BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia saat ini sepeda motor telah menjadi sarana transportasi
yang dominan. Sepeda motor banyak dipilih oleh masyarakat sebagai alat
angkutan karena selain harganya yang terjangkau, yang ditunjang dengan
kemudahan kepemilikan dan pembayaran, sepeda motor juga mudah
dikendarai serta unggul dalam kemampuan bermanuver disela-sela keramaian
jalan dan pencapaian akses.
Selain itu, sepeda motorpun memberikan efisiensi biaya perjalanan.
Tidak efisiennya sarana angkutan umum serta kemudahan dalam memperoleh
Surat Ijin Mengemudi (SIM) turut menjadi penyebab meningkatnya
kepemilikan sepeda motor. Kegunaan sepeda motor yang juga dapat
digunakan sebagai mata pencaharian (ojek) semakin menambah daftar
keunggulan sepeda motor sebagai sarana transportasi personal yang populis.
Populasi dan tingkat kepemilikan sepeda motor di Indonesia dalam
beberapa tahun terakhir ini terus tumbuh dengan cepat. Hal ini disebabkan
antara lain karena harganya yang relatif terjangkau serta kemudahan dalam
mengendarai. Namun, jumlah sepeda motor yang terus meningkat ini diikuti
pula dengan pertambahan jumlah kecelakaan lalulintas jalan, yang berakibat
Menurut Asian Development Bank (ADB, 1996),1 pengguna sepeda
motor baik pengendara maupun pembonceng merupakan pengguna jalan yang
paling mudah menjadi korban seandainya terjadi kecelakaan (vulnerable road users). Studi-studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat fatalitas sepeda motor jauh diatas tingkat fatalitas kendaraan lainnya. Hasil
studi di Inggris menyatakan bahwa tingkat kematian sepeda motor per
mil-kendaraan adalah 20 kali lipat dari tingkat kematian untuk mobil, dan tingkat
cedera adalah tiga kali lebih besar. Hal ini dapat dimengerti bahwa pertama,
secara keseluruhan, pengemudi sepeda motor mungkin bersedia mengambil
lebih banyak resiko.2 Kedua, pengendara sepeda motor tidak dilengkapi
dengan bantalan udara dan tidak terlindung oleh badan kendaraan sehingga
seperti yang disebutkan dalam UU No. 22 Tahun 2009, perlindungan perlu
dilakukan sendiri oleh pengendara sepeda motor berupa penggunaan atribut
keselamatan. Yang terakhir, pada saat terjadi tabrakan, pengendara sepeda
motor terlempar ke depan dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan
sebelum tabrakan, umumnya kepala terlebih dahulu, sampai membentur
obyek tetap atau tergelincir sampai berhenti, yang mana kejadian ini beresiko
cedera atau kematian.
Tingginya tingkat kecelakaan dan besarnya kerugian akibat
kecelakaan yang melibatkan sepeda motor ini perlu mendapat perhatian
serius, mengingat alat transportasi ini merupakan alat transportasi yang
potensial dan bersahabat dengan masyarakat, terutama kalangan menengah ke
bawah. Keselamatan dari pengendara sepeda motor akan mempengaruhi
perekonomian keluarga dan masyarakat.
Penyebab meningkatnya kecelakaan di jalan selain pertambahan
penduduk dan kemakmuran yang menyebabkan semakin banyak orang
bepergian, dan ini berkisar dari sifat acuh perseorangan dan masyarakat
terhadap pengekangan emosional dan fisik agar dapat hidup aman pada
lingkungan yang serba mesin. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan adalah keadaan jalan dan lingkungan, kondisi kendaraan, dan
keadaan pengemudi.
Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten yang ada
di Nusa Tenggara Barat yang terletak di tengah-tengah antara kabupaten
lombok Tengah dan Kabupaten Sumbawa Barat, sehingga menyebabkan
Lombok Timur sebagai jalur transportasi yang strategis dan banyak dilaului
oleh mobil-mobil besar, disamping juga berfungsi sebagai daerah
perdagangan, industri dan daerah pendidikan. Lombok Timur memiliki
kepadatan penduduk terpadat di Nusa Tenggara Barat, keadaan ini
menyebabkan kegiatan masyarakat cukup tinggi yang berpengaruh juga pada
kondisi jalan yang sangat jauh dari kata layak.
Penelitian kecelakaan lalulintas yang berbasis lokal sangat penting
dilakukan mengingat perilaku manusia serta tingkat kesadaran dan disiplin
berlalulintas yang berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Mengidentifikasi karakteristik kecelakaan sepeda motor serta menyusun
kecelakaan sepeda motor, merupakan langkah strategis dan bermanfaat untuk
mewujudkan kinerja keselamatan lalu lintas jalan yang lebih baik.
Hal inilah yang berusaha diangkat oleh penulis karena berdasarkan
pengalaman dan pengamatan penulis sebagai seorang warga masyarakat
Lombok Timur, penulis melihat bahwa proses dan tingkat kecelakaan berlalu
lintas pengendara sepeda motor warga masyarakat Lombok Timur masih
tinggi, dan lemahnya penegakan hukum itu sendiri di dalam masyarakat
Lombok Timur. Oleh karena itu penulis mengambil judul tulisan sebagai
berikut: “Kajian empiris tingkat kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda
motor berdasarkan UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan di Kabupaten Lombok Timur”.
B. Rumusan masalah
Penulisan Kajian Empiris Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas Pengendara
Sepeda Motor berdasarkan Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Lombok Timur. Ini dibatasi
pada hal-hal yang berhubungan penegakan hukum serta aturan hukum itu
sendiri dalam warga masyarakat yang sewajarnya. Lalu dicari pemecahan
masalah tersebut agar terdapat kejelasan hubungan antara penegak hukum dan
pengendara sepeda motor.
Berdasarkan hal itu penulis mengelompokkan atas beberapa pokok
1. Bagaimana tingkat kecelakaan lalu lintas setelah diundangkannya UU
No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di
Kabupaten Lombok Timur?.
2. Bagaimana peranan penegak hukum dalam upaya meningkatkan
perilaku kesadaran berlalu lintas bagi pengendara sepeda motor di
Kabupaten Lombok Timur?.
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penulisan a. Tujuan Penelitian
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada latar belakang
penelitian ini maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Bagaimana tingkat kecelakaan lalu lintas
sebelum dan setelah diundangkan UU No 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Lombok Timur?.
2. Untuk mengetahui peranan penegak hukum dalam upaya
meningkatkan perilaku kesadaran berlalu lintas bagi pengendara
sepeda motor di Kabupaten Lombok Timur.
b. Manfaat Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian
ini dan tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitian ini dapat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan dapat menambah informasi atau
wawasan yang lebih konkrit bagi aparat penegak hukum, pemerintah
dan masyarakat, khususnya dalam penegakan hukum dalam rangka
meningkatkan keselamatan dan ketertiban lalu lintas. Kemudian dari
hasil penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan sumbangan
pemikiran secara ilmiah guna pengembangan ilmu pengetahuan
hukum pada umumnya, dan pengkajian hukum khususnya yang
berkaitan dengan strategi penegakan hukum dalam rangka
meningkatkan keselamatan lalu lintas di Jalan Raya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang
saran didalam penegakan hukum guna meningkatkan keselamatan
lalu lintas dan mewujudkan masyarakat patuh hukum bagi aparat
penegak hukum pada masa mendatang guna mewujudkan
terpeliharanya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tulisan dalam penulisan ini tidak terlalu meluas, maka penulis
membatasi lokasi penelitian pada penulisan ini. Adapun ruang lingkup
penelitian yang ada penulis teliti adalah khusus mengenai Kajian Empiris
Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Lombok Timur berdasarkan
UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tentang Undang-undang No. 22 tahun 2009
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan telah ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal
26 Mei 2009 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni
2009. Undang-Undang ini adalah kelanjutan dari Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1992, terlihat bahwa kelanjutannya adalah merupakan pengembangan
yang signifikan dilihat dari jumlah klausul yang diaturnya, yakni yang
tadinya 16 bab dan 74 pasal, menjadi 22 bab dan 326 pasal.3
Jika kita melihat UU sebelumnya yakni UU Nomor 14 Tahun 1992
menyebutkan : Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagai
pengamalan Pancasila, transportasi memiliki posisi yang penting dan strategis
dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus
tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah. Transportasi
merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar
roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta
mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.4
3 Edy Halomoan Gurning, SH. Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya. Pengacara Publik dan Staf Penelitian Pengembangan pada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. 2010
Berbeda dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, UU ini
melihat bahwa lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis
dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari
upaya memajukan kesejahteraan umum. Selanjutnya di dalam undang-undang
No. 22 tahun 2009 di jelaskan bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh
Undang-Undang ini adalah : terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan modal
angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan
kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta
mampu menjunjung tinggi martabat bangsa, terwujudnya etika berlalu lintas
dan budaya bangsa, dan terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum
bagi masyarakat.
Undang-Undang No 22 tahun 2009 berlaku untuk membina dan
menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat,
tertib, dan lancar melalui kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau
barang di Jalan; kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan kegiatan yang berkaitan
dengan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi,
pendidikan berlalu lintas, Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta
B. Perkembangan Undang No. 22 Tahun 2009 dari Undang-Undang Sebelumnya
Jika kita melihat UU sebelumnya yakni UU Nomor 14 Tahun 1992
menyebutkan: ”Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagai
pengamalan Pancasila, transportasi memiliki posisi yang penting dan strategis
dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus
tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah”. Transportasi
merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar
roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta
mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.5
Berbeda dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, UU lalu
Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung
pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan
kesejahteraan umum. Selanjutnya di jelaskan bahwa tujuan yang hendak
dicapai oleh Undang-Undang ini adalah:6
1. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,
selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk
mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum,
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung
tinggi martabat bangsa;
5 ibid
2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
C. Pengertian Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Lalu lintas di dalam Undang-Undang No 22 tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang
di Ruang Lalu Lintas Jalan,7 sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu
Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah
Kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas
pendukung.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan peraturan pemerintah
sebagai peraturan pelaksanaanya bertujuan untuk menertibkan seluruh
pemakai jalan termasuk juga para pengendara kendaraan bermotor. Menurut
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang dimaksud dengan kendaraan
bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang
berada pada kendaraan itu. Dalam Pasal 4 ayat Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 bahwa pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan diarahkan untuk
meningkatkan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam
keseluruhan alat transportasi secara terpadu dengan memperhatikan seluruh
aspek kehidupan masyarakat untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan
jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan
efesien, mampu memadukan alat transportasi lainnya, menjangkau seluruh
pelosok daratan.
Berdasarkan pasal 25 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
disebutkan bahwa untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran
lalu lintas serta kemudahan bagi pemakai jalan wajib di lengkapi dengan:
1. Rambu jalan 2. Marka jalan
3. Alat Pemberi isyarat lalu lintas
4. Alat pengendali dan alat pengamanan pemakai jalan 5. Alat pengawasan dan pengamanan jalan
6. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar jalan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 Pasal 175
bagi kendaraan yang telah didaftarkan, diberikan Buku Pemilik Kendaraan
Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor serta Nomor
Kendaraan Bermotor.8 Surat tanda nomor kendaraan bermotor berdasarkan
Pasal 179 dan Pasal 185 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993
tentang kendaraan dan pengemudi berlaku selama lima tahun dan tiap
tahun diadakan pengesahan kembali dengan tidak dipungut biaya
D. Pengertian Kecelakaan dan Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas
. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak disadari akan terjadi dan
menimbulkan dampak negatif.9 Sedangkan pengertian kecelakaan
berdasarkan Pasal 1 angka 24 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tahun 2009
8 Bahan Pokok Penyuluhan Hukum (UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).Departemen Kehakiman RI .1996
adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia/atau kerugian harta benda.10Secara teoritis
kecelakaan lalu lintas dapat dilihat dari aspek legalitas atau sesuai dengan
aspek hukum. Mengenai kecelakaan tidak hanya disebabkan oleh
ketidaksadaran seseorang dalam melakukan sesuatu hal, akan tetapi
kecelakaan yang dimaksud dapat juga disebabkan oleh kelalaian pengguna
jalan, ketidaklayakan kendaraan, serta ketidak layakan jalan dan/atau
lingkungan.11
Menurut PP No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas
Jalan, Pasal 93 ayat 1 berbunyi kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa
di jalan raya tidak disangka – sangka dan tidak disengaja melibatkan
kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban
manusia atau kerugian harta benda. Selanjutnya dalam pasal 94 berbunyi,
pemerintah berwenang dalam pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan,
bertugas mencatat dan menindak lanjuti kejadian kecelakaan, selengkapnya
sesuai dengan kutipan di bawah ini :
1. Keterangan mengenai kejadian kecelakaan lalu lintas dicatat oleh Polisi Negara Republik Indonesia dalam formulir laporan kecelakaan lalu lintas. 2. Dalam hal terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban mati
ditindaklanjuti dengan penelitian yang dilaksanakan selambat - lambatnya 3 (tiga) hari oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia, instansi yang bertanggung jawab di bidang pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan, dan instansi yang bertanggung jawab di bidang pembinaan jalan.
3. Instansi yang diberikan wewenang membuat laporan mengenai kecelakaan lalu lintas menyelenggarakan sistem informasi.
10 Pasal 1 angka 24 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tahun 2009
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri setelah berkoordinasi dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Menteri yang bertanggung jawab dibidang pembinaan jalan.
Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sulit untuk diprediksi
kapan dan dimana terjadinya. Dengan adanya perencanaan jalan raya yang
baik dapat memberikan keselamatan yang lebih baik, kesalahan penilaian
menjadi kecil, tidak ada konsentrasi kendaraan pada suatu saat atau tidak
terjadi kesalahan persepsi di jalan, dan dengan demikan menghidarkan
terjadinya kecelakaan.12
Pelaku kecelakaan adalah seseorang yang duduk di belakang kemudi
dan mengendalikan kemudi pada saat terjadinya kecelakaan (pengemudi).
Pengemudi merupakan salah satu pemegang peranan penting ketika suatu
kecelakaan lalu lintas terjadi.
E. Krakteristik Kecelakaan
Kecelakaan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor. Secara
garis besar kecelakaan diklasifikasikan berdasarkan lokasi kecelakaan, waktu
terjadinya kecelakaan, tingkat kecelakaan, kelas korban kecelakaan, cuaca
saat kecelakaan terjadi, tipe/jenis tabrakan, jenis kendaraan dan penyebab
kecelakaan.13 Dalam penentuan karakteristik kecelakaan pada penelitian ini
diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal di bawah ini 14:
1. Berdasarkan Lokasi Kecelakaan
12http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37365/3/Chapter%20II.pdf di unduh tanggal 27 juni 2014
a. Jalan lurus :
a) 1 Lajur yang searah
b) 2 jalur yang searah
c) 2 lajur yang berlawanan
b. Tikungan jalan;
c. Persimpangan jalan, pertigaan atau perempatan jalan;
d. Tanjakan atau turunan.
2. Berdasarkan Waktu Terjadinya Kecelakaan
a. Jenis hari
a) Hari kerja : Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat
b) Hari libur : Minggu dan hari – hari libur Nasional
b. Waktu
a) Dini hari : jam 00.00 – jam 06.00
b) Pagi hari : jam 06.00 – jam 12.00
c) Siang hari : jam 12.00 – jam 18.00
d) Malam hari : jam 18.00 – jam 24.00
Dari keempat pengelompokkan di atas bisa dijadikan dua
kelompok yaitu kelompok terang (pagi dan siang hari) dan kelompok
gelap (malam dan dini hari).
3. Berdasarkan tingkat kecelakaan, maka kecelakaan dibagi dalam empat
golongan yaitu :15
a. kecelakaan sangat ringan (damage only) : kecelakaan yang hanya mengakibatkan kerusakan/korban benda saja.
b. kecelakaan ringan : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka
ringan.
c. kecelakaan berat : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka berat.
d. kecelakaan fatal : kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal
dunia.
4. Berdasarkan Kelas Korban Kecelakaan. Menurut PP No. 43 tahun 1993,
korban kecelakaan terdiri dari : 16
a. Korban mati adalah korban yang dipastikan mati sebagai akibat
kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah
terjadi kecelakaan tersebut.
15Ibid
b. Korban luka berat adalah korban kecelakaan harus dirawat inap di
rumah sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi
kecelakaan atau karena luka - luka yang terjadi korban tersebut
mengalami cacat tetap/permanen.
c. Korban luka ringan yaitu korban yang tidak termasuk ke dalam korban
mati dan korban luka berat, artinya korban tersebut tidak perlu dirawat
di rumah sakit atau dirawat tidak lebih dari 30 hari.
Dalam menganalisa kecelakaan, maka digunakan berdasarkan
analisa korban akibat dari kecelakaan yang meliputi meningggal dunia
(MD), luka berat (LB), luka ringan (LR), dan kerugian material.
5. Berdasarkan Cuaca
Faktor ini membagi keadaan cuaca dalam kaitannya dengan
pencatatan kecelakaan sebagai berikut : 17
a. Cerah;
b. Mendung;
c. Gerimis;
d. Hujan.
Dari pengelompokkan di atas, dapat dijadikan dua kelompok dalam
pengaruhnya terhadap permukaan jalan, yaitu kelompok kering (cerah dan
mendung) dan kelompok basah (hujan dan gerimis).
6. Berdasarkan jenis kecelakaan yang terjadi, diklasifikasikan atas beberapa
tabrakan, yaitu depan - depan, depan - belakang, tabrakan sudut, tabrakan
sisi, lepas kontrol, tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki, tabrak
parkir, dan tabrakan tunggal. Jenis tabrakan yang melatarbelakangi
terjadinya kecelakaan lalu lintas menjadi : 18
a. Tabrakan depan – depan adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan
yang tengah melaju dimana keduanya saling beradu muka dari arah
yang berlawanan, yaitu bagian depan kendaraan yang satu dengan
bagian depan kendaraan lainnya.
b. Tabrakan depan – samping adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan
yang tengah melaju dimana bagian depan kendaran yang satu menabrak
bagian samping kendaraan lainnya.
c. Tabrakan depan – belakang adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan
yang tengah melaju dimana bagian depan kendaraan yang satu
menabrak bagian belakang kendaraan di depannya dan kendaraan
tersebut berada pada arah yang sama.
d. Tabrakan samping – samping adalah jenis tabrakan antara dua
kendaraan yang tengah melaju dimana bagian samping kendaraan yang
satu menabrak bagian yang lain.
e. Menabrak penyeberang jalan adalah jenis tabrakan antara kendaraan
yang tengah melaju dan pejalan kaki yang sedang menyeberang jalan.
f. Tabrakan sendiri adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah
melaju mengalami kecelakaan sendiri atau tunggal.
g. Tabrakan beruntun adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah
melaju menabrak mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang
melibatkan lebih dari dua kendaraan secara beruntun.
h. Menabrak obyek tetap adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang
tengah melaju menabrak obyek tetap dijalan.
F. Faktor - Faktor Penyebab Kecelakaan
Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadikanya kecelakaan,
pertama adalah faktor manusia, kedua adalah faktor kendaraan, ketiga adalah
faktor jalan, dan keempat adalah faktor lingkungan.19 Kombinasi dari
keempat faktor itu bisa saja terjadi, antara manusia dengan kendaraan
misalnya berjalan melebihi batas kecepatan yang ditetapkan kemudian ban
pecah yang mengakibatkan kendaraan mengalami kecelakaan.
a. Faktor Pemakai Jalan/Manusia
Manusia sebagai pemakai jalan yaitu sebagai pejalan kaki dan
pengendara kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak
bermotor. Interaksi antara faktor Manusia, Kendaraan, Jalan dan
Lingkungan sangat bergantung dari perilaku Manusia sebagai pengguna
jalan menjadi hal yang paling dominan terhadap Kamseltibcar Lantas, hal
ini sangat ditentukan oleh beberapa indikator yang membentuk sikap dan
perilakunya di Jalan raya berupa:20
a) Mental
19 http://external-sangku.cloudapp.net/ppsdm/apa-sajakah-faktor-penyebab-kecelakaan-lalu-lintas117/ di akses tanggal 15 juli 2014
Mental dan perilaku yang membudaya dari pengguna jalan
merupakan salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh
terhadap situasi lalu lintas. Etika, sopan - santun, toleransi antar
pengguna jalan, kematangan dalam pengendalian emosi serta
kepedulian pengguna jalan di jalan raya akan menimbulkan sebuah
interaksi yang dapat mewarnai situasi lalu lintas berupa hasil yang
positif seperti terciptanya keamanan, keselamatan dan kelancaran
lalu lintas maupun dampak negatif yang dapat menimbulkan
kesemrawutan, kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas,
sehingga mentalitas pengguna Jalan merupakan suatu hal yang
pondamental dalam mewujudkan situasi lalu lintas yang baik.
Mental dan perilaku pengguna jalan merupakan suatu
cerminan budaya berlalulintas, hal ini tidak dapat dibentuk secara
instant oleh suatu lembaga tertentu, baik itu lembaga pendidikan
maupun lembaga lainnya, tetapi terbentuk secara
berkesinambungan mulai kehidupan sehari-hari dalam keluarga,
lingkungan dan situasi lalu lintas yang kasat mata secara keseharian
selalu terlihat oleh pengguna jalan sehingga membentuk kultur
mentalitas berlalu lintas seseorang.
b) Pengetahuan
Dalam menciptakan dan memelihara Keamanan,
Keselamatan, Ketertiban serta Kelancaran Lalu lintas, telah
situasi lalu lintas yang ada dengan mempertimbangkan
perkembangan teknologi di bidang transportasi baik yang
berhubungan dengan kendaraan, sarana dan prasarana jalan serta
dampak lingkungan lainnya dalam bentuk suatu aturan yang tegas
dan jelas serta telah melalui roses sosialisai secara bertahap
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam berinteraksi di jalan raya.
Setiap Pengguna Jalan wajib memahami setiap aturan yang
telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-Undang,
Perpu, Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya sehingga
terdapat satu persepsi dalam pola tindak dan pola pikir dalam
berinteraksi di jalan raya. Perbedaan tingkat pengetahuan dan atau
pemahaman terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu
kesenjangan yang berpotensi memunculkan permasalahan dalam
berlalu lintas, baik antar pengguna jalan itu sendiri maupun antara
pengguna jalan dengan aparat yang bertugas untuk melaksanakan
penegakkan hukum di jalan raya.
c) Keterampilan
Kemampuan dalam mengendalikan (Mengendarai/
Mengemudi) Kendaraan baik kendaraan bermotor maupun
kendaraan tidak bermotor di jalan raya akan berpengaruh besar
terhadap situasi lalu lintas, keterampilan mengendalikan kendaraan
merupakan suatu keharusan yang mutlak demi keamanan,
pengemudi /pengendara kendaraan tersebut maupun pengguna jalan
lainnya.
Keterampilan mengendalikan (Mengendarai / Mengemudi)
kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak
bermotor diperoleh melalui serangkaian pelatihan sebelum
mengajukan Lisensi keterampilannya (SIM), secara formal khusus
untuk kendaraan bermotor setiap pemohon SIM diwajibkan telah
memiliki ketrampilan mengemudikan kendaraan bermotor yang
dapat diperoleh baik melalui lembaga pendidikan dan pelatihan
mengemudi maupun tidak melalui lembaga pendidikan dan
pelatihan mengemudi yang berarti pemohon telah melalui proses
pelatihan keterampilan sebelum dilanjutkan proses pengujian
keterampilannya untuk mendapatkan SIM.
b. Faktor Kendaraan
Kendaraan merupakan sarana angkutan yang penting dalam
kehidupan modern ini, karena dapat membantu manusia dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari serta memudahkan manusia dalam
mencapai tujuannya dengan cepat, selamat dan hemat sekaligus
menunjang nilai dan nyaman. Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab
kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu
sebagai akibat kondisi teknis yang tidak layak jalan ataupun
penggunaannya tidak sesuai ketentuan. Yang dimaksud dengan kondisi
-tiba mati, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, lampu mati, dan
lain - lain. Sedangkan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan
ketentuan misalnya kendaraan yang dimuati secara berlebihan.
c. Faktor Jalan
Faktor jalan merupakan satu komponen dari sistem transportasi
darat yang merupakan tempat kegiatan transportasi berlangsung. Kondisi
jalan dapat menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Jalan yang dioperasional harus dilengkapi dengan prasarana jalan
sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 menyatakan
bahwa : “Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib
dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa:21
1. Rambu-rambu 2. Marka jalan
3. Alat pemberi isyarat lalu lintas 4. Alat penerangan jalan
5. Alat pengendali dan pengamanan pengguna jalan 6. Alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
7. Fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan 8. Fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan angkutan Jalan yang
berada di Jalan dan di luar badan Jalan.
d. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan/ cuaca juga berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan. Terjadinya hujan juga memengaruhi unjuk kerja kendaraan
seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin,
jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja
secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang
menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa mengganggu jarak
pandang, terutama di daerah pegunungan.
Jalan dibuat untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain
dari berbagai lokasi di dalam kota maupun di luar kota. Berbagai faktor
lingkungan jalan sangat berpengaruh dalam kegiatan lalu lintas. Hal ini
mempengaruhi pengemudi dalam mengatur kecepatan (mempercepat,
konstan, memperlambat atau berhenti).
G. Pengertian Kendaraan Bermotor dan Pengemudi
Kendaraan merupakan suatu sarana angkut yang berada di jalan yang
terdiri dari kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan
bermotor merupakan kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik
berupa mesin. Kendaraan bermotor pada umumnya tidak bisa bergerak
dengan sendirinya, sehingga untuk menggerakkannya di butuhkan
pengendara atau pengemudi.
Pengendara atau pengemudi menurut UU No. 22 tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa:22“Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi”
Dari pernyataan di atas maka jelas bahwa seseorang dikatakan
pengemudi atau pengendara bilamana orang tersebut sedang mengemudikan
kendaraan baik kendaraan bermotor atau tidak bermotor. Pengemudi
mencakup semua orang yang mengemudikan kendaraan. Selain itu dalam
berkendara atau berkemudi para pengendara diharuskan memiliki surat izin
untuk mengemudi dalam menggunakan kendaraannya, baik pengendara roda
dua atau lebih.
Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan tidak mengatur secara khusus tentang sepeda motor.
Meskipun demikian semangat dalam Undang Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dalam mengatur kendaraan bermotor dapat dilihat dari tujuan
yang hendak dicapai, seperti yang tercantum dalam pasal 3 bahwa yang
bertujuan :23
Lalu Lintas dan Angkutan Jalandiselenggarakan bertujuan:
a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;
b. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan c. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi
masyarakat.
Guna mewujudkan tujuan tersebut pemerintah bertanggung jawab
melaksanakan pembinaan antara lain yang disebutkan dalam pasal 5 ayat
(1) dan (2), yang meliputi: a. Perencanaan; b. Pengaturan; c. Pengendalian;
dan d. Pengawasan.
Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan system transportasi
nasional semua aktivitas trasnportasi harus berada pada perencanaan,
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan pemerintah sebagai satu
kesatuan.
H. Peranan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sebagai Penegak Hukum
1. Pengertian Kepolisian
Moylan mengemukakan pendapatnya mengenai arti serta pengertian kepolisian sebagai berikut:24 ”Istilah polisi sepanjang sejarah
ternyata mempunyai arti yang berbeda-beda dalam arti yang diberikan
pada semulanya. Juga istilah yang diberikan oleh tiap-tiap negara terhadap
pengertian “polisi” adalah berbeda oleh karena masing-masing negara
cenderung untuk memberikan istilah dalam bahasanya sendiri. Misalnya
istilah “contable” di Inggris mengandung arti tertentu bagi pengertian “polisi”, yaitu bahwa contable mengandung dua macam arti, pertama sebagai satuan untuk pangkat terendah di kalangan kepolisian (police contable) dan kedua berarti kantor polisi (office of constable)”.
Di samping itu istilah “police” dalam Bahasa Inggris mengandung arti yang lain, seperti yang dinyatakan oleh Charles Reith dalam bukunya
“The Blind Eya of History” yang mengatakan “Police in the English language came to mean any kind of planing for improving of ordering communal existence”. Dari defenisi tersebut dapat diartikan bahwa Charles Reith mengatakan bahwa polisi dituntut mengayomi masyarakat namun di
satu sisi polisi dapat melakukan tindakan hukum dari beratnya kejahatan.25
Menurut Pasal 5 ayat (1) pada undang-undang yang sama,
Kepolisian Negara Republik Indonesia dikatakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
24 Moylan S.J, 1953, The Police of Britain, Majalah Bayangkhari No.1, hlm.4
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.
. Perkembangan selanjutnya di Indonesia dikenal istilah “Hukum
Kepolisian” adalah istilah majemuk yang terdiri atas kata “Hukum” dan
“Kepolisian”. Jadi menurut arti tata bahasa istilah “Hukum Kepolisian”
adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang bertalian dengan polisi.
Dalam Pasal 1 Bab I Ketentuan Umum Poin 1 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa
”Kepolisian adalah segala hal–ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan
lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
2. Tugas dan Wewenang
Polisi secara universal mempunyai tugas yang sama yaitu sebagai
aparat yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat serta
aparat penegak hukum, walaupun dalam praktek di masing-masing negara
mempunyai pola dan prosedur kerja yang berbeda. Dengan
berkembangnya peradaban manusia dan berkembangnya pola kejahatan
maka tugas Polisi semakin berat dan kompleks.
Fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat dilihat dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (4) (setelah di amandemen):
”Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,
Berdasarkan pasal tersebut di atas sangat jelas bahwa prioritas
pelaksanaan tugas Polri adalah pada penegakan hukum. Ini berarti
tugas-tugas kepolisian lebih diarahkan kepada bagaimana cara menindak pelaku
kejahatan sedangkan perlindungan dan pelayanan masyarakat merupakan
prioritas kedua dari tindakan kepolisian. Sebagai wujud dari peranan
Polri, maka dalam mengambil setiap kebijakan harus didasarkan pada
pedoman-pedoman yang ada.
3. Peran Polri Sebagai Pengayom dan Pelindung Masyarakat
Peran ini diwujudkan dalam kegiatan pengamanan baik yang diatur
dalam ketentuan perundang-undangan (asas legalitas) maupun yang belum
diatur oleh peraturan perundang-undangan (asas oportunitas yang
diwadahi dalam hukum kepolisian). Aktualisasi peran ini diwujudkan
dalam bentuk:26
a. Mampu menempatkan diri sejajar dengan masyarakat, tidak arogan dan
merasa tidak lebih dimata masyarakat.
b. Mampu dan mau bekerja keras untuk mencegah dan meniadakan
segala bentuk kesulitan masyarakat.
c. Mampu melindungi berdasarkan hukum dan bukan sebaliknya
melanggar hukum karena interest tertentu.
d. Mampu mengantisipasi secara dini dalam membentengi masyarakat
dan segala kemungkinan yang bakal mengganggu ketentraman dan
ketertiban masyarakat.
4. Peran Polri dalam Penegakan Hukum
Polri merupakan bagian dari Criminal Justice System selaku Penyidik yang memiliki kemampuan penegakan hukum (represif) dan kerjasama kepolisian internasional untuk mengantisipasi kejahatan
internasional.Dalam menciptakan kepastian hukum peran Polri
diaktualisasikan dalam bentuk:27
a. Polri harus profesional dalam bidang hukum acara pidana dan perdata
sehingga image negatif bahwa Polri bekerja berdasar kekuasaan akan hilang;
b. Mampu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sehingga tidak
menjadi korban dari kebutuhan hukum atau tindakan
sewenang-wenang;
c. Mampu memberikan keteladanan dalam penegakan hukum;
d. Mampu menolak suap atau sejenisnya dan bahkan sebaliknya mampu
membimbing dan menyadarkan penyuap untuk melakukan kewajiban
sesuai peraturan yang berlaku.
5. Peran Polri Sebagai Pelayan Masyarakat (Public Service)
Peran ini merupakan kemampuan Polri dalam pelaksanaan tugas
Polri baik pre-emtif, preventif maupun represif. Peran ini akan menjamin
ketentraman, kedamaian dan keadilan masyarakat sehingga hak dan
kewajiban masyarakat terselenggara dengan seimbang, serasi dan selaras.
Polri sebagai tempat mengadu, melapor segala permasalahan masyarakat
yang mengalami kesulitan perlu memberikan pelayanan dan pertolongan
yang ikhlas dan responsif. Aktualiasi dari peran Polri ini adalah:28
a. Mampu dan proaktif dalam mencegah dan menetralisir segala potensi
yang akan menjadikan distorsi kantibmas;
b. Mampu mencegah dan menahan diri dalam segala bentuk pamrih
sehingga tidak memaksa dan menakut-nakuti serta mengancam dengan
kekerasan;
c. Mampu memberikan pelayanan yang simpatik sehingga memberikan
kepuasan bagi yang dilayani.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, menegaskan tugas dan wewenang kepolisian dalam
Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 sebagai berikut:
1. Pasal 13
Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a. Memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat,
b. Menegakkan hukum,
c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Pasal 14
Dalam menjalankan tugas pokoknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:
a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai dengan kebutuhan;
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas di jalan;
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian, khusus penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;
h. Menyelenggaakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian umtuk kepentingan tugas kepolisian;
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan atau pihak yang berwenang;
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta
l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:
a. menerima laporan dan/atau pengaduan;
b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menganggu ketertiban umum;
c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;
f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;
g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret
b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;
c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor; d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
e. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;
f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;
g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;
i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;
j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;
k. Melaksnakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.
3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
4. Pasal 16
1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk:
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan;
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana; k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik
pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan
2) Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf 1 adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;
c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan
e. Menghormati hak asasi manusia
Peran-peran Polisi yang Penulis kemukakan di atas merupakan
landasan filosofis reformasi Polri dalam mewujudkan peran Polri yang
BAB III
METODE PENILITIAN
Agar diperoleh keterangan yang lengkap, sistematis, dan dapat di
pertanggungjawabkan, maka dalam suatu penelitian diperlukan metode
pendekatan guna pembahasan masalah yang terfokus dan penelitian yang terarah
pada pokok permasalahannya.
Agar penelitian skripsi ini dapat dilakukan secara sederhana dan terarah
sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka metode penulisan
yang dilakukand alam penulisan skripsi ini antara lain :
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab
permasalahan-permasalahan dalam pembahasan skripsi ini adalah menggunakan penelitian
yuridis-empiris. Penelitian yuridis-empiris merupakan penelitian yang
dilakukan dan/ atau mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk
menjawab permasalahan yang diajukan.29
B. Sumber dan Bahan Hukum
Data yang dipergunakan dalam penulisan proposal ini bersumber dari:
1. Bahan Kepustakaan :
Merupakan data yang diperoleh dengan membaca buku, literatur
serta pendapat yang dikemukakan oleh para pakar atau sarjana yang
memiliki kaitan dengan pokok bahasan penelitian, kemudian lebih lanjut
data kepustakaan ini dibagi menjadi 3 jenis :
a. Bahan Hukum Primer
Bersumber dari peraturan perundang-undangan yaitu
Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, PP No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
1993 tentang kendaraan dan pengemudi serta Peraturan
Perudang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang diangkat.
b. Bahan Hukum Sekunder
Merupakan bahan hukum yang memberikan, penjelasan
bahan hukum primer seperti hasil penelitian, karya ilmiah,
hasil-hasil seminar serta data yang diperoleh dari literature.
c. Bahan Hukum Tersier
Merupakan bahan hukum yang bersumber dari kamus dan
ensiklopedia.
Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi data
sekunder dan data primer.
a. Data Primer
Data Primer yaitu data yang di peroleh langsung dari
sumber pertama.30 Data primer merupakan data yang berupa
keterangan dari pihak yang terkait dengan obyek penelitian yang
bertujuan untuk memahami maksud dan arti pihak yang terkait
dengan obyek penelitian yang bertujuan untuk memahami maksud
dan arti dari data sekunder yang ada. Data ini diperoleh dari
informan yaitu seorang yang dianggap mengetahui permasalahan
yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia memberikan
informasi yang berupa kata-kata dan data yang perlukan oleh
peneliti.
b. Data Sekunder
Data Skunder merupakan data yang di peroleh dengan
mengamati secara langsung obyek yang di teliti.Data sekunder
dalam penelitian ini berupa dokumen- dokumen resmi, buku-buku,
hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.31
C. Teknik Pengumpulan Data
30Ibid, hlm 30
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, adapun tehnik yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Data Kepustakaan dikumpulkan dengan studi dokumen yaitu dengan
menghimpun, mengkaji bahan-bahan hukum yang berupa buku dan
laporan-laporan penulisan serta bentuk-bentuk bahan kepustakaan
lainnya yang ada relevansinya dengan masalah-masalah yang diteliti
guna mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Data Lapangan, diperoleh dengan cara Wawancara (interview) yaitu
mengadakan tanya jawab secara langsung dengan menyiapkan daftar
pertanyaan terlebih dahulu kepada beberapa informan yang ada
kaitannya dengan penulisan proposal ini.
D. Analisis Data
Analisis data adalah mekanisme mengorganisasikan data dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan hipotesis kerja yang diterangkan oleh data.32
Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu
penelitian dalam rangka memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.
Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut dalam penelitian ini, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk
mengetahui validitasnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Keselamatan Dan Tingkat Kepatuhan Hukum Lalu Lintas Masyarakat Saat Ini
Untuk mendapatkan gambaran kondisi keselamatan, tingkat
kecelakaan dan kepatuhan hukum lalu lintas masyarakat saat ini maka
perlu diketahui beberapa hal mengenai, permasalahan lalu lintas, tingkat
keselamatan, kepatuhan hukum lalu lintas masyarakat dan
penyelenggaraan penegakan hukum yang dilaksanakan selama ini.
a) Permasalahan Lalu lintas
Permasalahan lalu Lintas di Kabupaten Lombok Timur secara
umum meliputi kecelakaan lalu lintas dan pelanggaran lalu lintas serta
ketidak tertiban lalu lintas. Banyak faktor manusia, jalan, lingkungan,
kendaraan, dan lemahnya penegakan hukum menyebabkan ketidak
teritban dan menimbulkan banyak korban kecelakaan.
Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a) Pelanggaran Lalu Lintas
Pelanggaran lalu lintas di kabupaten Lombok Timur
2 Tahun terakhir dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013
yang telah dilakukan penindakan pada tahun 2012
berjumlah 8.143 dan pelanggaran pada tahun 2013
berjumlah 10.556 (terjadi peningkatan 29,6 % ). Sedangkan
4.895 dan pada tahun 2013 berjumlah 5.807 (terjadi
peningkatan 18,6 %). Pelanggaran kelengkapan kendaraan
pada tahun 2012 berjumlah 459 dan pada tahun 2013
mencapai 1.467 ( terjadi peningkatan 219,6 %).Pelanggaran
surat pada tahun 2012 berjumlah 2.782 dan pada tahun 2013
berjumlah 3.662 (terjadi kenaikan 31,6 % ). Jenis
pelanggaran marka rambu pada tahun 2012 berjumlah 7 dan
pada tahun 2013 nihil.dan jenis pelanggaran boncengan
lebih dari 1 dan melawan arus pada tahun 2012 dan 2013
nihil. Dari data pelanggaran tersebut di atas terlihat bahwa
pelanggaran pengemudi yang tidak melengkapi
administrasi/surat-surat cukup dominan, namun pelanggaran
yang mempunyai kecenderungan terhadap terjadinya
kecelakaan yang disebabkan pelanggaran rambu dan marka
berada posisi di bawah.
b) Kecelakaan Lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Lombok Timur
2 tahun terakhir dari tahun 2012 sampai dengan 2013
rata-rata mencapai 6 korban jiwa per bulan. Jumlah kecelakaan
pada tahun 2012 berjumlah 484 dan pada tahun 2013
berjumlah 406 (terjadi penurunan 1,5 %). Jumlah meninggal
berjumlah 76 (terjadi penurunan 1,3 %). Jumlah Luka berat
pada tahun 2012 berjumlah 43 dan pada tahun 2013
berjumlah 34 (terjadi penurunan 2 %). Sedangkan jumlah
luka ringan pada tahun 2012 berjumlah 624 dan pada tahun
2013 berjumlah 476 (terjadi penurunan 2,3 %). Penyebab
kecelakaan yang terjadi di Kabupaten Lombok Timur pada
tahun 2013 didominasi oleh factor pengemudi mencapai
406 kejadian dan 5 kejadian faktor kendaraan. Sedangkan
Faktor jalan dan lingkungan nihil. Jumlah kerugian materiil
pada tahun 2012 mencapai Rp. 515.650.000 dan pada tahun
2013 mencapai Rp. 373.300.000. Kecelakann Lalu Lintas di
Kabupaten Lombok Timur sebelum di undangkannya UU
No.22 tahun 2009 yaitu pada tahun 2007 sampai 2008 terus
meningkat, disebabkan ruas jalan yang tetap dan
meningkatnya kendaraan di jalan raya, sehingga tingkat
kecelakaan lalu lintas semakin meningkat.33
b) Kepatuhan Hukum Lalu Lintas Masyarakat
Kepatuhan hukum masyarakat terhadap undang-undang
akan terlihat dari tingkat kedisiplinan para pemakai jalan. Dari data
Satlantas Polres Lombok Timur disimpulkan bahwa penyebab
terjadinya kecelakaan hampir 98 % oleh faktor manusia disamping
faktor lain seperti kendaraan dan jalan serta lingkungan. Untuk
mendapatkan gambaran tingkat kepatuhan masyarakat terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas yang terjadi pada
tahun 2013 sebagai berikut:
a) Pelanggaran Lalu lintas
Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anggota
masyarakat dapat digolongkan berdasarkan atas : menurut
tingkat pendidikan menurut usia dan menurut profesi.
1. Pelanggaran lalu lintas dari segi pendidikan berjumlah 9.583
pelanggaran yang terdiri dari : SD berjumlah 555 (5,7 %);
SMP berjumlah 1.120 (11,6 %); SMA berjumlah 6.076 (63,4
%); dan akademi berjumlah 1.794 (18,7 %).
2. Pelanggaran lalu lintas dari segi usia berjumlah 9.585
pelanggaran yang terdiri atas : usia 16-30 tahun berjumlah
3351 (34,9 %); usia 31-40 tahun berjumlah 4.148 ( 43,2 %);
usia 41-50 tahun berjumlah 1.725 (17,9%); dan usia 51 tahun
keatas berjumlah 359 ( 3,7 %).
3. Pelanggaran lalu lintas dari segi profesi berjumlah 9.583 yang
terdiri dari; Pegawai Negeri berjumlah 583 (6 %); Karyawan
Swasta berjumlah 5.347 (55,7 %); Mahasiswa berjumlah (20,9
%); Pelajar berjumlah 1701 (17,7 %); Pengemudi berjumlah
117 (1,2%); Polri dan TNI nihil.
Kecelakaan lalu lintas yang terjadi dapat digolongkan
dalam Laka Lantas berdasarkan Usia dan berdasarkan Tingkat
Pendidikan.
1. Pelaku kecelakaan berdasarkan usia berjumlah 375 kasus
yang terdiri dari ; usia 0-9 tahun berjumlah 2 (0,5 %); usia
10-15 tahun berjumlah 39 (10,4 %); usia 16-25 tahun
berjumlah 168 (44,8 %); usia 26-30 berjumlah 58 (15,4 %);
usia 31-40 berjumlah 60 (16 %); usia 41-50 berjumlah 39
(10,4 %); usia 51-60 tahun berjumlah 9 (2,4 %).
2. Pelaku kecelakaan berdasarkan Tingkat pendidikan
berjumlah 375 kasus yang terdiri dari ; SD berjumlah 57
(15,2 %) ; SLTP berjumlah 77 (20,5 %) ; SLTA berjumlah
216 57,6 %) ; Perguruan Tinggi berjumlah 25 (6,6 %) dan
lain-lain nihil.
Dari data pelanggaran lalu lintas maupun data kecelakaan
lalu lintas diatas, tergambarkan bahwa pelaku pada usia produktif
antara usia 16 tahun sampai dengan usia 40 tahun banyak
melakukan pelanggaran lalu lintas maupun kecelakaan lalu lintas.
Sementara upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait
dalam rangka mewujudkan kepatuhan hukum masyarakat terhadap
undang-undang lalu lintas belum menunjukkan kesungguhan yang
undang-undang lalu lintas tidak dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
c) Penyelenggaraan Penegakan hukum
Penegakan hukum menurut Biezeveld adalah pelaksanaan
wewenang oleh pemerintah untuk melaksanakan suatu aturan tertentu.34
Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam
kaidah-kaidah yang mantab dalam sikap tindak sebagai rangkaian
penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Konsepsi yang mempunyai
dasar filosofis tersebut, memerlukan penjelasan lebih lanjut, sehingga
tampak lebih konkret.35
Penegakan hukum lalu lintas merupakan bagian dari lalu lintas
yang mempunyai peranan agar undang-undang lalu ;intas ditaati oleh
setiap pemakai jalan. Berdasarkan fungsinya kegiatan penegakan hukum
lalu lintas dapat dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu :36
1. Preventif.
Meliputi kegiatan-kegiatan pengaturan lalu lintas,
penjagaan lalu lintas, pengawalan lalu lintas, patrol lalu lintas
dimana dalam pelaksanaannya kegiatan-kegiatan tersebut
34 Siti Sundari, 2005, Hukum Lingkungan dan Kebijakan Lingkungan Nasional, Airlangga University Press, Surabaya
35 Soerjono Sukanto, 2002, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Grafindo Persada, Jakarta, hlm.3.
merupakan suatu system keamanan lalu lintas saling terkait dan
tidak dapat dipisahkan.
Adapun dasar hukum dari penegakan lalu lintas di bidang
preventif antara lain yaitu :
1. Undang-Undang No. 13 tahun 1980 tentang jalan
2. Undang-Undang No. 8 tahun 1980 tentang KUHAP
3. Undang-Undang No 14 tahun 1992 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan
Pelaksananya.
4. Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia
2. Represif.
Meliputi Penindakan pelanggaran dan penyidikan lalu
lintas, dimana penindakan pelanggaran lalu lintas secara simpatik
dengan memberikan teguran atau peringatan terhadap pelanggar
lalu lintas. Sedangkan penindakan secara yuridis dapat diartikan
sebagai penindakan pelanggaran lalu lintas secara hukum yang
meliputi penindakan dengan menggunakan tilang, serta penindakan
terhadap pelaku kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan korban
jiwa dengan menggunakan ketentuan penyidikan sebagaimana
Penegakan hukum dalam prosesnya untuk menyerasikan antara
nilai, kaidah dan perilaku.
Faktor faktor yang mempengaruhi penegakan hukum
Secara umum, sesuai yang dikemukakan Soerjono
Sukanto, ada 5 faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum yaitu :37
a. Faktor hukumnya sendiri dibatasi dari berlakunya UU
mengenai asas dan tujuan berdampak positif.
b. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang
membentuk maupun menerapkan hukum.
c. Faktor sarana yang mendukung penegakan hukum
supaya berjalan lancar.
d. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum
tersebut berlaku
e. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta dan
rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam
pergaulan hidup.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Keselamatan Dan Tingkat Kepatuhan Hukum Dalam Masyarakat.
Menurut Muhammad Ikhsan dari beberapa penelitian dan
pengkajian dilapangan faktor korelatif yang dapat mempengaruhi stabilitas
keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalulintas di jalan raya
merupakan interaksi serta kombinasi dua atau lebih faktor yang saling
mempengaruhi situasi lalu lintas meliputi faktor manusia, faktor
kendaraan, faktor jalan, dan faktor lingkungan.38
a. Faktor Manusia
Manusia sebagai pemakai jalan yaitu sebagai pejalan kaki
dan pengendara kendaraan baik kendaraan bermotor maupun
kendaraan tidak bermotor. Interaksi antara faktor Manusia, Kendaraan,
Jalan dan Lingkungan sangat bergantung dari perilaku manusia
sebagai pengguna jalan menjadi hal yang paling dominan terhadap
Kamseltibcar Lalu Lintas, hal ini sangat ditentukan oleh beberapa
indikator yang membentuk sikap dan perilakunya di Jalan raya
berupa:
a) Mental
Mental dan perilaku yang membudaya dari pengguna jalan
merupakan salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh
terhadap situasi lalu lintas. Etika, sopan - santun, toleransi antar
pengguna jalan, kematangan dalam pengendalian emosi serta
kepedulian pengguna jalan di jalan raya akan menimbulkan
sebuah interaksi yang dapat mewarnai situasi lalu lintas berupa
hasil yang positif seperti terciptanya keamanan, keselamatan dan
kelancaran lalu lintas maupun dampak negatif yang dapat
menimbulkan kesemrawutan, kemacetan, pelanggaran dan
kecelakaan lalu lintas, sehingga mentalitas pengguna Jalan
merupakan suatu hal yang pondamental dalam mewujudkan
situasi lalu lintas yang baik.
b) Pengetahuan
Dalam menciptakan dan memelihara Keamanan,
Keselamatan, Ketertiban serta Kelancaran Lalu lintas, telah
dilakukan pengaturan yang disesuaikan dengan perkembangan
situasi lalu lintas yang ada dengan mempertimbangkan
perkembangan teknologi di bidang transportasi baik yang
berhubungan dengan kendaraan, sarana dan prasarana jalan serta
dampak lingkungan lainnya dalam bentuk suatu aturan yang tegas
dan jelas serta telah melalui roses sosialisai secara bertahap
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam berinteraksi di jalan
raya.
Setiap Pengguna Jalan wajib memahami setiap aturan
yang telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk
Undang-Undang, Perpu, Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya
sehingga terdapat satu persepsi dalam pola tindak dan pola pikir
dalam berinteraksi di jalan raya. Perbedaan tingkat pengetahuan
dan atau pemahaman terhadap aturan yang berlaku
mengakibatkan suatu kesenjangan yang berpotensi memunculkan
sendiri maupun antara pengguna jalan dengan aparat yang
bertugas untuk melaksanakan penegakkan hukum di jalan raya.
c) Keterampilan
Kemampuan dalam mengendalikan (Mengendarai/
Mengemudi) Kendaraan baik kendaraan bermotor maupun
kendaraan tidak bermotor di jalan raya akan berpengaruh besar
terhadap situasi lalu lintas, keterampilan mengendalikan
kendaraan merupakan suatu keharusan yang mutlak demi
keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaraan lalu lintas
baik bagi pengemudi /pengendara kendaraan tersebut maupun
pengguna jalan lainnya.
Keterampilan mengendalikan (Mengendarai / Mengemudi)
kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak
bermotor diperoleh melalui serangkaian pelatihan sebelum
mengajukan Lisensi keterampilannya (SIM), secara formal khusus
untuk kendaraan bermotor setiap pemohon SIM diwajibkan telah
memiliki keterampilan mengemudikan kendaraan bermotor yang
dapat diperoleh baik melalui lembaga pendidikan dan pelatihan
mengemudi maupun tidak melalui lembaga pendidikan dan
pelatihan mengemudi yang berarti pemohon telah melalui proses
pelatihan keterampilan sebelum dilanjutkan proses pengujian
b. Faktor Kendaraan
Kendaraan merupakan sarana angkutan yang penting dalam
kehidupan modern ini, karena dapat membantu manusia dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari serta memudahkan manusia dalam
mencapai tujuannya dengan cepat, selamat dan hemat sekaligus
menunjang nilai dan nyaman. Kendaraan dapat menjadi faktor
penyebab kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan sebagaimana
mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknis yang tidak layak jalan
ataupun penggunaannya tidak sesuai ketentuan. Yang dimaksud dengan
kondisi teknis yang tidak layak jalan misalnya seperti rem blong,
mesin yang tiba - tiba mati, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan
baik, lampu mati, dan lain - lain. Sedangkan penggunaan kendaraan
yang tidak sesuai dengan ketentuan misalnya kendaraan yang dimuati
secara berlebihan.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi situasi lalu lintas
jalan raya yang melibatkan kendaraan dapat di bagi dalam 2 (dua)
faktor utama yaitu 39 :
a) Kuantitas Kendaraan
Pertambahan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya
menunjukan angka yang signifikan, hal ini merupakan sebuah
manifestasi dari Laju pembangunan Nasional seiring dengan era
globalisasi menuntut adanya percepatan dalam bidang perekonomian
dan keamanan tuntutan perkembangan disektor lainnnya yang
mengharuskan adanya percepatan mobilitas untuk pencapaian hasil
secara optimal, apabila dipandang dari sisi ekonomi dan teknologi
perindustrian memang hal ini merupakan sebuah prestasi yang
sangat baik tetapi setiap suatu perubahan atau perkembangan di satu
sektor akan menimbulkan dampak pada sektor yang lainnya, apabila
tidak segera di sikapi secara cepat dan akurat hal ini justru akan
menimbulkan dampak negatif pada sektor tertentu.
b) Kualitas Kendaraan
Kendaraan bermotor saat ini dirancang telah
mempertimbangkan aspek keamanaan yang berhubungan
dengan pemakai jalan di lain pihak juga mempertimbangkan
tentang gerak kendaraan itu sendiri dalam kaitannya dengan
arus lalu lintas. Kendaraan bermotor sebagai hasil produksi
suatu pabrik, telah dirancang dengan suatu nilai faktor
keamanan untuk menjamin keselamatan bagi pengendaranya.
Kendaraan harus siap pakai, oleh karena itu kendaraan harus
dipelihara dengan baik sehingga semua bagian motor berfungsi
dengan baik, seperti mesin, rem depan belakang, ban, lampu,
kaca spion, dan alat-alat lain. Dengan demikian pemeliharaan
kendaraan tersebut diharapkan dapat :
1. Mengurangi jumlah kecelakaan.
2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai
jalan lainnya.