i ABSTRAK
PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA
MATERI POKOK VERTEBRATA
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh IRNA YULYATI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media audio- visual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi pokok vertebrata oleh siswa SMA Negeri 13 BandarLampung. Desain penelitian ini adalah pretes-postes ekuivalen. Sampel pada penelitian adalah siswa kelas X1 dan X2 yang dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling. Data penelitian berupa data kualitatif yaitu aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi. Data kuantitatif yaitu penguasaan materi oleh siswa yang diperoleh dari pretes dan postes pada setiap pertemuan. Analisis data aktivitas siswa menggunakan analisis deskriptif, sedangkan penguasaan materi menggunakan analisis uji-t dan uji U dengan menggunakan program SPSS 17.
ii
(3,3 %). Hasil aktivitas belajar siswa rata-rata berkriteria sedang. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen berkriteria cukup. Pada aspek mengemukakan pendapat 59,86 % bekerjasama 72,38%, presentasi 68,42%, bertanya 51,92% dan menjawab pertanyaan 51,96%, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata aktivitas belajar siswa berkriteria baik. Aspek mengemukakan pendapat 61,85 % bekerjasama 76,95%, presentasi 69,73%, bertanya 55,90% dan menjawab pertanyaan 57,91%.
Media audiovisual melalui Model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak berpengaruh terhadap penguasaan materi pokok vertebrata pada kelas eksperimen. Indikator kognitif N-Gain kategori tinggi adalah pengetahuan (C1) dan
pemahaman (C2), sedangkan indikator kognitif N-Gain kategori rendah adalah penerapan (C3) dan kreasi (C6). Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan media audio-visual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi pokok vertebrata oleh siswa SMA Negeri 13 Bandarlampung.
PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWAPADA
MATERI POKOK VERTEBRATA
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)
(Skripsi)
Oleh IRNA YULYATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Krui, kecamatan Pesisir Tengah, kabupaten Pesisir Barat pada tanggal 08 Agustus 1991. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara sebagai buah kasih pasangan Bapak Khairun Nazir dan Ibu Nis Batun.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Krui Tahun (1997-2003), kemudian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Krui pada tahun (2003-2006), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Krui pada tahun (2006- 2009).
Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Unila melalui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum biologi umum tahun 2011.
Moto
“
Dan sesungguhnya Allah akan menolong siapa yang menolong agamanya.
Sesungguhnya Alah Maha Perkasa lagi Maha Kuasa ”
(Al Hajj: 40)
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhannya hal itu
berat kecuali bagi orang yang khusyu.
(Alquran, 2:45)
Lebih baik berjalan perlahan-lahan daripada berdiam diri saja (Merry Riana)
Berani bertindak belum tentu menjamin keberhasilan, namun tidak bertindak
sudah pasti menjamin kegagalan
Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:
Ebakku Khairun Nazir dan Emakku Nis Batun
yang telah mendidik dan membesarkanku dengan doa, kesabaran dan limpahan cinta yang takkan
pernah bisa terbalas, serta selalu mendoakan dan menunggu keberhasilanku
Udo Hendra Winata, Dongah Leo Kapisa, Abang Imronsyah A.md
dan Adek Wardi Yamin
yang selalu memberikan doa, cinta, motivasi dan kasih sayangnya serta menantikan keberhasilanku
Keluarga Besar Ayah HI, Husni Yamin. S.Ip dan Keluarga Besar Ngh Santi Triana. SE
Terima kasih atas rasa kekeluarganya selama ini
Seluruh pengajar
Terimakasih atas bimbingan yang diberikan padaku hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Media Audio-visual Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)Terhadap Aktivitas Dan Penguasaan Materi Oleh Siswa pada Materi Pokok Vertebrata (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Pramudyanti, S.S.i., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi. 4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
7. Triyatmo, S.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 13 Bandar Lampung dan Junaidi, S.Pd,. selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas X1 dan X2 SMA Negeri 13 Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 9. Sahabat-sahabatku terima kasih atas semangat kebersamaan dan kekeluargaan
yang terjalin hingga saat ini
10.Rekan-rekan Keluarga Biologi (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2009), kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan yang kalian berikan;
11.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 2014 Penulis
DAFTAR TABEL ... xv
D. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) ... 20
E. Aktivitas dalam pembelajaran ... 24
F. Penguasaan Materi Pembelajaran Biologi ... 26
III. METODE PENELITIAN
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58
LAMPIRAN 1. Silabus ... 61
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 65
3. Lembar Kerja Siswa ... 77
4. Lembar jawaban LKS... 88
5. Rubrik LKS... 94
6. Kisi-kisi Pretes dan Postes ... 102
7. Soal pretes dan postes... 108
8. Rubrik pretes dan postes... 111
9. Data Hasil Penelitian ... 114
Tabel Halaman
1. Lembar Observasi Aktivitas Belajar ... 34
2. Kriteria perolehan N-Gain ... 35
3. Kriteria klasifikasi indeks aktivitas siswa... 34
4. Tafsiran kriteria Persentase Aktivitas Siswa.. ... 36
5. Hasil aktivitas belajar... 40
6. Hasil Uji Pretes, Postes dan N-Gain Penguasaan Materi ... 41
7. Hasil Uji Indikator Kognitif N-Gain C1, C2, C3 dan C6 ... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... ... 9 2. Desain pretes postes kelompok non ekuivalen ... ... 28 3. Contoh jawaban siswa pengisian LKS pada kelasa eksperimen
………... 54
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini pendidikan mengalami perkembangan yang pesat. Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya,
masyarakat, bangsa, dan negara (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional). Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka
mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2004: 79).
Salah satu proses yang penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas sebaiknya tidak hanya
dibentuk oleh data rata-rata nilai UN untuk SMA tahun ajaran 2010/2011. Rata-rata UN untuk SMA di Lampung adalah 6,91 dan menempati Lampung di posisi delapan nasional (Anonim 2011: 11)
Hasil observasi di SMA Negeri 13 Bandar Lampung pelajaran biologi masih disampaikan dalam bentuk yang abstrak. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, metode yang seringkali dilakukan oleh guru adalah metode ceramah dan kadang-kadang diskusi informasi. Aktivitas siswa juga
cenderung pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting saja. Menurut Sardiman (2007: 95), aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja tetapi pendidikan sekarang mengutamakan aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Metode diskusi informasi yang berlangsung di SMA Negeri 13 Bandar Lampung selama ini kurang efektif karena tidak melibatkan semua anggota kelompok untuk berkontribusi memberikan pendapat, sehingga hanya pendapat beberapa orang saja yang mendominasi dalam kelompoknya sementara anggota kelompok yang lain pasif.
Kurang efektifnya penggunaan metode dan media tersebut diduga berdampak terhadap aktivitas dan penguasaan materi yang diserap siswa kurang optimal sehingga secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Data ulangan harian siswa kelas X semester genap pada materi pokok Veretebrata tahun pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa rata- rata nilai yang diperoleh siswa mencapai 60, sedangkan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu ≥ 70 pada sub materi vertebrata.
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM pada sub materi vertebrata tahun pelajaran 2011/2012 mencapai 60%.
Rendahnya penguasaan materi biologi di atas perlu ditingkatkan. Untuk mewujudkan peningkatan tersebut perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan, khususnya dalam hal model dan media yang digunakan. Perlu dikembangkan model dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pelajaran biologi dan dapat mengakomodasi perbedaan indidvidu siswa, sebagaimana dijelaskan oleh Dimyati (2006: 66), bahwa untuk mengakomodasi perbedaan individu siswa, guru perlu menentukan model pembelajaran yang melayani semua siswa dan merancang berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran. Jika perbedaan individu siswa dapat dilayani maka semua interaksi dalam pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan akan diperoleh hasil yang maksimal.
dapat dioptimalkan. Penggunaan media audio-visual juga memberikan kesan berbeda pada saat pembelajaran, karena media audio-visual mempunyai beberapa kelebihan yaitu salah satunya siswa bisa melihat keadaan yang kita maksud tanpa harus melihat keadaan secara langsung.
Media audio-visual ini dapat digunakan dengan baik apabila disampaikan dengan model pembelajaran yang tepat, seperti model yang dapat melibatkan sebagian besar siswa secara aktif. Salah satu model yang sesuai adalah model pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa adalah model
pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa (Ratumanan dalam Trianto, 2009: 62).
Penerapan model pembelajaran STAD, siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran karena setiap siswa saling bertukar informasi di dalam
kelompoknya sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat. Kelebihan
dari model pembelajaran tipe STAD yaitu (1) siswa bekerja sama dalam
Hasil penelitian Fakriyah (2009: 30) menunjukan model pembelajaran STAD
yang di lengkapi dengan media audio-visual pada materi pokok jamur dapat
meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi, hasil penelitian Suwardana
(2011: 44) menunjukan penggunaan model pembelajaran tipe STAD dapat
meningkatkan penguasaan materi siswa pada materi pokok sistem ekskresi.
Hasil penelitian Sulastri (2011: 31) menunjukan bahwa penggunaan model
pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada
materi pokok ekosistem.
Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Media Audio-Visual melalui Model Pembelajaran Cooperative
Tipe Student Team Achievement Division (STAD) terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi oleh Siswa pada Materi Pokok Vertebrata kelas X
SMA Negeri 13 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013”
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh media Audio-visual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatkan aktivitas belajar pada materi vertebrata pada di SMA Negeri 13 Bandar Lampung?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui:
1. Peningkatan aktivitas belajar dengan media audio-visual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok vertebrata di SMA Negeri 13 Bandar Lampung
2. Peningkatan penguasaan materi dengan media audio-visual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD oleh siswa pada materi vertebrata di SMA Negeri 13 Bandar Lampung
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian eksperimen ini adalah: 1. Bagi guru yaitu menjadikan media audio-visual melalui model STAD
sebagai salah satu alternatif teknik pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran Biologi.
2. Bagi siswa yaitu dapat memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa.
D.Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Media audio-visual yang dimaksud adalah teks (grafis), gambar, audio,dan visual, kemudian diproyeksikan ke layar dengan bantuan komputer atau laptop, sound sistem, dan LCD
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu pembelajaran kooperatif yang terdiri atas lima langkah yaitu: Presentasi Kelas, Tim, Kuis, Skor Kemajuan Individual, dan Rekognisi Tim.
3. Aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu (1) kemampuan mengemukakan pendapat/ide di dalam kelompok, (2) bekerjasama dengan teman anggota kelompok, (3) mempresentasikan hasil diskusi kelompok, (4) kemampuan bertanya, (5) kemampuan menjawab pertanyaan.
4. Penguasaan materi yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-Gain pada sub materi pokok vertebrata
E.Kerangka Pikir
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup, interaksinya mahluk hidup dengan mahluk hidup yang lainnya dan interaksinya dengan lingkungannya. sebagian besar siswa beranggapan bahwa biologi merupakan pelajaran yang cukup sulit dipahami, suatu proses pembelajaran yang tidak semua sistem belajar akan berjalan seperti apa yang diinginkan. Masing – masing siswa mempunyai karakter yang berbeda- beda dalam memahami pelajaran yang di sampaikan oleh guru salah satu faktor penyebab ketidaktuntasan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang di gunakan guru dalam mengajar mempunyai dampak yang besar terhadap aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa. Pada dasarnya belajar merupakan suatu bentuk usaha yang di lakukan individu untuk memperoleh ilmu, berlatih, dan mengubah tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Sehingga guru harus mampu memberikan
pengalaman kepada siswa agar siswa memperoleh pengalaman yang positif. Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran dan juga akan berpengaruh pada
penguasaan materi yang diserap siswa akan optimal.
koperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang sangat sederhana dan dapat membantu siswa memahami konsep-konsep sulit yang sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerjasama, kreativitas, berpikir kritis, serta ada kemauan membantu teman.
Variabel yang digunakan didalam penelitian ini adalah varibel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah media audio-visual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (X), sedangkan variabel terikatnya terdiri dari aktivitas siswa (Y1), dan penguasaan materi siswa (Y2). Hubungan antara variabel tersebut di gambarkan dalam diagram berikut ini:
Keterangan:
X: media audio-visual melalui Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe (STAD)
Y1: Aktivitas siswa, Y2: Penguasaan materi siswa. Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0 = tidak ada pengaruh media audio-visual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok vertebrata di SMA N 13 Bandar Lampung
Y1
x
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
Media dapat di jadikan suatu faktor pendukung dalam menerapkan sistem pembelajaran. Penggunaan media akan membuat proses belajar berbeda karena media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran sehingga dapat membuat siswa lebih paham dengan materi yang di sampaikan oleh guru.
Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997: 2) Media merupakan segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi, sedangkan menurut Djamarah(1995: 136) media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai tujuan pembelajaran. Gagne (dalam Sadiman, 2005: 6-7) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya pembelajaran. Briggs (dalam Sadiman, 2005: 6-7) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat mengajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. Selain itu media juga memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya dan membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. Media juga dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis (Komang, 2011: 26).
Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran informasi. Gagne dalam (Musfiqon, 2012:27) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Jadi, media merupakan alat bantu yang digunakan guru dengan desain yang disesuaikan untuk meningkatkan kualitas belajar yang berfungsi untuk menjelaskan sebagian dari keseluruhan program pembelajaran yang sulit dijelaskan secara verbal.
1. Kesesuaian atau relevansi, artinya media pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan belajar, rencana kegiatan belajar, program kegiatan belajar, dan karakteristik peserta didik.
2. Kemudahan, artinya semua isi pembelajaran melalui media harus mudah dimengerti, dipelajari atau dipahami oleh peserta didik dan sangat operasional dalam penggunaannya.
3. Kemenarikan, artinya media pembelajaran harus mampu menarik maupun merangsang perhatian peserta didik, baik tampilan, pilihan warna, maupun isinya.
4. Kemanfaatan, artinya isi media pembelajaran harus bernilai atau berguna, mengandung manfaat bagi pemahaman materi pembelajaran serta
ketidakmubaziran atau sia-sia apalagi merusak peserta didik.
Media pengajaran memiliki keampuhan masing-masing, untuk itu butuh ketelitian dari guru untuk menentukan media yang paling sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Sudjana dan Rivai (dalam Djamarah dan Zain, 2006:150-151) menyatakan ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam
menentukan media pembelajaran, yaitu : 1. Tujuan
Media hendaknya menunjang tujuan instruksional yang telah dirumuskan. 2. Ketepatgunaan (validitas)
Tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari. 3. Keadaan peserta didik
Kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta didik, dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu pertimbangan.
4. Ketersediaan
Pemilihan perlu memperhatikan ada/tidak media tersedia di sekolah/ perpustakaan serta mudah sulitnya diperoleh.
5. Mutu Teknis
Media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik. 6. Biaya
Biaya yang dikeluarkan harus dipertimbangkan apakah sesuai dengan hasil yang dicapai atau tidak.
Arsyad (2006: 21-23), mengemukakan bahwa dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut:
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkan teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan,
4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat, 5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan
gambar sebagai media terorganisasi dengan baik, spesifik dan jelas, 6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau
diperlukan,
7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan,
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
Sedangkan menurut Angkowo (2007: 11), media pembelajaran dapat
digunakan untuk menciptakan komunikasi yang efektif antara guru dan murid. Media pembelajaran dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Media pembelajaran
mengandung aspek-aspek alat dan teknik yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar
B. Media Pembelajaran Audio-Visual
ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar dan yang dapat dilihat dan didengar (Rohani, 1997: 97-98)
Secara umum, menurut Davies (1991: 152) bahan audio-visual mempunyai lima sifat, yaitu:
1. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi 2. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian
3. Kemampuan untuk meningkatkan transfer/pengalihan belajar
4. Kemampuan untuk memberi penguat (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai
5. Kemampuan untuk meningkatkan retensi
Pengetahuan tentang keunggulan dan keterbatasan setiap jenis media menjadi hal yang penting. Setiap guru dapat memperkecil kelemahan atas media yang dipilih sekaligus dapat langsung memilih berdasarkan kriteria yang
dikehendaki. Menurut Rohani (1997: 28-29) pemilihan dan pemanfaat media perlu memperhatikan kriteria berikut:
1. Tujuan
Media hendak menunjang tujuan instruksional yang telah dirumuskan 2. Ketepatgunaan (validitas)
Tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yangdipelajari 3. Keadaan peserta didik
Kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta didik, dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu pertimbangan
Pemilihan perlu memperhatikan ada/tidak ada media tersedia di sekolahan/ perpustakaan serta mudah sulitnya diperoleh
5. Mutu teknis
Media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik
6. Biaya, hal ini merupakan pertimbangan bahwa biaya yang dikeluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada kesesuain atau tidak
C. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda ( Slavin, 2011: 103). Menurut pendapat Lie (dalam Tukiran 2011: 56 ) bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur – unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar-benar akan
memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih, keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat
antara sesama anggota kelompok (Solihatin dan Raharjo, dalam Tukiran 2011: 56).
Selanjutnya Arends (dalam Trianto 2010: 65-66) berpendapat bahwa
“pembelajaran kooperatif” memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang beragam.
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
Roger dan Johnson (dalam Lie, 2008: 31) mengatakan bahwa semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Pencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yang
meliputi:
1. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka
Dalam cooperative learning setiap kelompok harus diberikan
menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
4. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga
merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang
ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, pembelajaran kooperatif juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat untuk memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan.
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif ( Slavin, 2011: 143). Model pembelajaran tipe STAD yang dikembangkan oleh Slavin ini
merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2009:51 dalam Tukiran, 2011: 64). Tiga konsep penting bagi semua metode PTS ( Pembelajaran Tim Siswa) sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (2011: 10) yaitu penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama
1. Penghargaan bagi tim
2. Tanggung jawab individual
Bahwa kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu timnya.
3. Kesempatan sukses yang sama
Semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara
meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah semuanya sama- sama ditantang untuk melakukan yang terbaik, dan bahwa kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.
Berikut ini adalah tahapan atau sintaks dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut (Slavin, 2011: 143-146):
1. Presentasi Kelas
dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka mereka menentukan skor tim mereka
2. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekan kan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antarkelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstrem
3. Kuis
dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya
4. Skor kemajuan individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada
sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa
selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan
tingkat kenaikan skor kuis mereka di bandingkan dengan skor awal mereka 5. Rekognisi Tim
Tim akan mendpatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata- rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka
Menurut Sharan (dalam Tukiran, 2011: 66) menjelaskan bahwa langkah- langkah untuk menggunakan STAD adalah sebagai berikut:
a. Buatlah salinan lembar rekapitulasi kelompok
b. Merangking siswa, dari yang paling pintar ke paling kurang pintar c. Tentukan jumlah anggota kelompok, jika memungkinkan tiap – tiap
kelompok harus memilih empat anggota
f. Tentukan nilai dasar
E. Aktivitas dalam Pembelajaran
Aktivitas belajar siswa sangat diperlukan agar proses pembelajaran menjadi berkualitas dengan melibatkan langsung siswa dalam kegiatan pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2007: 95) bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar
merupakan kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang di lakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.
Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa.
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2002: 172). Dierich (dalam Hamalik, 2004:172-173) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok yaitu sebagai berikut:
1. Kegiatan-kegiatan visual yaitu membaca, melihat gambar-gambar,
mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan, atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.
4. Kegiatan-kegiatan menulis yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.
5.Kegiatan-kegiatan menggambar yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.
6.Kegiatan-kegiatan metrik yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.
7.Kegiatan-kegiatan mental yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8.Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Manfaat aktivitas belajar dalam proses pembelajaran menurut Hamalik (2003:91) adalah:
a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. b. Berbuat sendiri dan akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa. c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada
d. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individu.
e. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar demokrasi, kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat.
f. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, guru dengan orang tua, siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa. g. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit,
sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis.
h. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.
F. Penguasaan Materi dalam Pembelajaran
Pada setiap pertemuan dalam proses pembelajaran diharapkan bagi siswa mampu menguasai materi pelajaran. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003: 115). Sedangkan Awaluddin (2008: 1) menyatakan bahwa materi pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang
diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
3. Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan
sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.
4. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain. 5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan
6. Penilaian atau evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (1994: 1) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Arikunto (2008: 53) menyatakan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru
III. METODE PENELITIAN
A. WaktudanTempatPenelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei2013 di SMA Negeri 13Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasimerupakankelompokbesar yang menjadisasaranatau target suatupenelitian. Populasipadapenelitianiniadalahseluruhsiswa semester genapkelasX SMA N 13 Bandar Lampung TahunAjaran
2012/2013.Untukmemperolehinformasidan data yang
mewakilipopulasipenelitianmakaperludilakukantindakanpenarikansampelpen elitian.Sampelpenelitianmerupakankelompokkecilyang
mewakilikelompokbesardalampopulasipenelitian.
Padapenelitianiniteknikpengambilansampelmenggunakan sampling acakkelompok(Cluster Random
C. DesainPenelitian
Penelitianinimerupakaneksperimentalsemu(quasi
eksperiment)dengandesainpretes-posteskelompoktakekuivalen.Kelaseksperimen (kelas X1)
diberiperlakuandenganpenggunaan media audiovisualmelalui model STAD , sementarakelaskontrol (kelas X2) diberiperlakuandengan tanpa penggunaan media audiovisual melalui metode diskusi. Setelahitu,
keduakelompokdiberites/soalpenyelesaianmasalahberupasoal essay yang sama di awaldanakhirkegiatanpembelajaran
(pretes-postes).Padakelompokeksperimendankelompokkontrolmendapattesawal (pretes) dantesakhir (postes) sehinggastrukturdesainnyasebagaiberikut:
Keterangan: K1 = Kelaseksperimen; K2 = Kelas kontrol; O1 = Pretes; O2 = Postes; X = Perlakuan eksperimen; dan C = Kontrol(DimodifikasiHadjar, 99: 535).
Gambar 2.Desainpretes-postestakekuivalen
D. ProsedurPenelitian
1. Prapenelitian
Persiapan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
K1 O1 X O2
2. Menetapkan sampel penelitian untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
3. Membentuk kelompok yang heterogen berdasarkan jenis kelamin dan nilai akademik semester ganjil.
4. Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan penggunaan media audiovisual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen dan tanpa penggunaan media audiovisual melalui metode diskusipada kelas kontrol.
5. Membuat lembar kerja siswa yang akan dikerjakan dalam kelompok dan membuat instrumen evaluasi kognitif berupa soal pretes dan postes.
6. Membuat instrumen lembar observasi aktivitas siswa. 2. PelaksanaanPenelitian
KelasEksperimen(penggunaan media audio-visual melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD)
a. Pendahuluan
1. Guru memberikansoalpretesberupasoalEsai 2. Guru memberikan apersepsi
Pertemuan
1:(gurumenggalipengetahuanawalsiswadenganmeyajikanme dia audio-visual memperlihatkan gambar dari salah satu
hewan vertebrata, Kemudian guru
memberikanpertanyaanKingdom Animalia dikelompokkan
Pertemuan
2:(gurumenggalipengetahuanawalsiswadenganmeyajikan media audio-visual memperlihatkan gambar dari salah satu
hewan vertebrata,Sebutkan 5 kelasVertebrata
3. Guru memberikan motivasi:
pertemuan 1: Guru menyatakanbahwahewan di
sekitarkitaada yang Invertebratajuga Vertebrata sehinggadenganbelajar Vertebrata
siswadapatmembedakanantaraInvertebratadengan Vertebrata.
Pertemuan kedua: Guru menyebutkanbahwakebutuhan
protein hewanitubuhkitadipenuhioleh Vertebrata salahsatunyaikan yang termasukkedalamkelasPsces. Setelahmempelajarimateri Vertebrata
siswadapatmengetahuiperanan
Vertebratadalamkehidupansehari-hari.
4. Guru menyampaikan indikator, dan tujuan pembelajaran. b. Kegiataninti
1. Siswa membentuk kelompok belajar yang telah ditentukan oleh guru terdiri dari 4-5 orang siswa.
2. Guru menyajikan media audio-visual 3. Guru membagikan lembar kerja siswa
- Tugas dikerjakan secara berkelompok, setiap anggota kelompok harus membantu satu sama lain dan bertanggung jawab agar setiap anggota
kelompoknya memahami materi yang dipelajari karena keberhasilan
individu mempengaruhi keberhasilan kelompok.
5. Guru membimbing dan menjadi fasilisator kelompok belajar yang mengalami kesulitan.
6. Siswa melakukan presentasi hasil diskusi kelompok di depan kelas. 7. Kelompok presentasi memberikan kesempatan kepada kelompok
lain untuk bertanya.
8. Guru membahas kembali dan membenahi hasil diskusi LKS yang telah dipresentasikan, selain itu guru juga mengenalkan konsep-konsep yang terdapat dalam materi tersebut sekaligus membenahi konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah.
c. Penutup
1. Siswa bersama-sama guru mengulas materi yang telah dipelajari.
2. Siswabersama-sama guru menarikkesimpulan. 3. Siswamengerjakansoalpostespadapertemuanterakhir. 4. Siswauntukmembacakanmateri yang
akandibahaspadapertemuanselanjutnya.
Kelas kontrol (tanpa penggunaan media audio-visual melalui Metode diskusi)
a.Pendahuluan
Pertemuan 1:(gurumenggalipengetahuanawalsiswadengan
memberikanpertanyaanKingdom Animalia dikelompokkan
menjadi Invertebrata dan Vertebrata berdasarkan tulang belakang yang di miliki. Sebutkancontohhewanvertebrata?
Pertemuan 2:(gurumenggalipengetahuanawalsiswa dengan
memberikan pertanyaan ,Sebutkan 5 kelas Vertebrata!
3. Guru memberikan motivasi :
pertemuan 1: Guru menyatakanbahwahewan di sekitarkitaada
yang Invertebratajuga Vertebrata sehinggadenganbelajar Vertebrata siswadapatmembedakanantaraInvertebratadengan Vertebrata.
Pertemuan kedua: Guru menyebutkanbahwakebutuhan protein
hewanitubuhkitadipenuhioleh Vertebrata salahsatunyaikan yang termasukkedalamkelas Pisces. Setelahmempelajarimateri Vertebrata siswadapatmengetahuiperanan
Vertebratadalamkehidupansehari-hari.
4. Guru menyampaikan indikator, dan tujuan pembelajaran. b. Kegiataninti
1. Siswa membentuk kelompok belajar yang telah ditentukan oleh guru terdiri dari 4-5 orang siswa.
2. Guru membagikan lembar kerja siswa
3. Guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan LKS
5. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
6. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya kepada kelompok yang sedang presentasi
7. Guru membahas kembali dan membenahi hasil diskusi LKS yang telah dipresentasikan, selain itu guru juga mengenalkan konsep-konsep yang
terdapat dalam materi tersebut sekaligus membenahi konsepsi siswa
yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah
C. Penutup
1. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi pelajaran yang telah disampaikan
2. Guru memberikan tugas rumah pada siswa 3. Guru memberikan soal postes berupa esai
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data
a. AktivitasSiswa
Jenis data aktivitassiswaberupa data kualitatif yang
diperolehdarilembarobservasiaktivitassiswa dan angket tanggapan siswa
b. Penguasaan Materi
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: a. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasiaktivitas siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda check list (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Lembarobservasi yang digunakandalampengambilan data
D. Kemampuan bertanya
1. Tidak mengajukan pertanyaan (diam saja) 2. Mengajukanpertanyaan
E. Kemampuanmenjawabpertanyaan 1. Tidakmenjawabpertanyaan 2. Menjawabpertanyaan
yangmengarahdansesuaidenganpermasalahanpadamateripokokvert ebrata dalam dunia hewan.
b. Penguasaan Materi
Data penguasaan materi berupa nilai pretes dan postes diambil pada setiap pertemuan. Nilai pretes diperoleh sebelum pembelajaran baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, sedangkan nilai postes diperoleh setelah pembelajaran baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Kemudian dihitung N-Gain nya, lalu dianalisis secara statistik.MenghitungN-Gainmenggunakanrumus sebagai berikut:
̅ ̅ ̅
Keterangan:
N-gain = rata-rata N-gain Spost = rata-rata skorpostes
Spre = rata-rata skorpretes
Smax = skormaksimum(Hake, 1999:1)
Tabel 2: PerolehanN-Gain terdapattigakategoriyaitu: No N-Gain kategori
F. TeknisAnalisis Data
1. Aktivitas Siswa
Data aktivitassiswaselama proses pembelajaranberlangsungmerupakan data yang diambilmelaluiobservasi. Data
tersebutdianalisisdenganmenggunakanindeksaktivitassiswadenganmen ghitung rata–rata
skoraktivitassiswamenggunakanrumussebagaiberikut:
Keterangan:= Rata-rata skoraktivitassiswa; ∑xi = Jumlahskor yang
diperoleh; n = Jumlahskormaksimum (10) (HakedalamBelina, 2008:37)).
MenafsirkanataumenentukankategoriIndeksAktivitasSiswasesuaiklasifi kasipadaTabel3
Tabel 3. KlasifikasiIndeksAktivitasSiswa
Interval Kategori 81-100% Sangat baik
61-80% Baik
41-60% Cukup
21-40% Kurang
0-20% Kurang sekali Sumber: Arikunto(2003: 38)
2. Penguasaan Materi 1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan software SPSS versi 17.
H0 = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal b. Kriteria pengujian
Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005:466).
2) Uji Homogenitas Data
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka
dilanjutkan dengan ujihomogenitasuntukmengetahuiapakah data yang diperolehmemilikivarians yang samadengan menggunakan ujiBartletdenganprogram SPSS versi 17.
a. Rumusan Hipotesis
H0 = kedua data mempunyai varians yang sama H1 = kedua data mempunyai varians berbeda
b. Kriteria Uji
- Jika χ2hitung<χ2 tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0diterima
- Jika χ2hitung>χ2 tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak(Pratisto, 2004:18)
3) Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.
H0 = Rata-rata N-Gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-Gain kedua sampel tidak sama b) Kriteria Uji
- Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka H0diterima - Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka
H0ditolak(Pratisto, 2004:18) b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
a) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-Gainpada kelas eksperimen sama dengankelompok kontrol.
H1 = Rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen meningkat. b) Kriteria Uji :
- Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka H0 diterima
- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:12)
4) UjiMann-Whitney U 1. Hipotesis
H0= rata-rata nilaikeduasampelberbedatidaksignifikan H1 = rata-rata nilaikeduasampelberbedasecarasignifikan 2. KriteriaUji:
Jikaprobabilitasnya> 0.05,maka H0diterima
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian dengan menggunakan media audio-visual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap aktivitas dan penguasaan pada materi pokok vertebrata oleh siswa di SMA Negeri 13 Bandar Lampung, di peroleh hasil aktivitas dari lembar observasi siswa dan penguasaan materi oleh siswa dari hasil pretes, postes, dan N-Gain.
1. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Biologi
Data aktivitas siswa diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Tabel 4 berikut menyajikan data aktivitas siswa pada kelas eksperimen dan kontrol:
Tabel 4. Hasil persentase tiap aspek aktivitas siswa kelas eksperimen dan kontrol
Aspek yang di
amati
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Persentase (%) Kriteria Persentase (%) Kriteria A 59,86 ± 0,91 C 61,85 ± 1,91 B
B 72,38 ± 1,87 B 76,95 ± 2,76 B
C 68,42 ± 1,87 B 69,73 ± 1,87 B
D 51,95 ± 0,92 C 55,90 ± 2,87 C
E 51,96 ± 0,91 C 57,91 ± 7,47 C
̅±Sd 60,92 ± 9,35 C 64,47 ± 8,76 B
Pada tabel 4. diketahui bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen berkriteria cukup . Pada aspek mengemukakan pendapat 59,86 % bekerjasama
72,38%, presentasi 68,42%, bertanya 51,92% dan menjawab pertanyaan 51,96% , sedangkan pada kelas kontrol rata-rata aktivitas belajar siswa berkriteria baik. Aspek mengemukakan pendapat 61,85 % bekerjasama 76,95%, presentasi 69,73%,
bertanya 55,90% dan menjawab pertanyaan 57,91% ,
2. Penguasaan Materi Pembelajaran Biologi
Penguasaan materi oleh siswa diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-Gain pada kelas eksperimen dan kontrol. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5. Hasil penguasaan materi vertebrata oleh siswa
K = keterangan : ̅ = Rata-rata; Sd = Standar deviasi; t1 = Kesamaan dua rata; S = signifikan; TS =
tidak signifikan; t2 = Perbedaan dua rata-rata; U = Mann-Whitney U
Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa rata-rata pretes pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol terdapat perbedaan yang signifikan artinya kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama. Setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui media audio-visual pada kelas
eksperimen diperoleh rata-rata postes lebih kecil dibandingkan kelas kontrol. Pada tabel 5 diketahui bahwa rata-rata N-Gain siswa kelas eksperimen lebih kecil dari kelas kontrol, pada kelas eksperimen sebesar (23,69) dan pada kelas kontrol yaitu (25,01).
Hasil pretes maupun postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di lanjutkan dengan Uji Mann-Whitney U. Hasiluji Mann-Whitney U diperoleh data pada pretes sebesar nilai probabilitas pretes kedua kelas 0,00 < 0,05 atau Zhitung sangat kecil yaitu
-4,220. Artinya Ho ditolak, artinya rata-rata kedua sampel berbeda signifikan.
Selanjutnya uji Mann-Whitney U diperoleh data sebesar nilai probabilitas postes kedua kelas 0,02 < 0,05 atau Zhitung sangat kecil yaitu -3,123. Artinya Ho ditolak, artinya rata-rata kedua sampel berbeda signifikan .
Hasil analisis statistik N-Gain menggunakan uji normalitas N-Gain pada kelas eksperimen sebesar Lhit(0,095)>Ltab(0,152) dan untuk kelas kontrol diperoleh Lhit(0,166)>Ltab
(0,157) sehingga Ho diterima, artinya pretes dan postes siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal. Hasil analisis statistik nilai pretes dan postes siswa berdistribusi normaL, maka dilanjutkan dengan uji t.
menunjukkan bahwa thit(0.000)<ttabel(1,996) sehingga H0 diterima, artinya rata-rata N-Gain siswa pada kelas eksperimen sama dengan dari rata-rata N-Gain siswa pada kelas kontrol.
Uji t (kesamaan dua rata-rata) terhadap indikator kognitif (C1, C2, C3, C6) pada N-Gain siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6. Hasil setiap indikator kognitif N-Gain siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
K= Keterangan : C1= ingatan, C2= pemahaman, C3= penerapan dan C6= kreasi, BTS= Berbeda tidak Signifikan, BS=Berbeda Signifikan
nilai kedua sampel berbeda signifikan. Indikator kognitif C6 pada N-Gain memiliki nilai probabilitas C6 kedua kelas 0,172 > 0,05 atau Zhitungsangat kecil yaitu -1,356. Ho diterima, artinya rata-rata kedua sampel berbeda tidak signifikan.
Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas X1 dan X2 di SMA Negeri 13 Bandar Lampung menggunakan media audio-visual melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan bahwa terjadi penurunan aktivitas siswa dengan adanya penurunan penguasaan materi oleh siswa . Penurunan aktivitas siswa terjadi karena faktor ketidak tertarikan siswa terhadap model pembelajaran yang di gunakan. Hal tersebut membuat siswa tidak serius atau merasa ogah-ogahan saat mengerjakan LKK. Rendahnya aktivitas pada kelas eksperimen ini dikarenakan adanya kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagaimana di ungkapkan oleh Slavin dalam Hartati (1997 : 21) sebagai berikut: Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet, apabila jumlah kelompok tidak
diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas, apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.
audio-visual melalui metode diskusi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil rata-rata N-gain aktivitas siswa pada aspek aktivitas bertanya. Rata-rata N-gain kelas eksperimen maupun kelas kontrol masih berkriteria cukup baik. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa rata-rata N-gain aspek aktivitas siswa bertanya pada kelas eksperimen berbeda tidak signifikan dengan kelas kontrol. Data aktivitas siswa (Tabel 4). Perbandingan penurunan aktivitas bertanya pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebesar 3,95%. Aktivitas bertanya pada kelas eksperimen menggunakan Media audio-visual melalui model STAD berkriteria cukup baik yaitu sebesar 51,95%. Sedangkan
Aktivitas bertanya pada kelas kontrol tanpa menggunakan Media audio-visual melalui metode diskusi berkriteria cukup baik yaitu sebesar 55,90%. Perbandingan penurunan aktivitas bertanya pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebesar 3,95%
Selanjutnya pada aspek aktivitas mengemukakan pendapat pengalami penurunan sebesar 2,01%. Penurunan aspek aktivitas mengemukakan pendapat dapat dilihat dari rata-rata N-Gain pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol. Aktivitas mengemukakan pendapat pada kelas eksperimen yang menggunakan Media audio-visual melalui model STAD berkriteria cukup baik yaitu sebesar 59,86%, sedangkan aktivitas mengemukakan pendapat pada kelas kontrol tanpa menggunakan Media audio-visual melalui metode diskusi berkriteria baik yaitu sebesar 61,85%. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa rata-rata N-gain aspek aktivitas siswa mengemukakan pendapat pada kelas eksperimen berbeda tidak signifikandengan kelas kontrol. Kecilnya jumlah siswa dalam mengemukakan pendapat baik pada kelas eksperimen karena sebagian besar siswa lebih banyak diam di saat diskusi berlangsung.
Kesulitan ini dikarenakan selama ini siswa kesulitan dalam berinteraksi dengan sesama siswa. Siswa yang sulit mengadaptasikan diri dengan keadaan di sekelilingnya, sulit pula bagi mereka untuk saling berinteraksi dan mengemukakan pendapat mengenai materi yang dipelajari. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Suryosubroto
(2002:186) bahwa jalannya diskusi didominasi oleh beberapa siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi sehingga siswa yang memiliki prestasi akademik lebih rendah kurang berani menyampaikan pendapatnya memiliki aktivitas yang rendah dalam pembelajaran.
audio-visual melalui model STAD berkriteria baik yaitu sebesar 72,38%, sedangkan aktivitas bekerjasama pada kelas kontrol tanpa menggunakan Media audio-visual melalui metode diskusi berkriteria baik yaitu sebesar 76,95%. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa rata-rata N-gain aspek aktivitas siswa bekerjasama pada kelas
eksperimen berbeda tidak signifikan dengan kelas kontrol.
Contoh Pengisian LKS pada kelas eksprimen:
Terlihat pada LKK siswa hanya mengisi semampunya saja. Jawaban yang di tulis oleh siswa pada LKK sudah cukup tepat tetapi kurang lengkap. Faktor-faktor yang
membuat aspek aktivitas bekerjasama mengalami penurunan, salah satunya disebabkan siswa merasa terbebani (pusing dan stress) selama proses pembelajaran. Mereka juga sering melihat jam agar waktu pembelajaran cepat berlalu. Diduga, dengan waktu 2 x 45 menit yang tersedia untuk melaksanakan seluruh sintaks pembelajaran ini menuntut siswa agar mengerjakan LKK secepat mungkin. Hal ini dikarenakan siswa harus mengamati media audio-visual menuntut daya ingat yang tinggi, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Selanjutnya siswa ditugaskan untuk
digunakan tidak memberi kesempatan pada siswa untuk mencari jawaban yang paling baik dari suatu permasalahan tetapi membuat mereka tergesa-gesa untuk segera menyelesaikan tugas yang diberikan.
Hal ini bertentang dengan pendapat Arsyad dan rakim (dalam Kariadinata, 2008: 4), menjelaskan kelebihan penggunaan Media audio-visual dalam pendidikan sebagai berikut: 1) sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif, karena guru akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam mencari terobosan pembelajaran; 2) sebagai sarana untuk memberikan pemahaman kepada siswa atas materi yang diberikan; 3) mampu menimbulkan rasa senang selama proses pembelajaran berlangsung; 4) merupakan media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel; 5) mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk diterangkan hanya sekedar dengan penjelasan atau alat peraga yang konvensional. Bedasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media audio-visual mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Media audio-visual menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih baku, interaktif, menarik, kreatif, inovatif, dan menantang serta berbagai materi yang sulit diterangkan dengan penjelasan atau alat peraga konvensional menjadi lebih mudah dijelaskan dan menjadi lebih kongkrit.
Aspek aktivitas lain yang mengalami penurunan yaitu aspek presentasi. Aspek
signifikan dengan kelas kontrol. Penurunan aspek aktivitas presentasi ini disebabkan faktor siswa yang hanya mengetahui apa yang mereka tulis saja pada LKK tanpa ada pengembangan, sehingga pada waktu presentasi siswa hanya mempresentasikan hasil diskusi mereka dengan ala kadarnya saja.
Selanjutnya perbandingan aktivitas pada kelas kontrol dengan pembelajaran
menggunakan metode diskusi. Rata-rata aktivitas siswa kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen. Pada Aktivitas bertanya, siswa dilatih agar dapat mengajukan pertanyaan yaitu terlihat ketika proses diskusi berlangsung. Siswa cukup aktif bertanya kepada teman diskusi kelompoknya mengenai pertanyaan dalam LKK dan ketika siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Aktivitas bertanya ini
merupakan cara untuk mengungkapkan rasa keingintahuan akan jawaban yang tidak atau belum diketahui siswa. Aktivitas bertanya pada kelas yang menggunakan Metode diskusi berkriteria cukup baik yaitu sebesar 55,90%.
diskusi mereka. Aktivitas mengemukakan pendapat pada kelas kontrol menggunakan metode diskusi berkriteria baik sebesar 61,85%.
Aktivitas selanjutnya yaitu aktivitas bekerjasama, aktivitas bekerjasama pada kelas kontrol menggunakan metode diskusi berkriteria baik sebesar 76,95%. Hal tersebut dapat terlihat pada contoh pengisian LKK oleh siswa.
Jawaban yang dituliskan siswa pada LKK di kelas kontrol lebih tepat dan lengkap dibanding kelas eksperimen. Hal ini ditunjukkan bahwa siswa kelas kontrol mampu menjawab soal yang ada di LKK dengan tepat. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya aktivitas siswa pada kedua kelas. Aktivitas siswa kelas kontrol lebih tinggi dibanding kelas eksperimen.
SMA Negeri 13 Bandarlampung tidak berpengaruh untuk meningkatkan aktivitas siswa.
Saat melakukan penelitian di awali dengan pemberian pretes pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal pretes yang sama mengenai materi
vertebrata. Tujuan dilakukan pretes ini untuk mengetahui tingkat penguasaan materi siswa terhadap materi pokok vertebrata sebelum materi diberikan. Hasil penelitian dan analisis data pretes diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pretes penguasaan materi siswa (Tabel 5) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa penguasaan materi oleh siswa kelas eksperimen 8,51 lebih kecil dibandingkan kelas kontrol. Akan tetapi, rata-rata nilai pretes kedua kelas masih berkriteria rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis uji Mann-Whitney U terhadap pretes untuk mengetahui perbedaan peningkatan penguasaan materi oleh siswa sebelum diberikan perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis uji Mann-Whitney U terhadap pretes diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretes penguasaan materi oleh siswa (Tabel 5) kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Selain itu, diketahui pula bahwa hasil data pretes penguasaan materi oleh siswa pada kelas eksperimen tidak berdistribusi secara normal sedangkan pada kelas kontrol berdistribusi secara normal. Melihat perbedaan rata-rata pretes yang signifikan dan data yang tidak berdistribusi secara normal maka hal ini dikarenakan persiapan siswa dalam menjawab soal pretes yang diberikan tidak maksimal.
materi siswa pada kedua kelas setelah diberikan perlakuan berupa media audio-visual melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tanpa melalui media audio-visual melalui metode diskusi. Hasil analisis data postes diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata postes penguasaan materi oleh siswa (Tabel 5) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penguasaan materi oleh siswa kelas eksperimen 7 kali lebih kecil dibandingkan kelas kontrol. Namun demikian, ternyata penguasaan materi oleh siswa pada kedua kelompok berkriteria sedang. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis uji Mann-Whitney U terhadap postes untuk mengetahui perbedaan
peningkatan penguasaan materi oleh siswa setelah diberikan perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis uji Mann-Whitney U terhadap postes diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata penguasaan materi oleh siswa (Tabel 5) kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil data postes pada kelas
eksperimen tidak berdistribusi secara normal sedangkan pada kelas kontrol hasil data postes berdistribusi secara normal. Melihat perbedaan rata-rata postes yang signifikan dan data postes yang tidak berdistribusi secara normal, maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan media audio-visual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak berpengaruh dalam meningkatkan penguasaan materi oleh siswa pada uraian materi pokok Vertebrata.
kelas eksperimen tidak signifikan dengan rata-rata N-gain kelas kontrol. Selanjutnya hasil analisis dari uji t2 yaitu rata-rata N-Gain kelas eksperimen sama dengan rata-rata N-Gain kelas kontrol. Meskipun hasil rata-rata N-Gain kedua kelas berdistribusi normal, tetapi rata-rata N-Gain penguasaan materi oleh siswa pada kelas eksperimen lebih kecil dari kelas kontrol, hal ini diduga penggunaan media audio-visual melalui model koopertif tipe STAD tidak berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok vertebrata.
Menurut hasil penelitian yang saya lakukan, maka saya berpendapat bahwa
pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menerapkan media audio-visual melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi vertebrata di SMA Negeri 13 Bandarlampung tidak berpengaruh untuk meningkatkan penguasaan materi. Sedangkan pada kelas kontrol, pembelajaran tanpa menggunakan media audio-visual melalui metode diskusi pada materi vertebrata berpengaruh untuk meningkatkan penguasaan materi.
Saat proses pembelajaran berlangsung, peranan guru sangat penting dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, menyenangkan, dan bermakna. Pada penelitian ini, guru telah berusaha untuk menghadirkan media audio-visual yang dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga diharapkan dapat membangun rasa keingintahuan siswa terhadap materi pembelajaran. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD seharusnya dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa karena proses pembelajaran lebih bermakna. Hal ini didukung oleh penelitian Sulastri (2010: 39) yang menjelaskan bahwa model
keterlibatan maksimal siswa pada kelas eksperimen selama proses pembelajaran berlangsung.