• Tidak ada hasil yang ditemukan

kajian empiris tingkat kecelakaan lalu l

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "kajian empiris tingkat kecelakaan lalu l"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia saat ini sepeda motor telah menjadi sarana transportasi

yang dominan. Sepeda motor banyak dipilih oleh masyarakat sebagai alat

angkutan karena selain harganya yang terjangkau, yang ditunjang dengan

kemudahan kepemilikan dan pembayaran, sepeda motor juga mudah

dikendarai serta unggul dalam kemampuan bermanuver disela-sela keramaian

jalan dan pencapaian akses.

Selain itu, sepeda motorpun memberikan efisiensi biaya perjalanan.

Tidak efisiennya sarana angkutan umum serta kemudahan dalam memperoleh

Surat Ijin Mengemudi (SIM) turut menjadi penyebab meningkatnya

kepemilikan sepeda motor. Kegunaan sepeda motor yang juga dapat

digunakan sebagai mata pencaharian (ojek) semakin menambah daftar

keunggulan sepeda motor sebagai sarana transportasi personal yang populis.

Populasi dan tingkat kepemilikan sepeda motor di Indonesia dalam

beberapa tahun terakhir ini terus tumbuh dengan cepat. Hal ini disebabkan

antara lain karena harganya yang relatif terjangkau serta kemudahan dalam

mengendarai. Namun, jumlah sepeda motor yang terus meningkat ini diikuti

pula dengan pertambahan jumlah kecelakaan lalulintas jalan, yang berakibat

(2)

Menurut Asian Development Bank (ADB, 1996),1 pengguna sepeda

motor baik pengendara maupun pembonceng merupakan pengguna jalan yang

paling mudah menjadi korban seandainya terjadi kecelakaan (vulnerable road users). Studi-studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat fatalitas sepeda motor jauh diatas tingkat fatalitas kendaraan lainnya. Hasil

studi di Inggris menyatakan bahwa tingkat kematian sepeda motor per

mil-kendaraan adalah 20 kali lipat dari tingkat kematian untuk mobil, dan tingkat

cedera adalah tiga kali lebih besar. Hal ini dapat dimengerti bahwa pertama,

secara keseluruhan, pengemudi sepeda motor mungkin bersedia mengambil

lebih banyak resiko.2 Kedua, pengendara sepeda motor tidak dilengkapi

dengan bantalan udara dan tidak terlindung oleh badan kendaraan sehingga

seperti yang disebutkan dalam UU No. 22 Tahun 2009, perlindungan perlu

dilakukan sendiri oleh pengendara sepeda motor berupa penggunaan atribut

keselamatan. Yang terakhir, pada saat terjadi tabrakan, pengendara sepeda

motor terlempar ke depan dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan

sebelum tabrakan, umumnya kepala terlebih dahulu, sampai membentur

obyek tetap atau tergelincir sampai berhenti, yang mana kejadian ini beresiko

cedera atau kematian.

Tingginya tingkat kecelakaan dan besarnya kerugian akibat

kecelakaan yang melibatkan sepeda motor ini perlu mendapat perhatian

serius, mengingat alat transportasi ini merupakan alat transportasi yang

potensial dan bersahabat dengan masyarakat, terutama kalangan menengah ke

(3)

bawah. Keselamatan dari pengendara sepeda motor akan mempengaruhi

perekonomian keluarga dan masyarakat.

Penyebab meningkatnya kecelakaan di jalan selain pertambahan

penduduk dan kemakmuran yang menyebabkan semakin banyak orang

bepergian, dan ini berkisar dari sifat acuh perseorangan dan masyarakat

terhadap pengekangan emosional dan fisik agar dapat hidup aman pada

lingkungan yang serba mesin. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya

kecelakaan adalah keadaan jalan dan lingkungan, kondisi kendaraan, dan

keadaan pengemudi.

Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten yang ada

di Nusa Tenggara Barat yang terletak di tengah-tengah antara kabupaten

lombok Tengah dan Kabupaten Sumbawa Barat, sehingga menyebabkan

Lombok Timur sebagai jalur transportasi yang strategis dan banyak dilaului

oleh mobil-mobil besar, disamping juga berfungsi sebagai daerah

perdagangan, industri dan daerah pendidikan. Lombok Timur memiliki

kepadatan penduduk terpadat di Nusa Tenggara Barat, keadaan ini

menyebabkan kegiatan masyarakat cukup tinggi yang berpengaruh juga pada

kondisi jalan yang sangat jauh dari kata layak.

Penelitian kecelakaan lalulintas yang berbasis lokal sangat penting

dilakukan mengingat perilaku manusia serta tingkat kesadaran dan disiplin

berlalulintas yang berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.

Mengidentifikasi karakteristik kecelakaan sepeda motor serta menyusun

(4)

kecelakaan sepeda motor, merupakan langkah strategis dan bermanfaat untuk

mewujudkan kinerja keselamatan lalu lintas jalan yang lebih baik.

Hal inilah yang berusaha diangkat oleh penulis karena berdasarkan

pengalaman dan pengamatan penulis sebagai seorang warga masyarakat

Lombok Timur, penulis melihat bahwa proses dan tingkat kecelakaan berlalu

lintas pengendara sepeda motor warga masyarakat Lombok Timur masih

tinggi, dan lemahnya penegakan hukum itu sendiri di dalam masyarakat

Lombok Timur. Oleh karena itu penulis mengambil judul tulisan sebagai

berikut: “Kajian empiris tingkat kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda

motor berdasarkan UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan di Kabupaten Lombok Timur”.

B. Rumusan masalah

Penulisan Kajian Empiris Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas Pengendara

Sepeda Motor berdasarkan Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Lombok Timur. Ini dibatasi

pada hal-hal yang berhubungan penegakan hukum serta aturan hukum itu

sendiri dalam warga masyarakat yang sewajarnya. Lalu dicari pemecahan

masalah tersebut agar terdapat kejelasan hubungan antara penegak hukum dan

pengendara sepeda motor.

Berdasarkan hal itu penulis mengelompokkan atas beberapa pokok

(5)

1. Bagaimana tingkat kecelakaan lalu lintas setelah diundangkannya UU

No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di

Kabupaten Lombok Timur?.

2. Bagaimana peranan penegak hukum dalam upaya meningkatkan

perilaku kesadaran berlalu lintas bagi pengendara sepeda motor di

Kabupaten Lombok Timur?.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penulisan a. Tujuan Penelitian

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada latar belakang

penelitian ini maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Bagaimana tingkat kecelakaan lalu lintas

sebelum dan setelah diundangkan UU No 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kabupaten Lombok Timur?.

2. Untuk mengetahui peranan penegak hukum dalam upaya

meningkatkan perilaku kesadaran berlalu lintas bagi pengendara

sepeda motor di Kabupaten Lombok Timur.

b. Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian

ini dan tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitian ini dapat

(6)

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan dapat menambah informasi atau

wawasan yang lebih konkrit bagi aparat penegak hukum, pemerintah

dan masyarakat, khususnya dalam penegakan hukum dalam rangka

meningkatkan keselamatan dan ketertiban lalu lintas. Kemudian dari

hasil penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan sumbangan

pemikiran secara ilmiah guna pengembangan ilmu pengetahuan

hukum pada umumnya, dan pengkajian hukum khususnya yang

berkaitan dengan strategi penegakan hukum dalam rangka

meningkatkan keselamatan lalu lintas di Jalan Raya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang

saran didalam penegakan hukum guna meningkatkan keselamatan

lalu lintas dan mewujudkan masyarakat patuh hukum bagi aparat

penegak hukum pada masa mendatang guna mewujudkan

terpeliharanya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tulisan dalam penulisan ini tidak terlalu meluas, maka penulis

membatasi lokasi penelitian pada penulisan ini. Adapun ruang lingkup

penelitian yang ada penulis teliti adalah khusus mengenai Kajian Empiris

Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Lombok Timur berdasarkan

UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tentang Undang-undang No. 22 tahun 2009

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan telah ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal

26 Mei 2009 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni

2009. Undang-Undang ini adalah kelanjutan dari Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1992, terlihat bahwa kelanjutannya adalah merupakan pengembangan

yang signifikan dilihat dari jumlah klausul yang diaturnya, yakni yang

tadinya 16 bab dan 74 pasal, menjadi 22 bab dan 326 pasal.3

Jika kita melihat UU sebelumnya yakni UU Nomor 14 Tahun 1992

menyebutkan : Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagai

pengamalan Pancasila, transportasi memiliki posisi yang penting dan strategis

dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus

tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah. Transportasi

merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar

roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta

mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.4

3 Edy Halomoan Gurning, SH. Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya. Pengacara Publik dan Staf Penelitian Pengembangan pada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. 2010

(8)

Berbeda dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, UU ini

melihat bahwa lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis

dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari

upaya memajukan kesejahteraan umum. Selanjutnya di dalam undang-undang

No. 22 tahun 2009 di jelaskan bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh

Undang-Undang ini adalah : terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan modal

angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan

kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta

mampu menjunjung tinggi martabat bangsa, terwujudnya etika berlalu lintas

dan budaya bangsa, dan terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum

bagi masyarakat.

Undang-Undang No 22 tahun 2009 berlaku untuk membina dan

menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat,

tertib, dan lancar melalui kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau

barang di Jalan; kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas

pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan kegiatan yang berkaitan

dengan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi,

pendidikan berlalu lintas, Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta

(9)

B. Perkembangan Undang No. 22 Tahun 2009 dari Undang-Undang Sebelumnya

Jika kita melihat UU sebelumnya yakni UU Nomor 14 Tahun 1992

menyebutkan: ”Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional sebagai

pengamalan Pancasila, transportasi memiliki posisi yang penting dan strategis

dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus

tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah”. Transportasi

merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar

roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta

mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.5

Berbeda dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, UU lalu

Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung

pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan

kesejahteraan umum. Selanjutnya di jelaskan bahwa tujuan yang hendak

dicapai oleh Undang-Undang ini adalah:6

1. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,

selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk

mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum,

memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung

tinggi martabat bangsa;

5 ibid

(10)

2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

C. Pengertian Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lalu lintas di dalam Undang-Undang No 22 tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang

di Ruang Lalu Lintas Jalan,7 sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu

Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah

Kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas

pendukung.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan peraturan pemerintah

sebagai peraturan pelaksanaanya bertujuan untuk menertibkan seluruh

pemakai jalan termasuk juga para pengendara kendaraan bermotor. Menurut

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang dimaksud dengan kendaraan

bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang

berada pada kendaraan itu. Dalam Pasal 4 ayat Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 bahwa pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan diarahkan untuk

meningkatkan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam

keseluruhan alat transportasi secara terpadu dengan memperhatikan seluruh

aspek kehidupan masyarakat untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan

jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan

(11)

efesien, mampu memadukan alat transportasi lainnya, menjangkau seluruh

pelosok daratan.

Berdasarkan pasal 25 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

disebutkan bahwa untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran

lalu lintas serta kemudahan bagi pemakai jalan wajib di lengkapi dengan:

1. Rambu jalan 2. Marka jalan

3. Alat Pemberi isyarat lalu lintas

4. Alat pengendali dan alat pengamanan pemakai jalan 5. Alat pengawasan dan pengamanan jalan

6. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar jalan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 Pasal 175

bagi kendaraan yang telah didaftarkan, diberikan Buku Pemilik Kendaraan

Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor serta Nomor

Kendaraan Bermotor.8 Surat tanda nomor kendaraan bermotor berdasarkan

Pasal 179 dan Pasal 185 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993

tentang kendaraan dan pengemudi berlaku selama lima tahun dan tiap

tahun diadakan pengesahan kembali dengan tidak dipungut biaya

D. Pengertian Kecelakaan dan Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas

. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak disadari akan terjadi dan

menimbulkan dampak negatif.9 Sedangkan pengertian kecelakaan

berdasarkan Pasal 1 angka 24 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tahun 2009

8 Bahan Pokok Penyuluhan Hukum (UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).Departemen Kehakiman RI .1996

(12)

adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja

melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang

mengakibatkan korban manusia/atau kerugian harta benda.10Secara teoritis

kecelakaan lalu lintas dapat dilihat dari aspek legalitas atau sesuai dengan

aspek hukum. Mengenai kecelakaan tidak hanya disebabkan oleh

ketidaksadaran seseorang dalam melakukan sesuatu hal, akan tetapi

kecelakaan yang dimaksud dapat juga disebabkan oleh kelalaian pengguna

jalan, ketidaklayakan kendaraan, serta ketidak layakan jalan dan/atau

lingkungan.11

Menurut PP No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas

Jalan, Pasal 93 ayat 1 berbunyi kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa

di jalan raya tidak disangka – sangka dan tidak disengaja melibatkan

kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban

manusia atau kerugian harta benda. Selanjutnya dalam pasal 94 berbunyi,

pemerintah berwenang dalam pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan,

bertugas mencatat dan menindak lanjuti kejadian kecelakaan, selengkapnya

sesuai dengan kutipan di bawah ini :

1. Keterangan mengenai kejadian kecelakaan lalu lintas dicatat oleh Polisi Negara Republik Indonesia dalam formulir laporan kecelakaan lalu lintas. 2. Dalam hal terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban mati

ditindaklanjuti dengan penelitian yang dilaksanakan selambat - lambatnya 3 (tiga) hari oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia, instansi yang bertanggung jawab di bidang pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan, dan instansi yang bertanggung jawab di bidang pembinaan jalan.

3. Instansi yang diberikan wewenang membuat laporan mengenai kecelakaan lalu lintas menyelenggarakan sistem informasi.

10 Pasal 1 angka 24 UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tahun 2009

(13)

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri setelah berkoordinasi dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Menteri yang bertanggung jawab dibidang pembinaan jalan.

Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sulit untuk diprediksi

kapan dan dimana terjadinya. Dengan adanya perencanaan jalan raya yang

baik dapat memberikan keselamatan yang lebih baik, kesalahan penilaian

menjadi kecil, tidak ada konsentrasi kendaraan pada suatu saat atau tidak

terjadi kesalahan persepsi di jalan, dan dengan demikan menghidarkan

terjadinya kecelakaan.12

Pelaku kecelakaan adalah seseorang yang duduk di belakang kemudi

dan mengendalikan kemudi pada saat terjadinya kecelakaan (pengemudi).

Pengemudi merupakan salah satu pemegang peranan penting ketika suatu

kecelakaan lalu lintas terjadi.

E. Krakteristik Kecelakaan

Kecelakaan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor. Secara

garis besar kecelakaan diklasifikasikan berdasarkan lokasi kecelakaan, waktu

terjadinya kecelakaan, tingkat kecelakaan, kelas korban kecelakaan, cuaca

saat kecelakaan terjadi, tipe/jenis tabrakan, jenis kendaraan dan penyebab

kecelakaan.13 Dalam penentuan karakteristik kecelakaan pada penelitian ini

diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal di bawah ini 14:

1. Berdasarkan Lokasi Kecelakaan

12http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37365/3/Chapter%20II.pdf di unduh tanggal 27 juni 2014

(14)

a. Jalan lurus :

a) 1 Lajur yang searah

b) 2 jalur yang searah

c) 2 lajur yang berlawanan

b. Tikungan jalan;

c. Persimpangan jalan, pertigaan atau perempatan jalan;

d. Tanjakan atau turunan.

2. Berdasarkan Waktu Terjadinya Kecelakaan

a. Jenis hari

a) Hari kerja : Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat

b) Hari libur : Minggu dan hari – hari libur Nasional

(15)

b. Waktu

a) Dini hari : jam 00.00 – jam 06.00

b) Pagi hari : jam 06.00 – jam 12.00

c) Siang hari : jam 12.00 – jam 18.00

d) Malam hari : jam 18.00 – jam 24.00

Dari keempat pengelompokkan di atas bisa dijadikan dua

kelompok yaitu kelompok terang (pagi dan siang hari) dan kelompok

gelap (malam dan dini hari).

3. Berdasarkan tingkat kecelakaan, maka kecelakaan dibagi dalam empat

golongan yaitu :15

a. kecelakaan sangat ringan (damage only) : kecelakaan yang hanya mengakibatkan kerusakan/korban benda saja.

b. kecelakaan ringan : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka

ringan.

c. kecelakaan berat : kecelakaan yang mengakibatkan korban luka berat.

d. kecelakaan fatal : kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal

dunia.

4. Berdasarkan Kelas Korban Kecelakaan. Menurut PP No. 43 tahun 1993,

korban kecelakaan terdiri dari : 16

a. Korban mati adalah korban yang dipastikan mati sebagai akibat

kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah

terjadi kecelakaan tersebut.

15Ibid

(16)

b. Korban luka berat adalah korban kecelakaan harus dirawat inap di

rumah sakit dalam jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi

kecelakaan atau karena luka - luka yang terjadi korban tersebut

mengalami cacat tetap/permanen.

c. Korban luka ringan yaitu korban yang tidak termasuk ke dalam korban

mati dan korban luka berat, artinya korban tersebut tidak perlu dirawat

di rumah sakit atau dirawat tidak lebih dari 30 hari.

Dalam menganalisa kecelakaan, maka digunakan berdasarkan

analisa korban akibat dari kecelakaan yang meliputi meningggal dunia

(MD), luka berat (LB), luka ringan (LR), dan kerugian material.

5. Berdasarkan Cuaca

Faktor ini membagi keadaan cuaca dalam kaitannya dengan

pencatatan kecelakaan sebagai berikut : 17

a. Cerah;

b. Mendung;

c. Gerimis;

d. Hujan.

Dari pengelompokkan di atas, dapat dijadikan dua kelompok dalam

pengaruhnya terhadap permukaan jalan, yaitu kelompok kering (cerah dan

mendung) dan kelompok basah (hujan dan gerimis).

6. Berdasarkan jenis kecelakaan yang terjadi, diklasifikasikan atas beberapa

tabrakan, yaitu depan - depan, depan - belakang, tabrakan sudut, tabrakan

(17)

sisi, lepas kontrol, tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki, tabrak

parkir, dan tabrakan tunggal. Jenis tabrakan yang melatarbelakangi

terjadinya kecelakaan lalu lintas menjadi : 18

a. Tabrakan depan – depan adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan

yang tengah melaju dimana keduanya saling beradu muka dari arah

yang berlawanan, yaitu bagian depan kendaraan yang satu dengan

bagian depan kendaraan lainnya.

b. Tabrakan depan – samping adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan

yang tengah melaju dimana bagian depan kendaran yang satu menabrak

bagian samping kendaraan lainnya.

c. Tabrakan depan – belakang adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan

yang tengah melaju dimana bagian depan kendaraan yang satu

menabrak bagian belakang kendaraan di depannya dan kendaraan

tersebut berada pada arah yang sama.

d. Tabrakan samping – samping adalah jenis tabrakan antara dua

kendaraan yang tengah melaju dimana bagian samping kendaraan yang

satu menabrak bagian yang lain.

e. Menabrak penyeberang jalan adalah jenis tabrakan antara kendaraan

yang tengah melaju dan pejalan kaki yang sedang menyeberang jalan.

f. Tabrakan sendiri adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah

melaju mengalami kecelakaan sendiri atau tunggal.

(18)

g. Tabrakan beruntun adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah

melaju menabrak mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang

melibatkan lebih dari dua kendaraan secara beruntun.

h. Menabrak obyek tetap adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang

tengah melaju menabrak obyek tetap dijalan.

F. Faktor - Faktor Penyebab Kecelakaan

Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadikanya kecelakaan,

pertama adalah faktor manusia, kedua adalah faktor kendaraan, ketiga adalah

faktor jalan, dan keempat adalah faktor lingkungan.19 Kombinasi dari

keempat faktor itu bisa saja terjadi, antara manusia dengan kendaraan

misalnya berjalan melebihi batas kecepatan yang ditetapkan kemudian ban

pecah yang mengakibatkan kendaraan mengalami kecelakaan.

a. Faktor Pemakai Jalan/Manusia

Manusia sebagai pemakai jalan yaitu sebagai pejalan kaki dan

pengendara kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak

bermotor. Interaksi antara faktor Manusia, Kendaraan, Jalan dan

Lingkungan sangat bergantung dari perilaku Manusia sebagai pengguna

jalan menjadi hal yang paling dominan terhadap Kamseltibcar Lantas, hal

ini sangat ditentukan oleh beberapa indikator yang membentuk sikap dan

perilakunya di Jalan raya berupa:20

a) Mental

19 http://external-sangku.cloudapp.net/ppsdm/apa-sajakah-faktor-penyebab-kecelakaan-lalu-lintas117/ di akses tanggal 15 juli 2014

(19)

Mental dan perilaku yang membudaya dari pengguna jalan

merupakan salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh

terhadap situasi lalu lintas. Etika, sopan - santun, toleransi antar

pengguna jalan, kematangan dalam pengendalian emosi serta

kepedulian pengguna jalan di jalan raya akan menimbulkan sebuah

interaksi yang dapat mewarnai situasi lalu lintas berupa hasil yang

positif seperti terciptanya keamanan, keselamatan dan kelancaran

lalu lintas maupun dampak negatif yang dapat menimbulkan

kesemrawutan, kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas,

sehingga mentalitas pengguna Jalan merupakan suatu hal yang

pondamental dalam mewujudkan situasi lalu lintas yang baik.

Mental dan perilaku pengguna jalan merupakan suatu

cerminan budaya berlalulintas, hal ini tidak dapat dibentuk secara

instant oleh suatu lembaga tertentu, baik itu lembaga pendidikan

maupun lembaga lainnya, tetapi terbentuk secara

berkesinambungan mulai kehidupan sehari-hari dalam keluarga,

lingkungan dan situasi lalu lintas yang kasat mata secara keseharian

selalu terlihat oleh pengguna jalan sehingga membentuk kultur

mentalitas berlalu lintas seseorang.

b) Pengetahuan

Dalam menciptakan dan memelihara Keamanan,

Keselamatan, Ketertiban serta Kelancaran Lalu lintas, telah

(20)

situasi lalu lintas yang ada dengan mempertimbangkan

perkembangan teknologi di bidang transportasi baik yang

berhubungan dengan kendaraan, sarana dan prasarana jalan serta

dampak lingkungan lainnya dalam bentuk suatu aturan yang tegas

dan jelas serta telah melalui roses sosialisai secara bertahap

sehingga dapat dijadikan pedoman dalam berinteraksi di jalan raya.

Setiap Pengguna Jalan wajib memahami setiap aturan yang

telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-Undang,

Perpu, Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya sehingga

terdapat satu persepsi dalam pola tindak dan pola pikir dalam

berinteraksi di jalan raya. Perbedaan tingkat pengetahuan dan atau

pemahaman terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu

kesenjangan yang berpotensi memunculkan permasalahan dalam

berlalu lintas, baik antar pengguna jalan itu sendiri maupun antara

pengguna jalan dengan aparat yang bertugas untuk melaksanakan

penegakkan hukum di jalan raya.

c) Keterampilan

Kemampuan dalam mengendalikan (Mengendarai/

Mengemudi) Kendaraan baik kendaraan bermotor maupun

kendaraan tidak bermotor di jalan raya akan berpengaruh besar

terhadap situasi lalu lintas, keterampilan mengendalikan kendaraan

merupakan suatu keharusan yang mutlak demi keamanan,

(21)

pengemudi /pengendara kendaraan tersebut maupun pengguna jalan

lainnya.

Keterampilan mengendalikan (Mengendarai / Mengemudi)

kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak

bermotor diperoleh melalui serangkaian pelatihan sebelum

mengajukan Lisensi keterampilannya (SIM), secara formal khusus

untuk kendaraan bermotor setiap pemohon SIM diwajibkan telah

memiliki ketrampilan mengemudikan kendaraan bermotor yang

dapat diperoleh baik melalui lembaga pendidikan dan pelatihan

mengemudi maupun tidak melalui lembaga pendidikan dan

pelatihan mengemudi yang berarti pemohon telah melalui proses

pelatihan keterampilan sebelum dilanjutkan proses pengujian

keterampilannya untuk mendapatkan SIM.

b. Faktor Kendaraan

Kendaraan merupakan sarana angkutan yang penting dalam

kehidupan modern ini, karena dapat membantu manusia dalam

melaksanakan kegiatan sehari-hari serta memudahkan manusia dalam

mencapai tujuannya dengan cepat, selamat dan hemat sekaligus

menunjang nilai dan nyaman. Kendaraan dapat menjadi faktor penyebab

kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan sebagaimana mestinya yaitu

sebagai akibat kondisi teknis yang tidak layak jalan ataupun

penggunaannya tidak sesuai ketentuan. Yang dimaksud dengan kondisi

(22)

-tiba mati, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan baik, lampu mati, dan

lain - lain. Sedangkan penggunaan kendaraan yang tidak sesuai dengan

ketentuan misalnya kendaraan yang dimuati secara berlebihan.

c. Faktor Jalan

Faktor jalan merupakan satu komponen dari sistem transportasi

darat yang merupakan tempat kegiatan transportasi berlangsung. Kondisi

jalan dapat menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Jalan yang dioperasional harus dilengkapi dengan prasarana jalan

sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 menyatakan

bahwa : “Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib

dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa:21

1. Rambu-rambu 2. Marka jalan

3. Alat pemberi isyarat lalu lintas 4. Alat penerangan jalan

5. Alat pengendali dan pengamanan pengguna jalan 6. Alat pengawasan dan pengamanan Jalan;

7. Fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan 8. Fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas dan angkutan Jalan yang

berada di Jalan dan di luar badan Jalan.

d. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan/ cuaca juga berpengaruh terhadap terjadinya

kecelakaan. Terjadinya hujan juga memengaruhi unjuk kerja kendaraan

seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin,

jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja

secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang

(23)

menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa mengganggu jarak

pandang, terutama di daerah pegunungan.

Jalan dibuat untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat lain

dari berbagai lokasi di dalam kota maupun di luar kota. Berbagai faktor

lingkungan jalan sangat berpengaruh dalam kegiatan lalu lintas. Hal ini

mempengaruhi pengemudi dalam mengatur kecepatan (mempercepat,

konstan, memperlambat atau berhenti).

G. Pengertian Kendaraan Bermotor dan Pengemudi

Kendaraan merupakan suatu sarana angkut yang berada di jalan yang

terdiri dari kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan

bermotor merupakan kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik

berupa mesin. Kendaraan bermotor pada umumnya tidak bisa bergerak

dengan sendirinya, sehingga untuk menggerakkannya di butuhkan

pengendara atau pengemudi.

Pengendara atau pengemudi menurut UU No. 22 tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa:22“Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi”

Dari pernyataan di atas maka jelas bahwa seseorang dikatakan

pengemudi atau pengendara bilamana orang tersebut sedang mengemudikan

kendaraan baik kendaraan bermotor atau tidak bermotor. Pengemudi

mencakup semua orang yang mengemudikan kendaraan. Selain itu dalam

berkendara atau berkemudi para pengendara diharuskan memiliki surat izin

(24)

untuk mengemudi dalam menggunakan kendaraannya, baik pengendara roda

dua atau lebih.

Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan tidak mengatur secara khusus tentang sepeda motor.

Meskipun demikian semangat dalam Undang Undang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan dalam mengatur kendaraan bermotor dapat dilihat dari tujuan

yang hendak dicapai, seperti yang tercantum dalam pasal 3 bahwa yang

bertujuan :23

Lalu Lintas dan Angkutan Jalandiselenggarakan bertujuan:

a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

b. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan c. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi

masyarakat.

Guna mewujudkan tujuan tersebut pemerintah bertanggung jawab

melaksanakan pembinaan antara lain yang disebutkan dalam pasal 5 ayat

(1) dan (2), yang meliputi: a. Perencanaan; b. Pengaturan; c. Pengendalian;

dan d. Pengawasan.

Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan system transportasi

nasional semua aktivitas trasnportasi harus berada pada perencanaan,

pengaturan, pengendalian, dan pengawasan pemerintah sebagai satu

kesatuan.

H. Peranan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sebagai Penegak Hukum

(25)

1. Pengertian Kepolisian

Moylan mengemukakan pendapatnya mengenai arti serta pengertian kepolisian sebagai berikut:24 ”Istilah polisi sepanjang sejarah

ternyata mempunyai arti yang berbeda-beda dalam arti yang diberikan

pada semulanya. Juga istilah yang diberikan oleh tiap-tiap negara terhadap

pengertian “polisi” adalah berbeda oleh karena masing-masing negara

cenderung untuk memberikan istilah dalam bahasanya sendiri. Misalnya

istilah “contable” di Inggris mengandung arti tertentu bagi pengertian “polisi”, yaitu bahwa contable mengandung dua macam arti, pertama sebagai satuan untuk pangkat terendah di kalangan kepolisian (police contable) dan kedua berarti kantor polisi (office of constable)”.

Di samping itu istilah “police” dalam Bahasa Inggris mengandung arti yang lain, seperti yang dinyatakan oleh Charles Reith dalam bukunya

“The Blind Eya of History” yang mengatakan “Police in the English language came to mean any kind of planing for improving of ordering communal existence”. Dari defenisi tersebut dapat diartikan bahwa Charles Reith mengatakan bahwa polisi dituntut mengayomi masyarakat namun di

satu sisi polisi dapat melakukan tindakan hukum dari beratnya kejahatan.25

Menurut Pasal 5 ayat (1) pada undang-undang yang sama,

Kepolisian Negara Republik Indonesia dikatakan alat negara yang

berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan

24 Moylan S.J, 1953, The Police of Britain, Majalah Bayangkhari No.1, hlm.4

(26)

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan

dalam negeri.

. Perkembangan selanjutnya di Indonesia dikenal istilah “Hukum

Kepolisian” adalah istilah majemuk yang terdiri atas kata “Hukum” dan

“Kepolisian”. Jadi menurut arti tata bahasa istilah “Hukum Kepolisian”

adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang bertalian dengan polisi.

Dalam Pasal 1 Bab I Ketentuan Umum Poin 1 Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa

”Kepolisian adalah segala hal–ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

2. Tugas dan Wewenang

Polisi secara universal mempunyai tugas yang sama yaitu sebagai

aparat yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat serta

aparat penegak hukum, walaupun dalam praktek di masing-masing negara

mempunyai pola dan prosedur kerja yang berbeda. Dengan

berkembangnya peradaban manusia dan berkembangnya pola kejahatan

maka tugas Polisi semakin berat dan kompleks.

Fungsi Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat dilihat dalam

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (4) (setelah di amandemen):

”Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga

keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,

(27)

Berdasarkan pasal tersebut di atas sangat jelas bahwa prioritas

pelaksanaan tugas Polri adalah pada penegakan hukum. Ini berarti

tugas-tugas kepolisian lebih diarahkan kepada bagaimana cara menindak pelaku

kejahatan sedangkan perlindungan dan pelayanan masyarakat merupakan

prioritas kedua dari tindakan kepolisian. Sebagai wujud dari peranan

Polri, maka dalam mengambil setiap kebijakan harus didasarkan pada

pedoman-pedoman yang ada.

3. Peran Polri Sebagai Pengayom dan Pelindung Masyarakat

Peran ini diwujudkan dalam kegiatan pengamanan baik yang diatur

dalam ketentuan perundang-undangan (asas legalitas) maupun yang belum

diatur oleh peraturan perundang-undangan (asas oportunitas yang

diwadahi dalam hukum kepolisian). Aktualisasi peran ini diwujudkan

dalam bentuk:26

a. Mampu menempatkan diri sejajar dengan masyarakat, tidak arogan dan

merasa tidak lebih dimata masyarakat.

b. Mampu dan mau bekerja keras untuk mencegah dan meniadakan

segala bentuk kesulitan masyarakat.

c. Mampu melindungi berdasarkan hukum dan bukan sebaliknya

melanggar hukum karena interest tertentu.

(28)

d. Mampu mengantisipasi secara dini dalam membentengi masyarakat

dan segala kemungkinan yang bakal mengganggu ketentraman dan

ketertiban masyarakat.

4. Peran Polri dalam Penegakan Hukum

Polri merupakan bagian dari Criminal Justice System selaku Penyidik yang memiliki kemampuan penegakan hukum (represif) dan kerjasama kepolisian internasional untuk mengantisipasi kejahatan

internasional.Dalam menciptakan kepastian hukum peran Polri

diaktualisasikan dalam bentuk:27

a. Polri harus profesional dalam bidang hukum acara pidana dan perdata

sehingga image negatif bahwa Polri bekerja berdasar kekuasaan akan hilang;

b. Mampu meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sehingga tidak

menjadi korban dari kebutuhan hukum atau tindakan

sewenang-wenang;

c. Mampu memberikan keteladanan dalam penegakan hukum;

d. Mampu menolak suap atau sejenisnya dan bahkan sebaliknya mampu

membimbing dan menyadarkan penyuap untuk melakukan kewajiban

sesuai peraturan yang berlaku.

(29)

5. Peran Polri Sebagai Pelayan Masyarakat (Public Service)

Peran ini merupakan kemampuan Polri dalam pelaksanaan tugas

Polri baik pre-emtif, preventif maupun represif. Peran ini akan menjamin

ketentraman, kedamaian dan keadilan masyarakat sehingga hak dan

kewajiban masyarakat terselenggara dengan seimbang, serasi dan selaras.

Polri sebagai tempat mengadu, melapor segala permasalahan masyarakat

yang mengalami kesulitan perlu memberikan pelayanan dan pertolongan

yang ikhlas dan responsif. Aktualiasi dari peran Polri ini adalah:28

a. Mampu dan proaktif dalam mencegah dan menetralisir segala potensi

yang akan menjadikan distorsi kantibmas;

b. Mampu mencegah dan menahan diri dalam segala bentuk pamrih

sehingga tidak memaksa dan menakut-nakuti serta mengancam dengan

kekerasan;

c. Mampu memberikan pelayanan yang simpatik sehingga memberikan

kepuasan bagi yang dilayani.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia, menegaskan tugas dan wewenang kepolisian dalam

Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 sebagai berikut:

1. Pasal 13

Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a. Memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat,

(30)

b. Menegakkan hukum,

c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

2. Pasal 14

Dalam menjalankan tugas pokoknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai dengan kebutuhan;

b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas di jalan;

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian, khusus penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

h. Menyelenggaakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian umtuk kepentingan tugas kepolisian;

i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan atau pihak yang berwenang;

k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(31)

1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:

a. menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menganggu ketertiban umum;

c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;

f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret

b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;

c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor; d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

e. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;

f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;

g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;

(32)

i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;

j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;

k. Melaksnakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

4. Pasal 16

1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk:

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. Mengadakan penghentian penyidikan;

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana; k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik

pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan

(33)

2) Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf 1 adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;

c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;

d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan

e. Menghormati hak asasi manusia

Peran-peran Polisi yang Penulis kemukakan di atas merupakan

landasan filosofis reformasi Polri dalam mewujudkan peran Polri yang

(34)

BAB III

METODE PENILITIAN

Agar diperoleh keterangan yang lengkap, sistematis, dan dapat di

pertanggungjawabkan, maka dalam suatu penelitian diperlukan metode

pendekatan guna pembahasan masalah yang terfokus dan penelitian yang terarah

pada pokok permasalahannya.

Agar penelitian skripsi ini dapat dilakukan secara sederhana dan terarah

sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka metode penulisan

yang dilakukand alam penulisan skripsi ini antara lain :

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab

permasalahan-permasalahan dalam pembahasan skripsi ini adalah menggunakan penelitian

yuridis-empiris. Penelitian yuridis-empiris merupakan penelitian yang

dilakukan dan/ atau mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk

menjawab permasalahan yang diajukan.29

B. Sumber dan Bahan Hukum

Data yang dipergunakan dalam penulisan proposal ini bersumber dari:

1. Bahan Kepustakaan :

Merupakan data yang diperoleh dengan membaca buku, literatur

serta pendapat yang dikemukakan oleh para pakar atau sarjana yang

(35)

memiliki kaitan dengan pokok bahasan penelitian, kemudian lebih lanjut

data kepustakaan ini dibagi menjadi 3 jenis :

a. Bahan Hukum Primer

Bersumber dari peraturan perundang-undangan yaitu

Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, PP No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu

Lintas Jalan, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun

1993 tentang kendaraan dan pengemudi serta Peraturan

Perudang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang diangkat.

b. Bahan Hukum Sekunder

Merupakan bahan hukum yang memberikan, penjelasan

bahan hukum primer seperti hasil penelitian, karya ilmiah,

hasil-hasil seminar serta data yang diperoleh dari literature.

c. Bahan Hukum Tersier

Merupakan bahan hukum yang bersumber dari kamus dan

ensiklopedia.

(36)

Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi data

sekunder dan data primer.

a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang di peroleh langsung dari

sumber pertama.30 Data primer merupakan data yang berupa

keterangan dari pihak yang terkait dengan obyek penelitian yang

bertujuan untuk memahami maksud dan arti pihak yang terkait

dengan obyek penelitian yang bertujuan untuk memahami maksud

dan arti dari data sekunder yang ada. Data ini diperoleh dari

informan yaitu seorang yang dianggap mengetahui permasalahan

yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia memberikan

informasi yang berupa kata-kata dan data yang perlukan oleh

peneliti.

b. Data Sekunder

Data Skunder merupakan data yang di peroleh dengan

mengamati secara langsung obyek yang di teliti.Data sekunder

dalam penelitian ini berupa dokumen- dokumen resmi, buku-buku,

hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.31

C. Teknik Pengumpulan Data

30Ibid, hlm 30

(37)

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, adapun tehnik yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Data Kepustakaan dikumpulkan dengan studi dokumen yaitu dengan

menghimpun, mengkaji bahan-bahan hukum yang berupa buku dan

laporan-laporan penulisan serta bentuk-bentuk bahan kepustakaan

lainnya yang ada relevansinya dengan masalah-masalah yang diteliti

guna mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Data Lapangan, diperoleh dengan cara Wawancara (interview) yaitu

mengadakan tanya jawab secara langsung dengan menyiapkan daftar

pertanyaan terlebih dahulu kepada beberapa informan yang ada

kaitannya dengan penulisan proposal ini.

D. Analisis Data

Analisis data adalah mekanisme mengorganisasikan data dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan hipotesis kerja yang diterangkan oleh data.32

Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu

penelitian dalam rangka memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.

Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut dalam penelitian ini, terlebih dahulu

dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk

mengetahui validitasnya.

BAB IV

(38)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Keselamatan Dan Tingkat Kepatuhan Hukum Lalu Lintas Masyarakat Saat Ini

Untuk mendapatkan gambaran kondisi keselamatan, tingkat

kecelakaan dan kepatuhan hukum lalu lintas masyarakat saat ini maka

perlu diketahui beberapa hal mengenai, permasalahan lalu lintas, tingkat

keselamatan, kepatuhan hukum lalu lintas masyarakat dan

penyelenggaraan penegakan hukum yang dilaksanakan selama ini.

a) Permasalahan Lalu lintas

Permasalahan lalu Lintas di Kabupaten Lombok Timur secara

umum meliputi kecelakaan lalu lintas dan pelanggaran lalu lintas serta

ketidak tertiban lalu lintas. Banyak faktor manusia, jalan, lingkungan,

kendaraan, dan lemahnya penegakan hukum menyebabkan ketidak

teritban dan menimbulkan banyak korban kecelakaan.

Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

a) Pelanggaran Lalu Lintas

Pelanggaran lalu lintas di kabupaten Lombok Timur

2 Tahun terakhir dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013

yang telah dilakukan penindakan pada tahun 2012

berjumlah 8.143 dan pelanggaran pada tahun 2013

berjumlah 10.556 (terjadi peningkatan 29,6 % ). Sedangkan

(39)

4.895 dan pada tahun 2013 berjumlah 5.807 (terjadi

peningkatan 18,6 %). Pelanggaran kelengkapan kendaraan

pada tahun 2012 berjumlah 459 dan pada tahun 2013

mencapai 1.467 ( terjadi peningkatan 219,6 %).Pelanggaran

surat pada tahun 2012 berjumlah 2.782 dan pada tahun 2013

berjumlah 3.662 (terjadi kenaikan 31,6 % ). Jenis

pelanggaran marka rambu pada tahun 2012 berjumlah 7 dan

pada tahun 2013 nihil.dan jenis pelanggaran boncengan

lebih dari 1 dan melawan arus pada tahun 2012 dan 2013

nihil. Dari data pelanggaran tersebut di atas terlihat bahwa

pelanggaran pengemudi yang tidak melengkapi

administrasi/surat-surat cukup dominan, namun pelanggaran

yang mempunyai kecenderungan terhadap terjadinya

kecelakaan yang disebabkan pelanggaran rambu dan marka

berada posisi di bawah.

b) Kecelakaan Lalu lintas

Kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Lombok Timur

2 tahun terakhir dari tahun 2012 sampai dengan 2013

rata-rata mencapai 6 korban jiwa per bulan. Jumlah kecelakaan

pada tahun 2012 berjumlah 484 dan pada tahun 2013

berjumlah 406 (terjadi penurunan 1,5 %). Jumlah meninggal

(40)

berjumlah 76 (terjadi penurunan 1,3 %). Jumlah Luka berat

pada tahun 2012 berjumlah 43 dan pada tahun 2013

berjumlah 34 (terjadi penurunan 2 %). Sedangkan jumlah

luka ringan pada tahun 2012 berjumlah 624 dan pada tahun

2013 berjumlah 476 (terjadi penurunan 2,3 %). Penyebab

kecelakaan yang terjadi di Kabupaten Lombok Timur pada

tahun 2013 didominasi oleh factor pengemudi mencapai

406 kejadian dan 5 kejadian faktor kendaraan. Sedangkan

Faktor jalan dan lingkungan nihil. Jumlah kerugian materiil

pada tahun 2012 mencapai Rp. 515.650.000 dan pada tahun

2013 mencapai Rp. 373.300.000. Kecelakann Lalu Lintas di

Kabupaten Lombok Timur sebelum di undangkannya UU

No.22 tahun 2009 yaitu pada tahun 2007 sampai 2008 terus

meningkat, disebabkan ruas jalan yang tetap dan

meningkatnya kendaraan di jalan raya, sehingga tingkat

kecelakaan lalu lintas semakin meningkat.33

b) Kepatuhan Hukum Lalu Lintas Masyarakat

Kepatuhan hukum masyarakat terhadap undang-undang

akan terlihat dari tingkat kedisiplinan para pemakai jalan. Dari data

Satlantas Polres Lombok Timur disimpulkan bahwa penyebab

terjadinya kecelakaan hampir 98 % oleh faktor manusia disamping

(41)

faktor lain seperti kendaraan dan jalan serta lingkungan. Untuk

mendapatkan gambaran tingkat kepatuhan masyarakat terhadap

peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas yang terjadi pada

tahun 2013 sebagai berikut:

a) Pelanggaran Lalu lintas

Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anggota

masyarakat dapat digolongkan berdasarkan atas : menurut

tingkat pendidikan menurut usia dan menurut profesi.

1. Pelanggaran lalu lintas dari segi pendidikan berjumlah 9.583

pelanggaran yang terdiri dari : SD berjumlah 555 (5,7 %);

SMP berjumlah 1.120 (11,6 %); SMA berjumlah 6.076 (63,4

%); dan akademi berjumlah 1.794 (18,7 %).

2. Pelanggaran lalu lintas dari segi usia berjumlah 9.585

pelanggaran yang terdiri atas : usia 16-30 tahun berjumlah

3351 (34,9 %); usia 31-40 tahun berjumlah 4.148 ( 43,2 %);

usia 41-50 tahun berjumlah 1.725 (17,9%); dan usia 51 tahun

keatas berjumlah 359 ( 3,7 %).

3. Pelanggaran lalu lintas dari segi profesi berjumlah 9.583 yang

terdiri dari; Pegawai Negeri berjumlah 583 (6 %); Karyawan

Swasta berjumlah 5.347 (55,7 %); Mahasiswa berjumlah (20,9

%); Pelajar berjumlah 1701 (17,7 %); Pengemudi berjumlah

117 (1,2%); Polri dan TNI nihil.

(42)

Kecelakaan lalu lintas yang terjadi dapat digolongkan

dalam Laka Lantas berdasarkan Usia dan berdasarkan Tingkat

Pendidikan.

1. Pelaku kecelakaan berdasarkan usia berjumlah 375 kasus

yang terdiri dari ; usia 0-9 tahun berjumlah 2 (0,5 %); usia

10-15 tahun berjumlah 39 (10,4 %); usia 16-25 tahun

berjumlah 168 (44,8 %); usia 26-30 berjumlah 58 (15,4 %);

usia 31-40 berjumlah 60 (16 %); usia 41-50 berjumlah 39

(10,4 %); usia 51-60 tahun berjumlah 9 (2,4 %).

2. Pelaku kecelakaan berdasarkan Tingkat pendidikan

berjumlah 375 kasus yang terdiri dari ; SD berjumlah 57

(15,2 %) ; SLTP berjumlah 77 (20,5 %) ; SLTA berjumlah

216 57,6 %) ; Perguruan Tinggi berjumlah 25 (6,6 %) dan

lain-lain nihil.

Dari data pelanggaran lalu lintas maupun data kecelakaan

lalu lintas diatas, tergambarkan bahwa pelaku pada usia produktif

antara usia 16 tahun sampai dengan usia 40 tahun banyak

melakukan pelanggaran lalu lintas maupun kecelakaan lalu lintas.

Sementara upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait

dalam rangka mewujudkan kepatuhan hukum masyarakat terhadap

undang-undang lalu lintas belum menunjukkan kesungguhan yang

(43)

undang-undang lalu lintas tidak dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya.

c) Penyelenggaraan Penegakan hukum

Penegakan hukum menurut Biezeveld adalah pelaksanaan

wewenang oleh pemerintah untuk melaksanakan suatu aturan tertentu.34

Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam

kaidah-kaidah yang mantab dalam sikap tindak sebagai rangkaian

penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan

mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Konsepsi yang mempunyai

dasar filosofis tersebut, memerlukan penjelasan lebih lanjut, sehingga

tampak lebih konkret.35

Penegakan hukum lalu lintas merupakan bagian dari lalu lintas

yang mempunyai peranan agar undang-undang lalu ;intas ditaati oleh

setiap pemakai jalan. Berdasarkan fungsinya kegiatan penegakan hukum

lalu lintas dapat dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu :36

1. Preventif.

Meliputi kegiatan-kegiatan pengaturan lalu lintas,

penjagaan lalu lintas, pengawalan lalu lintas, patrol lalu lintas

dimana dalam pelaksanaannya kegiatan-kegiatan tersebut

34 Siti Sundari, 2005, Hukum Lingkungan dan Kebijakan Lingkungan Nasional, Airlangga University Press, Surabaya

35 Soerjono Sukanto, 2002, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Grafindo Persada, Jakarta, hlm.3.

(44)

merupakan suatu system keamanan lalu lintas saling terkait dan

tidak dapat dipisahkan.

Adapun dasar hukum dari penegakan lalu lintas di bidang

preventif antara lain yaitu :

1. Undang-Undang No. 13 tahun 1980 tentang jalan

2. Undang-Undang No. 8 tahun 1980 tentang KUHAP

3. Undang-Undang No 14 tahun 1992 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan

Pelaksananya.

4. Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia

2. Represif.

Meliputi Penindakan pelanggaran dan penyidikan lalu

lintas, dimana penindakan pelanggaran lalu lintas secara simpatik

dengan memberikan teguran atau peringatan terhadap pelanggar

lalu lintas. Sedangkan penindakan secara yuridis dapat diartikan

sebagai penindakan pelanggaran lalu lintas secara hukum yang

meliputi penindakan dengan menggunakan tilang, serta penindakan

terhadap pelaku kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan korban

jiwa dengan menggunakan ketentuan penyidikan sebagaimana

(45)

Penegakan hukum dalam prosesnya untuk menyerasikan antara

nilai, kaidah dan perilaku.

Faktor faktor yang mempengaruhi penegakan hukum

Secara umum, sesuai yang dikemukakan Soerjono

Sukanto, ada 5 faktor yang mempengaruhi penegakan

hukum yaitu :37

a. Faktor hukumnya sendiri dibatasi dari berlakunya UU

mengenai asas dan tujuan berdampak positif.

b. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang

membentuk maupun menerapkan hukum.

c. Faktor sarana yang mendukung penegakan hukum

supaya berjalan lancar.

d. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum

tersebut berlaku

e. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta dan

rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam

pergaulan hidup.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Keselamatan Dan Tingkat Kepatuhan Hukum Dalam Masyarakat.

Menurut Muhammad Ikhsan dari beberapa penelitian dan

pengkajian dilapangan faktor korelatif yang dapat mempengaruhi stabilitas

(46)

keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalulintas di jalan raya

merupakan interaksi serta kombinasi dua atau lebih faktor yang saling

mempengaruhi situasi lalu lintas meliputi faktor manusia, faktor

kendaraan, faktor jalan, dan faktor lingkungan.38

a. Faktor Manusia

Manusia sebagai pemakai jalan yaitu sebagai pejalan kaki

dan pengendara kendaraan baik kendaraan bermotor maupun

kendaraan tidak bermotor. Interaksi antara faktor Manusia, Kendaraan,

Jalan dan Lingkungan sangat bergantung dari perilaku manusia

sebagai pengguna jalan menjadi hal yang paling dominan terhadap

Kamseltibcar Lalu Lintas, hal ini sangat ditentukan oleh beberapa

indikator yang membentuk sikap dan perilakunya di Jalan raya

berupa:

a) Mental

Mental dan perilaku yang membudaya dari pengguna jalan

merupakan salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh

terhadap situasi lalu lintas. Etika, sopan - santun, toleransi antar

pengguna jalan, kematangan dalam pengendalian emosi serta

kepedulian pengguna jalan di jalan raya akan menimbulkan

sebuah interaksi yang dapat mewarnai situasi lalu lintas berupa

hasil yang positif seperti terciptanya keamanan, keselamatan dan

kelancaran lalu lintas maupun dampak negatif yang dapat

menimbulkan kesemrawutan, kemacetan, pelanggaran dan

(47)

kecelakaan lalu lintas, sehingga mentalitas pengguna Jalan

merupakan suatu hal yang pondamental dalam mewujudkan

situasi lalu lintas yang baik.

b) Pengetahuan

Dalam menciptakan dan memelihara Keamanan,

Keselamatan, Ketertiban serta Kelancaran Lalu lintas, telah

dilakukan pengaturan yang disesuaikan dengan perkembangan

situasi lalu lintas yang ada dengan mempertimbangkan

perkembangan teknologi di bidang transportasi baik yang

berhubungan dengan kendaraan, sarana dan prasarana jalan serta

dampak lingkungan lainnya dalam bentuk suatu aturan yang tegas

dan jelas serta telah melalui roses sosialisai secara bertahap

sehingga dapat dijadikan pedoman dalam berinteraksi di jalan

raya.

Setiap Pengguna Jalan wajib memahami setiap aturan

yang telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk

Undang-Undang, Perpu, Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya

sehingga terdapat satu persepsi dalam pola tindak dan pola pikir

dalam berinteraksi di jalan raya. Perbedaan tingkat pengetahuan

dan atau pemahaman terhadap aturan yang berlaku

mengakibatkan suatu kesenjangan yang berpotensi memunculkan

(48)

sendiri maupun antara pengguna jalan dengan aparat yang

bertugas untuk melaksanakan penegakkan hukum di jalan raya.

c) Keterampilan

Kemampuan dalam mengendalikan (Mengendarai/

Mengemudi) Kendaraan baik kendaraan bermotor maupun

kendaraan tidak bermotor di jalan raya akan berpengaruh besar

terhadap situasi lalu lintas, keterampilan mengendalikan

kendaraan merupakan suatu keharusan yang mutlak demi

keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaraan lalu lintas

baik bagi pengemudi /pengendara kendaraan tersebut maupun

pengguna jalan lainnya.

Keterampilan mengendalikan (Mengendarai / Mengemudi)

kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak

bermotor diperoleh melalui serangkaian pelatihan sebelum

mengajukan Lisensi keterampilannya (SIM), secara formal khusus

untuk kendaraan bermotor setiap pemohon SIM diwajibkan telah

memiliki keterampilan mengemudikan kendaraan bermotor yang

dapat diperoleh baik melalui lembaga pendidikan dan pelatihan

mengemudi maupun tidak melalui lembaga pendidikan dan

pelatihan mengemudi yang berarti pemohon telah melalui proses

pelatihan keterampilan sebelum dilanjutkan proses pengujian

(49)

b. Faktor Kendaraan

Kendaraan merupakan sarana angkutan yang penting dalam

kehidupan modern ini, karena dapat membantu manusia dalam

melaksanakan kegiatan sehari-hari serta memudahkan manusia dalam

mencapai tujuannya dengan cepat, selamat dan hemat sekaligus

menunjang nilai dan nyaman. Kendaraan dapat menjadi faktor

penyebab kecelakaan apabila tidak dapat dikendalikan sebagaimana

mestinya yaitu sebagai akibat kondisi teknis yang tidak layak jalan

ataupun penggunaannya tidak sesuai ketentuan. Yang dimaksud dengan

kondisi teknis yang tidak layak jalan misalnya seperti rem blong,

mesin yang tiba - tiba mati, ban pecah, kemudi tidak berfungsi dengan

baik, lampu mati, dan lain - lain. Sedangkan penggunaan kendaraan

yang tidak sesuai dengan ketentuan misalnya kendaraan yang dimuati

secara berlebihan.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi situasi lalu lintas

jalan raya yang melibatkan kendaraan dapat di bagi dalam 2 (dua)

faktor utama yaitu 39 :

a) Kuantitas Kendaraan

Pertambahan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya

menunjukan angka yang signifikan, hal ini merupakan sebuah

manifestasi dari Laju pembangunan Nasional seiring dengan era

globalisasi menuntut adanya percepatan dalam bidang perekonomian

dan keamanan tuntutan perkembangan disektor lainnnya yang

(50)

mengharuskan adanya percepatan mobilitas untuk pencapaian hasil

secara optimal, apabila dipandang dari sisi ekonomi dan teknologi

perindustrian memang hal ini merupakan sebuah prestasi yang

sangat baik tetapi setiap suatu perubahan atau perkembangan di satu

sektor akan menimbulkan dampak pada sektor yang lainnya, apabila

tidak segera di sikapi secara cepat dan akurat hal ini justru akan

menimbulkan dampak negatif pada sektor tertentu.

b) Kualitas Kendaraan

Kendaraan bermotor saat ini dirancang telah

mempertimbangkan aspek keamanaan yang berhubungan

dengan pemakai jalan di lain pihak juga mempertimbangkan

tentang gerak kendaraan itu sendiri dalam kaitannya dengan

arus lalu lintas. Kendaraan bermotor sebagai hasil produksi

suatu pabrik, telah dirancang dengan suatu nilai faktor

keamanan untuk menjamin keselamatan bagi pengendaranya.

Kendaraan harus siap pakai, oleh karena itu kendaraan harus

dipelihara dengan baik sehingga semua bagian motor berfungsi

dengan baik, seperti mesin, rem depan belakang, ban, lampu,

kaca spion, dan alat-alat lain. Dengan demikian pemeliharaan

kendaraan tersebut diharapkan dapat :

1. Mengurangi jumlah kecelakaan.

2. Mengurangi jumlah korban kecelakaan pada pemakai

jalan lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Guru memberikan penjelasan materi Segitiga-segitiga yang sebangun berupa bahan ajar yang dibuat dengan power point dan video pembelajaran kepada peserta didik melalui google

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah “Pendekatan Struktual Think,Pair, Share (TPS). Untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa kelas X SMA

For all students of SMAN Englishindo, we announce English Speech Contest.. Time : Saturday, 22

Setiap minggunya ada lebih dari 50 siswa yang melanggar tata tertib di sekolah SMK Diponegoro Banyuputih dan disetiap pelanggarannya mempunyai bobot pengurangan poin

Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan data, yaitu tentang hambatan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di MTs Ma’arif Daarusholihin Desa

Terima Kasih diucapkan kepada semua pensyarah, pelajar dan pihak perpustakaan dari IPTA dan IPTS Negeri Melaka yang sudi memberi kerjasama semasa kajian ini dijalankan, juga

48 Hamzah.. c)Mampu mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dan mengenali perbedaan potensi yang dimiliki peserta didik. Kemampuan dalam membuat

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen berbelanja di pasar modern.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100