• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA DAN GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KLASIFIKASI DAN KOMUNIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA DAN GARAM DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KLASIFIKASI DAN KOMUNIKASI"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA DAN GARAM DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KLASIFIKASI DAN KOMUNIKASI

Skripsi

Oleh

GALIH WAHYU PRATAMA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA DAN GARAM DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KLASIFIKASI DAN KOMUNIKASI

Oleh

GALIH WAHYU PRATAMA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran

inkuiri terbimbing pada materi asam, basa dan garam dalam meningkatkan

keterampilan klasifikasi dan komunikasi. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua siswa kelas VII SMPN 1 Sekampung Lampung Timur Tahun Pelajaran

2013/2014 yang berjumlah 170 siswa, tersebar dalam 5 kelas. Pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, maka diperoleh kelas VII3

dan VII4 sebagai kelas kontrol dan eksperimen. Penelitian ini menggunakan

metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest and Posttest) Control

Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing ditunjukkan dengan adanya perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dengan

kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata n-Gain

keterampilan klasifikasi dan komunikasi kelas eksperimen yaitu 0,52 dan 0,65

sedangkan kelas kontrol yaitu 0,42 dan 0,43. Berdasarkan uji hipotesis (uji t),

diketahui bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi asam, basa dan

garam efektif dalam meningkatkan keterampilan klasifikasi dan komunikasi.

(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA DAN GARAM DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KLASIFIKASI DAN KOMUNIKASI

Oleh

GALIH WAHYU PRATAMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sambikarto Kabupaten Lampung Timur Lampung pada

tanggal 13 Februari 1990, anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak

Budi Wahyudi dan Ibu Khotimah.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1996 di sekolah di SD Negeri 3

Sumbergede Kabupaten Lampung Timur diselesaikan tahun 2002, dan pada tahun

tersebut diterima di SMP Negeri 1 Sekampung Kabupaten Lampung Timur yang

diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 masuk SMA Negeri 1 Metro Kota

Metro yang diselesaikan tahun 2008 dan pada tahun yang sama diterima di

Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan

Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia.

Pada tahun 2012 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Brajasakti

Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur dan Program Pengalaman

(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah

S.W.T., Shalawat beserta salam semoga tercurah pada suri

tauladan kita Rasulullah Muhammad S.A.W., dengan penuh

rasa syukur ku persembahkan tulisan ini kepada :

۩

Bapak Ibuku yang dengan sepenuh hati mendukung dan

selalu bersabar untuk terselesaikannya pendidikan yang

memakan waktu yang begitu lama ini, terima kasih atas

semuanya.

۩

Adik-adik ku yang selalu membawa kerinduan dan

semangat untuk terus berjuang.

(9)

MOTO

Jangan biarkan penyesalan masa lalumu lebih berkuasa daripada impian masa

depanmu

(Mario Teguh)

Sejujurnya semua orang menyukai kebaikan, namun sedikit dari kebanyakan

orang yang benar-benar melakukannya.

(Galih Wahyu Pratama)

Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiap kali kita jatuh

(Confusius)

(10)

iii SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, hingga dapat diselesaikan b j “Efektivitas Model

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Asam Basa dan Garam dalam

Meningkatkan Keterampilan Klasifikasi dan Komunikasi”. Shalawat serta salam

semoga selalu tercurah pada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat,

serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia;

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan,

ketulusan, dan kesabaran yang luar biasa untuk memberikan motivasi,

bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing II atas kesediaan, ketulusan, dan kesabaran yang luar biasa

untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

(11)

iv 6. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Dosen Penguji atas kesediaan,

ketulusan, dan kesabaran yang luar biasa untuk memberikan motivasi,

bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Sri Suhartini, S.Pd, selaku kepala SMP Negeri 1 Sekampung Lampung

Timur, atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian;

8. Ibu Kasmiyati, S. Pd. selaku guru mitra, seluruh Guru, Staf dan siswa SMP

Negeri 1 Sekampung Lampung Timur.

9. Kak Asep, Kak Arya, Wiwit Gunawi, Ari Kurnia Efendi dan Ahmad Tohir,

yang banyak memberikan bantuan serta dukungan dalam menyelesaikan

skripsi ini;

10. Teman-temanku di Kimia Mandiri 08, terutama Gede, Andri, Rendi, Johan,

Deni, Olan, Diana, Fina, serta kakak tingkat dan adik tingkatku di P. Kimia

atas doa, semangat yang diberikan, dan terima kasih atas kebersamaan kalian;

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme... 7

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 11

C. Kete ………. 16

D. Kerangka pemikiran………... 19

E. Anggapan Dasar... 21

F. Hipotesis………. 22

(13)

B. Data ……... 23

C. Desain dan Metode Penelitian... 24

D. Variabel Penelitian... 24

E. Instrumen dan Vali ……… 25

F. Prosedur dan Pelaksanaan ……….... 26

G. Teknik Ana D ………. 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pene ………. 34

B. b ……….. 39

C. K ……… 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesi ……… 49

B. Sa ………. 49

DAFTAR PUSTAKA……….. 50

LAMPIRAN 1. Silabus Kelas Eksperimen... 53

2. RPP Kelas Eksperimen ... 59

3. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 72

4. Kisi-kisi Soal Pretes/ …... 94

5. Soal Pretes/ ……… 101

(14)

7. Data Nilai pretes, postes dan n-G ………... 111

8. Data Rata-rata Nilai pretes, postes dan n-Gain……… 113

9. Perhitungan dan Analisis Data Penelitian... 114

10. Lembar Penilaian Afektif Sis ……… 122

11. Rubrik Penilaian Afektif Si ………... 128

12. Lembar Penilaian Psikomotor Sis ………... 130

(15)

v DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap pembelajaran b b ………... 15

2. Indikator keterampilan proses sains dasar... 17

3. Desain penelitian... 24

4. Data normalitas n-Gain keterampilan klasifikasi……… 37

5. Data normalitas n-Gain keterampilan komunikasi……….. 37

6. Data homogenitas n-Gain keter f ………. 38

7. Data homogenitas n-Gain keterampilan komunik ………... 38

8. Data perbedaan dua rata-rata n-Gain keterampilan klasifikasi…………. 38

9. Data perbedaan dua rata-rata n-Gain keterampilan komunikasi………... 39

10.Data nilai pretes, postes dan n-Gain keterampilan klasifikasi siswa di ke- las kontrol dan kelas eksperimen ………. 111

11.Data nilai pretes, postes dan n-Gain keterampilan komunikasi di kelas kontrol dan kelas eksperimen ……….. 112

12.Data rata-rata nilai pretes, postes dan n-Gain keterampilan klasifikasi dan komunikasi di kelas kontrol dan ………. 113

13.Daftar distribusi frekuensi keterampilan klasifikasi kelas eksperimen... 114

14.Daftar distribusi frekuensi keterampilan klasifikasikelas kontrol... 116

15.Daftar distribusi frekuensi keterampilan komunikasi kelas ekperimen….. 119

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur penelitian ... 28

2. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan klasifikasi siswa di kelas

kontrol dan kelas eksperimen. ... 34

3. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan komunikasi di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 35

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

alam secara sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan hanya penguasaan

kum-pulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dengan menggunakan sikap

ilmiah. IPA pada hakekatnya terdiri atas produk, proses dan sikap. IPA sebagai

produk mengandung arti bahwa di dalam IPA terdapat fakta-fakta, konsep-konsep

dan prinsip-prinsip yang telah diterima kebenarannya. IPA sebagai proses berarti

bahwa sains merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan, dengan

cara melakukan kerja atau sesuatu yang harus diteliti. IPA sebagai sikap memiliki

arti bahwa sains dapat melatih dan menanamkan sikap jujur, dapat berkerja sama,

teliti dan tekun (Tim Penyusun, 2006).

Ilmu kimia sebagai salah satu ilmu dalam rumpun IPA juga memiliki karakteristik

sains yaitu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Konten ilmu kimia yang

berupa konsep, hukum, dan teori, pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian

proses menggunakan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia harus

memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses, produk dan sikap (Fadiawati,

(18)

2

meliputi proses mengamati, menafsirkan pengamatan, menerapkan konsep,

me-rencanakan penelitian, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasikan, dan

meng-komunikasikan penelitian. Kimia sebagai produk artinya kimia sebagai produk

sains yang merupakan fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori yang telah diterima

kebenarannya. Sedangkan kimia sebagai sikap meliputi keterampilan

berkomu-nikasi, bekerja sama, ulet, kritis, kreatif, tanggung jawab dan memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi ketika menjumpai suatu fenomena.

Sesuai dengan hakekat ilmu kimia, pembelajaran kimia di sekolah juga harus

melibatkan siswa dalam proses penemuan konsep. Pada proses pembelajaran

siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk mengembangkan berbagai

kemampu-annya diantaranya kemampuan mengamati dan menafsirkan pengamatan terhadap

fenomena alam, mencari, mengumpulkan, mengidentifikasi dan memilih

infor-masi yang tepat, meramalkan, menggunakan alat/bahan, menerapkan konsep,

me-rencanakan penelitian,mengelompokan, berkomunikasi dan mengajukan

pertanya-an. Kemampuan-kemampuan ini tidak lain merupakan indikator-indikator

keterampilan proses sains (KPS) (Hartono, 2007).

Dalam pembelajaran kimia, sebagian besar materi kimia dapat dikaitkan dan

diaplikasikan dengan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Salah

satunya yaitu asam-basa, banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat

dihubungkan dengan materi ini, misalnya rasa asam pada buah-buahan,

peman-faatan senyawa basa dalam mengobati sakit maag, pemanpeman-faatan senyawa basa

(19)

3

pertanian yang asam, dan lain sebagainya. Sehingga dalam proses pembelajaran

kimia siswa tidak hanya dituntut untuk menghafal namun juga diharapkan mampu

memahami konsep-konsep serta mampu memecahkan masalah kimia dalam

ke-hidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan agar siswa tidak mengalami kesulitan

dalam menghubungkan materi yang mereka dapatkan di sekolah dengan apa yang

terjadi di lingkungan sekitar, dan merasakan manfaat dari pembelajaran kimia.

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap guru IPA dan siswa di

kelas VII SMP Negeri 1 Sekampung Lampung Timur didapatkan fakta bahwa

proses pembelajaran IPA masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah

dan kegiatan lebih berpusat pada guru, sehingga KPS siswa kurang dilatih yang

mengakibatkan KPS siswa menjadi rendah. Siswa juga cenderung tidak dapat

menjadi seorang pelajar mandiri yang dapat menyelesaikan masalah dalam

kehidupan sehari-hari dengan pengetahuan miliknya.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu model

pem-belajaran yang dapat melatih dan meningkatkan KPS siswa sehingga dapat

berperan aktif dalam proses penemuan konsep yaitu model pembelajaran inkuiri

terbimbing. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Gulo

(Trianto, 2010) dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan atau

masalah untuk diselesaikan oleh siswa. Setelah masalah diungkapkan, siswa

mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji

(20)

4

percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dan menarik

kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Hasil penelitian yang berhubungan dengan model inkuiri terbimbing dan KPS

diantaranya yang dilakukan oleh Effendi (2012), dalam penelitiannya di salah satu

SMA Negeri di Lampung mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri

terbimbing untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dan pencapaian

kompe-tensi pada materi pokok asam basa, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang

signifikan untuk keterampilan komunikasi dan pencapaian kompetensi siswa.

Peneliti yang lain Afriyanti (2013), dalam penelitiannya di salah satu SMA di

Bandar Lampung mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing

untuk meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan pencapaian kompetensi

pada materi pokok asam basa, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang

sig-nifikan untuk keterampilan klasifikasi dan komunikasi pada siswa. Dengan

demikian, dimungkinkan pembelajaran inkuiri terbimbing juga dapat

meningkat-kan keterampilan klasifikasi dan komunikasi pada materi asam, basa dan garam.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul

“Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Asam, Basa

dan Garam Dalam Meningkatkan Keterampilan Klasifikasi dan Keterampilan

(21)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah

Bagaimana efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi asam, basa,

dan garam dalam meningkatkan keterampilan klasifikasi dan komunikasi.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi

asam, basa dan garam dalam meningkatkan keterampilan klasifikasi dan

komunikasi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing meningkatkan keterampilan

klasifikasi dan komunikasi siswa dalam materi asam, basa dan garam.

2. Memberikan pengalaman langsung kepada guru kimia dalam menerapkan

model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melatih keterampilan klasifikasi

dan komunikasi pada materi asam, basa dan garam.

3. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu

(22)

6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap istilah yang

diguna-kan, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut.

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif jika keterampilan

klasifikasi dan komunikasi menunjukkan perbedaan n-Gain yang signifikan

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (Nuraeni dkk, 2010).

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan adalah menurut Gulo

(Trianto, 2010) dengan langkah-langkah yaitu, mengajukan permasalahan,

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik

kesimpulan.

3. Indikator keterampilan klasifikasi mencakup beberapa kegiatan seperti

mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri,

memban-dingkan dan mencari dasar penggolongan.

4. Indikator keterampilan komunikasi meliputi keterampilan membaca grafik,

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang

mene-kankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita

sendiri. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan

dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,

menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan

ide-ide.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekar Winahyu (2001)

konstruktivisme menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah

hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer

penge-tahuan dari seseorang kepada yang lain. Agar siswa mampu mengkonstruksi

pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman, karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal, agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.

(24)

8

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif. 2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa. 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar.

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir. 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa.

6. Guru adalah fasilitator.

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori

pembel-ajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini

menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan

informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari

kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi

kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).

Menurut Piaget (Dahar 1989), dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia

ber-interaksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak

merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan

fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial.

Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya.

Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam

mengem-bangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang

lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu

yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental

anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental b ” ”

(25)

9

Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian

Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi.

1. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkem-bangan struktur-struktur.

2. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang

dihadapinya.

3. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.

Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu

organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan

untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis

menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan, sedangkan adaptasi,

ter-hadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

Lebih lanjut, Piaget (Dahar, 1989) mengemukakan bahwa asimilasi adalah proses

kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun

penga-laman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.

Asimi-lasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengkAsimi-lasi-

mengklfikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses

asi-milasi ini berjalan terus. Asiasi-milasi tidak akan menyebabkan perubahan/

pergan-tian skemata melainkan perkembangan skemata. Dengan kata lain, asimilasi

merupakan salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan

(26)

10

Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat

mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai.

Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang

telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi.

Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan

yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan

rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara

asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat

me-ngadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan

(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan

struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur

yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang

keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium).

Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang

lebih tinggi daripada sebelumnya.

Vygotsky (Budiningsih,2005) berpendapat bahwa pembelajaran ditekankan pada

hakikat pembelajaran sosiakultural. Tujuannya adalah menekankan interaksi

antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada

lingkungan sosial pembelajaran. Fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi

sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. Pembelajaran terjadi saat

siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas

tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam

(27)

11

daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai

kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan

potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah

bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

Vygotsky berpendapat bahwa menggunakan alat berpikir akan menyebabkan

terjadinya perkembangan kognitif dalam diri seseorang. Berdasarkan teori

Vygotsky diatas, maka akan diperoleh keuntungan yaitu :

1. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.

2. Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada perkembangan aktualnya.

3. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengem-bangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan

intramentalnya.

4. Anak diberikan kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah. 5. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi

lebih merupakan konstruksi.

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu

jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri

adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan

mela-kukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan

(28)

12

Dalam perkembangannya, pembelajaran inkuiri dilandasi oleh teori belajar

pene-muan Jerome Bruner (discovery learning), dan konstruktivime. Menurut Bruner

(Dahar,1989) teori belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara

aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik,

beru-saha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang

menyer-tainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu

jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah

pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek

pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri terbimbing adalah suatu proses untuk

memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau

eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan bertanya

dan mencari tahu (Retno, 2010).

Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan

unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat

generalisasi, menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu

model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan

bim-bingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat

oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran

inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang

dila-kukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada

(29)

13

atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti

kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir

tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan

mengelola kelas yang bagus.

Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar

yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

pene-muannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah

sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk mengkomunikasikan.

2. Mengkomunikasikan

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasa-lahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan

permasalahan yang diberikan. 3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. 5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri terbimbing adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Model inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang

menitikberatkan kepada aktivitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari

(30)

14

keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan

pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin

tahuan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce, B, et. al dalam

C : “ The general goal of inquiry training is to help students develop the intellectual discip-line and skills necessary to raise questions and search out answers stemming from their curiosity

Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan siswa secara maksimal terlibat

langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan

kemam-puan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh

siswa tersebut.

Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran

dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (2010) sikap

ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip

ilmiah seperti

1. Jujur terhadap data,

2. Rasa ingin tahu yang tinggi,

3. Terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, 4. Ulet dan tidak cepat putus asa,

5. Kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris, dan

6. Dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan

mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan

(31)

15

Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Mengajukan

pertanyaan atau per-masalahan

Guru membimbing siswa

mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok

Siswa mengidentifikasi pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menen-tukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan mem-prioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. data melalui percobaan maupun telaah literature

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyam-paikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Siswa membuat kesim-pulan

Model inkuiri terbimbing memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan

model-model pembelajaran lain. Keunggulan inkuiri terbimbing menurut

Roestiyah (1998) yaitu :

1. D b b ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

(32)

16

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing antara lain: 1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk

mem-bantu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan.

C. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami

sains ( Hartono, 2007). Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni

IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS.

Dalam pembelajaran IPA aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil

akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar.

Dengan kata lain bila seseorang telah memiliki KPS, IPA sebagai produk akan

mudah dipahami, bahkan mengaplikasikan dan mengembangkannya. KPS adalah

semua keterampilan yang terlibat pada saat proses berlangsungnya sains. KPS

penting dimiliki guru untuk digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan

pengetahuan/ informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan

atau informasi yang telah dimiliki siswa.

Menurut Semiawan (1992) keterampilan proses sains adalah keterampilan

-keterampilan fisik dan mental untuk menemukan dan mengembangkan sendiri

fakta dan konsep sains serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai

yang dituntut, sedangkan menurut Indrawati dalam Nuh (2010) mengemukakan

(33)

17

kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu

konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada

sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan

(falsifikasi)". Jadi KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode

ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan.

KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode

ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan

baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

KPS bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa, tetapi

dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa. Menurut pendapat Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan (1999)

keterampilan proses dasar (Basic Science Proses Skill) meliputi observasi,

klasi-fikasi, pengukuran, berkomunikasi dan menarik kesimpulan. Menurut Mahmudin

(2010), keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah

dalam sains dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains dikelompokkan

men-jadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan

proses dasar ditunjukkan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains dasar

Keterampilan

dasar Indikator

(34)

18

Tabel 2 (lanjutan)

1 2

dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan.

Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentu-kan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.

Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukur-an ke satupengukur-an pengukurpengukur-an lain.

Berkomunikasi Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan tabel, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, men-jelaskan hasil percobaan, membaca tabel,

mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.

Inferensi Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan inormasi.

Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika

ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan

sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial

maupun saat terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar

meru-pakan fondasi bagi terbentuknya landasan berfikir logis. Oleh karena itu, sangat

penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan keteram-pilan

(35)

19

Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan KPS yang

diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam

memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran

sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus

dila-kukan terhadap semua keterampilan proses sains baik secara parsial maupun

secara utuh.

Salah satu KPS adalah keterampilan klasifikasi, klasifikasi adalah ramalan tentang

kejadian yang dapat diamati diwaktu yang akan datang. Klasifikasi didasarkan

pada observasi yang cermat, klasifikasi dilakukan dengan meramalkan apa yang

akan terjadi kemudian berdasarkan data pada saat pengamatan dilakukan. Adapun

menurut Dimyati dan Moedjiono (2002), Memklasifikasi dapat diartikan sebagai

mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada

waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu,

atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

D. Kerangka Pemikiran

Model inkuiri terbimbing adalah model inkuiri dimana guru membimbing siswa

melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada

suatu diskusi. Disamping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar

kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus

memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan

mem-berikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh siswa. Pada model ini siswa

(36)

20

diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah

dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 tahap, tahap pertama yaitu

meru-muskan masalah, siswa diberikan masalah yang berkaitan dengan fenomena

sehari-hari, contohnya tidak semua asam dan basa ini dapat dengan mudah

diketa-hui dengan hanya merasakan dan mencicipinya. Lalu bagaimana cara

mengiden-tifikasi sifat asam atau basa dari suatu larutan tanpa harus merasakannya?

kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut

berdasarkan pengetahuan awal mereka dengan bimbingan guru.

Tahap kedua yaitu siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis sesuai dengan

pengetahuan mereka sendiri dan diuji kebenarannya. Pada tahap ini, guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi terhadap akibat

dari peristiwa sains tersebut secara kelompok dan memberikan alasan terhadap

hipotesis mereka. Pada tahap ini siswa dapat membentuk keterampilan

komunikasi,

Tahap ketiga yaitu siswa mengumpulkan data, pada tahap ini guru membimbing

siswa mengumpulkan data yang dapat diperoleh dari melakukan percobaan atau

telaah literatur, sehingga siswa diharapkan mampu mengumpulkan data

(37)

21

Tahap keempat siswa menganalisis data, pada tahap ini guru membimbing siswa

menganalis data dari hasil percobaan yang telah dilakukan atau telaah literatur,

siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang terdapat pada LKS, pada tahap ini bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan siswa berpikir rasional bahwa kebenaran jawaban bukan hanya

berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan. Sehingga siswa diharapkan dapat membentuk

keterampilan klasifikasi.

Tahap kelima membuat kesimpulan, pada tahap ini guru membimbing siswa

membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang telah

diperoleh. Tahap ini diharapkan mampu membantu siswa dalam upaya

mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan,

sampai pada akhirnya kemampuan mereka berkembang secara utuh.

Dengan berpikir apabila model pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada

materi asam, basa dan garam akan meningkatkan keterampilan klasifikasi dan

komunikasi yang lebih tinggi daripada keterampilan klasifikasi dan komunikasi

yang diterapkan dengan pembelajaran konvensional.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas VII 3 semester genap SMP N 1 Sekampung tahun pelajaran

2013-2014 yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan dasar

(38)

22

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan klasifikasi

dan keterampilan mengkomunikasikan kelas VII semester ganjil SMP Negeri

1 Sekampung tahun pelajaran 2013/2014 diabaikan.

E. Hipotesis

Hipotesis umum penelitian ini sebagai berikut:

Pembelajaran model inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan

(39)

23

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP N 1 Sekampung

Lampung Timur tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 170 siswa dan

tersebar dalam lima kelas yaitu VII 1, VII 2 VII 3, VII 4, dan VII 5. Dari populasi

tersebut diambil 2 kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai

kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.

Teknik pemilihan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling

(pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan). Berdasarkan masukan guru

bidang studi kimia yang memahami karakteristik populasi tersebut, dengan

pertimbangan tingkat kognitif yang sama, maka diperoleh kelas VII 3 dan VII 4

sebagai sampel penelitian. Selanjutnya ditetapkan kelas VII 4 sebagai kelas

eksperimen yang mengalami pembelajaran inkuiri terbimbing dan VII 3 sebagai

kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

B.Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa

data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretes) dan hasil tes setelah

(40)

24

guru. Sedangkan sumber data adalah siswa kelas eksperimen dan siswa kelas

kontrol.

C. Desain dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan

menggunakan desain penelitian Non equivalent Control Group Design menurut

Cohen (2007). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang ditunjukkan pada

Tabel 3.

Tabel 3. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1).

Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan model pembelajaran

Inkuiri Terbimbing (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran

konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postest (O2).

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

(41)

25

pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional,

sedangkan yang bertindak sebagai variabel terikat adalah keterampilan klasifikasi

dan komunikasi pada materi asam, basa dan garam kelas VII SMP Negeri 1

Sekampung, Lampung Timur.

E. Instrumen dan Validitas Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu.

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul

data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data menurut Arikunto (1997).

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah

1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan

standar Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. LKS materi asam basa dengan model inkuiri terbimbing, sebanyak 3 LKS

3. Soal pretes dan postes untuk membangun keterampilan klasifikasi dan

komunikasi. Soal pretes dan postes sama. Soal pretes-postes dalam

penelitian ini terdiri dari 4 soal uraian yang di dalamnya terdapat indikator

keterampilan klasifikasi yaitu pada soal uraian 1a, 2a, 4 dan indikator

keterampilan komunikasi yaitu pada soal uraian 1 b, 2b, 3

4. Lembar observasi kinerja guru dan lembar aktivitas siswa.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen,

maka instrumen yang digunakan harus valid dan bersifat reliabel, dapat

mem-bedakan kelompok atas dan bawah serta memiliki taraf kesukaran yang tidak

terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

(42)

26

yang diteliti secara tepat. Untuk itu perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen

yang akan digunakan. Pengujian instrumen dapat dilakukan dengan dua macam

cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.

Validitas pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah

kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992).

Adapun pengujian validitas isi pada penelitian ini dilakukan dengan cara

judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir

pertanyaannya. Apabila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat

dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan

data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Karena berbagai hal dan

keterbatasan peneliti dan tim ahli, maka pengujian dilakukan oleh dosen

pembimbing.

F. Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap pra penelitian

Pada tahap pra penelitian ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Meminta izin kepada Kepala SMP N 1 Sekampung, Lampung Timur untuk

melaksanakan penelitian.

b. Mengadakan observasi untuk mendapatkan informasi tentang keadaan

siswa, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana-prasarana yang ada di

(43)

27

c. Melakukan wawancara dengan guru kimia kelas VII untuk mendapatkan

informasi mengenai pembelajaran kimia yang diterapkan di sekolah.

2. Tahap penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

b. Menyusun instrumen penelitian yaitu silabus, RPP, LKS, soal pretes dan

postes.

c. Melaksanakan penelitian, adapun prosedur penelitian adalah:

(1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi asam, basa dan garam

sesuai pembelajaran yang telah ditetapkan pada masing-masing kelas,

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri

ter-bimbing diterapkan di kelas eksperimen serta pembelajaran

konvensional diterapkan dikelas kontrol.

(3) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

(44)

28

Langkah-langkah penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di

bawah ini:

Gambar 1. Prosedur penelitian

G. Teknik Analisis Data

1. Menghitung skor menjadi nilai

Nilai pretes atau postes dirumuskan sebagai berikut:

Analisis data

Kesimpulan Observasi pendahuluan

Penetapan populasi dan sampel

Pembuatan perangkat

pembelajaran dan instrumen

Validitas instrumen

Pretes Kelas eksperimen dengan model pembelajaran

inkuiri terbimbing Kelas kontrol

dengan pembelajaran

(45)

29

Data yang diperoleh dari nilai ahir pretest dan postest kemudian dianalisis

dengan menghitung n-Gain.

2. Menghitung n-Gain

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

mening-katkan keterampilan klasifikasi dan keterampilan komunikasi siswa, maka

dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Melalui perhitungan ini didapatkan

data n-Gain sejumlah siswa yang mengikuti tes tersebut. Rumus n-Gain

menurut Hake (2002) adalah sebagai berikut:

n-Gain

-

-

Kriteria interpretasi n-Gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu :

n-Gain > 0,7 (n-Gain tinggi) 0,3 ≤ n-Gain ≤ ,7 (n-Gain sedang) n-Gain < 0,3 (n-Gain rendah)

3. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel

berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam

penelitian ini adalah berdasarkan pendapat yang dikemukakan Sudjana (2005)

sebagai berikut:

H0 = sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal

(46)

30

Untuk uji normalitas data, digunakan rumus sebagai berikut :

Dalam hal lainnya H0 ditolak.

4. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel

mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji

homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 = 12 22 (sampel mempunyai variansi yang homogen) H1 = 12 22 (sampel mempunyai variansi yang tidak homogen)

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat

dalam Sudjana (2005) :

kecil Varian ter

terbesar Varians F

Keterangan : F = Kesamaan dua varians

Kriteria uji: Pada taraf 0,05, terima Ho hanya jika F hitung < F ½ (1,2)

(47)

31

5. Uji perbedaan dua rata-rata

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal dan

homogen, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana,

2005). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik

yaitu uji perbedaan dua rata - rata, hipotesis dirumuskan dalam bentuk

pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

1. Hipotesis pertama (keterampilan klasifikasi)

H0 µ1x≠ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan klasifikasi pada materi asam, basa

dan garam pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri

terbimbing tidak sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan

klasifikasi pada kelas yang diterapkan pembelajaran

konvensional.

H1 µ1x= µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan klasifikasi pada materi asam, basa

dan garam pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri

terbimbing sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan

klasifikasi pada kelas yang diterapkan pembelajaran

konvensional.

2. Hipotesis kedua (keterampilan komunikasi)

H0 µ1x≠ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan komunikasi pada materi asam,

basa dan garam pada kelas yang diterapkan pembelajaran

(48)

32

keterampilan komunikasi pada kelas yang diterapkan

pembelajaran konvensional.

H1 µ1x=µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan komunikasi pada materi asam,

basa dan garam pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuri

terbimbing sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan

komunikasi pada kelas yang diterapkan pembelajaran

konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi pokok asam, basa dan garam pada kelas

yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

µ2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi pokok laju reaksi pada kelas yang

diterapkan pembelajaran konvensional

x: keterampilan klasifikasi/ keterampilan komunikasi

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, karena

kedua varians kelas sampel homogen ( = ), maka uji yang dilakukan

menggunakan rumus sebagai berikut : (Sudjana, 2005):

̅̅̅̅ ̅̅̅̅

̅̅̅̅= Rata-rata n-Gain keterampilan klasifikasi/ keterampilan komunikasi

pada materi asam, basa dan garam yang diterapkan model pembelajaran

(49)

33

̅̅̅̅ = Rata-rata n-Gain keterampilan klasifikasi/ keterampilan komunikasi

pada materi asam, basa dan garam yang diterapkan model pembelajaran

konvensional.

= Simpangan baku gabungan

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan inkuiri terbimbing

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku siswa yang diterapkan inkuiri terbimbing

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria uji : Terima H0 jika thitung > t (1-α pada taraf 0,05. Dalam hal

(50)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam

penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

“Model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi asam, basa dan garam efektif

dalam meningkatkan keterampilan klasifikasi dan komunikasi”.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa hendaknya

membuat perencanaan dan skenario pembelajaran dengan matang sehingga

pembelajaran lebih efektif dan maksimal.

2. Agar penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berjalan maksimal,

sebaiknya guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam

mengelola kelas sehingga keributan-keributan besar yang ditimbulkan siswa

dapat dihindari.

3. Untuk dapat memudahkan siswa dalam melakukan praktikum di laboratorium,

hendaknya sekolah menambah alat dan bahan praktikum khususnya alat dan

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, R. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Pencapaian

Kompetensi. Skripsi.(tidak diterbitkan). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.

Arikunto, S. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Asdi Mahasatya. Jakarta.

Cahyono, A. 2010. Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA Pada Konsep Listrik Dinamis. Jurnal Inspirasi Pendidikan. Volume 1, [online]. Tersedia: http://risecahyono.blogspot.com/2011/02 /model-pembelajaran-berbasis-inkuiri.html, [2 Desember 2011].

Cohen, Louis. 2007. Research Methods in Education. Routledge. Francis.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Efendi, D. A. 2012. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Asam-Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Pencapaian Kompetensi Siswa. Skripsi. (tidak diterbitkan). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Fadiawati, N, 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. (tidak diterbitkan). SPs-UPI Bandung. Bandung.

Hake R. R. 2002. Interactive Engagement Methods In Introducary Mechanics Courses, [online]. Tersedia: http://pysics.indiana.edu/sdi/IEM-2b.pdf, [11 Maret 2015].

(52)

51

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri, [online]. Tersedia: http://herfis .blogspot.com/2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html [10 Desember 2011].

Lestari, T. 2010. Pembelajaran Kimia Dengan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal. Skripsi, [online]. Tersedia : http://trilestarisman1kbm. blogspot.com/2010/02/ [19 Januari 2012].

Mahmudin, 2010. Komponen Penilaian KPS. Mahudin (Ed). Oktober 2010, [online]. Tersedia: http://mahmudin.wordpress.com/-2010/10/komponen-penilaian-k-p-s/tembolok.html. [9 Juli 2011].

Nuh, U. 2010. Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains. Artikel Pendidikan, [online]. Tersedia: http://fisikasmaonline.blogspot .com/2010/03/keterampilan-proses-sains.html. [03 Febuari 2012]

Nuraeni, N. dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. (tidak diterbitkan). UPI-Bandung. Bandung.

Nur, M. dan ibrahim. 2005. Pendekatan-pendekatan Kontruktivis dalam Pembelajaran. University Press. Surabaya.

Panen, P.D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Semiawan, C. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses. Gramedia. Jakarta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 20010. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

Tim Action Research Buletin Pelangi Pendidikan. 1999. Proses Belajar Mengajar. Universitas Malang. Malang.

(53)

52

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan

Gambar

Tabel   Halaman
Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
Tabel 2.  Indikator keterampilan proses sains dasar
Tabel 2 (lanjutan)
+3

Referensi

Dokumen terkait

signifikan dari kinerja keuangan perusahaan yang di lihat dari rasio Debt to Equity. Ratio dan Debt to Total Asset Ratio , hal itu menunjukkan bahwa

Current ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan membayar kewajibannya lancarnya dengan menggunakan aset lancarnya yang dimiliki oleh

[r]

Pengaruh gaya gravitasi Kota Surakarta terjadi didaerah yang berdekatan langsung dengan wilayah Surakarta yaitu Desa Gadingan, Desa Laban, Desa Wirun (berbatasan langsung

Hal ini disebabkan oleh gangguan yang berupa noise dimana jumlah pengguna pada pagi hari lebih banyak dari siang hari yang menyebabkan nilai QoS berbeda.

Abbreau et al (2003) mengamati bahwa pada sistem tenaga listrik terisolasi yang terhubung dengan beban non linear akan menghasilkan arus harmonik yang menyebabkan distorsi

Dengan perencanaan yang tepat, maka retak geser pada balok tidak akan terjadi karena tulangan sengkang pada arah vertikal ini telah direncanakan mampu menahan beban gaya

1.333 (2) Distribusi harga pokok Gabah Pada ke tiga tipe lahan dengan perhitungan gini rasio menunjukkan bahwa distribusi harga pokok gabah cenderung merata dengan tingkat