• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN (STUDI PADA BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) BANDUNG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN (STUDI PADA BALAI PELAYANAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (BP3TKI) BANDUNG)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE EVALUATION OF MIGRANT WORKER PROTECTION POLICY

By

SELLI MUTIARA SARI

The migrant worker problem continues to rise annually and it made government concern that the government enacted Act number 39 in 2004 about Placement and Protection of Indonesian Oversea Workers, so that President Susilo Bambang Yodhoyono issued President Regulation No 81 about Establishment of National Agency for Placement and Protection of Indonesian Oversea Worker (or BNP2TKI) and Service Agency For Placement and Protection of Indonesian Oversea Worker (or BP3TKI) as technical operation unit in regions under BNP2TKI to conduct Act No 39 in 2004.

The objectives of this research were to find out description from implementation of migrant worker protection in West Java province, and to find out factors that might cause failures in implementing migrant worker protection policy. The results showed that the implementation of Act No 39 in 2004 about Placement and Protection of Indonesian Oversea Workers was conducted improperly, because migrant worker always got problems. The some factors leading to implementation failures were that no particular budgets allocated by BP3TKI in Bandung for migrant worker protection, and both of coordination and bilateral cooperation conducted by government and BP3TKI was incapable to overcome migrant worker problems. This was a result of policies that were supposed to regulate migrant worker protection were formed with foreign interventions with an objective to benefit only particular parties.

(2)

is to be charged from migrant worker protection funds; and (4) revising Act No 39 in 2004.

(3)

ABSTRAK

EVALUASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN

Oleh

SELLI MUTIARA SARI

Masalah buruh migran yang tidak kunjung usai setiap tahunnya menimbulkan perhatian dari pemerintah dengan menuangkannya dalam sebuah Undang-Undang No 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (PPTKILN), sehingga pada tahun 2006 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan peraturan presiden No 81 tentang Pembentukan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)dan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) sebagai unit pelaksana teknis di daerah di bawah BNP2TKIsebagai pelaksana UU No 39 Tahun 2004.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dari implementasi kebijakan perlindungan buruh migran di Provinsi Jawa Barat, serta mengetahui faktor-faktor penyebab kegagalan dari implementasi kebijakan perlindungan buruh migran tersebut. Penelitian ini menggunakaan pendekatan Kualitatif. Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai kebijakan perlindungan buruh migrant ditemukan dalam implementasi kebijakan UU No 39 Tahun 2004 tentang PPTKILN ini ternyata tidak dapat dijalankan dengan baik mulai dari pra penempatan sampai pada purna penempatan, karena dalam setiap prosesnya buruh migran tidak pernah luput dari berbagai masalah. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan ini dapat dilihat dari anggaran yang dilakukan oleh BP3TKI Bandung yang belum memberikan anggaran khusus untuk perlindungan buruh migran, selain itu, koordinasi dan kerja sama bilateral yang dilakukan oleh pemerintah maupun BP3TKI belum mampu menyelesaikan masalah buruh migran. Karena, kebijakan yang mengatur tentang perlindungannya pun ternyata dibentuk atas hasil intervensi pihak asing dengan tujuan membuka ruang bisnis yang menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.

(4)

akses pelayanan yang diberikan BP3TKI untuk mengawasi para buruh migran di negara penempatan dengan membentuk layanan pengaduan melalui komunikasi. (3) melimpahkan tanggungjawab pengelolaan asuransi pada pemerintah sehingga buruh migran tidak harus membayar penuh karena separuh dari yang dibebankan menjadi dana perlindungan, (4) merevisi UU No 39 Tahun 2004

(5)
(6)

EVALUASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN

PEREMPUAN

(Studi Pada Balai Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Bandung)

(Skripsi)

Oleh

SELLI MUTIARA SARI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran………...…..42

Gambar 2 Strukt Organisasi……….…... 66

Gambar 3 Surat Pernyataan………..…………...……... 72

Gambar 4 Kondisi Tangan Ibu Hana Paska Tindak Kekerasan Pengguna……….. 82

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK PERNYATAAN HALAMAN JUDUL RIWAYAT HIDUP MOTTO

PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah………...………... 9

C. Tujuan Masalah………...………... 9

D. Manfaat Penelitian ………..……... 9

II. TINJAUAN PUATAKA A. Persepektif Politik Kebijakan Publik ………...……10

B. Tinjauan Tentang Evaluasi Kebijakan………. 14

1. Pengertian Evaluasi Kebijakan Publik……….….. 14

(9)

3. Sifat Evaluasi Kebijakan ………17

4. Fungsi-Fungsi Evaluasi ………..18

5. Tipe-Tipe Evaluasi……….20

6. Parameter Evaluasi ………. 26

C. Tinjauan Tentang Buruh Migran Secara Umum……….. 36

D. Kebijkan Perlindungan Buruh Migran ………..……… 37 E. Kerangka Pemikiran ………. 40

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Tipe Penelitian ……….……... 43 B. Fokus Penelitian……….……... 44 C. Lokasi Penelitian ……….……….. 45 D. Jenis dan SumberData ……….……. 46 1. Jenis Data……… 46 2. Sumber Data……….... 47 E. Teknik Pengumpulan Data ……… 49 F. Teknik Analisis Data ………. 51 G. Teknik Keabsahan Data ……… 53 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum BP3TKI Bandung……….……... 57

1. Latar Belakang……….………... 57

2. Tujuan dan Sasaran………..….. 59

3. Ruang Lingkup………..…….…. 60 A. Hasil Implementasi kebijakan perlindungan buruh migran mulai dari Pra Penempatan, Penempatan, sampai pada purna penempatan …………..….……... 67

1. Tahap Pra Penempatan……….... 67 2. Tahap Penempatan..………..….. 78

3. Tahap Purna Penempatan………..…….…. 91 B. Faktor-faktor Penyebab Kegagalan atau Keberhasilan Kebijakan Perlindungan Buruh Migran di Provinsi Jawa Barat………...……… 101

(10)

3. Konteks Kebijakan………. 112

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……….……….…….... 128

B. Saran ………..………..….. 129

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penempatan Per Tahun Per Negara (6 Negara Besar Penempatan)……….. 2

Tabel 2 Data Kekerasan terhadap Buruh Migran Indonesia di Berbagai Negara Penempatan dari Tahun 2004-2010………... 4

Tabel 3 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Menurut Daerah Asal Tahun 2012………..……... 7

Tabel 4 Laporan Penanganan Kasus Menurut Jenis Kasus Januari s/d Desember Tahun 2012………..…………... 8

Tabel 5 Proses Kebijakan………...……...……11

Tabel 6 Anggaran Bernasis Pendekatan NPM……….…….31

Tabel 7 Daftar Nama Informan Wawancara………...…..47

Tabel 8 Data Dokumentasi Tabel 9 Jumlah Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal………..……….….63

Tabel 10 Jumlah Personil Berdasarkan Golongan………..………..……64

Tabel 11 Jenis Pelanggaran Pada Proses Rekrutmen…………..……….. 68 Tabel 12 Data Buruh Migran Indonesia Tahun 2009-2012……….…. 79

Tabel 13 Pelanggaran Hak-Hak Buruh Migran Tahun 20013……….……. 87

Tabel 14 Buruh Migrant Meninggal Tahun 2013………...……….. 88

Tabel 15 Data Kasus TKI Jawa Barat Tahun 2013………..……….…… 89 Tabel 16 Kebijakan Kepulangan TKI Tahun 1986-2012………. 93

Tabel 17 Beberapa Korban Mahalnya Pengiriman Lewat Cargo………..……... 96

(12)

Tabel 19 Dukungan Anggaran dan Peralatan………..……….. 103

Tabel 20 Biaya Penempatan TKI dari Tahun 1990-2012………..…. 113

Tabel 21 Keuntungan PJTKI dengan Negara Tujuan Malaysia 2006-2010…………...……… 117

Tabel 22 Keuntungan PJTKI dengan Tujuan Hongkong Tahun 2006-2010………..….... 117

Tabel 23 Keuntungan PJTKI dengan Tujuan Arab Saudi………..………… 117

Tabel 24 keuntungan PJTKI dengan Tujuan Singapura………. 118

Tabel 25 Matriks Evaluasi Kebijakan Buruh Migran Perempuan………..……… 123

(13)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamiin, tercurah segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunianya kepada penulis. Tak lupa shalawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Atas segala keridhoan dan kekuasaan dari Allah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EVALUASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN (Studi Pada Balai

Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di

Bandung)sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (S.A.N) pada jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki keterbatasan, kekurangan, dan ketidaksempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Azza wa Zalla

dan setiap kesalahan ada pada diri penulis yang merupakan proses pembelajaran penulis untuk menjadi lebih baik lagi dikemudian hari. Akhir kata saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,

Selli Mutiara Sari

(14)
(15)
(16)
(17)

MOTO

Maka tidak seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenagkan hati sebagai balasan

atas apa yang mereka kerjakan (QS. As-Sajdah Ayat 17)

Orang-orang menjadi begitu luar biasa ketika mereka mulai berfikir bahwa mereka bisa melakukannya

(Vince Peale)

Hidup itu pilihan dan kita harus bertanggungjawab atas pilihan tersebut (Selli Mutiara Sari)

Saat tuhan masih memberikan mu waktu, maka saat itulah waktu akan mengubahmu

(Selli Mutiara Sari)

(18)

ERSEMBAHAN

Dengan menyucapakan banyak syukur kehadirat Allah SWT

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk yang menyayangiku:

Mamahku Tersayang Ai Wahda Fitriyati, S.Pd Papahku tersayang Jufri Salim

Terimakasih untuk segala dukungan, doa, dan semangat yang diberikan kepada ku Terimakasih sudah menjadi penerang dan memberikan petunjuk di setiap perjalanan hidupku Terimakasih atas semua kasih sayang, kebahagian, dan pengorbanan yang diberikan, sehingga aku

tidak pernah merasa kurang

Semoga dengan gelar ini, aku dapat memberikan sedikit senyum untuk kalian, dan semoga kalian selalu diberikan kerukunan dan kebahagian di dunia dan akhirat. AMIIN ..

Bapakku Tersayang Ujang Saripudin, S.Pd, M.M, wa Asep, dan Nenek dan Kakek (Alm)

Doa, dukungan, semangat dan kasih sayang kalian telah menyempurnakan perjalanan hidupku

Memberikan kebahagian yang tak ternilai untuk ku

Karya ini hanya hal kecil yang mampu aku berikan sebagai sedikit tanda terimasihku Semoga kebahagiaan dan kesehatan selalu Allah berikan kepada kalian

Amiin ..

Yoga Sudrajat, dan Keluarga besarku

Terimakasih telah memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada ku

(19)

RIWAYAT HIDUP

penulis dilahirkan di Kabupaten Subang pada 1 September 1992,

sebagai putri pertama dari pasangan Jufri Salim dan Ai Wahda

Fitriyati. Penulis merasa sanggat bangga karena telah terlahir dari

keluarga yang bahagia, yang dikelilingi oleh keluarga besar yang

rukun dan bersahaja.

Selama masa pendidikan formalnya, penulis telah menempuh pendidikan di TK Darussalam

(1995-1996), SD Negeri 5 Ciasem Subang (1998-2004), lalu penulis melanjutkan pendidikan di

SLTP Negeri 1 Ciasem Subang (2004-2007), SMA Negeri 1 Ciasem Subang (2007-2010)

penulis dan keluarga sangat bangga karena selama melaksanakan pendidikan penulis selalu

meraih prestasi dalam bidang akademik, dan pada tahun 2010 penulis diterima di Universitas

Lampung, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi Negara melaui jalur

Mandiri, karena pada saat itu penulis dinyatakan gagal dalam tahap seleksi IPDN (Institut

Pemerintahan Dalam Negeri).

Pengalaman organisasi penulis dimulai ketika duduk di bangku SLTP dengan mengikuti

organisasi PMR (Palang Merah Remaja). Di SMA penulis mengikuti organisasi Paskibra dan

dipercaya sebagai Bendahara Umum. Pada jenjang kuliah penulis pernah mengikuti organisasi

PMI (Palang Merah Indonesia) namun penulis tidak aktif dalam organisasi.

Pada semester 6, penulis dan rekan-rekan angkatan 2010 melaksanakan KKN (Kuliah Kerja

Nyata) Periode ke 2. Saat KKN penulis ditempatkan di Desa Gedung Wani Kecamatan

(20)

lain tinggal dirumah keluarga Bapak Johan yang kebetulan beliau adalah orang Lampung asli

dan sekaligus sebagai mantan Lurah. Selama kebersaam tersebut penulis merasa telah memiliki

keluarga baru, dan telah memperoleh banyak pengalaman dan pengetahuan khususnya untuk

sedikit mengenal budaya Lampung.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh penulis jika ingin menyelesaikan studi di Universitas

Lampung ialah dengan menyelesaikan skripsinya yang berjudul Evaluasi Kebijakan

Perlindungan Buruh Migran Perempuan (studi pada Balai Pelayanan Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Bandung). Berkat semangat, kerja keras dan doa yang

tulus penulis panjatkan kepada Allah AWT yang telah memberikan keridhoannya sehingga

penulis memperoleh banyak kekuatan, kemudahan, dan semangat untuk menyelesaikan studi di

(21)

SANWACANA

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT pencipta alam semesta yang telah memberikan kebesarannya kepada

penulis melalui kemudahan dan pertolongan yang tidak pernah terduga

sebelumnya, serta karena berkat Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul EVALUASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN PEREMPUAN”. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak dapat menyelesaikan sendiri, namun banyak pihak yang

memberikan bimbingan, motivasi, inspirasi, serta dukungan agar penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Atas segala bantuan yang diterima, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua ku tersayang mamah ku Ai Wahda Fitriyati & papah ku

Jufri Salim, mamah dan papah adalah sosok yang luar biasa, karena

kalianlah aku bisa menyelesaikan karya kecilku ini. Terima kasih buat

Mamah & Papah atas kasih sayang yang telah kau berikan selama ini.

Semoga ini awal yang indah bagiku agar dapat memberikan kebahagian

(22)

mendapatkan kebahagian dari allah dalam hidupnya, selalu jadi keluarga

kecil bahagia. I LOVE YOU

2. Bapak ku tercinta Ujang Saripudin, S.pd, MM terimakasih untuk semua

cinta dan kasih yang tercurah buat aku dari aku kecil sampai aku sebesar ini.

Terimakasih untuk segala masukannya, nasihatnya, makasih pokonya buat

semuanya. Tetap jadi bapak yang baik buat aku yah. I LOVE YOU

3. Dr. Novita Tresiana, S.Sos, M.SIselaku pembimbing utama yang begitu baik, sangat mengerti apa yang aku mau untuk menulis skripsi ini, ibu yang enak

diajak bertukar fikiran dan pendapat, sosok yang sangat keibuan, kalau

melihat ibu seperti melihat mamah saya, yang masih cantik dan sangat

energic di usianya. Makasih buat semuanya ibu, makasih untuk

bimbingannya selama ini, untuk semangat dan dorongannya. Semoga allah

selalu memberikan kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan. Amiin. . .

4. Devi Yulianti, S.A.N, M.P.A selaku dosen pembimbing yang begitu baik, sangat mengarahkan aku untuk menulis skripsi ini, maaf jika aku punya salah selama bimbingan dengan ibu, terimakasih untuk semua masukannya, nasihatnya, dukungan dan semangatnya. Semoga ibu lancar dalam persalinnanya, semoga allah selalu berikan keselamatan, dan kebahagiaan untuk ibu. Amiin. . .

5. Dr. Noverman Duadji, M.SI selaku Dosen Pembahas yang begitu baik dan

senantiasa memberikan semangat dan masukan yang begitu besar hingga

terselesaikannya skripsi ini.

6. Simon Sumonjoyo Hutagalung, S.A.N., M.PA. selaku dosen Pembimbing

Akademik menggantikan Ibu Indri yang sedang sekolah, yang selalu

(23)

dukungan atas segala kegiatan yang penulis ikuti, terima kasih bu atas

segalanya yang diberikan selama ini.

7. Susana Indriyanti C. S.IP selaku dosen Pembimbing Akademik, yang selalu

memberikan bimbingan selama di bangku kuliah dan selalu memberikan

dukungan atas segala kegiatan yang penulis ikuti, terima kasih bu atas

segalanya yang diberikan selama ini.

8. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si. dan Bapak Simon Sumonjoyo

Hutagalung, S.A.N., M.PA. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu

Administrasi Negara, dan Ibu Nur selaku staf Administrasi Jurusan

terimakasih untuk semua yang sudah diberikan.

9. Dosen-dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, dimana dengan ikhlasnya memberikan ilmu yang

bermanfaat dan memberikan pengalaman yang luar biasa bagi penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunianya kepada beliau

sekalian.

10. Nenek dan Kakek (Alm) ku, ade ku tersayang Aditya Fajar Nugraha dan

Farhan Maulana Yusuf, dan Keluarga Besar ku. Terimakasih buat dukungan

dan semangatnya selama ini. Makasih udah selalu jadi yang terbaik buat

aku, makasih udah selalu ada disamping aku. makasih banyak. I LOVE

YOU

11. Buat Wa Asep, Wa Ayu, makasih udah sayang sama tia dan izinin tia

tinggal di rumah kalian selama tia kuliah, maaf untuk segala salah dan hilaf

yang tia perbuat. Makasih banyak untuk semua yang kalian beri selama ini.

(24)

12. Yoga sudrajat tercinta dan terkasih. makasih buat dukungannya, doanya,

semangatnya, makasih selalu ada disamping aku, nganter-nganter aku

kerumah Mantan TKI, ke Migrant CARE, dan terimakasih buat semuanya. I

LOVE YOU

13. Buat aa ku yang ganteng-ganteng Aditya Ibnu cepet kelarin skripsinya yah

a, semangat terus, jangan nonton korea mulu, hehehe dan buat a Dion Putra

makasih udah bantuin aku terjemahin abstrak, dan makasih udah jadi kaka

ku yang baik.

14. Ibu Dra. Lismia Elita MM selaku Kasi perlindungan dan Agus Gustapul S

selaku Staf CC Center BP3TKI yang membantu penulis dalam melakukan

penelitian, sekaligus menjadi informan peneliti.

15. Terimaksih kepada ibu Anis Hidayah selaku Dirut Migrant CARE, yang

membantu penulis dalam melakukan penelitian, sekaligus menjadi informan

peneliti.

16. Kepada para mantan TKI yang membantu penulis dalam melakukan

penelitian, sekaligus menjadi informan peneliti.

17. Dora Sonia Purba, S.A.N yang selalu jadi teman terbaik buat ku, selalu

membukakan pintu kosannya buat aku maen dan istirahat. Buan Sriani, Sari

Putri DMT, S.A.N dan Jenni S Depari, S.A.N makasih udah jadi teman

terbaik selama 4 Tahun ini. Makasih udah selalu nemin aku selama aku

kuliah. Pokoknya I LOVE YOU ALL and I MISS U, Next Time I hope we

(25)

18. Pandu Pamungkas, S.A.N. Padri Ari Sandi, S.A.N, Jodi Prayuda, Aris,

Anjas, Yogis, Ade. Makasih udah jadi temen aku, kasih semangat ke aku,

maksih buat jalan-jalannya, udah ngenalin aku sama Lampung. Hehehe

Next jadi yah ke kiluan. hehehe

19. Buat Izal, Wayan, Hadi, Gideon, Eeng (semoga sukses kedepan). Geri,

Daus, Beg, Bogel, Tian, Efrido, Lica, Maya Utami, Putri, maya utami, nurul,

rahma, rana, Rofi’i ayooo semangat ngerjain skripsinya. semangat jadi

S.A.N yah….

20. Tio Sandi Y, S.A.N dan Erisa Tri Anggraini S.A.N, dan Desmon E Candra,

S.A.N, makasih buat bantuanya seminar kemaren, makasih juga untuk

semangatnya.

21. Teman-teman ANE 010 Enggi, Nuzul, Karina, Nona, Sari Sukma, Dita,

Sahara, Buat Indah Putri Sari Cory, Mery, Lusy, Aden, Julian, Hany, Tamy,

Nurul, Maritha, Cahya, Gengnya Bunga Janati, si Maya, Indah Kiting,

abdurahman (Selamat atas gelar S.A.N. nya) semoga sukses kedepan.

Satria semangat kejar November yah. . .

22. Kakak tingkat dan Adik Tingkat ANE, kalian sosok yang luar biasa dan

bersahabat. Hehhehe,,,

23. Buat Temen-Temen KKN makasih udah jadi keluarga baru aku, buat devi,

waskito, doni tetep kompak yah temen. Hehehehe LOVE U

24. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas motivasi

(26)

Akhir kata semoga kita semua mendapatkan limpahan rahmat serta hidayah dari

Allah SWT dan mudah-mudahan semua yang turut membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. AMINN,,,

Harapan penulis semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi seluruh umat manusia

yang mendambakan sebuah kedamaian dalam konflik yang tak ujung padam.

AMINN..

Bandar Lampung, Oktober 2014

Penulis,

(27)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia

setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja

atau angkatan kerja di Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Akan tetapi,

lapangan pekerjaan di Indonesia tidak mampu menampung jumlah pencari kerja,

sehingga masyarakat Indonesia memutuskan untuk mencari pekerjaan di luar

negeri dengan harapan dapat memperbaiki kehidupan perekonomian mereka.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Azmi (2011:1), yang menyatakan bahwa

kondisi yang memperihatinkan atas kehidupan sosial masyarakat Indonesia dapat

dilihat dari besarnya angka pengangguran di Indonesia. Pusat Data Informasi

(Pusdatin) Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) RI

mencatat ada 22.753.520 angka pengangguran terbuka ditahun 2005. Pada tahun

2006 menjadi 22.036.693 orang dan 20.559.059 di tahun 2007. Tahun 2008

jumlah ini menjadi 18.822.105 orang dan 9.258.964 orang berstatus sebagai

penganggur terbuka hingga bulan Februari 2009. Jumlah angka tersebut memberi

gambaran nyata bahwa pencari kerja di Indonesia masih sangat besar dan belum

diimbangi dengan lapangan kerja yang luas. Faktor lapangan kerja yang sempit

(28)

2

besar masyarakat Indonesia untuk melakukan migrasi dan bekerja di luar negeri

sebagai buruh mingran Indonesia.

Kebanyakan buruh migran Indonesia yang bekerja di luar negeri direkrut untuk

bekerja di sektor informal yang tersebar di negara-negara seperti Saudi Arabia dan

Malaysia. Badan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(BNP2TKI) mencatat bahwa penempatan buruh migran di Saudi Arabia dan

Malaysia menduduki peringkat paling besar sebagai negara tujuan para Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) untuk bekerja. Hal ini dapat di tunjukan dari tabel di bawah

ini :

Tabel 1 Penempatan Per Tahun Per Negara (6 Negara Besar Penempatan)

No Negara Penempatan

Tahun

Jumlah 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Saudi Arabia 281,087 257,217 234,644 276,633 228,890 137,643 11,814 1,427,928 2 Malaysia 219,658 222,198 187,123 123,886 116,056 134,108 46,296 1,049,325 3 Taiwan 45,706 50,810 59,522 59,335 62,048 73,498 30,669 381,588 Sumber : Pusat Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi BNP2TKI, 2012.

Data di atas hanya mewakili jumlah negara tujuan terbesar para Tenaga Kerja

Indonesia (TKI). Sebenarnya masih banyak negara-negara lain sekitar 45 negara

lagi yang manjadi negara tujuan bagi TKI.

Banyaknya jumlah negara yang menjadi tujuan para TKI memperlihatkan betapa

(29)

3

tahunnya. Akan tetapi, kenyataan ini tidak diimbangi dengan perlindungan yang

baik untuk para TKI. Sebuah berita online harian terbit (tuntas,tegas,cerdas).com

menyatakan bahwa, negara telah menerima devisa sebesar Rp 1,5 juta per bulan

dari setiap individu, dikali dengan banyaknya jumlah TKI. Maka selama setahun

TKI telah menyumbang devisa kurang lebih sekitar Rp 108 triliun.

Banyaknya sumbangan devisa yang diberikan oleh para TKI ke negara ternyata

tidak sesuai dengan perlindungan yang diberikan negara kepada para TKI. Hal ini

sesuai dengan pendapat Azmi (2012:7), bahwa ada beberapa kasus kekerasan

yang terjadi pada buruh migran Indonesia pada sektor informal yang dapat dilihat

sejak tahun 2004 sampai dengan sekarang. Pada tahun 2004 media massa gencar

memberitakan tentang penganiayaan yang di alami oleh Nirmala Bonat, seorang

Pegawai Rumah Tangga (PRT) migran yang bekerja di Malaysia. Nirmala Bonat

mengalami penyiksaan dari majikannya berupa penyiraman air panas, bekas strika

pada tubuhnya, pemukulan kepala dengan gantungan baju, dan pemukulan cawan

pada kepala Nirmala. Meski demikian, bukan berarti bahwa kejadian

penganiayaan terhadap buruh migran Indonesia baru terjadi di tahun 2004. Tentu

sudah banyak terjadi penganiayaan, namun tidak diketahui oleh masyarakat

Indonesia. Di bawah ini data mengenai jumlah kekerasan yang terjadi pada TKI di

(30)

4

Tabel 2 Data Kekerasan terhadap Buruh Migran Indonesia di Berbagai Negara Penempatan dari Tahun 2004-2010

Negara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: di kelola dari Database Migrant CARE tahun 2004-2010

Data di atas menunjukan adanya kenaikan jumlah kekerasan terhadap buruh

migran setiap tahunnya. Akan tetapi kekerasan tersebut tidak berhenti hanya pada

masalah penyiksaan dan serupanya. Baru-baru inikasus perdagangan TKI telah

terjadi di Malaysia Indonesia Maids Now on SALE di situ dijelaskan, TKI dilabeli

dengan harga 7.500 Ringgit Malaysia (RM) atau diskon 40 persen dari tarif

semula. Jika ingin menggunakan jasa TKI, calon pengguna bisa menyetor deposit

3500 RM. Iklan tersebut juga memuat nomor telepon yang bisa dihubungi.

Menurut sumber Okezonenews.com, bahwa tidak hanya kasus Indonesia Maids

Now on SALE yang menimpa para TKI di Malaysia. Kasus perdagangan orang

atau trafficking juga menimpa Abdul Kadir, dan Mad Noon yang organ tubuhnya

di perdagangkan. Faktanya ada lebih dari 1.6 juta pekerja ilegal asal Indonesia

yang bekerja di luar negeri, dan sebanyak 69 persen adalah wanita bahkan masih

banyak anak-anak, yang sebagian di antara mereka menjadi korban trafficking

(31)

2005-5

2011, International Organization of Migration (IOM) Indonesia, telah menangani

3,942 kasus trafficking, dengan 87.94 % dari kasus trafficking tersebut terjadi di

Malaysia. Mayoritas kasus trafficking dialami oleh perempuan, yaitu sebesar

88%. Masih berdasarkan catatan IOM, mayoritas korban trafficking dipekerjakan

sebagai PRT sebanyak 53,33% sedangkan 16,52% dipekerjakan sebagai pekerja

seks.

Maraknya kasus yang terjadi pada buruh migran indonesia pada umumnya

menimpa buruh migran yang bekerja di sektor informal sebagai PRT, yang selama

ini banyak mengalami tindakan kekerasan dari tahap pra penempatan, penempatan

hingga purna penempatan. Oleh karena itu, pemerintah menuangkan perhatiannya

terhadap perlindungan buruh migran dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 2004

tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

(PPTKILN).

Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 berisi tentang penjelasan mengenai

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, yang secara garis besar

berisi tentang kewajiban negara untuk menjamin dan melindungi hak asasi warga

negaranya dari objek perdagangan manusia, termasuk perbudakan dan kerja

paksa, korban kekerasan kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan

martabat manusia, serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia.Serta

negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya yang bekerja

baik di dalam maupun di luar negeri bedasarkan prinsip persamaan hak,

demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi dan

(32)

6

Sehingga Pada tahun 2006 presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan

peraturan presiden No. 81 Tahun 2006 tentang pembentukan Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia(BNP2TKI). BNP2TKI

sendiri adalah sebuah badan yang berdiri atas dasar peraturan presiden yang

diamanatkan untuk mengimplementasikan Undang-Undang No. 39 Tahun 2004

tentang PPTKILN. Sekarang ini program penempatan dan perlindungan tenaga

kerja Indonesia di luar negeri semakin mendapatkan sambutan positif khususnya

bagi masyarakat Jawa Barat yang merupakan salah satu daerah sumber rekrut

terbesar Calon TKI untuk ditempatkan di luar negeri sebagai pilihan alternatif

untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan guna meningkatkan kesejahteraan

TKI dan keluarganya.

BP3TKI (Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia) adalah unit pelaksana teknis di daerah di bawah BNP2TKI yang

memiliki tugas memberikan kemudahan pelayanan pemprosesan seluruh dokumen

penempatan, perlindungan dan penyelesaian masalah tenaga kerja Indonesia

secara terkoordinasi dan terintegrasi di wilayah Propinsi Jawa Barat. BP3TKI

Bandung memiliki wilayah kerja yang cukup luas mencakup 26 kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Barat. Dari 26 kabupaten/kota di Jawa Barat Kabupaten Indramayu

adalah kabupaten yang paling banyak mengirimkan tenaga kerjanya. Kenyataan

ini bisa lihat pada tabel jumlah TKI Perempuan disetiap daerah Kabupaten/Kota di

(33)

7

Tabel 3 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Menurut Daerah Asal Tahun 2012 Nama Kabupaten/Kota Jumlah TKI

Perempuan

Kabupaten Bandung Barat 571

Kota Bogor 22

Sumber: Laporan BP3TKI Bandung Tahun 2013

Kebijakan PPTKILN telah memberikan dampak dengan banyaknya jumlah TKI

ke Luar Negeri. Namun kebijakan tersebut tidak memberikan perlindungan yang

baik dalam implementasinya. Kebijakan PPTKILN dinilai tidak memenuhi

kebutuhan TKI sehingga kebijakan tersebut tidak bisa memecahkan masalah TKI

yang ada selama ini. Hal ini bisa kita lihat pada data tabel di bawah, yang

(34)

8

Tabel 4 Laporan Penanganan Kasus Menurut Jenis Kasus Januari s/d Desember Tahun 2012

No Jenis Kasus Jumlah TKI

1. Sakit 26

2. Meninggal Dunia 69

3. Kontrak Kerja Habis Belum Pulang 52

4. Perlakuan Tidak Manusiawi 11

5. Gaji Tidak Dibayar 37

6. Berkaitan dengan Hukum 11

7. Klaim Asuransi 18

8. Pengiriman Uang DIAT 2

9. Putus Komunikasi 25

10 Tidak Sesuai Dengan Kontrak Kerja 9

11 Minta Dipulangkan 8

Sumber: Laporan BP3TKI Bandung Tahun 2013

Dari banyaknya jumlah tenaga kerja Jawa Barat yang bermasalah memperlihatkan

bahwa kebijakan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri belum berjalan

sesuai dengan tujuannya. Dari masalah ini maka penulis akan mencoba menelaah

bagaimana kebijakan PPTKILN di rumuskan (apakah sudah memenuhi kebutuhan

TKI) dan diimplementasikan di Provinsi Jawa Barat dengan mengevaluasi

kebijakan tersebut. Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang

mencakup substansi, implementasi dan dampak kebijakan yang ditimbulkan dari

sebuah kegiatan implementasi, apakah dampak yang dihasilkan sudah sesuai

dengan tujuan yang dikehendaki ataukah tidak sesuai (gagal), dan faktor apasaja

(35)

9

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka penulis menentukan masalah pokok yang akan

diteliti ialah :

1. Bagaimanakah hasil Implementasi kebijakan perlindungan buruh migran

perempuan di Provinsi Jawa Barat?

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kegagalan atau keberhasilan kebijakan

perlindungan buruh migran perempuan di Provinsi Jawa Barat?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai kebijakan perlindungan buruh

migran perempuan khususnya untuk buruh migran dari Provinsi Jawa Barat.

2. Untuk menemukan faktor-faktor penyebab kegagalan atau keberhasilan kebijakan perlindungan buruh migran perempuan.

D. Manfaat atau Kegunaan

1. Penelitian ini mampu memberikan masukan-masukan dan saran, bagi para

pembuat dan pelaksana kebijakan perlindungan TKI, khususnya bagi BP3TKI

(Balai Pelatihan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)

selaku badan operasional daerah dibawah BNP2TKI.

2. Penelitian ini mampu memberikan sumbangsih bagi penelitian-penelitian

lainnya dalam Administrasi Negara, khususnya berkaitan dengan Evaluasi

(36)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepektif Politik Kebijakan Publik

Secara harfiah kebijakan publik itu tidak terlepas dari pengaruh pemerintah dan

politik, karena sebuah kebijakan dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki

kedudukan atau kekuasaan (pemerintah) dengan berlandaskan hukum dan

tujuannya untuk menyelesaikan sebuah masalah yang berkembang di masyarakat,

dan sifatnya mengikat seluruh warga negara termasuk pemerintah. Hal ini pun di

dukung oleh Azmi (2012:21-23), Dalam kehidupan masyarakat, kebijakan publik

sudah tentu akan mempengaruhi sebuah kehidupan, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Secara politik, Anderson memaparkan bahwa banyak orang ingin

terlibat dalam advokasi kebijakan, menggunakan pengetahuan dari kebijakan

publik yang baik yang akan mempunyai tujuan yang benar, yang akan memenuhi

kebutuhan mereka. Sebuah kebijakan publik diawali dengan proses kebijakan.

(37)

11

Sumber: Buku Hasil Penelitian Azmy (2012:22) yang diadopsi dari James E Anderson, David W.

Brady and Charles Bullock III, Public Policy and Politic in The United State, 1984.

Anderson dalam Azmy (2012:22-23) mengatakan bahwa proses kebijakan publik

itu mulai dari tahap agenda kebijakan sampai pada tahap evaluasi kebijakan. Dari

pendapat tersebut maka penulis meberikan kesimpulan bahwasanya suatu

kebijakan itu berangkat dari sebuah masalah publik yang mendapatkan perhatian

dari pemerintah sehingga pemerintah menuangkannya dalam sebuah kebijakan

baik berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Presiden

(38)

12

Anderson juga menyebutkan bahwa dalam kebijakan publik, memang ada

beberapa kelompok yang mempunyai akses lebih dari pada yang lain. Kebijakan

publik dalam waktu kapan pun akan merefleksikan kepentingan orang yang

dominan. Dalam pembuatan kebijakan, baik secara ekonomi atau politik, individu

atau siapa pun akan didorong oleh pilihan-pilihan, dan kemudian mencari untuk

memaksimalisasikan keuntungan yang mereka dapatkan.

Hal ini juga didukung oleh pendapat Easton dalam Azmy (2012:22-23), yang

mengatakan bahwa karakteristik kebijakan publik diawali dari kebijakan itu

diformulasikan oleh para penguasa dalam suatu sistem politik, yaitu para sesepuh

tertinggi suku, anggota-anggota eksekutif, legislatife, yudikatif, administrator,

penasihat, para raja, dan semacamnya. Orang-orang ini oleh Easton disebut sebagai “orang yang terlibat dalam urusan keseharian dari sistem politik”, dan

dikenal sebgai anggota yang paling banyak dari sistem sebagai yang mempunya

tanggung jawab terhadap sebuah kebijakan.

Brikland dalam Azmy (2012:23) menjelaskan bahwa ada dua kategori partisipan

dalam pembuatan kebijakan publik, yaitu:

1. Official actor (aktor resmi), yaitu mereka yang terlibat dalam kebijakan

publik karena tanggung jawab mereka, dank arena itulah mereka

mempunyai kekeuasaan untuk membuat dan menegakan kebijakan

tersebut. Pihak ini biasanya dikenal dengan badan legislatif, eksekutif, dan

yudikatif.

2. Unofficial actor (aktor tidak resmi), yaitu aktor yang terlibat dan berperan

(39)

13

berpartisipasi. Sebutan aktor tidak resmi bukan berarti bahwa mereka

kurang penting dari aktor resmi, atau peran mereka harus dibatasi.

Sesungguhnya, kelompok ini dilibatkan karena mempunyai hak untuk

terlibat, karena mereka mempunyai kepentingan yang penting untuk

melindungi dan memajukan haknya untuk memperoleh kebutuhan mereka,

karena dalam banyak hal sistem pemerintahan tidak akan berjalan baik

tanpa mereka. Pihak ini biasa disebut sebagai LSM, atau masyarakat

umum.

Brikland dalam Azmy (2012:23) juga memaparkan bahwa partisipasi politik yang

luas adalah kunci dari demokrasi yang sehat. Namun, partisipasi politik jangan

hanya dilihat dari kacamata voting, ada skala yang lebih luas untuk komunitas

yang berbeda, strata ekonomi yang berbeda, umur dan kategori lain untuk

berpartisipasi. Pembuat kebijakan biasanya sensitif pada hal opini publik dan pada

akhirnya, kita dapat mengatakan bahwa publik umum sering tidak dapat

berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan. Kelompok kepentingan ini dikatakan

penting, dan mungkin merupakan pusat pada proses kebijakan, karena kekuatan

individu adalah keajaiban yang hebat ketika dibentuk secara kelompok. Hal

tersebut juga di dukung oleh pendapat Lister dalam Azmy (2012:132) menyatakan

bahwa kewarganegaraan politik harus menjadi bagian dari masyarakat secara

penuh, karena ketika masyarakat menjalankan politik yang berbeda dengan

lainnya, maka ia akan beresiko dimarginalisasikan sebagai politik yang tidak

setara.

Pemaparan dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik itu

(40)

14

aktor-aktor yang memiliki kedudukan di politik, dan biasanya sesuatu yang dekat

dengan politik itu lebih pro terhadap kelompok orang yang dominan. Oleh karena

itu kebijakan publik terkesan hanya memenuhi kebutuhan pihak-pihak dominan

saja, tidak memenuhi kebutuhan publik/masyarakat umum. Sebab itu, dibutuhkan

evaluasi kebijakan untuk menelaah seberapa efektifkah sebuah kebijakan publik

itu diimplementasikan.

B. Tinjauan Tentang Evaluasi Kebijakan 1. Pengertian Evalusi Kebijakan

Evaluasi kebijakan adalah salah satu bagian dari proses kebijakan yang tidak

kalah pentingnya dengan proses kebijakan yang lain. Secara umum evaluasi

kebijakan adalah sebuah penilaian yang dilakukan terhadap sebuah kebijakan

apakah kebikajan tersebut efektif atau tidak efektif. Evaluasi kebijakan sendiri

tidak hanya dilakukan di akhir proses kebijakan, tetapi evaluasi kebijakan

dilakukan di awal (formulasi) atau pada saat mengimplementasikan kebijakan

tersebut. Pernyataan ini diperkuat oleh Dunn (2000:608), ia menyatakan bahwa

istilah evaluasi itu mempunyai arti yang saling berhubungan, masing-masing

menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai, tahap hasil kebijakan dan program.

Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal),

pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment), kata-kata yang menyatakan

usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti

yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai

atau manfaat hasil kebijakan. Dunn juga mengemukakan bahwa evaluasi

(41)

15

atau untuk mengetahui apakah kebijakan publik yang telah dijalankan meraih

dampak yang diinginkan.

Selain itu, evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang mencakup

substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dipandang

sebagi suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya

dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses

kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan dapat meliputi tahap perumusan

masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk

menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak

kebijakan.

Pendapat lain menurut Nugroho (2009:669), evaluasi kebijakan biasanya ditunjuk

untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna

dipertanggungjawabkan kepada konstituennya. Sejauh mana tujuan dicapai.

Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

Pernyataan mengenai definisi lainnya diutarakan oleh Henry (1995:223) bahwa,

evaluasi dan analisis mencakup suatu jangkauan aktivitas yang luas dibuat untuk

mendukung proses pembuatan keputusan yang sedang berjalan. Aktivitas-aktivitas

ini meliputi tinjauan-tinjauan yang telah dikenal seperti perencanaan program,

pengujian anggaran, analisis manajemen, perencanaan, penelitian kelembagaan,

penganggaran program, analisis program, perekayasaan, analisis ekonomi,

evaluasi program, analisis kebijaksanaan, analisis kelayakan ongkos dan

(42)

16

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa

evaluasi kebijakan merupakan sebuah penilaian terhadap suatu kebijakan atau

program dengan mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan kebijakan

tersebut. Selain itu, Evaluasi bertujuan untuk memberikan arahan atau acuan

untuk program selanjutnya, atau sebagai masukan bagi suatu kebijakan yang

sudah ada.

2. Tujuan Evaluasi Kebijakan

Proses evaluasi kebijakan tidak hanya menilai efektifitas dari kebijakan publik

saja tanpa memberikan kontribusi untuk kebijakan itu sendiri. Pada dasarnya

sebuah kebijakan dievaluasi untuk memperoleh sebuah masukan dengan kata lain

ada tujuan yang ingin dicapai dari sebuah proses evaluasi kebijakan yaitu untuk

memberikan masukan atau arahan untuk program selanjutnya atau masukan bagai

kebijakan yang sudah ada. Adapun Tujuan dari evaluasi kebijkan Menurut Henry

(1995:225), penelitian evaluasi dapat diarahkan untuk berbagai macam tujuan,

tidak hanya sebagai alat untuk memperbaiki program-program. Kadang-kadang

evaluasi dilakukan untuk membenarkan atau mendukung suatu program yang

sedang berjalan dan kadang-kadang untuk meneliti atau memeriksa program

tersebut supaya terhindar dari kegagalan, mengakhirinya, mengganti

kepemimpinannya, atau untuk mengurangi kegiatan-kegiatannya.

Suharto (2006:119), mengemukakan bahwa evaluasi bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan

(43)

17

c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang

mungkin terjadi di luar rencana.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan

evaluasi adalah sebagai alat ukur untuk mengetahui kegagalan atau keberhasilan

suatu kebijakan atau program kebijakan dengan mengidentifikasi faktor-faktor apa

saja yang menyebabkan kebijakan tersebut gagal atau berhasil. Maka hasil dari

evaluasi akan memberikan masukan atau rekomendasi berupa dukungan atau

penolakan untuk mengakhiri kebijakan tersebut.

3. Sifat Evaluasi

Dunn (2000: 608), menyatakan bahwa evaluasi mempunyai sejumlah karakteristik

yang membedakannya dari metode-metode analisis kebijakan lainnya, antara lain:

a. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada

penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari sesuatu kebijakan dan

program.

b. Interdependensi fakta nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik fakta

maupun nilai. Untuk menyatakan bahwa kebijakan atau program tertentu

telah mencapai tingkat kinerja yang tertinggi (atau rendah) diperlukan

tidak hanya bahwa hasil-hasil kebijakan berharga bagi sejumlah individu,

kelompok atau seluruh masyarakat.

c. Orientasi masa kini dan masa lampau. Tuntutan evaluatife, berbeda dengan

tuntutan-tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil sekarang dan masa lalu,

(44)

18

d. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai

kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus

cara.

Kesimpulannya bahwa sifat dari evaluasi yaitu sebuah penilaian terhadap suatu

kebijakan yang diperoleh dari fakta nilai untuk mengatakan bahwa kebijakan

tersebut gagal atau berhasil, sesuai atau tidak sesuai dengan tujuan kebijakan

dengancara membandingkanya pada masa sekarang (setelah kebijakan tersebut

ada dan diimplementasikan) dan masa yang lampau (sebelum kebijakan itu ada

atau lahir).

4. Fungsi-Fungsi Evaluasi Kebijakan

Menurut Dunn (2000:609) evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam

analisis kebijakan, sebagai berikut:

a. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai

kinerja kebijakan, yaitu, seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan

telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi

mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu

yang telah dicapai.

b. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap

nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan

mendefinisikan dan mengoprasikan tujuan dan target. Nilai juga dikritik

dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan target dalam

(45)

19

c. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis

kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.

Informasi tentang memadainya kinerja kebijakan dapat memberi

sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan, sebagai contoh,

dengan menunjukan bahwa tujuan dan target perlu didefinisikan ulang.

Menurut Wibawa dalam Nugroho (2009:675), evaluasi kebijakan publik memiliki

empat fungsi , yaitu:

a. Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program

dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar

berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator

dapat mengidentifikasi masalah, kondisi, dan actor yang mendukung

keberhasilan atau kegagalan kebijakan.

b. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang

dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai

dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.

c. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai

ketangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau

penyimpangan.

d. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari

kebijakan tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi dari evaluasi

adalah sebagai penafsiran, penilaian dan sebagai masukan terhadap suatu

(46)

20

tingkat kegagalan dari kebijakan atau program kebijkan tersebut dengan

memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk menjadikan sebuah kebijakan yang

baik.

5. Tipe-Tipe Evaluasi Kebijakan

Selain fungsi-fungsi evaluasi kebijakan terdapat pula tipe-tipe evaluasi kebijakan,

tipe evaluasi kebijakan adalah sebuah pemisah antara evaluasi kebijakan tahap

awal (evaluasi formulasi), tahap pelaksanaan (evaluasi implementasi) dan evaluasi

pada tahap akhir (evaluasi dampak). Berikut ini penjelasan mengenai tipe-tipe

evaluasi kebijakan.

Tipe evaluasi kebjakan terdiri dari beberapa tipe diantaranya tipe evaluasi

formulasi, evaluasi implementasi, dan evaluasi dampak atau output dari sebuah

kebijakan, yang pertama yaitu evaluasi formulasi, evaluasi formulasi biasanya

berkenaan dengan seberapa efektifkah sebuah kebijakan itu dirumuskan, yang

kaitannya dengan apakah kebijakan yang dirumuskan itu dapat memenuhi

kebutuhan publik atau tidak memenuhi. Nugroho (2009:679-682) menjelaskan

mengenai evaluasi formulasi. Secara umum, evaluasi formulasi kebijakan publik

berkenaan dengan apakah formulasi kebijakan publik telah dilaksanakan:

a. Menggunakan pendekatan yang sesuai dengan masalah yang hendak

diselesaikan, karena setiap masalah publik memerlukan model formulasi

kebijakan publik yang berlainan.

b. Mengarah pada permasalahan inti, karena setiap pemecahan masalah harus

(47)

21

c. Mengikuti prosedur yang diterima secara bersama, baik dalam rangka

keabsahan maupun dalam rangka kesamaan dan keterpaduan langkah

perumusan.

d. Mendayagunakan sumberdaya yang ada secara optimal, baik dalam bentuk

sumber daya waktu, dana, manusia, maupun kondisi lingkungan strategis.

Evaluasi formulasi dapat dilakasanakan dengan menggunakan beberapa teknik

evaluasi yang dapat mengacu pada model formulasi kebijakan publik apa yang

dipergunakan. Model formulasi yang dipilih merupakan ukuran standar yang

dapat dipergunakan untuk menilai proses formulasi apakah proses tersebut telah

sesuai dengan model formulasi yang dipergunakan ataukah tidak. Berikut ini

beberpa model evaluasi formulasi menurut Nugroho (2009:680):

a. Model kelembagaan

Sederhanannya, pemikiran Nugroho mengenai model di atas ialah bahwa suatu

evaluasi formulasi kebijakan itu bisa dilakukan dengan berpatokan pada ukuran

atau parameter evaluasi formulasi yaitu dengan menggunakan model formulasi.

Jadi jika suatu formulasi kebijakan menentukan untuk menggunakan model

kelompok karena masalah yang dihadapi akan dapat diselesaikan dengan model

(48)

22

secara model kelompok. Namun apabila model formulasi yang digunakannya

model kelompok tetapi dalam praktiknya menggunakan model elite maka dapat

dikatakan bahwa formulasi kebijakan publik yang dilakukan tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara proses.

Selain evaluasi formulasi ada evaluasi implementasi, yaitu berkaitan dengan

penilaian sejauh mana keefektifan praktik dari sebuah kebijakan yang sudah

dirumuskan, apakah kebijakan tersebut dapat menyelesaikan masalah publik

ataukah tidak berjalan efektif. Berikut ini pemaparan mengenai evaluasi

implementasi yang dikemukakan oleh Anderson dalam Winarno (2012: 230),

Anderson membagi evaluasi implementasi kebijakan ke dalam tiga tipe, yaitu:

a. Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional.

Bila evaluasi kebijakan dipahami kegiatan fungsional, maka evaluasi

kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan

kebijakan itu sendiri. Para pembentuk kebijakan dan administrator selalu

membuat pertimbangan-pertimbangan mengenai manfaat atau dampak dari

kebijakan-kebijakan, program-program dan proyek-proyek,

pertimbangan ini banyak memberi kesan bahwa

pertimbangan-pertimbangan tersebut didasarkan pada bukti yang terpisah-pisah dan

dipengaruhi oleh ideologi, kepentingan para pendukungnya dan

kriteria-kriteria lainnya.

b. Merupakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya

(49)

23

Tipe evaluasi seperti ini berangkat dari pertanyaan-pertanyaan dasar yang

menyangkut: apakah program dilaksanakan dengan semestinya? Berapa

biayanya? Siapa yang menerima manfaat (pembayaran atau pelayanan),

dan berapa jumlahnya? Apakah terdapat duplikasi atau kejenuhan dengan

program-program lain? Apakah ukuran-ukuran dasar dan

prosedur-prosedur diikuti? Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti ini

dalam melakukan evaluasi dan memfokuskan diri pada bekerjanya

kebijakan atau program-program, maka evaluasi dengan tipe seperti ini

akan lebih membicaran sesuatu akan kejujuran atau efisiensi dalam

melaksanakan program.

c. Tipe evaluasi kebijakan sistematis

Evaluasi sistematis melihat secara objektif program-program kebijakan

yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat

sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai.Lebih

lanjut, evaluasi sistematis diarahkan untuk melihat dampak yang ada dari

suatu kebijakan dengan berpijak pada sejauh mana kebijakan tersebut

menjawab kebutuhan atau masalah masyarakat.

Bukan hanya Anderson yang mengemukakan mengenai evaluasi implementasi,

Dunn dalam Nugroho (2009:671) mengungkapkan penjelasannya mengenai

evaluasi implementasi, dunn mengembangkan tiga pendekatan mengenai evaluasi

implementasi kebijakan, yaitu:

a. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation) adalah pendekatan yang

menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi

(50)

24

untuk menanyakan manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap

individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama

dari evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai

merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri (self evident) atau tidak

kontroversi.

b. Evaluasi formal merupakan pendekatan yang menggunakan metode

deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepet dipercaya

mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas

dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh

pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utama dari evaluasi

formal adalah bahwa tujuan dan target diumumkan secara formal adalah

merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan program.

Dalam evaluasi formal analis menggunakan berbagai macam metode yang

sama seperti yang dipakai dalam evaluasi semu dan tujuannya adalah

identik: untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya

mengenai variasi-variasi hasil kebijakan dan dampak yang dapat dilacak

dari masukan dan proses kebijakan. Meskipun demikian perbedaannya

adalah bahwa evaluasi formal menggunanakan undang-undang,

dokumen-dokumen program, dan wawancara dengan pembuat kebijakan dan

administrator untuk mengidentifikasikan, mendefinisikan dan

menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Kelayakan dari tujuan dan

target yang diumumkan secara formal tersebut tidak ditanyakan. Dalam

evaluasi formal tipe-tipe kriteria evaluatif yang paling sering digunakan

(51)

25

c. Evaluasi keputusan teoritis (Decision-Theoretic Evaluation) adalah

pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk

menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid

mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oelh berbagai

macam pelaku kebijakan. Perbedaan pokok antara evaluasi teoritis

keputusan disatu sisi, dan evaluasi semu dan evaluasi formal disisi lainnya,

adalah evaluasi keputusan teoritis. Berusaha untuk memunculkan dan

membuat eksplisit tujuan dan target dari pelakukebijakan baik yang

tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti ada tujuan dan target dari para

pembuat kebijakan dan administrator mempunyai andil dalam

memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan (sebagai contoh,

staf tingkat menengah dan bawah, pegawai pada badan-badan lainnya,

kelompok klien) dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan target di mana

kinerja nantinya akan diukur.

Pendapat lainpun datang dari Lester dan Steward dalam Nugroho (2009:674),

mereka mengelompokkan evaluasi implementasi kebijakan menjadi evaluasi

proses, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan proses implementasi; evaluasi

impak, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan hasil dan/atau pengaruh dari

implementasi kebijakan; evaluasi kebijakan, apakah benar hasil yang dicapai

mencerminkan tujuan yang dikehendaki; dan evaluasi meta-evaluasi yang

berkenaan dengan evaluasi berbagai implementasi kebijakan yang ada untuk

menemukan kesama-kesaman tertentu.

Berdasarkan tipe-tipe evaluasi diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan

(52)

26

memilih tipe evaluasiLester dan Steward, karena penulis akan mengevaluasi

dengan melihat atau mengamati secara objektif proses implementasi Kebijakan

Perlindungan Buruh Migran perempuan serta mengevaluasi impactdari

implementasi kebijakan tersebut dengan melihat faktor-faktor penyebab kegagalan

atau keberhasilan kebijakan.

6. Parameter Evaluasi Kebijakan

Parameter evaluasi adalah suatu alat ukur untuk melihat sejauh mana keefektifan

sebuah kebijakan dilaksanakan.Apakah kebijakan itu sudah sesuai dengan tujuan

atau dapat menyelesaikan masalah atau kah kebijakan itu keluar dari tujuan yang

telah ditentukan.Dalam hal ini ada beberapa pendapat dari berbagai pakar atau

ahli yang mengemumakan mengenai parameter evaluasi kebijakan. Ada Van

Meter dan Van Horn dalam Agustin (2012:141-144), mereka mengemukakan

bahwa proses implementasi kebbijakan itu berjalan secara linier dari kebijakan

public, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Ada beberapa variabel yang

dimasukan sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan publik ialah sebagai

berikut:

(a) Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebiajakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika

dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis di level

(53)

27

(b) Sumber Daya

Keberahasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Tetapi diluar

sumberdaya manusia, ada sumberdaya-sumberdaya lain yang harus

diperhitungkan ialah: sumberdaya finansial dan sumber daya waktu.

(c) Karakteristik Agen Pelaksana

Agen pelaksana dalam hal ini ialah meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang akan terlibat dalam mengimplementasikan

kebijakan publik. Hal ini dianggap penting oleh Van Meter dan Van Horn

karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat banyak dipengaruhi

oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksanaannya.

Selai itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebiijakan perlu juga

diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin

luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar

pula agen yang dilibatkan.

(d) Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat

banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi

kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena sebuah kebijakan

itu biasanya bukan hasil dari formulasi warga melainkan kebijakan yang

akan dilaksanakan oleh implementator adalah kebijakan dari atas (top

(54)

28

mengetahui kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin

selesaikan.

(e) Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana

Koordinaasi adalah sebuah mekanisme yang baik dalam implementasi

sebuah kebijakan.

(f) Lingkungan Ekonomi, Sosial, Politik

Yaitu berkaitan dengan sejauh mana lingkungan eksternal turut

mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan, baik

dukungan dari lingkungan ekonomi, social maupun politik.

Selain Van Meter dan Van Horn parameter evaluasi implementasi juga di

kemukakan oleh Riant Nugroh dalam penelitiannya mengenai Kebijakan

Pendidikan yang Unggul di Daerah Jembrana, berikut ini parameter evaluasi

implementasi yang dipergunakan Riant dalam penelitiannya:

(a) Strategi Kelembagaan

Strategi kelembagaan yang dimaksud disini lebih kepada Prinsip Organisasi

dalam mencapai sebuah tujuan yang dikehendaki.

(b) Strategi Anggaran

Startegi anggaran yang diamati oleh Riant dalam penelitiannya yaitu lebih

kepada jenis anggaran yang dipakai oleh organisasi terkait, karena faktor yang

paling penting dalam melaksanakan sebuah kebijakan yaitu ketersediaan

(55)

29

(c) Manajemen Sekolah

Pada tingkat manajemen sekolah dilakukan dengan beberapa strategi. Pertama

riant menggunakan indikator efisiensi. Indikator Kedua, melihat pada

manajemen khusus yang dilaksanakan di sekolah seperti, menggunakan waktu

yang lebih panjang dalam melaksanakan proses belajar mengajar disekolah

dibandingkan dengan sekolah-sekolah negeri biasa. Ketiga, memberikan

insentif khusus pada guru.Keempat, peneingkatan kapasitas guru pengajar dan

manajemen sekolah. Kelima, mengsuplay anggaran untuk meningkatkan

kualitas tenaga pendidik. Keenam, berkenaan dengan peningkatan manajemen

sekolah.

(d) Komite Sekolah

Komite sekolah yang dimaksud disini ialah aktor yang berperan diluar

lingkungan sekolah atau dengan kata lain aktor yang berperan sebagai forum

lintas pelaku yang berkenaan dengan penyelenggaran pendidikan di tingkat

sekolah. Salah satu bentuk yang paling menonjol dari komite sekolah adalah

perbaikan sekolah atau pembangunan sekolah.

(e) Dewan Pendidikan

Dewan pendidikan yang dimaksud adalah aktor dari luar sekolah, biasanya

dewan sekolah diberikan pada seseorang yang berperan dalam organisasi

kemasyarakatan seperti LSM, dan jabatan lainnya.

Dari berbagai parameter yang dikemukakan oleh kedua pakar diatas maka penulis

(56)

30

mengevaluasi kebijakan Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 mengenai

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang di

implementasikan oleh BP3TKI sebagai badan teknis di daerah. Parameter yang

digunakan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Strategi Anggaran

Strategi Anggaran biasanya berkaitan dengan anggaran (jumlah) yang

dialokasikan untuk pelaksanaan kebijakan atau program, dalam hal ini

berkaitan dengan jenis anggaran sepeti apa yang digunakan oleh BP3TKI

selaku organisasi publik. Dibawah ini dijelaskan jenis-jenis anggaran sektor

publik menurut Mardiasmo dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik

(2009:75-89):

(a) Anggaran Tradisional

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak dilakukan

dinegara berkembang. Ciri-ciri dari anggaran ini ialah: incrementalism

yaitu pengurangan dan penambahan jumlah rupiah pada tiap-tiap item

anggaran dengan menggunakan data anggaran di tahun sebelumnya

sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau penguranga

anggaran tanpa dilakukan kajian yang mendalam. Line item, yaitu

anggaran disusun atas dasar sifat penerimaan dan pengeluaran. Cenderung

sentralisasi, spesifikasi, tahunan dan anggaran bruto.

Tujuan utama pendekatan tradisonal adalah pada pengawasan dan

pertanggungjawaban yang terpusat. Masalah utama anggaran tradisional

(57)

31

tradisional lebih cenderung menggunakan konsep historiccost of service

yaitu suatu item, program, atau kegiatan yang akan muncul kembali

sdalam anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item tersebut

sudah tidak dibuthkan.

(b) Anggaran Publik dengan Pendekatan New Public Management

Anggaran dengan pendekatan NPM berfokus pada kinerja organisasi,

bukan pada kebijakan. Dalam pendekatan ini kompetisi adalah

satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas

pelayanan. Berikut ini tabel penjelasan mengenai pendekatan NPM.

Tabel 6 Anggaran Bernasis Pendekatan NPM NEW PUBLIC MANAGEMENT

Desentralisasi &devolved management

Berorientasi pada input, output, dan outcome (value for money) Utuh dan komperhensif dengan perencanaan jangka panjang

Berdasarkan sasaran kinerja Lintas departemen (cross department)

Zero Base Budgeting, planing programming budgeting system

Sistemik dan rasional Buttom up budgeting

Sumber: Mardiasmo,2009. Akuntansi Sektor Publik. C.V ANDI OFFSET. Yogyakarta.

(c) Anggaran Kinerja

Pendektan anggaran kinerja menekankan pada konsep value for money dan

pengawasan atas kinerja output.Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan

dan sasaran kinerja.Oleh karena itu anggaran dijadikan alat untuk

mencapai tujuan. Pendekatan ini cenderung menolak pandangan anggaran

(58)

32

dan campur tangan pemerintah maka anggaran tidak akan boros (over

spending).

(d) Zero Based Budgeting (ZBB)

Pendekatan ini tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun

anggaran tahun ini, penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat

ini, jadi dapat diansumsikan bahwa pendekatan ZBB memulai anggaran

dari nol (zero based). Item anggaran yang sudah tidak relevan dan tidak

mendukung pencapaian organisasi dapat hilang dari struktur anggaran,

atau juga muncul item baru.

Adapun yang menjadi keunggulan ZBB ialah sebagai berikut:

1) Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi

sumber daya secara lebih efisisensi.

2) ZBB berfokus pada value for money.

3) Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidak

efektivan biaya.

4) Meningkatkan pengetahun dan motifasi manajer

5) Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses

penyusunan anggaran

6) Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan

mendorong organisasi untuk selau menguji alternatif aktivitas dan pola

Gambar

Tabel 1 Penempatan Per Tahun Per Negara (6 Negara Besar Penempatan)
Tabel 2 Data Kekerasan terhadap Buruh Migran Indonesia di Berbagai Negara Penempatan dari Tahun 2004-2010
Tabel 3 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Menurut Daerah Asal Tahun 2012
Tabel 4 Laporan Penanganan Kasus Menurut Jenis Kasus Januari s/d Desember Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oszlács Enikő a budapesti Baár-Madas Református Gimnázium növendéke, tanára: Marton Ágota Czakó Emese a budapesti Budai Ciszterci Szent Imre Gimnázium növendéke, tanára:

a. Dari segi kegunaan ilmiah, penelitian ini dapat menjadi kerangka dasar pemikiran dan wacana baru dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu

Studi ini membahas pengaruh dari kebijakan larangan ekspor bahan baku terhadap kinerja perusahaan: pertumbuhan nilai tambah, tenaga kerja, dan produktivitas, serta kemampuan

Fungsi transfer yang didapatkan kemudian digunakan sebagai persamaan dalam program pada sensor serat optik untuk mengukur konsentrasi ion logam berat timbal yang terbaca

Faktor pendukung kesuksesan startup adalah model bisnis yang baik, tiga keuntungan memiliki model bisnis yang baik, yaitu mampu memberikan pandangan kepada

Dari hasil penelitian diperoleh pelaksanaan evaluasi tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini di TK se-Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru secara keseluruhan dan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 54 Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 6A Tahun 2009 tentang Perusahaan Daerah Pasar Resik Kota Tasikmalaya,

Madrasah kami menyediakan layanan dan bimbingan secara teratur dan berkesinambungan dalam memenuhi kebutuhan pengembangan pribadi setiap peserta didik, baik yang terprogram