ABSTRACT
THE EFFECT OF ALLOLEPATHY FROM BLADY GRASS TO THREE SPECIES OF ACACIA SEEDLINGS GROWTH
By
MELDA YANTI
Allelopathy is the compound released by the plants (example: blady grass) to the environtment and where another plants is living and could obstruct or extinguish to another plants. The purpose of research were to figure out the effect of
calculation were done at 5% significant level. The result of this research showed that allelopathy of blady grass were significant to the growth of acacia, mangium and acacia alba seedlings. Based on the LSD at 5% was known that the
concentrate of blady grass allelopathy had strongest negative effect to the growth seedlings was 100%. Seedling that was the most resistant to the allelopathy of blady grass is mangium seedling. It was known from the analysis of variance test there was an interaction between the seedling and the concentration of blady grass allelopathy that effect the height, leaves number, living percentage of seedlings.
ABSTRAK
PENGARUH ZAT ALELOPATI DARI ALANG-ALANG TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI TIGA SPESIES AKASIA
Oleh MELDA YANTI
Senyawa alelopati merupakan senyawa kimia yang dilepaskan tumbuhan (seperti: alang-alang) ke lingkungan tempat tumbuh dan dapat menghambat atau
mematikan tumbuhan lainnya. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh zat alelopati dari alang-alang terhadap pertumbuhan semai spesies akasia, mengetahui jenis semai yang terpengaruh paling lemah, serta mengetahui interaksi antara konsentrasi ekstrak alang-alang dengan jenis pohon fase semai. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial. Faktor I yaitu jenis semai yang terdiri atas akasia, mangium, dan akasia putih, sedangkan faktor II yaitu konsentrasi ekstrak alelopati alang-alang yang terdiri atas tanpa pemberian ekstrak alelopati, pemberian ekstrak alelopati 25%, pemberian ekstrak alelopati 50%, pemberian ekstrak alelopati 75%, dan
Taraf nyata yang digunakan dalam semua pengujian tersebut adalah 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat alelopati alang-alang berpengaruh terhadap pertumbuhan semai akasia, mangium, dan akasia putih. Berdasarkan uji BNT pada taraf nyata 5% diketahui bahwa konsentrasi alelopati alang-alang yang berpengaruh negatif paling kuat terhadap pertumbuhan semai adalah konsentrasi 100%. Jenis pohon fase semai yang paling tahan terhadap alelopati dari alang-alang adalah semai mangium. Dari uji analisis ragam diketahui terdapat interaksi antara jenis pohon fase semai dengan konsentrasi zat alelopati alang-alang yang memengaruhi pertumbuhan tinggi, jumlah daun, dan persentase hidup semai.
PENGARUH ZAT ALELOPATI DARI ALANG-ALANG TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI TIGA SPESIES AKASIA
Oleh MELDA YANTI
Skripsi
sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN
pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH ZAT ALELOPATI DARI ALANG-ALANG TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI TIGA SPESIES AKASIA
(Skripsi)
Oleh MELDA YANTI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Desain percobaan secara faktorial (3x4) dalam Rancangan Acak
Lengkap (RAL) ... 22 2. Grafik regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap
persentase pertambahan tinggi semai ... 34 3. Grafik regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap
persentase pertambahan jumlah daun semai ... 35 4. Grafik regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap
persentase hidup semai ... 35 5. Alang-alang yang telah dijemur dan dipotong kecil-kecil sebagai
bahan ekstrak alelopati. ... 78 6. Ekstraksi zat alelopati alang-alang dengan metode maserasi
Menggunakan pelarut etanol CH3CH2OH 96% ... 78 7. Penyaringan bahan alang-alang untuk diekstraksi menggunakan
mesin Rotary Evaporator ... 79 8. Hasil pengenceran ekstrak alelopati alang-alang sesuai konsentrasi
yang diinginkan . ... 79 9. Pengukuran variabel pertumbuhan semai sebelum pemberian ekstrak
alelopati alang-alang ... 80 10.Pemberian ekstrak alelopati alang-alang terhadap semai akasia,
mangium, dan akasia putih . ... 80 11.Semai akasia tanpa pemberian ekstrak alelopati alang-alang pada
akhir penelitian ... 81 12.Semai akasia yang diberi ekstrak alelopati alang-alang dengan
konsentrasi 75% pada akhir penelitian ... 81 13.Semai mangium tanpa pemberian ekstrak alelopati alang-alang pada
iv 14.Semai mangium yang diberi ekstrak alelopati alang-alang dengan
konsentrasi 25% pada akhir penelitian ... 82 15.Semai akasia putih tanpa pemberian ekstrak alelopati alang-alang
pada akhir penelitian ... 83 16.Semai akasia putih yang diberi ekstrak alelopati alang-alang dengan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang ... 1
B. Tujuan penelitian ... 3
C. Manfaat penelitian ... 3
D. Kerangka pemikiran ... 3
E. Hipotesis ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A.Alang-alang ... 6
B. Zat alelopati ... 7
C.Akasia (Acacia auriculiformis) ... 9
D.Mangium (Acacia mangium) ... 13
E. Akasia putih (Acacia alba) ... 16
F. Pengaruh alelopati terhadap tanaman ... 17
III. METODE PENELITIAN ... 20
A.Waktu dan tempat penelitian ... 20
C.Metode penelitian ... 21
D.Kegiatan penelitian ... 23
E. Pengamatan ... 25
F. Analisis data ... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
A.Hasil penelitian ... 29
B. Pembahasan ... 36
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43
A. Kesimpulan ... 43
B. Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN ... 49
Tabel 6--54 ... 50
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Hasil pengamatan rata-rata pertambahan seluruh variabel
pertumbuhan semai akasia, mangium, dan akasia putih pada akhir
penelitian ... 29 2. Rekapitulasi analisis ragam untuk seluruh variabel penelitian tentang
pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap pertumbuhan semai
semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 30 3. Rekapitulasi hasil uji BNT tentang pengaruh jenis semai terhadap
rerata persentase pertambahan tinggi, diameter batang, dan berat
kering total semai akasia, mangium, dan akasia putih ... ... 31 4. Rekapitulasi hasil uji BNT tentang pengaruh konsentrasi alelopati
alang-alang terhadap rerata persentase pertambahan tinggi, jumlah daun, dan persentase hidup semai akasia, mangium, dan akasia
putih ... 32 5. Rekapitulasi analisis ragam lanjutan tentang pengaruh interaksi
jenis semai dengan konsentrasi alelopati alang-alang terhadap persentase pertambahan tinggi, jumlah daun, dan persentase hidup
semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 33 6. Data tinggi semai akasia, mangium, dan akasia putih pada awal
penelitian ... 50 7. Data tinggi semai akasia, mangium, dan akasia putih pada akhir
penelitian ... 51 8. Data pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan jati selama
2 bulan ... 52 9. Data persentase pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan
akasia putih selama 2 bulan ... 53 10.Hasil uji Bartlett persentase pertambahan tinggi semai akasia,
11.Hasil analisis ragam persentase pertambahan tinggi semai akasia,
mangium, dan akasia putih ... 54 12.Hasil analisis ragam pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap
persentase pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan akasia
putih ... 54 13.Hasil uji BNT pengaruh jenis semai terhadap persentase pertambahan
tinggi semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 55 14.Hasil uji BNT pengaruh konsentrasi alelopati alang-alang terhadap
persentase pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan akasia
putih ... 55 15.Hasil analisis ragam lanjutan pengaruh interaksi jenis semai dengan
konsentrasi alelopati alang-alang terhadap persentase pertambahan
tinggi semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 56 16.Hasil analisis ragam regresi polynomial pengaruh zat alelopati alang-
alang terhadap persentase pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 56 17.Koefisien regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap
persentase pertambahan tinggi semai akasia, mangium, dan akasia
putih ... 56 18.Data diameter batang semai akasia, mangium, dan akasia putih pada
awal penelitian ... 57 19.Data diameter batang semai akasia, mangium, dan akasia putih pada
akhir penelitian ... 58 20.Data pertambahan diameter batang semai akasia, mangium, dan
akasia putih selama 2 bulan ... 59 21.Data persentase pertambahan diameter batang semai akasia,
mangium, dan akasia putih selama 2 bulan ... 60 22.Hasil uji Bartlett persentase pertambahan diameter batang semai
akasia, mangium, dan akasia putih ... 61 23.Hasil analisis ragam persentase pertambahan diameter batang semai
akasia, mangium, dan akasia putih ... 61 24.Hasil analisis ragam pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap
persentase pertambahan diameter semai akasia, mangium, dan
25.Hasil uji BNT pengaruh jenis semai terhadap rerata persentase pertambahan diameter batang semai akasia, mangium, dan akasia
putih ... 62 26.Hasil analisis ragam regresi polynomial pengaruh zat alelopati
alang-alang terhadap persentase pertambahan diameter batang
semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 62 27.Koefisien regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap
persentase pertambahan diameter semai akasia, mangium, dan
akasia putih ... 62 28.Data jumlah daun semai akasia, mangium, dan akasia putih pada
awal penelitian ... 63 29.Data jumlah daun semai akasia, mangium, dan akasia putih pada
akhir penelitian ... 64 30.Data pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium, dan akasia
putih selama 2 bulan ... 65 31.Data persentase pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium,
dan akasia putih selama 2 bulan ... 66 32.Hasil uji Bartlett persentase pertambahan jumlah daun semai akasia,
mangium, dan akasia putih ... 67 33.Hasil analisis ragam persentase pertambahan jumlah daun semai
akasia, mangium, dan akasia putih ... 67 34.Hasil analisis ragam pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap
persentase pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium, dan
akasia putih ... 68 35.Hasil uji BNT pengaruh konsentrasi alelopati alang-alang terhadap
rerata persentase pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium,
dan akasia putih ... 68 36.Hasil analisis ragam lanjutan pengaruh interaksi jenis semai dengan
konsentrasi alelopati alang-alang terhadap persentase pertambahan
jumlah daun semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 68 37.Hasil analisis ragam regresi polynomial pengaruh zat alelopati
alang-alang terhadap persentase pertambahan jumlah daun semai
38.Koefisien regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap persentase pertambahan jumlah daun semai akasia, mangium, dan
akasia putih ... 69 39.Data persentase hidup semai akasia, mangium, dan akasia putih
pada awal penelitian ... 70 40.Data persentase hidup semai akasia, mangium, dan akasia putih
pada akhir penelitian ... 71 41.Hasil uji Bartlett persentase hidup semai akasia, mangium, dan
akasia putih ... 72 42.Hasil analisis ragam persentase hidup semai akasia, mangium, dan
akasia putih ... 72 43.Hasil analisis ragam pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap
persentase hidup semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 72 44.Hasil uji BNT pengaruh konsentrasi alelopati alang-alang terhadap
rerata persentase hidup semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 73 45.Hasil analisis ragam lanjutan pengaruh interaksi jenis semai dengan
konsentrasi alelopati alang-alang terhadap persentase hidup semai
akasia, mangium, dan akasia putih ... 73 46.Hasil analisis ragam regresi polynomial pengaruh zat alelopati
alang-alang terhadap persentase hidup semai akasia, mangium, dan
dan akasia putih ... 74 47.Koefisien regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap
persentase hidup semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 74 48.Data berat kering total semai akasia, mangium, dan akasia putih
pada akhir penelitian ... 75 49.Hasil uji Bartlett berat kering total semai akasia, mangium, dan
akasia putih ... 76 50.Hasil analisis ragam berat kering total semai akasia, mangium, dan
akasia putih ... 76 51.Hasil analisis ragam pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap
berat kering total semai akasia, mangium, dan akasia putih ... 76 52.Hasil uji BNT pengaruh jenis semai terhadap rerata berat kering
53.Hasil analisis ragam regresi polynomial pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap berat kering total semai akasia, mangium, dan
akasia putih ... 77 54.Koefisien regresi pengaruh zat alelopati alang-alang terhadap berat
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Saya persembahkan karya ini kepada:
1. Kedua orang tua tersayang, Bapak Asmuin dan Ibu Hartini yang telah membesarkan, mendo’akan, serta memberikan dukungan moril dan materil.
2. Ketiga adikku Hendri Irawan, Diana Novita Sari, dan Andika Saputra yang turut memberikan motivasi dan do’a.
3. Para guru dan dosen, yang telah mengajarkan banyak hal, baik ilmu
pengetahuan, ilmu hidup, maupun ilmu akhirat dengan penuh keikhlasan dan ketulusan.
4. Keluarga besar Himasylva dan Angkatan 2011 yang telah membantu serta memberikan dukungan dan do’a.
RIWAYAT HIDUP
Melda Yanti dilahirkan di Bandar Lampung padatanggal 23 Mei 1991. Dia merupakan anak pertama dari empat bersaudara dengan orangtua bernama Bapak Asmuin dan Ibu Hartini. Sekolah Dasar dilakukan di SD Negeri II Rajabasa selesai tahun 2003, SMP Negeri 22 Bandar Lampung pada
tahun 2006, SMA Negeri 9 Bandar Lampung selesai tahun 2009. Kemudian melanjutkan kuliah dan terdaftar sebagai mahasiswa angkatan 2011 di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP).
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, dia pernah menjadi Anggota Utama dalam Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva), menjadiAnggota Bidang Komunikasi, Informasi, dan Pengabdian Masyarakat periode 2012/2013, sebagai Sekretaris Bidang Komunikasi, Informasi, dan Pengabdian Masyarakat periode 2013/2014, Bendahara Himasylva periode 2014/2015, Mentor Forum Ilmiah Mahasiswa Fakultas Pertanian Unila 2013/2014, Anggota Forum
Melda Yanti juga pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Silvika, Silvikultur, Ekologi Hutan, Agroforestri, Bioteknologi Kehutanan, Dendrologi, Struktur dan Sifat Kayu, dan Teknik Manajemen Bibit dan Persemaian. Dia telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Tri Tunggal Mulyo
SANWACANA
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Zat Alelopati dari Alang-alang terhadap Pertumbuhan Semai Tiga Spesies Akasia”. Tidak lupa shalawat beserta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak sebagai berikut.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Ir. Indriyanto, M.P., selaku pembimbing utama skripsi sekaligus dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, saran, dan motivasi yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing ke dua skripsi atas bimbingan, saran, dan motivasi yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam bidang kehutanan.
Bandar Lampung, November 2015 Saya,
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alang-alang (Imperata cylindrica) adalah jenis tanaman pionir yang menyukai sinar matahari dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang yang menyebar luas di bawah permukaan tanah. Alang-alang memiliki ketahanan yang tinggi, sehingga tanaman lain harus bersaing dalam memperoleh air, unsur hara, dan cahaya matahari Jenis tanaman tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman lain di sekitarnya, hal ini dikarenakan alang-alang merupakan tumbuhan pengganggu yang mampu melepaskan senyawa alelopati.
Alelopati merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tubuh tumbuhan (jaringan tumbuhan) yang dikeluarkan ke lingkungannya dan dapat menghambat atau mematikan individu tumbuhan lainnya (Odum, 1971 terjemahan Samingan, 1993). Pertumbuhan alang-alang sangat cepat, menyebar secara luas dan mampu tumbuh pada berbagai kondisi tanah. Sehingga alang-alang banyak tumbuh pada lahan kritis.
2 pada akhirnya akan membahayakan fungsi hidrologis, orologis, produksi lahan, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat (Djunaedi, 1997). Lahan kritis juga disebut sebagai lahan marginal yaitu lahan yang memiliki beberapa faktor pembatas. Faktor pembatas adalah faktor lingkungan, misalnya unsur hara, air, suhu, kelembapan dan sebagainya yang ketersediaannya dalam jumlah sangat kurang atau berlebihan. Ciri utama lahan kritis adalah gundul, gersang, produktivitas rendah, dan umumnya lahan kritis didominasi vegetasi alang-alang. Oleh karena itu salah satu cara mengatasinya adalah dengan menanam jenis tanaman lain yang tumbuh lebih cepat (fast growing).
Akasia (Acacia auriculiformis), mangium (Acacia mangium), dan akasia putih (Acacia alba) merupakan spesies pohon anggota famili Mimosaceae yang memiliki sifat cepat tumbuh (fast growing), sistem perakaran yang padat, dan mampu
3 B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh zat alelopati dari alang-alang terhadap pertumbuhan semai tiga jenis pohon yaitu akasia (Acacia auriculiformis), mangium (Acacia
mangium), dan akasia putih (Acacia alba).
2. Mengetahui jenis semai yang terpengaruh paling lemah oleh ekstrak zat alelopati dari alang-alang.
3. Mengetahui interaksi antara konsentrasi ekstrak zat alelopati dari alang-alang dengan jenis pohon terhadap pertumbuhan pohon fase semai.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk dijadikan referensi dalam pemilihan jenis pohon hutan yang tidak terpengaruh zatallelopathydari alang-alang, sehingga sesuai untuk pembangunan hutan tanaman di lahan yang beralang-alang.
D. Kerangka Pemikiran
Organisme hidup di alam tidak sendiri-sendiri, melainkan menjadi satu kumpulan individu yang menempati suatu tempat tertentu sehingga menghasilkan suatu
4 berpengaruh negatif terhadap individu tumbuhan yang sama jenisnya maupun yang berlainan jenis. Salah satu jenis tumbuhan yang mengeluarkan senyawaallelopathy dan menjadi pesaing bagi tumbuhan lain akibat pertumbuhannya yang cepat adalah alang-alang.
Pengaruh senyawaallelopathyyang dikeluarkan oleh alang-alang terhadap tumbuhan fase semai dapat diketahui melalui perlakuan pemberian zatallelopathydari alang-alang kepada semai akasia (Acacia auriculiformis), mangium (Acacia mangium), dan akasia putih (Acacia alba). Berdasarkan perlakuan tersebut diperoleh respon dari ketiga jenis semai tersebut terhadap pemberian zat alelopati alang-alang, meliputi tinggi semai, diameter batang semai, jumlah daun, dan persentasi hidup semai.
Hasil penelitian Suji (2006) menunjukkan bahwa pengaruh ekstrak alang-alang dengan konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perkecambahan biji akasia. Pemberian konsentrasi ekstrak alang-alang adalah AA 100%, AA 80%, AA 60%, AA 40%, dan AA 20%, biji yang masih mampu
berkecambah berturut-turut 80%, 80%, 82%, 78%, dan 82%. Dengan demikian konsentrasi ekstrak alang-alang tidak memberikan pengaruh efektif terhadap
perkecambahan akasia, dalam hal ini akasia dapat mentolerir zat alelopati dari alang-alang.
5 golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid yang bersifat toksis atau penghambat karena menghasilkan substansi alelokemik yang merugikan tanaman lain (Bima, 2010). Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui pengaruh zat alelopati dari alang-alang terhadap pertumbuhan semai akasia, mangium, dan akasia putih.
E. Hipotesis
1. Zat alelopati dari alang-alang berpengaruh terhadap pertumbuhan semai tiga jenis pohon yaitu akasia, mangium, dan akasia putih.
2. Semai akasia terpengaruh paling lemah oleh ekstrak zat alelopati dari alang-alang. 3. Terdapat interaksi antara konsentrasi ekstrak zat alelopati alang-alang dengan
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Alang-alang
1) Deskripsi Alang-alang
Alang-alang tumbuh berumpun, tunas batang (yang membawa bunga) tidak akan tumbuh memanjang hingga menjelang berbunga. Bagian pangkal tunas batang alang-alang terdiri atas beberapa ruas pendek, sedangkan tunas yang membawa bunga beruas panjang terdiri atas satu sampai tiga ruas, tumbuh vertikal dan terbungkus di dalam daun. Batang alang-alang yang membawa bunga memiliki tinggi 20--30cm. Bagian batang alang-alang di atas tanah berwarna keunguan (Damaru, 2011).
Rimpang (rizoma) alang-alang tumbuh memanjang dan bercabang-cabang di tanah pada kedalaman 0--20cm, namun dapat juga ditemukan hingga
kedalaman 40cm. Rimpang alang-alang berwarna keputihan dengan panjang mencapai 1 meter atau lebih dan beruas-ruas. Alang-alang berakar serabut yang tumbuh dari pangkal batang dan ruas-ruas pada rimpang (Damaru, 2011).
7 dan lebar 5--18mm. Tulang daun alang-alang berbentuk lebar dan berwarna agak pucat. Tepi daun alang-alang bergerigi halus dan terasa kasar bila diraba. Pembungaan alang-alang berbentuk malai dengan bulir bunga yang tersusun rapat, berbentuk ellips meruncing, sangat ringan dan mempunyai rambut-rambut halus sehingga mudah terbawa angin. Bunga alang-alang memiliki benang sari berwarna kekuningan dan putik tunggal berwarna keunguan (Damaru, 2011).
2) Tempat Tumbuh
Alang-alang (Imperata cylindrica)merupakan gulma berdaun sempit yang tumbuh tegak dan berumpun. Alang-alang merupakan jenis tumbuhan pionir yang banyak tumbuh pada lahan yang habis terbakar, sangat toleran terhadap faktor lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan dan unsur hara yang miskin, namun tidak toleran terhadap genangan dan naungan. Alang-alang dapat tumbuh pada daerah tropik dan subtropik hingga ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut (Damaru, 2011).
B. Zat alelopati
8 Allelopathydiartikan sebagai pengaruh yang merugikan atau menghambat secara langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan lain melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan dan dibebaskan ke lingkungan hidup tumbuhan tersebut (Indriyanto, 2008).
Alelopat kebanyakan berada pada jaringan tanaman, seperti daun, batang, akar, rizhoma, bunga buah maupun biji yang dikeluarkan dengan cara, seperti penguapan, eksudasi dari akar, pencucian dan pelapukan residu tanaman. Akar dari tumbuhan dapat mengeluarkan eksudat. Namun eksudat dari akar kurang potensial dibanding dari daun. Batang juga mengeluarkan alelopat meskipun tidak sebanyak daun. Daun merupakan tempat terbesar bagi
substansi beracun yang dapat mengganggu tumbuhan disekitarnya. Substansi tersebut pada umumnya tercuci oleh air hujan atau embun yang terbawa ke bawah (Bima, 2010).
9 Jenis bahan kimia yang terkandung dalam alelopati berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid. Bahan kimia tersebut merugikan tanaman lain karena bersifat racun sehingga menghambat petumbuhan tumbuhan lain. Hambatan pertumbuhan akibat adanya senyawa alelopati, misalnya hambatan pada pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lain (Bima, 2010).
Pembentukan senyawa alelopat dalam tumbuhan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya cahaya ultraviolet yang dapat meningkatkan produksi alelopat. Demikian pula jika terjadi defisiensi nutrisi mineral dan air, maka asam klorogenik dari sebagian besar tumbuhan akan meningkat. Selain itu cuaca panas dan dingin juga dapat mempengaruhi pembentukan alelopat (Bima, 2010).
Beberapa jenis tanaman yang diduga mempunyai efek alelopati adalahPinus merkusii, Imperata cylindrica, Musa spp., Acacia mangium,Azadirachta indica,Mangifera indica,Agathis spp.,Cassia siamea, danEnterolobium cyclocarpum(Soekisman, 1994).
C. Akasia (Acacia auriculiformis)
1) Klasifikasi dan Deskripsi Pohon
Klasifikasi taksonomis pohon akasia adalah sebagai berikut (Riswanto, 2011). Rhegnum : Plantae
10 Ordo : Fabales
Famili : Mimosaceae Genus : Acacia
Spesies :Acacia auriculiformisA. Cunn.exBenth.
Pohon akasia bisa mencapai tinggi tajuk 30 m dan berdiameter batang 50 cm. Kulit batang pohon berwarna abu-abu atau coklat. Bentuk daun seperti bulat sabit dengan panjang 10--16 cm dan lebar 1--3 cm, permukaan daun halus berwarna hijau keabuan dengan 3--4 tulang daun longitudinal yang jelas. Perbungan aksiler berbentuk bulir dengan panjang 7-10 cm yang selalu berpasangan; panjang tangkai bunga 5--8 mm; bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota yang berukuran 1,7--2 mm, biseksual, kecil, berwarna kuning emas, dan wangi; daun kelopak bunga berbentuk bulat berukuran 0,7--1 mm; benang sari banyak dengan ukuran 3 mm; ruang bakal buah diselaputi banyak rambut-rambut pendek dan halus. Buah kering dengan panjang 6,5 cm dan lebar 1—2,5 cm, berkayu, berwarna coklat, tepinya bergelombang, awalnya lurus namun ketika buahnya semakin tua akan terpuntir berbentuk spiral yang tidak teratur. Biji berbentuk bulat telur hingga elips, berukuran panjang 4--6 mm dan lebar 3--4 mm, berwarna hitam mengkilap, keras, tangkai biji panjang berwarna kuning atau merah (Taylor dan Awang, 1993).
2) Penyebaran dan Tempat Tumbuh
11 didomestikasi sejak 50 tahun yang lalu dan telah tersebar luas di kawasan Asia tropis (Taylor dan Awang, 1993).
Akasia tumbuh pada daerah-daerah dataran rendah tropis beriklim lembab sampai sub-lembab, pada tanah-tanah di sepanjang tepi sungai, pada daerah berpasir di tepi pantai, dataran yang mengalami pasang surut air laut, danau-danau berair asin di dekat pantai, dan dataran yang tergenang air (Attamimi, 2003).
Daerah penyebaran akasia memiliki rata-rata suhu maksimum 32--38°C dan rata-rata suhu minimum 12--20°C. Akasia tumbuh pada daerah dengan curah hujan bervariasi antara 760 mm/tahun di kawasan Northern Territory
(Australia) dan 2000 mm/tahun di Papua New Guinea. Penyebaran akasia dipengaruhi oleh iklim monson yang musim keringnya dapat terjadi selama 6 bulan. Daerah penyebaran akasia di Australia adalah pada daerah berpasir, tanah liat hitam, tanah Alluvial yang merupakan turunan dari batupasir atau laterit (Attamimi, 2003).
12 3) Perbanyakan
Perbanyakan akasia dapatdilakukan dengan menggunakan biji yang secara fisiologis telah masak, namun perlu perlakuan tertentu pada biji yang telah dewasa untuk mematahkan dormanasi, yaitu pencelupan biji ke dalam air panas selama 1--2 menit lalu direndam dalam air dingin selama semalam atau di-rendam dalam air hangat selama 24 jam. Setelah perlakuan, biji-biji tersebut akan berkecambah setelah 6 hari kemudian dengan tingkat keberhasilan biasa-nya mencapai 75%. Inokulasi rhizobium atau mikorhiza biasabiasa-nya dilakukan bila semai-semai dipersiapkan untuk ditanam di areal-areal terdegradasi atau bekas pertambangan. Perbanyakan akasia juga dapat dilakukan dengan stek (Taylor dan Awang, 1993).
4) Kegunaan Pohon
Pohon akasia cocok ditanam untuk menstabilkan lahan-lahan terkikis karena memiliki sistem perakaran yang padat dan mencuat ke permukaan (superficial and densely matted root system). Jenis ini dimanfaatkan untuk rehabilitasi lahan-lahan terdegradasi di Indonesia dan reforestasi kawasan-kawasan bekas pertambangan timah dan bauksit (Attamimi, 2011).
13 D. Mangium (Acacia mangium)
1) Klasifikasi dan Deskripsi
Pohon mangium diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Rusyana, 2011).
Rhegnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales
Famili : Mimosaceae Genus : Acacia
Spesies :Acacia mangiumWilld.
Pohon mangium bersifat selalu hijau dan memiliki tinggi hingga 30 m. Batang bebas cabang pohon mangium dapat lebih dari setengah tinggi pohon,
14 ukuran panjang 3--5 mm dan lebar 2--3 mm, memilikifunicleberwarna
kuning cerah atauorangeyang terkait pada biji.
2) Penyebaran dan Tempat Tumbuh
Pohon mangium menyebar alami di Queensland Utara Australia, Papua New Guinea hingga Provinsi Papua dan Maluku. Pohon mangium bersifat cepat tumbuh dengan umur pohon 30--50 tahun dan mampu beradaptasi dengan tanam asam pada pH 4,5--6,5 di dataran rendah tropis yang lembab, namun tidak toleran terhadap musim dingin dan naungan. Pohon mangium tumbuh baik pada tanah subur yang baik drainasenya tetapi juga tahan terhadap tanah yang tidak subur dengan drainase kurang baik (Mulyana dan Asmarahman, 2010).
3) Perbanyakan
15 4) Kegunaan Pohon Mangium
Pohon mangium banyak dimanfaatkan untuk bahan kayu bakar, kayu konstruksi atau mebel, kayu tiang, pengendali erosi, naungan atau perlindungan. Pohon mangium merupakan jenis pohon golongan kayu konstruksi karena memiliki sifat-sifat kayu yang kuat, kaku, keras, berukuran besar dan memiliki keawetan yang tinggi. Kayu mangium mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan seratnya cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil.
Kayu mangium tergolong kelas awet II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun ke atas bila diolah dengan baik. Kayu mangium tergolong kelas kuat II, yang berarti mampu menahan lentur di atas 1100 kg/cm2 dan
meng-antisipasi kuat desak di atas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak digunakan sebagai bahan konstruksi maupun bahan mebel furnitur (Atmadilaga, 2010).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Susilowati (2013) menyatakan bahwa ekstrak daunAcacia mangiumyang diberikan kepada perkecambahan jagung dapat mengganggu proses fotosintesis atau proses pembelahan sel. Hal ini dilihat pada penekanan pertumbuhan dan
16 menjadi kekuning-kuningan, bengkaknya akar serta pertumbuhan rambut akar juga terganggu.
E. Akasia Putih
1) Klasifikasi dan Deskripsi Pohon
Klasifikasi pohon akasia putih secara taksonomi adalah sebagai berikut (Riswanto, 2011).
Rhegnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales
Famili : Mimosaceae Genus : Acacia Spesies :Acacia alba
17 2) Penyebaran dan Tempat Tumbuh
Penyebaran pohon akasia putih mencakup Australia Timur Laut, Papua Nugini, Maluku dan Irian Jaya (Gunawan, 1999 yang dikutip oleh Azizah, 2005). Jenis pohon tersebut merupakan jenis pohon cepat tumbuh dan berumur pendek (30--50 tahun). Pohon akasia putih dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan tahunan antara 1.000 mm/th dan 4.500 mm/th dan mempunyai rata-rata suhu udara 12--16 ºC (Hendrik, 2005).
3) Kegunaan Pohon
Kayu akasia putih memiliki ciri umum antara lain kayu teras berwarna coklat muda sampai coklat tua, batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Sifat fisik kayu akasia putih memiliki berat jenis rata-rata 0,63 (0,43--0,66) dan termasuk ke dalam kelas awet III dan kelas kuat II--III. Kegunaan kayu akasia putih antara lain sebagai bahan baku konstruksi ringan sampai berat, rangka pintu dan jendela, perabot rumah tangga, lantai, papan dinding, tiang, tiang pancang, selain itu juga digunakan sebagai bahan kayu bakar dan arang (Mandang dan Pandit, 2002).
F. Pengaruh alelopati terhadap tanaman
18 pembelahan sel, pertumbuhan, proses fotosintesis, proses respirasi, sintesis protein, dan proses-proses metabolisme yang lain. Pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan tanaman diuraikan sebagai berikut (Djafaruddin, 2004).
1. Senyawa alelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan.
2. Beberapa alelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan. 3. Beberapa alelopat dapat menghambat pertumbuhan yaitu dengan
mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan.
4. Beberapa senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat respirasi akar.
5. Senyawa alelopati memberikan pengaruh menghambat sintesis protein. 6. Beberapa senyawa alelopati dapat menurunkan daya permeabilitas
membran pada sel tumbuhan.
7. Senyawa alelopati dapat menghambat aktivitas enzim.
Senyawa alelokemis memberikan efek yang bersifat mencegah jenis tanaman yang akan bertunas dan tanaman yang baru tumbuh. Contoh senyawa
alelokemis yang dihasilkan olehAcacia ariculiformismisalnya senyawa yang mengandung samak, lilin, flavonoid, dan asam fenolik. Asam fenolik
19 jagung sebesar 20 % dan perkecambahan biji kacang tanah sebesar 30%. Sedangkan persentase perkecambahan pada biji yang tidak diberikan
perlakuan zat alelopati masing-masing adalah 90% untuk biji jagung dan 92% untuk biji kacang tanah (Ewusie, 1990).
20
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian adalah bulan Januari sampai dengan Juli 2015.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan adalah jangka sorong (vernier calliper) ketelitian hingga 0,1 mm, neraca analitik ketelitian 0,0001 gram, penggaris ukuran 30 cm dengan ketelitian 0,00333 mm, kertas label, kamera digital Canon 16,0 megapixel 5x optical zoom, gunting kecil ukuran 10 cm, mortal inersia, gelas piala, batang pengaduk lingkar, kertas saring, corong buchener, labu ukur 100 ml dan mesin Rotary Evaporator. Sedangkan bahan yang digunakan adalah semai akasia (Acacia auriculiformis), mangium (Acacia mangium), dan akasia putih (Acacia alba), alang-alang sebagai sumber zat alelopati, aquades, serta etanol
21 C. Metode Penelitian
22
Gambar 1. Desain percobaan secara faktorial (3x5) dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Keterangan :
A1B0 = semai akasia tanpa pemberian zat alelopati dari ekstrak alang-alang A1B1 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 25% A1B2 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 50% A1B3 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 75% A1B4 = semai akasia yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 100% A2B0 = semai mangium tanpa pemberian zat alelopati dari ekstrak alang-alang A2B1 = semai mangium yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 25% A2B2 = semai mangium yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 50% A2B3 = semai mangium yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 75% A2B4 = semai mangium yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 100% A3B0 = semai akasia putih tanpa pemberian zat alelopati dari ekstrak alang-alang A3B1 = semai akasia putih yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 25% A3B2 = semai akasia putih yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 50%
23 A3B3 = semai akasia putih yang diberi zat alelopati dari ekstrak alang-alang 75% A3B4 = semai akasia putih yang diberi zat alelopati dari alang-alang 100%
Bentuk umum dari model linear Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial adalah sebagai berikut.
Yijk =µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ ijk
Keterangan :
Yijk = hasil pengamatan pertumbuhan semai pohon jenis ke-i, konsentrasi alelopati ke-j dari alang-alang, dan ulangan ke-k
µ = nilai tengah umum
αi = pengaruh jenis semai tertentu pada taraf ke-i
βj = pengaruh konsentrasi alelopati dari ekstrak alang-alang pada taraf ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi antara semai pohon jenis ke-i dan
konsentrasi alelopati dari ekstrak alang-alang pada taraf ke-j
ijk = galat baku
D. Kegiatan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: penyemaian benih akasia, mangium, dan akasia putih; lalu penyapihan semai akasia, mangium, akasia putih; kemudian ekstraksi zat alelopati dari alang-alang sebagai sumber zat alelopati; dan setelah itu pemberian perlakuan ekstrak zat alelopati alang-alang terhadap semai.
1. Penyemaian benih akasia, mangium, dan akasia putih
24 diberi perlakuan skarifikasi untuk mematahkan dormansi pada benih. Cara skarifikasi yang dilakukan pada ketiga jenis benih akasia tersebut adalah dengan merendam benih ke dalam air panas bersuhu awal 650C, lalu
dibiarkan hingga 24 jam. Kemudian benih disemai pada bak kecambah yang berbahan plastik dengan ukuran 40 cm x 30 cm menggunakan media semai berupa pasir. Perkecambahan benih dimulai pada bulan Februari 2015. Setelah itu, benih diberikan perlakuan pemeliharaan seperti: penyiraman dan pembersihan gulma agar menghasilkan pertumbuhan kecambah yang optimal.
2. Penyapihan semai akasia, mangium, dan akasia putih
Penyapihan dilakukan dengan cara semai akasia, mangium, dan akasia putih dipindahkan ke dalam polibag dengan media tanah. Sebelum dipindahkan, semai diseleksi untuk memilih semai yang baik dengan keseragaman tinggi dan jumlah daun yang cukup banyak. Penyapihan semai dilakukan pada bulan April 2015, yaitu saat semai berumur 2 bulan.
3. Ekstraksi Zat Alelopati
Ekstraksi zat alelopati dari alang-alang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
25 b. Penjemuran alang-alang di bawah sinar matahari selama 1-2 hari
(tergantung kondisi cuaca). Kemudian dipotong kecil–kecil dan dihaluskan lalu disimpan pada wadah yang aman.
c. Ekstraksi zat alelopati alang-alang dengan Metode Maserasi. Alang-alang yang telah dihaluskan ditaruh di wadah kemudian diberi pelarut etanol CH3CH2OH 96% sebanyak 5 l, diaduk dan ditutup rapat selama 24 jam. d. Penyaringan bahan alang-alang untuk diekstraksi menggunakan mesin
Rotary Evaporator.
e. Pengaturan suhu dan tekanan pada tombol mesin Rotary Evaporator untuk mendapatkan hasil ekstrak yang maksimal. Kemudian dilakukan
pengenceran dengan konsentrasi yang diinginkan.
4. Pemberian perlakuan zat alelopati
Zat alelopati yang dihasilkan dari ekstrak alang-alang diberikan pada semai akasia, mangium, dan akasia putih yang telah disapih ke dalam polibag. Pemberian zat alelopati dilakukan setiap satu minggu selama 2 bulan dengan dosis zat alelopati yang berbeda, yaitu 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%.
E. Pengamatan
Variabel yang diamati dalam percobaan ini adalah sebagai berikut. 1. Tinggi semai
26 2. Diameter batang semai
Diameter batang semai diukur menggunakan kaliper dan dilakukan pada awal dan akhir penelitian.
3. Jumlah daun
4. Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung seluruh jumlah daun yang hidup pada semai. Pengukuran dilakukan pada awal dan akhir penelitian.
5. Persentase hidup semai
Persentase hidup semai dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Persentase hidup
=
100%
6. Berat kering total semai
Berat kering total dihitung dengan cara menimbang sampel semai yang telah dioven hingga bobot konstan. Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.
F. Analisis Data
1. Homogenitas Ragam
Homogenitas ragam diuji menggunakan uji Bartlett dan disajikan ke dalam bentuk tabel (Gaspersz, 1994).
a) Varians gabungan dari seluruh sampel (S2) Si2P1 = JKP1
n–1
S2 = {( ) }
( )
b) Harga Satuan (B)
B =(log ) ( 1)
27 c) Faktor Koreksi (K)
K =
1 +
( ) ( )χ2 hitung terkoreksi =
χ2tabel = χ2(1 )( 1)
Keterangan:
S2 = ragam gabungan
Si2 = ragam masing–masing perlakuan χ2 = khi kuadrat (lihat tabel)
ln 10 = 2,3026
t = banyaknya perlakuan n = banyaknya ulangan
Jika X2hitung> X2tabel, maka data yang diperoleh tidak homogen, sehingga perlu dilakukan transformasi data. Salah satu transformasi data yang lazim
digunakan transformasi + 1. Jika X2hitung< X2tabel. Setelah didapatkan data dengan keragaman yang homogen, maka analisis data dapat
dilanjutkan dengan analisis ragam.
d) Analisis ragam
28 JK (AB) = JKP–JKA–JKB
JKG = JKT–JKP
Keterangan:
FK = faktor koreksi
JKP = jumlah kuadrat perlakuan JKG = jumlah kuadrat galat JKT = jumlah kuadrat total
JKA = jumlah kuadrat perlakuan pada faktor A JKB = jumlah kuadrat perlakuan pada faktor B Y... = hasil pengamatan pertumbuhan
Yi. = hasil pengamatan pertumbuhan semai pohon jenis ke-i Y.j = hasil pengamatan pemberian alelopati ke-j dari alang-alang Yij = nilai pengamatan pertumbuhan pada semai pohon jenis ke-i dan
pemberian alelopati ke-j dari alang-alang
Yijk = hasil pengamatan pertumbuhan semai pohon jenis ke-i, konsentrasi alelopati ke-j dari alang-alang, dan ulangan ke-k R = jumlah ulangan
Jika Fhitung> Ftabel, maka terdapat paling tidak satu perlakuan yang
berpengaruh nyata dari beberapa perlakuan yang diberikan, sehingga harus dianalisis lebih lanjut dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Analisis ragam dilakukan pada taraf nyata 5%.
e) Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) digunakan untuk mengetahui pengaruh zat alelopati dari alang-alang yang paling lemah terhadap pertumbuhan semai akasia, mangium, dan akasia putih. Perhitungan dilakukan pada taraf nyata 5%. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
BNT = tα/2(v).Sd
Sd =
Keterangan :
45
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Zat alelopati dari alang-alang berpengaruh terhadap pertumbuhan semai
akasia, mangium, dan akasia putih. Konsentrasi zat alelopati dari alang-alang yang berpengaruh negatif paling kuat terhadap pertumbuhan semai adalah konsentrasi 100%.
2. Jenis semai yang paling tahan terhadap zat alelopati alang-alang adalah semai mangium. Zat alelopati alang-alang berpengaruh paling lemah pada berat kering total semai mangium dibandingkan dengan semai akasia dan akasia putih.
44 B. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Diperlukan pengendalian alang-alang secara intensif pada awal penanaman semai akasia, mangium, dan akasia putih agar pertumbuhan semai tidak terhambat oleh zat alelopati yang dikeluarkan oleh alang-alang.
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Alfiatus. 2013.Pengaruh Alelopati daun alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap perkecambahan biji terong (Solanum melongena). Skripsi. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. 66 p.
Asriani. 2013.Pengaruh alelopati alang-alang (Imperata cylindrica) terhadap perkecambahan dan pertumbuhan centro (Centrosema pubescens).Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. 65 p.
Atmadilaga, A. 2010. Mengenal jenis dan ciri kayu yang sering digunakan sebagai bahan konstruksi. Kampuz Sipil. November. 2010. Atmadilaga Zone. 15 Oktober. 2014. http://kampuzsipil.blogspot.com/2010/11/mengenal-jenis-dan-ciri-kayu.html. 3 p.
Attamimi. 2003.Wawasan Ilmu Farmasi. Buku. Universitas Muslim Indonesia. Makassar. 89 p.
Attamimi. 2011. Keanekaragaman hayati tumbuhan Indonesia. September 2011. Blog Prosea Kehati. 15 Oktober 2014.
http://proseakehati.blogspot.com/2011/09/keanekaragaman-hayati-tumbuhan-indonesia.html. 3p.
Azizah. 2005.Ekologi Tumbuhan.Buku. Raja Grafindo. Jakarta. 125 p. Bima. 2010.Alelopati. Buku. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. 174 p. Damaru. 2011.Alang-alang. Makalah Ekologi Tumbuhan. Universitas Sumatera
Utara. Medan. 29 p.
Danida Forest Seed Centre. 2000.Informasi Singkat Benih Akasia. CSIRO. Forestry and Forest Product. 2 p.
47 Djunaedi, D. 1997.Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Buku.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 21 p.
Doran, J.C., Boland, D.J., Turnbull J.W. and Gunn, B.V. 1983.Handbook on Seeds of dry-zone Acacias. A guide for collection, extracting, cleaning and storing the seed and for treatment to promote germination of dry-zone acacias. FAO. 92 p. Ewusie, J. Y. 1990.Pengantar Ekologi. Buku. Terjemahan oleh Usman Tanuwidjaja.
ITB Press. Bandung. 72 p.
Gardner, F.P. 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya. Buku. UI Press. Jakarta. 124 p. Gaspersz, V. 1994.Metode Rancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Teknik
dan Biologi. Buku. CV Armico. Bandung. 472 p.
Hartini, S. 2006.Penghambatan perkecambahan biji dan pertumbuhan anakan akasia dengan zat penghambat tumbuh dan naungan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 119 p.
Hendrik. 2005.Fisiologi Lingkungan Tanaman.Buku. Penerbit Kanisius. Jakarta. 22 p.
Indriyanto. 2008.Ekologi Hutan. Buku. Penerbit Bumi Aksara. 210 p.
Indriyanto. 2012.Dendrologi: Teori dan Praktik Menyidik Pohon. Buku. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 232 p.
Krisnawati, H., M. Kallio, M. Kanninen. 2011.Acacia Mangium Willd. Ekologi, Silvikultur, dan Produktivitas. Buku. CIFOR. Bogor. 26 p.
Mandang, Y.I. dan I. K. Pandit. 1997.Pedoman Identifikasi Jenis Kayu Lapangan. Buku Seri Manual. Yayasan Porsea. Bogor. 195 p.
Mulyana, D. dan C. Asmarahman. 2010. 7Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Buku. PT Agro Media Pustaka. Jakarta. 133 p.
Naning, Y. 2013.Pengaruh metode ekstraksi dan ukuran benih terhadap mutu fisik fisiologis benih akasia.Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol. 10 (3). 129--137 p.
48 Purwitasari, Hania. 2011.Biomassa pohon akasia mangium (Acacia mangium).
Jurnal Penelitian.Vol. 26 (4). 50--66 p.
Rijal, N. 2009.Mekanisme dan penerapan serta peranan alelopati dalam bidang pertanian.Jurnal Penelitian. Vol. 40 (1). 80 p.
Ryan, A. K. 2014. Pengaruh alang-alang terhadap pertumbuhan semai Gmelina arborea. Jurnal Penelitian. Vol. 35 (1). 31--42 p.
Riswanto, I. 2011.Deskripsi dan Morfologi Tumbuhan Famili Fabaceae, Mimosaceae, Papilonaceae, Anacardiaceae. Buku. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto. 29 p.
Rusyana, Y. 2011. Flora Indonesia (Botanical Survival). Blog Flora Indonesia. Yaya Rusyana. Juni. 2011. Blog Yaya Rusyana. 15 Oktober 2014.
http://floranegeriku.blogspot.com/2011/06/akasia-mangium-acacia-mangium-willd.html. 3 p.
Salasbury, F.B. dan Ross. 1995.Fisiologi Tumbuhan.Buku. ITB Press. Bandung. 212 p.
Sastroutomo. 1990.Ekologi Gulma. Buku. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 342 p. Sastrosupadi. 2000.Rancangan Percobaan Praktis untuk Bidang Pertanian. Buku.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 30 p.
Soekisman. 1994.Pengolahan Gulma. Buku. Gramedia Pustaka. Jakarta. 96 p. Susilowati. 2013.Alelopati. Buku. Universitas Jambi. Jambi. 83 p.
Taylor, D. dan K. Awang. 1993.Acacia mangium: Growing and Utilisation. Book. Forestry Research Support Programme for Asia Pacific (FORSPA) and Forest Tree Improvement Project (FORTIP). 280 p.
Taylor, D. 1994.Treatments to Promote Seed Germination Acacias.
Proceedings of International Workshop in Australia 4-7 August 1986. ACIAR Proceedings No. 16:57. 63 p.