PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN
2014/2015
Oleh
Tri Mei Adi Saputra
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh signifikan penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intellegences terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian non-equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan kelas VC sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai kelas kontrol. Analisis data penelitian menggunakan uji statistik dengan bantuan program SPSS.20.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang signifikan penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar afektif siswa, (2) tidak terdapat pengaruh yang signifikan penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar psikomotor siswa, (3) terdapat pengaruh yang signifikan penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar kognitif siswa, dan (4) terdapat pengaruh yang signifikan penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar keseluruhan siswa.
METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh
TRI MEI ADI SAPUTRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Peneliti adalah anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Tugimin (Alm) dan Ibu Salamah, dilahirkan di Sukadana 18 Mei 1990.
Peneliti memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sukadana Ilir tahun 1997 kemudian pindah di SD Negeri 1 Tulusrejo pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2003. Peneliti menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Pekalongan diselesaikan tahun 2006 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Metro diselesaikan tahun 2009.
i PERSEMBAHAN
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang yang menyayangi seseorang-orang sepertiku…
Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayangmu… Searif arahanmu, dan setulus hatimu…
Terimakasih untuk
Bapakku Tugimin (Alm) dan
Mamakku Salamah
, atas segala yang telah dilakukan demi peneliti. Terimakasih atas cinta, yang terpancar dalam setiap do’a dan restumu yangselalu mengiringi langkah peneliti.
Untuk setiap dukungan, lantunan do’a, dan untaian harapan yang selalu diutarakan kepada peneliti…
Terimakasih Kakak-kakakku…
Mas Iwan, Mbak Wagiyem,
Mas Supriyono dan Mbak Tuti
, untuk semua bantuan usaha yang diberikan demi kelancaran studi hingga peneliti mampu menyelesaikanskripsi ini. Semoga semua usaha peneliti mampu menjadi kebahagiaan dan kebanggan untuk kakak-kakak.
Untuk keceriaan yang kalian hadirkan sebagai penghapus lelah… Terimakasih keponakanku
Sari, Dio dan Vioni
Peneliti haturkan banyak do’a dan terimakasih atas segala dukungan. Terimakasih untuk semuacanda dan tawa kalian.
MOTTO
”Man jadda wajada, Man saara ‘ala ad-darbi washala, Man shabara
dzafira”
(Pepatah Arab)
”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka
apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah
sungguh-sungguh (urusan) yang lain”
(Q.S Al-Insyirah: 6-7)
”Jika hidup kita hanya sekedar mencari uang untuk makan, ayam
yang tak punya tangan pun bisa makan dan bertahan hidup
ii SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga peneliti mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran
Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung. Dengan kerendahan hati yang tulus peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Sugeng P. Hariyanto, M.S, selaku Rektor Universitas
Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya program studi PGSD
2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD.
3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD.
iii 5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro PGSD yang telah
memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat.
6. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan saran yang sangat bermanfaat.
7. Ibu Dra. Hj. Yulina H., M.Pd.I, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran.
8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf S-1 PGSD UPP Metro yang turut andil dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
9. Bapak Basiran, S.Pd.SD, selaku Kepala SDN 11 Metro Pusat, serta Dewan Guru dan Staf Administrasi yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
10. Ibu Astuti, S.Pd., selaku teman sejawat yang banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
11. Ibu Indah Masliana, S.Pd.SD, selaku teman sejawat yang banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
12. Sahabat seperjuangan dalam menulis skripsi: Dewi Renita Sari, Astri Indriyani (endut), dan Umi Ana yang selalu memberikan semangat serta motivasi untuk keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
iv 14. Teman-teman asisten laboratorium (aslab) PGSD Unila UPP Metro (Mas Ipul, Mbak Suli, Asrul, Anida, Alfian, Zelina, Kiat) kalian akan menjadi kenangan yang terindah karena kalian sering bikin betah di kampus.
15. Teman-teman P4KA di SDN 11 Metro Pusat (MJ, Melani, Adi P, Desi Resti, Desi Ayu, Dianty, dan Debi).
16. Teman-teman KKN-PPL di Gedungagung Kecamatan Pulaupanggung Tanggamus (Sovia, Ica, Sella, Tya, dan SM) yang telah menjadi keluarga selama 3 bulan.
17. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT melindungi dan membalas semua kebaikan yang sudah kalian berikan kepada peneliti. Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, akan tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Metro, April 2015 Peneliti
v
B. Identifikasi Masalah... 5
C.Pembatasan Masalah ... 6
D.Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G.Ruang Lingkup Penelitian ... 8
II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A.Strategi Pembelajaran Multiple Intelleginces ... 9
1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 9
2. Pengertian Multiple Intelligences ... 10
3. Jenis-jenis Multiple Intelligences atau Kecerdasan Majemuk ... 12
4. Cara Mengetahui Kecenderungan Kecerdasan ... 16
5. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences ... 18
B. Belajar ... 29 A.Rancangan Penelitian... 41
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 42
1. Variabel Penelitian ... 42
2. Definisi Operasional Variabel ... 43
C.Populasi dan Sampel ... 44
1. Populasi Penelitian ... 44
2. Sampel Penelitian ... 45
D.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 45
E. Uji Kemantapan Alat Pengumpul Data ... 47
1. Validitas ... 47
vi
3. Analisis Data Kinerja Guru ... 56
4. Analisis Data Hasil Belajar ... 56
5. Uji Hipotesis ... 58
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 60
B. Pelaksanaan Penelitian... 61
1. Persiapan Penelitian ... 61
2. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 61
3. Pelaksanaan Penelitian ... 64
4. Pengambilan Data Penelitian ... 64
C.Deskripsi Data Penelitian ... 65
D.Analisa Data Penelitian... 65
1. Jenis Kecerdasan ... 65
2. Kinerja Guru ... 66
3. Hasil Belajar Afektif ... 67
4. Hasil Belajar Psikomotor ... 71
5. Hasil Belajar Kognitif ... 75
6. Hasil Belajar Keseluruhan (Afektif, Psikomotor, dan Kognitif) ... 82
E. Pembahasan ... 86
F. Keterbatasan Penelitian ... 93
V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 96
vii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data nilai hasil belajar siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat ... 3
2. Jenis-jenis kecerdasan majemuk ... 12
3. Hasil Analisis Validitas butir Angket Multiple Intelligences ... 49
4. Hasil Analisis Butir Soal Tes Kognitif ... 50
5. Jenis Kecenderungan Kecerdasan Majemuk Siswa ... 65
6. Rerata Hasil Belajar Afektif Siswa ... 68
7. Hasil Perhitungan Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Hasil Belajar Afektif ... 68
8. Rerata Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 71
9. Hasil Perhitungan Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Hasil Belajar Psikomotor ... 72
10. Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 75
11. Niali Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77
12. Hasil Perhitungan Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Hasil Belajar n-Gain Hasil Belajar Kognitif ... 79
13. Rerata Hasil Belajar Siswa ... 82
14. Hasil Perhitungan Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Hasil Belajar Siswa 83 15. Tingkat Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Berdasarkan Uji t ... 85
ix DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Keterangan ... 99
2. Surat izin penelitian pendahuluan ... 100
3. Surat izin penelitian ... 101
4. Surat keterangan penelitian ... 102
5. Surat pernyataan teman sejawat kelas kontrol ... 103
6. Surat pernyataan teman sejawat kelas eksperimen ... 104
7. Kisi-kisi instrument kecerdasan majemuk ... 105
8. Angket kecerdasan majemuk (uji validitas dan reliabilitas) ... 106
9. Hasil analisis validitas angket kecerdasan majemuk ... 110
10. Hasil uji reliabilitas angket kecerdasan majemuk ... 112
11. Instrumen angket kecerdasan majemuk ... 114
12. Hasil analisis kecenderungan kecerdasan siswa ... 117
13. RPP kelas kontrol ... 118
14. RPP kelas eksperimen ... 127
15. Kisi-kisi hasil belajar afektif ... 136
16. Kisi-kisi hasil belajar psikomotor ... 137
17. Kisi-kisi hasil belajar kognitif ... 138
18. Soal evaluasi tes kognitif (uji validitas dan reliabilitas) ... 140
19. Hasis analisis uji validitas instrumen tes kognitif ... 143
20. Hasil analisis uji reliabilitas instrumen tes kognitif ... 144
21. Soal tes kognitif ... 145
22. Hasil belajar afektif ... 147
23. Rekapitulasi hasil belajar afektif ... 151
24. Hasil belajar psikomotor ... 153
25. Rekapitulasi hasil belajar psikomotor ... 157
26. Rekapitulasi hasil belajar kognitif ... 159
27. Rekapitulasi hasil belajar keseluruhan (kognitif, afektif, dan psikomotor) ... 161
28. Hasil uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis hasil belajar afektif ... 163
29. Hasil uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis hasil belajar psikomotor ... 166
30. Hasil uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis hasil belajar kognitif ... 169
31. Hasil uji normalitas, homogenitas, dan hipotesis hasil belajar keseluruhan .. 172
32. Penilaian kinerja guru ... 175
viii DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka konsep variabel ... 39
Gambar 2. Desain eksperimen ... 41
Gambar 3. Diagram Batang Perbandingan Nilai Pretest Berdasarkan KKM ... 76
Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Nilai Posttest Berdasarkan KKM... 77
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan dasar merupakan pondasi dasar dari semua jenjang sekolah selanjutnya. Penyelenggaraan pendidikan dasar bertujuan untuk menyiapkan siswa agar menjadi manusia yang bermoral, membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan intelektual dan mentalnya, membantu dalam proses perkembangan sebagai individu yang mandiri dan sebagai makhluk sosial, serta untuk membantu mengembangkan kreativitas siswa. Sementara itu, Prastowo (2013: 13) menyebutkan bahwa pendidikan dasar memiliki dua fungsi utama. Pertama, memberikan pendidikan dasar yang terkait dengan kemampuan berfikir kritis, membaca, menulis, berhitung, penguasaan dasar-dasar untuk mempelajari sainstek, dan kemampuan berkomunikasi yang merupakan tuntutan kemampuan minimal dalam kehidupan masyarakat. Kedua, pendidikan dasar memberikan dasar-dasar untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya.
mendapatkan pendidikan” dan Ayat (2) menyatakan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Hal tersebut juga dikukuhkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 6 Ayat (1) yang menegaskan bahwa setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
Berdasarkan tujuan pendidikan dan untuk menjalankan amanat undang-undang di atas, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan dasar adalah dengan cara pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang telah dilakukan oleh pemerintah saat ini yaitu menyempurnakan kurikulum KTSP dan merevisinya dengan kurikulum 2013 yang mulai diterapkan pada tahun ajaran baru 2013/2014. Lahirnya kurikulum 2013 diharapkan mampu menjawab tantangan abad ke-21 yang bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (lampiran Permendikbud No 67 Tahun 2013: 4).
kelas di sekolah dasar menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015. Kurikulum 2013 baru diterapkan untuk kelas I, kelas II, kelas IV, dan kelas V.
Hasil observasi yang dilakukan di SDN 11 Metro Pusat diperoleh informasi bahwa telah dilaksanakan kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik. Namun, masih banyak siswa yang memiliki hasil belajar yang belum tuntas. Hal ini berdasarkan pra survey yang diperoleh data tentang hasil belajar siswa kelas V semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 sebagai berikut:
Tabel 1. Data nilai hasil belajar siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat
No Nilai KKM Jumlah Persentase
1 ≥ 66 Tercapai 39 53%
2 < 66 Tidak Tercapai 35 47%
Jumlah 74 100%
Sumber: Dokumentasi MID semester
Berdasarkan tabel 1 di atas, terlihat bahwa siswa kelas V masih banyak yang tidak mencapai KKM yaitu sebanyak 47% maka dapat dilihat masih banyak siswa belum mencapai ketuntasan dalam belajar.
belajar. Hal ini terlihat dengan masih banyaknya siswa yang hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru serta kurangnya guru dalam menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).
Selain itu, pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih belum bermakna bagi siswa. Hal ini disebabkan karena guru masih belum maksimal dalam memberdayakan kemampuan siswa dalam belajar. Seorang guru dituntut untuk memahami diri setiap siswa dengan baik. Pemahaman pada diri siswa disini mempunyai makna bahwa guru mengenal betul kelebihan dan kelemahan pada setiap jenjang usia yang ada pada siswa.
Dari hasil observasi dan wawancara kepada guru kelas V SDN 11 Metro Pusat yang dilakukan pada hari Rabu 5 November 2014, diperoleh informasi bahwa dalam melakukan pembelajaran guru telah melakukan berbagai bentuk strategi pembelajaran. Namun, strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru masih belum menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Cara mengajar yang dilakukan oleh guru belum sesuai dengan cara belajar yang dimiliki oleh siswa. Dengan adanya kesesuaian antara cara mengajar guru dengan cara belajar siswa diharapkan dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.
dalam belajar. Dengan menerapkan strategi pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengangkat
judul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar siswa
2. Sebagian besar siswa masih pasif dalam menggikuti proses pembelajaran.
3. Proses pembelajaran yang dilakukan masih kurang bermakna bagi siswa. 4. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered)
5. Guru masih lebih banyak presentasi dibandingkan dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran
6. Guru masih belum bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti, yakni rendahnya hasil belajar siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yakni:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan Strategi
Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Psikomotor Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015? 4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan Strategi
E.Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih jelas dan terarah, perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences Terhadap Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015
2. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences Terhadap Hasil Belajar Psikomotor Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015
3. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015
4. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences Terhadap Hasil Belajar Secara Keseluruhan Siswa Kelas V SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2014/2015
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran 2. Bagi guru
siswa serta dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan kualitas guru.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi positif untuk meningkatkan mutu pendidikan di SDN 11 Metro Pusat.
4. Bagi peneliti
Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan wawasan mengenai strategi pembelajaran serta dapat menambah pengetahuan peneliti tentang penelitian eksperimen dan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences.
G.Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi:
1. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen
2. Objek penelitian ini adalah strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences dan hasil belajar siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat 3. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat
4. Penelitian ini dilakukan di SDN 11 Metro Pusat semester genap tahun pelajaran 2014/2015
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A.Strategi Pembelajaran Berbasis Multiplle Intelligences 1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Penggunaan strategi di dalam proses pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran guna mencapai hasil yang optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sani (2013: 89) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu konsep yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Sementara itu, Reigeluth (dalam Wena 2013: 5) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Strategi pembelajaran meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Dengan demikian, guru perlu mempertimbangkan output dan dampak pembelajaran dalam memilih suatu strategi pembelajaran.
Menurut Chatib (2013: 130-131) terdapat empat unsur strategi setiap usaha yang berkaitan dengan konteks pembelajaran yaitu:
1. Strategi pembelajaran harus terkait dengan silabus terutama indicator hasil belajar
2. Strategi pembelajaran akan bermanfaat ganda apabila menggunakan pendekatan student centered
3. Pemilihan metode sebisa mungkin haruslah disesuaikan dengan gaya belajar siswa.
Lebih lanjut Prastowo (2013: 70) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran juga dapat diartikan ilmu atau seni dalam menggunakan sumber daya pembelajaran sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Dengan kata lain, menurut Sanjaya (2008: 126) strategi pembelajaran mengandung dua makna. Pertama, strategi pembelajaran sebagai rencana tindakan atau kegiatan, termasuk penggunaan metode dan manfaat berbagai sumber daya, baik kekuatan maupun kelemahan dalam pembelajaran. Kedua, strategi pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan atau kompetensi tertentu.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu cara yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Pengertian Multiple Intelligences
Thobroni & Mustofa, 2007: 235) mengemukakan inteligensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. Kecerdasan atau inteligensi seseorang dibawa dari pertama kali ia dilahirkan, akan tetapi perkembangan inteligensi itu didapatkan seseorang seiring perkembangan dalam hidupnya.
Menurut Gardner (dalam Baharuddin dan Wahyuni 2007: 145-146) inteligensi atau kecerdasan merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa inteligensi bukanlah kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal tes IQ tetapi inteligensi merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan persoalan nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam.
Sementara itu menurut Gardner (dalam Chatib, 2013: 132) kecerdasan seseorang tidak diukur dari hasil tes psikologi standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap dua hal. Pertama, kebiasaan seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem solving). Kedua, kebiasaan seseorang menciptakan produk-produk baru yang punya nilai budaya (creativity). Lebih lanjut Gardner (dalam Chatib, 2009: 102) menyatakan bahwa kecerdasan seseorang itu berkembang, tidak statis. Kecerdasan seseorang lebih banyak berkaitan dengan kebiasaan, yaitu perilaku yang diulang-ulang.
setiap orang pasti memiliki jenis kecerdasan tertentu. Teori kecerdasan ini disebut dengan kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. Sementara itu, Thobroni dan Mustofa (2007: 238) menyebutkan kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan ganda untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah atau persoalan dalam kehidupan nyata. Kecerdasan seseorang lebih banyak berkaitan dengan kebiasaan. Setiap orang memiliki jenis kecerdasan tertentu untuk memecahkan masalah yang dihadapi yang disebut dengan kecerdasan majemuk atau multiple intelligences.
3. Jenis-jenis Multiple Intelligences atau Kecerdasan Majemuk
Menurut Gardner (dalam Chatib, 2013: 136-137) terdapat delapan jenis kecerdasan yang dimiliki seseorang yaitu:
Tabel 2. Jenis-jenis Kecerdasan Majemuk
Lebih lanjut, Thomas Amstrong (dalam Uno 2008: 61) menjelaskan dengan rinci jenis-jinis kecerdasan majemuk tersebut.
Linguistic Intelligence adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif. Logical Mathematical Intelligence adalah kemampuan untuk menggunakan angka-angka secara efektif, misalnya dalam pekerjaan matematika, akuntansi, perpajakan, ilmuan, dan pemrograman komputer. Spatial Intelligence adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-pandang (visual spatial world) secara akurat, misalnya dalam dunia pramuka, dan untuk menampilkan visi seorang decorator, arsitek, artis, dan peneliti. Bodily Kinestetic Intelligence adalah kemampuan menggunakan gerakan badan dalam hal penyampaian pemikiran dan perasaan. Musical Intelligence adalah kemampuan untuk menangkap melalui mata hatinya, misalnya musik, memberikan kritik, dan keahlian musik pada umumnya. Interpersonal Intelligence adalah kemampuan untuk menangkap dan membuat perbedaan dalam suasana hati, keinginan, motivasi, dan perasaan orang lain. Intrapersonal Intelligence adalah kemampuan diri sendiri dan kemampuan untuk melakukan tindakan yang adaptif atas dasar pengetahuan tersebut. Kecerdasan ini mencakup gambaran yang akurat tentang diri sendiri (kekuatan dan kelemahan).
Sementara itu, Prasetyo dan Andriani (2009: 2-3) menyebutkan ada delapan jenis inteligensi yang secara bersama terdapat dalam diri anak-anak dan orang dewasa yaitu:
1. Linguistic Intelligence (Kecerdasan Linguistik) adalah kapasitas menggunakan bahasa untuk menyampaikan pikiran dan memahami perkataan orang lain, baik secara lisan maupun tertulis.
2. Logical-Mathematical Intelligence (Kecerdasan Logika-Matematika) adalah kapasitas untuk menggunakan angka, berpikir logis, untuk menganalisa kasus atau permasalahan, dan melakukan perhitungan matematis.
3. Visual-Spatial Intelligence (Kecerdasan Visual-Spasial) adalah kapasitas untuk mengenali dan melakukan penggambaran atas objek atau pola yang diterima otak.
4. Bodily-Kinesthetic Intelligence (Kecerdasan Kinestetik-Tubuh) adalah kapasitas untuk melakukan koordinasi pergerakan seluruh anggota tubuh.
5. Musical Intelligence (Kecerdasan Musikal) adalah kapasitas untuk mengenal suara dan menyusun komposisi irama dan nada.
7. Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan intrapersonal) adalah kapasitas untuk memahami dan menilai motivasi dan perasaan diri sendiri.
8. Naturalis Intelligence (Kecerdasan Naturalis) adalah kapasitas untuk mengenali dan mengelompokkan fitur tertentu di lingkungan fisik sekitarnya, seperti binatang, tumbuhan, dan kondisi cuaca.
Berdasarkan jenis kecerdasan di atas, Howard Gardner (dalam Chatib, 2013: 135) memaparkan bahwa ada tiga hal yang berkaitan dengan multiple intelligences seseorang yaitu komponen inti, kompetensi, dan kondisi akhir terbaik. Ketiga hal penting tersebut sangat berkaitan dengan dunia pendidikan. Setiap area otak yang disebut lobus of brain mempunyai komponen inti berupa potensi kepekaan yang akan muncul dari setiap area otak apabila diberi stimulus yang tepat. Akibat adanya stimulus yang tepat, kepekaan inilah yang akan menghasilkan kompetensi. Apabila kompetensi tersebut dilatih secara terus-menerus dalam jenjang silabus yang tepat, dari kompetensi akan muncul kondisi akhir terbaik seseorang. Namun jika stimulus yang diberikan tidak tepat, kompetensi tersebut tidak akan muncul menonjol atau hanya biasa-biasa saja.
dengan baik oleh siswa. Berdasarkan penelitian Gardner, gaya belajar siswa tercermin dari kecenderungan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat delapan jenis kecerdasan yaitu 1) Linguistic Intelligence (Kecerdasan Linguistik), 2) Logical-Mathematical Intelligence (Kecerdasan Logika-Matematika), 3) Visual-Spatial Intelligence (Kecerdasan Visual-Spasial), 4) Bodily-Kinesthetic Intelligence (Kecerdasan Kinestetik-Tubuh), 5) Musical Intelligence (Kecerdasan Musikal), 6) Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Interpersonal), 7) Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan intrapersonal), dan 8) Naturalis Intelligence (Kecerdasan Naturalis). Setiap orang memiliki minimal satu jenis kecerdasan tersebut. Kecenderungan kecerdasan seseorang mencerminkan gaya belajar yang dimilikinya.
4. Cara Mengetahui Kecenderungan Kecerdasan
Untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa di kelas, dapat diketahui melalui indikator-indikator tertentu sesuai dengan masing-masing jenis kecerdasan.
Menurut Thobroni dan Mustofa (2007: 247) setiap guru dapat menggunakan catatan-catatan kecil praktis yang dapat digunakan untuk memantau kecenderungan perkembangan kecerdasan siswa di kelas. Guru juga dapat menyusun checklist yang berisi kecerdasan-kecerdasan tersebut. Cheklis dapat digunakan untuk memantau kecerdasan siswa. Selain checklist, ada cara lain yang dapat digunakan yaitu mengumpulkan dokumen berupa rekaman-rekaman lain yang berhubungan dengan aktivitas siswa, dan catatan-catatan di sekolah yang berhubungan dengan peringkat nilai semua mata pelajaran.
Multiple Intelligences Research (MIR) adalah instrumen riset yang dapat memberikan deskripsi tentang kecenderungan kecerdasan seseorang. Instrumen ini disusun berdasarkan indikator dari kompetensi dan kompetensi inti dari masing-masing jenis kecerdasan. Pengukuran ini biasanya dilakukan pada saat penerimaan siswa baru atau juga dapat dilakukan pada setiap kenaikan kelas.
5. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence
Pada awalnya multiple intellegensi merupakan teori kecerdasan dalam ranah psikologi. Ketika ditarik dalam dunia pendidikan, multiple intelligences menjadi sebuah strategi pembelajaran. Hal ini relevan dengan pendapat Chatib (2009: 109) yang menyatakan bahwa multiple intelligences adalah strategi pembelajaran berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan dalam silabus. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa multiple intelligences akan menjadi kekuatan yang besar untuk memajukan pendidikan dan kompetensi siswa apabila diterapkan pada kurikulum berbasis kompetensi yang komprehensif. Artinya strategi ini sangat sesuai dengan kurikulum yang diterapkan pemerintah saat ini.
Inti dari strategi ini adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Pendalaman tentang strategi ini akan menghasilkan kemampuan guru membuat siswa tertarik dan berhasil dalam belajar pada waktu yang relative cepat.
Adapun tahapan dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences menurut Chatib (2012: 57-58) adalah sebagai berikut:
a. Mengenali Potensi Siswa
kelima bingkisan tersebut adalah: bintang, samudra; harta karun; penyelam; dan bakat.
1. Bintang
Memandang setiap siswa yang dilahirkan adalah Juara. Chatib (2012: 58) menjelaskan bahwa setiap anak adalah bintang. Bintang yang sinarnya mampu menerangi dunia. Bagaimanapun kondisi anak, mereka adalah bintang dan juara. Adapun kuncinya adalah sebagai seorang guru sebelum memasuki kelas, maka seorang guru tersebut harus menyalakan tombol “on” dalam benak guru, yang menganggap bahwa setiap siswa adalah bintang, maka siswa akan menjadi bintang. 2. Samudra
Siswa memiliki kemampuan seluas samudra: kemampuan kognitif (pola pikir) yang menghasilkan daya pikir positif, kemampuan psikomotorik (pola tindak) yang menghasilkan karya bermanfaat dan penampilan yang dahsyat, serta kemampuan afektif (pola sikap) yang menghasilkan nilai dan karakter yang manusiawi sesuai fitrahnya.
3. Harta karun
Setiap siswa memiliki variasi potensi kecerdasan masing-masing. Ada yang punya satu kecerdasan yang dominan, sedangkan yang lainnya rendah. Ada yang memiliki dua, tiga, bahkan semua kecerdasannya dominan. Namun, tidak ada manusia yang bodoh, terutama jika stimulus yang diberikan lingkungan tepat.
4. Penyelam
Discovering ability, kembangkan kemampuan dan kubur ketidakmampuan anak. Discovering ability adalah aktivitas guru untuk menjelajahi kemampuan siswa pada saat hasil tes siswa di bawah standar ketuntasan. Discovering ability juga dapat diartikan meminta siswa untuk menjawab soal yang sama dengan cara yang lain. Apabila discovering ability ini tidak berhasil, maka baru dilakukan remedial test (tes pengulangan). Banyak sekali guru yang langsung melompat dengan memberikan remedial test kepada siswa dengan nilai dibawah standar tanpa melalui fase discovering ability. (Munif Chatib, 2012: 158)
5. Bakat
Menurut Guilford (dalam Chatib 2012) bahwa bakat terkait dengan tiga dimensi pokok, yaitu perseptual, psikomotor, dan intelektual.
2)Right Place (tempat yang tepat, diberi wadah untuk menyalurkan) dan 3) Benefiditas (mempunyai manfaat).
b. Merancang Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligensi
Pada tahapan yang kedua adalah tahapan pada merancang pembelajaran dimana nantinya gaya mengajar gurunya harus sama dengan gaya belajar siswanya. Sebelum merancang pembelajaran, seorang guru harus mampu mengenali cara kerja otak manusia. Tahap ini disebut dengan tahap brain. Hal ini relevan dengan pendapat Chatib (2012: 57-58) yang menyatakan bahwa tahap brain merupakan tahap awal yang sangat penting. Artinya, para guru harus memahami cara kerja otak, yaitu: menangkap, menyimpan, dan mengolah informasi dalam proses berpikir. Jika cara kerja otak ini tidak dipahami oleh guru, guru akan cenderung salah menyampaikan informasi dan hasilnya siswa tidak paham, tidak antusias, dan sebagainya. Kondisi menyedihkan lainnya adalah betapa jarangnya guru yang mendapat pelatihan-pelatihan tentang cara kerja otak. Padahal, informasi tentang otak ini selalu berkembang dari hari ke hari dan belum banyak guru yang mengetahuinya.
Sanjaya (2008: 130) menyatakan bahwa sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai 1) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan
dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor?
2) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah?
3) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?
b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran
1) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu?
2) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak?
3) Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?
c. Pertimbangan dari sudut siswa
1) Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?
2) Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa?
d. Pertimbangan-pertimbangan lainnya
1) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja?
2) Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan?
3) Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?
Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi pembelajaran yang ingin diterapkan. Sementara itu Chatib (2009: 136-144) menyebutkan bahwa dalam merancang dan mendesain strategi pembelajaran ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan yaitu:
untuk aktifitas siswa. Dengan aktifitas tersebut, secara otomatis siswa akan belajar.
b. Untuk merancang strategi pembelajaran terbaik adalah gunakan modalitas belajar yang tertinggi, yaitu dengan modalitas kinestetis dan visual dengan akses informasi terlihat, mengucapkan, dan melakukan.
c. Strategi pembelajaran terbaik adalah mengaitkan materi yang diajarkan dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung keselamatan hidup.
d. Strategi pembelajaran terbaik adalah menyampaikan materi kepada siswa dengan melibatkan emosinya. Hindarkan pemberian materi secara hambar dan membosankan
e. Strategi pembelajaran terbaik adalah pembelajaran dengan melibatkan partisipasi siswa untuk menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat langsung dirasakan oleh orang lain. Siswa merasa mempunyai kemampuan untuk menunjukkan eksistensi dirinya.
Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan dalam menetapkan strategi pembelajaran tersebut, diharapkan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sesuai dengan gaya belajar siswa. Dengan demikian penyampaian informasi dapat diterima dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c. Proses dalam Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegensi
1. Memberdayakan Semua Jenis Kecerdasan pada Setiap Mata Pelajaran
Memberdayakan semua jenis kecerdasan pada setiap mata pelajaran adalah ibarat meng-iput informasi melalui delapan jalur ke dalam otak memori siswa. Bloom (dalam Runtuwene, 2012: 6) menekankan pada tiga ranah/domain yang ada, yaitu: kognitif, efektif dan psikomotor. Gardner menekankan pada delapan kecerdasan yang dimiliki setiap siswa. Secara empirik untuk menerapkan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dapat dilakukan:
a. Merumuskan kompetensi dasar dan indikator dengan basis kecerdasan majemuk, baik dalam silabus dan RPP.
b. Menetapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang variatif sesuai dengan semua atau beberapa kecerdasan.
c. Menetapkan kegiatan-kegiatan/aktivitas pembelajaran yang merangsang kecerdasan majemuk.
d. Menetapkan jenis/bentuk tes dan rumusan butir soal berbasis kecerdasan majemuk.
2. Mengoptimalkan Pencapaian Mata Pelajaran Tertentu Berdasarkan Kecerdasan yang Menonjol pada Masing-Masing Siswa
dirinya, meskipun untuk bidang yang lainnya harus puas dengan standar minimal yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga.
Dalam penerapan tahap kedua ini strategi pembelajaran yang digunakan lebih bersifat personal atau individual. Siswa yang memiliki kecerdasan linguistik misalnya, akan dioptimalkan pencapaian hasil belajarnya pada mata pelajaran bahasa dan sastra. Sedangkan mereka yang mempunyai kecerdasan matematis-logis misalnya, akan diarahkan pada pencapaian hasil belajar mata pelajaran matematika seoptimal mungkin. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan spasial dapat dioptimalkan dengan menggunakan media visual atau menggunakan peta konsep. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan kinestetik-jasmani dapat diaktifkan dengan gerakan-gerakan tertentu. Misalnya dapat mengekspresikan suatu pesan dengan bahasa tubuh. Sedangkan belajar dengan alunan musik atau alat musik dapat mengoptimalkan belajar mereka yang memiliki kecerdasan musikal. Mereka yang memiliki kecerdasan interpersonal dapat dioptimalkan dengan cara belajar interaksi sosial seperti diskusi dan wawancara. Mereka yang memiliki kecerdasan intrapersonal dapat dioptimalkan dengan cara belajar merenung, berefleksi, proyek/tugas individu dan pada tempat yang agak sepi.
3. Mengoptimalkan Pengelolaan Kelas yang Variatif
siswa mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif. Melvin L. Siberman (2004: 6) menunjukkan beberapa alternative pengelolaan kelas supaya siswa aktif:
a. Proses belajar satu kelas penuh. Pembelajaran yang dipimpin oleh guru yang menstimulasi seluruh siswa.
b. Diskusi kelas: dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama. c. Pengajuan pertanyaan: siswa mengajukan pertanyaan dan meminta
penjelasan.
d. Kegiatan belajar kolaboratif: tugas dikerjakan secara bersama dalam kelompok kecil.
e. Pengajaran oleh teman sekelas (tutor sebaya): pengajaran dilakukan oleh siswa sendiri.
f. Kegiatan belajar mandiri: aktivitas belajar yang dilakukan secara perseorangan.
g. Kegiatan belajar aktif: kegiatan yang membantu siswa memahami perasaan, nilai-nilai, dan sikap mereka.
h. Pengembangan keterampilan: mempelajari dan mempraktekkan keterampilan, baik teknis maupun non-teknis.
jawab, diskusi, observasi, wawancara, studi tour, studi lapangan, eksperimen, dramatisasi, refleksi, dan menggunakan musik. Penggunaan media pembelajaran juga harus variatif, misalnya carta, skema, flow chart, diagram, dan sampai pada alat peraga alam. Sistem penilaian tidak cukup hanya menggunakan tes objektif. Tes yang dikembangkan harus lebih variatif, mulai dari uraian, pengamatan, tugas pribadi sampai pada penggunaan portofolio.
d. Membuat produk hasil belajar
Dalam proses pembelajaran, tujuan akhir pembelajaran adalah hasil belajar siswa. Chatib (2009: 146-147) menjelaskan produk hasil belajar adalah hasil belajar yang melahirkan karya baru yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Yang termasuk produk hasil belajar adalah:
1. Benda karya intelektual yang dapat ditampilkan
Benda/karya intelektual adalah karya-karya kreativitas siswa yang dapat ditampilkan dan punya manfaat langsung.
2. Penampilan
Penampilan adalah karya yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya di depan publik.
3. Proyek edukasi
Proyek edukasi adalah sebuah proyek yang berkaitan dengan pencarian masalah, perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hasil, dan evaluasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk hasil belajar merupakan hasil belajar siswa dalam bentuk nyata (autentik).
e. Melakukan Penilaian Hasil Belajar
hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan siswa telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru. Dalam strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences jenis penilaian yang digunakan adalah penilaian autentik. Menurut Kunandar (2013: 37) dalam penilaian autentik memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, pengetahauan, dan keterampilan yang disesuaikan dengan perkembangan karakteristik siswa sesuai dengan jenjangnya.
merancang pembelajaran berbasis multiple intelligences, (3) proses pembelajaran berbasis multiple intelligences, (4) membuat produk hasil belajar, dan (5) melakukan penilaian hasil belajar.
B.Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Baharuddin dan Wahyuni (2007: 12) mengatakan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam diri melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.
Selanjutnya Sanjaya (dalam Prastowo, 2013: 49) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afeksi, maupun psikomotorik.
Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower (dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 13) belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.
oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan melalui pelatihan atau pengalaman yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang yang bersifat positif baik pada perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotor.
2. Kinerja Guru
Guru sebagai seorang yang profesional bertugas sebagai pendidik, yang keprofesionalannya akan berimbas pada hasil belajar siswa. Dengan demikian, diharapkan guru terus menerus meningkatkan kinerjanya sehingga pembelajaran siswa berkualitas dan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap tujuan pembelajaran.
Menurut Susanto (2013: 29) kinerja guru ialah prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dalam pembelajaran. Selanjutnya Rusman (2010: 50) menjelaskan kinerja guru sebagai wujud perilaku guru dalam proses pembelajaran yang dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
penilaian hasil belajar sehingga guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu hal yang diperoleh atau dicapai dari proses belajar mengajar. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Menurut Purwanto (2010: 46) “hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor”.
Hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang diakukan, inteligensi, dan kesempatan yang diberikan kepada siswa. Hal ini berarti bahwa guru perlu menetapkan tujuan hasil belajar yang sesuai dengan kapasitas inteligensi siswa.
Sementara itu, menurut Bloom (Thobroni dan Arif, 2007: 23-24) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
a. Domain Kognitif mencakup:
1. Knowledge (pengetahuan, ingatan);
2. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh); 3. Application (menerapkan);
4. Analys (menguraikan, menentukan hubungan);
5. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru);
6. Evaluating (menilai). b. Domain Afektif mencakup:
3. Valuing (menilai);
4. Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Setiap keberhasilan belajar tersebut diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa. Karena itu, pengukurannya harus betul-betul valid, reliabel, dan objective. Hal ini dapat tercapai apabila alat ukurnya disusun berdasarkan kaidah, aturan, hukum atau ketentuan penyusunan butir soal.
Keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi beberapa tingakatan. Menurut Djamarah & Zain (2010: 107) tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut: diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.
apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
penerapan), afektif (jujur dan percaya diri), dan psikomotor (membuat kesimpulan, mengolah informasi, meniru gerak fisik, dan melakukan gerak harmonis). Hasil belajar memiliki tingkatan dan diukur menggunakan alat ukur yang valid, reliabel dan objektif yang disusun berdasarkan kaidah.
4. Penilaian Autentik
a. Pengertian Penialaian Autentik
Penilaian merupakan tahapan yang terakhir dalam proses pembelajaran. Kemendikbud (2013) mengemukakan bahwa penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah assesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Sedangkan istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Nurgiyantoro (2011: 23) menyatakan bahwa penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang mengukur atau menunjukkan pengetahuan dan keterampilan siswa baik dalam domain kognitif, afektif, maupun psikomotor dengan cara menerapkan pengetahuan tersebut dalam dunia nyata.
b. Metode Penilaian Autentik
Metode penilaian autentik sangat berkaitan dengan aktivitas pembelajaran. Semakin banyak aktivitas pembelajaran yang mampu dinilai, semakin baik pula hasil pembelajaran tersebut.
Hal-hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam metode penilaian autentik menurut Chatib (2009: 166) adalah:
a. Dalam penilaian autentik, kemajuan siswa dilihat dari kempetensi siwa tersebut dalam menerima pembelajaran. Kompetensi siswa dapat dilihat dari keseluruhan proses pembelajaran
b. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, saat itulah waktu yang sangat pas untuk mengambil penilaian. Dengan demikian pada saat mengajar, guru tersebut sudah mendapatkan nilai dari proses pengajaran. Penilaian dilakukan pada proses pembelajaran, bukan pada akhir pembelajaran.
c. Dengan paradigma baru ini, penilaian siswa dilakukan setelah proses pembelajaran sehari-harinya. Pada saat sebuah sistem sekolah ingin mengetahui bagaimana penilaian siswa pada tiga bulan, enam bulan, atau satu tahun maka dipakai metode average (rata-rata) dari kompetensi yang terangkum.
d. Model pelaporan menggunakan penilaian autentik dapat dilakukan sewaktu-waktu, tidak harus menunggu 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun.
c. Teknik Penilaian Autentik
penilaian proyek, penilaian produk, portofolio, dan penilaian diri. (Depdiknas dalam Komalasasi, 2010: 152)
1. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu
Untuk mengamati unjuk kerja siswa dapat mengguakan instrument berupa daftar cek (check-list) atau menggunakan skala penilaian (rating scale)
2. Penilaian Sikap
Penilaian sikap merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati perasaan atau penilaian siswa, kepercayaan atau keyakinan siswa, dan kecenderungan untuk berperilaku siswa berkaitan dengan suatu objek. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa instrument, antara lain format observasi perilaku dan item pertanyaan langsung.
3. Penilaian Tertulis
Terdapat dua bentuk tes tertulis, yaitu soal dengan memilih jawaban berupa soal pilihan ganda dan menjodohkan, serta soal dengan menyuplai jawaban berupa soal isian singkat atau melengkapi, soal uraian terbatas dan soal uraian objektif/nonobjektif.
4. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan mata pelajaran tertentu secara jelas kepada siswa lain.
Guru perlu melakukan tahapan yang perlu dinilai, seperti pengumpulan data, analisis data, dan menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan instrument berupa daftar cek atau skala penilaian.
5. Penilaian Produk
siswa dalam membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, barang-barang yang terbuat dari kayu, keramik, dll.
6. Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam periode tertentu secara individu. Informasi tersebut dapat berupa hasil karya siswa pada saat proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswa.
7. Penilaian Diri (Selft Assessment)
Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian dimana siswa diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik ini dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Siswa diminta untuk menilai berdasarkan kriteria dan acuan yang telah disiapkan.
C.Penelitian yang Relevan
sejak usia pendidikan dasar). Minimal ada sembilan kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu kecerdasan linguistik, matematis-logis, ruang spasial, kinestetik badani, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan eksistensial. (2) Pengembangan multiple intelligences pada metode pembelajaran pendidikan untuk siswa usia pendidikan dasar membutuhkan kreativitas seorang guru (pendidik), baik dalam mengatur, merencanakan, maupun menerapkan metode-metode tersebut.
Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kesamaan tersebut yaitu kedua penelitian menerapakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligensi pada siswa sekolah dasar. Namun kedua penelitian memiliki perbedaan yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Nur Farida dalam penelitian hanya bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligence pada siswa sekolah dasar. Sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar siswa.
D.Kerangka Pikir
Sebab strategi pembelajaran berbais multiple intelligences merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada gaya mengajar guru harus sesuai dengan gaya belajar siswa.
Teori multiple intelligences memandang bahwa semua anak cerdas. Setiap siswa pasti memiliki kecenderungan kecerdasan tertentu. Kecenderungan kecerdasan ini mencerminkan gaya belajar yang dimiliki siswa tersebut. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat menyesuaikan gaya mengajarnya sehingga transfer informasi yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh siswa. Menurut Runtuwene (2012: 5) penerapan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, dapat ditempuh dengan: (1) memberdayakan semua jenis kecerdasan yang ada pada setiap mata pelajaran; (2) Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa; (3) Mengoptimalkan pengelolaan kelas yang variatif.
Berdasarkan pokok pemikiran di atas, memungkinkan bahwa strategi pembeljaran berbasis multiple intelligensi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hubungan antar variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar. 1 Kerangka Konsep Variabel Keterangan:
X = Strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences Y = Hasil belajar siswa
= Pengaruh
Berdasarkan gambar. 1 alur kerangka pikir dapat dideskripsikan bahwa strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung dapat membuat siswa lebih mudah menguasai dan menghayati materi pelajaran karena gaya mengajar guru disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Dengan kesesuaian antara gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa memungkinkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
E.Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir (Sugiyono, 2013: 96). Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar afektif siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar psikomor siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas V SDN 11 Metro Pusat.
III. METODE PENELITIAN
A.Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Objek penelitian adalah pengaruh pembelajaran berbasis multiple intelligences (X) terhadap hasil belajar siswa (Y).
Penelitian ini menggunakan desain non-equivalent control group design. Desain ini menggunakan 2 kelompok, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapat perlakuan berupa penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok pengendali yaitu kelas yang tidak mendapat perlakuan. Pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Menurut Sugiyono (2013: 116) bahwa non-equivalent control group design digambarkan sebagai berikut:
O1 X O2
O3 O4
Gambar 2. Desain Eksperimen
Keterangan: O1 = nilai pretest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen) O2 = nilai posttest kelompok yang perlakuan (eksperimen) O3 = nilai pretest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol) O4 = nilai posttest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol) X = perlakuan strategi pembelajaran berbasis multipe
Setelah diketahui tes awal dan tes akhir maka dihitung selisihnya yaitu: O2– O1 = Y1
O4– O3 = Y2 Keterangan:
Y1 = Hasil belajar siswa yang mendapat perlakuan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences
Y2 = Hasil belajar siswa tanpa perlakuan
Kemudian gain score tersebut dianalisis menggunakan ttest
B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 60). Dalam penelitian ini ada dua macam variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
a) Variabel independen atau variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2013: 61). Dalam Penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu pebelajaran berbasis multiple intellegences (X).
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada sifat-sifat yang didefinisikan dan diamati. Untuk memberikan penjelasan mengenai variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian, berikut ini akan diberikan definisi oprasional variabel penelitian sebagai berikut:
a) Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
dengan cara self monitoring atau penilaian diri oleh siswa sendiri. Adapun tahapan penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences yaitu; guru mengenali potensi peserta didik, merancang strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences, melaksanakan proses pembelajaran, membuat hasil belajar, serta guru melakukan penilaian hasil belajar melalui penilaian autentik.
b)Hasil Belajar
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa pada saat berlangsung dan setelah proses pembelajaran, yang menggambarkan penguasaan siswa pada bidang pengetahuan dan pemahaman tentang materi pembelajaran. Indikator hasil belajar meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Nilai yang diperoleh siswa pada ranah kognitif dilakukan setelah mengikuti tes pada akhir pembelajaran. Tes yang digunakan berupa soal pilihan jamak yang berjumlah 20 soal. Sedangkan ranah afektif, nilai diperoleh melalui pengamatan guru saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi. Sementara itu, untuk ranah psikomotor nilai diperoleh melalui tes unjuk kerja.
C.Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
2013: 30). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 11 Metro Pusat yang berjumlah 74 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu (Sugiyono, 2013: 118). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Sampling Purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
Teknik ini biasanya dilakukan karena tujuan tetentu. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas siswa di SDN 11 Metro Pusat dengan melihat pertimbangan dari jumlah rata-rata hasil belajar mid semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 yaitu kelas VB (24 siswa) dan VC (25 siswa) yang memiliki nilai rata-rata yang relatif sama.
D.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Metode Angket atau kuesioner
masing-masing pertanyaan memiliki 5 (lima) alternatif jawaban dengan skor yang berbeda. Untuk memberikan skor pada setiap butir soal dalam angket dengan cara memberikan bobot (skor) 1, 2, 3, 4, dan 5. Adapun bentuk angket yang digunakan adalah sebagai bentuk pilihan yang terdiri dari 5 butir untuk setiap jenis kecerdasan atau keseluruhan sebanyak 40 pertanyaan dengan 5 kemungkinan jawaban untuk setiap butir. Siswa diharapkan menjawab pertanyaan sesuai dengan kesadaran yang sebenarnya. Skor dari pertanyaan bersifat positif diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Jika siswa memilih alternative jawaban yang sangat setuju diberi skor 5 b) Jika siswa memilih alternative jawaban yang setuju diberi skor 4 c) Jika siswa memilih alternative jawaban yang agak setuju diberi skor 3 d) Jika siswa memilih alternative jawaban yang tidak setuju diberi skor 2 e) Jika siswa memilih alternative jawaban yang sangat tidak setuju diberi
skor 1
2. Metode Observasi
3. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrumen berupa tes atau soal-soal tes. Teknik ini digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif. Bentuk tes yang diberikan berupa tes pilihan jamak yang berjumlah 20 soal. (instrumen tes terlampir)
E.Uji Kemantapan Alat Pengumpul Data 1. Validitas
Validitas atau kesalihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2013: 46). Berdasarkan pendapat tersebut sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Adapun validitas alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity) yaitu validitas yang didasarkan butir-butir item yang berguna untuk menunjukkan sejauh mana instrumen tersebut sesuai dengan isi yang dikehendaki. Untuk mengukur validitas dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli sebagai expert judgment. Validator menilai dan mengoreksi instrumen soal yang akan diberikan kepada siswa.
moment dengan bantuan program Microsoft office excel 2007, rumus yang digunakan sebagai berikut (Arikunto, 2006: 170):
rxy= � ∑ − {∑ } {∑ } √{�∑ –( ∑ )} { � ∑ − {∑ }
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X : skor Item Y : skor Total
N : banyaknya objek (Jumlah sampel yang diteliti)
Dengan kriteria pengujian apabila rhitung > rtabel dengan α= 0,05, maka alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila rhitung < rtabel, maka alat ukur tersebut tidak valid.
Tabel 3. Hasil Analisa Validitas Butir Angket Multiple Intelligences
soal, dilakukan analisis validitas butir soal menggunakan rumus product moment dengan bantuan program microsoft office excel 2007. Dari hasil analisis tersebut, diperoleh butir soal yang valid sebanyak 21 butir soal dan butir soal yang tidak valid sebanyak 9 butir soal. Berikut data lengkap hasil analisa validitas butir soal tes kognitif.
Tabel 4. Hasil Analisa Validitas Butir Soal Tes Kognitif No Item Nilai