement and Applications, Springer, Berlin. Jerman.
Gould,GW. 1995. New Methodes Foods Preservatief. Chapman Hall. New York. Hariono, Budi. 2012, Pengembangan Sistem Pasteurisasi Berbasis Kombinasi
Ultraviolet (UV) dan Medan Pulsa Listrik Tegangan Tinggi (HPEF) Untuk Susu Kambing. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Humberto Vega-Mercado M, Marcela Gongora-Nieto, Gustavo V,
Barbosa-Canovas, and Barry G, Swanson, 2007. Pulsed Electric Fields in Food Preservation. Handbook of Food Preservation. Second Edition. by Taylor & Francis Group. LLC.
Juansah J. 2012. The prospect of Electrical Impedance Spectroscopy as Non destructive Evaluation of Citrus Fruits Acidity. IJETAE. Vol.02. issue 11. Juansah J. 2013. Kajian Spektroskopi Impedansi Listrik Untuk Evaluasi Kualitas
Buah Jeruk Keprok Garut Secara Nondestruktif. IPB Disertasi.
Komarov V, Wang S, Tang J. 2005. Permittivity and measurements. In K. Chang (Ed.), Encyclopedia of RF and microwave engineering (3693e3711). New York: John Wiley and Sons, Inc.
Muchtadi TR, Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Petunjuk Laboratorium. PAU Pangan dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Palti Y et al. 2004. Disruption of cancer cell replication by alternating electric fields.Cancer Research. 64. 3288-3295.
Palti Y. 2007. Management of Recurrent or Progressive Glioblastoma Multiforme with Low-intensity, Medium-frequency Alternating Electric Fields.
Radiotherapi and imaging. European Oncologi Disease
Purwoko, Tjahjadi. 2009. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara. Jakarta 2009;2:10-29 Pothakamury, U. R., A. Monsalve-Gonzalez, G. V. Barbosa-Canovas, dan B. G.
Swanson. 1995. Inactivation of E. coli and S. aureus in model food systems by pulsed electric field technology. Food res. Int. 28(2). 167-171. Dalam: G. V.
Quass DW. 1997. Pulsed electric field processing in the food industry. A status report on PEF. Palo Alto CA. Electric Power Research Institute.
Rostini, L. 2010. Pengaruh aplikasi high pulsed electric field dengan frekuensi dan waktu yang berbeda terhadap pertumbuhan Salmonella Typhimurium ATCC 14028 dan kandungan nutrisi pada susu kambing. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sale A J H, Hamilton W A. 1967. Effects of high electric fields on microorganism.
Killing of bacteria and yeasts. Biochimica and Biophysica Acta 148. 781–
788.
[SNI] Standar Nasional Indonesia, 1998. Susu segar. SNI 01-3141-1998.
22
Soltani M, Alimardani R, Omid M. 2010. Prediction of banana quality during ripening stage using capacitance sensing system. AJCS. 4(6): 443-447. Sitzman, W and much, EW. 1990. Keimarmes Und Aseptiches Verabeiten Von
Lebensmittein. Lecture conference. Germany
Sobrino-López, A., R. Raybaudi-Maissilia dan O. Martin-Belloso. 2006. High intensity pulsed electric field variables affecting Staphylococcus aureus inoculated in milk. J. Dairy Sci. 89:3739-3748.
Srivastava,S. 2003. Understanding Bacteria. Kluwer Academic publishers. Netherlands 2003;4:63-64.
Stefani, I. A. R. 2009. Kajian awal penerapan medan pulsa listrik tegangan tinggi (high pulsed electric field) untuk inaktivasi mikroorganisme pada produk susu sapi segar. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Stumbo. C. R. 1973. Thermobacteriology In Food Processing (2nd Edition). Academic press. New york.
Suheri, K F. D14070116. 2012. Aplikasi Ultraviolet dan High Pulsed Electric Field (HPEF) terhadap Reduksi Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922 pada Susu Kambing. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Tarigan, K. 2009. Dampak pulsa listrik berpulsa tegangan tinggi terhadap membran selluler. Disertasi .Medan: Universitas sumatera Utara
Tipler PA. 1991. Physics for scientists and engineering. Thirth edition. World Publisher Inc.
Tsong T Y. 1991. Electroporation of cell membranes. Biophys. J. 60: 297
Vozáry E, Benkő P. 2010. Non-destructive determination of impedance spectrum of fruit flesh under the skin. Journal of Physics: Conference Series. vol 224. no impedance characteristics. Journal of Food Engineering. 87: 274–280.
Zimmermann U G, Pilwat, and Riemann. 1974. Dielectric breakdown on cell membranes. Biophys. J.14: 881
Zhang, G. V. Barbosa-Canovas, dan B. G. Swanson. 1995. Engineering aspects of pulsed electric field pasteurization. J. Food Eng. 25:261-281. Dalam: G. V. Barbosa-Cánovas, M. M. Góngora-Nieto, U. R. Pothakamury, and B. G. Swanson. 1999. Preservation of Food with Pulsed Electric Field. Academic Press, United States of America.
23
LAMPIRAN
24
Lampiran 2 Jumlah bakteri (cfu/ml) setelah perlakuan medan listrik
Frekunsi
Lampiran 3 Jumlah bakteri pada suhu ruang 28°C
Ulangan Kontrol 1 jam 3 jam 5 jam
1 1.1 x 1.49 x 2.80 x 1.75 x
2 1.0 x 5.5 x 2.83 x 1.76 x
Rata-rata 1.05 x ±0.05 1.02 x ±0.47 2.81 x ±0.02 1.755 x ±0.05
Lampiran 4 Kadar protein pada suhu ruang 28°C
Ulangan Kontrol 1 jam 3 jam 5 jam
1 3.4 3.23 3.06 2.89
2 3.5 3.23 3.06 2.89
3 3.4 3.06 3.06 2.72
Rata-rata 3.43 ±0.04 3.17±0.08 3.06±0.00 2.83±0.08
Lampiran 5 Kadar protein setelah perlakuan medan listrik
Ulangan Kontrol 1 jam 3 jam 5 jam
1 3.4 3.23 3.06 2.89
2 3.5 3.40 3.06 2.89
3 3.4 3.06 3.06 2.72
Rata-rata 3.43 ±0.04 3.23 ±0.11 3.06 ±0.00 2.83±0.08
Lampiran 6 Kadar lemak pada suhu ruang 28°C
Ulangan Kontrol 1 jam 3 jam 5 jam
1 3.95 3.9 3.7 3.4
2 3.9 3.9 3.7 3.4
3 3.6 3.4 2.8 2.6
25
Lampiran 7 Kadar lemak setelah perlakuan medan listrik
Ulangan Kontrol 1 jam 3 jam 5 jam
1 3.95 3.5 3.2 3.2
2 3.9 3.6 3.5 3.3
3 3.6 3.5 3.1 2.9
Rata-rata 3.82 ±0.18 3.53 ±0.04 3.27 ±0.16 3.13 ±0.16
Lampiran 8 Kadar keasaman pH suhu ruang 28°C
Ulangan Kontrol 1 jam 3 jam 5 jam
1 6.6 6.6 6.3 6.2
2 6.5 6.3 6.3 5.8
3 6.5 6.4 6.0 6.2
Rata-rata 6.57 ±0.06 6.43±0.11 6.20±0.13 6.07±0.18
Lampiran 9 Kadar keasaman (pH) setelah perlakuan medan listrik
Ulangan Kontrol 1 jam 3 jam 5 jam
1 6.6 6.5 6.5 6.5
2 6.5 6.4 6.4 6.1
3 6.5 6.5 6.3 6.2
26
Lampiran 10 Data konduktansi listrik susu sapi segar tanpa perlakuan
Frekuensi Hz
Konduktansi Listrik susu sapi segar
1 jam 3 jam 5 jam
50 0.05038 0.095267 0.056437333
56.16620 0.066325 0.106994 0.057817
63.09284 0.086189 0.113114 0.057975667
70.87371 0.109189 0.12262 0.056616333
79.61414 0.13559 0.131066 0.053660667
89.43248 0.172716 0.142204 0.048869333
100.4617 0.219917 0.16084 0.041162667
112.8510 0.274051 0.190452 0.030721
126.7682 0.334495 0.225008 0.03036
142.4018 0.40045 0.264463 0.038813
159.9634 0.47369 0.310443 0.055832333
179.6907 0.55159 0.363733 0.076381667
201.8509 0.634287 0.42715 0.120283333
226.7439 0.719967 0.498097 0.178872333
254.7069 0.80884 0.580883 0.253693333
286.1184 0.900043 0.6757 0.34276
321.4037 0.99419 0.77875 0.44647
361.0405 1.086747 0.894603 0.572486667
405.5654 1.180917 1.018737 0.71896
455.5814 1.270307 1.14721 0.88425
511.7655 1.35731 1.27718 1.068233333
574.8785 1.440067 1.407337 1.2692
645.7748 1.51631 1.533127 1.4808
725.4144 1.584867 1.651113 1.700833333
814.8754 1.646367 1.756467 1.9195
915.3691 1.6984 1.851213 2.1307
1028.256 1.756733 1.94484 2.3427
1155.065 1.796167 2.0162 2.532766667
1297.512 1.829 2.074753 2.702166667
1457.527 1.8538 2.12378 2.8532
1637.275 1.873267 2.162113 2.981733333
1839.190 1.8885 2.19068 3.082966667
2066.006 1.898467 2.208993 3.172033333
2320.794 1.9035 2.22451 3.240133333
2607.004 1.9074 2.23202 3.289533333
2928.510 1.908933 2.238847 3.3193
3289.666 1.934767 2.260127 3.383533333
3695.361 1.931933 2.26882 3.405233333
4151.088 1.928067 2.266537 3.4222
4663.017 1.9251 2.265947 3.4132
5238.079 1.915567 2.25271 3.3977
5884.060 1.908167 2.2408 3.3719
6609.706 1.892833 2.20668 3.330433333
7424.841 1.877133 2.187343 3.273833333
8340.503 1.852967 2.154557 3.199566667
9369.087 1.829967 2.110933 3.119666667
10524.52 1.8038 2.06858 3.018133333
11822.45 1.76687 2.0116 2.913933333
13280.44 1.73613 1.95707 2.7936
27
Lampiran 10 Data konduktansi listrik susu sapi segar tanpa perlakuan (lanjutan)
Frekuensi Hz
Konduktansi Listrik susu sapi segar
1 jam 3 jam 5 jam
16758.01 1.648293 1.799217 2.520233333
18824.68 1.591327 1.719827 2.378433333
21146.21 1.526617 1.63304 2.205733333
23754.05 1.456337 1.52378 2.029066667
26683.5 1.384273 1.416527 1.839566667
29974.21 1.302443 1.303187 1.657833333
33670.75 1.226287 1.199637 1.4517
37823.17 1.135003 1.091563 1.292533333
42487.67 1.042497 0.97169 1.131333333
47727.42 0.95126 0.868577 0.976723333
53613.36 0.864323 0.780833 0.845003333
60225.18 0.779603 0.690917 0.72491
67652.39 0.698597 0.611463 0.62165
75995.55 0.621383 0.54093 0.5321
85367.63 0.550387 0.4788 0.453973333
95895.51 0.48665 0.42271 0.390163333
107721.7 0.420097 0.365347 0.32136
121006.4 0.366887 0.321413 0.275576667
135929.4 0.319117 0.28731 0.233473333
152692.8 0.27598 0.247967 0.20655
171523.5 0.237827 0.216973 0.17524
192676.4 0.20367 0.191627 0.14808
216438.1 0.1755 0.165413 0.12625
243130.1 0.150813 0.144303 0.106683333
273113.9 0.127454 0.12499 0.090592667
306795.4 0.107446 0.105325 0.076039
344630.6 0.089954 0.089215 0.064154333
387131.8 0.075097 0.076481 0.053197
434874.5 0.062566 0.063995 0.044221
488505 0.051694 0.053307 0.036633667
548749.4 0.042921 0.044194 0.030116333
616423.4 0.035144 0.036265 0.024841667
692443.2 0.028654 0.02996 0.020347
777838.1 0.023359 0.024482 0.016736667
873764.2 0.019066 0.020036 0.013629
981520.3 0.015499 0.016247 0.011108667
1102565 0.012545 0.01311 0.00889
1238538 0.010017 0.010574 0.007257667
1391280 0.008276 0.008692 0.005991333
1562858 0.006822 0.00707 0.004929667
1755596 0.005603 0.00578 0.004033333
1972103 0.004372 0.004502 0.003156
2215311 0.003666 0.003781 0.002688
2488512 0.002954 0.003009 0.002194333
2795405 0.002507 0.002534 0.001883333
3140146 0.0021 0.0021 0.001610333
3527401 0.001849 0.001817 0.00144
3962414 0.001634 0.001589 0.001303
4451075 0.001394 0.001332 0.001117333
28
Lampiran 11 Data kapasitansi listrik susu sapi segar tanpa perlakuan
Frekuensi Hz
Kapasitansi Listrik susu sapi segar
1 jam 3 jam 5 jam
50 1.000000226 0.915388 0.78046
56.16620 0.975406357 0.879738 0.768728
63.09284 0.948330539 0.861237 0.756092
70.87371 0.917193348 0.827166 0.744585
79.61414 0.884476734 0.789711 0.733755
89.43248 0.849052538 0.753385 0.722247
100.4617 0.810018233 0.71796 0.710515
112.8510 0.768501978 0.68028 0.699007
126.7682 0.724278142 0.649143 0.687049
142.4018 0.678023619 0.619585 0.674414
159.9634 0.630189673 0.59093 0.662004
179.6907 0.580550673 0.561598 0.647789
201.8509 0.531588568 0.53204 0.631769
226.7439 0.484205885 0.502933 0.615072
254.7069 0.437500099 0.472924 0.595442
286.1184 0.392599367 0.44111 0.574007
321.4037 0.351985639 0.410876 0.552798
361.0405 0.311597543 0.378431 0.527527
405.5654 0.273917029 0.343957 0.499323
455.5814 0.238944097 0.309487 0.468637
511.7655 0.206922429 0.275358 0.435469
574.8785 0.177313894 0.242128 0.400496
645.7748 0.150889249 0.210158 0.363944
725.4144 0.126942944 0.1803 0.326264
814.8754 0.106448806 0.153161 0.289486
915.3691 0.088618477 0.128904 0.253385
1028.256 0.07490277 0.110263 0.224278
1155.065 0.061922848 0.091725 0.192915
1297.512 0.051429389 0.076433 0.164937
1457.527 0.042444279 0.06349 0.140117
1637.275 0.035085974 0.052621 0.118908
1839.190 0.029163567 0.043801 0.099504
2066.006 0.024225998 0.036375 0.083709
2320.794 0.020185406 0.03033 0.070234
2607.004 0.016976606 0.025422 0.058968
2928.510 0.014334209 0.021606 0.049846
3289.666 0.013080373 0.019885 0.045407
3695.361 0.011504064 0.01741 0.038773
4151.088 0.010081027 0.015138 0.03382
4663.017 0.00913766 0.013634 0.030093
5238.079 0.008205169 0.01236 0.026812
5884.060 0.007454582 0.01108 0.023916
6609.706 0.006904424 0.010264 0.021415
7424.841 0.006426468 0.009601 0.01963
8340.503 0.006041427 0.008852 0.017949
9369.087 0.005665547 0.008254 0.016443
10524.52 0.00547983 0.008139 0.015818
11822.45 0.005214712 0.007557 0.014285
13280.44 0.00493529 0.00695 0.013133
29
Lampiran 11 Data kapasitansi listrik susu sapi segar tanpa perlakuan (lanjutan)
Frekuensi Hz
Kapasitansi Listrik susu sapi segar
1 jam 3 jam 5 jam
16758.01 0.004288381 0.006044 0.01106
18824.68 0.004028995 0.005598 0.009994
21146.21 0.003768909 0.005134 0.009009
23754.05 0.003489193 0.004693 0.008049
26683.5 0.003217104 0.004234 0.007137
29974.21 0.002947722 0.003767 0.006251
33670.75 0.002693751 0.003336 0.005523
37823.17 0.002456228 0.003005 0.00476
42487.67 0.002195533 0.002604 0.00407
47727.42 0.001946052 0.002235 0.003428
53613.36 0.001709003 0.001908 0.002885
60225.18 0.001486688 0.001625 0.002402
67652.39 0.001286214 0.001366 0.00199
75995.55 0.001101329 0.001148 0.001633
85367.63 0.000937058 0.000959 0.001337
95895.51 0.000793928 0.000799 0.001091
107721.7 0.000677622 0.00067 0.000895
121006.4 0.000565348 0.000551 0.000727
135929.4 0.000466938 0.000457 0.00059
152692.8 0.000387516 0.000376 0.000475
171523.5 0.000319003 0.000311 0.000385
192676.4 0.000265153 0.000255 0.000311
216438.1 0.000217811 0.00021 0.000252
243130.1 0.000178048 0.000172 0.000202
273113.9 0.000145336 0.000141 0.000164
306795.4 0.000118326 0.000115 0.000132
30
Lampiran 12 Data konduktansi listrik susu sapi setelah perlakuan medan listrik
Frekuensi Hz
Resistansi Listrik susu sapi segar
31
Lampiran 12 Data konduktansi listrik susu sapi setelah perlakuan medan listrik (lanjutan)
Frekuensi Hz
Resistansi Listrik susu sapi segar
32
Lampiran 13 Data kapasitansi listrik susu sapi setelah perlakuan medan listrik
Frekuensi Hz
kapasitansi Listrik susu sapi segar
1 jam 3 jam 5 jam
50 0.957882 1.000000231 0.898223
56.16620 0.944034 0.950150231 0.883453
63.09284 0.929841 0.933533564 0.868452
70.87371 0.91357 0.917147685 0.853681
79.61414 0.894877 0.902838888 0.839142
89.43248 0.875144 0.887837731 0.825064
100.4617 0.855066 0.870297916 0.810986
112.8510 0.830487 0.853681249 0.796215
126.7682 0.803485 0.835449073 0.780983
142.4018 0.774752 0.814447453 0.764828
159.9634 0.743942 0.792061111 0.747519
179.6907 0.707593 0.765289814 0.728364
201.8509 0.670552 0.736441435 0.70667
226.7439 0.62901 0.704362037 0.68313
254.7069 0.585391 0.667666898 0.657974
286.1184 0.54108 0.629125463 0.628433
321.4037 0.498846 0.589660879 0.599585
361.0405 0.453497 0.543965046 0.565659
405.5654 0.408147 0.496653703 0.528041
455.5814 0.364182 0.448419213 0.488345
511.7655 0.321256 0.3988 0.446804
574.8785 0.280752 0.351488657 0.402954
645.7748 0.243019 0.305100463 0.359797
725.4144 0.208747 0.262635648 0.31664
814.8754 0.176552 0.222709491 0.27556
915.3691 0.148858 0.187168287 0.237018
1028.256 0.127407 0.160396991 0.206324
1155.065 0.106291 0.134087268 0.175167
1297.512 0.088838 0.111470139 0.147934
1457.527 0.073588 0.092545602 0.124163
1637.275 0.061395 0.077034405 0.104085
1839.190 0.050835 0.064160643 0.086776
2066.006 0.042663 0.053307421 0.072432
2320.794 0.035583 0.044371116 0.060491
2607.004 0.029939 0.037140789 0.05073
2928.510 0.025416 0.031339264 0.042784
3289.666 0.023456 0.028475428 0.039494
3695.361 0.020683 0.025037393 0.034316
4151.088 0.018228 0.021981311 0.029847
4663.017 0.01625 0.019658209 0.026569
5238.079 0.014792 0.017363955 0.023775
5884.060 0.013434 0.015900765 0.021388
6609.706 0.012382 0.014470116 0.019363
7424.841 0.011468 0.013343645 0.017873
8340.503 0.010614 0.012337875 0.016369
9369.087 0.009973 0.011590125 0.01514
10524.52 0.009876 0.011192248 0.014668
11822.45 0.009045 0.010425112 0.013461
13280.44 0.00843 0.009560122 0.01248
33
Lampiran 13 Data kapasitansi listrik susu sapi setelah perlakuan medan listrik (lanjutan)
Frekuensi Hz
kapasitansi Listrik susu sapi segar
1 jam 3 jam 5 jam
16758.01 0.007194 0.008383339 0.010586
18824.68 0.006671 0.007658391 0.009613
21146.21 0.006117 0.007059383 0.008716
23754.05 0.005589 0.00642608 0.007766
26683.5 0.005044 0.005813779 0.006983
29974.21 0.004512 0.005204617 0.006178
33670.75 0.004074 0.004679069 0.005535
37823.17 0.003577 0.004142973 0.004721
42487.67 0.003129 0.003584169 0.004066
47727.42 0.002713 0.003094023 0.003446
53613.36 0.002329 0.002633303 0.0029
60225.18 0.001975 0.002207893 0.002414
67652.39 0.001671 0.001853081 0.002001
75995.55 0.0014 0.001539742 0.001649
85367.63 0.00117 0.001270944 0.001352
95895.51 0.000969 0.001045442 0.001106
107721.7 0.000806 0.000855966 0.000906
121006.4 0.000662 0.000699245 0.00073
135929.4 0.000542 0.000572936 0.000596
152692.8 0.000443 0.000464 0.000482
171523.5 0.000361 0.000374927 0.000391
192676.4 0.000294 0.00030547 0.000316
216438.1 0.00024 0.000246245 0.000255
243130.1 0.000194 0.000199649 0.000206
273113.9 0.000157 0.000160259 0.000165
306795.4 0.000127 0.000129455 0.000133
344630.6 0.000102 0.000103905 0.000107
387131.8 8.23E-05 8.33857E-05 8.59E-05
434874.5 6.62E-05 6.68645E-05 6.88E-05
488505 5.31E-05 5.34803E-05 5.51E-05
548749.4 4.25E-05 4.27646E-05 4.4E-05
616423.4 3.4E-05 3.41814E-05 3.51E-05
692443.2 2.71E-05 2.72809E-05 2.8E-05
777838.1 2.17E-05 2.17339E-05 2.23E-05
873764.2 1.73E-05 1.73026E-05 1.78E-05
981520.3 1.38E-05 1.37674E-05 1.41E-05
1102565 1.09E-05 1.09298E-05 1.12E-05
1238538 8.66E-06 8.65521E-06 8.9E-06
1391280 6.88E-06 6.88433E-06 7.07E-06
1562858 5.46E-06 5.45973E-06 5.61E-06
1755596 4.34E-06 4.33314E-06 4.45E-06
1972103 3.44E-06 3.4346E-06 3.53E-06
2215311 2.72E-06 2.71429E-06 2.79E-06
2488512 2.15E-06 2.14461E-06 2.2E-06
2795405 1.7E-06 1.69573E-06 1.74E-06
3140146 1.34E-06 1.33933E-06 1.38E-06
3527401 1.05E-06 1.05347E-06 1.08E-06
3962414 8.29E-07 8.2751E-07 8.5E-07
4451075 6.5E-07 6.48165E-07 6.66E-07
34
Lampiran 14 Susu Sapi (a) tanpa perlakuan medan listrik (b) setelah perlakuan medan listrik
(a) (b)
Lampiran 15 Hasil TPC susu sapi (a) tanpa perlakuan medan listrik (b) setelah perlakuan medan listrik
(a)
35
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 16 April 1989 sebagai anak sulung dari pasangan Edwar dan Gusneli. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Fisika, Fakultas FMIPA UNP, lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2013, penulis diterima di Program Studi Biofisika pada Program Pasca Sarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN). Penulis bekerja sebagai instruktur fisika dilembaga pendidikan GAMA dan Yayasan Nurul Fikri sejak tahun 2011- 2015.