• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA

Oleh

AYU FEBRIYANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pringsewu semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam enam kelas. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik purposive random sampling dan terpilih siswa kelas VIII.1 sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan one group pretest posttest design.Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah tidak efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

(2)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA

Oleh Ayu Febriyanti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA

(Skripsi)

Oleh Ayu Febriyanti

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DATAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka... 7

1. Efektivitas Pembelajaran... 7

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 9

3. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 14

B. Penelitian yang Relevan ... 16

C. Kerangka Pikir ... 17

D. Anggapan Dasar ... 19

E. Hipotesis Penelitian ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 21

(5)

C. Langkah-Langkah Penelitian ... 22

D. Data Penelitian ... 23

E. Teknik Pengumpulan Data ... 23

F. Instrumen Penelitian ... 24

G. Analisi Data ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 38

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 41

B. Saran... 41 DAFTAR PUSTAKA

(6)

v DAFTAR LAMPIRAN

Halaman A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Silabus Pembelajaran ... 47

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 52

A.3 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ... 87

B. INSTRUMEN PENILAIAN B.1 Kisi-kisi Penilaian Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 121

B.2 Soal Kemampuan Komunikasi Matematis... 126

B.3 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 130

B.4 Form Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis... 140

C. ANALISIS DATA C.1 Analisis Relaibilitas Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 145

C.2 Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal ... 149

C.3 Data Kemampuan Komunikasi Matematis ... 151

C.4 Uji Normalitas Kemampuan Awal Komunikasi Matematis ... 153

C.5 Uji Normalitas Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis ... 157

C.6 Uji Homogenitas Kemampuan Komunikasi Matematis ... 161

C.7 Uji Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 163

C.8 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Kemampuan Komunikasi Matematis... 164

(7)

vi D. LAMPIRAN D

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Guru yang Mengajar Kelas VIII ... 21

Tabel 3.2 Desain Penelitian... 22

Tabel 3.3 Rubrik Penskoran Tes Komunikasi Matematis ... 25

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Koefisisen Reliabilitas ... 26

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 27

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 28

Tabel 3.7 Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematis Siswa... 29

Tabel 3.8 Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis Siswa... 29

Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal dan Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis... 31

Tabel 4.1 Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 35

Tabel 4.2 Hasil Uji Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 36

Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Uji-t Berpasangan) Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 37

(9)
(10)
(11)
(12)

MOTO

Selama kita mau bergerak dan berusaha pasti ada

(13)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil alamin

Dengan hati yang ikhlas dan rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

segala rahmat dan karunia-Nya, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan

cinta kasihku kepada:

Ibunda Siti Jaroh dan AyahandaMuchlasin(Alm) dan yang selalu berusaha

memberikan yang terbaik, mencurahkan kasih sayang, perhatian, kerja keras tanpa

mengenal lelah, serta doa yang tulus yang selalu mengiringi keberhasilanku.

Seluruh Kakakku yang selalu memberikan kasih sayang, nasehat, motivasi, kritik dan

saran yang membangun, serta kerja kerasnya demi keberhasilanku.

Para pendidik yang dengan tulus dan sabar dalam mendidik dan memberikan ilmunya

Sahabat-sahabat seperjuangan

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung pada 18 Februari 1993. Penulis adalah anak bungsu pasangan Bapak Muchlasin (Alm) dan Ibu Siti Jaroh.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Pajaresuk, Kecamatan Pringsewu pada tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2008, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2011 dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika.

(15)

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Komuniaksi Matemastis Siswa.”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tuaku dan kakak-kakakku tercinta yang selalu memberikan cinta,

kasih, semangat, doa, serta kerja keras yang tak kenal lelah demi keberhasilan-ku.

2. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan ilmunya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

3. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan ilmunya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Pembahas dan Ketua Program

(16)

5. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di program studi pendidikan matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung, beserta staf dan jajarannya.

8. Bapak Dwi Purwanto, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Pringsewu yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

9. Ibu Ferinita, S.Pd., selaku guru mitra di SMP Negeri 1 Pringsewu yang telah memberikan kesempatan, semangat, dan motivasi selama penelitian.

10. Keluarga besarku yang telah memberikan doa, motivasi, dan dukungan.

11. Sahabat-sahabatku di Pendidikan Matematika angkatan 2011: Vina, Ayu Tam, Fuji, Enggar, Laili, Ria, Dewi, Titi, Rosa, Ipeh, Dedes, Fitri, Emi, Ade, Eni, Dian, Desy, Indah, Winda, Siti, Sela, Yola, Rizka, Selvy, Ayu Anindra, Ayu Sekar, Flo, Ayu Tiara, Citra, Dina, Emil, Ista, Lidia, Muthia, Niluh, Novi, Pobby, Veni, Gilang, Heizlan, Ikhwan, Panji, Ansori, Abi, Suci, Fuji, Enggar, Laili, Ria, Dewi, Titi, Rosa, Ipeh, Dedes, Fitri, Hani, Nourma, Ismi, Venti, Yulisa, Ratna, Siska, Agung, Yusuf, Bayu, Agus, Aliza, Didi, Iwan, Uli, Ige, Elcho, Hasbi.

(17)

13. Teman seperjuangan KKN PPL Pekon Talang Rejo : Yesie, Sondang, Irfan, Ferdian, Mulyadi, Susi, Septri dan Dewi atas kebersamaannya, semangat, dan motivasi yang diberikan.

14. Siswa-siswi kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Pringsewu tahun pelajaran 2013/2014 atas kerjasamanya.

15. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Hal ini diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 31. Melalui pendidikan akan diperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai serta norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pen-didikan menyiapkan generasi muda agar dapat menjalani kehidupan di masa men-datang. Generasi muda tidak cukup hanya memiliki pengetahuan dan keterampil-an saja, tetapi harus memiliki perilaku yketerampil-ang sesuai nilai dketerampil-an norma yketerampil-ang baik. Pe-merintah berkewajiban menyelenggarakan pendidikan yang mendukung terben-tuknya generasi muda yang cerdas dan berkarakter.

(19)

2 Matematika merupakan dasar dari segala ilmu, digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang ada, seperti ilmu komputer, teknik dan lain-lain. Suher-man (2003: 17) menyatakan bahwa matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam pengembangan logika dan nalar siswa. Pengembangan logika dan nalar ini diperlukan untuk mengembangkan kemampuan siswa menyelesaikan masalah. Menurut Depdiknas dalam Herman, (2007: 47), tujuan pembelajaran matematika adalah (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan; (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan pene-muan dengan mengembangkan pemikiran divergen, serta mencoba-coba; (3) me-ngembangkan kemampuan pemecahan masalah; dan (4) meme-ngembangkan kemam-puan menyampaikan informasi dan mengomunikasikan gagasan. Tujuan pembel-ajaran ini harus tercapai dengan baik, termasuk juga kemampuan komunikasi ma-tematis siswa harus berkembang dengan baik. Namun, pada kenyataannya ke-mampuan matematis siswa Indonesia masih rendah, hal ini terlihat dari hasil survei Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assessment(PISA).

(20)

3 investigasi. Sementara itu survei PISA (OECD, 2013: 5) pada 2012 menem-patkan Indonesia di posisi 64 dari 65 negara, dengan nilai rata-rata 375 jauh di bawah nilai standar PISA yaitu 500.

Selain pengetahuan dan keterampilan matematis yang harus dikembangkan, kecakapan siswa dalam berperilaku sesuai dengan nilai dan norma juga perlu dikembangkan, sehingga dapat membentuk karakter generasi muda yang baik. Pentingnya pendidikan karakter siswa dalam sekolah didukung oleh penerapan krikulum 2013. Kurikulum ini diterapkan pemerintah untuk menggantikan kurikulum berbasis kompetensi 2006. Pembelajaran pada kurikulum ini memperhatikan tiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan perilaku.

(21)

4 terbiasa mengerjakan soal-soal matematika, namun hanya sebagian kecil saja yang mampu menjelaskan ide-idenya dalam bentuk tulisan, menggunakan istilah atau notasi matematika, dan menyatakan situasi ke dalam model matematika dengan tepat.

Salah satu model pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum 2013 adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBM). PBM adalah model pembelajaran yang memunculkan masalah sebagai sarana siswa untuk memperoleh pemahaman mengenai suatu hal. Pada pembelajaran ini, dibutuhkan peran aktif dari siswa untuk mencari solusi dari masalah yang diberikan, lalu menyajikan hasil kerjanya di depan kelas, dan mengevaluasi langkah-langkah yang sudah dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran menggunakan model ini, masalah dalam kehidupan nyata digunakan untuk memotivasi siswa untuk mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip yang dibutuhkan untuk mengetahui dan memecahkan masalah tersebut. Siswa belajar bekerjasama dalam kelompoknya, menyatukan pendapat, berkomunikasi dan menyusun informasi mengenai masalah yang disajikan. Sehingga dengan model pembelajaran ini memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.

B. Rumusan Masalah

(22)

5 Dari rumusan masalah di atas terdapat dua pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apakah presentase jumlah siswa yang memiliki kemampuan komunikasi ma-tematis yang baik lebih dari 70% dari jumlah siswa dalam kelas?

2. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa setelah menggunakan pem-belajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan sebelum menggunakan pembelajaran berbasis masalah?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan, maka tujuan dari pene-litian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran berbasis masalah da-lam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai model pembelajaran berbasis masalah dan hubungannya dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

(23)

6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain :

1. Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu ukuran yang me-nyatakan seberapa jauh target yang telah tercapai, dimana telah ditentukan terlebih dahulu batas dari target tersebut. Pembelajaran dikatakan efektif apa-bila:

a. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik (me-miliki skor 75 (skala 100)) mencapai lebih dari 70% dari jumlah siswa dalam kelas.

b. Kemampuan komunikasi matematis siswa SMPN 1 Pringsewu kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015 setelah pembelajaran lebih tinggi dibanding sebelum pembelajaran menggunakan PBM.

2. Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari untuk memperoleh pemahaman mengenai materi yang dipelajari.

(24)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

(25)

8 Prinsip efisien dan efektifnya suatu proses pembelajaran, menurut Rohani (2004: 28) adalah apabila proses pengajarannya menggunakan waktu yang cukup sekali-gus dapat membuahkan hasil secara cermat serta optimal. Adapun hasilnya,

me-nurut pendapat yang dikemukakan Nasution (2002: 27) “bahwa belajar yang

efektif hasilnya merupakan pemahaman, pengetahuan, atau wawasan”. Lebih lan-jut Mulyasa (2006: 193) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta didik harus dilibatkan secara penuh agar bersemangat dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif, dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi peserta didik.

Setiap pelajaran yang dipelajari siswa memiliki indikator masing-masing. Keefek-tifan suatu pembelajaran dapat terlihat dari persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar untuk masing-masing. Dalam kurikulum 2013, keefektifan suatu pembelajaran ditentukan oleh tenaga pendidik pada setiap sekolah. Untuk mata pelajaran matematika kemampuan yang diukur dalam pencapaian ketuntasan belajar terdiri dari kemampuan rendah hingga kemampuan tingkat tinggi.

(26)

9

2. Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model pembelajaran yang me-mungkinkan untuk berkembangnya keterampilan siswa dalam berpikir termasuk di dalamnya kemampuan bernalar, komunikasi dan koneksi. Barrows dalam Huda (2013: 271) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah, masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan ada masalah-masalah yang sengaja dimunculkan agar siswa memperoleh pemahaman akan sesuatu hal. Boud dan Felleti dalam Husnidar, dkk. (2014: 75), yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masa-lah adamasa-lah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah sekaligus melatih kemandirian siswa. Savery (2006) menyatakan PBL is an instructional (and curricular) learner-centered approach that empowers learners to conduct research, integrate theory and practice, and apply knowledge and skills to develop a viable solution to a defined problem. Maksudnya adalah pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang memberdayakan untuk melakukan penelitian, mengintegrasikan teori dan praktek, dan menerapkan pe-ngetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan solusi yang layak untuk ma-salah yang didefinisikan.

(27)

kemampu-10 an menghadapi sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Jadi, dalam pem-belajaran ini siswa akan menggunakan berbagai macam kecerdasan yang dimiliki agar dapat menyelesaikan permasalahan yang mungkin dimunculkan dalam pem-belajaran, sehingga siswa akan memiliki kemampuan berpikir yang lebih tinggi setelah pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2010: 241), pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat ting-gi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar.

Jadi pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan ma-salah-masalah dalam dunia nyata yang merangsang siswa untuk berpikir tingkat tinggi menggunakan berbagai kecerdasan yang dimiliki sekaligus melatih keman-dirian siswa.

Herman (2007: 49) mengemukakan lima karakteristik pembelajaran berbasis ma-salah, yaitu

1) memposisikan siswa sebagaiself-directed problem solver melalui kegiat-an kolaboratif, 2) mendorong siswa untuk mampu menemukkegiat-an masalah dkegiat-an mengelaborasinya dengan mengajukan dugaan-dugaan dan merencanakan penyelesaian, 3) memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi berbagai alterna-tif penyelesaian dan implikasinya, serta mengumpulkan dan mendistribusi-kan informasi, 4) melatih siswa untuk terampil menyajimendistribusi-kan temuan, dan 5) membiasakan siswa untuk merefleksi tentang efektivitas cara berpikir mereka dalam menyelesaikan masalah.

(28)

11 Dengan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik di atas akan dicapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Seperti yang dijelaskan dalam definisi pembela-jaran berbasis masalah bahwa siswa diharapkan dapat mengembangkan kecerdas-annya dengan berpikir tingkat tinggi serta melatih kemandirian. Sularso (2005) dalam Darnati, dkk. (2011: 21) mengatakan bahwa tujuan PBM antara lain: mengembangkan basis pengetahuan untuk mendefinisikan dan mengelolaproblem dalam rangka mencari pemecahan masalah, serta mengembangkan proses penalar-an ypenalar-ang efektif meliputi keterampilpenalar-an untuk melakukpenalar-an sintesa permasalahpenalar-an, pembentukan hipotesa, penilaian kritis terhadap informasi yang tersedia, analisis dan pengambilan keputusan.

Masalah yang ada dalam pembelajaran ini harus mampu mendukung pembelajar-an ypembelajar-ang diharapkpembelajar-an, seperti merpembelajar-angspembelajar-ang kemampupembelajar-an berpikir siswa. Duch (1996) menyebutkan karakteristik masalah yang ada dalam PBM sebagai berikut:

1. Masalah yang diajukan harus sesuai dengan minat siswa dan memotivasi mereka untuk menganalisis masalah dengan baik sehingga lebih memaha-mi konsep yang diperkenalkan. Masalah juga harus berhubungan dengan kenyataan di sekitar siswa, sehingga lebih mudah untuk dipahami siswa. 2. Masalah harus menuntun siswa untuk membuat keputusan atau penilaian

berdasarkan fakta, informasi, logika dan/atau rasionalisasi. Siswa harus menentukan apakah asumsi yang telah diambil diperlukan, informasi yang didapat relevan dan langkah-langkah yang diambil dapat menyelesaikan masalah.

3. Dituntut kerjasama yang baik agar dapat bekerja dengan efektif menyele-saikan masalah atau kasus yang ada.

4. Pertanyaan-pertanyaan awal dalam masalah haruslah bersifat terbuka, ter-hubung dengan pengetahuan yang dipelajari sebelumnya, isu-isu kontro-versional yang akan memicu opini yang beragam. Hal ini diperlukan agar mendorong siswa berpikir secara individu di awal masalah.

5. Masalah harus memuat tujuan yang akan dicapai.

(29)

12 memahami konsep yang diajarkan. Dengan masalah seperti di atas guru juga akan lebih mudah dalam mengarahkan kegiatan belajar siswa, sehingga pengetahuan yang didapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Dalam pelaksanaannya model PBL memiliki keunggulan dan kelemahan. Riyanto (2012: 286) mengemukakan bahwa beberapa kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah :

1. Peserta didik dapat belajar, mengingat, menerapkan, dan melanjutkan proses belajar secara mandiri. Dengan belajar secara mandiri maka pembelajaran le-bih bermakna dan pengetahuan yang didapat akan lele-bih mudah diingat oleh sis-wa.

2. Peserta didik diperlakukan sebagai pribadi yang dewasa. Perlakuan ini membe-rikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengimplementasikan pengetahu-an atau pengalampengetahu-an ypengetahu-ang dimiliki untuk menyelesaikpengetahu-an masalah.

Adapun untuk kelemahan model PBM yang dikemukakan oleh Wina (2006: 221) bahwa kelemahan model PBM adalah sebagai berikut:

1. Ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan sehingga masalah yang dipelajari sulit dipecahkan maka siswa akan merasa enggan un-tuk mencoba.

2. Keberhasilan pembelajaran ini membutuhkan waktu yang cukup banyak. 3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha memecahkan masalah yang

se-dang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

(30)

pem-13 belajaran berbasis masalah. Kesesuaian dan ketepatan langkah-langkah pembela-jaran adalah suatu keharusan agar pembelapembela-jaran dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Ibrahim dan Nur (2000) dan Ismail (2002) dalam Rusman (2012:243) mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah adalah 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual/kelompok, 4) mengem-bangkan dan menyajikan hasil karya, dan 5) menganalisis dan mengevaluasi pro-ses pemecahan masalah.

(31)

14 Jadi, berdasarkan pendapat di atas, maka pada penelitan ini langkah-langkah pem-belajaran menggunakan model pempem-belajaran berbasis masalah sebagai berikut: Langkah 1 guru mengorientasi siswa pada masalah

Langkah 2 guru mengorganisasi siwa untuk belajar

Langkah 3 guru membimbing penyelidikan individual/kelompok Langkah 4 siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Langkah 5 guru bersama siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

3. Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat penting, termasuk dalam pembelajaran matematika. Komunikasi memungkinkan siswa untuk me-nyatakan pendapatnya mengenai sesuatu, bertukar pikiran dan informasi dengan siswa lain, dan juga lingkungannya. Dengan begitu akan ada diskusi yang membahas ide-ide yang muncul, dengan diskusi kemampuan komunikasi akan berkembang demikian juga dengan kemampuan komunikasi matematis, karena dengan diskusi siswa dituntut menuangkan pemikiran mengenai suatu topik matematika dalam tulisan, gambar maupun secara lisan.

(32)

komuni-15 kasi matematis adalah 1) menyusun dan mengkonsolidasikan berpikir matematis siswa melalui komunikasi; 2) mengomunikasikan pemikiran matematisnya secara koheren dan jelas dengan siswa lainnya atau dengan guru; 3) menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis dan strategi – strategi lainnya; 4) mengguna-kan bahasa matematis untuk menyatamengguna-kan ide - ide matematik dengan tepat. Ke-mudian Sumarmo (2008) dalam Suhedi (2012: 193) menyatakan bahwa kegiatan yang tergolong pada komunikasi matematis di antaranya adalah:

(1) menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematik; (2) menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematis secara lisan atau tulisan; (3) mendengarkan, berdisku-si, dan menulis tentang matematika; (4) membaca dengan pemahaman sua-tu representasi matematis tersua-tulis; (5) membuat konjeksua-tur, menyusun argu-men, merumuskan definisi, dan generalisasi; (6) mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri.

Jadi, kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan siswa untuk mengungkapkan pemikiran matematisnya dalam bentuk lisan, tulisan maupun gambar dengan bahasa yang baik dan tepat, serta dapat memahami representasi matematis dengan baik. Dalam penelitian ini, kemampuan komunikasi matematis yang akan diteliti adalah kemampuan komunikasi dalam bentuk tulisan meliputi kemampuan menggambar, menulis dan ekspresi matematis dengan indikator: a. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah

mengguna-kan gambar dan secara aljabar

b. Menjelaskan ide, solusi, dan relasi matematika secara tulisan c. Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat.

(33)

kemampu-16 an komunikasi matematis yang baik. KKM yang digunakan oleh SMPN 1 Pringsewu adalah 75, jadi kemampuan komunikasi matematis siswa dianggap ba-ik atau memadai ketba-ika mencapai nilai minimal 75.

Berdasarkan pembahasan di atas, pembelajaran berbasis masalah dikatakan efektif meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa apabila memenuhi dua kriteria, yaitu:

a. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik (memili-ki skor 75 dalam skala 100) mencapai lebih dari 70% dari jumlah siswa dalam kelas.

b. Kemampuan komunikasi matematis siswa SMPN 1 Pringsewu kelas VIII se-mester genap tahun pelajaran 2014/2015 setelah pembelajaran lebih tinggi di-banding sebelum pembelajaran menggunakan PBM.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang sudah dilakukan berkaitan dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

1. ”Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran Matematis Siswa

Madrasah Tsanawiyah melalui Pembelajaran Berbasis Masalah” oleh Ade

Yedi R.H. (2011), dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terapat pe-ningkatan kemampuan komunikasi dan penalaran matematis setelah dilaku-kan pembelajaran menggunadilaku-kan model PBM.

2. “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis Matematis

Sis-wa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Teams-Assisted

(34)

17 dapat disimpulkan bahwa PBM dengan strategi TAI dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis matematis siswa.

3. “Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis serta

Self-ConceptSiswa Mts Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah : Penelitian Kua-si Eksperimen pada Salah Satu Mts Negeri di Kabupaten Subang” oleh Neneng Arwinie (2014) dengan hasil penelitian menunjukkan terdapat pe-ningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi sertaSelf-Conceptsiswa se-telah pembelajaran menggunakan PBM.

Ketiga penelitian tersebut memiliki hasil yang sama yaitu menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan komunikasi ma-tematis siswa.

C. Kerangka Pikir

Penelitian tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk me-ningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa ini terdiri atas satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel be-bas adalah model pembelajaran berbe-basis masalah, dan yang menjadi variabel te-rikat adalah kemampuan komunikasi matematis siswa.

(35)

kelom-18 pok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan menge-valuasi proses pemecahan masalah.

Langkah yang pertama yaitu mengorientasi siswa pada masalah. Pada tahap ini, guru menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menjelas-kan segala sesuatu yang diperlumenjelas-kan, dan memotivasi siswa untuk terlibat pada ak-tivitas pemecahan masalah. Hal ini perlu dilakukan agar siswa memiliki semangat dan keinginan kuat saat pembelajaran, dan mengetahui tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Langkah yang kedua yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar, pada langkah ini guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang heterogen dengan tujuan semua kelompok memiliki kemampuan yang sama, bagi siswa yang kurang mam-pu dapat dibantu siswa yang pintar dalam kelompoknya, sehingga diharapkan a-kan terjadi komunikasi pada kegiatan diskusi.

(36)

19 Langkah yang keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Se-telah melakukan diskusi untuk mencari solusi dari permasalahan dalam lembar kerja, beberapa kelompok dalam kelas akan menyajikan hasil diskusinya, dalam kegiatan ini jelaslah diperlukan komunikasi agar informasi hasil diskusi ter-sampaikan dengan baik, kegiatan ini juga dapat menjadi tempat belajar siswa un-tuk bisa berkomunikasi dengan baik. Kegiatan ini akan mendukung siswa me-ngembangkan kemampuan menggambarkan situasi masalah dan menyatakan so-lusi masalah menggunakan gambar dan secara aljabar, menjelaskan ide, soso-lusi, dan relasi matematika secara tulisan, menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat. Sehingga kemampuan komunikasi matematisnya dapat ber-kembang.

Langkah yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru bersama-sama dengan siswa membahas hasil karya siswa, pada ta-hap ini terjadi komunikasi, seperti tanya jawab antara guru dengan siswa maupun antarsiswa sehingga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan menjelaskan ide, solusi, dan relasi matematika secara tulisan, menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat. Jelaslah bahwa tahapan ini mendukung untuk melatih komunikasi matematis siswa sehingga mengalami peningkatan kualitas.

D. Anggapan Dasar

(37)

20

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMPN 1 Pringsewu.

Sedangkan hipotesis khusus dalam penelitian ini adalah

1. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik menca-pai lebih dari 70% dari jumlah siswa dalam kelas.

(38)

21

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Pringsewu tahun pelajaran 2014/2015 semester genap yang terdiri atas enam kelas yaitu kelas VIII.1 sampai VIII.6. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive random sampling, dengan langkah sebagai berikut:

1. Memilih salah satu guru yang mengajar pada kelas VIII, dan terpilih Ibu Ferinita, S.Pd.. Berikut ini data guru yang mengajar di kelas VIII.

Tabel 3.1 Data guru yang mengajar kelas VIII

No Kelas Nama Guru

1 VIII.1 Ferinita, S.Pd.

2 VIII.2 Sri Yuniawanti, S.Pd. 3 VIII.3 Sri Wahyuni, S.Pd. 4 VIII.4 Sri Wahyuni, S.Pd. 5 VIII.5 Ferinita, S.Pd. 6 VIII.6 Ferinita, S.Pd.

2. Menentukan secara acak satu kelas yang diajar oleh guru tersebut, dan terpilih sebagai sampel penelitian adalah kelas VIII.1 dengan jumlah siswa 33 orang.

B. Desain Penelitian

(39)

22 penelitian ini adalah One Group Pretest Posttest. Dalam desain ini dilakukan dua kali tes, yaitu tes kemampuan awal (pretest) sebelum perlakuan dan tes kemampuan akhir (posttest) setelah diberi perlakuan. Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut dalam Sugiyono (2013: 111).

Tabel 3.2One Group Pretest Posttest

Kelas Awal Perlakuan Akhir

Eksperimen O1 X O2

Keterangan :

O1 : tes kemampuan awal

O2 : tes kemampuan akhir

X : model pembelajaran berbasis masalah

C. Langkah-langkah Penelitian

Terdapat tiga tahap dalam penelitian ini, diantaranya tahap persiapan, tahap pelak-sanaan, dan tahap analisis data. Penjelasan dari tahap-tahap di atas adalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Adapun langkah-langkah dalam tahap persiapan sebagai berikut : a. mengidentifikasi masalah yang diteliti;

b. melakukan penelitian pendahuluan; c. menetapkan materi pelajaran; d. menyusun instrumen penelitian; e. melakukan validasi instrumen;

(40)

23 2. Tahap Pelaksanaan

Adapun langkah-langkah dalam tahap pelaksanaan sebagai berikut : a. memberikan tes kemampuan awal (pre-test) komunikasi matematis;

b. pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperi-men; dan

c. memberikan tes kemampuan akhir (post-test) kemampuan komunikasi ma-tematis.

3. Tahap Analisis Data

Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis data sebagai berikut :

a. mengumpulkan hasil data kuantitatif berupa tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir dari kelas eksperimen;

b. mengolah dan menganalisis data yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah; dan

c. membuat kesimpulan berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian adalah data kemampuan komunikasi matematis yang be-rupa data kuantitatif .

E. Teknik Pengumpulan Data

(41)

24

F. Instrumen Penelitian

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis tentang kemampuan komunikasi matematis siswa. Untuk mendapatkan data kemampuan komunikasi matematis yang akurat, maka tes yang digunakan haruslah tes yang baik. Ciri-ciri tes yang baik adalah memiliki validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang baik.

1. Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi melihat apakah isi tes mewakili keseluruhan materi atau bahan ajar, indikator kemampuan komunikasi matematis yang akan diukur dan sesuai dengan kemampuan bahasa yang dimiliki siswa sehingga dapat mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa.

Agar tes mewakili validitas isi yang baik maka dilakukan penyusunan instrumen tes dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. menentukan cangkupan materi yang akan diujikan;

2. menentukan bentuk tes, yaitu tes tertulis dengan soal berbentuk uraian berjumlah lima soal;

3. menentukan waktu pengerjaan soal, yaitu 80 menit;

4. menyusun kisi-kisi soal berdasarkan indikator yang akan diukur disesuaikan dengan waktu pengerjaan soal;

(42)

25 Rubrik penyekoran kemampuan komunikasi matematis yang digunakan adalah rubrik penyekoran yang dikembangkan oleh Puspaningtyas (2012: 23) yaitu: Tabel 3.3 Rubrik Penyekoran Komunikasi Matematis

Skor

Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak memiliki arti

6. menulis butir soal sesuai dengan kisi-kisi;

(43)

26 Setelah dilakukan penilaian oleh guru mitra, diperoleh bahwa seluruh instrumen tes kemampuan awal dan kemampuan akhir komunikasi matematis siswa telah sesuai untuk digunakan sebagai instrumen ditinjau dari bahasa dan bahan ajar. Setelah dilakukan uji coba, langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil uji coba untuk mengetahui reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal.

2. Reliabilitas

Untuk menentukan apakah tes hasil belajar bentuk uraian yang disusun telah memiliki reliabilitas yang tinggi ataukah belum, pada umumnya digunakan sebuah rumus yang dikenal dengan nama Rumus Alpha. Adapun rumus alpha dimaksud adalah :

=

1 1

keterangan:

: reliabilitas yang dicari n : banyaknya butir soal

: jumlah varians skor tiap-tiap item : varians total

Harga r11 yang diperoleh diimplementasikan dengan kriteria dari Arikunto (2010:

75) seperti tertera dalam Tabel 3.2 berikut:

(44)

27 Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan harus memilki kriteria relibilitas cukup hingga sangat tinggi. Hasil perhitungan terdapat pada Tabel 3.7 dan 3.8 (halaman 29).

3. Indeks kesukaran

Indeks kesukaran dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus dari Suherman (2003: 17) sebagai berikut:

=

Keterangan :

IK = indeks kesukaran

X = skor rata-rata tiap butir soal

SMI = skor maksimum ideal tiap butir soal

Adapun klasifikasi indeks kesukaran berdasarkan Suherman (2003: 170) dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Interpretasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK≤ 1,00 Soal mudah

IK > 1,00 Soal terlalu mudah

(45)

28 4. Daya Pembeda

Sebelum menghitung indeks daya pembeda, data terlebih dahulu diurutkan dari yang tertinggi sampai terendah, kemudian diambil 27% data tertinggi (disebut kelompok tinggi) dan 27% data terendah (disebut kelompok rendah). Menurut Suherman (2003: 161) rumusnya adalah :

=

Keterangan:

X = rata-rata skor kelompok atas

X = rata-rata skor kelompok bawah

DP = daya pembeda

SMI = skor maksimum ideal tiap butir soal

Adapun klasifikasi daya pembeda berdasarkan Suherman (2003: 161), dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda

Besar Daya Pembeda Interpretasi

DP 0 Soal sangat jelek

0,00 <DP 0,20 Soal jelek

0,20 <DP 0,40 Soal cukup

0,40 <DP 0,70 Soal baik

0,70 <DP 1,00 Soal sangat baik

(46)

29 Berikut ini hasil analisis soal tes kemampuan komunikasi matematis awal dan kemampuan komunikasi matematis akhir.

Tabel 3.7 Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematis

2 0,22 (Cukup) 0,83 (Mudah) Digunakan

3 0,67 (Baik) 0,25 (Sukar) Digunakan

4 0,29 (Cukup) 0,68

(Sedang) Digunakan

5 0,25 (Cukup) 0,48

(Sedang) Digunakan

Berdasarkan hasil uji coba di atas, instrumen tes dikatakan valid, memiliki reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal tes kemampuan awal dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

2 0,22 (Cukup) 0,26 (Sukar) Digunakan

(47)

30 disimpulkan bahwa soal tes kemampuan akhir dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

G. Analisis Data

Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua data.

1. Uji normalitas

Tujuan dilakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang di-peroleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun langkah-langkah uji nomalitas menggunakan uji Chi-Kuadrat (Sudjana, 2005: 273) yaitu :

a. Hipotesis :

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

b. Taraf signifikan := 0,05

c. Statistik uji : = ( )

Keterangan :

x2 = harga Chi-Kuadrat Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

k = banyaknya kelas interval.

d. Kriteria uji : tolak H0 jika ( )( ) dengan dk = k – 3. Dalam hal

(48)

31 Pada penelitian ini, uji Chi Kuadrat dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel. Hasil perhitungan uji normalitas kelompok data dapat dilihat pada Lampiran C.4, rangkuman uji normalitas tersebut disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal dan Kemampuan Akhir Komunikasi Matematis

Sumber Data Keputusan Uji

Tes Kemampuan Awal 7,58

9,49 H0diterima

Tes Kemampuan Akhir 6,81 H0diterima

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data memiliki variansi yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas ini menggunakan uji F, dengan rumusan hipotesis menurut Sudjana (2005: 251) sebagai berikut:

a. Hipotesis :

H0: = (data kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan

sesudah menggunakan pembelajaran berbasis masalah memiliki varians yang homogen)

H1: > (data kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan

sesudah menggunakan pembelajaran berbasis masalah memiliki varians yang tidak homogen)

(49)

32

c. Statistik Uji : F = = dengan = ( )

d. Kriteria Uji: Tolak H0 jika ≥ ( , )dengan ( , ) didapat dari daftar

distribusi F dengan peluang , sedangkan derajat kebebasan

masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut.

Pada penelitian ini, didapat F = 1,243 sedangkan ( , )= 2,0247, karena

F <F ( , ) maka H0diterima, artinya data kemampuan komunikasi matematis

siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah memiliki varians yang homogen.

3. Uji Hipotesis

Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga dilakukan uji pro-porsi untuk mengetahui persentase siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan baik pada kelas PBL.

a. Uji Proporsi

(50)

33 a. Hipotesis

H0: π ═0,70 (persentase siswa tuntas belajar sama dengan 70%)

H1: π > 0,70 (persentase siswa tuntas belajar lebih dari 70%)

b. Taraf Signifikan: α = 0,05

c. Statistik Uji menurut Sudjana (2005: 234)

z = 0,7 (0,7 (1 0,7 ))/

keterangan:

x = banyak siswa tuntas belajar n = jumlah sampel

0,70 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

d. Kriteria uji: tolak H0jika zhitungz0,5α dengan taraf nyata 5%. Harga

z diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5– α).

b. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data yang diperoleh, didapat kesimpulan bahwa data kemampuan komunikasi matematis berdistribusi normal maka dilakukan uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji-t berpasangan. Menurut Sudjana (2005:244) rumusan hipotesis untuk uji-t berpasangan adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 : µ1= µ2 (rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa setelah

(51)

34 H1 : µ1> µ2 (rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa setelah

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibanding rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis masalah)

b. Taraf Signifikan: α = 0,05

c. Statistik Uji: t =

/ dengan =

( ) ( )

( )

keterangan:

= rata-rata selisih skor kemampun awal dan skor kemampuan akhir = selisih skor kemampun awal dan skor kemampuan akhir

n = banyaknya siswa

s = simpangan baku selisih skor kemampun awal dan skor kemampuan akhir.

d. Kriteria Uji: tolak H0 jika t ≥ , dimana didapat dari daftar distribusi t

dengan dk = (n - 1) dan peluang (1 ). Untuk harga-harga t lainnya H0

(52)

41

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa pada sis-wa kelas VIII SMP Negeri 1 Pringsewu semester genap tahun pelajaran 2014/2015 siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik (memiliki skor 75 (skala 100)) tidak lebih dari 70% dari jumlah siswa dalam kelas dan kemampuan komunikasi matematis siswa setelah pembelajaran relatif sama dengan sebelum pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Dengan demikian, ditinjau dari dua hal tersebut, maka pembelajaran berbasis masalah ini tidak efektif meningkatkan kemampuan komunikasi matema-tis siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Kepada praktisi pendidikan terutama guru, diharapkan dapat memotivasi siswa agar memiliki minat terhadap matematika sehingga tujuan pembelajar-an matematika ypembelajar-ang diharapkpembelajar-an dapat dicapai dengpembelajar-an baik.

(53)

42

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ayu, Widya R.. 2012. Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Teams Achievement Divisions (Stad) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Tata Hidang Siswa Kelas X Jurusan Jasa Boga Di Smk Negeri 4 Yog-yakarta. [online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/8472/3/bab%202%20-08511244018.pdf. [7 Desember 2014].

Darnati, Euis Tati, dkk. 2011. Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Menggunakan Pbl dengan Pengelompokkan dan Kemampuan Awal Siswa yang Berbeda. Jurnal Teknologi Pendidikan Unila Vol 07 No 03 Oktober 2011. Bandarlampung: Unila.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. [online]. Tersedia: http://bsnp-indone-sia.org/id/?p=1239. [27 November 2014].

Duch, Barbara J.. 1996. Problems: A Key Fctor in PBL. [online]. Tersedia: http:-//www.udel.edu/chem/white/finalrpt.html. [20 Februari 2015].

Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara.

Herman, Tatang. 2007.Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Ke-mampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/EDUCA-TIONIST/Vol._I_No._1Januari_2007/6._Tatang_Herman.pdf. [23

November 2014].

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelita.

(54)

43

Izzati, Nur dan Didi Suryadi. 2010.Komunikasi Matematik dan Pendidikan Mate-matika Realistik. Prosiding. [online]. Tersedia: http://bundaiza.files.-wordpress.com/2012/12/ komunikasi_matematik_dan_pmr-prosiding.pdf. [21 November 2014].

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Utama.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013 Memahami Berbagai Aspek dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Kata pena.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Ros-dakarya.

Mullis, Ina V.S., dkk.. 2011. TIMSS 2011 International Results in Mathematics. [Online]. Tersedia: http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/international-results-mathematics.html. [23 November 2014].

Nasution. 2006.Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, Moh.. 1983.Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nugraha, E. 1985.Statistika Untuk Penelitian.Bandung: CV. Permadi.

OECD. 2013.PISA 2012 Result in Focus.[Online]. Tersedia: http://oecd.org/pisa/ keyfinding/pisa-2012-result-overview-pdf. [23 November 2014]

Puspaningtyas, Nicky Dwi. 2012.Penerapan Model Pembelajran Kooperatif Tipe TPS untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung. Tidak Diterbitkan.

Qohar, Abdul. 2011. Pengembangan Instrumen Komunikasi Matematis untuk Siswa Smp. [online]. Tersedia: http://eprnts.uny.ac.id/6968/1/makalah%-20%Peserta%204%20Abd.%20Qohar2.pdf. [21 November 2014].

Riyanto H. Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi Gu-ru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkuali-tas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

(55)

44 Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Savery, John R.. 2006.Overview of Problem-based Learning: Definitions

and Distinctions. [online]. Tersedia: http://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewcon-tent._cgi?article=1002&context=ijpbl. [20 Mei 2013].

Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudijono, Anas. 2011.Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Penerbit Alfabeta. Suhedi, Didi. 2012. Peningkatan kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Prosiding. [online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/7593/1/P%20-%2020.pdf. [21 November 2012].

Suherman, Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI.

Suherman, Erman, dkk. 2003.Common Textbook (Edisi Revisi), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: IMSTEP.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif Apa dan Bagaimana Mengupa-yakannya.Mataram: NTP Pres.

Gambar

Tabel 3.1 Data guru yang mengajar kelas VIII
Tabel 3.2 One Group Pretest Posttest
gambar yang benar
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran
+4

Referensi

Dokumen terkait

semakin tinggi pula persepsi kualitas interaksi social

Independensi dalam auditor besar lebih mungkin terjaga karena ketergantungan ekonomi auditor terhadap klien tidak begitu berarti, dan berpeluang untuk mengalami

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan efikasi diri dan hasil belajar siswa serta untuk mengetahui kontribusi antara efikasi

Alhamdullilahirabil alamin , glory to God Most High, Full of Grace and Mercy, the Sustainer of the world that because of his blessing and guidance, the writer is

Pada tahap perumusan masalah, penelitian yang akan dilakukan adalah mengenai steganografi pada file DNA berformat fasta dengan menggunakan metode DNA

diperolehnya, diantaranya adalah Satyalancana Karya XX Tahun dari Presiden RI pada tahun 1998 dan CITRA KARTINI dari Yayasan Citra Prestasi Indonesia pada

Adanya inovasi baru dalam pembuatan alat perebusan ikan pindang ini dapat memberikan nilai tambah sehingga dapat menghasilkan produk yang bersih bagi konsumen, khususnya

Tugas Prarancangan Pabrik Kimia merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas