ABSTRACT
THE EFFECT OF ALLELOPATHY FROM THE TREES OF EARPOD WATTLE, BLACK WATTLE, AND TEAK TO THE GROWTH OF THE SEEDLINGS OF EARPOD WATTLE, BLACK WATTLE, AND TEAK
By
NOVIA EKAYANTI
Allelopathy is the compound released by the plants to the environtment where actualy another plants is living in. The purpose of this research were to find out
the effect of allelopathy which came from earpod wattle (Acacia auriculiformis), black wattle (Acacia mangium), and teak (Tectona grandis) to the seedlings plants of earpod wattle, black wattle, and teak, and also to find out the effect of
allelopathy above mentioned that had the weakest effect. This research was designed based on factorial in a complete random design. Factor I was the
seedlings which consist of earpod wattle, black wattle, and teak, while factor II
was the allelopathy which consists of non allelopathy was used, the use of
allelopathy from the extraction of earpod wattle leaves, the extraction of black wattle leaves, and the extraction of teak leaves. The variable that was observed
were seedlings height increasing, seedlings stem diameter increasing, number of
leaves increasing, and living percentage of the seedlings. This observation data
was tested by Bartlett test to know the homogenity of variance. Then it was
difference test. All the counting were done at 5% significant level. The result of
this research showed that allelopathy which came from earpod wattle, black wattle, and teak were not different effect for seedlings from allelopathy source in the same species. The giving of black wattle allelopathy had significant different effect in height of earpod wattle seedlings. That also the giving of teak
allelopathy had significant different effect in height black wattle seedlings. The earpod wattle allelopathy had significant different effect in diameter of stem earpod wattle, black wattle, and teak seedlings.
ABSTRAK
PENGARUH ZAT ALELOPATI DARI POHON AKASIA, MANGIUM, DAN JATI TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI
AKASIA, MANGIUM, DAN JATI Oleh
NOVIA EKAYANTI
Zat alelopati merupakan senyawa yang dilepaskan tumbuhan ke lingkungan
tempat tumbuh tumbuhan lain. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh zat
alelopati yang berasal dari akasia, mangium, dan jati terhadap semai akasia,
mangium, dan jati, serta untuk mengetahui zat alelopati tersebut yang berpengaruh
paling lemah. Penelitian ini disusun secara faktorial dalam rancangan acak
lengkap. Faktor I yaitu semai yang terdiri dari semai akasia, mangium, dan jati,
sedangkan faktor II yaitu alelopati yang terdiri dari tanpa pemberian zat alelopati,
pemberian zat alelopati dari ekstrak daun akasia, ekstrak daun mangium, dan
ekstrak daun jati. Variabel pengamatan adalah pertambahan tinggi semai,
pertambahan diameter batang semai, pertambahan jumlah daun semai, dan
persentase hidup semai. Untuk mengetahui homogenitas ragam dilakukan uji
Bartlett. Kemudian dilanjutkan dengan analisis ragam untuk mengetahui
pengaruh perlakuan. Untuk melihat perbedaan antara perlakuan dilakukan uji
beda nyata terkecil. Semua pengujian dilakukan pada taraf nyata 5%. Hasil
jati tidak berbeda nyata terhadap semai dari spesies yang sama dengan tanaman
sumber alelopati. Pemberian alelopati mangium berpengaruh nyata terhadap
tinggi semai akasia. Demikian pula pemberian alelopati jati berpengaruh nyata
terhadap tinggi semai mangium. Alelopati akasia berpengaruh nyata terhadap
diameter batang semai akasia, mangium, dan jati.
PENGARUH ZAT ALELOPATI DARI POHON AKASIA, MANGIUM, DAN JATI TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI
AKASIA, MANGIUM, DAN JATI
(Skripsi)
Oleh
NOVIA EKAYANTI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak setiap satuan percobaan secara faktorial (3x4) dalam
rancangan acak lengkap ... 24
2. Daun akasia yang telah ditimbang dan disimpan dikantong plastik 25
3. Daun mangium yang sedang dijemur sinar matahari ... 26
4. Daun mangium yang dipotong—potong kecil ... 26
5. Proses ekstraksi dengan metode maserasi dengan pemberian pelarut etanol 96% pada sampel daun akasia, mangium, dan jati ... 27
13. Persiapan ekstrak alelopati jati pada tabung ukur (kiri) dan perlakuan pemberian ekstrak alelopati jati terhadap semai jati (kanan) ... 34
14. Semai akasia yang telah dilabel di rumah kaca laboratorium lapang terpadu ... 72
16. Semai jati yang telah dilabel di rumah kaca laboratorium lapang
terpadu ... 73
17. Penyaringan ekstrak akasia, mangium, dan jati dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi ... 73
18. Proses pemisahan antara ekstrak semai dengan pelarut etanol 96% menggunakan alat Rotary Evaporator ... 74
19.Hasil ekstrak dari akasia, mangium, dan jati ... 75
20.Hasil pengenceran ekstrak akasia, mangium, dan jati ... 75
21.Perlakuan pemberian ekstrak alelopati jati terhadap semai jati ... 76
22.Semai akasia, mangium, dan jati yang diberi zat alelopati dari jati pada akhir penelitian ... 77
DAFTAR ISI
E. Pengaruh zat alelopati terhadap tanaman ... 18
III. METODE PENELITIAN ... 22
A. Waktu dan tempat penelitian ... 22
B. Bahan dan alat penelitian ... 22
D. Kegiatan penelitian ... 25
E. Pengamatan ... 34
F. Analisis data ... 36
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Hasil penelitian ... 38
B. Pembahasan ... 40
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
A. Kesimpulan ... 44
B. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
LAMPIRAN ... 50
Tabel 4--29 ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh zat alelopati dari akasia,
mangium, dan jati terhadap pertumbuhan semai akasia, mangium,
dan jati ... 38
2. Rekapitulasi hasil uji BNT untuk rata-rata pertambahan tinggi
semai akasia, mangium, dan jati ... 40
3. Rekapitulasi hasil uji BNT untuk rata-rata pertambahan diameter
batang semai akasia, mangium, dan jati ... 40
4. Bentuk tabulasi hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan semai akasia (Acacia auriculiformis), mangium (Acacia mangium),
dan jati (Tectona grandis) ... 51 5. Tabulasi analisis ragam pertumbuhan semai akasia, mangium,
dan jati ... 51
6. Data tinggi semai akasia, mangium, dan jati pada awal penelitian ... 52
7. Data tinggi semai akasia, mangium, dan jati pada akhir penelitian . 53
8. Data pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan jati selama
2 bulan ... 54
9. Hasil uji Bartlett pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan
jati ... 55
10.Hasil analisis ragam pertambahan tinggi semai akasia,
mangium, dan jati ... 55
11.Hasil uji BNT rata-rata pertambahan tinggi semai akasia, mangium,
dan jati ... 56
12.Data diameter batang semai akasia, mangium, dan jati pada awal
13.Data diameter batang semai akasia, mangium, dan jati pada akhir
penelitian ... 58
14.Data pertambahan diameter batang semai akasia, mangium, dan jati
selama 2 bulan ... 59
15.Hasil uji Bartlett pertambahan diameter batang semai akasia,
mangium, dan jati ... 60
16.Hasil analisis ragam pertambahan diameter batang semai
akasia, mangium, dan jati ... 60
17.Hasil uji BNT rata-rata pertambahan diameter batang semai akasia,
mangium, dan jati ... 61
18.Data jumlah daun semai akasia, mangium, dan jati pada awal
penelitian ... 62
19.Data jumlah daun semai akasia, mangium, dan jati pada akhir
Penelitian ... 63
20.Data pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium, dan jati
selama 2 bulan ... 64
21.Hasil uji Bartlett pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium,
dan jati ... 65
22.Hasil analisis ragam pertambahan jumlah daun semai akasia,
mangium, dan jati ... 65
23.Hasil uji BNT rata-rata pertambahan jumlah daun semai akasia,
mangium, dan jati ... 66
24.Data persentase hidup semai akasia, mangium, dan jati pada awal
penelitian ... 67
25.Data persentase hidup semai akasia, mangium, dan jati pada akhir
penelitian ... 68
26.Data persentase hidup semai akasia, mangium, dan jati pada akhir
penelitian √ ... 69
27.Hasil uji Bartlett dengan transformasi √ pada persentase hidup
semai akasia, mangium, dan jati ... 70
28.Hasil analisis ragam persentase hidup semai akasia, mangium,
29.Hasil uji BNT rata-rata persentase hidup semai akasia, mangium,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 26 September 1992 di
Kotabumi, Lampung Utara. Penulis merupakan anak pertama
dari tiga bersaudara, dari Bapak Nasoha, S.Pd. dan Ibu
Sunani, S.Pd.
Pendidikan penulis diawali pada tahun 1997 yaitu di Taman Kanak-Kanak
Muslimin Kotabumi, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 03 Sindang
Sari pada tahun 1998 hingga tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Kotabumi, kemudian
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 02 Kotabumi pada tahun 2007
dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur
Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis juga menjadi
Anggota Utama dalam Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva).
Kedudukan penulis dalam organisasi Himasylva adalah sebagai anggota Bidang 3
Penelitian dan Pengembangan Organisasi periode 2011-2012 serta Sekretaris
Bidang 1 Rumah Tangga periode 2012-2013. Penulis menjadi Asisten Dosen
Hutan, Dendrologi dan Agroforestri. Penulis telah melaksanakan praktik umum
(PU) kehutanan di BKPH Malingping KPH Banten Unit III Jawa Barat dan
SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh
Zat Alelopati dari Pohon Akasia, Mangium, dan Jati terhadap Pertumbuhan Semai
Akasia, Mangium, dan Jati”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
mem-peroleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung. Tidak lupa shalawat
beserta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta para
sahabatnya hingga ke akhir zaman.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
beberapa pihak sebagai berikut.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Ir. Indriyanto, M.P., selaku pembimbing utama sekaligus dosen
Pembimbing Akademik atas bimbingan, saran, dan motivasi yang telah
diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing kedua atas bimbingan,
kritik, saran, dan motivasi yang telah diberikan dalam proses penyelesaian
5. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P., selaku penguji utama skripsi atas kritik dan
saran yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
atas ilmu yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi khazanah IPTEKS bidang kehutanan.
Bandar Lampung, 2014
Penulis,
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amensalisme yaitu interaksi antara dua atau lebih spesies yang berakibat salah
sa-tu pihak dirugikan, sedangkan pihak lainnya tidak terpengaruh yaisa-tu tidak rugi dan
tidak untung oleh adanya asosiasi. Tipe interaksi amensalisme ini diberi lambang
( -, 0). Pada kebanyakan kasus, organisme yang dirugikan disebabkan oleh bahan
kimia yang dikenal sebagai alelopati (Indriyanto, 2006). Dikemukakan oleh
Djufri (2012) bahwa rendahnya jumlah spesies yang hidup di bawah tegakan
Acacia nilotica dibandingkan dengan daerah terbuka kemungkinan disebabkan adanya pengaruh zat alelopati yang dikeluarkan oleh Acacia nilotica yang menye-babkan lingkungan sekitarnya mengalami perubahan dan bersifat racun bagi
tum-buhan lainnya.
Amensalisme ini terdapat kerugian yang ditimbulkan oleh interaksi antara
tetum-buhan. Kerugian dengan adanya amensalisme ini yaitu dapat menghambat
penye-rapan hara, menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan, memengaruhi
perbe-saran sel tumbuhan, menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein,
me-nurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhan serta menghambat
2 Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat alelopati dapat dibagi menjadi dua
golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman lain sebagai
berikut (Indriyanto, 2006).
1. Autotoxic, yaitu zat kimia bersifat alelopati dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain
yang sama jenisnya. Contoh tumbuhan yang autotoxic yaitu mangium, akasia, dan sengon buto.
2. Antitoxic, yaitu zat kimia bersifat alelopati dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang berbeda
je-nisnya. Contoh tumbuhan yang antitoxic yaitu pinus, ilalang, johar, agatis, mangga, mimba, dan jati.
Salah satu faktor penting dalam pembangunan hutan tanaman ialah pemilihan
je-nis pohon yang akan dikembangkan, sehingga kegiatan pembangunan hutan
tana-man menjadi tepat guna baik dalam hal pengelolaan tegakan maupun pemasaran
hasilnya. Pembangunan hutan tanaman campuran ini dapat mengkombinasikan
pohon kehutanan yang memiliki zat alelopati yang dilepaskan dan
dikombinasi-kan dengan pohon kehutanan yang tidak terpengaruh terhadap zat alelopati dari
tumbuhan lain. Menurut Junaedi dkk. (2006) bahwa tanaman berkayu yang
bersi-fat alelopati antara lain Acacia spp., Albizzia lebbeck, Eucalyptus spp., Grewia optiva, Glyricidia sepium, Leucaena leucocephala, Moringa oleifera, Populus delfoides, Abies balsamea, Picea mariana, Pinus divaricata, dan Thuja
3 Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk mengetahui toleransi yang paling
tinggi atau pengaruh zat alelopati yang paling rendah sebagai respon dari semai
pohon yang sejenis ataupun yang lain jenisnya. Dengan demikian, dapat
diketa-hui pengaruh alelopati pohon induk terhadap pohon fase semai dari spesies yang
sama maupun dari spesies berbeda yang dilakukan pada semai pohon mangium
(Acacia mangium), akasia (Acacia auriculiformis), dan jati (Tectona grandis).
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh zat alelopati yang berasal dari akasia, mangium, dan
jati terhadap semai dari spesies yang sama dengan tanaman sumber alelopati.
2. Mengetahui pengaruh zat alelopati dari akasia, mangium, dan jati terhadap
se-mai dari spesies yang berbeda dengan tanaman sumber alelopati.
3. Mengetahui pengaruh zat alelopati dari akasia, mangium, dan jati yang
ber-pengaruh paling lemah terhadap semai akasia, mangium, dan jati.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk dijadikan referensi dalam pemilihan
komposi-si jenis pohon hutan dalam upaya membangun hutan tanaman murni maupun
4
D. Kerangka Pemikiran
Untuk mengetahui pengaruh alelopati pohon induk terhadap tanaman fase semai
dari spesies yang sama maupun spesies yang berbeda, perlu dilakukan kajian
me-ngenai pengaruh zat alelopati dari spesies pohon tertentu. Pendekatan yang
dila-kukan yaitu dengan perlakuan pemberian zat alelopati dari pohon akasia,
ma-ngium, dan jati kepada semai akasia, mama-ngium, dan jati. Diperoleh dari
pendeka-tan tersebut pengaruh pendeka-tanaman yang diracuni oleh zat alelopati dari ketiga sumber
alelopati tersebut. Melalui pendekatan ini akan diketahui respon dari semai ketiga
spesies pohon tersebut terhadap pemberian zatalelopati serta zat alelopati dari
sumber tanaman yang mana yang lemah dalam meracuni semai spesies tertentu.
Data yang akan didapatkan dalam penelitian ini yaitu tinggi semai, diameter
ba-tang semai, jumlah daun, dan persentase hidup semai. Pada penelitian ini
diketa-hui data tinggi semai, diameter batang semai, dan persentase hidup semai maka
akan diketahui pengaruh pertumbuhan semai dari penyerapan ion-ion oleh
tana-man serta memengaruhi perbesaran sel tanatana-man. Sedangkan data jumlah daun
yang diperoleh dapat diketahui dampak pengaruh penghambatan sistesis protein
yang ditimbulkan dari alelopati tersebut. Berdasarkan data yang akan diperoleh
maka akan dilakukan pemilihan komposisi jenis pohon kehutanan dan jenis pohon
yang dapat ditanam bersama dalam hutan campuran maupun hutan murni.
Menurut Hafsah dkk. (2012) berdasarkan hasil pengamatan terhadap tinggi
5 ekstrak teki dapat menyebabkan klorosis pada daun gulma Mimosa invisa dan
Melochia corchorifolia (Setyowati dan Suprijono, 2012).
Menurut Napisah (2013) dari hasil percobaan yang dilakukan dengan ekstrak daun
ilalang, sengon buto, dan akasia berpengaruh nyata terhadap perkembangan dan
pertumbuhan batang, daun, dan akar kecambah biji kacang hijau. Ekstrak daun
akasia menimbulkan pertumbuhan batang menjadi terhambat, daun menguning,
dan akar menjadi tumbuh tebal dan pendek. Menurut Susilowati (2013) dari hasil
percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan ekstrak Acacia mangium
yang diberikan kepada perkecambahan jagung diperoleh hasil ekstrak Acacia mangium bekerja mengganggu proses fotosintesis atau proses pembelahan sel. Serta dilaporkan pula oleh Rahmani (2012) alelopati Acacia mangium Wild memberikan pengaruh berupa hambatan yang besar terhadap perkecambahan
benih jagung (Zea mays).
Menurut Syatiriah (2009) tanaman yang mempunyai potensial alelopati antara lain
trembesi (Samanea saman), akasia (Acacia auriculiformis), ketepeng kecil (Cassia tora), lamtoro (Leucaena leucocephala), turi (Sesbania grandiflora), temblekan (Lantana camara), krokot (Portulaca oleracea), cemara ekor kuda (Casuarina equisetifolia), kemangi (Ocimum sanctum), dan jati (Tectona grandis). Menurut Sulandjari (2013) senyawa alelopati pada media akasia (Acacia auriculiformis) menekan jumlah dan diameter akar pule pandak. Hasil-hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ekstrak dari zat alelopati akasia dan
ma-ngium memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
6 yang berasal dari akasia, mangium, dan jati terhadap pertumbuhan semai
ana-kannya maupun semai spesies yang lain.
E. Hipotesis
1. Zat alelopati dari akasia, mangium, dan jati berpengaruh terhadap
pertum-buhan semai pohon yang sama jenisnya dengan pohon sumber alelopati.
2. Zat alelopati dari akasia, mangium, dan jati berpengaruh terhadap
pertum-buhan semai pohon yang berbeda dengan pohon sumber alelopati.
3. Zat alelopati yang berasal dari daun jati berpengaruh paling lemah terhadap
penghambatan pertumbuhan anakannya sendiri serta semai spesies lain
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Akasia (Acacia auriculiformis)
1. Taksonomi akasia menurut Riswanto (2011), pohon akasia diklasifikasikan
secara taksonomi sebagai berikut.
Rhegnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Mimosaceae
Genus : Acacia
Spesies : Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth.
2. Penyebaran dan Tempat Tumbuh
Tegakan-tegakan alami akasia dapat dijumpai di Australia (Semenanjung Cape
York, Queensland, sebelah utara Northern Territory), bagian tenggara Papua New
Guinea dan Indonesia (Irian Jaya, Kepulauan Kai). Akasia telah didomestikasi
se-jak 50 tahun yang lalu, dan telah tersebar luas di kawasan Asia tropis. Akasia
tumbuh pada daerah-daerah dataran rendah tropis beriklim lembab sampai
8 pantai, dataran yang mengalami pasang surut air laut, danau-danau berair asin di
dekat pantai, dan dataran yang tergenang air (Attamimi, 2003).
Daerah penyebarannya memiliki rata-rata suhu maksimum 32--38 °C dan rata-rata
suhu minimum 12--20°C. Curah hujan bervariasi antara 760 mm/tahun di
kawas-an Northern Territory (Australia) dkawas-an 2000 mm/tahun di Papua New Guinea,
pe-nyebarannya dipengaruhi oleh iklim monson yang musim keringnya dapat terjadi
selama 6 bulan. Tanah-tanah pada daerah alami penyebarannya di Australia
ada-lah pada daerah berpasir, tanah liat hitam, tanah alluvial yang merupakan turunan
dari batupasir atau laterit (Attamimi, 2003).
Keasaman (pH) tanah biasanya berkisar antara 4,5 dan 6,5, tapi di kawasan
Northern Territory tumbuhan akasia tumbuh pada tanah pasir yang memiliki pH
8--9, juga pada tanah-tanah bekas pertambangan yang memiliki pH 3.
Tumbuh-an ini sTumbuh-angat tolerTumbuh-an terhadap tTumbuh-anah yTumbuh-ang mengTumbuh-andung garam (soil salinity) (Attamimi, 2003).
3. Kegunaan Pohon Akasia
Menurut Attamimi (2003) beberapa kegunaan dari akasia antara lain bahwa akasia
merupakan tanaman yang mampu tumbuh pada tanah berbatu serta kayunya dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Tanaman jati dan akasia biasanya
dibanyak secara generatif dengan menggunakan biji, atau diperdibanyak melalui
per-banyakan secara vegetatif dengan mencangkok dan stek. Namun untuk
menang-gapi permintaan pasar yang semakin meningkat, perbanyakan dengan cara
9 dalam waktu yang relatif singkat. Akasia merupakan salah satu jenis pohon yang
kayunya memenuhi syarat untuk kayu energi.
Menurut Napisah (2013) dari hasil percobaan yang dilakukan dengan ekstrak daun
ilalang, sengon buto, dan akasia berpengaruh nyata terhadap perkembangan dan
pertumbuhan batang, daun, dan akar kecambah biji kacang hijau. Ekstrak daun
akasia yang diberikan kepada perkecambahan biji kacang hijau diperoleh hasil
pengukuran tinggi batang pada semai biji kacang hijau hanya dapat mencapai
rata-rata tinggi 13,9 cm bila dibandingkan dengan kontrolnya (biji kacang hijau yang
tidak diberi ekstrak akasia) dapat mencapai rata-rata tinggi batang 20,2 cm.
Pertumbuhan daun pada kecambah biji kacang hijaupun mengalami
penghamba-tan yaitu daun-daunnya kecil-kecil dan ruas daunnya pendek berbeda bila
diban-dingkan dengan kontrolnya yaitu berdaun besar-besar dan beruas normal serta
berwarna hijau. Sedangkan untuk pertumbuhan akar pada perkecambahan kacang
hijau yang diberi ekstrak akasia juga mengalami perubahan yaitu akarnya hanya
dapat tumbuh pendek dan tebal berbeda dengan tanaman kontrolnya yang akarnya
panjang dan berkembang secara baik (Napisah, 2013).
B. Mangium (Acacia mangium)
1. Taknonomi mangium menurut Rusyana (2011), pohon mangium
10
2. Penyebaran dan Tempat Tumbuh
Akasia menyebar alami di Queensland Utara Australia, Papua New Guinea hingga
Provinsi Papua dan Maluku. Sifat pohon akasia yaitu cepat tumbuh, pohon
ber-umur pendek (30--50 tahun), beradaptasi terhadap tanam asam (pH 4,5--6,5) di
dataran rendah tropis yang lembab. Pohon akasia tidak toleran terhadap musim
dingin dan naungan. Akasia tumbuh baik pada tanah subur yang baik drainasenya
tetapi tahan terhadap tanah yang tidak subur dan jelek drainasenya. Pohon muda
mudah terbakar serta dapat menjadi gulma pada kondisi tertentu (Mulyana dan
Asmarahman, 2010).
3. Kegunaan Pohon Mangium
Penanaman pohon mangium di Asia terutama untuk menyediakan bahan baku
pulp dan kertas. Pemanfaatan lain pohon akasia meliputi kayu bakar, kayu
kon-struksi dan mebel, kayu tiang, pengendali erosi, naungan dan perlindungan. Nilai
lebih lain yang dimiliki pohon mangium adalah kemampuan untuk bersaing
11 Mangium merupakan salah satu jenis pohon yang tergolong pada kayu konstruksi
dengan sifat-sifat kayunya yang kuat, kaku, keras, berukuran besar dan memiliki
keawetan yang tinggi sehingga akan sangat cocok untuk ditanam pada hutan
tana-man. Mangium mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan
serat-nya cukup rapat sehingga daya serap airserat-nya kecil.
Kayu mangium tergolong kelas awet II, yang berarti mampu bertahan sampai 20
tahun ke atas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II--I, yang berarti mampu
menahan lentur diatas 1.100 kg/cm2 dan mengantisi-pasi kuat desak di atas 650
kg/cm2. Kayu mangium berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya
retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat
lu-rus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak
diminati untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun bahan mebel furnitur
(Atmadilaga, 2010).
Menurut Susilowati (2013) dari hasil percobaan yang telah dilakukan dengan
menggunakan ekstrak daun mangium yang diberikan kepada perkecambahan
ja-gung diperoleh hasil ekstrak daun mangium bekerja mengganggu proses
fotosin-tesis atau proses pembelahan sel. Hal ini dilihat pada penekanan pertumbuhan
dan perkembangan, ekstrak mangium yang diberikan berpengaruh dengan
ditan-dai penurunan tinggi tanaman, penurunan panjang akar, perubahan warna daun
(dari hijau normal menjadi kekuning-kuningan), bengkaknya akar serta
pertumbu-han rambut akar juga terganggu. Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati
yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan
kebe-12 radaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh
tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat (C3 atau C4).
C. Jati (Tectona grandis)
1. Taksonomi jati menurut Mulyana dan Asmarahman (2010), pohon jati
di-klasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut.
Rhegnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis Linn. f.
2. Penyebaran dan Tempat Tumbuh
Penyebaran jati yaitu seluruh Jawa, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tenggara, Nusa
Tenggara Barat, Lampung dan Maluku. Iklim yang cocok bagi pohon jati adalah
yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan
cu-rah hujan antara 1.200--3.000 mm/tahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup
tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0--700 m
dpl, meski jati bisa tumbuh hingga 1.300 meter dpl (Mulyana dan Asmarahman,
2010).
Jenis tanaman ini dapat ditanam di berbagai kondisi lahan dan lingkungan, seperti
in-13 dustri, lahan kering tidak produktif, lahan basah tidak produktif, dan lahan
perke-bunan. Syarat lokasi untuk budidaya jati di antaranya ketinggian lahan
maksi-mum 700 meter dpl, suhu udara 13--430C, pH tanah 6, dan kelembapan
lingkung-an 60--80 %. Tlingkung-anah ylingkung-ang cocok untuk pertumbuhlingkung-an jati adalah tlingkung-anah lempung,
lempung berpasir, dan liat berpasir. Unsur kimia pokok (macro element) yang diperlukan untuk pertumbuhan jati yakni kalsium, fosfor, kalium, dan nitrogen
(Mulyana dan Asmarahman, 2010).
3. Kegunaan Pohon Jati
Jati dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture. Kayu jati digunakan pula dalam struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo
Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang,
rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir. Dalam industri kayu, jati diolah
menjadi vinir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai. Selain itu juga diekspor ke man-canegara dalam bentuk furniture luar rumah (Mulyana dan Asmarahman, 2010).
Kayu jati merupakan kayu dari tanaman kehutanan yang tergolong pada kayu
konstruksi dan kayu indah. Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama
membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan bangunan.
Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga
terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan
minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas
14 Menurut Syatiriah (2009) tanaman yang mempunyai potensial alelopati terdapat
di mana-mana, termasuk di suatu wilayah yang memiliki ruang terbuka hijau yang
luas seperti kampus ITS Sukolilo. Penelitiannya tersebut bertujuan untuk
menge-tahui dan menginventarisasi jenis-jenis tanaman berpotensi alelopati di zona
este-tika kampus ITS Sukolilo. Hasil penelitiannya diperoleh 10 spesies tanaman
ber-potensi alelopati yang terdapat di zona estetika kampus ITS, antara lain trembesi
(Samanea saman), akasia (Acacia auriculiformis), ketepeng kecil (Cassia tora), lamtoro (Leucaena leucocephala), turi (Sesbania grandiflora), temblekan (Lantana camara), krokot (Portulaca oleracea), cemara ekor kuda (Casuarina equisetifolia), kemangi (Ocimum sanctum), dan jati (Tectona grandis).
Jati menjadi salah satu pohon yang diduga dalam melepaskan zat alelopati ke
ling-kungan, maka dari itu penelitian terhadap ekstrak dari pohon jati akan sangat
pen-ting untuk dapat diketahui apakah ada zat alelopati di dalamnya serta pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman kehutanan di sekitarnya maupun semai-semai dari
anakan pohon jati itu sendiri.
D. Zat alelopati
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu
meng-hasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di
sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati
dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
15 menghambat pembelahan sel, menghambat pertumbuhan, menghambat aktivitas
fotosintesis, memengaruhi respirasi, memengaruhi sintesis protein, memengaruhi
ketegangan membran, menghambat aktivitas enzim, memengaruhi suksesi
tumbu-han, menghambat fiksasi nitrogen dan nitrifikasi, menghambat pola penyebaran
tumbuhan, menghambat pembusukan biji dan perkecambahan (Sastroutomo,
1990).
Alelopati adalah suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan menghasilkan
zat kimia yang dapat memengaruhi pertumbuhan individu lain. Pengertian
ten-tang allelopati pada dasarnya dapat diuraikan sebagai berikut (Sastroutomo,
1990).
1. Pengaruh yang bersifat merusak, menghambat, merugikan, dan dalam kondisi
tertentu kemungkinan menguntungkan.
2. Pengaruh ini terjadi pada perkecambahan, pertumbuhan, maupun selama
pro-ses metabolisme tanaman.
3. Pengaruh ini disebabkan karena adanya senyawa kimia yang dilepaskan oleh
suatu tanaman ke lingkungan tempat tumbuh tanaman lainnya.
Peristiwa alelopati adalah peristiwa adanya pengaruh dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan
tum-buhan lain. Sehingga pertumtum-buhan tumtum-buhan lain menjadi kalah. Kekalahan
tersebut karena menyerap zat kimiawi yang beracun berupa produk sekunder dari
tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat berupa gas atau zat
cair dan dapat keluar dari akar, batang maupun daun. Hambatan pertumbuhan
16 pada pembelahan sel, pangambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, sintesis
protein, dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas,
atau eksudat yang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis yang
dike-luarkan pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid
(Fitter, 1994).
Menurut Soekisman (1994) alelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma di
dalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang di
keluarkannya, melalui pencucian, penguapan atau melalui hasil pembusukan
bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang mempunyai
efek alelopati adalah Pinus merkusii, Imperata cylindrica, Musa spp., Acacia mangium, Azadirachta indica, Mangifera indica, Agathis spp., Cassia siamea, dan
Enterolobium cyclocarpum.
Menurut Adriani (2010) bahwa berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
dengan menggunakan jenis ekstrak Acacia mangium dan Imperata cylindrica
dapat diketahui pengaruh alelopati terhadap perkecambahan dan pertumbuhan biji
sengon (Paraserianthes falcataria) dimana diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,475
dan biji jagung (Zea mays) nilai Fhitung 12,43. Besarnya Ftabel yang di-tentukan
yaitu sebesar 4,07 sehingga dari nilai yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa sifat
alelopati berpengaruh terhadap perkecambahan sehingga kita dapat
menyimpul-kan bahwa memang senyawa allelopati memang bersifat menghambat,
menggang-gu dan merugikan dalam suatu proses perkecambahan atau pertumbuhan suatu
17 Alelopati kebanyakan berada dalam jaringan tanaman, seperti daun, akar,aroma,
bunga, buah maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman.
Bepa contoh zat kimia yang daBepat bertindak sebagai alleloBepati adalah gas-gas
bera-cun. Gas-gas beracun tersebut yaitu sianogenesis merupakan suatu reaksi hidroli-sis yang membebaskan gugusan HCN, amonia, Allylisothio cyanat dan β-fenil isitio sianat sejenis gas diuapkan dari minyak yang berasal dari famili Crusiferae dapat menghambat perkecambahan. Selain gas, asam organik, aldehida, asam
aromatik, lakton tak jenuh sederhana, fumarin, kinon, flavanioda, tanin, alkaloida, terpenoida dan streroida juga dapat mengeluarkan zat alelopati
(Moenandir,1998).
E. Pengaruh Zat Alelopati terhadap Tanaman
Amensalisme adalah interaksi yang menekan satu organisme, sedangkan yang lain
tetap stabil. Amensalisme juga disebut sebagai suatu interaksi bersifat negatif,
di-mana salah satu anggotanya terhambat oleh adanya alelopati yang dilepaskan dan
yang lain tidak terpengaruh. Salah satu contoh amensalisme adalah interaksi
alelokemis, yaitu penghambatan satu organisme oleh organisme lain melalui
pele-pasan produk metabolit ke lingkungan. Interaksi alelokemis yang hanya
melibat-kan tumbuhan saja disebut alelopati. Senyawa-senyawa kimia yang mempu-nyai
potensi alelopati dapat ditemukan di semua organ tumbuhan termasuk daun,
batang, akar rizoma, bunga, buah dan biji. Senyawa alalopati dilepaskan melalui
organ tanaman dengan berbagai cara melalui penguapan, eksudat akar, pencucian
18 Djafaruddin (2004) menyatakan bahwa senyawa-senyawa kimia alelopati dapat
memengaruhi tumbuhan yang lain melalui penyerapan unsur hara, penghambatan
pembelahan sel, pertumbuhan, proses fotosintesis, proses respirasi, sintesis
prote-in, dan proses-proses metabolisme yang lain. Pengaruh alelopati terhadap
pertum-buhan tanaman sebagai berikut.
1. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan
menu-runkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
2. Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan.
3. Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan
mempenga-ruhi pembesaran sel tumbuhan.
4. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi
akar.
5. Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein.
6. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas membran
pada sel tumbuhan.
7. Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
Senyawa alelokemis memberikan efek yang bersifat mencegah jenis tanaman
yang akan bertunas dan tanaman yang baru tumbuh. Contoh senyawa alelokemis
yang dihasilkan oleh akasia misalnya senyawa yang mengandung samak, lilin,
fla-vonoid, dan asam fenolik. Asam fenolik telah menunjukkan efek beracun pada
proses bertunasnya suatu tanaman dan pertumbuhan tanaman. Selanjutnya
toksi-sitas bisa berkaitan dengan efek sinergistis dari pada tunggal. Kemudian setelah
melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa senyawa alelopati akasia
19 kontrol perlakuan adalah 80% untuk biji jagung dan 60% untuk biji kacang tanah
(Kristianto, 2006).
Menurut Gardner dkk. (1991) dengan adanya alelokemis akan menyebabkan
per-tumbuhan tanaman terhambat sehingga grafik menurun. Alelokemis merupakan
suatu senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan alelopati. Senyawa tersebut
meru-pakan senyawa beracun yang biasanya berupa fenol, flavonoid dan terpenten.
Pemberian senyawaalelopatidapat menghambat pertumbuhan perkecambahan
(pada perlakuan daun). Hal ini dapat dilihat pada perlakuan akar dan daun yang
menunjukkan pertumbuhan yang sangat lambat dan semakin terhambat seiring
bertambahnya pemberian konsentrasi senyawa alelopati, yaitu pada pertumbuhan
biji dengan pemberian konsentrasi ekstrak 1:7 mengalami pertumbuhan yang
pa-ling lambat dibandingkan dengan biji yang diberi ekstrak dengan konsentrasi 1:14
dan 1:21. Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat)
terha-dap pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran
melalui serangkaian proses yang cukup kompleks. Namun menurut Gardner dkk.
(1991) proses tersebut diawali di membran plasma dengan terjadinya keka-cauan
struktur, modifikasi saluran membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase.
Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang
kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses fotosintesis. Hambatan
berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan senyawa
karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan
tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel
20
Menurut Khalwani (2012) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
pemba-ngunan hutan tanaman khususnya dalam hal pemilihan jenis yaitu kesesuaian jenis
dan tapak (site) adalah sebagai berikut.
1. Ketinggian tempat di atas permukaan laut atau disebut altitude.
2. Curah hujan tahunan dan hari hujan pada lokasi yang akan ditanami harus
se-suai dengan persyaratan tumbuh jenis yang akan ditanam.
3. Jenis tanah pada tapak yang akan dibangun hutan tanaman. Sebagai contoh
je-nis pohon jati mempunyai kualitas yang baik jika ditanam pada tanah berkapur
dengan musim kemarau dan musim hujan yang jelas seperti di daerah Cepu
(Jawa Tengah).
4. Kebutuhan cahaya (naungan). Jenis-jenis pohon paling tidak terdiri atas jenis
yang perlu cahaya penuh (full light demanders) misalnya Acacia mangium, je-nis yang perlu naungan pada umur muda misalnya jeje-nis-jeje-nis meranti merah.
5. Suhu dan kelembapan udara di lokasi penanaman.
Maka dari itu pemilihan jenis pohon hutan pada hutan tanaman haruslah
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Waktu penelitian selama 2 bulan, yang dimulai Februari sampai
de-ngan Maret 2014.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan yaitu semai akasia (Acacia auricuriformis), mangium (Acacia mangium), dan jati (Tectona grandis), daun akasia, daun mangium, daun jati sebagai sumber zat alelopati, aquades, serta CH3CH2OH (etanol) 96%.
Se-dangkan alat yang digunakan yaitu jangka sorong (vernier calliper) ketelitian hingga 0,1 mm, neraca analitik ketelitian 0,0001 gram, penggaris ukuran 30 cm
dengan ketelitian 0,00333 mm, kertas label, kamera digital Canon 16,0 megapixel
5x optical zoom, gunting kecil ukuran 10 cm, mortal inersia, gelas piala, batang
pengaduk lingkar, kertas saring, corong buchener, labu ukur 100 ml dan mesin
Rotary Evaporator.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini disusun secara faktorial (3x4) dalam rancangan acak lengkap
22 semai akasia, S2 yaitu semai mangium, S3 yaitu semai jati. Faktor II yaitu alelopati
(P), P0 yaitu tanpa pemberian zat alelopati (kontrol), P1 yaitu pemberian zat
alelo-pati dari ekstrak akasia, P2 yaitu pemberian zat alelopati dari ekstrak mangium, P3
yaitu pemberian zat alelopati dari ekstrak jati.
Dengan demikian diperoleh 12 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi
perla-kuan diulang sebanyak 5 kali, sehingga satuan percobaan yang digunakan
seba-nyak 3 x 4 x 5 = 60 unit.
Model linear rancangan acak lengkap pola faktorial :
Yijk = µ + αi + βi + (αβ)ij + ijk Keterangan :
Yijk = hasil pengamatan terhadap jenis tanaman semai tertentu taraf
ke-i, jenis pemberian zat alelopati dari ekstrak daun tanaman kehutanan tertentu taraf ke-j, dan ulangan ke-k,
µ = nilai tengah umum,
βi = pengaruh jenis tanaman semai tertentu pada taraf ke-i, Kj = pengaruh jenis pemberian zat alelopati dari ekstrak daun
tanaman kehutanan tertentu pada taraf ke-j,
(αβ)ij = pengaruh interaksi antara jenis tanaman semai tertentu pada taraf
ke-i dan jenis pemberian zat alelopati dari ekstrak daun tanaman kehutanan tertentu taraf ke-j,
ij = efek galat percobaan.
Tata letak setiap satuan percobaan dapat dilihat pada Gambar 1. Penentuan tata
letak dilakukan menggunakan tabel acak sehingga setiap satuan percobaan
23
Gambar 1. Tata letak setiap satuan percobaan secara faktorial (3x4) dalam rancangan acak lengkap.
Keterangan :
SiPj.k = faktor I perlakuan ke-i, faktor II perlakuan ke-j dan ulangan ke-k
S1P0 = semai akasia yang tanpa pemberian zat alelopati
S1P1 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak akasia
S1P2 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak mangium
S1P3 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak jati
S2P0 = semai mangium yang tanpa pemberian zat alelopati
S2P1 = semai mangium yang diberi zat alelopati dari ekstrak akasia
S2P2 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak mangium
S2P3 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak jati
S3P0 = semai jati yang tanpa pemberian zat alelopati
S3P1 = semai jati yang diberi zat alelopati dari ekstrak akasia
S3P2 = semai jati yang diberi zat alelopati dari ekstrak mangium
24
D. Kegiatan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan ekstraksi zat alelopati dari daun
akasia, mangium, dan jati sebagai sumber zat alelopati, penyemaian akasia dan
mangium, penyapihan semai akasia dan mangium, dan penyiapan semai jati.
1. Ekstraksi
Ekstraksi dari akasia, mangium dan jati ini dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut.
a. Daun muda akasia, mangium, dan jati diambil untuk diekstraksi. Daun
ter-sebut diambil dengan cara dipangkas atau digunting, kemudian ditimbang
berat awalnya dan disimpan di kantong plastik. Berikut foto daun akasia
yang telah ditimbang dan disimpan di kantong plastik pada Gambar 2.
25 b. Daun akasia, daun mangium, dan daun jati dijemur sinar matahari selama 9
jam. Kemudian dipotong kecil-kecil dan dihaluskan lalu disimpan pada
wa-dah yang aman. Berikut foto daun mangium yang sedang dijemur sinar
matahari dan dipotong kecil-kecil pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3. Daun mangium yang sedang dijemur sinar matahari.
26 c. Ekstraksi dengan metode maserasi. Hasil yang telah dihaluskan diletakkan di
wadah kemudian diberi pelarut etanol CH3CH2OH 96% sebanyak 0,5 l,
di-aduk dan ditutup rapat selama 24 jam. Hal ini dilakukan pada masing-masing
daun akasia, mangium dan jati. Berikut foto proses ekstraksi dengan metode
maserasi pada sampel daun akasia, mangium, dan jati pada Gambar 5.
27 d. Setelah 24 jam kemudian ekstrak daun potongan daun tersebut disaring dan
diekstraksi melalui mesin Rotary Evaporator. Berikut foto proses
penyaringan ekstraksi maserasi pada daun jati serta pemisahan ekstrak dengan
pelarut etanol pada Gambar 6 dan Gambar 7.
Gambar 6. Proses penyaringan ekstraksi maserasi pada daun jati.
28 e. Suhu pada Rotary Evaporator diatur hingga 500 C kemudian lakukan
ekstraksi sampai mendapat hasil ekstrak yang maksimal. Setelah selesai
pengekstraksian dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquades
hingga konsentrasi yang diinginkan. Berikut foto hasil ekstrak daun akasia
setelah diekstraksi serta pengenceran ekstrak akasia dengan menggunakan
aquades pada Gambar 8 dan Gambar 9.
29
Gambar 9. Pengenceran ekstrak akasia dengan menggunakan aquades.
2. Penyemaian benih akasia dan mangium
Benih akasia dan mangium disemai pada bak kecambah yang berbahan plastik
dan berukuran 40 cm x 30 cm dengan media semai berupa pasir. Semai akasia
dan mangium ini dipilih yang memiliki sifat fisik yang sama baik dari
keseraga-man pertumbuhannya, ukuran, besar batang dan umurnya. Hal ini dikarenakan
untuk lebih memfokuskan dalam penelitian pertumbuhan semai akasia dan
30
Gambar 10. Penyemaian mangium (Acacia mangium) di bak kecambah.
3. Penyapihan semai akasia dan mangium
Penyapihan dilakukan dengan menyeleksi semai untuk memilih semai yang baik
dan seragam tinggi dan jumlah daunnya yang cukup banyak. Kemudian semai
31
Gambar 11. Semai akasia (Acacia auriculiformis) yang telah disapih.
4. Penyiapan semai jati
Semai jati dipersiapkan untuk penelitian ini dengan memiliki keseragaman yang
baik. Semai jati ini haruslah seragam baik dalam tinggi semai, dan diameter
32
Gambar 12. Semai jati (Tectona grandis) yang telah disapih.
5. Pemberian perlakuan zat alelopati
Pemberian perlakuan zat alelopati ini dilakukan pada semai akasia, mangium dan
jati. Zat alelopati yang digunakan berasal dari daun pohon akasia, mangium, dan
jati. Pemberian zat alelopati ini diberikan pada saat setelah dilakukan penyemaian,
serta sudah diletakkan pada polybag yang digunakan untuk semai akasia,
mangium dan jati. Pemberian zat alelopati ini diberikan selama seminggu pada
tiap semai dengan dosis ekstrak zat alelopati yang sama. Berikut foto persiapan
ekstrak salah satu alelopati serta perlakuan pemberian alelopati terhadap semai
33
Gambar 13. Persiapan ekstrak alelopati jati pada tabung ukur (kiri) dan perlakuan pemberian ekstrak alelopati jati terhadap semai jati (kanan).
E. Pengamatan
Adapun variabel yang diamati dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
a. Pertambahan tinggi semai
Tinggi semai diukur mulai dari kolet sampai dengan buku–buku batang (nodus)
teratas. Pengukuran tinggi semai dilakukan pada awal dan akhir penelitian,
kemudian dihitung pertambahan tingginya.
b. Pertambahan diameter batang semai
Diameter batang semai diukur pada jarak 1 cm dari kolet menggunakan kaliper.
Pengukuran diameter batang semai dilakukan pada awal dan akhir penelitian,
34
c. Pertambahan jumlah daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan pada awal dan akhir penelitian, lalu dihitung
pertambahan jumlah daunnya.
d. Persentase hidup semai
Persentase hidup semai dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Persentase hidup ∑
∑
Tabulasi hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan semai mengikuti bentuk
tabulasi Tabel 4 pada lampiran.
F. Analisis Data
1. Homogenitas Ragam
Homogenitas ragam diuji menggunakan uji Bartlett, dan hasil perhitungannya
disajikan ke dalam bentuk tabel (Gaspersz, 1994).
a.) Varians gabungan dari seluruh sampel (S2)
35
Jika X2hitung > X2tabel, maka data yang diperoleh tidak homogen, sehingga perlu
dilakukan transformasi data, salah satu transformasi data yang lazim digunakan
yaitu transformasi akar. Nilai ragam data pada hasil penelitian variabel persentase
hidup semai ini lebih kecil, maka digunakan transformasi √ . Pada
peneliti-an ini X2hitung < X2tabel, maka ragam homogen dan dapat dilanjutkan dengan
ana-lisis ragam.
2. Analisis ragam
Analisis ragam dilakukan untuk menguji hipotesis tentang faktor perlakuan
terha-dap keragaman data hasil percobaan atau untuk menyelidiki ada tidaknya
penga-ruh perlakuan (Sastrosupadi, 2000).
JKP = jumlah kuadrat perlakuan JKG = jumlah kuadrat galat JKT = jumlah kuadrat total
Y... = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan
36 Yij = nilai pengamatan variabel pertumbuhan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j t = jumlah perlakuan r = jumlah ulangan
Jika Fhitung > Ftabel, maka terdapat pengaruh nyata dari perlakuan yang diberikan,
sehingga harus dianalisis lebih lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
Analisis ragam dilakukan pada taraf nyata 5%. Hasil analisis ragam ditabulasi
seperti Tabel 5 pada lampiran.
3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Untuk mengetahui jenis semai yang terpengaruhi pertumbuhannya diakibatkan
pemberian zat alelopati terhadap variabel penelitian semai akasia, mangium, dan
jati dilakukan uji perbandingan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Semua
perhitungan dilakukan pada taraf nyata 5%. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut.
43
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Alelopati dari akasia, mangium, dan jati tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan semai dari spesies yang sama dengan tanaman sumber alelopati.
2. Alelopati mangium berpengaruh nyata terhadap tinggi semai akasia dan
alelopati jati berpengaruh nyata terhadap tinggi semai mangium. Serta
alelopati akasia berpengaruh nyata terhadap diameter batang ketiga spesies
semai.
3. Tidak ada alelopati yang berpengaruh paling lemah dari ketiga jenis spesies
semai. Alelopati jati berpengaruh lemah terhadap pertumbuhan anakannya
serta semai spesies akasia. Alelopati mangium juga berpengaruh lemah
ter-hadap pertumbuhan anakannya serta semai jati.
B. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Diperkenankan untuk membudidayakan jenis akasia, mangium, dan jati pada
lahan bekas budidaya jenisnya masing-masing. Hal ini dikarenakan residu
alelopati dari jenis akasia, mangium, maupun jati tidak berpengaruh terhadap
44
2. Diperkenankan untuk membudidayakan hutan campuran mangium dan jati
serta hutan campuran jati dan akasia. Hal ini dikarenakan zat alelopati dari
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, U. 2010. Zat allelopati. Blog. Uli Adriani. April. 2010. Blog Uli Adriani. 3 November 2013 http://zat-allelopati.html.
Atmadilaga, A. 2010. Mengenal jenis dan ciri kayu yang sering digunakan sebagai bahan konstruksi. Kampuz sipil. Chandra Haekal. November. 2011. Atmadilaga Zone. 24 September 2013
http://kampuzsipil.blogspot.com/2011/11/mengenal-jenis-dan-ciri-kayu-yang.html. 3 p.
Attamimi. 2003. Wawasan Ilmu Farmasi. Buku. Universitas Muslim Indonesia. Makassar. 89 p.
Buhani dan S. Hadi. 2013. Penuntun Praktikum Kimia II (Bidang Organik).
Buku. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 35 p.
Djafaruddin. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 87 p.
Djufri. 2012. Pengaruh tegakan akasia (Acacia nilotica) terhadap komposisi dan keanekaragaman tumbuhan bawah di savana Balanan Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. 3(2):38--50. Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Buku.
Universitas Gadjah Mada. Semarang. 421 p.
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Buku. UI Press. Jakarta. 124 p.
Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. Buku. Armico. Bandung. 472 p.
Hafsah, S., M.A. Ulim., dan C.M. Nofayanti. 2012. Efek alelopati Ageratum conyzoides terhadap pertumbuhan sawi. Jurnal Floratek. 8:18--24. Hanafiah, K. A. 2011. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Buku. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta. 259 p.
Izah, L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma Terhadap
Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays). Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang. 88 p.
Junaedi, A., M.A. Chozin., dan Kwanghokim. 2006. Ulasan perkembangan terkini kajian alelopati. Jurnal Hayati. 13(2):79--84.
Khalwani, K. 2012. Kriteria pemilihan jenis pohon dalam pembangunan hutan tanaman industri di Indonesia. Word Press. Khulfi Khalwani. Oktober. 2012. Word Press. 3 November 2013
http://khulfi.wordpress.com/2012/10/11/kriteria-pemilihan-jenis-pohon-pembangunan-hutan-tanaman-industri-di-indonesia/html. 4 p.
Kristianto, B.A. 2006. Pengaruh senyawa allelopathy akasia (Acacia
auricuriformis) yang menghambat perkecambahan biji jagung dan kacang tanah. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 31(3) : 1--6.
Moenandir, J. 1998. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Buku. Rajawali Pers. Jakarta. 454 p.
Mulyana, D. dan C. Asmarahman. 2010. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Buku. PT Agro Media Pustaka. Jakarta. 133 p.
Napisah, S. 2013. Pengaruh alelopati ilalang (Imperata cylindrica), sengon buto (Enterolobium cyclocarfum), dan akasia (Acacia auriculiformis) terhadap perkecambahan kacang hijau. Jurnal penelitian. 2(1) : 11--28.
Rahmani, R. 2012. Pengaruh allelopathy akasia (Acacia mangium) terhadap perkecambahan biji jagung (Zea mays). Makalah Seminar Umum. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 17 p.
Riswanto, I. 2011. Deskripsi dan Morfologi Tumbuhan Famili Fabaceae, Mimosaceae, Papilonaceae, Anacardiaceae. Buku. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. 29 p.
Rusyana, Y. 2011. Flora Indonesia (Botanical Survival). Blog Flora Indonesia. Yaya Rusyana. Juni. 2011. Blog Yaya Rusyana. 3 November 2013 http://floranegeriku.blogspot.com/2011/06/akasia-mangium-acacia-mangium-willd.html. 3 p.
Sastrosupadi. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Buku. Kanisius. Malang. 276 p.
Senjaya, Y.A., dan W. Surakusumah. 2007. Potensi ekstrak daun pinus (Pinus merkusii) sebagai bioherbisida penghambat perkecambahan Echinochloa colonum dan Amaranthus viridis. Jurnal Perennial. 4(1):1--5.
Setyowati, N., dan E. Suprijono. 2012. Efikasi alelopati teki formulasi cairan terhadap gulma Mimosa invisa dan Melochia corchorifolia. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 3(1):16--24.
Sulandjari. 2013. Hasil akar dan reserpina pule pandak (Raufolvia serpentina) pada media bawah tegakan berpotensi alelopati dengan asupan hara. Jurnal Biodiversitas. 9(3):180--183.
Soekisman. 1994. Pengolahan Gulma di Perkebunan. Buku. Gramedia Pustaka. Jakarta. 96 p.
Steel, R. G.D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Buku. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 748 p.
Susilowati, A. 2013. Alelopati. Buku. Universitas Jambi. Jambi. 83 p. Syatiriah, H. 2009. Inventarisasi Tanaman Berpotensi Alelopati di Kampus ITS