• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kadar Merkuri(Hg) Dalam Urin Terhadap Fungsi Ginjal Pada Penambang Emas Tradisional Di Desa Panton LuasKecamatanSawangKabupaten Aceh Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kadar Merkuri(Hg) Dalam Urin Terhadap Fungsi Ginjal Pada Penambang Emas Tradisional Di Desa Panton LuasKecamatanSawangKabupaten Aceh Selatan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KADAR MERKURI(HG) DALAM URIN TERHADAP FUNGSI GINJAL PADA PENAMBANG EMASTRADISIONAL

DI DESA PANTON LUAS KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH SELATAN

TESIS

Oleh

HERIANTO BANGUN 107008002

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH KADAR MERKURI(HG) DALAM URIN TERHADAP FUNGSI GINJAL PADA PENAMBANG EMASTRADISIONAL

DI DESA PANTON LUAS KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH SELATAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Biomedik Dalam Program Studi Ilmu Biomedik

Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

OLEH

HERIANTO BANGUN NIM. 107008002

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOMEDIK

(3)

JudulTesis : Pengaruh Kadar Merkuri(Hg) Dalam Urin Terhadap Fungsi Ginjal Pada Penambang Emas Tradisional Di Desa Panton LuasKecamatanSawangKabupaten Aceh Selatan

Nama : HeriantoBangun

Nomor Pokok : 107008002 Program Studi : Biomedik

Menyetujui KomisiPembimbing

(Prof. dr. H. Gus BaktiRusip, MSc, PKK, AIFM, DK)

Ketua Anggota

(Prof.Dr. ZulAlfian, MSc)

KetuaProgram Studi, Dekan

(4)

Tanggal lulus: 15 Januari 2014 Telahdiujipada

Tanggal 15 Januari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.dr. H Gus BaktiRusip, MSc. PKK, AIFM, DK Anggota : 1. Prof. DR. ZulAlfian, M.Sc

2. dr. Sri Widjaja, M.Kes

(5)

ABSTRAK

Kegiatan penambangan emas secara tradisional yang dilakukan oleh mayarakat Indonesia menggunakan metode amalgamasi yaitu pengikatan emas dengan menggunakan merkuri (Hg). Merkuri dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kadar merkuri dalam urin terhadap fungsi ginjal pada penambang emas tradisional didesa Panton Luaskecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan. Subjek penelitian ini adalah seluruh pekerja penambang emas dibagian proses amalgamasi yang berjumlah 30 orang. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan sampel adalah total sampling. Data dalam penelitian ini diambil dalampan duan dengan kuesioner dan pemeriksaan laboratorium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kadar merkuri dalam urin pada penambang emas sebesar 2,85 µg/l, Kadar merkuri terendah sebesar 2,01-2,30 µg/l sebanyak 6 orang (20%) dan kadar tertinggi 3,83-4,00 µg/l sebanyak 1 orang (3,3%), rata rata kadar ureum penambang emas sebesar26,6 mg/dl dengan kadar ureum terrendah sebesar 10,14-16,13 mg/dl sebanyak 6 orang (20%) dan nilai tertinggi sebesar 40,14- 46,13 mg/dl sebanyak 4 orang (13,3%), rata- rata kadar kreatinin penambang emas sebesar 0,84 mg/dl, kadar kreatinin terrendah sebesar 0,70-0,75 mg/dl sebanyak 13 orang (43,3%) dan tertinggi sebesar 1,06-1,10 mg/dl sebanyak 3 orang (10%). Pada penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan jumlah kadar merkuri dalam urin dapat meningkatkan kadar ureum dan kreatinin yang signifikan walaupun masih dalam batasan normal.

(6)

ABSTRACT

The activity of traditional gold mining by the Indonesians usually use amalgamation method by tying the gold with mercury (Hg). Mercury can affect the function of kidney. The objective of the research was to findthe influence of mercury content in urine for the function of kidney in the traditional gold miners at Panton Luas village, SawangSubdistrict, Aceh Selatan District. The subject of the research was 30 tradisional gold miners. The samples were taken by using total sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires and conducting laboratory examination. The result of the research showed that, on the average, mercury content in urine in the traditional gold miners was

2.85μg/l. The lowest mercury content of 2.01-2.30μg/l was found in six miners (20%) and the highest mercury content of 3.83-4.00μg/l was found in one miner (3.3%); the average ureum content in the gold miners was 26.6 mg/dl with the lowest ureum content of 10.14-18.13 mg/dl was found in six miners (20%) and the highest ureum content of 40.14-46.13 mg/dl was found in four miners (13.3%); the average kreatinine content in the gold miners was 0.84 mg/dl with the lowest kreatinine content of 0.70-0.75 mg/dl was found in 13 miners (43.3%) and the highest kreatinine content of 1.06-1.10 mg/dl was found in three miners (10%). The conclusion of the research was that the increase of the amount of mercury content in urine could significantly increase ureum and kreatinine content although they were still in normal limitation.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat TuhanYesus yang telah memberikan berkat yang sungguh luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh kadar merkuri (Hg) dalam urin terhadap fungsi ginjal pada penambang emas didesa Panton Luaskecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan”.Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan strata 2 pada program Megister Ilmu Biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Ucapan terimakasih penulis yang sebar-besarnyakepada :

1. Rektor Universitas Sumatra Utara Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTMNH, M.SC (CTM), Spa (K). Atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister Ilmu Biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara , Prof. dr. Gontar A.

Siregar, SpPD, KGEH atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Sumatra Utara.

(8)

4. Terimakasih yang takterhingga kepada Prof. Dr. H. Gusbakti Rusip. MSc, PKK, AIFM, DK dan Prof. DR. ZulAlfian, MSc sebagai pembimbing yang dengan penuh perhatian dan banyak memberikan motivasi bimbingan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Terimakasih juga kepada dr. Eka Roina Megawati, M. Kesdan dr. Sri Widjaja,

M. Kes sebagai anggota komisi pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan sarana demi kesempurnaan tesis ini.

6. Terimakasih penulis sampaikan kepada bapak kepala desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan, kepada laboratorium LIDA USU dan kepada BTKL Medan serta kepada laboraterium RSUD. Dr. H. Yuliddin Away Tapak Tuan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pemeriksaan penelitian tesis ini.

7. Persembahan terimakasih yang tulus dan rasa hormat penulis yang sebesarnya kepadaa yahanda tercinta Soman Bangun (+) dan Ibunda tersayang Muncai br Sembiring yang selalu memberikan dukungan moril serta doa selama penulis menjalani pendidikan di program Magister ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

8. Terimakasih juga penulis sampaikan buat Willi Wijaya dan Kak Nuraisah yang tak terhingga atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama dalam menyelesaikan tesis ini, mulai dari awal sampai akhir tesis ini selesai.

(9)

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna dan perlu masukan untuk kesempurnaan oleh karena itu penulis berharap adanya kritik serta sarana untuk penyempurnaan tesis ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

(10)

DAFTAR RIWYAT HIDUP A. IdentitasDiri

Nama : HeriantoBangun

Tempat/tanggallahir : Narigunung II, 1-1-1979

Agama : Kristen Protestan

AlamatRumah : DesaNarigunung II, Kec. Payung, Kab. Karo

B. RiwayatPendidikan

SDN Narigunung : TamatTahun 1991

SMPN Tiganderket : TamatTahun 1994

SMAN 2 KabenJahe : TamatTahun 1997

AkperWiraHusada Medan : TamatTahun 2000

D4 Keperawatan USU : TamatTahun 2002

S1 KeperawatanSTIkes Sumatra Utara : TamatTahun 2012 Program Magister IlmuBiomedik : TamatTahun 2014

C. RiwayatPekerjaan

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Hipotesis ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Merkuri ... 8

2.1.1. Mekanisme Kerja Merkuri Dalam Tubuh ... 12

2.1.2. Kadar Batas Aman Merkuri ... 13

2.1.3. Cara Masuk Merkuri ke Dalam Tubuh ... 13

2.1.4. Toksisitas Merkuri ... 14

2.1.5. Pengaruh Merkuri terhadap Kesehatan ... 15

(12)

Dalam Urine ... 22

2.2. Ginjal ... 23

2.2.1. Anatomi Ginjal ... 23

2.2.2. Fisiologi Ginjal ... 25

2.2.3. Nefron ... 27

2.2.4. Pemeriksaan Kadar Ureum ... 28

2.2.5. Pemeriksaan Kadar Kreatinin ... 29

2.2.6. Kerangka Teori ... 30

2.2.7. Kerangka Konsep ... 31

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 32

3.2. Populasi ... 32

3.3. Besar Sampel ... 32

3.4. Variabel Penelitian ... 32

3.5. Defenisi Oprasional ... 32

3.6. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi ... 33

3.7. Etika Penelitian ... 34

3.8. Alat Dan Cara Penelitian Kadar Merkuri dalam Urine ... 34

3.9. Prosedur Pemeriksaan Kadar Ureum Dan Kreatinin ... 36

3.10. Pengolahan Data ... 37

3.11. Analisa Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 39

4.1.1. Data Demografi ... 39

4.1.2. Kadar Merkuri ... 40

4.1.3. Kadar Ureum ... 41

(13)

4.2.1. Kadar Merkuri Dalam Urin ... 47

4.2.2. Kadar Ureum Darah Pada Penambang ... 48

4.2.3. Kadar Kreatinin Darah Pada Penambang ... 48

4.2.4. Fungsi Ginjal Penambang ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Saran ... 52

(14)

ABSTRAK

Kegiatan penambangan emas secara tradisional yang dilakukan oleh mayarakat Indonesia menggunakan metode amalgamasi yaitu pengikatan emas dengan menggunakan merkuri (Hg). Merkuri dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kadar merkuri dalam urin terhadap fungsi ginjal pada penambang emas tradisional didesa Panton Luaskecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan. Subjek penelitian ini adalah seluruh pekerja penambang emas dibagian proses amalgamasi yang berjumlah 30 orang. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan sampel adalah total sampling. Data dalam penelitian ini diambil dalampan duan dengan kuesioner dan pemeriksaan laboratorium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kadar merkuri dalam urin pada penambang emas sebesar 2,85 µg/l, Kadar merkuri terendah sebesar 2,01-2,30 µg/l sebanyak 6 orang (20%) dan kadar tertinggi 3,83-4,00 µg/l sebanyak 1 orang (3,3%), rata rata kadar ureum penambang emas sebesar26,6 mg/dl dengan kadar ureum terrendah sebesar 10,14-16,13 mg/dl sebanyak 6 orang (20%) dan nilai tertinggi sebesar 40,14- 46,13 mg/dl sebanyak 4 orang (13,3%), rata- rata kadar kreatinin penambang emas sebesar 0,84 mg/dl, kadar kreatinin terrendah sebesar 0,70-0,75 mg/dl sebanyak 13 orang (43,3%) dan tertinggi sebesar 1,06-1,10 mg/dl sebanyak 3 orang (10%). Pada penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan jumlah kadar merkuri dalam urin dapat meningkatkan kadar ureum dan kreatinin yang signifikan walaupun masih dalam batasan normal.

(15)

ABSTRACT

The activity of traditional gold mining by the Indonesians usually use amalgamation method by tying the gold with mercury (Hg). Mercury can affect the function of kidney. The objective of the research was to findthe influence of mercury content in urine for the function of kidney in the traditional gold miners at Panton Luas village, SawangSubdistrict, Aceh Selatan District. The subject of the research was 30 tradisional gold miners. The samples were taken by using total sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires and conducting laboratory examination. The result of the research showed that, on the average, mercury content in urine in the traditional gold miners was

2.85μg/l. The lowest mercury content of 2.01-2.30μg/l was found in six miners (20%) and the highest mercury content of 3.83-4.00μg/l was found in one miner (3.3%); the average ureum content in the gold miners was 26.6 mg/dl with the lowest ureum content of 10.14-18.13 mg/dl was found in six miners (20%) and the highest ureum content of 40.14-46.13 mg/dl was found in four miners (13.3%); the average kreatinine content in the gold miners was 0.84 mg/dl with the lowest kreatinine content of 0.70-0.75 mg/dl was found in 13 miners (43.3%) and the highest kreatinine content of 1.06-1.10 mg/dl was found in three miners (10%). The conclusion of the research was that the increase of the amount of mercury content in urine could significantly increase ureum and kreatinine content although they were still in normal limitation.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kegiatan penambangan emas secara tradisional yang dilakukan oleh mayarakat Indonesia menggunakan metode amalgamasi yaitu pengikatan emas dengan menggunakan merkuri (Hg) (Widodo, 2008). Merkuri (Hg) merupakan salah satu unsur logam berat yang mendapat perhatian utama dalam segi kesehatan karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan bersifat toksik terhadap manusia (Widodo, 2008).

Merkuri (Hg

Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Sejak era industrialisasi, merkuri menjadi bahan pencemar penggalian karena merkuri dimanfaatkan semaksimal mungkin. Salah satu penyebab pencemaran lingkungan oleh merkuri adalah

(17)

pembuatan tuling pengolahan emas yang diolah secara amalgamasi (International Agency for research on cancer World Health Organization dalam Lestaria, 2010).

Usaha pertambangan oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan, sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil, pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi dimana Merkuri (Hg

Wilayah perkampungan panton luas, Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan merupakan lokasi penambangan emas secara tradisional. Sejak ditemukannya kandungan logam mulia (emas) minat masyarakat untuk mendapatkan logam emas menjadi besar. Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan, penduduk setempat menggali perbukitan yang mengandung emas kemudian membawa bongkahan hasil galian tersebut ketempat proses pendulangan emas. Di tempat pendulangan emas, bongkahan hasil galian dimasukkan kedalam mesin penggiling tradisional yang bertujuan untuk menghancurkan dan memisahkan batuan dengan emas.

) digunakan sebagai media untuk mengikat emas.

(18)

ditempat pemijaran mencapai 15.4 µg/l. Selanjutnya Hg yang dilepaskan ke udara ini mempengaruhi kadar Hg dalam urine masyarakat wilayah tersebut. Kadar tertinggi pada pekerja toko emas, kadar Hg dalam urine mencapai 1200 µg/l

(Olaf Malm, 1998, Hurtado Jasmin et al, 2006). Penelitian kadar merkuri pada penambang emas telah dilakukan sebelumnya oleh Hartini (2007) di desa Rengas Tujuh kecamatan Titi kabupaten Ketapang Kalimantan Barat yang mendapatkan hasil bahwa sebanyak 44,4% pekerja tambang emas terdapat merkuri dalam urinnya dengan rata-rata kandungan 7,6 µg/l. Keracunan merkuri juga sering

terjadi pada pekerja tambang emas. Para penambang emas pada umumnya tercemar melalui kontak langsung dengan kulit, menghirup uap merkuri dan memakan ikan yang telah tercemar merkuri. Masalah kesehatan utama akibat uap air raksa terjadi pada otak, paru-paru, system saraf pusat dan ginjal (Lestarisa, 2010).

(19)

Ginjal merupakan organ ekskresi utama cairan yang tidak digunakan lagi oleh tubuh. Suatu zat terhadap ginjal dipengaruhi oleh faal ginjal sebagai organ eksreksi, semua buangan yang berbentuk cairan atau larutan dikeluarkan melalui ginjal. Merkuri merupakan salah satu zat toksik yang menyebabkan kerusakan ginjal. Ginjal sangat peka terhadap logam karena membentuk kompleks atau khelat dengan ligan organi (Soemirat, 2009).

Merkuri sebagai bahan toksik yang masuk kedalam tubuh akan mengikuti sirkulasi darah dan mengalami proses absorbs, distribusi, metabolism dan ekskresi Ginjal merupakan organ ekskresi yang utama yang penting untuk mengeluarkan zat-zat toksik yang masuk ke dalam tubuh (Guyton dan Hall, 2007). Aliran darah ke ginjal yang tinggi dan peningkatan konsentrasi produk yang di ekskresi diikuti reabsorbsi air dari cairan tubulus merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepekaan ginjal terhadap zat-zat toksik (Hudgson dan Levi, 2004) dan paparan zat toksik yang berulang akan menyebabkan terjadinya Nekrotik tubular akut (NTA) (Underwood, 2000 ; Alpers dan Foto 2007).

(20)

Sampel urine merupakan salah satu indikator untuk melihat kadar merkuri dalam urine, dan sampel darah untuk menentukan kadar ureum dan kreatinin dan melihat kerusakan fungsi ginjal. Pemeriksaan kadar merkuri dalam urin dapat dilakukan dengan pemeriksan dengan metode ICP ( Inductively Coupled Plasma) – OES (Optic Emision Spektrometri). Mengingat penggunaan merkuri terjadi secara terus menerus karena penambangan emas secara tradisional di desa Panton luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan diduga akan berpengaruh pada kerusakan ginjal bagi penambang.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengukur kadar merkuri (Hg) dalam urine dan pengaruh merkuri terhadap kerusakan ginjal pada penambang emas tradisional di desa Panton Luas kabupaten Aceh Selatan ?

1.2. Perumusan Masalah

(21)

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh kadar merkuri dalam urin terhadap fungsi ginjal pada penambang emas tradisional di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar merkuri dalam urin pada penambang emas tradisioanl di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan.

2. Untuk mengetahui kadar ureum pada penambang emas tradisional di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan.

3. Untuk mengetahui kadar kreatinin pada penambang emas tradisional di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan.

1.4. Hipotesis

Ha : ada pengaruh kadar merkuri dalam urin terhadap fungsi ginjal pada penambang emas tradisional di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan.

(22)

1.5.Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah Daerah

Sebagai bahan informasi dan pertimbangan kepada Pemerintah daerah khususnya Bahan Lingkungan Hidup (BLH), dinas kesehatan propinsi dan kabupaten dalam perencanaan, pemantauan serta dampak kesehatan lingkungan.

2. Bagi Penambang emas

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Merkuri

Merkuri (Hg) adalah unsur logam yang sangat penting dalam teknologi diabad modern saat ini. Merkuri (Hg) merupakan salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu-batuan, bijih tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik (Setiawati, 2012).

Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA ; 80) serta mempunyai massa molekul relatif (MR : 200,59). Merkuri diberikan symbol kimia Hg yang merupakan singkatan yang berasal bahasa Yunani Hydrargricum, merkuri atau raksa (Zul Alfian, 2006).

Sebagai unsur, merkuri berbentuk cair keperakan pada suhu kamar. Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik anorganik maupun organik. Merkuri dapat menjadi senyawa anorganik melalui oksidasi dan kembali menjadi unsur merkuri (Hg) melalui reduksi. Merkuri anorganik menjadi merkuri lambat berdegradasi menjadi merkuri anorganik. Merkuri mempunyai titik leleh 38,87 dan titik didih 35,00

Merkuri (Hg) adalah satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu ruang. Merkuri, baik logam maupun metal merkuri (CH

(Lubis Sari Halida, 2002).

(24)

diginjal dan system saraf, yang suatu saat akan menganggu bila akumulasinya makin banyak. Merkuri dalam bentuk logam tidak begitu berbahaya, karena hanya 15% yang bisa terserap tubuh manusia. Tetapi begitu terpapar ke alam, dalam kondisi tertentu merkuri bisa bereaksi dengan metana yang berasal dari dekomposisi senyawa organik membentuk metal merkuri yang bersifat toksis. Dalam bentuk metal merkuri, sebagian besar akan berakumulasi di otak. Karena penyerapannya besar, dalam waktu singkat bisa menyebabkan berbagai gangguan (Palar Heryanto, 2008).

Logam merkuri dihasilkan dari bijih sinabar, HgS, yang mengandung unsur merkuri antara 0,1% - 4%.

HgS + O2→ Hg + SO

Merkuri yang telah dilepaskan kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh logam cair murni. Logam cair inilah yang dikemudian digunakan oleh manusia untuk bermacam-macam keperluan termasuk bagi penambang emas tradisional. Berdasarkan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh badan survey geologi di Amerika Serikat pada tahun 1974, dapat diketahui konsentrasi merkuri dilingkungan dekat penambangan.

2

Secara umum logam merkuri memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Berwujud cair pada suhu kamar (250C) dengan titik beku paling rendah sekitar -390

2. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam-logam yang lain.

(25)

3. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik.

4. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang disebut juga dengan analgon.

5. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua mahluk hidup, baik itu

dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan (Palar Heryanto, 2008).

Secara umum ada 3 bentuk merkuri (Hammond dan Beliles, 1980) yaitu 1. Merkuri Metal (Hg0

Merupakan logam berwarna putih, berkilau dan pada suhu kamar berada dalam bentuk cairan. Pada suhu kamar akan menguap dan membentuk uap merkuri yang tidak berwarna dan tidak berbau. Makin tinggi suhu, makin banyak yang menguap. Merkuri metal banyak digunakan untuk pemurnian emas dan digunakan pada thermometer.

)

2. Merkuri anorganik

Senyawa merkuri anorganik terjadi ketika merkuri dikombinasikan dengan elemen lain seperti klorin, sulfur oksigen. Senyawa ini biasa disebut garam-garam merkuri, garam-garam-garam-garam merkuri anorganik termasuk amoniak merkuri klorida dan merkuri iodide digunakan untuk cream pemutih kulit.

3. Merkuri organik

(26)

yang secara komersial digunakan sebagai fungsida, desinfektan, dan sebagai pengawet cat.

Terpaparnya merkuri pada tubuh dalam waktu yang lama dapat menimbulkan dampak kesehatan hingga kematian pada manusia. Salah satu pengaruh merkuri terhadpa fisiologi manusia yaitu ; pada sistem saluran pencernaan dan ginjal, terutama akibat merkuri yang terakumulasi, juga berpengaruh terhadap system syaraf, karena senyawa kerusakan otak yang irreversible sehingga mengakibatkan kelumpuhan permanen serta berpengaruh terhadap pertumbuhan (Wurdiyanto, 2007).

Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri didalam tubuh adalah menghalangi kerja enzim dan merusak membran sel, keadaan itu disebabkan karena kemampuan merkuri dalam membentuk gugus yang mengandung belerang(s) yang terdapat dalam protein, enzim atau membrane sel. Keracunan yang bersumber dari senyawa merkuri biasanya melalui saluran pernapasan, disebabkan karena senyawa-senyawa alkil-merkuri mempunyai rantai pendek yang mudah menguap, yang masuk besama jalur pernapasan akan mengisi ruang-ruang dan organ pernapasan dan berkaitan dengan darah (Palar, 2008)

2.1.1. Mekanisme Kerja Merkuri Dalam Tubuh

(27)

1. Absorbsi

Merkuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru - paru dalam bentuk uap atau debu. Sekitar 80 % uap merkuri yang terinhalasi akan diabsorbsi. Absorbsi merkuri logam yang tertelan dari saluran cerna hanya dalam jumlah kecil yang dapat diabaikan, sedangkan senyawa merkuri larut air mudah diabsorbsi. Beberapa senyawa merkuri organik dan anorganik dapat diabsorbsi

melalui kulit.

2. Biotransformasi

Unsur merkuri yang diabsorbsi dengan cepat dioksidadi menjadi ion Hg2+, yang memiliki afmitas berikatan dengan substrat-substrat yang kaya gugus tersebut. Merkuri ditemukan dalam ginjal (terikat pada metalotionen) dan hati. Merkuri dapat melewati darah-otak dan plasenta. Metil merkuri mempunyai afmitas yang kuat terhadap otak. Sekitar 90% merkuri darah terdapat dalam eritrosit. Metabolisme senyawa alkil merkuri serupa dengan metabolisme merkuri logam atau senyawa anorganiknya. Senyawa fenil dan metoksietil merkuri di metabolisme dangan lambat.

3. Ekskresi

(28)

2.1.2. Kadar Batas Aman Merkuri

Menurut WHO batas tolerir kadar merkuri dalam urin manusia rata-rata maksimal 4 µg/l. jika kadar merkuri dalam urin melebihi 10 µg/l akan menimbulkan gejala simptomatik.

2.1.3. Cara masuk merkuri ke dalam tubuh

Cara masuk merkuri ke dalam tubuh turut mempengaruhi bentuk gangguan yang ditimbulkan, penderita yang terpapar dari uap merkuri dapat mengalami gangguan pada saluran pernafasan atau paru - paru dan gangguan berupa kemunduran pada fungsi otak. Kemunduran tersebut disebabkan terjadinya gangguan pada korteks. Garam - garam merkuri yang masuk dalam tubuh, baik karena terhisap ataupun tertelan, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran pencernaan, hati dan ginjal. Dan kontak langsung dengan merkuri melalui kulit akan menimbulkan dermatitis lokal, tetapi dapat pula meluas secara umum bila terserap oleh tubuh dalam jumlah yang cukup banyak karena kontak yang berulang - ulang (Kalyanamedia, 2006 dalam Sugeng 2010).

2.1.4. Toksisitas merkuri.

(29)

terserap oleh paru-paru serta dapat menembus kulit dan juga dapat terserap oleh lambung apabila tertelan. Banyak penyakit yang disebabkan oleh merkuri anorganik ini bagi manusia diantaranya mengiritasi kulit, mata dan membran mucus. Merkuri organik dapat masuk ketubuh melalui paru-paru, kulit dan juga lambung. Merkuri apapun jenisnya sangatlah berbahaya pada manusia karena merkuri akan terakumulasi pada tubuh dan bersifat neurotoxin. Merkuri yang digunakan pada produk-produk kosmetik dapat menyebabkan perubahan warna kulit yang akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, iritasi kulit, hingga alergi, serta pemakaian dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak secara permanen, ginjal, dan gangguan perkembangan janin, bahkan pemakaian dalam jangka pendek dalam kadar tinggi bisa menimbulkan muntah-muntah, diare, kerusakan paru-paru, dan merupakan zat karsinogenik yang menyebabkan kanker (Gatot, 2007 dalam Lestarisa 2010).

2.1.5. Pengaruh Merkuri terhadap Kesehatan

Beberapa hal terpenting yang daapat dijadikan patokan terhadap efek yang ditimbulkan oleh merkuri terhadap tubuh, adalah sebagai berikut:

1. Semua senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh

2. Senyawa merkuri yang berbeda, menunjukkan karakteristik yang berbeda pula dalam daya racun, penyebaran, akumulasi dan waktu retensi yang dimilikinya di dalam tubuh.

(30)

perubahan bentuk atas senyawa - senyawa merkuri dari satu tipe ke tipe lainnya.

4. Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri dalam tubuh adalah menghalangi kerja enzim dan merusak selaput dinding (membran) sel.

Keadaan itu disebabkan karena kemampuan merkuri dalam membentuk ikatan kuat dengan gugus yang mengandung belerang, yang terdapat dalam enzim atau dinding sel.

5. Kerusakan yang diakibatkan oleh logam merkuri dalam tubuh umumnya bersifat permanen.

Dalam bidang kesehatan kerja dikenal istilah keracunan akut dan keracunan kronis. Keracunan akut didefinisikan sebagai suatu bentuk keracunan yang terjadi dalam jangka waktu singkat atau sangat singkat. Peristiwa keracunan akut ini dapat terjadi apabila individu secara tidak sengaja menghirup atau menelan bahan beracun dalam dosis atau jumlah besar. Adapun keracunan kronis didefinisikan dengan terhirup atau tertelannya bahan beracun dalam dosis rendah tetapi dalam jangka waktu yang panjang. Keracunan kronis lebih sering diderita oleh para pekerja di penambangan emas.

(31)

pemanfaatan yang tidak mengikuti prosedur. Pengaruh merkuri terhadap kesehatan manusia dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengaruh terhadap fisiologis

Pengaruh toksisitas merkuri terutama pada SSP (Sistem Saluran Pencernaan) dan ginjal terutama akibat merkuri terakumulasi. Jangka waktu, intensitas dan jalur paparan serta bentuk merkuri sangat berpengaruh terhadap sistem yang dipengaruhi. Organ utama yang terkena pada paparan kronik oleh elemen merkuri dan organomerkuri adalah SSP (Sistem Saluran Pencernaan). Sedangkan garam merkuri akan berpengaruh terhadap kerusakan ginjal. Keracunan akut oleh elemen merkuri yang terhisap mempunyai efek terhadap sistem peraafasan sedang garam merkuri yang tertelan akan berpengaruh terhadap SSP, efek terhadap sistem kardiovaskuler merupakan efek sekunder.

2. Pengaruh terhadap Sistem Syaraf

Merkuri yang berpengaruh terhadap sistem syaraf merupakan akibat pemajanan uap elemen merkuri dan metil merkuri karena senyawa ini mampu menembus blood brain barrier dan dapat mengakibatkan kerusakan otak yang

(32)

3. Pengaruh terhadap Ginjal

Apabila terjadi akumulasi pada ginjal yang diakibatkan oleh masuknya garam inorganik atau phenylmercury melalui SSP akan menyebabkan naiknya permeabilitas epitel tubulus sehingga akan menurunkan kemampuan fungsi ginjal (disfungsi ginjal). Pajanan melalui uap merkuri atau garam merkuri melalui saluran pernafasan juga mengakibatkan kegagalan ginjal karena terjadi

proteinuria atau nephrotic syndrom dan tubular necrosis akut. 4. Pengaruh terhadap Pertumbuhan.

Terutama terhadap bayi dan ibu yang terpajan oleh metilmerkuri dari hasil studi membuktikan ada kaitan yang signifikan bayi yang dilahirkan dari ibu yang makan gandum yang diberi fungisida, maka bayi yang dilahirkan mengalami gangguan kerusakan otak yaitu retardasi mental, tuli, penciutan lapangan pandang, buta dan gangguan menelan.

Metode terbaik penilaian paparan terhadap uap merkuri, senyawa alkil dan

merkuri anorganik adalah penetapan kuantitatif merkuri dalam kemih dengan spektrometri. Pada paparan senyawa organik (metil merkuri), hendaknya diukur kadar senyawa-senyawa tersebut alam eritrosit dan plasma. Pekerja yang bekerja dengan merkuri akan memiliki kemungkinan risiko terpapar merkuri yaitu keracunan akut dan kronis.

1. Keracunan akut

(33)

umumnya terjadi pada pekerja - pekerja industri pertambangan dan pertanian yang menggunakan merkuri sebagai bahan baku, katalis dan atau pembentuk amalgam atau pestisida. Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan mengamati gejala - gejala berupa : peradangan pada tekak

(pharyngitis), dyspaghia, rasa sakit pada bagian perut, mual - mual dan muntah, disertai dengan darah dan shock. Bila gejala - gejala awal ini tidak segera diatasi, penderita selanjutnya akan mengalami pembengkakan pada kelenjar ludah, radang pada ginjal (nephritis), dan radang pada hati (hepatitis). Senyawa atau garam - garam merkuri yang mengakibatkan keracunan akut, dalam tubuh akan mengalami proses ionisasi.

2. Keracunan kronis

Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan berlangsung dalam selang waktu yang panjang. Penderita keracunan kronis biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah menumpuk sejumlah racun dalam tubuh mereka, sehingga pada batas daya tahan yang dimiliki tubuh, racun yang telah mengendap dalam selang waktu yang panjang tersebut bekerja. Pengobatan akan menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya sama dengan keracunan akut, yaitu melalui jalur pernafasan dan makanan.

(34)

sangat besar dan melebihi batas toleransi yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat Peristiwa keracunan kronis tidak hanya menyerang orang-orang yang bekerja secara langsung dengan merkuri, melainkan juga dapat diderita oleh mereka yang tinggal di sekitar kawasan industri yang banyak menggunakan merkuri. Hanya saja masa keracunan yang terjadi berjalan dalam selang waktu yang berbeda. Untuk mereka yang bekerja langsung dengan menggunakan merkuri, proses keracunan kronis mungkin sudah memperlihatkan gejala dalam selang waktu beberapa minggu. Sedangkan pada mereka yang tidak terkena langsung, proses keracunan kronis merkuri ini baru dapat diketahui setelah waktu bertahun - tahun.

(35)

Biasanya, satu dari kedua gejala ini akan mendominasi gejala keracunan kronis dan ada kemungkinan terjadinya komplikasi dengan psikologis. Hal ini diperlihatkan dengan terjadinya gangguan emosional, seperti cepat marah yang diluar kewajarannya dan mental hiperaktif yang berat. Gejala tremor biasanya dimulai dari ujung jari tangan atau ujung jari kaki. Gejala pada ujung jari tangan akan terus menjalar sampai pada otot wajah, lidah, dan pangkal tenggorokan

(larynx). Tremor tersebut biasanya akan berhenti bila penderita tidur, namun demikian seringkali terjadi gangguan kram secara tiba-tiba dan kontraksi-kontraksi lainnya. Tanda-tanda seorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat pada organ mata. Biasanya pada lensa mata penderita terlihat warna abu-abu sampai gelap, atau abu-abu-abu-abu kemerahan, yang semua itu dapat dilihat dengan mikroskop mata. Disamping itu, gejala keracunan kronis merkuri yang lainnya adalah terjadinya anemia ringan

pada darah.

2.1.6. Merkuri dalam urine

(36)

Pada hasil beberapa studi menunjukkan bahwa tanda awal pengaruh kurang baik yang berkenaan dengan sistem syaraf pusat atau ginjal dapat dilihat pada konsentrasi kadar merkuri dalam urin antara 10 - 20 μg/l. Dan apabila konsentrasi merkuri dalam urine melebihi 20 μg/l secara pasti mempunyai risiko efek kurang baik pada kesehatan, terutama pada sistem syaraf pusat, tremor, rasa cemas, erethism dan kerusakan ginjal dengan proteinuria dapat diamati (WHO Geneva, 1994).

2.1.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Merkuri Dalam Urin 1. Kadar Merkuri

Jumlah merkuri yang digunakan pekerja sebagai bahan pecampur pada saat proses amalgamasi dan penggarangan dengan satuan lt/hr.

2. Lama Kontak Merkuri

Adalah lama seseorang bekerja setiap harinya (dalam satuan jam) dan berapa hari dalam seminggu (dalam satuan hari), sehingga semakin lama jam kerja orang tersebut dalam sehari maka akan semakin banyak jumlah paparan merkuri yang diterima oleh tubuhnya, dan terakumulasi dalam berapa hari kerja selama seminggu.

3. Frekuensi Pemakaian Merkuri

(37)

4. Masa Kerja

Adalah lama seseorang bekerja (dalam satuan tahun), dan selama itu pula orang tersebut terpajan merkuri. Karena merkuri bersifat akumulatif maka semakin lama orang tersebut bekerja akan semakin banyak pula jumlah merkuri di dalam tubuhnya.

5. Penggunaan Alat Pelindung Diri

[image:37.595.233.393.595.687.2]

Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang digunakan untuk meminimalisasi tingkat paparan bahan berbahaya atau beracun serta menghindari kecelakaan akibat kerja di tempat kerja. APD (Alat Pelindung Diri) ada untuk semua jenis bahaya dan keadaan. Jenis APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan pada pertambangan emas, meliputi : sarung tangan karet, kaca mata, sepatu boot, dan pakaian panjang (pada proses amalgamasi), sedangkan pada proses penggarangan dibutuhkan masker sebagai alat pelindungnya. Pada dasarnya APD tersebut dapat berfungsi untuk mencegah masuknya merkuri ke dalam tubuh pekerja, baik melalui inhalasi maupun melalui pori - pori kulit. Dengan pekerja memakai APD, diharapkan akan mengurangi risiko yang diakibatkan oleh paparan merkuri.

(38)

2.2. Ginjal

2.2.1. Anatomi Ginjal

Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak pada dinding posterior abdomen, didaerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum. Ginjal jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kanan lebih tebal dari yang kiri. Masing masing ginjal memiliki facies anterior dan posterior, margo medialis dan lateralis, ekstremitas posterior dan inferior. Ginjal berbentuk seperti kacang dengan warna kemerahan (Price dan Wilson, 2006). Posisi hati menyebabkan ginjal kanan terlatak 1-2 cm lebih rendah dibandingkan ginjal kiri. Masing masing ginjal memiliki berat 130-150 gram dengan ukuran panjang 11 cm, lebar 4-5 cm dan tebal 3 cm (Gartner dan Hialt 2007). Ginjal merupakan organ terpenting dalam tubuh. Ginjal memiliki tiga bagian utama yaitu korteks (bagian luar), medulla, dan pelvis renalis ( Guyton, 1995)

[image:38.595.260.401.611.705.2]
(39)

Organ ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung. Sebelah posterior dilindungi oleh iga dan otot- otot sedangkan sebelah anterior dilindungi oleh bantalan usus yang tebal

2.2.2. Fisiologi Ginjal

Ginjal mengatur komposisi kimia dari lingkungan dalam melalui suatu proses majemuk yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif dan sekresi. Filtrasi terjadi dalam glomerulus, tempat ultrafiltrat dari plasma darah terbentuk. Tubulus nefron terutama tubulus proksimalis mengabsorbsi zat-zat dalam substrat yang berguna bagi metabolisme tubuh, sehingga memelihara homeostatis lingkungan dalam (Junqueira dan Carneiro, 2007). Filtrasi memindahkan produk sisa tertentu dari darah ke dalam lumen tubulus, yang dikeluarkan bersama urin. Dalam keadaan tertentu, dinding duktus koligens dapat ditembus air, sehingga membantu memekatkan urin, yang umumnya hipertonik terhadap plasma darah. Dengan cara ini, organisme mengatur air, cairan interselular dan keseimbangan osmotik (Junqueira dan Carneiro, 2007).

Ginjal merupakan alat tubuh yang strukturnya amat rumit, berperan penting dalam pengelolaan berbagai faal utama tubuh. Beberapa fungsi ginjal:

1. Regulasi volume dan osmolalitas cairan tubuh

(40)

2. Regulasi keseimbangan elektrolit

Untuk mempertahankan homeostasis, ekskresi air dan elektrolit seharusnya sesuai dengan asupan. Jika asupan melebihi ekskresi, jumlah zat dalam tubuh meningkat. Jika asupan kurang dari ekskresi, jumlah zat dalam tubuh berkurang.

3. Regulasi keseimbangan asam basa

Ginjal turut mengatur asam-basa, bersama dengan sistem dapar paru dan cairan tubuh, dengan mengekskresi asam dan mengatur penyimpanan dapar cairan tubuh.

4. Ekskresi produk metabolit dan substansi asing

Ginjal merupakan organ utama unruk membuang produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh, seperti urea (dari metabolisme asam amino), kreatinin (dari kreatin otot), asam urat (dari asam nukleat), produk akhir pemecahan hemoglobin (seperti bilirubin), dan metabolit dari berbagai hormon. Ginjal membuang banyak toksin dan zat asing lainnya yang diproduksi oleh tubuh atau pencernaan, seperti pestisida, obat-obatan dan makanan tambahan.

5. Fungsi endokrin

a. Partisipasi dalam eritropoiesis ; Ginjal mengsekresi eritropoietin, yang merangsang pembentukan sel darah merah. Salah satu rangsangan yang penting untuk sekresi eritropoietin oleh ginjal ialah hipoksia.

(41)

juga mengatur tekanan arteri jangka pendek dengan mengsekresi faktor atau zat vasoaktif, seperti renin yang menyebabkan pembentukan produk vasoaktif.

6. Pengaturan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D3

Ginjal menghasilkan bentuk aktif dari vitamin D, yaitu 1,25-dihidroksi vitamin D3.

7. Sintesa glukosa

Ginjal menerima sekitar 20% hingga 25% dari curah jantung atau sekitar 1000 hingga 1200 ml/menit untuk difiltrasi. Semua elemen akan mengalami filtrasi, termasuk air, elektrolit, dan nonelektrolit, kecuali untuk sel darah merah dan sebagian besar protein.

2.2.3. Nefron

Merupakan satuan fungsional ginjal mengandung kira-kira 1,3 juta nefron dan tiap nefron dapat membentuk urina sendiri. Selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah.

(42)
[image:42.595.257.443.148.395.2]

Gambar 2.3 Struktur nefron (Junqueira et al., 2007)

Setiap korpusel renalis dengan diameter 150-250 µm mengandung gulungan kapiler darah yang disebut (junqueira et al, 2007).

(43)

Ginjal melakukan fungsinya dengan menyaring plasma darah, zat – zat yang tidak dibutuhkan lagi diekskresikan melalui urin dan zat yang masih dibutuhkan tubuh dikembalikan lagi kedalam darah. Organ ginjal dapat mengalami gangguan dalam melakukan fungsinya baik berupa gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronis. Efek dari kegagalan fungsi ginjal secara umum dapat berupa :

1. Edema umum disebabkan retensi air dan garam.

2. Asidosis yang disebabkan oleh kegagalan ginjal untuk mengeluarkan produk- produk asam normal dalam tubuh.

3. Tingginya konsentrasi nitrogen non protein terutama urea.

4. Tingginya konsentrasi produk retensi urin lainnya, termasuk kreatinin. Maka dari itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang. Beberapa indikator lain pemeriksaan kreatinin dan ureum dalam darah dapat digunakan sebagai salah satu parameter fungsi normal ginjal pada pemeriksaan laboratorium ( Raphael, 1987 ).

2.2.4. Pemeriksaan Kadar Ureum

(44)

2.2.5. Pemeriksaan Kadar Kreatinin

(45)
[image:45.595.90.583.130.697.2]

2.2.6. Kerangka Teori

Gambar 2.4 Skematis Kerangka Teori

Penambangan Emas Menggunakan Merkuri (Hg)

Makanan / Minuman

Terkontaminasi Proses

Amalgamasi Sumber Merkuri Senyawa Merkuri (Merkuri Organik) Oral Uap Merkuri (Merkuri Anorganik) Proses Penggarangan Inhalasi Paparan Jangka Panjang Jenis Merkuri Logam Merkuri (Merkuri Anorganik) Dermal Kadar Merkuri Paparan Jangka Pendek Dengan Konsentrasi Tinggi Karakteristik Individu Lama Kontak Frekuensi Pemakaian Masa Kerja Penggunaan APD

Kadar Merkuri Dalam Urin

Kadar Merkuri Dalam : • Rambut • Darah Gangguan Fungsi Ginjal

(46)

2.2.7. Kerangka Konsep

[image:46.595.113.523.151.677.2]

Gambar 2.5 Skematis Kerangka Konsep Penambang Emas

Tradisional

Merkuri (Hg)

Paparan Kontak

Langsung

Terhirup Merkuri (Hg) Pemeriksaan Urine

Kadar Merkuri (Hg)

Uji Fungsi Ginjal

Ureum Kreatinin

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan metode pendekatan regresi linear sederhana.

3.2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja tambang emas yang melakukan proses amalgamasi di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan.

3.3. Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua penambang emas yang bekerja dibagian Amalgamasi yang ada di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan yang terpapar merkuri. Besar sampel Penelitian ini berjumlah 30 orang dengan tehnik Rule Of thumb yaitu besar sampel minimal 5-10 kali jumlah variable bebas yang diteliti.

3.4. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (bebas) yaitu: kadar merkuri dalam urin 2. Variabel Dependen (terikat) yaitu: kadar ureum dan kreatinin 3.5. Defenisi Operasional

(48)

2. Ureum (Blood Urea Nitrogen/ BUN) merupakan hasil metabolisme protein didalam tubuh penambang emas yang di ekskresikan dalam urin melalui ginjal dengan metode AMP Pisccos 05 Chemistry Analyzer

dengan batasan normal 10-50 mg/dl 3. Kadar Kreatinin

Merupakan hasil pengukuran jumlah kreatinin darah penambang emas dengan menggunakan metode Jaffe dengan batasan normal 0,7- 1,3 mg/dl 3.6. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah syarat yangharus dipenuhi agar responden dapat menjadi suplemen penelitian. Adapun criteria tersebut adalah:

a. Bersedia menjadi responden

b. Pekerja penambang emas yang terpapar merkuri c. Penambang yang bekerja di bagian proses amalgamasi. d. Penambang yang sudah bekerja minimal 2 tahun. 2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah syarat yang tidak dapat dipenuhi oleh responden agar dapat menjadi sampel, kriteria tersebut adalah:

a. Tidak bersedia menjadi responden

b. Pekerja tambang emas yang tidak menggunakan merkuri dalam

menambang emas

(49)

e. menggunakan alat pelindung diri secara lengkap f. tidak memiliki riwayat penyakit metabolik 3.7. Etika Penelitian

Penggunaan dan penanganan penambang di Laboratorium penelitian dilakukan sesuai dengan aturan etika penelitian yang telah diperoleh “Etihical clearance” dari komite etik Fakultas Kedokteran USU Medan. 3.8. Alat Dan Cara Penelitian Kadar merkuri dalam urine

1. Alat untuk pengumpulan sampel urin: botol penampung urine

2. Alat yang digunakan untuk proses destruksi basah: labu takar, corong gelas, pipet tetes, pengaduk, pipet ukur, karet penghisap.

3. Bahan : kertas pH, kertas saring Whatman 42, asam nitrat pekat, aquadest. 4. Bahan yang digunakan untuk analisa raksa pada alat ICP-OES meliputi

larutan standart Hg 1000 mg/L, HCL 20%, HN03 (p)

Peralatan yang digunakan meliputi :

, Kertas saring, Gas Argon.

• ICP

• Pemanas Listrik

• Pipet volume 3,5,10,25 mL

• Labu ukur 1000 mL

• Corong

• Erlenmeyer 250 mL

(50)

Seluruh sampel yang sudah tiba di LIDA USU dimasukan dalam labu takar kemudian ditambahkan 8 ml HN03 (p) 65%. Setelah itu sampel didiamkan selama 48 jam, kemudian disaring melalui kertas saring Whatman 42, dan dimasukan kedalam gelas ukur 50 ml dengan menggunakan corong plastic polytilen. Selanjutnya ditambahkan dengan aquabides. (Darmono 1995)

Pembuatan larutan baku raksa

a. Pembuatan larutan baku raksa 5 mg/L

Larutan Hg 1000 mg/L diambil dengan pipet 5 mL, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 1000mL.setelah itu ditambahkan HCL 20% sampai tepat tanda tera.

b. Pembuatan larutan baku raksa 0,05mg/L

Larutan baku Hg 5 mg/L diambil dengan pipet 10 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL. kemudian ditambahkan HCL 20% sampai tepat tanda tera.

c. Pembuatan larutan kerja raksa.

Larutan baku Hg 0,05 mg/L diambil dengan pipet 0, 3, 5, 10, 15, 25 mL, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL. kemudian ditambahkan HCl 20% sampai tepat tera sehingga diperoleh kadar raksa 0; 0,0015; 0,0025; 0,0050; 0,0075; 0,0125 mg/L.

Prosedur analisa

(51)

sampel diisap satu persatu kedalam alat ICP melalui pipa injeksi alat. Setelah itu kosentrasi masing masing sampel dicatat sesuai dengan yang terbaca dilayar computer.

3.9. Prosedur Pemeriksaan Kadar Ureum Dan Kreatinin Penambang

Sampel darah penambang yang sudah dimasukkan kedalam termos es dibawa ke laboratorium. Prosedur yang dilaksanakn setelah di laboratorium.

1. Spuit yang berisi sampel darah penambang emas diterima dan diberi

“pelabelan”

2. Sampel berlebel dari spuit dipindahkan ketabung cuvet

3. Sampel disentrifuse kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk

memisahkan plasma dengan supernatant. 4. Presedur uji/cara kerja :

a. Sampel dengan barcode pada tube diletakkan pada rak sampel kemudian →tekan “start”

b. Sampel tanpa Barcode pada rtube atau cup serum diletakkan pada rak

sampel kemudian lakukan program sampel berikut: tekan panel “rountine” →pilih “test requestion” → pilih “normal” →tekan panel “start entery” →pilih pa rameter yang akan dipilih (ureum atau kreatinin) →tekan “entry” lalu “exit”

c. Sampel ranning dengan stat table, dilakukan dengan cara: pilih panel

(52)

melalui”system status” →pilih stat/qc table status→tekan tombol stat”on”. pastikan lampu tombol stat menyala→ hasil test yang lebih /kuramg dari normal dilakukan pengulangan atau pengenceran → tekan”entry” lalu “exit”.

3.10. Pengolahan Data

Pengolahan data - data dalam penelitian dilakukan dengan tahapan - tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Pengecekan data untuk kelengkapan data, kesinambungan data, keseragaman data sehingga validitas data dapat terjamin.

2. Entry Data

Proses pemindahan data tentang karakteristik pekerja tambang emas meliputi kadar merkuri ,kadar ureum dan kreatinin kedalam media computer agar didapat data masukan yang siap diolah oleh sistem komputer dengan menggunakan software komputer.

3. Tabulating

Mengelompokan data tentang kadar merkuri, ureum dan kreatinin sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan ke table distribusi dan tabulasi silang. Dan data siap disajikan.

3.11. Analisa Data

(53)

1. Analisa Univariat

Mendeskripsikan Variabel penelitian dengan distribusi frekuensi 2. Analisa Bivariat

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Data Demografi

Distribusi karakteristik pekerja tambang emas di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Pekerja Tambang Emas di kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013

No Karakteristik Pekerja Jumlah (n) Persentase (%) Umur

1. 20-30 tahun 10 33,3

2. 31-40 tahun 8 26,7

3. 41-50 tahun 7 23,3

4. > 51 tahun 5 16,7

Total 30 100

Pendidikan

1. SD 18 60,0

2. SMP 12 40,0

(55)

2. 3,1–4 tahun 5 16,7

3. 4,1–5 tahun 11 36,7

Jam Kerja (Jam/Hari)

1. 1 - 4 jam/hari 12 40,0

2. 5 – 8jam/hari 10 33,3

3. 9 – 12jam/hari 8 26,7

Total 30 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pekerja penambang emas mayoritas berumur 20-30 tahun yaitu 10 orang (33,3%). Dengan pendidikan SD yaitu 18 orang (60%) paling banyak lama kerja yaitu 2-3 tahun berjumlah 14 orang (46,7%),dengan jam kerja kurang dari 1 – 4 jam/hari yaitu 12 orang (40%)

4.1.2. Kadar Merkuri

[image:55.595.109.519.611.752.2]

Dari hasil penelitian di peroleh kadar merkuri (Hg) pada penambang emas tradisional di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan sebagai berikut :

Tabel 4.2. Kadar merkuri dalam urin pada penambang emas

No Kadar Merkuri (µg/l) Jumlah (n) Persentase (%)

1. 2,01-2,30 6 20

2. 2,31-2,60 5 16,7

3. 2,61-2,90 4 13,3

4. 2,91-3,20 6 20

5. 3,21-3,50 2 6,7

(56)

6. 3,51-3,80 6 20

7. 3,81-4,00 1 3,3

[image:56.595.104.516.91.468.2]

Total 30 100

Gambar 4.1.kadar merkuri dalam urin pada penambang emas

Berdasarkan Tabel dan Gambar diatas diketahui bahwa rata-rata kadar merkuri pada penambang emas desa Panton Luas sebesar 2,85 µg/l ± SD 0,58 µg/l dan kadar merkuri terendah 2,01-2,30 µg/l sebanyak 6 orang (20%)dan kadar tertinggi 3,83-4,00 µg/l sebanyak 1 orang (3,3%).

4.1.3. Kadar Ureum 6 5 4 6 2 6 1 0 1 2 3 4 5 6 7 Jum la h O ra ng

Kadar Merkuri µg/l

2,01 - 2,30

2,31 - 2,60

2,61 - 2,90

2,91 - 3,20

3,21 - 3,50

3,51 - 3,80

(57)
[image:57.595.114.515.279.693.2]

Dari hasil penelitian di peroleh kadar ureum pada penambang emas tradisional di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan sebagai berikut :

Tabel 4.3 kadar ureum pada penambang emas

No Kadar Ureum (mg/dl) Jumlah (n) Persentase (%)

1. 10,14-16,13 6 20

2. 16,14-22,13 5 16,7

3. 22,14-28,13 6 20

4. 28,14-34,13 5 16,7

5. 34,14-40,13 4 13,3

6. 40,14-46,13 4 13,3

Total 30 100,0

6 5 6 5 4 4 0 1 2 3 4 5 6 7 Jum la h O ra ng

Kadar Ureum mg/dl

10,14 - 16,13

16,14 - 22,13

22,14 - 28,13

28,14 - 34,13

34,12 - 40,13

(58)

Gambar 4.2. Grafik kadar ureum pada penambang emas di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan

Berdasarkan tabel dan gambar diatas diperoleh rata-rata kadar ureum penambng emas di desa Panton sebesar 26,6mg/dl ± SD 10,59mg/dl dengan Kadar ureum terendah sebesar 10,14-16,13mg/dl sebanyak 6 orang (20%) dan nilai tertinggi sebesar 40,14- 46,13 mg/dl sebanyak 4 orang (13,3%).

4.1.4. Kadar Kreatinin

[image:58.595.109.518.469.686.2]

Dari hasil penelitian di peroleh kadar kreatinin pada penambang emas tradisional di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan sebagai berikut :

Tabel 4.4. Kadar kreatinin pada penambang emas

No Kadar Kreatinin (mg/dl) Jumlah (n) Persentase (%)

1. 0,70-0,75 13 43,3

2. 0,76-0,81 3 10

3. 0,82-0,87 3 10

4. 0,88-0,93 2 6,7

5. 0,94-0,99 3 10

6. 1,00-1,05 3 10

7. 1,06-1,11 3 10

(59)
[image:59.595.116.512.112.326.2]

Gambar 4.3. Grafik jumlah kadar kreatinin pada penambang emas di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan.

Berdasarkan dari tabel dan gambar diatas diperoleh rata-rata kadar kreatinin penambang emas di desa Panton Luas Sebesar 0,84mg/dl SD ± 0,13mg/dl. Kadar kreatinin terrendah sebesar 0,70-0,75mg/dl sebanyak 13 orang (43,3%) dan tertinggi sebesar 1,06-1,10mg/dl sebanyak 3 orang (10%).

4.1.5. Pengaruh kadar merkuri terhadap ureum dan kreatinin

1. Uji yang digunakan adalah analisa regresi sederhana untuk mengetahui pengaruh kadar merkuri terhadap kadar ureum.

a. analisa secara regresi yaitu : 13

3 3

2

3 3 3

0 2 4 6 8 10 12 14 Ju m lah O r an g

Kadar Kreatinin mg/dl

0, 70 - 0,75

0,76 - 0,81

0,82 - 0,87

0,88 - 0,93

0,94 - 0,99

1,00 - 1,05

(60)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -19.876 4.471 -4.446 .000

Mercury 16.289 1.535 .895 10.614 .000

a. Dependent Variable: ureum

b. Hasil analisa regresi juga diketahui nilai hasil korelasi yang ditunjukkan dengan nilai R, hasilnya dapat di lihat pada tabel berikut ini :

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .895a .801 .794 4.81118

a. Predictors: (Constant), Mercury

Nilai R sebesar 0,895 artinya pengaruh kadar merkuri terhadap kadar ureum mempunyai hubungan yang kuat (mendekati nilai 1).

(61)

Mercury Ureum

Mercury Pearson Correlation

1 .895**

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

Ureum Pearson Correlation

.895** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil uji Corelation Pearson menunjukkan bahwa dengan nilai R sebesar 0,895 dan terdapat pengaruh antara kadar merkuri terhadap kadar ureum diketahui dengan nilai signifikansi (sig 2 tailed) sebesar 0,000 < 0,05.

3. Hasil analisa uji regresi menunjukkan dengan rumus :

Y = a + b1X

Y = Kadar Ureum 1

a = Konstanta b = Koefisien X1= Kadar Merkuri

Maka hasil uji regresinya adalah : Y = -19,876 (Constanta) + 16,289 X

Artinya bahwa variabel kadar merkuri dan ureum dianggap konstan maka kadar kreatinin (Y) sebesar 19,876. Nilai Koefisien b (X

1

(62)

peningkatan variabel kadar merkuri sebesar 1 satuan, maka kadar ureum akan meningkat sebesar 16,289.

4. Hasil analisa pada uji Corelation Pearson menunjukkan bahwa pengaruh kadar merkuri terhadap kadar ureum sangat erat sebesar 0,895.

Hasil analisa pada uji regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kadar merkuri terhadap kadar ureum yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%.

2.Uji yang digunakan adalah analisa regresi sederhana untuk mengetahui pengaruh kadar merkuri terhadap kadar kreatinin

a. analisa secara regresi yaitu :

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .246 .064 3.834 .001

Mercury .208 .022 .873 9.453 .000

a. Dependent Variable: Kreatinin

(63)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .873a .761 .753 .06896

a. Predictors: (Constant), Mercury

Nilai R sebesar 0,873 artinya pengaruh kadar merkuri terhadap kadar kreatinin mempunyai hubungan yang kuat (mendekati nilai 1)

2. Hasil uji korelasi pearson antara kadar merkuri terhadap kadar kreatinin dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Correlations

Mercury Kreatinin

Mercury Pearson Correlation

1 .873**

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

Kreatinin Pearson Correlation

.873** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

(64)

Hasil uji Corelation Pearson menunjukkan bahwa dengan nilai R sebesar 0,873 dan terdapat pengaruh antara kadar merkuri terhadap kadar kreatinin diketahui dengan nilai signifikansi (sig 2 tailed) sebesar 0,000 < 0,05.

3. Hasil analisa uji regresi menunjukkan dengan rumus :

Y = a + b1X

Y = Kadar Kreatinin 1

a = Konstanta b = Koefisien X1= Kadar Merkuri

Maka hasil uji regresinya adalah : Y = 0,246 (Constanta) + 0,208 X

Artinya bahwa variabel kadar merkuri dan kreatinin dianggap konstan maka kadar kreatinin (Y) sebesar 0,246. Nilai Koefisien b (X

1

1

5. Hasil analisa pada uji Corelation Pearson menunjukkan bahwa pengaruh kadar merkuri terhadap kadar kreatinin sangat erat sebesar 0,873.

) = variabel kadar merkuri terhadap kadar kreatinin sebesar 0,208, berarti bahwa setiap peningkatan variabel kadar merkuri sebesar 1 satuan, maka kadar kreatinin akan meningkat sebesar 0,208.

(65)

4.2. Pembahasan

4.2.1. Kadar merkuri dalam urine pada penambang emas tradisional

Hasil pemeriksaan merkuri dalam urine terhadap 30 orang penambang emas tradisional di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan diperoleh hasil rata-rata kadar merkuri pada penambang emas desa Panton Luas sebesar 2,85 µg/l ± SD 0,58 µg/l dan kadar merkuri terrendah 2,01-2,30 µg/l sebanyak 6 orang (20 %)dan kadar tertinggi 3,83-4,00 µg/l sebanyak 1 orang (3,3%). Rata–rata masa kerja di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan adalah 4 tahun dan lama kontak merkuri, rata-rata kurang dari 6 hari/minggu dan rata-rata 5 jam /hari.

Hartini 2007 telah melakukan penelitian pada penambang emas di desa Rengas kecamatan Titi kabupaten Ketapang. Dari hasil penelitian tersebut rata-rata jumlah kadar merkuri dalam urine pada penambang sebesar 7,6µg / L dan sudah melebihi nilai ambang batas normal. Rata-rata masa kerja penambang emas di desa Rengas tersebut 10 tahun dan lama kontak merkuri 7 hari/minggu dan 7 jam/hari.

(66)

4.2.2. Kadar ureum darah pada penambang emas tradisional.

Jika dilihat pada table ureum dan gambar ureum menunjukkan bahwa rata-rata kadar ureum darah penambang emas tradisional di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan adalah26,6 mg/dl ± SD 10,59 mg/dl dengan Kadar Ureum terendah sebesar 10,14-16,13 mg/dl sebanyak 6 orang (20%) dan nilai tertinggi sebesar 40,14- 46,13 mg/dl sebanyak 4 orang (13,3%).

Secara teoritis guyton dan hall (2007) menyatakan, gangguan pada fungsi ginjal dapat di ketahui melalui pengukuran beberapa bahan hasil metabolisme diantaranya kadar ureum. Kadar ureum darah bergantung pada katobolisme (pemecahan) protein dalam hati yang diekresikan kedalam urine melalui ginjal.Ketika air direabsosi daru tubulus.Konsentrasi ureum dalam lumen tubulus sebanyak volume air yang dirabsobsi, sehingga ureum diabsobsi secara pasif dari tubulus. Ureum yang masih tertinggal akan masuk kedalam urine untuk akhirnya diekresikan. Ureum dengan kadar tertinggi dalam tubuh akan bersifat toksik karena sifatnya dapat mendenaturasi protein (Doxey, 1983 ).

(67)

4.2.3. Kadar kreatinin darah pada penambang emas tradisional

Data pengukuran kadar kreatinin pada penambang emas tradisional di desa Panton Luas kecamatam Sawang kabupaten Aceh Selatan ditunjukan pada tabel kreatinin. Rata-rata analisis data kadar kreatinin darah penambang emas adalah 0,84mg/dl SD ± 0,13mg/dl. Kadar kreatinin terrendah sebesar 0,70-0,75 mg/dl sebanyak 13 orang (43,3%) dan tertinggi sebesar 1,06-1,10 mg/dl sebanyak 3 orang (10%).

Berdasarkan hasil uji statistik, kadar kreatinin mengalami peningkatan seiring peningkatan kadar merkuri pada penambang emas. Secara keseluruhan kadar kreatinin darah pada penambang emas di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan masih berada dalam batasan normal yaitu berkisar 0,7- 1,10 mg/dl.

Keberadaan kreatinin dalam serum darah dapat dipengaruhi berbagai hal salah satu diantaranya yaitu : jika terjadi gangguan fungsi ginjal maka fungsi nefron menurun dan fungsi ekskresi kreatinin juga menurun sehingga kadar kreatinin dalam plasma akan meningkat (Frandson 1992).

(68)

kemungkinan besar individu tersebut mengalami gangguan fungsi ginjal (Price 2005).

4.2.4. Fungsi ginjal penambang emas di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan

Pada penelitian ini untuk mengetahui adanya gangguan fungsi ginjal atau tidak akibat kadar merkuri (Hg) pada penambang emas di desa Panton Luas kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan dilihat dari jumlah kadar ureum dan jumlah kadar kreatinin dalam darah. Secara keseluruhan kadar ureum dan kreatinin 30 orang penambang emas setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan dalam batas normal dan tidak menimbulkan kelainan pada fungsi ginjal akibat terpaparnya merkuri dalam urin pada penambang emas. Tanda awal pengaruh kurang baik terhadap ginjal dapat dilihat pada konsentrasi kadar merkuri dalam urin lebih > 5 µg/l (Hartini, 2007).

Hasil analisis kadar merkuri terhadap kadar ureum dan kreatinin dengan uji

(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan :

1. Rata-rata kadar merkuri pada penambang emas desa Panton sebesar 2,85 µg/l ± SD 0,58 µg/l dan kadar merkuri terendah 2,01-2,30 µg/l sebanyak 6 orang (20 %)dan kadar tertinggi 3,83-4,00 µg/l sebanyak 1 orang (3,3%)

2. Rata-rata kadar ureum penambang emas di desa Panton sebesar

26,6 mg/dl ± SD 10,59 mg/dl dengan Kadar Ureum terendah sebesar 10,14-16,13 mg/dl sebanyak 6 orang (20%) dan nilai tertinggi sebesar 40,14- 46,13 mg/dl sebanyak 4 orang (13,3%).

3. Rata-rata kadar kreatinin penambang emas di desa Panton sebesar 0,84mg/dl SD ± 0,13mg/dl. Kadar Kreatinin terendah sebesar 0,70-0,75 mg/dl sebanyak 13 orang (43,3%) dan tertinggi sebesar 1,06-1,10 mg/dl sebanyak 3 orang (10%).

(70)

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Penambang

Diharapkan kesadaran penambang dalam mengurangi dampak bahaya merkuri yaitu lebih memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja dalam proses penambangan emas yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri secara lengkap dan mengurangi penggunaan merkuri dalam proses amalgamasi.

2. Instansi dinas kesehatan

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Zul. 2006. Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaanya Bagi Kesehatan manusia dan lingkungannya. USU Respository

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. 2002.

Bambang Tjahjono setiabudi. Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas Di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I.Yogyakarta

Concise International Chemical Assessment Document 50. Elemental Mercury and Inorganik Mercury Compounds, Human Health Aspect.WHO. Geneva. 2003

Cotran, R.S. Ginjaldan system penyalurannya, in, robbins, S.L, Kumar, V, Staf Pengajar Laboratorium Patologik Anatomik fakultas kedokteran universitas ailangga. Buku ajar patologi II. Ed 4. Jakarta: 2003.

Darmono.1995 .Logam dalam system biologi makluk hidup. Penerbit UI Press

Donatus, Argo, Imono. Toksikologi Dasar. Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 2001.

Doxey DL.1983. clinical Pathology And Diagnostic Procedures London: Bailliere Tindal.

Effendi , I. dan markum, H.M.S. 2007. Pemeriksaan penunjang pada penyakit ginjal. Dalam: sudoyo,A.W. setiyahada, B, Alwi, I, simadibrata , M. dansetiati, buku ajar ilmu penyakit delam jilid I. edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit dalam FKUI : 9-505

Equator Online. Dibahas, Dampak Keracunan Merkuri ;Rambut dan Urine Diteliti di BATAM. 2000

(72)

Guyton, A. C. And Jhon, E. Hall .2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11, Editor: Irawati Setiawan . Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC

Lestarisa, Trilianty. 2000. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan merkuri (Hg) pada penambang emas tanpa ijin (PETI) di Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah.

Lu, CF. 2006. Toksikologi Dasar. Edisi Kedua. UI Press.

Lubis Sary Halinda.Toksisitas Merkuri dan Penanganannya, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. 2002

M. Sopiyudin Dahlan. 2010. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta. Salemba Medika.

Mukono. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press, Surabaya, 2000.

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2003.

Notoatmodjo, Soekidjo, Dr. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2005.

Office of Air Quality Planning and tandards and Office of Research and Development, Mercury Study Report to Congress, Volume V : Health Effect of Mercury and mercury Compounds, US EPA, 1997.

Palar, Heryando, Drs. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. RinekaCipta. Jakarta. 2994.

Price, SA. And Wilson, L. Mc Carty. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis. Edisi 4. Alih Bahasa Peter Anugrah. Jakarta : EGC

Pratiknya, Watik. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Raja Grafindo. Jakarta. 1995.

(73)

Satroasmoro. S, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi 2, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Kedokteran Universitas Indonesia, Binarupa Aksara, Jakarta, 2002.

Soemiratjuli. 2009. Toksikologi lingkungan. Gadjah Mada University Press

Sugeng Rianto. 2010. Analisa Faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan merkuri pada penambang emas tradisional di Desa Jendi Kecamatan wonogiri; UniversitasDiponogoro Semarang.

Sugiono, Joko.Wijaya,Caroline. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. World Health Organization. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.1995.

Sugiyono.Statistika Untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. 2005.

Suma’mur, Pk. Higiene Perusahaan Keserhatan dan Keselamatan Kerja.PT. Toko Gunung Agung. Jakarta. 1996.

Suma’mur, Pk. Toksikologi Industri. PT Toko Gunung Agung. Jakarta. 1998.

Universitas Sebelas Maret, Laporan Akir Survei Kualitas Lingkungan Pada Penambang Emas Tanpa Ijin di Kabupaten Wonogiri. Surakarta 2005.

US. Enviroment Protection Agency, Mercury, Human Health.EPA. 2006.

Wahyu Widowati. Efek Toksik Logam. Andi Yogyakarta, 2008

WHO. Geneva. 1990

World Health Organization (WHO). Early Detection of Ocupalational Disease. 1986.

WHO Regional Officer For Europe, Air Quality Guidelines, Second Edition, Copenhagen, Denmark, 2000.

(74)

A. Identitas Subjek

No. Subjek :

Nama Subjek (Inisial) :

Umur :

Pendidikan :

- Tidak Sekolah :

- SD :

- SMP :

- SMA :

- Perguruan Tinggi :

- Lama bekerja sebagai pekerja Amalgamasi dalam sehari : jam

- Lama bekerja sebagai pekerja amalgamasi dalam (tahun ): Tahun

- Keluhan

- Tanggal Pemeriksaan:

- Berat Badan : Kg

- Kadar merkuri: (diisi oleh peneliti)

- Kadar kreatinin: (diisi oleh peneliti)

(75)

Frequencies

Mercury

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.01 1 3.3 3.3 3.3

2.02 1 3.3 3.3 6.7

2.03 1 3.3 3.3 10.0

2.10 1 3.3 3.3 13.3

2.24 2 6.7 6.7 20.0

2.31 1 3.3 3.3 23.3

2.32 2 6.7 6.7 30.0

2.41 1 3.3 3.3 33.3

2.52 1 3.3

Gambar

Gambar 1.1. Proses Pencampuran Merkuri
Gambar 2.1. Alat Pelindung Diri (APD) standar
Gambar 2.2. Struktur Ginjal
Gambar 2.3  Struktur nefron (Junqueira et al., 2007)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan diikuti dengan perkembangan zaman sehingga dapat ditemukan software seperti Adobe photoshop 7.0 yang didalamnya terdapat cara-cara yang lebih praktis dan tidak diperlukan

[r]

Pembuatan aplikasi ini pada dasarnya akan merubah prosedur yang berjalan pada klinik Ibu &amp; Anak Larasati yang semula proses pencatatan data pasien, proses pembuatan bukti

Pengguna PHP dalam aplikasi ini memungkinkan data diolah oleh server sehingga keamanan data lebih terjamin dan dapat langsung disimpan dalam suatu database. Dari keseluruhan

[r]

Java 2 Micro Edition (J2ME) merupakan turunan dari Java 2 Standard Edition (J2SE) yang ditujukan untuk implementasi pada peralatan dengan jumlah memori dan kapasitas penyimpanan

Fase-fase mitosis pada penelitian yang dilakakukan telah ditemukan fase profase, prometafase, metaphase, anaphase dan telofase pada preparat akar markisa ungu

Jawaban yang singkat tapi tepat bisa nunjukin kalo emang nguasain isi laporan tugas akhir lho.Jawaban yang ringkas bisa ngurangin kemungkinan lho dikasih