ANALISIS PEMAKAIAN AIR BERSIH (PDAM)
UNTUK KABUPATEN MANDAILING NATAL 20
TAHUN KEDEPAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian pendidikan Sarjana Teknik Sipil
Disusun oleh :
09 0404 023
HISBULLOH NASUTION
BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
ABSTRAK
Air bersih tidak dapat dipisahkan dari mahluk hidup dalam melakukan aktifitas sehari hari. Dalam pertumbuhan penduduk sekarang ini kebutuhan akan air bersih sangat meningkat, tidak terkecuali kebutuhan air bersih untuk Masyarakat Kabupaten Mandailing Natal. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten Mandailing Natal diperlukan sumber air yang bersih yang layak untuk diminum. Parameter hidrologi yang penting dalam suatu pekerjaan yang terkait dengan sumber daya air adalah debit air dan jumlah penduduk untuk distribusi air.
Studi pendahuluan dilakukan terlebih dahulu dengan melakukan studi pustaka yang berasal dari buku, jurnal dan catatan kuliah dijadikan dasar dalam penelitian, pengumpulan data primer berupa dokumentasi lokasi penelitian, kemudian data sekunder berupa data jumlah penduduk, data fasilitas kota (fasilitas pendidikan, peribadatan,perkantoran,kesehatan), data pelanggan PDAM, dan data kapasitas produksi air bersih PDAM TIRTA MADINA.dalam mencari besarnya kebutuhan air, dilakukan analisa jumlah penduduk dan analisa produksi air bersih.
Menentukan kebutuhan air bersih dan jumlah penduduk di Kabupaten Mandailing Natal digunakan metode Geometri yang mana metode ini menunjukan pertumbuhan penduduk terbesar sehingga dapat direncanakan kebutuhan air bersih sampai tahun 2031.
Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2031 sebanyak 238.562 jiwa dan debit air yang dibutuhkan sebesar 1,063 m3/s, sedangkan kapasitas produksi saat ini sebesar 0,067 m3/s, sehingga kapasitas tambahan yang diperlukan yaitu sebesar 0,996 m3/s. sedangkan jumlah pelanggan PDAM Tirta Madina pada tahun 2031 sebanyak 14.275 jiwa debit air yang dibutuhkan sebesar 0,039 m3/s, sedangkan kapasitas produksi saat ini 0,067 m3/s, sehingga persediaan air untuk pelanggan sampai tahun 2031 memenuhi.
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia yang diberikan kepada penulis sehingga penulisan laporan tugas akhir
ini yang berjudul “ Analisis Kebutuhan Air Bersih (PDAM) Untuk Kabupaten
Mandailing Natal 20 Tahun Kedepan’’ dapat diselesaikan dengan baik.
Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik tingkat sarjana Strata- 1 (S-1)
di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan sumbangannya baik berupa bimbingan, bantuan dan
dukungan baik material maupun spiritual sehingga tugas akhir ini dapat
diselesaikan dengan baik, terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku ketua Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku sekretaris Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Terunajaya, M.Sc, yang penulis anggap ayah sendiri dan selaku
pembimbing yang telah memberikan masukan, saran dan menyediakan
waktu untuk bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
tugas akhir ini.
4. Bapak Ir. Alferido Malik, dan ibu Emma Patricia Bangun, ST, M.Eng. selaku dosen pembanding, atas saran dan masukan yang diberikan kepada
5. Bapak dan Ibu staf pengajar yang telah membimbing dan mendidik selama
masa studi pada jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
6. Orang tua tersayang, Ibunda Hj. Ratna Sari Nasution dan Ayahanda H.
Ruslan Nasution serta abang Ahmad Ramadan Nasution SS, Ahmad
Wahidin Nasution, Zulyadein Nasution, Ahmad Qodir Nasution SE, kakak
Riadoh Nasution SPd, Muniroh Nasution dan Rofiqoh Nasution S.Sos
yang telah berjuang memberikan dukungan, doa, material, immaterial
sehingga tugas akhir ini terselesaikan.
7. Keponakan-keponakan saya, Adawiyah, Munawir, Aziz, Alwi, Sisah,
Alya, Khoiriah dan Adiyasta yang rajin belajarnya supaya jadi orang yang
sukses dan berbakti kepada orang tua.
8. Teman-temanku seperjuangan Miskah, Tika, Asmidah, Hetty, Nanda,
Fuad, Hendri, Putra terima kasih yang selalu ada untuk penulis baik suka
maupun duka dan yang selalu membuat penulis bahagia.
9. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Atina Rezki Lubis,
Hannawiyah Harahap, Sri Wahyuni Sebayang, Merni Damalia Siagian
yang telah banyak membantu penulis dalam diskusi dan memberikan
buku-buku yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini.
10.Teman-teman Sipil 2009, Diki, Riski, Peri, Gunawan, Udak, Afri, Punud,
Nita, Nora, Onza, Mariance, abang, kakak dan adik-adik sipil 2006, 2008,
2012 khusus untuk Sarra Rahmadani sahabat seperjuangan terimakasih
mengerjakan tugas dan semuanya yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu terima kasih atas bantuannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan tugas akhir ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan sumbangan
pemikiran dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tugas akhir ini
Sebagai penutup, penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita
semua dan khusus untuk PDAM TIRTA MADINA
Medan, Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………. i
KATA PENGANTAR ………... ii
DAFTAR ISI ……….. v
DAFTAR GAMBAR ……… ix
DAFTAR TABEL ……….. x
DAFTAR NOTASI ……….. xii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiv
DAFTAR PUSTAKA………... xv
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
1.1 Umum ………. 1
1.2 Latar Belakang ………... 2
1.3 Perumusan Masalah ………... 4
1.4 Batasan Masalah ………. 4
1.5 Tujuan Penelitian ………... 5
1.6 Manfaat Penelitian ………. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………10
2.1 Siklus Hidrologi ……….... 6
2.2 Air ………... 6
2.4 Syarat-syarat Air Minum ………... 14
2.5 Terjadinya Air Tanah ……… 16
2.5.1 Asal Air Tanah ………... 16
2.5.2 Sifat-sifat Batuan yang Mempengaruhi Air Tanah ……… 17
2.6 Gerakan Air Tanah ……… 18
2.7 Sungai ……… 21
2.8 Danau ……… 22
2.9 Mandailing Natal ……….. 23
2.9.1 Asfek Fisik ………. 23
2.9.2 Asfek Lingkungan ………. 24
2.10 Sistem Air Bersih Yang Ada ………. 26
2.11 Sejarah PDAM Tirta Madina Kabupaten Mandailing Natal …………..27
2.12 Undang-undang Sumber Daya Air ……….28
2.13 Metode Perkiraan Jumlah Penduduk ………. 29
2.13.1 Metode Arithmatik ……… 29
2.13.2 Metode Geometrik ………. 30
2.13.3 Metode Least Square ………. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 31
3.2 Tempat dan Waktu ……… 31
3.3 Rancangan Penelitian ……… 31
3.4 Pelaksanaan Penelitian ……….. 32
3.5 Prosedur Penelitian ………... 33
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ………. 36
4.1 Analisa Jumlah Penduduk ………. 36
4.2 Perkiraan Kebutuhan Air Bersih ………... 51
4.2.1 Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Untuk Seluruh Masyarakat (Domestik) ……….. 51
4.2.2 Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Pendidikan ……. 53
4.2.3 Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Peribadatan …… 56
4.2.4 Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Kesehatan …….. 58
4.2.5 Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Perkantoran …... 59
4.3 Perhitungan Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Menurut Jumlah Pelanggan PDAM Tirta Madina ………... 61
4.4 Analisa Kehilangan Air ………. 64
4.5 Analisa Kebutuhan Air ……….. 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 72
5.1 Kesimpulan ………... 72
5.2 Saran ………. 73
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Siklus Hidrologi ……….. 6
Gambar 2.2 Air Sungai ……… 11
Gambar 2.3 Air Rawa ……….. 12
Gambar 2.4 Bagan Skematis Yang Menggambarkan Terjadinya Air …………..16
Gambar 2.5 Ekspresi Hukum Darcy ……… 20
Gambar 2.6 Sungai Batang Gadis ……… 22
Gambar 2.7 Danau Siombun ……… 23
Gambar 3 Diagram Alir Metode Penelitian ………. 34
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Metode Aritmetika, Last-square Dan Geometri ……… 50
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Beberapa Sifat Air ……….. 9
Tabel 2.2 Syarat-syarat Kadar Bilangan Kekeruhan dan Warna Air Minum … 15
Tabel 2.3 Porositas Beberapa Bahan Sedimen ………... 18
Tabel 2.4 Fasilitas-fasilitas Pendidikan yang ada di Kabupaten Mandailing
Natal ………... 24
Tabel 2.5 Fasilitas-fasilitas Peribadatan yang ada di Kabupaten Mandailing
Natal ………... 25
Tabel 2.6 Fasilitaas-fasilitas Kesehatan yang ada di Kabupaten Mandailing
Natal ………... 25
Tabel 3 Jadwal Penelitian ……… 35
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2005-2011 .. 36
Tabel 4.2 Penentuan Data Regresi ………. 44
Tabel 4.3 Perkiraan Jumlah Penduduk Kabupaten Mandailing Natal Tahun
2012-2031 ………... 49
Tabel 4.4 Kebutuhan Air Domestik Tahun 2005-2031 ……….. 52
Tabel 4.5 Perkiraan Jumlah Siswa, Guru dan Pegawai dan Kebutuhan Air
Tabel 4.6 Perkiraan Jumlah Fasilitas Peribadatan dan Kebutuhan Air Tahun
2011-2031 ……….. 57
Tabel 4.7 Perkiraan Jumlah Tempat Tidur dan Kebutuhan Air Tahun
2011-2031 ……….. 58
Tabel 4.8 Perkiraan Jumlah Pegawai dan Kebutuhan Air Tahun 2011-2031 … 60
Tabel 4.9 Jumlah Pelanggan PDAM Tirta Madina ………... 61
Tabel 4.10 Perkiraan Jumlah Pelanggan PDAM Tirta Madina Sampai
Tahun 2031 ……… 63
Tabel 4.11 Analisa Kehilangan Air ……….. 64
Tabel 4.12 Kehilangan Air Menurut Pelanggan PDAM Tirta Madina …... 66
Tabel 4.13 Total Kebutuhan Air Kabupaten Mandailing Natal Tahun
2011-2031………. 67
DAFTAR NOTASI
k = koefisien permeabilitas
n = porositas (%)
n = jumlah interval
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
Pt = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I
� = tekanan (N/m2)
r = laju pertumbuhan penduduk (%)
t = jumlah tahun yang diketahui
v = kecepatan aliran (m/s)
W = volume air yang diperlukan untuk mengisi semua lubang-lubang pori
(m3)
X = variabel independen
Ŷ = nilai variabel berdasarkan garis regresi
Z = elevasi (m)
�1 = potensial di 1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Jumlah Kebutuhan Air Maksimum per Orang per Hari Menurut
Kelompok Jumlah Penduduk
Lampiran B Data dari Instansi Terkait
ABSTRAK
Air bersih tidak dapat dipisahkan dari mahluk hidup dalam melakukan aktifitas sehari hari. Dalam pertumbuhan penduduk sekarang ini kebutuhan akan air bersih sangat meningkat, tidak terkecuali kebutuhan air bersih untuk Masyarakat Kabupaten Mandailing Natal. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten Mandailing Natal diperlukan sumber air yang bersih yang layak untuk diminum. Parameter hidrologi yang penting dalam suatu pekerjaan yang terkait dengan sumber daya air adalah debit air dan jumlah penduduk untuk distribusi air.
Studi pendahuluan dilakukan terlebih dahulu dengan melakukan studi pustaka yang berasal dari buku, jurnal dan catatan kuliah dijadikan dasar dalam penelitian, pengumpulan data primer berupa dokumentasi lokasi penelitian, kemudian data sekunder berupa data jumlah penduduk, data fasilitas kota (fasilitas pendidikan, peribadatan,perkantoran,kesehatan), data pelanggan PDAM, dan data kapasitas produksi air bersih PDAM TIRTA MADINA.dalam mencari besarnya kebutuhan air, dilakukan analisa jumlah penduduk dan analisa produksi air bersih.
Menentukan kebutuhan air bersih dan jumlah penduduk di Kabupaten Mandailing Natal digunakan metode Geometri yang mana metode ini menunjukan pertumbuhan penduduk terbesar sehingga dapat direncanakan kebutuhan air bersih sampai tahun 2031.
Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2031 sebanyak 238.562 jiwa dan debit air yang dibutuhkan sebesar 1,063 m3/s, sedangkan kapasitas produksi saat ini sebesar 0,067 m3/s, sehingga kapasitas tambahan yang diperlukan yaitu sebesar 0,996 m3/s. sedangkan jumlah pelanggan PDAM Tirta Madina pada tahun 2031 sebanyak 14.275 jiwa debit air yang dibutuhkan sebesar 0,039 m3/s, sedangkan kapasitas produksi saat ini 0,067 m3/s, sehingga persediaan air untuk pelanggan sampai tahun 2031 memenuhi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Air merupakan faktor yang sangat penting dalam kelangsungan mahluk
hidup dimuka bumi. Dengan pertumbuhaan penduduk yang sangat pesat,
sumber-daya air di dunia telah menjadi salah satu kekayaan yang sangat penting. Air
merupakan hal pokok bagi konsumsi dan sanitasi umat manusia, untuk produksi
berbagai barang industri, serta untuk produksi makanan dan serat kain (Linsley
dan Franzini, 1991).
Air merupakan sarana pengangkutan dan rekreasi yang penting di berbagai
bagian dunia. Air tersebar tidak merata di atas bumi, sehingga ketersediaannya di
suatu tempat akan sangat bervariasi menurut waktu, tidak terkecuali di Kabupaten
Mandailing Natal. Dalam penggunaan sumber air ini, ummat manusia banyak
mencemari air bersih yang tersedia dan menurunkan kualitasnya sehingga tidak
cocok lagi untuk dimanfaatkan.
Air dikendalikan dan diatur guna memenuhi berbagai tujuan yang luas. Air
yang ada pada suatu daerah tidak selalu siap untuk digunakan oleh setiap orang
atau kelompok yang menginginkannya. Hak untuk memanfaatkan air mempunyai
nilai yang sangat besar, terutama pada daerah-daerah dimana air merupakan
barang yang langka. Agar kebutuhan dan produktivitas air disuatu daerah, maka
dibutuhkan suplai air yang cukup melalui sungai, danau dan mata air (Linsley dan
Franzini, 1991).
PDAM cabang Panyabungan secara administratif berada di wilayah
cabang Panyabungan memanfaatkan sumber air dari Sungai, Danau dan mata air
yang ada di Kabupaten Mandailing Natal yaitu Sungai Muara batang gadis dan
Danau Siombun.
PDAM cabang Panyabungan merupakan sebuah usaha yang dilakukan
oleh pemerintah untuk meningkatkan sumber daya air di Kabupaten Mandailing
Natal. Pengembangan dan peningkatan kapasitas air di PDAM cabang
Panyabungan akan bermanfaat dalam peningkatan kebutuhan air yang berkualitas.
1.2. Latar Belakang
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diiringi
dengan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk, manusia menghadapi
berbagai macam persoalan yang harus menuntut manusia untuk bisa mencari
solusi dari persoalan-persoalan tersebut.
Salah satu persoalan yang dihadapi oleh masyarakat sekarang ini sebagai
dampak dari pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk adalah kebutuhan
akan air bersih, tak terkecuali dengan masyarakat Kabupaten Mandailing Natal
yang juga sangat membutuhkan keberadaan air bersih tersebut.
Kabupaten Mandailing Natal, secara geografis terletak antara
00.10’-10o50’ LU dan 98o50’–100o10’ BT. Daerah Kabupaten Mandailing Natal terletak paling selatan Provinsi Sumatera Utara pada ketinggian 0–222m di atas
permukaan laut, dan ibu kotanya Panyabungan, kondisi wilayah relatif berbukit.
Kabupaten Mandailing Natal mempunyai luas wilayah 662.070 Ha atau 66.207
km2 secara administratif terdiri dari 23 Kecamatan dan 407 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 408.731 jiwa (BPS Kab Madina, 2011).
Siabu, Panyabungan Selatan dan Kotanopan) dimana jumlah penduduk diempat
kecamatan ini pada tahun 2011 berjumlah 161.989 jiwa (BPS Kab Madina, 2011).
Kebutuhan air bersih di Kabupaten Mandailing Natal bukan karena
kurangnya sumber air, namun yang menjadi persoalannya ialah bagaimana cara
pengaturan dan pendistribusiannya.
Kebutuhan air bersih akan terus mengalami peningkatan setiap tahun,
sehingga membuat manusia berusaha untuk mencari sumber air yang baik, layak
dan terjamin kualitasnya, salah satu cara untuk mendapatkan sumber air yang baik
adalah membuat sumur-sumur gali atau menggunakan pompa. Cara-cara seperti
ini memang bisa diandalkan untuk bisa memenuhi kebutuhan air perkapita yang
meningkat sesuai dengan peningkatan taraf hidup manusia.
Hal ini merupakan tantangan bagi PDAM Kabupaten Mandailing Natal
sebagai penyuplai air bersih dalam upaya meningkatkan pelayanannya, guna
memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten Mandailing Natal.
Perkembangan sistem penyediaan air bersih terus berlanjut, dan perencanaan yang
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa banyakkah jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal sampai
20 tahun yang akan datang?
2. Dengan jumlah penduduk yang ada, berapa kapasitas air bersih yang dapat
disalurkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten
Mandailing Natal sampai 20 tahun ke depan?
3. Bagaimana dengan ketersediaan air di PDAM Kabupaten Mandailing
Natal, apakah mampu menyuplai air kepada pelanggan dengan kapasitas
air bersih yang dibutuhkan 20 tahun kedepan?
1.4. Pembatasan Masalah
Mengingat sangat luasnya permasalahan yang bisa didapatkan dalam
penelitian ini, maka perlu adanya batasan-batasan yaitu :
1. Penelitian ini difokuskan pada kebutuhan air bersih (PDAM) untuk
masyarakat di Kabupaten Mandailing Natal, dimana yang mewakili
empat Kecamatan, yaitu Kecamatan Panyabungan, Kecamatan
Panyabungan Selatan, Kecamatan Siabu dan Kecamatan Kotanopan.
2. Penelitian pengembangan jumlah penduduk sampai 20 tahun kedepan.
1.5. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kebutuhan air bersih yang dapat disalurkan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten Mandailing Natal sampai
20 tahun kedepan.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi akan kebutuhan air
bersih, dan solusi-solusi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air
bersih masyarakat Kabupaten Mandailing Natal untuk 20 tahun kedepan, selain itu
penulis dapat mengaflikasikan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dalam bentuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi dimulai dengan penguapan air dari laut. Uap yang
dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan,
uap air tersebut terkondensasi membentuk awan, dan pada akhirnya dapat
menghasilkan presipitasi. Presipitasi yang jatuh ke bumi menyebar dengan arah
yang berbeda-beda dalam beberapa cara. Sebagian besar dari presipitasi tersebut
untuk sementara tertahan pada tanah di dekat tempat ia jatuh, dan akhirnya
dikembalikan lagi ke atmosfer oleh penguapan (evaporasi) dan pemeluhan
(transpirasi) oleh tanaman.
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi
Sebagian air mencari jalannya sendiri melalui permukaan dan bagian atas
tanah menuju sungai, sementara lainnya menembus masuk lebih jauh ke dalam
gravitasi, baik aliran air-permukaan (surface streamflow) maupun air dalam tanah bergerak menuju tempat yang lebih rendah yang akhirnya dapat mengalir ke laut.
Namun, sebagian besar air permukaan dan air bawah tanah dikembalikan ke
atmosfer oleh penguapan dan pemeluhan (transpirasi) sebelum sampai ke laut (JR dan Paulhus, 1986).
2.2. Air
Air murni merupakan suatu persenyawaan kimia yang sangat sederhana
yang terdiri dari dua atom hidrogen (H) berikatan dengan satu atom oksigen (O).
secara simboloik air dinyatakan sebagai H2O. Air serta bahan-bahan dan energi
yang terkandung di dalamnya merupakan lingkungan bagi jasad-jasad air.
Pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada didalamnya, yaitu :
1. Dengan sifat-sifat fisiknya yaitu sebagai medium tempat hidup
tumbuh-tumbuhan dan hewan.
2. Dengan sifat-sifat kimianya sebagai pembawa zat-zat hara yang dipelukan
bagi pembentukan bahan-bahan organic oleh tumbuh-tumbuhan dengan
produksi primernya.
Sifat-sifat fisik inilah yang memisahkan lingkungan air dari lingkungan
udara. Berat jenis, panas jenis, kekentalan dan tegangan permukaan adalah
factor-faktor yang paling banyak mempengaruhi kehidupan. Berat jenis air
murni adalah 775 kali lebih besar dari udara (0o C, 760 mn Hg). Demikian pula pengaruhnya terhadap daya apung suatu benda.
Air mempunyai sifat yang khusus di antara zat-zat cair, karena
molekul-molekulnya cenderung membentuk kelompok atau akregasi akibat sifat-sifat
molekul-molekul air tersusun dalam bidang empat, yaitu satu molekul berada
di tengah-tengah dan empat molekul disudut suatu bidang empat. Struktur
seperti ini terdapat dalam bentuk es. Dalam bentuk cair bidang empat ini rusak
dan membentuk agregasi, yang dengan bertambahnya suhu sedikit demi
sedikit berubah kedalam keadaan peralihan sampai akhirnya pada bentuk bola
yang mempunyai susunan yang rapat. Susunan bidang empat mempunyai
volume yang terbesar dan berat jenis yang terbesar. Jika hanya proses ini yang
terjadi maka volume akan berkurang atau berat jenis akan bertambah pada
waktu pemanasan. Akan tetapi penuaian zat cair juga terjadi pada waktu yang
Tabel 2.1 Beberapa Sifat Air (Kordi dan Tancung, 2010)
Sifat Dibandingkan Dengan Zat lain
Tegangan permukaan Paling tinggi dari semua zat cair pada
umumnya.
Penghantaran panas Paling tinggi dari semua zat cair pada
umumnya, kecuali air raksa
Viskositas Relatif rendah untuk suatu zat cair
(menurun dengan meningkatnya suhu). Panas laten penguapan. Jumlah
pertambahan atau kehilangan panas per satuan massa oleh perubahan zat dari fase padat ke gas atau gas ke padat tanpa disertai kenaikan suhu (kal/g).
Paling tinggi dari semua zat pada umumnya.
Panas laten peleburan; jumlah pertambahan atau kehilangan panas per satuan massa oleh perubahan zat dari fase padat ke cair atau cair ke padat tanpa disertai kenaikan suhu (kal/g).
Paling tinggi dari semua zat pada umumnya dan sebagian besar zat padat.
Kapasitas panas; jumlah kebutuhan panas untuk menaikkan suhu 1 g zat 1oC (kal/g/oC)
Paling tinggi dari semua zat cair pada umumnya.
Kerapatan : massa persatuan volume (gram/cm3 atau gram/ml).
Berat jenis ditentukan oleh : (1) suhu; (2) salinitas; (3) tekanan. Berat jenis maksimum air murni adalah pada 4oC. untuk air laut, titik beku menurun dengan meningkatnya salinitas.
Kemampuan melarutkan Melarutkan zat dalam jumlah lebih besar
dari pada zat cair lain pada umumnya.
2.3. Sumber-sumber Air
Menurut Sutrisno (2004) sumber-sumber air ada empat yaitu:
1. Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl, dimana kadar garam
NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi
2. Air atmosfir, air meteriologik
Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya
pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan
lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air
minum hendaknya pada waktu menempung air hujan jangan dimulai pada
saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran.
Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap
pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan
mempercepat terjadinya korosi (karatan).
3. Air permukaan
Adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun,
kotoran industri kota dan sebagainya.
Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukaan
akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini.
Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan
bakteriologi.
Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu air permukaan itu
akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri yang dapat dijelaskan
sebagai berikut : udara yang mengandung Oksigen atau gas O2 akan
membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air
permukaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam
Panjangnya daerah perusakan ini tergantung pada :
• Sifat dan banyak pengotoran
- Aliran sungai (cepat atau lambat)
- Suhu/temperature
• Kadar Oksigen yang terlarut
Air permukaan ada 2 macam yaitu :
a. Air sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya
mempunyai derejat pengotoran yang tinggi sekali. debit yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.
Gambar 2.2. Air sungai (bps.org.my)
b. Air rawa/danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat
organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air
yang menyebabkan warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan kadar
zat organis tinggi, maka kadar Fe dan Mn akan tinggi dan dalam keadaan
larut. Pada permukaan air akan tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar
matahari dan O2.
Untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu di
tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula pada
lumut yang ada pada permukaan rawa/telaga.
Gambar 2.3 Air rawa (dephut.go.id)
4. Air Tanah
Menurut Soemarto (1995) Yang dimaksud dengan air tanah adalah air
yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi. Lapisan tanah yang
terletak di bawah permukaan air tanah dinamakan daerah jenuh (saturated zone), sedangkan daerah tidak jenuh terletak di atas daerah jenuh sampai ke permukaan
tanah, yang rongga-rongganya berisi air dan udara. Karena air tersebut meliputi
lengas tanah (soil moisture) dalam daerah perakaran (root zone), maka air mempunyai arti yang sangat penting bagi pertanian,botani dan ilmu tanah. Antara
daerah jenuh dan daerah tidak jenuh tidak ada garis batas yang tegas, karena
tersebut dapat bergerak ke daerah yang lain atau sebaliknya. Air tanah merupakan
sumber daya penting dalam penyediaan air di seluruh dunia. Penggunaannya
dalam irigasi, industri dan air minum makin meluas.
Sedangkan menurut Sutrisno (2004) air tanah terbagi atas :
Air tanah dangkal
Terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah, lumpur
akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan
jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut)
karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk
masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai saringan. Di
samping penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada
muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air
akan terkumpul merupakan air tanah dangkal di mana air tanah ini dimanfaatkan
untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
Air tanah dalam
Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam,
tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan
memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara
100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air.
Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam
keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artetis. Jika air tak dapat ke luar
dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air
Mata Air
Adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hamper tidak terpengaruh
oleh musim dan kua litas/kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.
Berdasarkan keluarnya ( mata air) terbagi atas :
Rembesan, dimana air ke luar dari lereng-lereng gunung.
Umbul, di mana air ke luar ke permukaan pada suatu dataran.
2.4. Syarat-syarat Air Minum
Pada umumnya ditentukan pada beberapa standar (patokan) yang pada
beberapa Negara berbeda-beda menurut :
Kondisi Negara masing-masing
Perkembangan ilmu pengetahuan
Perkembangan teknologi
Dengan demikian dikenal beberapa standar air minum, antara lain :
1. American drinking Water Standard.
2. British Drinking Water Standard.
3. W.H.O. Drinking Water Standard.
Dari segi kualitas, air minum harus memenuhi :
a. Syarat Fisik
Air tidak boleh berwarna.
Air tidak boleh berasa
Air tidak boleh berbau.
Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ± 25o C).
Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air
minum dimana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya. Kadar yang
disyaratkan dan tidak boleh dilampaui adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Syarat-syarat kadar kekeruhan dan warna untuk air minum (Sutrisno, 2004).
Bahan-bahan padat Tidak melebihi 50 mg/l Tidak melebihi 1.500 mg/l
Warna (skala Pt CO)
Tidak melebihi kesatuan Tidak melebihi 50 kesatuan
Rasa Tidak mengganggu -
Bau Tidak mengganggu -
b. Syarat-syarat Kimia
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat
kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.
c. Syarat-syarat Bakteriologik
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (pathogen)
sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi
batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air.
Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar (faeces) dan tanah.
Bakteri pathogen yang mungkin ada dalam air tanah antara lain :
Bakteri typhsum
Vibrio colerae
Bakteri dysentriae
Entamoeba hystolotica
2.5. Terjadinya Air Tanah
Untuk menguraikan terjadinya air tanah diperlukan peninjauan kembali
bagaimana dan dimana air tanah tersebut berada. Distribusinya di bawah
permukaan tanah dalam arah vertikal dan horizontal harus dimasukkan dalam
pertimbangan. Zona geologi yang sangat mempengaruhi air tanah, dan strukturnya
dalam arti kemampuaannya untuk menyimpan dan menghasilkan air harus
diidentifikasikan. Dengan anggapan bahwa kondisi hidrologi menyediakan air
kepada zona bawah tanah, maka lapisan-lapisan bawah tanah akan melakukan
distribusi dan mempengaruhi gerakan air tanah, sehingga peranan geologi
terhadap air tanah tidak dapat diabaikan.
Gambar 2.4 Bagan skematis yang menggambarkan terjadinya air tanah (Soemarto, 1995).
.
2.5.1. Asal Air Tanah
Hampir semua air tanah dapat dianggap sebagai bagian dari daur hidrologi,
termasuk air permukaan dan air atmosfir. Sejumlah kecil air tanah yang berasal
dari sumber lain dapat pula masuk kedalam dasar tersebut. Air connate adalah air yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan sedimen pada saat diendapkan.
yang berasal dari magma gunung berapi atau kosmik yang bercampur dengan air
terestik dinamakan air juvenile. Dilihat menurut sumbernya, air juvenile dapat
disebut air magma, air vulkanik atau air kosmik.
2.5.2. Sifat-sifat batuan yang Mempengaruhi Air Tanah
Air tanah berada dalam formasi geologi yang tembus air (permeable) yang dinamakan akuifer, yaitu formasi-formasi yang mempunyai struktur yang
memungkinkan adanya gerakan air melaluinya dalam kondisi medan (field- condition) biasa. Sebaliknya formasi yang sama sekali tidak tembus air
(impermeable) dinamakan aquiclude. Formasi tersebut mengandung air tetapi tidak memungkinkan adanya gerakan air yang melaluinya, sebagai contoh air
dalam tanah liat.
Aquifuge adalah formasi kedap air yang tidak mengandung atau mengalirkan air, dan yang termasuk dalam kategori ini adalah granit yang keras.
Bagian batuan yang tidak terisi oleh bagian padatnya akan diisi oleh air
tanah. Ruang-ruang tersebut dinamakan rongga-rongga atau pori-pori. Karena
rongga-rongga tersebut dapat bekerja sebagai pipa air tanah, maka rongga-rongga
tersebut ditandai oleh besarnya, bentuknya, ketidakaturannya (irregularity) dan distribusinya. Rongga-rongga primer terbentuk selama proses geologi yang
mempengaruhi asal dari formasi geologi, yang didapatkan pada batuan sedimen
dan batuan beku. Rongga-rongga sekunder terjadi setelah batuan terbentuk;
sebagai contoh joints, fractures, lubang-lubang yang dibuat oleh binatang dan
tumbuh-tumbuhan. Mengingat besarnya rongga-rongga tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai kapiler, super kapiler dan sub kapiler. Rongga-rongga
menahan air. Rongga-rongga super kapiler lebih besar daripada rongga-rongga
kapiler, sedangkan rongga-rongga sub kapiler lebih kecil, sehingga dapat menahan
air karena gaya-gaya adhesinya.
Porositas batuan atau tanah merupakan ukuran rongga-rongga yang
terdapat didalamnya. Ini dinyatakan dalam persentasi antara ruang-ruang kosong
terhadap volume massa, maka :
n = 1���
�
(2-1)
dengan n = porositas
w = volume air yang diperlukan untuk mengisi semua lubang-lubang pori V = volume total batuan atau tanah
Tabel 2.3 Porositas Beberapa Bahan Sedimen (Soemarto, 1995)
Bahan Porositas (%)
Tanah 50 – 60
Tanah liat 45 – 55
Lanau (silt) 40 – 50
Pasir medium sampai kasar 35 – 40
Pasir berbutir serba sama (uniform) 30 – 40
Pasir halus sampai medium 30 – 35
Gerakan air tanah dalam keadaan sebenarnya tidak berubah. Gerakan
tersebut dikuasai oleh prinsip-prinsip hidrolika yang telah tersusun baik. Terhadap
aliran tanah lewat akuifer, yang pada umumnya merupakan media tiris, dapat
diberlakukan hukum Darcy. Permeabilitas, yang merupakan ukuran kemudahan
aliran. Penentuan besarnya permeabilitas secara langsung dapat dilakukan melalui
pengukuran-pengukuran dilapangan atau di laboratorium. Informasi mengenai
gerakan air tanah dapat diperoleh dengan memberikan suatu zat ke dalam aliran
yang kemudian dirumut dalam ruang dan waktu. Dari hukum Darcy dan
persamaan kontinuitas persamaan umum aliran air tanah dapat di cari.
Hukum Darcy
Lebih seabad yang lalu Henry Darcy, seorang ahli bangunan air dari Dijon
(Perancis), telah melakukan penyelidikan terhadap aliran air lewat lapisan pasir
horizontal yang digunakan sebagai filter air.
Hukum Darcy adalah persamaan yang mendefinisikan kemampuan suatu
fluida mengalir melalui media berpori seperti batu. Hal ini bergantung pada
prinsip bahwa jumlah aliran antara dua titik adalah berbanding lurus dengan
perbedaan tekanan antara titik-titik dan kemampuan media melalui yang mengalir
untuk menghambat arus. Berikut tekanan mengacu pada kelebihan tekanan lokal
atas tekanan hidrostatik cairan normal yang karena gravitasi, meningkat dengan
mendalam seperti di kolom berdiri air. Ini faktor impedansi aliran ini disebut
sebagai permeabilitas. Dengan kata lain, hukum Darcy adalah hubungan
proporsional sederhana antara tingkat debit sesaat melalui media berpori dan
penurunan tekanan lebih dari jarak tertentu.
Eksperimen yang telah dilakukan oleh Darcy tersebut dapat diperiksa
dengan melakukan percobaan mengalirkan air dengan debit sebesar Q lewat
silinder berpenampang melintang A yang diisi pasir dan mempunyai dua buah
2.5). Energi total, atau potensial benda cair, di atas bidang datum dinyatakan
dengan persamaan Bernoulli sebagai berikut :
�1
Gambar 2.5 Ekspresi Hukum Darcy
Indeks 1 dan 2 menunjukkan tempat pengamatan seperti terlihat pada Gambar 2.5
Karena kecepatan air dalam tanah sangat kecil, v dapat diabaikan,
sehingga rumus (2-2) dapat ditulis sebagai berikut
�g = berat jenis benda cair z = elevasi
hL = kehilangan energy
�1 = potensial di 1
�2 = potensial di 2
di sini terlihat bahwa hL merupakan kehilangan potensial dalam silinder pasir,
yang disebabkon oleh adanya tahanan geser. Kehilangan potensial tersebut tidak
tergantung kepada kemiringan silinder pasir.
Dari perhitungan-perhitungan yang dilakukan oleh Darcy terdapat roporsionalitas
antara Q dan hL dan antara Q dan 1/L. Jika proporsionalitas itu dianggap konstan
dan dinyatakan dengan k didapat persamaan :
Q = k A ℎ�
Rumus (2-6) merupakan rumus Darcy, yang menyatakan bahwa kecepatan
aliran v sama dengan perkalian antara kontanta k, yang diketahui sebagai koefisien permeabilitas, dengan gradient hidrolik (Soemarto, 1995).
2.7. Sungai
Sungai merupakan daerah yang dilalui badan air yang bergerak dari tempat
yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dan melalui permukaan atau bawah
hanya dibahas sungai permukaan. Sebuah sungai dapat dibedakan menjadi hulu,
hilir, dan muara.
Gambar 2.6 Sungai Batang Gadis
(salah satu sumber air PDAM Tirta Madina Mandailing Natal)
Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan sungai yang dangkal dan
sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat. Sungai bagian
hilir umumnya lebih lebar, tebingnya curam atau landai, badan air dalam, keruh,
aliran air lambat. Sedangkan muara adalah bagian sungai yang berbatasan dengan
laut. Di bagian sungai ini mempunyai tebing landai dan dangkal, badan air dalam,
keruh serta mengalir lambat (Kordi dan Tancung, 2010).
2.8. Danau
Danau adalah wilayah yang digenangi badan air sepanjang tahun serta
terbentuk secara alami. Pembentukan danau terjadi karena gerakan kulit bumi
sehingga bentuk dan luasnya sangat bervariasa. Danau yang terbentuk sebagai
akibat gaya tektonik kadang-kadang badan airnya mengandung bahan-bahan dari
perut bumi seperti belerang dan panas bumi. Bahan belerang bersifat racun bagi
organisme, sedangkan panas bumi dalam batas tertentu menyuburkan perairan
Gambar 2.7 Danau Siombun
(salah satu sumber air PDAM Tirta Madina Mandailing Natal)
2.9. Mandailing Natal
Kabupaten Mandailing Natal merupakan pemecahan dari Kabupaten
Tapanuli Selatan pada tanggal 23 November tahun 1998. Kabupaten Mandailing
Natal beribu kota di Panyabungan. Kabupaten Mandailing Natal mempunyai luas
wilayah 662.070 Ha, terdiri dari 23 Kecamatan dan 407 desa/kelurahan dengan
jumlah penduduk 408.731 jiwa ( Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing
Natal, 2011).
2.9.1.1 Aspek Fisik
2.9.1.2 Letak dan Batas Geografis
Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak antara antara 00.10’–
10o50’ LU dan 98o50’ – 100o10’ BT. Daerah Kabupaten Mandailing Natal terletak
paling selatan dari provinsi Sumatera Utara dengan batas-batas sebagi berikut :
- Sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Barat
- Sebelah Timur dengan Provinsi Sumatera Barat
- Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia/Hindia
Iklim
Wilayah Kabupaten Mandailing Natal mempunyai iklim yang hampir sama
dengan sebagian besar Kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hanya dikenal dua
musim yaitu musim hujan dan kemarau. Suhunya berkisar antara 230C – 320C dengan kelembaban antara 80% - 95% atau rata-rata 87.5% . curah hujan
maksimum mencapai 1.630 mm/tahun.
2.9.2. Asfek Lingkungan
2.9.2.1 Fasilitas Kota
a.Fasilitas Pendidikan
Sarana/fasilitas pendidikan yang terdapat di Kabupaten Mandailing Natal
sudah cukup memadai mulai dari Taman kanak-kanak sampai dengan Perguruan
tingi baik negeri maupun swasta. Jenis dan fasilitas pendidikan di Kabupaten
Mandailing Natal dirinci dalam tabel berikut :
Tabel 2.4 Fasilitas-fasilitas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal
No Jenis sarana Jumlah Jumlah siswa dan guru
1 SD 134 27.763
b. Fasilitas Peribadatan
Kabupaten Mandailing Natal penduduknya sebagian besar beragama Islam,
selain itu agama Kristen Protestan dan Katolik juga terdapat di daerah ini,
Fasilitas peribadatan masyarakat yang ada di Kabupaten Mandailing Natal
meliputi Masjid, Mushalla, Langgar dan Gereja. Jumlah dan Rincian fasilitas
peribadatan di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 2.5 Fasilitas-fasilitas Peribadatan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal
No Jenis sarana Jumlah tempat ibadah
1 Masjid 151
2 Musholla/langgar 270
3 Gereja 14
Total 435
Sumber : Mandailing Natal dalam Angka 2012
c. Fasilitas Kesehatan.
Fasilitas kesehatan yang melayani kebutuhan masyarakat Kabupaten
Mandailing Natal terdiri dari Rumah Sakit dan Puskesmas. Rinciannya dan
jumlah fasilitas kesehatan masyarakat Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat
dalam tabel berikut :
Tabel 2.6 Fasilitas-fasilitas Kesehatan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal
No Jenis sarana Jumlah Jumlah tempat tidur
1 Rumah sakit 3 200
2 Puskesmas - -
3 Puskesmas pembantu - -
Total 3 200
d. Fasilitas Perkantoran
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal
2011 bahwa jumlah total pegawai pada instansi pemerintah berjumlah sekitar
7.811 orang.
2.10. Sistem Air Bersih Yang Ada
Ditinjau dari cara pengadaan air untuk berbagai macam keperluan bagi
masyarakat Kabupaten Mandailing Natal dapat digolongkan atas beberapa
macam, yaitu :
1. Sistem Individu
Sistem pengadaan air bersih secara individu pada umumnya menggunakan
sumur-sumur terbuka maupun sumur bor dangkal. Cara ini dilakukan pada bagian
kota yang belum terjangkau sistem air bersih dari PDAM. Mengenai kualitas
airnya ditinjau dari segi fisiknya, air sumur yang ada pada umumnya tidak
memenuhi syarat kimianya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap
aspek kesehatan, sedangka kuantitasnya kadang - kadang masih sering mengalami
kekeringan pada musim kemarau yang panjang (Maindoka dan Panjaitan, 2011).
2. Sistem Air Bersih PDAM
PDAM Kabupaten Mandailing Natal berbentuk perusahaan daerah dengan
volume air yang diproduksi pada tahun 2011 sebesar 67,5 l/s. Sumber air PDAM
Kabupaten Mandailing Natal berasal dari Sungai, Danau, dan Mata air. Yang
2.11 Sejarah PDAM Tirta Madina Kabupaten Mandailing Natal
PDAM TIRTA MADINA Kabupaten Mandailing Natal, didirikan
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mandailing Natal No. 18 Tahun 2010
Tanggal 30 November 2010, dengan tujuan untuk mengelola dan
menyelenggarakan pelayanan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan,
mengembangkan perekonomian daerah, dan meningkatkan pendapatan asli daerah
dengan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip ekonomi perusahaan tanpa
melupakan fungsi sosialnya demi kesejahteraan masyarakat.
PDAM TIRTA MADINA Kabupaten Mandailing Natal merupakan
pengalihan dari kerja sama operasional (KSO) antar Pemkab Mandailing Natal
dengan PDAM TIRTANADI Propinsi Sumatera Utara untuk mengelola dan
melayani kebutuhan air minum di Kabupaten Mandailing Natal dengan nilai asset
tetap pada saat serah terima tanggal 22 November 2010 sebesar Rp.
2.096.634.222.- (dua milyar sembilan puluh enam juta enam ratus tiga puluh
empat ribu dua ratus dua puluh dua rupiah).
Jumlah pelanggan PDAM Tirta Madina relatif kecil apabila dibandingkan
dengan jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal. Sampai dengan bulan
Maret 2012 dari 23 ibu kota kecamatan, hanya 5 daerah yang terlayani oleh
PDAM Tirta Madina, dengan jumlah pelanggan sebanyak 1.793 sambungan, atau
10.758 jiwa, dengan estimasi 1 KK adalah 6 jiwa. Apabila dibandingkan dengan
jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal dari data BPS tahun 2010 yaitu
403.894 jiwa maka persentase pelayanan hanya sekitar 2,66 % (PDAM Tirta
2.12. Undang-undang Sumber Daya Air
Undang-undang No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
Pasal 32
(3) Penggunaan air dari sumber air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari,
sosial, dan pertanian rakyat dilarang menimbulkan kerusakan pada sumber air dan
lingkungannya atau prasarana umum yang bersangkutan.
Pasal 64
(7) Setiap orang atau bahan usaha dilarang melakukan kegiatan yang
mengakibatkan rusaknya prasarana sumber daya air.
Pasal 94
(2) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):
a. setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan penggunaan air yang
mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan kerusakan fungsi
sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3); atau
b. setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan
rusaknya prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat
(7).
Pasal 95
(2) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah):
a. setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan kegiatan penggunaan air yang
mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan kerusakan fungsi
b. setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang
mengakibatkan kerusakan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (7).
2.13. Metode Perkiraan Jumlah Penduduk
Perkiraan dan pertambahan jumlah penduduk erat sekali hubungannya
dengan perencanaan suatu sistem penyediaan air bersih pada suatu daerah.
Perkembangan dan pertambahan jumlah penduduk akan menentukan besarnya
kebutuhan air bersih dimasa yang akan datang, dimana hasilnya merupakan
pendekatan dari hasil sebenarnya.
Dalam memperkirakan jumlah penduduk dimasa yang akan datang, kita
dapat ditentukan dengan tiga metode yaitu,
1. Metode Arithmatik
2. Metode Geometrik
3. Metode Least Square
2.13.1. Metode Arithmatik
Metode perhitungan dengan cara aritmatik didasarkan pada kenaikan
rata-rata jumlah penduduk dengan menggunakan data terakhir dan rata-rata-rata-rata
sebelumnya. Dengan cara ini perkembangan dan pertambahan penduduk akan
bersifat linier. Perhitungan ini menggunakan persamaan berikut :
Pn = Pt + I ( n ) (2-7)
I = Po−Pt
t (2-8)
dimana Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n;
n = jumlah interval
2.13.2. Metode Geometrik
Perhitungan perkembangan populasi berdasarkan pada angka kenaikan
penduduk rata – rata pertahun. Presentase pertumbuhan penduduk rata – rata dapat
dihitung dari data sensus tahun sebelumnya. Persamaan yang digunakan untuk
metode Geometrik ini adalah :
Pn = Po ( 1 + r )n (2-9) dimana Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n;
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar; r = laju pertumbuhan penduduk;
n = jumlah interval
2.13.3. Metode Least Square
Metode ini umumnya digunakan pada daerah yang tingkat pertambahan
penduduk cukup tinggi. Perhitungan pertambahan jumlah penduduk dengan
metode ini didasarkan pada data tahun-tahun sebelumnya dengan menganggap
bahwa pertambahan jumlah penduduk suatu daerah disebabkan oleh kematiaan,
kelahiran, dan migrasi. Persamaan untuk metode ini adalah :
Ŷ = a.X + b (2-10)
dimana Ŷ = nilai variabel berdasarkan garis regresi; X = variabel independen;
a = konstanta;
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode dan Tahapan Penelitian
Tugas akhir ini disusun dengan tahapan sebagai berikut :
a) Mengumpulkan beberapa literatur dari buku, makalah, jurnal dan catatan
kuliah yang berkaitan dengan studi pustaka.
b) Data primer → survei lokasi di PDAM TIRTA MADINA
c) Mengumpulkan data sekunder berupa data jumlah penduduk, fasilitas
umum. Data sekunder merupakan data dari instansi, lembaga masyarakat,
dan pihak terkait yang berhubungan dengan pembahasan.
d) Menganalisa data jumlah penduduk dan fasilitas umum untuk menghitung
kebutuhan air, dengan menggunakan metode Arithmatik, metode
Geometrik dan metode Least Square.
e)
Membuat kesimpulan dan saran.3.2 Tempat dan waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Madina cabang Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal.
Sedangkan waktu penelitian dilakukan bulan Maret-April 2013.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa studi literatur yaitu mencari dan mempelajari pustaka yang
sumber seperti berupa literatur buku, catatan kuliah, jurnal, majalah, artikel,
maupun data dari internet.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Menentukan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan langsung di Kabupaten Mandailing Natal
dan di PDAM cabang Panyabungan, selain itu, data-data pelengkap di
ambil dikantor Badan Pusat Statistik dan Perpustakan Daerah
Kabupaten Mandailing Natal untuk menunjang penulisan tugas akhir
ini.
2. Wawancara
Dalam kegiatan ini pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau diskusi dengan pihak PDAM Tirta Madina
Panyabungan.
3. Metode analisa
Metode analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
perkiraan jumlah penduduk berupa metode Aritmatika, Geometrik, dan
Last-square dimana nantinya digunakan untuk mengetahui perkiraan total debit air, ditambah penggunaan air oleh fasilitas-fasilitas umum
3.5 Prosedur Penelitian
I. Menghitung perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal
dengan menggunakan tiga metode yaitu Aritmetika, Last-square dan
Geometri. Dan dari ketiga metode ini diambil nilai terbesar.
II. Menghitung perkiraan kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten
Mandailing Natal berdasarkan proyeksi dari jumlah penduduk dan
fasilitas-fasilitas di Kabupaten Mandailing Natal.
III. Menganalisis solusi-solusi yang dapat dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten Mandailing Natal Sampai
20 tahun ke depan.
Ya
Ya
Ya
Ya
Gambar 3. Diagram Alir Metode Penelitian Data Fasilitas Kota
Fasilitas Pendidikan Fasilitas Peribadatan Fasilitas Perkantoran Fasilitas Kesehatan
Apakah data sudah cukup
Pengolahan Data
1. Jumlah Penduduk Kabupaten Mandailing Natal
(Kecamatan Panyabungan, Siabu, Panyabungan Selatan dan Kotanopan)
2. Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Mandailing Natal sampai 20 tahun kedepan.
Jadwal Penelitian
Tabel 3. Jadwal penelitian
N
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Jumlah Penduduk
Perkiraan Jumlah Penduduk Pada Tahun 2031 Yang Akan Datang
Untuk membuat perkiraan jumlah penduduk sampai tahun 2031,
digunakan tiga metode yaitu metode Aritmetika, metode Last-square, dan metode
Geometri. Hal ini dilakukan untuk membandingkan metode mana yang
menghasilkan perkiraan jumlah penduduk yang paling besar dan selanjutnya akan
digunakan sebagai dasar memperkirakan jumlah kebutuhan air bersih penduduk
pada masa yang akan datang.
Dalam memperkirakan jumlah penduduk, digunakan data-data jumlah
penduduk sebelumnya. Adapun data-data jumlah penduduk Kabupaten
Mandailing Natal, mewakili empat kecamatan ( Panyabungan, Siabu, Kotanopan
dan Panyabungan Selatan) yang menjadi data proyeksi adalah data tahun
2005-2011. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2005-2011
No Kecamatan
Jumlah 145.764 163.916 165.468 168.089 170.649 160.280 161.989
Metode yang digunakan dalam memperkirakan jumlah penduduk adalah
Sehingga persamaan menjadi :
2. Metode Geometri
Dari data jumlah penduduk kabupaten Mandailing Natal kita dapat
menentukan besarnya rasio pertambahan jumlah penduduk dengan menggunakan
rumus :
Sehingga kita dapat menentukan jumlah penduduk tahun 2012–2031 dapat
dihitung dengan persamaan,
untuk tahun 2027 n = (2027 - 2005) = 22 maka :
Pn = Po ( 1 + r )n
Pn = 161.989 ( 1 + 0,015 )22 Pn = 224.770 jiwa
untuk tahun 2028 n = (2028 - 2005) = 23 maka :
Pn = Po ( 1 + r )n
Pn = 161.989 ( 1 + 0,015 )23 Pn = 228.141 jiwa
untuk tahun 2029 n = (2029 - 2005) = 24 maka :
Pn = Po ( 1 + r )n
Pn = 161.989 ( 1 + 0,015 )24
Pn = 231.563 jiwa
untuk tahun 2030 n = (2030 - 2005) = 25 maka :
Pn = Po ( 1 + r )n
Pn = 161.989 ( 1 + 0,015 )25 Pn = 235.037 jiwa
untuk tahun 2031 n = (2031 - 2005) = 26 maka :
Pn = Po ( 1 + r )n
Pn = 161.989 ( 1 + 0,015 )26
3. Metode Last-Square
Dari data jumlah penduduk tahun 2005-2011, data tahun dijadikan data X
dan jumlah penduduk dijadikan data Y.
Tabel 4.2 Penentuan data regresi
No Tahun X Y X2 X.Y
= (140)(1.136.152)− (28)(4.591.184)
(7)(140)− (28)2
= 155.653,7 jiwa
Sehingga diperoleh :
Y = 1.663,43 X + 155.653,7
Dimana X adalah tahun proyeksi.
Jadi :
jumlah penduduk untuk tahun 2012 adalah :
Y = 1.663,43 (7) + 155.653,7
= 167.298 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2013 adalah :
Dimana X = (2013 – 2005) = 8
Y = 1.663,43 (8) + 155.653,7
= 168.961 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2014 adalah :
Dimana X = (2014 – 2005) = 9
Y = 1.663,43 (9) + 155.653,7
= 170.624 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2015 adalah :
Dimana X = (2015 – 2005) = 10
Y = 1.663,43 (10) + 155.653,7
= 172.288 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2016 adalah :
Dimana X = (2016 – 2005) = 11
Y = 1.663,43 (11) + 155.653,7
= 173.951 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2017 adalah :
Dimana X = (2017 – 2005) = 12
Y = 1.663,43 (12) + 155.653,7
= 175.615 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2018 adalah :
Y = 1.663,43 (13) + 155.653,7
= 177.278 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2019 adalah :
Dimana X = (2019 – 2005) = 14
Y = 1.663,43 (14) + 155.653,7
= 178.942 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2020 adalah :
Dimana X = (2020 – 2005) = 15
Y = 1.663,43 (15) + 155.653,7
= 180.605 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2021 adalah :
Dimana X = (2021 – 2005) = 16
Y = 1.663,43 (16) + 155.653,7
= 182.268 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2022 adalah :
Dimana X = (2022 – 2005) = 17
Y = 1.663,43 (17) + 155.653,7
= 183.932 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2023 adalah :
Dimana X = (2023 – 2005) = 18
Y = 1.663,43 (18) + 155.653,7
= 185.595 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2024 adalah :
Y = 1.663,43 (19) + 155.653,7
= 187.259 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2025 adalah :
Dimana X = (2025 – 2005) = 20
Y = 1.663,43 (20) + 155.653,7
= 188.922 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2026 adalah :
Dimana X = (2026 – 2005) = 21
Y = 1.663,43 (21) + 155.653,7
= 190.586 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2027 adalah :
Dimana X = (2027 – 2005) = 22
Y = 1.663,43 (22) + 155.653,7
= 192.249 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2028 adalah :
Dimana X = (2028 – 2005) = 23
Y = 1.663,43 (23) + 155.653,7
= 193.912 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2029 adalah :
Dimana X = (2029 – 2005) = 24
Y = 1.663,43 (24) + 155.653,7
= 195.576 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2030 adalah :
Y = 1.663,43 (25) + 155.653,7
= 197.239 jiwa
jumlah penduduk untuk tahun 2031 adalah :
Dimana X = (2031 – 2005) = 26
Y = 1.663,43 (26) + 155.653,7
= 198.903 jiwa
Dari hasil perhitungan di atas, bahwa perkiraan jumlah penduduk terbesar
kabupaten Mandailing Natal (kecamatan Panyabungan, Panyabungan Selatan,
Siabu dan Kotanopan) diperlihatkan pada metode Geometri. Karena data yang di
dapat tujuh tahun terakhir maka asumsi perkembangan penduduk rata rata
(bernilai r) menggunakan data jumlah penduduk di Kabupaten Mandailing Natal
tahun 2005 dan hasil proyeksi penduduk tahun 2031.
Data jumlah penduduk :
Tahun 2005 = 145.764 jiwa
Tahun 2031 = 238.562jiwa
Selisih tahun data pengamatan awal dan akhir (n) = 26
Perkembangan penduduk rata-rata adalah :
r = �238 .562
145 .764�
1 26
– 1 = 1,9 %
Tabel 4.3 Perkiraan Jumlah Penduduk Kabupaten Mandailing Natal (Kecamatan Panyabungan, Panyabungan Selatan, Siabu dan Kotanopan) Tahun 2012 – 2031
Tahun Metode
Aritmetika Geometri Last-square
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
J
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Metode Aritmetika, Last-square Dan Geometri
Arithmetic Method
Last Square method
4.2. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih
Perkiraan kebutuhan air bersih masyarakat kabupaten Mandailing Natal
(Kecamatan Panyabungan, Panyabungan Selatan, Siabu dan Kotanopan), sampai
tahun 2031 dapat diketahui dengan berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dan
fasilitas-fasilitas yang terdapat pada kabupaten Mandailing Natal.
4.2.1. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Untuk Seluruh Masyarakat
(Domestik)
Dari hasil perkiraan jumlah penduduk yang terbesar yang ditunjukkan oleh
metode Geometri, diperoleh bahwa jumlah penduduk kabupaten Mandailing Natal
(Kecamatan Panyabungan, Panyabungan Selatan, Siabu dan Kotanopan), sampai
tahun 2031 sekitar 238.562 jiwa. Standar kebutuhan air untuk setiap orang dengan
jumlah penduduk antara 100.000 – 300.000 jiwa adalah 300 liter/orang/hari
(Sularso,2004). Maka kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Mandailing
Natal adalah :
= 238.562 × 300 liter/orang/hari
= 71.568.600 liter/orang/hari
= 71.568,6 m3/orang/hari
= 0,83 m3/s
3.2.2. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Pendidikan
Perkiraan kebutuhan air untuk fasilitas pendidikan Kabupaten Mandailing
Naatal sebagaimana data yang tercantum pada tabel 2.8 diatas, dapat dihitung
sampai tahun 2031 digunakan Persamaan,
Pn = Po ( 1 + r )n Pn = Po ( 1 + 0.015)n
Perkiraan jumlah siswa, guru dan pegawai untuk SD tahun 2031 adalah
Pn = Po ( 1 + 0.015)n Pn = 27.763 (1 + 0.015)20
Pn = 37.393 jiwa
Perkiraan jumlah siswa, guru dan pegawai untuk SLTP tahun 2031 adalah
Pn = Po ( 1 + 0.015)n Pn = 8.607 (1 + 0.015)20 Pn = 11.592 jiwa
Perkiraan jumlah siswa, guru dan pegawai untuk SMA/SMK tahun 2031
adalah
Pn = Po ( 1 + 0.015)n Pn = 9.930 (1 + 0.015)20 Pn = 13.374 jiwa
Perkiraan jumlah siswa, guru dan pegawai untuk Pesantren tahun 2031
adalah
Perkiraan jumlah siswa, guru dan pegawai untuk Perguruan Tinggi tahun
2031 adalah
Pn = Po ( 1 + 0.015)n Pn = 1.198 (1 + 0.015)20
Pn = 1.613 jiwa
Adapun standar kebutuhan air untuk fasilitas pendidikan adalah 40–50
liter/orang/hari (Sularso,2004). Disini diambil 50 liter/orang/hari Maka :
Jumlah kebutuhan air untuk tingkat SD tahun 2031,
= 37.393 ×50
1000 = 1.870 m
3
/hari
Jumlah kebutuhan air untuk tingkat SLTP tahun 2031
= 11.592 ×50
1000 = 579,6 m
3
/hari
Jumlah kebutuhan air untuk tingkat SMA/SMK tahun 2031
= 13.374 ×50
1000 = 668,7 m
3
/hari
Jumlah kebutuhan air untuk tingkat Pesantren tahun 2031
= 3.564 ×50
1000 = 178,2 m
3
/hari
Jumlah kebutuhan air untuk tingkat Perguruan Tinggi tahun 2031
= 1.613 ×50
1000 = 80,65 m
3
/hari
Tabel 4.5 Perkiraan jumlah siswa, guru dan pegawai dan kebutuhan air tahun
Jumlah Siswa, Guru dan Pegawai
Jumlah
Kebutuhan Air
SD SLTP SMA/SMK Pesantren Perguruan Tinggi
Jadi total kebutuhan air bersih untuk fasilitas pendidikan sampai tahun 2031
adalah :
= 3.397.700 liter / orang / hari
= 3.397,7 m3 / hari
3.2.3. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Peribadatan
Untuk perkiraan jumlah kebutuhan air pada fasilitas Peribadatan
sebagaimana data yang tercantum pada tabel 2.9 di atas, dapat dihitung
menggunakan persamaan yang sama dengan fasilitas pendidikan yaitu :
Pn = Po ( 1 + r )n Pn = Po ( 1 + 0.015)n
Dimana standar kebutuhan air untuk fasilitas peribadatan 2 m3/unit/hari atau 2000 l/unit/hari (Sularso,2004).
Jadi, perkiraan jumlah pasilitas peribadatan (Mesjid) untuk tahun 2031
adalah :
Pn = Po ( 1 + 0.015)n
Pn = 151 (1 + 0,015)20
Pn = 203 unit
Perkiraan jumlah Musholla/langgar untuk tahun 2031 adalah :
Pn = Po ( 1 + 0,015)n Pn = 270 (1 + 0,015)20
Pn = 363 unit
Perkiraan jumlah Gereja untuk tahun 2031 adalah :
Pn = Po ( 1 + 0,015)n
Pn = 14 (1 + 0,015)20 Pn = 18 unit
Tabel 4.6 Perkiraan jumlah Fasilitas Peribadatan dan kebutuhan air tahun Mesjid Mushalla/Langgar Gereja
1 2011 151 270 14 435 870.000
Jadi total kebutuhan air bersih untuk fasilitas peribadatan tahun 2031
Adalah :
= 1.172.000 l/unit/hari
= 1.172 m3/unit/hari
3.2.4. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Kesehatan
Dengan menggunakan persamaan yang sama dengan fasilitas sebelumnya,
sebagaimana data yang tercantum pada tabel 2.10 maka jumlah fasilitas kesehatan
di Kabupaten Mandailing Natal dapat di hitung dengan persamaan,
Pn = Po ( 1 + r )n Pn = Po ( 1 + 0.015)n
Dimana standar kebutuhan air untuk fasilitas kesehatan 250 l/tempat tidur/hari
(Sularso,2004), maka perkiraan kebutuhan air untuk fasilitas kesehatan tahun
2031 dapat di hitung,
Pn = Po ( 1 + 0.015)n Pn = 200 (1 + 0.015)20
Pn =269 unit
Tabel 4.7 perkiraan jumlah tempat tidur dan kebutuhan air tahun 2011-2031
No
Tahun
Jenis sarana kebutuhan air 250
l/tempat tidur/orang
Rumah sakit Puskesmas Puskesmas
Jadi total perkiraan air bersih untuk fasilitas kesehatan tahun 2031 adalah :
= 269 × 250 l/ tempat tidur / hari
= 67,250 l/ tempat tidur / hari
= 67,25 m3 / hari = 0,000778 m3 / s
3.2.5. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih Untuk Fasilitas Perkantoran
Kebutuhan air untuk fasilitas perkantoran ini, dapat diketahui dengan cara
mengetahui yang menempati berbagai instansi pemerintah maupun swasta yang
ada di Kabupaten Mandailing Natal (kecamatan Panyabungan, Panyabungan
Selatan, Kotanopan dan siabu) Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Mandailing Natal 2011 bahwa jumlah total pegawai pada instansi
pemerintah berjumlah sekitar 2.214 orang. Sehingga jumlah pagawai/karyawan
sampai tahun 2031 diperkirakan,
Pn = Po ( 1 + 0.015)n
Pn = 2.214 (1 + 0.015)20 Pn = 2.982 jiwa
Berdasarkan standar kebutuhan air bersih untuk fasilitas perkantoran adalah 120
liter/pegawai/hari ( Sularso,2004), maka kebutuhan air bersih untuk sampai tahun
2031 adalah :
= 2.982 ×120 liter / pegawai /hari
= 357.840 liter / pegawai /hari
= 357,84 m3 / hari
4.3 Perhitungan perkiraan kebutuhan air bersih menurut jumlah
pelanggan PDAM Tirta Madina
Tabel 4.9 Jumlah pelangan PDAM TIRTA MADINA menurut daerah pelayanan sampai dengan bulan Maret 2012
No Daerah
Sumber : PDAM TIRTA MADINA 2012
Karena data yang didapatkan hanya ada satu tahun terakhir, maka untuk
proyeksi jumlah penduduk menggunakan rumus geometrik dengan asumsi
perkembangan penduduk rata-rata (nilai r)
Untuk Siabu untuk tahun 2013 n = (2012 - 2013) = 1 maka :
Pn = Po ( 1 + r )n = 227 (1 + 0.015)1
= 230 KK (Asumsi KK = 6 Orang)
= 1,380 jiwa
Untuk Kayulaut untuk tahun 2013 n = (2012 - 2013) = 1 maka :
Pn = Po ( 1 + r )n = 143 (1 + 0.015)1
= 145 KK (Asumsi KK = 6 Orang)
Tabel 4.10 Perkiraan Jumlah Pelanggan PDAM TIRTA MADINA sampai
Daerah Pelayanan Jumlah
Pelanggan
Panyabungan Kotanopan Siabu Kayulaut