• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREVALENSI DISFUNGSI SEKSUAL PADA IBU-IBU PENGGUNA KONTRASEPSI IMPLANT DI KELURAHAN SEPUTIH JAYA KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREVALENSI DISFUNGSI SEKSUAL PADA IBU-IBU PENGGUNA KONTRASEPSI IMPLANT DI KELURAHAN SEPUTIH JAYA KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING THE PREVALENCE OF SEXUAL DYSFUNCTION IN MOTHERS CONTRACEPTIVE IMPLANT USERS

AT URBAN VILLAGES SEPUTIH JAYA SUB-DISTRICT GUNUNG SUGIH CENTRAL LAMPUNG 2013

By

TRI AGUSTINA DEWI

Contraceptives is an efforts to prevent the occurrence of pregnancy, one of which is implant. Implants are inserted just under the skin of a woman’s upper arm and contains the progesterone hormone. Side effects of using implants are a decrease in libido and sexual dysfunction. Female sexual dysfunction is still rarely discussed in public, whereas the impact of these disorders can affect house hold welfare and quality of life.

This study aims to determine the prevalence of sexual dysfunction in women using contraceptive implant in Seputih Jaya village Gunung Sugih regency Central Lampung district. This study is a analytic study with cross sectional study design was conducted on October until November 2013 on 70 respondents using consecutive sampling.

The results showed that mothers contraceptive implant users who experienced sexual dysfunction by 78,6% or as many as 55 respondents with most respondents are in the range of scores from 17,6 to 26,5 (near to normal). For the description of user characteristic shows that the most common is young aged women, low education, not working, have a little number of children, Body Mass Index is normal and duration of marriage are still young.

(2)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREVALENSI DISFUNGSI SEKSUAL PADA IBU-IBU PENGGUNA KONTRASEPSI IMPLANT DI KELURAHAN SEPUTIH JAYA KECAMATAN GUNUNG

SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013

Oleh

TRI AGUSTINA DEWI

Kontrasepsi adalah usaha- usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, salah satunya adalah implant. Implant adalah kontrasepsi hormonal yang dimasukkan ke dalam kulit. Efek samping dari penggunaan implant salah satunya adalah penurunan libido dan disfungsi seksual. Namun,disfungsi seksual wanita masih jarang dibicarakan di masyarakat luas, padahal dampak dari gangguan tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga dan kualitas hidup seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi disfungsi seksual pada ibu-ibu pengguna kontrasepsi implant di kelurahan seputih jaya kecamatan gunung sugih lampung Tengah. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dilakukan pada tanggal 2 oktober sampai dengan tanggal 10 november 2013 pada 70 responden dengan menggunakan consecutive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu-ibu pengguna kontrasepsi implant yang mengalami disfungsi seksual sebesar 78,6% dengan sebagian besar responden berada di rentang skor 17,6-26,5 (mendekati normal). Berdasarkan gambaran karakteristik diperoleh bahwa paling banyak yang berumur muda, berpendidikan rendah, tidak bekerja mempunyai jumlah anak sedikit, Indeks Massa Tubuh normal, dan lama perkawinan yang tergolong muda.

(3)
(4)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREVALENSI DISFUNGSI SEKSUAL PADA IBU-IBU PENGGUNA KONTRASEPSI IMPLANT DI KELURAHAN SEPUTIH JAYA KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN

LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013

(Skripsi)

Oleh

TRI AGUSTINA DEWI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori... 8

2. Kerangka Konsep ... .9

3. Macam- macam Kontrasepsi ... 16

4. Kontrasepsi Implant ... 17

5. Teknik pemasangan implant ... 25

6. Kepentingan seks menurut perempuan ... 29

7. Arti kepuasan seksual bagi perempuan ... 29

8. Grafik Distribusi Frekuensi Disfung Seksual Wanita ... 49

9. Grafik Persentase Domain FSFI... 50

10. Grafik distribusi frekuensi umur terhadap kejadian ... 51

11. Persentase kejadian disfungsi seksual pada responden yang memiliki umur muda ... 52

12. Persentase kejadian disfungsi seksual pada responden yang memiliki umur tua………..52

13. Grafik distribusi frekuensi pendidikan terhadap kejadian disfungsi seksual……….53

14. Persentase kejadian disfungsi seksual pada responden yang memiliki pendidikan tinggi…………..……….………..54

(6)

v

16. Grafik distribusi frekuensi status pekerjaan terhadap kejadian

disfungsi seksual……….……..57 17. Persentase kejadian disfungsi seksual pada responden yang

memiliki pekerjaan……….…..57 18. Persentase kejadian disfungsi seksual pada responden yang tidak

memiliki pekerjaan………57

19. Grafik distribusi frekuensi paritas terhadap kejadian disfungsi seksual…59 20. Persentase kejadian disfungsi seksual pada responden yang memiliki paritas sedikit………..………..60 21. Persentase kejadian disfungsi seksual pada responden yang memiliki

paritas banyak………60

22. Grafik distribusi frekuensi IMT terhadap kejadian disfungsi seksual…..61 23. Persentase kejadian disfungsi seksual pada responden yang memiliki

IMT normal……….……...62

24. Persentase kejadian disfungsi seksual pada responden yang memiliki

IMT gemuk………...62

25. Grafik distribusi frekuensi lama perkawinan terhadap kejadian

(7)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Kerangka Pemikiran ... 7

1. Kerangka Teori... 7

2. Kerangka Konsep ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Keluarga Berencana ... 10

1. Pengertian Keluarga Berencana ... 10

2. Manfaat Keluarga Berencana ... 10

B. Kontrasepsi ... 11

1. Pengertian Kontrasepsi... 11

2. Macam- macam Kontrasepsi ... 12

C. Kontrasepsi Implant... 16

1. Pengertian Kontrasepsi Implant ... 16

2. Jenis- jenis implant ... 17

3. Mekanisme Kerja ... 18

4. Keuntungan dan Kerugian... 20

5. Indikasi dan Kontraindikasi ... 23

6. Prosedur Pemasangan dan Pengangkatan ... 23

D. Seksualitas Wanita ... 27

1. Pengertian ... 27

2. Fungsi Seksualitas ... 27

3. Respon Seksual Wanita ... 30

E. Disfungsi Seksual Pada Wanita ... 33

1. Pengertian ... 33

2. Prevalensi Disfungsi Seksual ... 33

(8)

ii

III. METODE PENELITIAN ... 40

A. Rancangan Penelitian ... 40

B. Tempat dan Waktu ... 40

C. Populasi dan Sampel ... 41

1. Populasi ... 41

2. Sampel ... 41

D. Subjek Penelitian ... 42

E. Definisi Operasional ... 43

F. Variabel Penelitian ... 45

1. Variabel bebas ... 45

2. Variabel terikat ... 45

G. Pengumpulan Data ... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...47

A. Hasil ... 47

B. Pembahasan ... 65

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(9)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional... 43

2. Skor Penilaian FSFI ... 44

3. Distribusi Responden berdasarkan Kejadian Disfungsi Seksual ... 48

4. Distribusi Responden berdasarkan Umur Ibu ... 51

5. Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Ibu... 53

6. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu ... 55

7. Distribusi Responden berdasarkan Paritas ... 58

8. Distribusi Responden berdasarkan IMT Ibu ... 61

(10)
(11)
(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Siabu pada tanggal 3 Agustus 1990, sebagai anak ketujuh dari tujuh bersaudara, dari pasangan bapak Hi. M . Amran Hasibuan, dan ibu Hj. Gahara Pohan.

Pendidikan taman kanak-kanak (TK) ABA Simangambat, Mandailing Natal (Madina)

diselesaikan tahun 1996. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Impres Siabu Mandailing Natal, diselesaikan tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Siabu Mandailing Natal, diselesaikan pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Siabu, diselesaikan pada tahun 2008.

(13)

tercinta dan namboruku terbaik yang tidak mungkin sebanding dengan keringatmu yang menetes dan air matamu yang menagalir untukku ….semoga bias membuat kalin

tersenyum dengan lamanya penantian ini dan akhirnya berakhir semoga ini bukan akhir dari segalanya tapi awal dari kebahagiaan yang bias kuberikan pada kalian semua…..

Dan

Sebuah bukti kecil untukmu umakku sayang dan ayahku tercinta bahwa perjuangan dan

kebahagiaan yang kau berikan untukku tidak sia-sia….terus berjuang umakku sayang

(14)

Alhamdulillahirabbilalamin, penulis ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan sripsi ini. Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang kita harapkan syafaatnya. Skripsi dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREVALENSI DISFUNGSI SEKSUAL PADA IBU-IBU PENGGUNA KONTRASEPSI IMPLANT DI KELURAHAN SEPUTIH JAYA KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2013” ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan masukan, bantuan, dorongan, saran, bimbingan, kritik dan doa dari berbagai pihak, maka dengan segenap kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

2. Bapak dr. Muhartono, Sp.PA selaku Pembantu Dekan 1, Universitas Lampung;

(15)

berikan kepada adek,semoga hidup kita berdua hanya bisa di pisahkan oleh maut,amien ya Allah

Dan anak-anakku Tersayang R.Bintang Nainggolan dan Kafayah Asha Nainggolan di mana pada saat penulis menulis skripsi ini penuh

dengan tantangan karena anak-anak penulis ada yang menangis dan ada yang minta buat susu tapi itulah yang jadi penyemangat buat penulis untuk cepat menyelesaikan study,trimakasih sayang doakan mama untuk menjadi mama terbaik untuk kalian,amien ya Allah 5. Trima Kasih yang sedalam-dalamnya buat Umakku Tercinta,Gahara Pohan atas limpahan doa dan kasih sayang yang tiada akhir dan segala pengorbanan selama ini yang tiada henti-hentinya kepada adinda dan juga kepada Ayahanda Amran Hasibuan atas segala pengorbanan dan kerja kerasnya demi membawa kebahagiaan kepada kehidupan adinda,love you Ma, love you Pa Never Stop Loving Me. 5. Trima Kasih yang paling manis untukmu Namboruku Yusnar

Pulungan, spd dan Amangboruku Robinson Nainggolan SH atas semua limpahan kasih sayang yang tak terucapkan untuk semuanya,tanpa kalian mungkin mimpi indah ini tidak akan terwujud seindah ini, Love You Full

6. Trima Kasih kepada abang-abangku tercinta Hendri Gunawan Hasibuan, Anwar Abadi Hasibuan, Rahmad Syah Hasibuan, Muhammad Yamin Hasibuan, Ahmad Wadudu Hasibuan, Abdul Majid Hasibuan.atas segala doa dan limpahan kasih sayangnya kepada adikmu yang bandel ini,trimakasih abang-abangku….

7. Trimakasih tercinta kepada adik-adikku Riko Julius Ramona

(16)

kalian bangga kepadaku.

9. Seluruh angkatan 2008 trimakasih untuk canda dan tawanya

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang telah membantu dan menyumbangkan pemikiranya dalm pembuatan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan,akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua, amien.

Bandar lampung, januari 2014 Penulis

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah terpenting yang dialami oleh negara berkembang, seperti Indonesia, adalah ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49 % pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu fertilisasi, mortalitas dan migrasi ( Saifuddin, 2003)

(18)

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas pada tahun (2004) didapatkan perhitungan persentase wanita usia 15-49 tahun yang sedang memakai alat atau cara KB, secara keseluruhan jumlah total persentase Indonesia pada daerah perkotaan 57,55% dan daerah pedesaan 56,10%, sedangkan pada daerah Lampung jumlah persentase pada daerah perkotaan 60,88% dan pada daerah pedesaan 65,00%. Berdasarkan tetapan BKKBN Provinsi Lampung pada tahun 2008 didapatkan jumlah pemakai alat kontrasepsi berdasarkan jenis-jenisnya, yaitu suntikan sebesar 162.055 orang (40,35%), pil sebanyak 137,38 orang (35,10%), dan implant 20,713 orang (12,05%). (BKKBN Provinsi Lampung, 2008).

Dengan semakin berkembangnya program KB yang dicanangkan pemerintah, alat kontrasepsi pun semakin berkembang. Berbagai pilihan alat kontrasepsi ditawarkan kepada masyarakat. Dari yang mulai sederhana sampai yang permanen/ mantap, yaitu kontrasepsi hormonal seperti pil, suntik, dan implant. Ada jenis kontrasepsi lain, yaitu vasektomi untuk pria dan tubektomi pada wanita. Menurut data pemerintah 2003, kontrasepsi suntik yang paling banyak digunakan oleh wanita di Indonesia 35,2%, pil KB sebanyak 28,1%, IUD 18,8%, implant 12,4%, sterilisasi 5,5% dan alat kontrasepsi lain 1%. (Susenas, 2004).

(19)

tinggi terhadap norplant (Varney et al., 2007). Secara keseluruhan angka kehamilan pada pemakaian implant adalah 0,2 per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian, dengan angka kehamilan kumulatif 3,9 per 100 wanita per tahun kelima. Efektifitas implant tidak tergantung pada keterlibatan pemakai secara teratur (Wulansari, 2007). Efektifitas jangka panjang yang sangat baik membuktikan bahwa implant adalah salah satu kontrasepsi reversibel paling efektif (Glaiser, 2006).

Sebagian wanita yang menggunakan implant mengalami efek samping yang tersering adalah perubahan perdarahan haid (Wulansari, 2007). Efek samping yang lebih jarang adalah penurunan libido dan disfungsi seksual wanita (Meirik et al., 2003).

(20)

multivariat logistik regresi, risiko meningkat menjadi 9,24 kali dengan RR adjusted 9,24 (CI 95% 4,22-20,24). Metode Implant meningkatkan risiko mengalami disfungsi seksual terhadap hasrat seksual sebesar 9,15 kali dengan RR adjusted 9,15 (CI 95% 4,16-20,13) dan terhadap rangsangan sebesar 1,12 kali dengan RR 1,12 (CI 95% 1,02-1,23), sedangkan terhadap orgasme sebesar 0,20 dengan RR adjusted 0,20 (CI 95% 0,07-0,56) dibanding IUD. Kejadian disfungsi seksual juga meningkat secara bermakna pada akseptor yang berusia > 35 tahun, akseptor yang bekerja, pendidikan rendah, lama memakai Implant >5 tahun dan akseptor yang tinggal di desa. Simpulan: Risiko mengalami disfungsi seksual akan meningkat pada akseptor metode Implant, usia >35 tahun, bekerja, pendidikan rendah, memakai Implant >5 tahun dan tinggal di desa (Dasuki, 2007).

(21)

Fenomena ini memberikan gambaran betapa masalah fungsi seksual kaum wanita adalah sesuatu yang kompleks sekaligus memiliki nilai signifikan bagi kaum wanita khususnya dan masyarakat luas umumnya (Chandra, 2005). Dalam konteks kehidupan sosial (keluarga dan masyarakat), tidak bisa disangkal bahwa fungsi seksual kaum wanita adalah komponen penting dari kualitas hidup wanita itu sendiri (Baziad, 2005).

Disfungsi seksual sebenarnya masih cukup tabu untuk dibicarakan di masyarakat luas. Namun efek samping ini sangat mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga dan dapat mempengaruhi psikologi untuk wanita yang bekerja. Oleh karena itu mengingat pentingnya kehidupan seksual dalam kebahagiaan keluarga, maka disfungsi seksual perlu mendapat penanganan yang benar (Prawirohardjo, 2005).

Selama ini belum ada penelitian – penelitian yang mengkaji secara mendalam efek kontrasepsi terhadap disfungsi seksual ibu-ibu di Lampung Tengah dan belum adanya program pelayananan kesehatan untuk disfungsi seksual pada ibu-ibu di Lampung Tengah menjadi alasan bagi penulis untuk melakukan penelitian. Selain itu belum ada juga publikasi mengenai prevalensi disfungsi seksual pada wanita di Indonesia, khususnya di Lampung Tengah.

(22)

B. Rumusan Masalah

Kontrasepsi hormonal implant adalah kontrasepsi dengan metode susuk yang ditanamkan di dalam kulit dan mempunyai efektifitas 99% sehingga banyak digunakan pada wanita usia subur. Sedangkan kontrasepsi implant (susuk) juga mempunyai efek samping terhadap penurunan libido yang dapat menyebabkan disfungsi seksual terhadap akseptornya, maka dirumuskan suatu masalah penelitian yaitu berapa besar prevalensi disfungsi seksual pada wanita pengguna kontrasepsi implant pada ibu-ibu di kecamatan Gunung Sugih kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2013

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar prevalensi disfungsi seksual pada wanita pengguna kontrasepsi implant pada ibu-ibu di kecamatan Gunung Sugih kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2013.

D. Manfaat penelitian

(23)

2. Bagi masyarakat, memperluas wawasan di bidang kesehatan reproduksi dan memberikan informasi tambahan mengenai pengaruh penggunaan KB Implant terhadap disfungsi seksual.

3. Membantu memberikan gambaran bagi peneliti selanjutnya untuk bisa melakukan penelitian yang lebih baik dan mendalam terutama tentang disfungsi seksual wanita akibat penggunaan kontrasepsi.

E. Kerangka Pemikiran.

1. Kerangka Teori

(24)

Disfungsi Seksual Karakteristik Responden

Gambar 1. Kerangka teori tentang penggunaan kontrasepsi hormonal berdasarkan karakteristik responden terhadap disfungsi seksual

2. Kerangka Konsep

(25)

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2. Kerangka konsep tentang hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan disfungsi seksual

Prevalensi disfungsi seksual pada wanita adalah suatu konsep, dan untuk

mengukur suatu disfungsi seksual pada wanita harus melalui variabel gangguan hasrat seksual, gangguan perangsangan seksual, gangguan basah, gangguan orgasme, gangguan kepuasan, dan gangguan nyeri seksual yang dialami oleh seorang wanita

Wanita pengguna kontrasepsi

Implant

Prevalensi Disfungsi Seksual • Gangguan hasrat seksual • Gangguan perangsangan

seksual

(Gangguan berlendir) • Gangguan orgasme

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana (KB) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah kelahiran dan jarak kelahiran dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 2007). Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. (Harnawati, 2008).

2. Manfaat KB

Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah melalui program KB. Keluarga Berencana dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat:

a. Kehamilan terlalu dini.

(27)

b. Kehamilan terlalu terlambat

Wanita yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya bila ibu mempunyai problem kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan.

c. Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakkan jaraknya

Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh wanita. Kalau ibu belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga bahaya kematian menghadang. d. Terlalu sering hamil dan melahirkan

Wanita yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian akibat pendarahan hebat dan macam-macam kelainan bila ibu terus saja hamil dan bersalin lagi (Prawirohardjo, 2007).

B. Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

(28)

a. Dapat dipercaya

b. Tidak menimbulkan efek yang menggangu kesehatan c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

d. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus e. Tidak memerlukan motivasi terus menerus

f. Mudah pelaksanaannya

g. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

h. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan (Prawirohadjo, 2007).

2. Macam- macam Kontrasepsi

Terdapat beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan, antara lain:

a. Metode kontrasepsi sederhana

1) Metode kalender

(29)

2) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan perlaktasi (Saifuddin, 2006).

3) Metode suhu tubuh

Saat ovulasi peningkatan progesteron menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh (SBT) sekitar 0,2°C-0,4°C. Peningkatan suhu tubuh adalah indikasi bahwa telah terjadi ovulasi. Selama 3 hari berikutnya memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup sel telur diperlukan pantang berhubungan intim. Metode suhu mengidentifikasi akhir masa subur bukan awalnya (Glaiser, 2006).

4) Senggama terputus (koitus interuptus)

(30)

b. Metode Barrier

1) Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga mencegah Infeksi Menular Seksual termasuk HIV/AIDS.

2) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.

3) Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal suppositoria, atau dissolvable film, dan dalam bentuk krim (Saifuddin, 2006).

c. Metode Kontrasepsi Modern

(31)

Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi oral yang harus diminum setiap hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma. Terdapat dua macam yaitu kontrasepsi kombinasi atau sering disebut pil kombinasi yang mengandung progesteron dan estrogen, kemudian kontrasepsi pil progestin yang sering disebut dengan minipil yang mengandung hormon progesteron (Rabe, 2003).

2) Kontrasepsi implant

Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi silastik berisi hormon jenis progesteron levonorgestrel yang ditanamkan dibawah kulit, yang bekerja mengurangi transportasi sperma.

3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat sperma untuk masuk ke tuba fallopii (Saifuddin, 2006).

4) Kontrasepsi Mantap (KONTAP)

(32)

(wanita), atau menutup saluran mani laki-laki (Siswosudarmo, 2006).

5) Kontrasepsi Suntikan

[image:32.595.253.462.303.467.2]

Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara disuntikkan secara intramuskuler di daerah otot pantat (gluteus maximus) (Siswosudarmo, 2000).

Gambar 3. Macam- macam kontrasepsi (Aswarmakruf, 2010)

C. Kontrasepsi Implant

1. Pengertian

(33)
[image:33.595.254.425.85.238.2]

Gambar 4. Implant (Anonim,2011)

2. Jenis- jenis

a. Norplant

Terdiri dari 6 batang silastik lembut yang berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 cm. Jumlah kapsul yang disusukkan di bawah kulit adalah sebanyak 6 kapsul dan masing- masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg levonorgestrel dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgestrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi ataupun pada AKDR yang bioaktif (Prawirohardjo, 2007).

b. Implanon

(34)

c. Jedena dan indoplan

Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 3 tahun (Hartanto, 2004) .

3. Mekanisme Kerja

Kapsul pembungkus yang digunakan Norplant adalah polidimetisiloksanesilastik yang diproduksi oleh Dow Corning Corporation Midland Michigan, USA. Jenis kapsul yang menggunakan bahan ini misalnya katup jantung, saluran drainase dan protese payudara. Diameter luar kapsul pembungkus Norplant ialah 2,4 mm (Mochtar, 1998).

Kecepatan pelepasan kapsul ditentukan oleh daerah permukaan total dan ketebalan dinding kapsul. Levonorgestrel berdifusi melalui dinding pipa ke dalam jaringan di sekitarnya, tempat levonorgestrel diabsorbsi oleh sistem sirkulasi dan secara sistematis didistribusi, menghindari kadar awal yang tinggi di dalam sirkulasi seperti yang terjadi pada steroid yang diberikan per oral atau suntikan. Dalam 24 jam setelah penyisipan, konsentrasi levonorgestrel dalam plasma berkisar antara 0,4 sampai 0,5 ng/mL, cukup tinggi untuk mencegah konsepsi (Speroff, 2003).

(35)

sampai 8 hari pertama dan menghasilkan kontrasepsi yang efektif. Pada 9 bulan setelah pemasangan, laju pelepasan adalah sekitar 50 µg/ hari, yang secara bertahap menurun menjadi 25 sampai 30 µg/ hari pada 60 bulan saat kontrasepsi ini harus dikeluarkan (Prawirohardjo, 2007).

Mekanisme bagaimana Norplant mencegah konsepsi hanya dapat dijelaskan sebagian. Ada tiga model kerja yang mungkin berlangsung, yang serupa dengan model kerja yang menyebabkan efek kontrasepsi pada pil yang hanya mengandung progestin, yaitu :

a. Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan hormon luteinisasi (LH, luteinizing hormone), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi. Pada 2 tahun pertama penggunaan, hanya sekitar 10% wanita mengalami ovulasi, tetapi per 5 tahun penggunaan, lebih dari 50% wanita mengalami ovulasi.

b. Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap mukus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma (Cunningham, 2006).

(36)

yang dapat dideteksi pada pengguna norplant (Prawirohardjo, 2007).

4. Keuntungan dan kerugian

a. Keuntungan

1) Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen

2) Perdarahan yang terjadi lebih ringan 3) Tidak menaikan tekanan darah

4) Risiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

5) Dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) dan bersifat reversible

b. Kerugian

Ada beberapa kerugian yang berhubungan dengan penggunaan sistem norplant.

(37)

normal, dan tidak seperti kontrasepsi oral kombinasi, progestin tidak secara teratur diputus untuk memungkinkan pengelupasan endometrium. Akibatnya, pengelupasan endometrium terjadi pada interval yang tidak dapat diramalkan.

2) Implant harus dipasang (disisipkan) dan diangkat melalui prosedur pembedahan yang dilakukan oleh tenaga terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan yang mengalami komplikasi adalah kira- kira 5%, suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik dengan cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam menyisipkan Norplant.

3) Karena penyisipan dan pengangkatan Norplant membutuhkan prosedur bedah minor, biaya pemulaian dan penghentian akan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrasepsi oral atau metode perintang.

4) Implant dapat dilihat di bawah kulit.

“ Tanda bukti” penggunaan kontrasepsi ini mungkin tidak

dapat diterima oleh sebagian wanita, dan oleh beberapa pasangan.

(38)

manusia, HIV, gonore, atau klamidia. Pengguna yang berisiko menderita penyakit menular seksual harus mempertimbangkan untuk menambah metode perintang guna mencegah infeksi (Cunningham, 2006).

6) Selain itu efek samping dari implant adalah sakit kepala, kadang- kadang terjadi perubahan pola libido dan berat badan, timbulnya akne. Oleh karena jumlah progestrin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB (Brache et al., 2002).

5. Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi

1) Wanita- wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR.

2) Wanita- wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen.

b. Kontraindikasi

1) Kehamilan atau disangka hamil 2) Penderita penyakit hati

(39)

4) Kelainan jiwa ( psikosis, neurosis) 5) Varikosis

6) Riwayat kehamilan ektopik 7) Diabetes melitus

8) Kelainan kardiovaskuler (Prawirohardjo, 2007)

6. Prosedur Pemasangan dan Pengangkatan

a. Prosedur Pemasangan

Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan kontraindikasi serta efek samping yang selengkap mungkin mengenai Norplant ini sehingga calon akseptor betul- betul mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan dipakainya.

Persiapan alat- alat yang diperlukan adalah sabun antiseptik, kasa steril, cairan antiseptik (betadine), kain steril yang mempunyai lubang, obat anestesi lokal, semprit dan jarum suntik, troika no. 10, sepasang sarung tangan steril, satu set kapsul Norplant (6 buah), skapel yang tajam.

b. Teknik pemasangan

(40)

2) Daerah tempat pemasangan Norplant ditutup dengan kain steril yang berlubang

3) Dilakukan injeksi obat anestesi kira- kira 6- 10 cm di atas lipatan siku

4) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm dengan skapel yang tajam

5) Troikar dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan bawah kulit

6) Kemudian kapsul dimasukkan ke dalam troika dan didorong dengan plunger sampai kapsul terletak di bawah kulit.

7) Demikian dilakukan berturut- turut dengan kapsul kedua sampai ke enam, keenam kapsul di bawah kulit diletakkan demikian rupa sehingga susunannya seperti kipas

8) Setelah semua kapsul berada di bawah kulit, troika ditarik pelan- pelan keluar

9) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak

10)Jika tidak ada perdarahan, tutuplah luka dengan kasa steril, kemudian diberi plester, umumnya tidak diperlukan jahitan

(41)
[image:41.595.226.400.85.227.2]

Gambar 5. Teknik Pemasangan Implant (Kusmarjadi, 2011)

c. Pengangkatan

Pengangkatan Norplant dilakukan atas indikasi :

1) Atas permintaan akseptor (seandainya ingin hamil lagi) 2) Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan

tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa 3) Sudah habis masa pakainya

4) Terjadi kehamilan

Prosedur pengangkatan

1) Alat- alat yang diperlukan : selain dari alat- alat yang diperlukan sewaktu pemasangan kapsul Norplant diperlukan pula satu forceps lurus dan satu forceps bengkok.

(42)

3) Daerah insisi dibersihkan, kemudian ditutup dengan kain steril yang berlubang

4) Lakukan anestesi lokal (infiltrasi anestesi)

5) Kemudian lakukan insisi selebar lebih kurang 5-7 mm di tempat yang paling dekat dengan kapsul Norplant

6) Forceps dimasukkan melalui lubang insisi dan kapsul didorong dengan jari tangan lain kearah ujung forceps. 7) Forceps dibuka lalu kapsul dijepit dengan ujung forceps 8) Kapsul yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan- pelan.

Kalau perlu dapat dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari tangan lain.

9) Lakukanlah prosedur ini berturut- turut untuk mengeluarkan kapsul kedua sampai keenam, jika sewaktu mengeluarkan kapsul Norplant terjadi perdarahan, hentikanlah perdarahan terlebih dahulu dengan menekan daerah yang berdarah tersebut dengan kasa steril

10) Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak dijumpai lagi perdarahan, tutuplah luka insisi dengan kasa steril, kemudian diplester.

11) Umumnya tidak diperlukan jahitan pada kulit.

(43)

D. Seksualitas Wanita

1. Pengertian

Perilaku seksual adalah manisfestasi aktivitas seksual yang mencakup baik hubungan seksual ( intercourse; coitus) maupun masturbasi. Dorongan/ nafsu seksual adalah minat/ niat seseorang untuk memulai atau mengadakan hubungan intim (sexual relationship). Kegairahan seksual (Sexual excitement) adalah respons tubuh terhadap rangsangan seksual. Ada dua respons yang mendasar yaitu myotonia (ketegangan otot yang meninggi) dan vasocongestion (bertambahnya aliran darah ke daerah genital) (Chandra, 2005).

2. Fungsi Seksualitas

Salah satu kajian mengenai sikap dan pandangan kaum wanita tentang pentingnya fungsi seksual yang cukup menarik untuk diulas adalah survei yang diprakarsai oleh Bayer Healthcare yang dilakukan di 12 negara pada April hingga Mei 2006. Negara-negara tersebut adalah: Brasil, Prancis, Jerman, Italia, Meksiko, Polandia, Saudi Arabia,

Afrika Selatan, Spanyol, Turki, Inggris dan Venezuela. Jumlah

responden di setiap negara tersebut paling sedikit 1000 wanita berusia

di atas 18, sehingga jumlah keseluruhan responden adalah 12.065

(44)

kegiatan seksual adalah sesuatu yang penting atau sangat penting bagi

mereka.

[image:44.595.241.443.535.689.2]

Ketika kepada mereka (8996 responden) yang mengaku seksual sebagai sesuatu yang penting itu ditanyakan apa alasan mereka berpendapat bahwa seksual penting, maka respons yang muncul adalah sebagai berikut. Enam dari sepuluh (58%) wanita mengaku seksual penting untuk memperkuat dan meningkatkan kualitas hubungan dengan pasangan. Selanjutnya, hampir separuh (47%) responden merasa bahwa seksual bertalian dengan kebanggaan diri, masing-masing 29% merasa memiliki daya tarik dan 18% merasa lebih percaya diri. Juga, tidak kurang dari 47% responden berpandangan bahwa seksual berkontribusi positif buat fisik mereka, masing-masing 25% merasa mendapat kepuasan fisik dan 22% merasa seksual membuat dirinya lebih sehat (Bayer, 2006).

(45)
[image:45.595.229.475.233.384.2]

Selanjutnya, terhadap pertanyaan apa pentingya kepuasan seksual bagi diri mereka, 85% responden mengaku bahwa kepuasan seksual merupakan sesuatu yang sangat penting (33%) dan penting (52%). Hanya 15 persen dari responden beranggapan bahwa kepuasan seksual tidak terlalu berarti bagi mereka (Bayer, 2006).

Gambar 7. Arti kepuasan seksual bagi wanita (Bayer,2006)

(46)

3. Respons seksual wanita (Sexual Response Cycle- SRC)

Hal – hal yang terjadi saat seseorang mengalami bangkitan/ rangsang seksual (bergairah secara seksual) dan berperilaku seksual secara umum melibatkan tahap- tahap sebagai berikut (berlaku untuk segala umur) (Masters & Johnson , 1996) :

a. Tahap istirahat (tidak terangsang)

Dalam keadaan tidak terangsang, vagina dalam keadaan kering dan kendur juga.

b. Tahap rangsangan (excitement) melibatkan stimuli sensoris Pada saat minat seksual timbul, karena stimuli/ rangsangan psikologis atau fisik, mulailah tahap rangsangan/ excitement. Pada pria maupun wanita ditandai dengan vasokongesti (bertambahnya aliran darah ke genitalia- rongga panggul) dan myotonia (meningkatnya ketegangan/tonus otot, terutama juga di daerah genitalia) (Halstead and Reiss, 2006).

(47)

Vasokongesti dan myotonia merupakan syarat utama tahap excitement dan menyebabkan basahnya vagina (vaginal sweating) dan ereksi klitoris pada wanita (tidak selalu).

c. Tahap plateu ( pendataran)

Jika kegairahan meningkat, orang akan masuk tahap plateu yaitu vasokongesti dan mytonia mendatar tetapi minat seksual tetap tinggi. Fase plateu dapat singkat atau lama tergantung rangsangan dan dorongan seksual individu, latihan sosial dan konstitusi/ tubuh orang itu. Sebagian orang menginginkan orgasme secepatnya, orang lain dapat mengendalikannya, yang lain lagi menginginkan plateu yang lama sekali (Chandra, 2005).

Saat wanita mencapai fase plateu, lapisan ketiga terluar dari vagina membengkak akibat aliran darah dan distensi, klitoris mengalami retraksi dan “sex flush” (Masters and Johson ,1966) yang merupakan suatu ruam seperti campak, dapat meyebar dari payudara ke semua bagian tubuh (Hendersons, 2006).

d. Tahap orgasme ; melibatkan ejakulasi, kontraksi otot

(48)

bagian tubuh tertentu, yang berbeda bagi tiap orang (vagina, uterus pada wanita). Selama fase orgasme, ketegangan otot mencapai puncaknya dan kemudian ketegangan otot tersebut akan menurun karena darah didorong keluar dari pembuluh darah yang membengkak. Denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah meningkat dan terjadi kontraksi ritmis uterus. Orgasme disertai dengan sensasi kenikmatan yang intens. Kemudian tiba- tiba terjadi pelepasan/ release ketegangan seksual, disebut klimaks/ orgasme.

e. Tahap resolusi (mencakup pasca senggama)

(49)

E. Disfungsi Seksual pada wanita

1. Pengertian

Disfungsi seksual adalah gangguan respon fungsi seksual.

Pada pria : kegagalan yang menetap atau berulang, sebagian atau keseluruhan, untuk memperoleh dan atau mempertahankan ereksi sampai terselesaikannya aktifitas seksual.

Pada wanita: kegagalan yang menetap atau berulang, baik sebagian atau secara keseluruhan, untuk memperoleh dan atau mempertahankan respon lubrikasi vasokongesti sampai berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2005).

2. Prevalensi Disfungsi Seksual

(50)

mencapai kepuasan (45% ), dan disfungsi nyeri pada vagina (42,9%) (Costabile, 2006) .

F. Macam- macam disfungsi seksual

a. Disfungsi seksual wanita secara tradisional terbagi menjadi gangguan minat/ keinginan seksual atau libido, gangguan birahi, nyeri/ rasa tidak nyaman dan hambatan mencapai puncak atau orgasme.

Pada DSM IV ( Diagnostic and Statistic Manual version IV) dari American Phychiatric Assocation, dan ICD-10 (International Classification of Disease) dari WHO, disfungsi seksual wanita ini dibagi menjadi empat kategori yaitu :

a) Gangguan minat/ keinginan seksual (desire disorders) Ditandai dengan kurang atau hilangnya keinginan/ hasrat seksual

b) Gangguan birahi (arousal disorder)

Ditandai dengan kesulitan mencapai atau mempertahankan keterangsangan saat melakukan aktivitasnya seksual. c) Gangguan orgasme (orgasmic disorder)

Ditandai dengan tertundanya atau gagalnya mencapai orgasme saat melakukan aktivitas seksual.

(51)

(Rosen et al., 2000).

Menurut Glaiser and Gebbie (2005) adapun beberapa gangguan seksual yaitu :

a) Hilangnya kenikmatan

Seorang wanita mungkin melakukan hubungan intim, tetapi gagal merasakan kenikmatan dan kesenangan yang biasanya ia rasakan. Apabila ia tidak terangsang, maka pelumasan normal vagina dan pembengkakan vulva tidak terjadi dan hubungan intim pervagina dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau bahkan nyeri, yang semakin menghambat dirinya menikmati hubungan tersebut. (Glaiser and Gebbie, 2005).

Wanita yang mengalami hambatan nafsu seksual mungkin tidak menginginkan atau tidak menikmati seksual. Tetapi dia mengijinkan pasangannya untuk bersenggama dengannya, sebagai suatu kewajiban. Wanita yang lain mungkin sangat cemas dengan gagasan bersenggama sehingga menolak atau membuat alasan menghindarinya. (Glaiser and Gebbie, 2005).

b) Hilangnya minat seksual

(52)

untuk berhubungan seksual dan tidak menikmatinya seandainya terjadi. Seperti pada pria, faktor- faktor yang menyebabkan hilangnya gairah seksual bervariasi dan sering sulit diidentifikasi. Perubahan alam perasaan sangat penting bagi wanita, tidak saja sebagai penyakit depresi kronik tetapi juga sebagai variasi dalam alam perasaan depresi di sekitar waktu menstruasi yang dirasakan oleh beberapa wanita. Banyak wanita menyadari bahwa mereka mengalami tahap siklus menstruasi tertentu, walaupun waktunya berbeda dari satu wanita ke wanita lain. Tetapi mereka yang biasanya merasa murung sebelum menstruasi biasanya kehilangan minat seksual pada saat tersebut, dan mendapati bahwa fase pasca menstruasi secara seksual merupakan saat yang terbaik bagi mereka. (Glaiser and Gebbie, 2005).

(53)

bereaksi secara psikologis terhadap stres penyakit dan dampak terapi (masektomi). Faktor – faktor fisik juga mungkin memiliki peran langsung. Hilangnya minat seksual adalah hal yang wajar dalam keadaan sakit dan hal ini mungkin secara spesifik disebabkan oleh kelainan status hormon. Testosteron tampaknya penting untuk gairah seksual pada banyak wanita, seperti halnya pada pria. Penurunan substansial testosteron, seperti terjadi setelah ovariektomi atau bentuk lain kegagalan atau supresi ovarium, dapat menyebabkan hilangnya gairah. (Glaiser and Gebbie, 2005).

c) Keengganan seksual

Pada beberapa kasus, sekedar pikiran tentang aktivitas seksual sudah menyebabkan ketakutan atau ansietas yang besar sehingga terbentuk suatu pola menghindari kontak seksual. Pada kasus- kasus seperti ini, penyebabnya sering dapat diidentifikasi dari pengalaman traumatik sebelumnya, tetapi kadang- kadang pangkal masalahnya tetap tidak jelas.

d) Disfungsi orgasme

(54)

bagian dari hilangnya kenikmatan seksual secara umum, atau relatif spesifik, yaitu manusia masih dapat terangsang dan menikmati seksual tetapi gagal mencapai orgasme. Walaupun obat tertentu dapat menghambat orgasme pada wanita, namun pada sebagian kasus faktor psikologis tampaknya menjadi penyebab.

e) Vaginismus

(55)

f) Dispareunia

(56)

III. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian non eksperimental untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor - faktor, risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yang bersamaan (point time approach) (Notoatmodjo, 2010).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(57)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur (WUS) berumur 20 - 46 tahun pemakaian kontrasepsi implant yang berada di Posyandu Mawar 1 Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Oktober - November.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2005). Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Dengan persamaan besar sampel deskriptif (Dahlan, 2009) yaitu :

n = Zα² x P x Q d²

n = 1,645² x 0,5 x 0,5 0,1²

n = 67 dibulatkan menjadi 70 sampel

Keterangan :

Zα = deviat baku alfa

P = proporsi kategori variabel yang diteliti Q = 1- P

(58)

D. Subyek Penelitian

Subyek dimasukkan dalam penelitian ini jika memiliki kriteria inklusi. Nursalam 2003 dan Hidayat menyatakan bahwa kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Wanita dengan usia subur yang menggunakan implant antara 20- 46 tahun

2. Lama pemakaian Implant 1- 3 tahun 3. Wanita yang sehat

4. Wanita yang masih aktif seksual

5. Wanita yang mampu berkomunikasi dengan baik.

Subyek dikeluarkan dari penelitian ini jika memiliki kriteria eksklusi. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Wanita yang telah menggunakan 2 macam alat kontrasepsi

(59)
[image:59.595.147.544.153.686.2]

E. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala I.Variabel bebas Pemakaian kontrasepsi implant Adalah pengguna alat kontrasepsi implant 1-3 tahun pada saat penelitian

Kuesioner Wawancara 1.Ya Kategorik II.Variabel Terikat Disfungsi Seksual Wanita Adalah gangguan fungsi seksual pada wanita yang dinilai 6 domain yaitu hasrat seksual,pera ngsangan,lu brikasi, orgasme, kepuasan dalam kehidupan dan kesakitan FSFI (Female sexual function indeks)

(60)
[image:60.595.146.544.354.668.2]

Untuk skor domain individu, tambahkan nilai dari item individu yang terdiri dari domain dan kalikan jumlah tersebut dengan faktor domain (lihat di bawah). Tambahkan nilai enam domain untuk mendapatkan skala penuh. Perlu dicatat bahwa domain individu, nilai domain nol menunjukkan bahwa subjek yang dilaporkan tidak memiliki aktivitas seksual selama bulan terakhir. Skor subjek penelitian dapat dimasukkan dalam kolom kanan.

Tabel 2. Skor Penilaian FSFI ( Rosen, 2000)

No. Domain Pertanyaan Rentang skor

Faktor Skor minimal

Skor maksimal

Skor

1. Hasrat seksual

1,2 1-5 0,6 1,2 6,0

2. Rangsangan seksual

3,4,5,6 0-5 0,3 0 6,0

3. Lubrikasi vagina

7,8,9,10 0-5 0,3 0 6,0

4. Orgasme (klimaks)

11,12,13 0-5 0,4 0 6,0

5. Kepuasan 14,15,16 0 atau (1-5)

0,4 0 6,0

6. Kesakitan 17,18,19 0-5 0,4 0 6,0

Rentang skor

skala penuh

(61)

F. Variabel penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu wanita penggunaan kontrasepsi implant.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah angka kejadian disfungsi seksual.

G. Pengumpulan Data

(62)
(63)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Prevalensi disfungsi seksual pada ibu-ibu pengguna kontrasepsi implant di Lampung Tengah tahun 2013 adalah 78,6 %

2. Frekuensi Disfungsi Seksual ibu-ibu pada skor FSFI yang terbanyak yaitu pada rentang skor 17-26 (mendekati normal) sehingga masih tergolong disfungsi seksual yang ringan sedangkan distribusi domain FSFI yang terbanyak dialami pengguna kontrasepsi implant adalah pada domain pertama yaitu gangguan hasrat seksual.

(64)

yang memiliki IMT gemuk dengan kejadian disfungsi seksual sebesar 100 % dan dengan lama perkawinan yang belum tergolong lama dengan kejadian disfungsi seksual sebesar 96 %.

B. Saran

Dari hasil penelitian, peneliti menyarankan agar :

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan waktu yang lebih lama agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

2. Perlu dilakukan penelitian yang lebih dalam untuk menganalisis hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal khususnya implant terhadap disfungsi seksual pada wanita

3. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan edukasi mengenai berbagai pilihan kontrasepsi dengan efek samping yang paling minimal ataupun bila tidak dapat dihindari penggunaan kontrasepsi yang memiliki efek negatif, paling tidak menimimalisasi efek negatif

ditimbulkan.

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Aswarmakruf. 2010. Seperti apakah kontrasepsi hormonal itu.

http://aswarmakruf.com/diagnosis-terapi/kontrasepsi-hormonal/index.html .

Bayer Healthcare. Sex & the modern woman: Report Findings (2006).

http://www.erektionsprobleme.ch/mAny/mFiles/Sex_and_the_Modern_Wo men.pdf

Baziad, A. 2005. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

BKKBN Provinsi Lampung. 2008. Penduduk dan Ketenagakerjaan. http://lampung.bkkbn.go.id

BKKBN Provinsi Lampung. 2010. Penduduk dan Ketenagakerjaan. http://lampung.bkkbn.go.id

Biro Pusat Statistik. 2003. Survey Kesehatan dan Demografi Indonesia 2002-2003. Biro Pusat Statistik and Macro International Inc

Brache, V Faundes, A Alvarez F , and Cochon L 2002. Non-menstrual

adverse events during use of implantable contraceptives for women: data from clinical trials. Contraception, 65, 63±74.

Costabile,RA.2006. Prevalence and Risk Factors for Female Sexual Dysfunction in Turkish Women. The Journal of Urology, Volume 175, Issue 2, Page 658

Cunningham, G. 2006. Obstetri Williams . Jakarta : EGC

Dahlan,M.S.2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Depkes RI. 2008. Panduan Pelayanan Antenatal. Jakarta : Depkes RI

(66)

Glaiser.A, Gebbie,A. 2005. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekolog. Jakarta: Hipocrates, Edisi 6

Glaiser, A, Gebbie,A. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi . Jakarta : EGC

Greendale, G., Ganz, P. 2007. Female Sexual Desire- Beyomd Testosteron.vol.99, issues 9

Halstead, M., Reiss, M. 2006. Pendidikan Seksual Bagi Remaja. Yogyakarta : Alenia Press

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Alenia Press

Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Hayes RD, Bennett CM, Fairley CK, Dennerstein L. 2006. What can prevalence studies tell us about female sexual difficulty and dysfunction. J Sex Med;3:589–595

Henderson, C. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta :EGC

Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1 Tahun 1994. Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar. Jakarta : Presiden Republik Indonesia

Kusmarjadi, D. 2011. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Implant) .

http://www.drdidispog.com/2011/01/alat-kontrasepsi-bawah-kulit-implant.html . Diakses 3 Oktober 2011

Kusuma,W. 1999. Buku Pintar Kesehatan Wanita. Batam : Interaksara

Laumann EO, Paik A.Rosen RC. 1999. Sexual dysfunction in the United States. JAMA.; 281 (6) : 537-44

Llewellyn, D. 2005. Setiap Wanita. Jakarta : PT. Delapratasa Publishing

Manuaba,I.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Manuaba,I.1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :ARCAN

Meirik,O., Frasser, S,Ian., D’arcanves,C.2003. Implantable Contraceptives For

(67)

Miller,B.,PharmD.,Hunt,J. 2003. Female Sexual Dysfunction: Reviee of the Disorder and evidence for available TreatmentAlternatives. Journal of

Pharmacy Practice.16:3:200-208

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta :EGC, Edisi 3, Jilid 1

Nicolosi,A., Laumann,E., Glasser,D., Moreira E.,Paik,E., Gingell,C. 2004.Sexual behavior and sexual dysfunctions after age 40 : the global study of sexual attitudes and behaviours. Urology.; 64 (5): 991-7

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

Nurcahaya,W. 2007.Hubungan Kontrasepsi Pil KB dengan Kegemukan Wanita. Jakarta: http://www.infoibu.com/medphp?med=publisher&op=viewarticle

Osborn M, Hawton K & Gath D. 1988.Sexual dysfunction among middle aged women in the Community. British Medical Journal Vol. 296 : 959-962 Prawirohardjo,S. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo, S. 2005. Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, S. 2008. Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Rabe, T. 2003. Ilmu Kandungan. Jakarta :Hipokrates

Rosen,R., Brown, C., Heiman, J., Leiblum,S., Meston,C., Shasigh, R. et al. 2000. The Female Sexual Function Index (FSFI) . Journal of Sex and Marital Therapy ;26: 191-208

Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Salonia, A.2004. Women’s sexual dysfunction: a pathophysiological review. BJU int.; 93:1156-64

Santoso,B. 2007. Panduan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : SKP Publishing

Sidi,H. 2008. Orgasmic dysfunction among women at a primary care setting in Malaysia. Asia Pac J Public Health;2 (4) : 298-306

(68)

Sugiono. 2005. Statistik Untuk penelitian. Bandung : Alfabeta Susenas, 2004. Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi.

www.datastatistik-indonesia.com/content/view/331/331/1/2/ Speroff,L., Darney, P. 2005. Pedoman Klinis Kontrasepsi. Jakarta :EGC

Sutyarso., Kanedi,M. 2011. Disfungsi Seksual Wanita dan Kemungkinan Dampaknya Pada Kinerja Professional Mereka.Providing Nasional Symposium and workshop on Sexology 2011. Asosiasi Seksologi Indonesia. Jakarta 28-29 Oktober: 9-13

Varney,H., Jan,M,K., Carolyn,L,G. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta:EGC.

Widyastuti,Y., Rahmawati, A., Yuliasti,E. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya

Wulansari, P., Huriawati. 2007. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: EGC WHO. 2006. BMI Classification. Geneva.

Gambar

Gambar 1. Kerangka teori tentang penggunaan kontrasepsi hormonal berdasarkan
Gambar 2. Kerangka konsep tentang hubungan penggunaan
Gambar 3. Macam- macam kontrasepsi (Aswarmakruf, 2010)
Gambar 4. Implant (Anonim,2011)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Thus, since internal (external) sourcing and com- pensation structure based on ®rm pro®t (division pro®t) complement each other since they are both dependent (independent) in

JDIH Kementerian PUPR sanggahan hasil seleksi dari peserta pemilihan, panitia. pemilihan mengusulkan secara tertulis

close to the exact analytical solution, there was a discrepancy, or error, because the numerical method involved an approximation. • Actually, we were fortunate in that case

DAFTAR URUT PRIORITAS (LONG LIST)CALON PESERTA SERTIFIKASI BAGI GURU RA/MADRASAH DALAM JABATAN UNTUK MATA PELAJARAN KEAGAMAAN (QUR'AN HADIST, AKIDAH AKHLAK, FIQH, SKI), BAHASA

luas daerah aliran sungai sekitar kurang dari atau sama dengan 60 km 2 (≤ 60 km 2 ).. Metode Der

DAFTAR URUT PRIORITAS (LONG LIST) CALON PESERTA SERTIFIKASI BAGI GURU RA/MADRASAH DALAM JABATAN UNTUK MATA PELAJARAN KEAGAMAAN (QUR'AN HADIST, AKIDAH AKHLAK, FIQH, SKI), BAHASA

Sesuai dengan persamaan (4) di atas, maka setiap titik yang berada dalam satu bidang horizontal dalam zat cair, memiliki tekanan hidrostatis yang sama, misal

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa di Sekretariat Daerah Kabupaten Rembang dalam penempatan pegawai baik melalui promosi jabatan atau