• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS IX SMP AL KAUTSAR BANDARLAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS IX SMP AL KAUTSAR BANDARLAMPUNG"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS IX

SMP AL KAUTSAR BANDARLAMPUNG Oleh

Merry Oktarina

Masalah dalam penelitian ini adalah kurangnya hasil belajar dan tingkat kemampuan menulis siswa kelas IX SMP Al Kautsar Bandarlampung. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan CTL, (2) pelaksanaan pembelajaran menulis teks pidato dengan menggunakan pendekatan CTL, (3) sistem penilaian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, (4) kemampuan menulis kelas IX SMP Al Kautsar Bandarlampung dengan menggunakan pendekatan CTL.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Objek penelitian adalah siswa kelas IX B. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Siklus I menggunakan pendekatan kontekstual dengan penekanan pada konstruktivisme, masyarakat belajar, inkuiri, dan penilaian autentik. Siklus II menggunakan pendekatan kontekstual dengan penekanan pada kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, dan penilaian autentik. Siklus III penekanan pada masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Data dikumpulkan dengan teknik observasi dan tes. Data dianalisis dengan cara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan prinsip PTK.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) melalui pendekatan pembelajaran kontekstual yaitu dari siklus I cukup, siklus II meningkat menjadi baik, siklus III meningkat menjadi sangat baik. Begitu pula untuk pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan pembelajaran kontekstual, yaitu dari siklus I cukup, siklus II meningkat menjadi baik, siklus III meningkat menjadi sangat baik. Untuk sistem penilaian juga mengalami peningkatan yaitu siklus I rata-rata nilai siswa 70, siklus II meningkat menjadi 73 dan siklus III 83. Peningkatan kemampuan menulis teks pidato melalui pendekatan pembelajaran kontekstual yaitu prasiklus 66,20 siklus I meningkat 70,27 ada peningkatan sebesar 4,07, siklus II 73,33 ada peningkatan sebesar 3,46 dan siklus III 83,33 ada peningkatan sebesar 9,6.

(2)

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF STUDENTS WRITING ABILITY THROUGH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) APPROACH AT

CLASS IX SMP AL KAUTSAR BANDARLAMPUNG

By

Merry Oktarina

The problem in this research is the lack of learning result and level of students writing ability of class IX at SMP Al Kautsar Bandarlampung. This research is aimed to increase (1) the lesson plans, (2) the learning implementation of writing speech text, (3) learning scoring system , (4) students’ writing ability class IX at SMP Al Kautsar Bandarlampung through CTL.

The method of this research is a classroom action research, while this research object is student of class IX B. This research was conducted in three cycles. Cycle I used a contextual approach by demanding on constructivism, learning community, inquiry, and authentic assessment. Cycle II used a contextual approach by demanding on constructivism, learning community, inquiry, question and authentic assessment. Cycle III demanded on learning community, modelling, reflection, and authentic assessment. The data was collected by observation technique and test. However, it was analyzed by combining qualitative and quantitative one.

The result of this research showed an improvement of lesson plans through contextual learning approach. The result of Cycle I indicated a fair increase. Cycle II resulted a slight climb from fair to good. However, the result of Cycle III showed an excellent point. It also occured in the implementation of learning through contextual learning approach, which showed fair for Cycle I, good for Cycle II, and excellent for Cycle III. There was assessment system which also experienced an improvement in all cycle. Cycle I showed an increase which students’ average score was 70. In Cycle II, there was a slight rise for about 73. However, a leap result was gotten in which it showed 83 for the students’ average score. On the other hand, the improvement of writing ability for speech text through contextual learning approach was about 4.07 which was from 66.20 in pre-Cycle to 70.27 in Cycle I, meanwhile the slight rise in Cycle II was about 3.46. However, a leap which occured in Cycle III was about 9.6.

(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS IX

SMP AL KAUTSAR BANDARLAMPUNG (Tesis)

Oleh

MERRY OKTARINA

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Pada

Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungkarang, pada tanggal 28 Oktober 1972. Penulis adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Bapak Syofuan Sahid dan Ibu Rosmiati.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di Sekolah Dasar Sejahtera IV, Kedaton, Bandarlampung pada tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama Budi Mulia, Kedaton, Bandarlampung tahun 1988, Sekolah Menengah Atas Negeri I Bandarlampung tahun 1991. Pada tahun 1991 melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Jurusan Pemerintahan Universitas Lampung dan selesai tahun 1996. Pada tahun 2013 penulis menjadi mahasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Tahun 1997-1998 pernah bekerja di PT. Energindo Sumber Sejati Bandarlampung sebagai staff administrasi. Tahun 1998 sampai sekarang bekerja sebagai tenaga pendidik di SMP Al Kautsar Bandarlampung.

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT kupersembahkan karya

ini untuk insan yang begitu berarti dalam hidupku.

1. Papa dan Mama tersayang yang telah membimbing, mendoakan, dan

membekaliku ilmu.

2. Suami dan anak-anakku tercinta yang selama ini telah membantu,

memotivasi, dan mendoakan agar aku cepat menyelesaikan pendidikan.

3. Kakak-kakak dan adik-adikku tersayang yang juga mendoakan dan

mengharapkan keberhasilanku.

4. Semua keluarga besarku (keponakan-keponakan) semoga ini menjadi

(9)

MOTO

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku

dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (Q.S. Al Baqarah: 186)

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”

(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhannahu Wataala, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) Siswa Kelas IX SMP Al Kautsar BandarLampung.”

Sholawat serta salam penulis haturkan kepada pemimpin umat, Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabatnya dengan semua umatnya yang tetap setia menjalankan ajaran Islam. Semoga kita termasuk di dalamnya.

(11)

2. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan dosen pembahas yang telah memberikan nasihat, arahan, saran, dan motivasi kepada penulis.

4. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membantu dan memberikan arahan kepada penulis.

6. Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan sekaligus dosen penguji yang telah memberikan arahan kepada penulis.

7. Dr. Karomani, M.Si., selaku pembimbing I yang selama ini telah banyak membantu, membimbing, mengarahkan, memberikan saran, dan kemudahan kepada penulis.

(12)

mendewasakan penulis.

10.Dra. Sri Purwaningsih selaku Kepala Sekolah SMP Al Kautsar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.

11.Papa dan Mama tercinta (Syofuan Sahid dan Rosmiati), yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dalam bentuk apapun dan untaian doa yang tiada terputus untuk keberhasilan penulis dalam meraih cita. 12.Suamiku tersayang (Sepli Sanusi, S.Sos) dan anak-anakku tercinta

( Muhammad Fatwa Garuda Nusantara, Siti Kalya Araudhazzahra, Azza Religia Kalyka Azzahra) yang telah memberikan semangat, motivasi dalam rangka menyelesaikan tesis ini.

13. Kakak-kakak, adik-adikku, keponakan-keponakan dan keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat.

14.Teman-teman di SMP Al Kautsar yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk kesuksesan penulis.

(13)

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dan perbaikan di masa yang akan datang. Harapan dari penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandarlampung, 11 Mei 2015 Penulis,

Merry Oktarina

(14)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Pembatasan Masalah ... 11

1.4 Rumusan Masalah ... 11

1.5 Tujuan Penelitian ... 12

1.6 Manfaat Penelitian ... 13

1.6.1 Manfaat Teoretis ... 13

1.6.2 Manfaat Praktis ... 13

II LANDASAN TEORI ... 15

2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran... 15

2.1.1 Teori Belajar Kontruktivistik ... 18

2.1.2 Teori Belajar Ausubel ... 19

2.1.3 Teori Belajar Sosial Vygotsky ... 20

2.1.4 Teori Belajar Robert Gagne ... 21

2.1.5 Teori Belajar John Dewey ... 22

2.2 Tinjauan Tentang Kemampuan Menulis Teks Pidato ... 23

(15)

2.2.7 Tahap-tahap Menyusun Teks Pidato ... 32

2.3 Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 36

2.3.1 Pengertian Pendekatan ... 36

2.3.2 Hakikat Pendekatan Contextual Teaching and Learning ... 37

2.3.3 Strategi dan Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 39

2.3.4 Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 41

METODE PENELITIAN ... 46

3.1 Jenis Penelitian ... 46

3.2 Tempat Penelitian ... 49

3.3 Waktu Penelitian ... 50

3.4 Lama Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 50

3.4.1 Lama Tindakan... 50

3.4.2 Indikator Keberhasilan ... 51

3.5 Prosedur Tindakan ... 53

3.5.1 Perencanaan Tindakan ... 54

3.5.2 Pelaksanaan Tindakan ... 64

3.5.3 Pengamatan/Observasi ... 83

3.5.4 Analisis dan Refleksi... 83

3.6 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 86

3.6.1 Definisi Konseptual ... 86

3.6.2 Definisi Operasional... 87

3.7 Instrumen Penelitian... 90

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 91

3.9 Teknik Analisis Data ... 92

3.9.1 Data Aktivitas Belajar Siswa ... 92

3.9.2 Data Peningkatan Kemampuan Menulis Siswa ... 94

3.10 Sumber Data ... 95

3.11 Validasi Data ... 97

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98

(16)
(17)

4.5.3 Analisis terhadap Sistem Penilaian ... 253

4.5.4 Analisis terhadap Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Pidato.. 254

4.6 Keterbatasan Penelitian ... 255

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 256

5.1 Kesimpulan ... 256

5.2 Saran ... 258

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah Siswa Kelas IX B SMP Al Kautsar Bandarlampung

Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 50

3.2 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 53

3.3 Rubrik Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 61

3.4 Lembar Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 65

3.5 Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 70

3.6 Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis Teks Pidato ... 79

3.7 Indikator Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 84

3.8 Indikator Pelaksanaan Pembelajaran... 84

3.9 Indikator Pelaksanaan Evaluasi... 85

3.10 Peningkatan Kemampuan menulis Teks Pidato ... 85

3.11 Lembar Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 93

3.12 Klasifikasi Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 97

4.1 Penilaian Mengenai Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 117

4.2 Penilaian Mengenai Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 122

4.3 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas IX B Siklus I ... 126

(19)

4.6 Keseluruhan Penilaian terhadap Semua Indikator Siklus I ... 143

4.7 Penilaian Mengenai Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 167

4.8 Penilaian Mengenai Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 172

4.9 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas IX B Siklus II ... 177

4.10 Penilaian Hasil Menulis Teks Pidato Siswa Kelas IX B Siklus II ... 188

4.11 Data Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Pidato Siswa Kelas IX B 192

4.12 Keseluruhan Penilaian terhadap Semua Indikator Siklus II dari Siklus I ke Siklus II ... 194

4.13 Penilaian Mengenai Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III ... 218

4.14 Penilaian Mengenai Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 222

4.15 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas IX B Siklus III ... 227

4.16 Penilaian Hasil Menulis Teks Pidato Siswa Kelas IX B Siklus III ... 236

4.17 Data Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Pidato Siswa Kelas IX B dari Siklus II ke Siklus III ... 240

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Daftar Nama Siswa Kelas IX B ... 260

Lampiran 2 Silabus CTL ... 261

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 264

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 270

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III ... 276

Lampiran 6 Aktivitas Belajar Siswa Kelas IX B Siklus I ... 282

Lampiran 7 Aktivitas Belajar Siswa Kelas IX B Siklus II ... 283

Lampiran 8 Aktivitas Belajar Siswa Kelas IX B Siklus III ... 284

Lampiran 9 Data Kemampuan Menulis Teks Pidato Kelas IX B Siklus I ... 285

Lampiran 10 Data Kemampuan Menulis Teks Pidato Kelas IX B Siklus II ... 286

Lampiran 11 Data Kemampuan Menulis Teks Pidato Kelas IX B Siklus III ... 287

Lampiran 12 Identitas Kolaborator ... 288

Lampiran 13 Instrumen Penilaian RPP Siklus I ... 289

Lampiran 14 Instrumen Penilaian RPP Siklus II ... 295

(21)

Siklus II ... 316

Lampiran 18 Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 325

Lampiran 19 Identitas Pakar ... 334

Lampiran 20 Instrumen Soal ... 335

Lampiran 21 Validasi Isi dan Nilai Butir Menulis Teks Pidato ... 336

Lampiran 22 Izin Penelitian ... 345

Lampiran 23 Surat Keterangan Penelitian ... 346

Lampiran 24 Hasil Menulis Teks Pidato Siswa Kelas IX B Siklus I ... 347

Lampiran 25 Hasil Menulis Teks Pidato Siswa Kelas IX B Siklus II ... 348

Lampiran 26 Hasil Menulis Teks Pidato Siswa Kelas IX B Siklus III ... 350

(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 3.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis

dan Mc Taggart ... 42 4.1 Grafik Kemampuan Menulis Teks Pidato Kelas IX B dengan

Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Prasiklus

ke Siklus I ... 140 4.2 Grafik Kemampuan Menulis Teks Pidato Kelas IX B dengan

Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Siklus I

ke Siklus II ... 191

4.3 Grafik Kemampuan Menulis Teks Pidato Kelas IX B dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Siklus II

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Indonesia dititikberatkan kepada empat keterampilan yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang memiliki peranan penting dalam kehidupan. Hal ini selaras dengan pernyataan Syafi’e dalam St. Y. Slamet (2008: 169) yang menyatakan bahwa begitu pentingnya keterampilan menulis maka tidak dapat ditunda-tunda lagi bahwa keterampilan menulis harus diajarkan kepada siswa sedini mungkin, dan secara berkesinambungan.

(24)

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir yang dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan tiga kemampuan bahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan.

Mustofa (2000: 6) mengemukakan menulis adalah cara menyampaikan, mengungkapkan perasaan, dan berbagai pengalaman penulis kepada pembaca dengan menggunakan bahasa tulis. Sejalan dengan itu, Reid (1987: 10) mengatakan menulis adalah suatu proses untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan atau pengalaman penulis dengan menggunakan sistem yang konvensional sehingga pembaca memahami pesan yang dikirim.

Dilihat dari segi kemampuan berbahasa, menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan pada unsur bahasa, sedangkan yang kedua menekankan pada unsur gagasan.

(25)

pemakaian gaya bahasa, sehingga dapat memperjelas uraian serta memperhatikan sistematika penulisan teks pidato (Arsjad, 1998: 62).

Di dalam sebuah teks pidato terdapat paragraf yang merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Paragraf akan dinyatakan baik setidaknya mengandung kesatuan dan kepaduan (Akhadiah, 1988: 148). Kesatuan dalam paragraf hanya akan terbentuk jika informasi yang hendak disampaikan tetap pada satu gagasan utama. Selain gagasan utamanya harus tunggal, paragraf yang baik juga tidak terlepas dari kepaduan kalimat. Paragraf akan dinyatakan padu apabila kalimat-kalimat pembentuk saling berhubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya sehingga kalimat tersebut berkaitan satu sama lainnya.

Selain memperhatikan sistematika penulisan teks pidato dan paragraf, penulisan teks pidato juga harus memperhatikan penggunaan ejaan, seperti penggunaan tanda baca, pemenggalan kata, penggunaan huruf kapital, dan lain-lain. Dengan menggunakan ejaan yang benar, teks pidato akan tersusun dengan baik sehingga akan mempermudah penulis atau pembaca memahami isi teks pidato. Oleh karena itu peranan guru sangat menentukan. Guru harus memiliki kemampuan menulis yang baik, di samping juga harus mengajarkannya.

(26)

menjadi sebuah teks pidato, menyusun kesesuaian isi teks pidato dengan tema yang dipilih, menuangkan ide atau gagasan mereka dalam tulisan, kesulitan untuk menyusun kalimat ke dalam paragraf yang runtut dan padu, menyusun kalimat yang efektif, dan menggunakan ejaan yang tepat. Mereka belum dapat menunjukkan performasi dan kompetensi menulis teks pidato secara baik.

Perhatikan contoh fakta yang membuktikan hal tersebut yang dikutip dari cacatan 1 pembelajaran menulis teks pidato pada tanggal 26 Januari 2015 tahap prapenelitian berikut ini

Pelajaran bahasa Indonesia di kelas IX B dimulai hari Senin pada pukul 08.20 s.d. 09.35 WIB. Guru bahasa Indonesia (peneliti) masuk ke kelas dan langsung memulai pelajaran setelah siswa mengucap salam. Guru memulai pelajaran dengan menyampaikan terlebih dahulu kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Kemudian menjelaskan materi tentang menulis teks pidato.

Setelah menjelaskan dan tanya jawab dengan siswa, guru memerintahkan kepada siswa untuk membuat teks pidato dengan memilih tema pidato yang telah disediakan. Para siswa masih kelihatan bingung, ada yang bermalas-malasan bahkan ada beberapa yang mengobrol. Setelah sekitar 80 menit berlalu, bel pun berbunyi. Hanya ada kurang dari 5 orang yang dapat menyelesaikan teks pidato itu pun belum memenuhi standar penulisan teks pidato yang tepat.

(27)

dan penggunaa ejaan yang baik. Dari 30 siswa yang dijadikan objek penelitian hanya ada 2 siswa (6,7 %) siswa yang sudah mampu menulis teks pidato dengan memperhatikan sistematika dan bahasa yang efektif dan memiliki nilai ≥ 75 dengan kategori baik sekali. 3 siswa (10%) memiliki nilai ≥ 65 dan ≤ 75 dengan kategori baik, 5 siswa (16,7%) memiliki nilai ≥ 56 dan < 65 dengan kategori cukup , 8 siswa (26,7%) memiliki nilai ≥ 41 dan < 56 dengan kategori kurang , dan 12 siswa (40%) memiliki nilai < 41 dengan kategori gagal. Secara kuantitatif, nilai kompetensi menulis teks pidato siswa kelas IX B masih menunjukkan rata-kurang dari 75 di bawah nilai KKM.

Selain alasan di atas, dasar peneliti memilih kelas IX B sebagai objek penelitian karena peneliti mengajar di kelas tersebut. Peneliti memahami benar kemampuan siswa-siswi kelas IX B khusus kompetensi dasar menulis teks pidato. Dan Jika dibandingkan dengan kelas yang lain, memang kemampuan kelas IX B khusus untuk kompetensi dasar menulis teks pidato masih rendah.

(28)

Selain faktor- faktor penyebab di atas, ternyata guru pun belum mampu menyajikan materi menulis yang menarik, inspiratif, dan kreatif. Pembelajaran yang diterapkan pun masih menggunakan pendekatan konvensional yang masih mengacu pada metode ceramah dan teknik penugasan. Padahal teknik pengajaran yang dipilih dan dipraktikkan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.

Pembelajaran yang diciptakan guru harus memperlihatkan adanya hubungan timbal balik antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa lainnya, dan siswa dengan sumber belajar yang ada di lingkungan belajar, baik di mana pun dan kapan pun, sehingga proses pembelajaran yang diinginkan tercapai. Guru harus dapat menjalankan fungsi dan perannya sebagai fasilitator, motivator, maupun sebagai pengelola pembelajaran.

Salah satu cara untuk mengatasi kekurangberhasilan pembelajaran menurut peneliti adalah dengan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Melalui penelitian tindakan kelas guru dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di dalam kelas dan bagaimana cara mengatasai masalah-masalah tersebut. Guru dapat memperbaiki proses pembelajarannya di kelas secara sadar dan terencana, dapat meningkatkan kualitas pelayanan mengajar dengan baik sehingga kinerja guru dan prestasi peserta didik akan meningkat pula.

(29)

secara reflektif, kolaboratif, dan partisipatif berdasarkan situasi ilmiah yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu diterapkan suatu pendekatan pembelajaran. Menurut peneliti pendekatan yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah pendekatan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata yang dibawa ke dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Pembelajaran ini juga menekankan pada peserta didik untuk mengembangkan daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan memecahkan masalah-masalah tertentu secara individu maupun kelompok. Hal ini sangatlah sesuai dengan pembelajaran menulis teks pidato yang harus mengungkapkan sesuatu hal dengan jelas.

Hal ini selaras dengan pernyataan Martinis Yamin (2008: 152) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu para peserta didik memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari; seperti membuat hubungan yang bermakna (making meaningful connections), melakukan pekerjaan yang berarti (doing significant), melakukan

(30)

Maulana (2012: 19) pun mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah sebuah konsep pembelajaran di mana seorang guru menghadirkan situasi yang nyata di dalam kelas serta melibatkan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari. Konsep ini bertujuan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bekal siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan pembelajaran kontekstual dalam kelas cukup mudah untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kompetensi dasar menulis teks pidato.

Banyak peneliti yang sudah melakukan penelitian tindakan kelas melalui pendekatan pembelajaran kontekstual. Penelitian ini pun mempertimbangkan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan kemampuan menulis dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Penelitian yang dilakukan Ari Sutrisno dari Universitas Sebelas Maret berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskriptif Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV A SDN Dukuhan Kerten

Tahun Pelajaran 2009/2010.” Peneliti menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa salah satunya menulis deskriptif.

(31)

Penelitian Izzul Hasanah yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskripsi dengan Teknik Objek Langsung melalui Pendekatan Kontekstual. Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas XI IPS-2 SMA Negeri 1 Jekulo Kabupaten Kudus Tahun 2006/2007.” Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dari keseluruhan putaran/siklus yang telah dilakukan mampu meningkatkan keterampilan menulis paragraf deskripsi melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas XI IPS-2 SMA Negeri 1 Jekulo. Pada siklus I rata-rata perolehan nilai 74,5. Pada siklus II rata-rata-rata-rata perolehan nilai siswa meningkat menjadi 82,1.

Penelitian lain yang juga mengangkat permasalahan yang hampir sama adalah Choirul Saleh (2012) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Al Kautsar Bandarlampung.” Hasil penelitiannya menyatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual guru dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan kegiatan menulis siswa di kelas. Siswa yang semula merasakan kesulitan dalam kegiatan pembelajaran menulis menjadi lebih bersemangat, aktif, dan dapat berpikir kritis setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.

(32)

penelitian-penelitian sebelumnya. Dengan perkataan lain, rumusan penelitian ini tidak bisa dijawab oleh penelitian-penelitian sebelumnya.

1.2Identifikasi Masalah

Pembelajaran menulis bagi para siswa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan. Seperti yang diungkapkan dalam latar belakang masalah, kenyataan dalam dunia pendidikan maupun di luar dunia pendidikan, kemampuan menulis masih memiliki masalah yang belum terselesaikan. Masalah yang sama juga terjadi di SMP Al Kautsar Bandarlampung. Adapun masalah-masalah menulis teks pidato yang belum terpecahkan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Siswa masih kebingungan untuk menuangkan ide atau gagasannya.

2. Siswa belum dapat menunjukkan performasi dan kompetensi menulis teks pidato secara baik.

3. Siswa belum dapat menyusun teks pidato sesuai dengan sistematika dan bahasa yang efektif.

4. Hasil karangan siswa secara kualitatif masih menunjukkan kekurangan dalam ejaan, ketepatan penggunaan kata dan kalimat, menyusun paragraf yang runtut dan padu.

5. Guru bahasa Indonesia belum menerapkan pendekatan kontekstual.

(33)

1.3Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti, pengetahuan, kemampuan, waktu, biaya, dan

tenaga maka masalah penelitian ini dibatasi pada

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan pendekatan

pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran bahasa Indonesia

kompetensi dasar menulis teks pidato di kelas IX B SMP Al Kautsar

Bandarlampung.

2. pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran

kontekstual pada mata pelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar

menulis teks pidato di kelas IX B SMP Al Kautsar Bandarlampung.

3. sistem penilaian pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran

kontekstual pada mata pelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar

menulis teks pidato di kelas IX B SMP Al Kautsar

Bandarlampung.Bandarlampung.

4. peningkatan kemampuan menulis teks pidato pada pelajaran bahasa

Indonesia kelas IX B SMP Al Kautsar Bandarlampung dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka masalah yang

akan diteliti sebagai berikut.

1. Bagaimanakah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan

(34)

Indonesia kompetensi dasar menulis teks pidato di kelas IX B SMP Al

Kautsar Bandarlampung yang efektif dan efisien?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan

pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran bahasa Indonesia

kompetensi dasar menulis teks pidato di kelas IX B SMP Al Kautsar

Bandarlampung yang efektif dan efisien?

3. Bagaimanakah sistem penilaian pembelajaran menggunakan pendekatan

pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran bahasa Indonesia

kompetensi dasar menulis teks pidato di kelas IX B SMP Al Kautsar

Bandarlampung yang efektif dan efisien?

4. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis teks pidato pada

pelajaran bahasa Indonesia kelas IX B SMP Al Kautsar Bandarlampung

dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan pendekatan

pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran bahasa Indonesia

kompetensi dasar menulis teks pidato di kelas IX B SMP Al Kautsar

Bandarlampung yang efektif dan efisien.

2. pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran

kontekstual pada mata pelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar

menulis teks pidato di kelas IX B SMP Al Kautsar Bandarlampung yang

(35)

3. sistem penilaian pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran

kontekstual pada mata pelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar

menulis teks pidato di kelas IX B SMP Al Kautsar Bandarlampung yang

efektif dan efisien.

4. kemampuan menulis teks pidato pada pelajaran bahasa Indonesia kelas

IX B SMP Al Kuatsar Bandarlampung dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran kontekstual.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat teoretis dan praktis.

1.6.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan

1. memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan dan penerapan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2. bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang pembelajaran

kontekstual.

1.6.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi manfaat

1. bagi siswa, pembelajaran menulis teks pidato melalui pendekatan

contextual teaching and learning (CTL) bermanfaat untuk meningkatkan

kemampuan siswa menyampaikan ide-ide, pengetahuan, dan pengalaman

(36)

2. bagi guru, dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas

mengajar, mendorong guru untuk selalu kreatif dan inovatif dalam

merancang strategi pembelajaran, dan meningkatkan profesionalisme.

3. bagi sekolah, dapat menjadi masukan dalam upaya peningkatan perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kemampuan menulis teks

(37)

II. LANDASAN TEORI

Bagian ini akan menjabarkan konsep-konsep yang berkenaan dengan penelitian

yaitu teori belajar dan pembelajaran, tinjauan tentang kemampuan menulis teks

pidato, dan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan di mana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Belajar dapat dipahami sebagai usaha atau berlatih untuk mendapat suatu

kepandaian. Sedangkan Slamet (2010: 2) mengemukakan bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

(38)

(2010: 14) berpendapat belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian

tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Belajar akan menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati sedang

perilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan. Skinner dalam Herpratiwi

(2009: 10) menyebut teori ini sebagai operant conditioning, dikarenakan

memiliki komponen rangsangan atau stimulus, respon dan konsekuensi. Stimulus

bertindak sebagai pemancing respon sedangkan konsekuensi dapat bersifat positif

atau negatif namun keduanya saling memperkuat.

Selain itu Skinner dalam Herpratiwi (2009: 11) merumuskan beberapa prinsip

belajar sebagai berikut.

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa, jika salah dibetulkan

dan jika benar diberi penguatan.

2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

3. Materi pelajaran digunakan sistem modul.

4. Pembelajaran lebih mementingkan aktivitas mandiri.

5. Pembelajaran menggunakan shapping.

(39)

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 14)

pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram desain intruksional, untuk

membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber

belajar.

Maulana (2012: 1) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi

antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Proses pembelajaran di sekolah mencakup interaksi antara guru dan siswa yang

saling bertukar informasi pengetahuan.

Pendapat lain, mengatakan bahwa pembelajaran sebagai ͆suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik͇(Darsono, 2002: 24-25).

Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.

(40)

proses komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan media.

Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru dan siswa.

2.1.1 Teori Belajar Kontruktivistik

Teori belajar kontruktivistik menyatakan bahwa peserta didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Slavin dalam Nur, 2002: 8).

(41)

peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Nur, 2002: 8).

2.1.2 Teori Belajar Ausubel

Teori belajar Ausubel mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya (Dahar, 1988: 142).

Menurut Ausubel ada dua jenis belajar,

1. Belajar bermakna (meaningful learning) 2. Belajar menghafal (rote learning)

(42)

dengan struktur kognitifnya, maka terjadilah belajar dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya, yang akan terjadi pada siswa tersebut adalah belajar bermakna.

Dikatakan lebih lanjut oleh Ausubel (Dahar, 1989: 141) ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu: (a) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, (b) Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip, (c) Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi.

2.1.3 Teori Belajar Sosial Vygotsky

Vygotsky berpendapat bahwa peserta didik membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan peserta didik sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus-respon, faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran, logis, dan pengambilan keputusan. (Trianto, 2010: 38-39)

Teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Vygotsky berpendapat bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah

(43)

tinggi pada umumnya muncul dari percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut (Trianto, 2010: 39).

2.1.4 Teori Belajar Robert Gagne

Hasil pembelajaran manusia pada dasarnya bersifat kumulatif, yang berarti bahwa hasil pembelajaran yang dicapai individu adalah kumpulan keseluruhan hasil-hasil pembelajaran yang sebelumnya. Gagne berpendapat bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Dalam memperoleh informasi itu terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi eksternal.

Kondisi internal adalah kondisi di dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran, dan proses kognitif yang terjadi dari dalam individu selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan kondisi eksternal adalah berbagai rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran interaksi antara kondisi internal dan kondisi eksternal menghasilkan hasil pembelajaran.

(44)

1. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.

2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran dan topik-topik yang akan dibahas.

3. Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran.

4. Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik yang telah diterapkan.

5. Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran. 6. Memberikan peneguhan kepada perilaku pembelajaran siswa.

7. Memberikan umpan balik terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa. 8. Melakukan penilaian proses dan hasil pembelajaran.

9. Memberikan kesempatan siswa untuk mengingat dan menggunakan hasil pembelajaran.

2.1.5 Teori Belajar John Dewey

John Dewey memberikan pemikiran bahwa pendidikan harus mempunyai perubahan orientasi, yaitu pendidikan gaya baru yang menekankan kebebasan pelajar. Alasan tersebut didasarkan pada pandangan bahwa pendidikan gaya lama yang lebih memaksakan pengetahuan dan jauh dari nilai penunjukan bagi pengalaman pribadi. Anggapan terhadap ketidakpastian itu terdapat suatu kerangka acuan yang tetap, yaitu hubungan organis antara pendidikan dan pengalaman pribadi, atau bahwa filsafat baru mengenai pendidikan itu mengikatkan dirinya pada sejenis filsafat empiris dan eksperimental.

(45)

kedua adalah pengaruhnya atas berbagai pengalaman. Uraian terakhir merupakan prinsip yang melandasi mengapa pendidikan berkaitan dengan pengalaman, dan di sisi lain memberikan inspirasi bagi guru untuk menata beberapa jenis pengalaman dengan terus merangsang kegiatannya. Sehingga pendidikan yang didasarkan atas pengalaman lebih memilih jenis pengalaman sekarang yang berpengaruh secara kreatif dan produktif dalam seluruh pengalaman berikutnya.

2.2 Tinjauan tentang Kemampuan Menulis Teks Pidato 2.2.1 Pengertian Kemampuan

Kata „kemampuan‟ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan (2001 : 707). Definisi kemampuan yang

lain adalah penampilan maksimun (maximum performance) yang dilakukan

seseorang dalam beberapa pekerjaan. Apabila penampilan maksimal tersebut

diukur, orang tersebut ada kecenderungan untuk melakukan pekerjaan itu

sebaik-baiknya dengan harapan akan mencapai hasil yang paling besar (Cronbach, 1984:

29).

Ilmuwan lain mengemukakan bahwa kemampuan itu adalah kesanggupan

seseorang untuk melakukan sesuatu atau menjalankan tugas kewajiban secara fisik

maupun intelektual. Pada dasarnya manusia ditakdirkan berbeda baik dalam

kemampuan fisik maupun psikis (Robin, 1992: 85-86).

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan hakikatnya merupakan

kesanggupan individu untuk melakukan suatu kegiatan secara maksimum agar

(46)

seseorang ini belum tentu dapat ditampilkan secara maksimum pada setiap

melakukan kegiatan. Banyak faktor yang mempengaruhi penampilan kemampuan

tersebut, di antaranya bagaimana orang tersebut menyikapi objek kegiatan

tersebut.

2.2.2 Pengertian Menulis

Istilah “menulis” sering disebut “mengarang” “ekspresi tulis atau “komposisi”

pada dasarnya semua istilah tersebut memiliki pengertian yang sama. Menurut Yasir Burhan (1971: 14) menulis diartikan sebagai kemampuan memahami isi hati sendiri dan mengeluarkan secara tertulis. Sedangkan menurut Suparno (2004: 13) menulis dapat didefinisikan dengan kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media atau alat.

(47)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan seseorang dalam mengorganisasikan ide/pesan secara tertulis berupa lambang grafis yang dapat dibaca sehingga orang lain dapat memahami isinya. Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan yang sangat penting dan keterampilan menulis tidak dapat datang dengan sendiri, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak secara teratur dan berkesinambungan. Keterampilan menulis juga sangat penting untuk dunia pendidikan, karena dapat mempermudah pelajar berpikir kritis, memudahkan memecahkan masalah dan kejadian-kejadian di sekolah.

2.2.3 Tujuan Menulis

Kemampuan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis itu merupakan kemampuan yang menghasilkan; dalam hal ini menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, dengan menggunakan bahasa yang efektif.

(48)

1. Tujuan Penugasan (Assignment Purpose)

Penulis tidak mempunyai tujuan untuk apa dia menulis. Penulis hanya menulis tanpa mengetahui tujuannya, melainkan karena tugas yang diberikan kepadanya bukan karena keinginannya sendiri.

2. Tujuan Altruistik ( Altruistik Purpose)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memhami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. 3. Tujuan Persuasif (Persuasive Purpose)

Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar para pembaca yakin akan kebenaran gagasan/ide yang dituangkan maupun yang diutarakan oleh penulis.

4. Tujuan Informasional (Informational Purpose)

Penulis menuangkan ide/gagasan dengan tujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca.

5. Tujuan Pernyataan Diri (Self Expressive Purpose)

Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya sendiri kepada para pembaca.

6. Tujuan kreatif (Creative Purpose)

(49)

7. Tujuan Pemecahan Masalah (Problem Solving Purpose)

Penulis berusaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Dengan tulisannya, penulis berusaha memberi kejelasan kepada para pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menentukan tujuan dalam menulis, maka penulis akan dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dalam proses penulisannya.

2.2.4 Menulis Teks Pidato

Sebelum menulis teks pidato, sebaiknya dipahami terlebih dahulu konsep tentang menulis teks pidato. Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang (Surayin, 2010: 547). Pakar lain menyatakan teks adalah ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, dan pragmatiknya merupakan satu kesatuan (Zulfahnur, dkk., 1996: 6). Sejalan dengan kedua pendapat di atas Depdiknas mendefinisikan teks sebagai naskah yang berupa (1) kata-kata asli dari pengarang, (2) kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, (3) bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, pidato, dan sebagainya (Depdiknas, 2003: 59). Dengan demikian teks adalah naskah atau uraian tertulis yang berupa kata-kata asli dari pengarang.

(50)

informasi, atau gagasan dari pembicaraan kepada khalayak ramai. Pidato adalah (1) pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang lain, (2) wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak (Depdiknas, 2003: 871).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pidato adalah penyampaian dan penanaman pemikiran, informasi, atau gagasan dari pembicaraan kepada khalayak ramai.

2.2.5 Teknik Menyusun Teks Pidato

Untuk dapat menulis teks pidato secara efektif harus memiliki teknik menyusun atau menulis teks pidato. Penyusunan teks pidato dituntut memiliki kosakata yang banyak dan terampil menulis naskah. Untuk itu perlu beberapa persiapan. Seperti yang dikemukakan Djago Tarigan (1997: 8,25) sebagai berikut

a. Mengumpulkan Bahan

(51)

b. Membuat Kerangka Teks Pidato

Kerangka dasar dapat dibuat sebelum mencari bahan-bahan, yaitu dengan menentukan pokok-pokok yang akan dibicarakan, sedangkan kerangka yang terperinci baru dapat dibuat setelah bahan-bahan selesai dikumpulkan. Kerangka karangan sangat penting dipersiapkan sebelum kegiatan menulis dilakukan agar ide/pokok gagasan yang akan disampaikan dapat tersusun secara runtut.

c. Menguraikan Isi

Dengan menggunakan kerangka yang telah dibuat , maka teks pidato dapat segera ditulis atau dikembangkan. Menurut Tarigan dkk (2004: 78), menjelaskan teks pidato biasanya dibuat dengan susunan sebagai berikut 1) Pendahuluan

2) Isi Pokok 3) Kesimpulan 4) Harapan 5) Penutup

2.2.6 Sistematika Teks Pidato

Sistematika dalam penulisan teks pidato dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut

2.2.6.1 Pendahuluan

(52)

ingin dibahas dan sebagai upaya untuk menyiapkan mental audience (Bahar, 2010: 22).

Pendahuluan dibagi menjadi dua bagian yaitu salam pembuka dan menyampaikan pendahuluan.

1. Mengucap salam pembuka dan menyapa hadirin. Salam pembuka untuk mengawali pidato bertujuan untuk menyapa hadirin. Salam pembuka disesuaikan dengan waktu dan situasi pendengar.

Contoh: Assalamualaikum Wr.Wb.

Yang terhormat Bapak/Ibu guru SMP Al Kautsar Bandarlampung. Yang saya hormati Staf Tata Usaha dan Anak-anakku yang Saya banggakan.

2. Menyampaikan pendahuluan yang biasanya dilahirkan dalam bentuk ucapan rasa syukur, memperkenalkan diri, menyampaikan judul atau tema pidato, dan tujuan menyampaikan pidato.

Contoh: Marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat berkumpul dalam keadaan sehat wal afiat.

Sholawat serta salam tidak lupa kita sanjung agungkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di yaumil akhir kelak.

Perkenalkan nama saya…… pada kesempatan kali saya akan menyampaikan pidato yang berjudul pergaulan remaja. Adapun maksud dan tujuan saya menyampaikan pidato ini untuk

mengajak teman-teman selalu dapat bertindak hati-hati dan cermat dalam menjalankan masa remaja, agar tidak salah jalan.

2.2.6.2 Isi

(53)

gagasan yang disampaikan. Berikut ditampilkan sebuah contoh isi pidato yang baik.

Contoh: Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dalam rentang waktu 12 sampai 21 tahun. Sedangkan kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang dari aturan norma yang dilakukan oleh remaja. Biasanya, perilaku ini terjadi karena remaja tersebut belum mempunyai jati diri dan ingin dianggap dewasa sehingga menarik perhatian orang lain.

Faktor utama terjadinya kenakalan remaja ada 2, yaitu keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar. Seperti yang kita ketahui, keluarga merupakan tempat pembentukan karakter, kepribadian, serta sikap seorang anak. Jika suatu keluarga saling memahami satu sama lain, menghormati satu sama lain, rukun maka besar kemungkinan anak tersebut tumbuh menjadi anak yang sopan, menghormati orang lain, begitu pula sebaliknya. Tak jarang pula kita temukan anak-anak nakal yang berasal dari keluarga yang berantakan, kurangnya perhatian dari orang tua karena terlalu sibuk bekerja atau lebih menyerahkan anak pada pengasuh. Akibatnya, anak tersebut mencari perhatian dengan melakukan kenakalan remaja.

2.2.6.3 Penutup

Penutup dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: kesimpulan, saran/ajakan, kalimat penutup dan salam penutup.

1. Menyampaikan kesimpulan dari isi pidato.

Pembicara atau penulis perlu menyampaikan kesimpulan dari isi pidato tersebut agar pembaca atau pendengar tidak kesulitan menentukan inti dari pidato tersebut.

Contoh: Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa masa remaja merupakan masa yang sangat mudah atau rentan untuk

terpengaruh oleh hal-hal yang kurang baik. Untuk itu sebagai generasi muda kita harus dapat memilih lingkungan tempat bergaul dengan tepat.

(54)

Saran/ajakan untuk melaksanakan isi pidato perlu disampaikan agar pendengar atau pembaca tergugah hatinya untuk melaksanakan isi pidato tersebut. Hal ini juga untuk menegaskan kembali betapa penting informasi yang disampaikan.

Contoh: Saya pada kesempatan ini mengajak teman-teman untuk selalu berhati-hati dalam memilih teman dan lingkungan bergaul agar kira tidak terjerumus pada pergaulan remaja yang salah. Kita harus memperkuat keimanan kita karena keimanan merupakan sarana yang paling tepat untuk menghindari godaan dan cobaan dari luar.

3. Menyampaikan kalimat penutup

Kalimat penutup dimaksudkan untuk menutup pembicaraan yang disampaikan kepada pendengar.

Contoh: Demikian pidato yang saya sampaikan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

4. Menyampaikan salam penutup

Salam penutup merupakan salam untuk mengakhiri pidato. Di dalam menyampaikan salam penutup harus disesuaikan dengan salam pembuka, waktu, dan keadaan.

Contoh: Wassalamualaikum Wr.Wb.

2.2.7 Tahap-tahap Menyusun Teks Pidato

Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam menyusun teks pidato (Tarigan dkk, 2004: 36-37)

(55)

2) Menyusun ide pokok menurut tahap-tahap urutan alur dasar pidato dengan memperhatikan kebutuhan, kepuasan, dan lain-lain.

3) Memasukkan dan menyusun submateri yang berhubungan di setiap ide pokok.

4) Mengisi materi pendukung yang memperkuat atau membuktikan ide. 5) Memeriksa draf kasar, untuk meyakinkan bahwa subjek telah cukup

terekam dan mencerminkan tujuan khusus pidato.

Pendapat pakar lain mengemukakan bahwa menulis teks pidato hakikatnya sama

dengan mengarang. Kualitas karangan dapat dilihat berdasarkan unsur-unsur

yang membangun sebuah karangan. Oleh karena itu, kualitas teks pidato dapat

dilihat berdasarkan unsur-unsur pembangun sebuah karangan. Unsur-unsur

tersebut antara lain: isi karangan, keruntutan, penggunaan bahasa, penggunaan

kosakata, dan ejaan.

1. Isi Karangan

Isi karangan merupakan gagasan yang mendasari keseluruhan karangan.

Gagasan yang baik didukung oleh beberapa hal berikut.

a. Penulisan gagasan, yaitu kepaduan hubungan antarparagraf.

b. Kesesuaian isi dengan tujuan penulisan.

c. Kemampuan mengembangkan topik. Pengembangan topik yang baik

(56)

2. Keruntutan

Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang berkaitan erat satu sama

lainnya. Oleh karena itu persyaratan pembentukan paragraf adalah

kesatuan dan kepaduan.

a. Kesatuan

Setiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok. Fungsi

paragraf adalah mengembangkan topik tersebut. Oleh karena itu,

dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama

sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut.

Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam

paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau sesuai dengan topik.

b. Kepaduan

Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf ialah kohensi atau

kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan kalimat yang

berdiri sendiri tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai

hubungan timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan

mengikuti jalan pikiran menulis tanpa hambatan karena tidak adanya

loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur,

akan memperlihatkan adanya kepaduan, kepaduan dititikberatkan pada

hubungan antara kalimat dengan kalimat.

3. Penggunaan Bahasa

Penggunaan bahasa yang dimaksud di sini adalah istilah pemilihan kata.

Pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata yang dapat

(57)

penting agar sebuah kalimat efektif dan tidak menimbulkan maksud yang

salah dan membingungkan pembaca.

4. Penggunaan Kosakata

Penggunaan kosakata juga sangat penting dalam menyusun sebuah

karangan atau tulisan. Penggunaan kosakata yang tidak tepat dapat

menyebabkan ketidakefektifan bahasa yang digunakan, juga dapat

mengganggu kejelasan informasi yang disampaikan. Hal dikenal dengan

istilah pilihan kata. Pilihan kata adalah diksi yang tepat atau sewajarnya

dalam hubungan kalimat (Arifin, 1996: 57).

Dalam aktivitas menulis, diksi atau pilihan kata merupakan unsur yang

sangat penting, sebab persoalan diksi tidak hanya menyangkut pilihan

kata secara tepat, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa dan

ungkapan.

5. Penggunaan Ejaan

Ejaan adalah ketentuan yang mengatur penulisan huruf menjadi satuan

yang lebih besar berikut penggunaan tanda baca. Ejaan adalah aturan

menulis kata-kata dengan huruf menurut ilmu bahasa (Tarigan, 1986: 2).

Sejalan dengan pendapat di atas, Suryaman (1984: 6) menyatakan ejaan

adalah keseluruhan peraturan dalam melambangkan bunyi-bunyi ujaran,

menempatkan tanda baca, memotong suku kata, dan menghubungkan

kata. Dalam penelitian ini penggunaan ejaan yang diteliti mencakup

(58)

2.3 Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) 2.3.1 Pengertian Pendekatan

Pendekatan dalam pengertian ini adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian

untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk

mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Pendekatan adalah seperangkat

asumsi korelatif yang menangani hakikat pengajaran dan pembelajaran bahasa

(Depdiknas, 2004: 70).

Pendekatan adalah konsep dasar yang melingkupi metode dengan cakupan teoretis

tertentu. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode.

Pendekatan dan metode diperlukan atau digarap pada tataran desain, tataran

tempat, menentukan tujuan, silabus, dan isi, serta merupakan wadah tempat

menetapkan peranan-peranan para guru, para pembelajar, dan bahan

pembelajaran.

Dalam proses belajar mengajar diharapkan siswa dapat memahami suatu konsep

pengetahuan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai

pemahaman hingga dapat menerapkan ini diperlukan adanya pendekatan belajar

mengajar. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri

pendekatan dalam proses belajar mengajar pun selalu berkembang. Siswa belajar

tidak hanya mengembangkan kemampuan mental (intelektual), tetapi sekaligus

juga mengembangkan faktor kejiwaan yang lain. Pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi menyebabkan orang-orang terus mencari pola

pendekatan belajar yang paling sesuai, yang dapat memenuhi tuntutan siswa

(59)

2.3.2 Hakikat Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pada saat ini berkembang pemikiran di kalangan para ahli pendidikan, bahwa

anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar

akan bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya. Jadi anak tidak

hanya mengetahui saja. Pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara

pelajaran dengan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah salah satu strategi pembelajaran

yang dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual

Teaching and Learning. Pendekatan kontekstual (CTL) adalah konsep belajar

yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,

dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran afektif, yaitu

konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan,

refleksi, dan penilaian yang sebenarnya (Nurhadi, 2002: 5)

Johnson (dalam Nurhadi, 2002: 12) merumuskan pengertian CTL sebagai suatu

proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melibatkan makna dalam

bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan

konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya,

sosialnya, dan budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem CTL akan

menuntun siswa ke semua komponen utama CTL, yaitu melakukan hubungan

(60)

sendiri, bekerjasama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara atau merawat

pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian

sebenarnya.

John Dewey (1916), diikuti oleh Kazt (1918), Howey dan Zipher (1989)

mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang

membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan

pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan

terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait

dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan

terjadi di sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang

tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data,

memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual

merupakan suatu konsep belajar yang membantu siswa untuk dapat

menghubungkan atau mengkorelasikan antara ilmu pengetahuan dengan dunia

nyata, dan memotivasi siswa untuk mengaitkan antara ilmu yang telah diperoleh

dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dalam perannya sebagai anggota

keluarga masyarakat, di mana proses belajar itu diperlukan, dengan cara

(61)

2.3.3 Strategi dan Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)

Strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan guru secara kontekstual adalah

sebagai berikut.

Pertama, pembelajaran menekankan pembelajaran berbasis masalah, Dalam

kegiatan ini siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi dan mencatat

permasalahan-permasalahan yang muncul di lingkungan mereka. Di sini guru

merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah.

Kedua, pembelajaran sebaiknya dilaksanakan di berbagai situasi. Guru

memberikan tugas yang dapat dilakukan di berbagai konteks situasi atau

lingkungan siswa untuk belajar di luar kelas.

Ketiga, mengarahkan kepada siswa untuk memonitor aktivitas belajar mereka

sendiri sehingga mereka akan menjadi pebelajar yang mandiri. Siswa diarahkan

untuk mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit dan

bahkan tanpa bantuan guru.

Keempat, motivasi siswa untuk belajar dari siswa lain dengan cara belajar

bersama-sama atau belajar kelompok. Aktivitas belajar secara kelompok

memperluas perspektif serta membangun percakapan interpersonal untuk

berhubungan dengan orang lain. Guru dapat membentuk kelompok dengan

anggota bervariasi sesuai dengan tingkat kesulitan tugas.

Kelima, membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat. Sekolah

(62)

memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan

memberikan pengalaman belajar secara langsung.

Keenam, merupakan penilaian autentik. Dalam pembelajaran kontekstual,

penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik

dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Di

samping strategi pembelajaran, perlu diketahui juga karakteristik pembelajaran

berbasis CTL, yaitu (1) kerja sama saaling menunjang, (2) menyenangkan tidak

membosankan, (3) belajar dengan gairah, (4) pembelajaran terintegrasi, (5)

menggunakan berbagai sumber, (6) siswa aktif, (7) sharing dengan teman, (8)

siswa kritis guru kreatif, (9) laporan pada orang tua bukan hanya rapor melainkan

hasil karya siswa (Depdiknas, 2003: 49).

Hasil yang diharapkan dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual antara

lain (1) siswa belajar melalui mengalami, bukan menghafal, (2) siswa mampu

mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka seendiri, (3) siswa memecahkan

masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan

ide-ide, (4) siswa menjadi aktif, kritis, dan kreatif, (5) kelas menjadi produktif,

menyenangkan, dan tidak membosankan, (6) dinding kelas dan lorong-lorong

sekolah penuh dengan hasil karya siswa, peta, gambar, artikel, puisi, komentar,

foto tokoh, diagram-diagram, (7) siswa selalu dikepung informasi. Kelas CTL

Gambar

Gambar 3. 1: Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc
Tabel 3.2 Indikator Keberhasilan Penelitian
Tabel 3.4  Lembar Penilaian  Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 3.5 Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum Tingkat                    Satuan Pendidikan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meraih gelar sarjana S1, Dianing menulis skripsi dengan judul Gaya Hidup Posmodern Tokoh- Tokoh Dalam Novel Mata Matahari Karya Ana Maryam Sebuah Tinjauan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional kepala madrasah dan profesionalisme guru baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama

Kontrak/surat perjanjian/SPMK/referensi kerja dan pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis sesuai LDK, Berita Acara Serah Terima Pekerjaan serta bukti setor pajak PPN

Adakah pengaruh prestasi belajar praktek las terhadap minat berwirausaha di bidang Pengelasan Siswa Kelas II bidang keahlian Konstruksi Badan Pesawat Udara SMK

Apa yang dilakukan oleh LKPP adalah hal yang sangat penting, tetapi tidak mungkin menyerahkan beban besar kepada LKPP untuk mengatasi persoalan korupsi dalam pengadaan barang dan

Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ada adalah: (1) Pengukuran kesehatan finansial berdasarkan Z-Score (2) melakukan uji korelasi antara

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, serta isu terkini mengenai perkuliahan pada mahasiswa PGSD yang harus dilakukan secara terpadu, maka perlu

Dikarenakan rangkaian untuk memicu thyristor berupa komponen RC maka sinyal yang masuk pada kaki gerbang thyristor berupa sinyal gigi gergaji (yang berada pada