commit to user
i
PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SOLO
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
Yunita Candra Devi
NIM. E0007060
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SOLO
Oleh:
YUNITA CANDRA DEVI
NIM. E0007060
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 06 April 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Hernawan Hadi, S.H., M.Hum Diana Tantri C., S.H., M. Hum.
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT OLEH PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SOLO
Oleh
Yunita Candra Devi
NIM. E0007060
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 13 April 2011
DEWAN PENGUJI
1. Dr. M. Hudi Asrori S, S.H., M.Hum : ………
Ketua
2. Hernawan Hadi, S.H., M.Hum : ………
Anggota
3. Diana Tantri C., S.H., M.Hum :………
Sekretaris
Mengetahui
Dekan,
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Yunita Candra Devi
NIM : E0007060
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT DI PT.
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SOLO adalah betul-betul
karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya
tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum
(skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 06 April 2011
Yang membuat pernyataan
Yunita Candra Devi
commit to user
v
MOTTO
Life is not about our happiness, our family happiness, but about others too.
Devi
Practice makes perfect
Anonym
Di tengah kesulitan pasti ada kesempatan
commit to user
vi
ABSTRAK
Yunita Candra Devi. E0007060. 2011. PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SOLO. Penulisan Hukum. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian dengan judul penulisan hukum diatas, dilakukan dengan tujuan untuk meneliti pelaksanaan Legal Audit yang dilakukan oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo dalam meninjau kelayakan calon debitur untuk menerima fasilitas kredit dilihat dari keabsahaan dokumen-dokumen syarat kredit yang diberikan oleh calon debitur kepada pihak bank. Selain itu juga untuk mengetahui segala hambatan dalam pelaksanaan Legal Audit beserta upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif. Penelitian ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan Legal Audit terhadap dokumen-dokumen calon debitur yang merupakan syarat permohonan kredit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan penelitian di lapangan menggunakan alat pengumpulan data berupa wawancara dengan tipe wawancara terarah(directive interview), selain data primer penulis juga menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan kepustakaan dengan membaca bahan-bahan hukum yang meliputi bahan hukum primer, sekunder, dan tertier,.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan Legal Audit sebagai wujud dari penerapan Managemen Risiko guna menjaga tingkat kesehatan Bank sudah cukup efektif, hal ini dibuktikan dengan adanya Peraturan Direksi Bank Tabungan Negara yang mengharuskan adanya analisis mendalam dalam pemberian fasilitas kredit, baik analisis dari segi ekonomi maupun dari segi hukum. Bank Tabungan Negara Cabang Solo sangat teliti dalam melakukan Legal Audit terhadap dokumen-dokumen calon debitur, ketelitian ini dibuktikan dengan adanya analisis hukum yang dilakukan beberapa tahap. Legal audit pertama-tama dilakukan oleh bagian Loan
Service, kemudian setelah itu diteliti kembali oleh bagian supervisor, kemudian terakhir
dilakukan oleh Analyst yang sekaligus memutuskan calon debitur layak atau tidak menerima fasilitas kredit dari Bank Tabungan Negara Cabang Solo. Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan identitas calon debitur, penghasilan, jaminan, surat nikah dan kartu keluarga dari calon debitur perorangan dan badan hukum. Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo dilakukan dengan cara mencocokkan data calon debitur antar dokumen calon debitur yang diserahkan kepada pihak bank, kemudian mencocokkan data tersebut dengan keterangan calon debitur pada waktu proses wawancara dan jika masih ditemukan keraguan dan kejanggalan maka dilakukan pemeriksaan ke lapangan. Pelaksanaan Legal Audit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo mengalami beberapa hambatan yaitu sifat tertutup calon debitur dalam memberikan keterangan tentang identitas, penghasilan, jaminan dan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan petugas pelaksanan Legal Audit. Untuk menanggulangi hal tersebut Bank Tabungan Negara telah memperketat pelaksanaan Legal Audit terhadap dokumen-dokumen calon debitur, serta dilakukannya pelatihan secara rutin bagi petugas bagian Legal dengan menyewa pemateri dari
Law Office atau kantor-kantor hukum lainnya.
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulisan hukum
(skripsi) di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul :
PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT DI PT.
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)TBK CABANG SOLO.
Penulisan hukum (skripsi) ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh derajat
Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam menyusun penulisan hukum (skripsi) ini penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak dalam bimbingan, pengarahan, pengumpulan data, dan saran-saran baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Moh. Jamin, SH., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memimpin Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret ke arah yang
lebih baik.
2. Bapak Hernawan Hadi, S.H., M.Hum.selaku Dosen Pembimbing penulisan hukum (skripsi)
yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan penulisan hukum (skripsi) ini.
3. Ibu Diana Tantri Cahyaningsih, S.H., M.Hum. selaku selaku Dosen pembimbing penulisan
hukum (skripsi) yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan Penulisan
hukum (skripsi) ini.
4. Bapak DR. M. Hudi Asrori, S.H, M.Hum selaku ketua penguji yang telah memberikan
masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis.
5. Ibu Ambar Budi Sulistyarini, S.H, M.H selaku Ketua Bagian Hukum Perdata yang telah
memberikan izin untuk melakukan penulisan hukum (skripsi) ini.
6. Karyawan dan karyawati di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang
telah membimbing dan membantu dalam membantu kelancaran administrasi perkuliahan
7. Bapak-Ibu dosen di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
commit to user
viii
8. Ibu Anjar Budi Utami selaku karyawan bagian Loan Service di Bank Tabungan Negara
Cabang Solo yang telah memberikan informasi mengenai pelaksanaan Legal Audit di Bank
Tabungan Negara Cabang Solo.
9. Ibu Susiyana Andriyani selaku karyawan Bank Tabungan Negara cabang Solo yang telah
membantu penyusun dalam memberikan data data dan keterangan yang penyusun perlukan
dalam menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini.
10. Bapak Baehaqi selaku karyawan bagian Legal di Bank Tabungan Negara Cabang Solo yang
telah membantu penyusun dalam memberikan data data dan keterangan yang penyusun
perlukan dalam menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini.
11. Orang tua dan semua keluargaku yang telah mendukung penyusun dalam menyelesaian
penulisan hukum (skripsi) ini.
12. Sahabat-sahabatku di luar Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
13. Sahabat-sahabat baikku di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
14. Teman-teman angkatan 2007 di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan hukum (skripsi) ini masih jauh dari sempurna,
mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu
diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya.
Surakarta, 06 April 2011
Penyusun
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Metode Penelitian ... 8
F. Sistematika Penulisan Hukum ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 16
1. Tinjauan Umum tentang Kredit ... 16
a. Pengertian Kredit ... 16
b. Peranan Kredit dalam Perekonomian ... 17
c. Macam – macam Kredit Bank ... 17
d. Syarat Kredit ... 19
e. Jaminan Kredit ... 20
2. Tinjauan Umum tentang Perjanjian ... 21
a. Pengertian Perjanjian ... 21
b. Asas-asas Perjanjian ... 21
c. Syarat-syarat Sahnya Suatu Perajanjian ... 23
d. Hapusnya Perjanjian ... 23
commit to user
x
3. Tinjauan Umum tentang Legal Audit ... 24
a. Pengertian Legal Audit ... 24
b. Fungsi Legal Audit di Bidang Kredit Sebagai Pengawasan Internal bank ... 27
c. Tinjauan mengenai Legal Audit di Bidang Kredit ... 32
4. Tinjauan Umum tentang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan ... 35
5. Tinjauan Umum tentang Peraturan Bank Indonesia 5/8/PBI/2003 tentang penerapan Manager Risiko Bagi Bank Umum ... 36
6. Tinjauan Umum tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum ... 37
B. Kerangka Pemikiran ... 38
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41
1. Gambaran Umum Lokasi ... 41
a. Sejarah Berdirinya PT. Bank Tabungan Negara ... 41
b. Visi dan Misi PT. Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk ... 42
c. Struktur Organisasi Bank Tabungan Negara ... 43
d. Perkreditan di Bank Tabungan Negara ... 49
2. Pelaksanaan Legal Audit oleh PT. Bank Tabungan Negara Cabang Solo Dalam Realisasi Perjanjian Kredit ... 55
a. Proses Pemberian Kredit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo ... 55
b. Pelaksanaan Legal Audit di Bidang Kredit di Bank Tabungan Negara kantor Cabang Solo ... 60
3. Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan Legal Audit dalam Realisasi Perjanjian Kredit dan penyelesaian di PT. Bank Tabungan Negara Cabang Solo ... 66
commit to user
xi
b. Solusi Penyelesaian Hambatan-Hambatan dalam Pelaksanaan Legal
Audit Bank Tabugan Negara Cabang Solo ... 75
B. Pembahasan ... 73
1. Pelaksanaan Legal Audit di PT. Bank Tabungan Negara Kantor Cabang
Solo ... 77
2. Hambatan dan Penyelesaian dalam Pelaksanaan Legal Audit di Bank
Tabungan Negara Kantor Cabang Solo ... 81
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ... 85
B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah merupakan suatu Negara yang sedang berkembang , hal
ini ditandai dengan banyaknya pembangunan yang dilakukan Indonesia di berbagai
sektor. Salah satu sektor pembangunan yang sedang giat dilakukan Indonesia adalah
pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu pelaku pembangunan di sektor
perekonomian adalah lembaga keuangan yang berupa bank. Bank mempunyai beberapa
program dalam rangka meningkatkan pembangunan perekonomian Indonesia, salah
satunya yaitu dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Penyaluran dana dalam bentuk kredit ditujukan
kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Berdasarkan Pasal 1
Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang – Undang No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, Bank didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang
menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pada dasarnya bank
sebagai badan usaha yang bergerak di bidang keuangan mempunyai beberapa peran
dalam lembaga perekonomian yaitu sebagai perantara financial(financial intermediary)
dan lembaga transmisi keuangan(menetary transmission process).(Elizabeth T
Manurung, 2009:Vol 27 N0. 2)
Peran lembaga perbankan di sektor perekonomian salah satunya diwujudkan
dengan pemberian fasilitas kredit kepada masyarakat, baik perorangan maupun badan
usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya atau untuk meningkatkan produksinya.
Perlu dipahami bahwa sumber dana perbankan yang dipinjamkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit tersebut bukan dana milik bank itu sendiri karena modal perbankan
juga sangat terbatas, dana tersebut berasal dari dana dana masyarakat yang disimpan pada
Bank tersebut, sehingga perbankan berusaha dan berlomba-lomba mengumpulkan dan
menarik dana masyarakat dengan cara memberikan undian, hadiah semata-mata agar
masyarakat bersedia menyimpan dananya di Bank dalam waktu yang lama. Dana
commit to user
2
yang relatif lama merupakan sumber utama bagi Bank dalam menyalurkan dana tersebut
kembali kepada masyarakat yang memerlukan dalam bentuk kredit. Seperti telah
dijelaskan bahwa sumber dana perbankan yang disalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk fasilitas kredit bukan dana milik Bank sendiri tetapi dana yang berasal dari
masyarakat, sehingga penyaluran kredit harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian
melalui analisis yang akurat dan mendalam, penyaluran yang tepat, pengawasan dan
pemantauan yang baik, perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan
jaminan yang kuat dan dokumentasi perkreditan yang terartur dan lengkap, semua itu
bertujuan agar kredit yang disalurkan tersebut dapat kembali tepat pada waktunya sesuai
perjanjian kredit yang meliputi perjanjian pokok dan bunga (Sutarno,2003: 2).
Pelaksanaan pemberian kredit dengan prinsip kehati-hatian juga diatur dalam
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995
yang menyatakan bahwa dalam pemberian kredit tersebut sekurang-kurangnya memuat
dan mengatur hal-hal pokok diantaranya yaitu memperhatikan prinsip kehati-hatian
dalam perkreditan dan mengatur mengenai pengawasan kredit. Pelaksanaan prinsip
kehati-hatian dan pengawasan pada dasarnya bertujuan untuk menjaga agar Bank selalu
berada dalam keadaan sehat sehingga bisa melaksanakan perannya dengan lancar
mengingat bahwa Bank mempunyai peran yang luas dalam sektor perekonomian yaitu
menjaga kestabilan perekonomian di Indonesia. Suatu sistem Bank dapat dikatakan sehat
jika mampu memelihara kontinuitas usahanya dengan baik, sehingga dapat memenuhi
kewajibannya terhadap semua pihak yang berkepentingan serta dapat menunjang sistem
perbankan yang sehat dan efisien. Bank memerlukan beberapa faktor penunjang agar bisa
menjadi sehat, faktor penunjang yang pertama yaitu sistem perbankan yang dinamis,
professional serta mampu meningkatkan produk-produk yang diperlukan oleh
masyarakat, faktor penunjang yang kedua yaitu terdapat iklim yang memungkinkan
perluasan jaringan perbankan yang dapat menjangkau seluruh pelosok tanah air, dan
faktor penunjang yang ketiga adalah kebijaksanaan pengawasan dan pembinaan oleh
Bank Indonesia yang dapat memberikan kondisi-kondisi umum yang menyebabkan dunia
perbankan dapat berkembangbiak secara baik.
Penjelasan Umum S.E.B.I No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 disebutkan bahwa
pemilik dan pengelola bank masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia
sebagai pembina dan pengawas bank. Sesuai dengan tanggung jawabnya, masing-masing
pihak tersebut perlu mengikatkan diri dan secara bersama-sama berupaya untuk
mewujudkan bank yang sehat. Begitu pentingnya kesehatan bank sehingga tuntutan
terhadap pengawasan bank semakin besar pula, oleh karena di samping adanya
peningkatan fungsi intermediasi bank, peningkatan operasi perbankan juga menunjukkan
bahwa risiko yang ditanggung oleh perbankan dan masyarakat semakin besar. Saat ini
banyak Bank yang ditutup karena bank tersebut tidak sehat sehingga tidak bisa lagi
melakukan kegiatannya. Penyebab utama Bank menjadi tidak sehat yaitu karena
banyaknya terjadi kredit macet yang menyebabkan Bank kehabisan dana sedangkan disisi
lain masyarakat yang mempunyai tabungan melakukan penarikan atas dana mereka yang
disimpan di Bank. Penyebab terjadinya kredit macet bermacam macam, salah satunya
yaitu karena pihak Bank tidak secara sungguh sungguh melakukan pemeriksaan terhadap
aspek-aspek hukum dari suatu perjanjian kredit sehingga bila terjadi kredit macet Bank
kesulitan dalam mengadakan eksekusi barang jaminan dikarenakan ada kendala dalam
keabsahan dokumen-dokumen hukum berkenaan dengan barang jaminan yang diserahkan
kepada pihak Bank. Atau dengan kata lain, Pengawasan dan pengendalian intern pihak
Bank masih sangat lemah terutama yang berkenaan dengan aspek-aspek hukum yang ada
dalam perjanjian kredit.
Bagi calon nasabah yang baru saja masuk suatu kantor bank untuk membuka
rekening, maka ia dan Bank akan langsung berhadapan dengan masalah hukum sehingga
sangat beralasan bila legal audit sudah harus diadakan/ dilakukan secara tersendiri
terhadap seluruh transaksi bank dengan nasabahnya. Dalam berbagai pengertian tentang
fungsi manajemen disebutkan bahwa pengendalian (controlling) merupakan salah satu
fungsi manajemen.
Pengendalian terdiri atas pemeriksaan dan tindak lanjut, penjabarannya
adalah pemeriksaan khususnya pemeriksaan hukum atau istilah lainnya yaitu Legal Audit
akan menghasilkan temuan yang memerlukan tindak lanjut (perbankan). Apabila tindak
lanjut dilaksanakan, maka seluruh kerangka kegiatan pemeriksaan dinamakan
pengendalian. Sebaliknya, jika tindak lanjut tidak dilakukan, maka seluruh kegiatan
commit to user
4
melaksanakan pengawasan dan atau pengendalian adalah pemeriksaan atau yang lebih
dikenal dengan istilah audit. Baik pengawasan maupun pengendalian masing-masing
mempunyai tujuan. Tujuan pengawasan adalah untuk memberikan informasi kepada
manajemen guna terciptanya suatu kegiatan kerja yang dapat dipertanggungjawabkan
tingkat kesesuaiannya, kewajarannya dan keamanannya. Sedangkan apabila sampai
dengan pengendalian, maka tujuannya ditambah untuk membantu manajemen dalam
mencapai tujuan organisasi. Yang dimaksud dengan audit itu sendiri adalah suatu proses
penilaian dalam arti yang luas, secara independen terhadap data dan fakta untuk menilai
tingkat kesesuaian, tingkat keamanan, tingkat kewajaran yang disajikan dalam laporan
mengenai opini dan saran perbaikan(Hasanuddin Rahman, 2000 : 5).
Aspek hukum adalah merupakan salah satu aspek penting dalam setiap transaksi
apapun termasuk pemberian kredit yang merupakan perbuatan hukum perjanjian
sehingga setiap analis dan pejabat pengelolaan kredit harus dibekali dengan pengetahuan
hukum berkaitan dengan pemberian kredit tersebut. Meskipun aspek-aspek lain diluar
hukum telah memenuhi syarat tetapi bila aspek hukum belum memenuhi syarat atau tidak
sah maka semua ikatan perjanjian dalam pemberian kredit dapat gugur sehingga akan
menyulitkan Bank untuk menarik kembali kredit yang telah diberikan. Pengawasan yang
telah dilakukan oleh Bank berkenaan dengan pemberian kredit yang selama ini
berlangsung adalah hanya dalam sifat/ruang lingkup pemeriksaan yang hanya berkisar
pada financial audit, operational audit dan managerial audit, padahal masih ada paling
tidak satu lagi sifat/ruang lingkup pemeriksaan yang harus dilakukan lebih khusus lagi,
yaitu pemeriksaan hukum (legal audit), yang selama ini lebih banyak menumpang pada
operational audit. Pemeriksaan hukum atau Legal Audit ini bertujuan untuk memperkuat
aspek-aspek hukum berkaitan dengan perkreditan sebagai wujud dari penerapan prinsip
kehati-hatian sehingga dapat menekan terjadinya kredit macet dengan demikian Bank
tetap berada dalam keadaan sehat.
Pertimbangan lain pentingnya legal audit adalah, bahwa kegiatan usaha
perbankan selain pengaruhnya atas pertumbuhan perekonomian, juga selalu melekat atau
terkandung aspek-aspek hukum, baik sebagai dasar aktivitas dari kegiatan operasional
bank itu sendiri, maupun sebagai akibat yang ditimbulkan oleh karena aktivitas tadi.
maupun mengelola dana, menanam kembali dana tersebut kepada masyarakat, sampai
dana tersebut kembali lagi kepada bank senantiasa terpaut dengan ketentuan hukum. Oleh
karenanya, seiring dengan perkembangan semakin meningkatnya kegiatan usaha
perbankan, peranan bidang hukum dalam mendukung keberhasilan kegiatan itu pun
semakin dirasakan pentingnya (Hasanuddin Rahman, 2000 : 5-6).
Saat ini dalam praktek pelaksanaan kegiatan-kegiatan bank, pihak bank sering
mengabaikan arti penting dari pelaksanaan suatu Legal Audit di bidang kredit padahal
hasil dari pelaksanaan suatu Legal Audit memegang peranan penting dalam menentukan
keabsahan dokumen dokumen calon debitur untuk selanjutnya pihak bank dapat
menentukan calon debitur tersebut layak atau tidak mendapatkan fasilitas kredit dari
bank. Pihak bank yang sering mengabaikan pelaksanaan Legal Audit hanya melakukan
pemeriksaan kepada nasabah dengan cara memberikan formulir dalam bentuk check point
untuk dijawab oleh calon debitur, hal ini di kemudian hari bisa menimbulkan terjadinya
kredit macet karena di awal pihak bank tidak melakukan proses pelaksanaan Legal Audit
secara mendalam, sebagai akibatnya pihak bank salah menilai mengenai kemampuan
nasabah dalam membayar kreditnya sehingga bisa terjadi kredit macet yang dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kredit
macet yang saat ini menjadi faktor utama dalam mempengaruhi tingkat kesehatan bank,
maka pihak Bank sangat perlu memperketat pelaksanaan Legal Audit di bidang kredit
supaya Bank bisa menjaga kestabilan, keamanan asset Bank dan menjaga kelancaran
Bank dalam menyalurkan dana khususnya yang berupa fasilitas kredit kepada
masyarakat. Pelaksanaan Legal Audit terhadap aspek-aspek hukum yang berkaitan
dengan perkreditan sangat penting karena jasa perkreditan bagi Bank merupakan salah
satu penyumbang pendapatan terbesar bagi perbankan di Indonesia pada umumnya,
sehingga harus dikelola dengan menerapkan prinsip kehati-hatian yang diwujudkan
dengan pelaksanaan Legal Audit di bidang kredit dengan tujuan untuk menekan resiko
kredit macet. Seandainya terjadi kredit macet, hal tersebut tidak sampai merugikan pihak
bank atau mempengaruhi tingkat kesehatan bank karena analisis dan pemeriksaan hukum
atau Legal Audit telah dilakukan dengan cermat dan akurat maka penyelesaian kredit
macet menjadi lebih mudah dalam hal negosiasi dengan pihak debitur dan persiapan
commit to user
6
Bank Tabungan Negara Cabang Solo adalah merupakan salah satu bank terbesar
di Indonesia dan merupakan salah satu bank yang mempunyai andil yang besar dalam hal
pemberian fasilitas kredit kepada masyarakat. Melalui Bank Tabungan Negara Cabang
Solo masyarakat dapat merasakan berbagai fasilitas kredit yang diberikan oleh bank baik
berupa kredit umum, kredit usaha, maupun kredit kepemilikan rumah. Disisi lain Bank
Tabungan Negara Cabang Solo mendapatkan penghasilan berupa bunga yang diperoleh
dari berbagai fasilitas kredit yang diberikan kepada masyarakat.
Berdasarkan latar belakang dan masalah diatas, penulis merasa hal hal tersebut
diatas menarik untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut yaitu mengenai pelaksanaan legal audit
dalam hubungannya dengan realisasi pemberian kredit. Dan karena alasan alas an diatas,
untuk itulah penulis mengangkatnya dalam suatu penulisan skripsi dengan judul “
PELAKSANAAN LEGAL AUDIT DALAM REALISASI PERJANJIAN KREDIT
DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK CABANG SOLO.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar berlakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis
merumuskan permasalahan untuk dibahas dan dikaji lebih rinci.Adapun beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan legal audit oleh Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Cabang Solo dalam realisasi pemberian kredit?
2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan legal audit dan
penyelesaiannya di Bank Tabungan Negara Cabang Solo?
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian tentu mempunyai suatu tujuan yang jelas dan pasti sebagai suatu
sasaran yang akan dicapai untuk memecahkan masalah masalah yang dihadapi. Maka
berdasarkan permasalahan yang diungkapkan oleh penulis, tujuan penelitian hukum ini
adalah :
1. Tujuan Obyektif
a) Untuk meneliti lebih terperinci tentang legal audit yang dilaksanakan dalam
realisasi perjanjian kredit di Bank Tabungan Negara Cabang Solo.
b) Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Bank Tabungan
Negara Cabang Solo dalam melakukan suatu legal audit dan langkah-langkah
penyelesaian yang ditempuh oleh Bank Tabungan Negara Cabang Solo.
2. Tujuan Subyektif
a) Untuk mengetahui segala sesuatu tentang legal audit bank guna melakukan
penulisan hukum.
b) Untuk melatih kemampuan dan ketrampilan penulis agar siap terjun di dalam
masyarakat.
c) Untuk menambah wawasan, pengalaman, pengetahuan penulis sebagai mahasiswa
guna melengkapi persyaratan untuk mencapai dan meraih gelar sarjana pada
bidang Hukum di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dalam perkembangan ilmu
pengetahuan
b) Salah satu usaha untuk memperbanyak wawasan dan pengalaman serta menambah
pengetahuan tentang Hukum Perdata, Hukum Perbankan, Hukum Perjanjian
Hukum Dagang dan Hukum Jaminan.
c) Dapat bermanfaat dalam mengadakan penelitian yang sejenis berikutnya di
samping itu dapat digunakan sebagai pedoman penelitian yang lain.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi masyarakat umum khususnya pihak pihak yang terkait dengan masalah
perkreditan, diharapkan bisa mendapatkan informasi dan gambaran lebih jelas
mengenai manfaat pelaksanaan legal audit dan kecermatan dalam pelaksanaannya
sebelum perjanjian kredit dan pemberian kredit dilaksanakan dalam kaitannya
commit to user
8
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
mahasiswa, dosen, dan pembaca lain yang tertarik maupum berkepentingan dalam
pelaksanaan pembangunan di bidang perbankan khususnya mengenai perkreditan.
E. Metode Penelitian
Istilah “Metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”, namun
demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan kemungkinan kemungkinan
sebagai berikut:
1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian
2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.
3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur. (Soerjono Soekanto, 2007:5)
Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya,
kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum
tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala bersangkutan (Soerjono Soekanto,2007:43).
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara untuk memecahkan masalah
dengan jalan menemukan, mengumpulkan, menyusun data guna mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya dituangkan dalam penulisan ilmiah
(skripsi). Adapun metode penelitian dalam penulisan hukum ini meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah jenis
penelitian hukum empiris atau non-doktrinal. “pada penelitian hukum empiris,
maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, kemudian dilanjutkan pada
data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat”(Soerjono Sukanto,2007:52).
Penelitian ini mengkaji mengenai pertimbangan Bank untuk melaksanakan
suatu legal audit dalam rangka mrnciptakan sistem perbankan yang sehat.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Soerjono
Soekanto, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala
lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif adalah terutama untuk mempertegas
hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori baru
(Soerjono Soekanto, 2007:10). Penelitian ini memberikan gambaran yang lengkap
mengenai pelaksanaan legal audit dalam realisasi pemberian kredit di PT. BANK
TABUNGAN NEGARA (PERSERO)TBK Cabang Solo.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian penulisan hukum ini adalah di PT. Bank Tabungan
Negara Cabang Solo yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi No. 282, 57141.
4. Jenis Data
Secara umum di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data yang
diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan-bahan pustaka. Data
yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dinamakan data primer,
sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data
sekunder ( Soerjono Soekanto, 2007 : 51).
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh secara
langsung melalui penelitian lapangan atau di lokasi penelitian. Data primer
merupakan data yang dikumpulkan dari sejumlah fakta atau keterangan yang
diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara langsung
dari lapangan, melainkan diperoleh dari studi kepustakaan, yang terdiri dari
Jurnal Internasional serta dari peraturan perundang-undangan, buku-buku,
dokumen, internet dan bahan-bahan kepustakaan dan sumber tertulis lainnya.
commit to user
10
5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang berasal dari pihak-pihak yang ada
hubungannya langsung dengan masalah dalam penelitian. Sumber data primer
dalam penelitian ini adalah keterangan dari para pegawai Bank Tabungan
Negara Cabang Solo bagian perkreditan yang mengetahui dan memiliki
pengalaman tentang pelaksanaan Legal Audit dalam realisasi perjanjian kredit.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data yang mendukung sumber data primer, yaitu
literatur dan Peraturan Perundang-Undangan diantaranya yaitu Undang
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Managemen Risiko Bagi Bank Umum,
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum dan buku-buku, jurnal yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti penulis.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview (Wawancara)
Wawancara merupakan cara memperoleh informasidengan bertanya
langsung kepada yang diwawancarai. Wawancara merupakan suatu proses
interaksi dan komunikasi. Hasil wawancara ditentukan oleh beberapa factor
yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Factor-faktor tersebut
adalah :
1) Pewawancara;
2) Yang diwawancarai;
3) Topik penelitian yang tertuang dalam pertanyaan;dan
4) Situasi wawancara (M.Syamsudin, 2007:108).
Tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara terararh (directive
interview). Hal-hal yang diperhatikan dalam wawancara terarah adalah :
2) Mengatur daftar pertanyaandan membatasi jawaban;
3) Memperhatikan karakteristik pewawancara dan yang diwawancarai;
4) Membatasi aspek-aspek dari masalah yang diperiksa (Soerjono Soekanto,
2008:229).
Wawancara ini dilakukan dengan pegawai yang ditunjuk oleh pihak
bank untuk melaksanakan analisis kredit yaitu Ibu Anjar selaku pegawai
bagian Loan Service, Ibu Susi selaku staf bagian Analis dan Bapak Baehaqi
selaku bagian Legal di Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Solo.
Wawancara ini dilakukan secara bebas terpimpin mengenai suatu pokok
permasalahan yang ditentukan, sesuai dengan daftar pertanyaan yang disiapkan
oleh penulis.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah kegiatan pengumpulan dan memeriksa atau
menelusuri dokumen-dokumen atau kepustakaan yang dapat memberikan
informasi atau keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti (M. Syamsudin,
2007:101).
Studi kepustakaan dalam penelitian hukum bertujuan untuk
menemukan bahan-bahan hukum baik yang bersifat primer maupun sekunder.
Bahan-bahan hukum inilah yang dijadikan pedoman atau norma dalam
menilai fakta-fakta hukum yang akan dipecahkan sebagai masalah hukum.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam
pola, kategori, dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong,
2002:183). Teknik analisis data adalah suatu uraian tentang cara-cara analisis,
yaitu dengan kegiatan mengumpulkan data kemudian diadakan pengeditan
terlebih dahulu, untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan analisis yang
sifatnya kualitatif.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif
dengan interaktif model yaitu komponen reduksi data dan penyajian data
commit to user
12
maka tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan dirasakan kurang
maka perlu ada verifikasi dan penelitian kembali mengumpulkan data lapangan
(H.B. Sutopo, 2002 : 8).
Menurut H.B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah :
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi dari data (fieldnote).
b. Penyajian Data
Merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi
yang memungkinkan kesimpulan penelitian yang dapat dilakukan. Sajian data
harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab
permasalahan-permasalahan yang diteliti.
c. Kesimpulan dan Verifikasi
Dari permulaan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti
benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat dan proporsi. Kesimpulan akan ditangani dengan
longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan telah disediakan,
mula-mula belum jelas, meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan pokok.
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam
pemikiran Penganalisis selama ia menulis, atau mungkin dengan seksama dan
makan tenaga dengan peninjauan kembali (HB. Sutopo, 2002 : 97).
Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami arti berbagai hal yang
ditemui. Dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan dan pola-pola,
pernyataan-pernyataan dan konfigurasi yang mungkin, arahan, sebab akibat, dan berbagai
kemungkinan, kesimpulan perlu dipastikan agar cukup meyakinkan dan benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan.
Untuk lebih jelasnya, analisis data kualitatif model interaktif dapat digambarkan
dengan skema sebagai berikut:
Gambar 1. Model Analisis Interaktif
(H.B. Sutopo . 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif)
Maksud model analisis interaktif ini, pada waktu pengumpulan data Peneliti
selalu membuat reduksi dan sajian data. Reduksi dan sajian data harus disusun pada
waktu Peneliti sudah memperoleh unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam
penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, Peneliti mulai melakukan
usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan pada semua hal yang
terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Jika kesimpulan dirasa kurang mantap
karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajiannya, maka Peneliti dapat
kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari
pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (HB. Sutopo, 2002 : 95
– 96).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh yang sesuai dengan aturan baru
dalam penulisan karya ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu sistematika dalam Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan/ verifikasi
commit to user
14
penyusunan penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum terdiri dari 4
(empat) bab, dimana tiap-tiap bab terbagi atas sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk
memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika dalam
penulisan hukum ini sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bagian awal bab ini penyusun berusaha memberikan gambaran awal
mengenai penelitian ini yaitu yang meliputi:
A. Latar Belakang masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian,
D. Manfaat Penelitian,
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum tentang Kredit
2. Tinjauan Umum tentang Perjanjian
3. Tinjauan Umum tentang Legal Audit
4. Tinjauan Umum tentang Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998
Tentang Perbankan
5. Tinjauan Umum tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Managemen Risiko Bagi Bank
Umum
6. Tinjauan Umum tentang Peraturan Bank Indonesia Nomor
13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
B. Kerangka Pemikiran
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi.
2. Pelaksanaan Legal Audit di Bidang Kredit di Bank Tabungan Negara
Kantor Cabang Solo.
3. Hambatan Hambatan dalam Pelaksanaan Legal Audit dalam Realisasi
Perjanjian Kredit dan Penyelesaiannya di PT. Bank Tabungan Negara
Cabang Solo.
B. Pembahasan
BAB IV : PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Kredit
a. Pengertian Kredit
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, mengatur
mengenai pengertian kredit yaitu Pasal 1 angka 12 yang menyatakan bahwa :
"kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil
keuntungan". Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
(Undang-Undang yang diubah), pengertian kredit diatur dalam Pasal 1 butir 11,
"kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain, yang mewajibkan pihak lain untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga".
Dari defenisi diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa unsur-unsur kredit:
1) Kepercayaan.
Adanya keyakinan dari pihak bank terhadap prestasi yang diberikan
kepada nasabah debitur yang akan dilunasinya sesuai dengan jangka waktu
yang diperjanjikan.
2) Jangka Waktu.
Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya,
dimana jangka waktu tersebut sebelumnya telah ditentukan terlebih dahulu,
3) Prestasi.
Adanya objek berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat tercapainya
kesepakatan dalam perjanjian pemberian kredit antara bank dengan nasabah
debitur, berupa bunga atau imbalan.
4) Risiko.
Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya,
memungkinkan adanya risiko dalam perjanjian kredit tersebut. Untuk
mencegah terjadinya risiko tersebut (berupa wanprestasi), maka diadakan
pengikatan jaminan/agunan yang dibebankan kepada pihak nasabah debitur.
(Hermansyah, 2009:58-59)
b. Peranan Kredit dalam Perekonomian
Seiring perkembangan perekonomian nasional di era globalisasi saat ini,
kredit akan mengambil alih sebagian fungsi uang (yang dipergunakan untuk
pembayaran tunai) karena hampir segala hal dilakukan dengan kredit. Maka
peranan kredit dalam perekonomian modern yang seperti itu adalah:
1) Kredit dapat meningkatkan efisiensi penggunaan uang atau modal dengan
meningkatkan produktivitas masyarakat.
2) Kredit dapat meningkatkan efisiensi penggunaan barang, karena kredit dapat
membantu proses produksi dari bahan hingga barang jadi dan sekaligus juga
membantu pemindahan barang dari produsen kepada konsumen dalam proses
marketing; kredit ikut melancarkan arus barang.
3) Kredit dapat meningkatkan arus peredaran lalu lintas uang, misalnya, melalui
penggunaan cek, giro, wesel, promes, dan kartu kredit yang diterbitkan oleh
bank.
4) Kredit dapat menjadi alat stabilitas ekonomi yang dilakukan melalui
kebijaksanaan ekspansi dan kontraksi kredit, misalnya, dengan politik
diskonto oleh bank sentral.
5) Kredit dapat berfungsi sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan
commit to user
18
6) Kredit dapat menciptakan daya beli baru bagi para debitur, meskipun
debitur-debitur itu tidak memiliki uang tunai dalam saldo neracanya
(http://kuliahade.wordpress.com/2010/06/27/hukum-perbankan-kredit-bank-ii
diakses 25 November 2010 pukul 09.25).
c. Macam macam Kredit Bank
Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk
masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis kredit (Kasmir,
2004:109) dapat dibedakan berdasarkan:
1) Jangka waktunya
a) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum satu
tahun. Setelah berakhirnya jangka waktu biasanya oleh bank diberi
perpanjangan waktu lagi atas permohonan, debitur
b) Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara satu
tahun sampai tiga tahun
c) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga
tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah investasi yang
bertujuan untuk menambah modal perusahaan dalam jangka rehabilitasi,
ekspansi (perluasan), dan pendirian proyek baru.
2) Menurut sifat penggunaannya
a) Kredit investasi, yaitu kredit jangka panjang yang biasanya digunakan
untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru
atau untuk keperluan rehabilitasi
b) Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnva
3) Menurut tujuannya
a) Kredit produksi atau eksploitasi, yaitu kredit yang digunakan untuk
peningkatan usaha atau produksi atau investasi untuk meningkatkan
barang atau jasa
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau
agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar
c) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi pribadi.
Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan,
karena memang digunakan atau dipakai oleh seorang atau badan usaha.
4) Menurut jaminannya
a) Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan,
jaminan itu dapat berbentuk barang berwujud dan tidak berwujud atau
jaminan orang
b) Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan atau
orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan
karakter serta loyalitas atau nama baik debitur
d. Syarat kredit
Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentu saja
mengharapkan uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil risiko (uangnya
tidak kembali, sebagai contoh), dalam memberikan kredit bank harus
mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to
pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali
pinjaman beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri dari Character (kepribadian),
Capacity (kapasitas), Capital (modal), Colateral (jaminan), dan Condition of
Economy (keadaan perekonomian), atau sering disebut sebagai 5C (panca C).
(Multiply, Tinjauan umum tentang kredit,
http://pumkienz.multiply.com/reviews/item/1, diakses 15 Desember 2010 Pukul
13.20)
1) Karakter
Watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berutang) sangat
berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur (pihak pemberi utang) dapat
meneliti apakah calon debitur masuk ke dalam Daftar Orang Tercela (DOT)
commit to user
20
dari lingkungan usahanya. Informasi dari lingkungan usahanya dapat
diperoleh dari supplier dan customer dari debitur. Selain itu dapat pula
diperoleh dari Informasi Bank Sentral, namun tidak dapat diperoleh dengan
mudah oleh masyarakat umum, karena informasi tersebut hanya dapat di akses
oleh pegawai Bank bidang perkreditan dengan menggunakan password dan
komputer yang terhubung secara on-line dengan Bank sentral.
2) Kapasitas
Kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur
untuk mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditur dapat meneliti
kemampuan debitur dalam bidang managemen, keuangan, pemasaran, dan
lain-lain.
3) Modal
Dengan melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau melihat
berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya, kreditur dapat
menilai modal debitur. Semakin banyak modal yang ditanamkan, debitur akan
dipandang semakin serius dalam menjalankan usahanya.
4) Jaminan
Jaminan dibutuhkan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak dapat
mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah
pinjaman.
5) Kondisi ekonomi
Keadaan perekonomian di sekitar tempat tinggal calon debitur juga
harus diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan
terjadi di masa datang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain
masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan, perkembangan
teknologi, bahan baku, pasar modal, dan lain sebagainya. (Sutarno,
2003:93-94)
e. Jaminan Kredit
Penilaian terhadap jaminan pada dasarnya dilakukan terhadap
dengan cara menaksir nilai barangnya sudah dapat menutup kredit yang akan
diberikan bank seandainya nasabah tidak dapat melunasi hutangnya di kemudian
hari.
Sehubungan dengan itu, dalam penjelasan Pasal 8 undang undang
perbankan diuraikan bahwa apabila berdasarkan unsure-unsur lain Bank telah
mendapat keyakinan tentang kemampuan nasabah untuk mengembalikan
hutangnya, agunan bisa hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai
dengan kredit yang bersangkutan. Bank tidak wajib meminta agunan tambahan
berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan obyek yang dibiayai dengan
kredit Bank. (Gatot Supramono, 2009: 160)
2. Tinjauan Umum tentang Perjanjian
a. Pengertian Perjanjian
Peraturan yang berlaku bagi perjanjian diatur dalam buku Ketiga Kitab
Undang Undang Hukum Perdata Tentang Perikatan yaitu Pasal 1313 yaitu: “Suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Perjanjian diatur dalam Buku Ketiga
Kitab Undang Undang Hukum Perdata karena perjanjian merupakan salah satu
sumber dari perikatan, dikatakan salah satu karena ada sumber lain dari suatu
perikatan yaitu undang-undang. (Gatot Supramono, 2009:163)
Definisi lain mengenai perjanjian adalah merupakan suatu peristiwa
dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa itu, menimbulkan suatu
hubungan antara dua orang tersebut yang kemudian dinamakan perikatan. Dalam
bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung
janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. (Subekti, 2002:1)
b. Asas-asas perjanjian
Menurut pendapat Gatot Supramono. dalam hukum perjanjian ddikenal
commit to user
22
1) Asas konsensualisme
Sesuai dengan artinya konsensualisme adalah kesepakatan, maka asas
ini menetapkan bahwa terjadinya suatu perjanjian setelah terjadi kata sepakat
dari kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian. Dengan kesepakatan
maka perjanjian menjadi sah dan mengikat bagi para pihak dan berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka, hal ini terdapat dalam Pasal 1320 Kitab
Undang Undang Hukum Perdata.
2) Asas kebebasan berkontrak
Asas ini menyebutkan bahwa setiap orang mempunya kebebasan untuk
mengadakan suatu perjanjian yang berisi apa saja, asalkan perjanjian tidak
bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan dan undang-undang. Dalam KItab
Undang Undang Hukum Perdata asas kebebasan berkontrak terdapat pada
Pasal 1339.
3) Asas kepribadian
Menurut asas kepribadian, seseorang hanya diperbolehkan mengikatkan
diri untuk kepentingan dirinya sendiri dalam suatu perjanjian. Asas ini
terdapat dalam Pasal 1315 Kitab Undang Undang Hukum Perdata.
4) Asas itikad baik
Asas itikad baik di dalam hukum perjanjian hanya terdapat pada waktu
melaksanakan perjanjian. Dalam pasal 1338 Kitab Undang Undang Hukum
Perdata menyebutkan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik, apapun yang telah diperjanjikan harus dilaksanakan dengan penuh
kejujuran sesuai dengan maksud dan tujuannnya.
5) Asas keadilan
Asas keadilan lebih ditujukan kepada isi dari perjanjian bahwa
perjanjian harus mencerminkan adanya keadilan bagi kedua belah pihak yang
mengadakan perjanjian. Asas keadilan diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang
Undang Hukum Perdata.
6) Asas kepatutan
Suatu perjanjian dibuat bukan hanya semata-mata memperhatikan
memperhatikan pula tentang kebiasaan, kesopanan dan kepatutan yang
berlaku di masyarakat. Asas kepatutan terdapat dalam Pasal 1337 Kitab
Undang Undang Hukum Perdata.
7) Asas kepercayaan
Para pihak melakukan perjanjian harus dilandasi dengan rasa saling
percaya karena kepercayaan menyangkut saling memenuhi kewajibannya
seperti yang telah diperjanjikan. (Gatot Supramono, 2009: 164-165)
c. Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian
Membuat suatu perjanjian itu harus memenuhi syarat-syarat supaya
perjanjian tersebut diakui dan mengikat para pihak yang membuatnya.
Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian menurut Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum
Perdata yaitu:
(1) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
(2) Cakap untuk membuat suatu perjanjian
(3) Mengenai hal atau obyek tertentu
(4) Adanya suatu sebab yang halal
Syarat pertama dan kedua disebut syarat subyektif karena menyangkut
orang orang atau pihak-pihak yang membuat perjanjian yang mana merupakan
subyek yang membuat suatu perjanjian. Sedangkan syarat ketiga dan keempat
adalah sebagai syarat obyektif karena menyangkut mengenai obyek yang
diperjanjikan oleh orang-orang atau subyek yang membuat perjanjian. (Sutarno,
2003: 78)
d. Hapusnya Perjanjian
Tentang berakhirnya atau hapusnya suatu perjanjian terdapat dalam Pasal
1381 Kitab Undang Undang Hukum Perdata bahwa hapusnya suatu
perjanjiandisebabkan hal-hal sebagai berikut:
(1) Adanya pembayaran;
(2) Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan atau
commit to user
24
(3) Novasi atau pembaruan utang;
(4) Kompensasi atau perjumpaan hutang;
(5) Percampuran hutang;
(6) Pembebasan hutang;
(7) Musnahnya barang yang terhutang;
(8) Pembatalan perjanjian;
(9) Berlakunya suatu syarat batal;
(10) Daluarsa atau lewatnya waktu.
e. Perjanjian Kredit
Perjanjian Kredit sama halnya dengan perjanjian secara umum yang diatur
dalam Buku III Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Namun, tidak ada satupun
peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur tentang Perjanjian Kredit,
bahkan dalam Undang-Undang Perbankan sekalipun. Istilah perjanjian Kredit
terdapat dalam Surat Keputusan Direksi Bank Nagari (PT. BPD Sumbar) Nomor
SK/208/Dir/07-2000 tentang Perjanjian Kredit dan Ketentuan Umum Pemberian
Kredit oleh Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat.
Menurut Soebekti, Perjanjian Kredit pada hakikatnya sama dengan
Perjanjian Pinjam Meminjam yang diatur dalam Pasal 1754 sampai 1769 Kitab
Undang Undang Hukum Perdata. Dalam prakteknya, Perjanjian Kredit memiliki 2
(dua) bentuk, yaitu:
1) Dalam Bentuk Akta Bawah Tangan (Pasal 1874 Kitab Undang Undang
Hukum Perdata) merupakan akta perjanjian yang baru memiliki kekuatan
hukum pembuktian apabila diakui oleh pihak-pihak yang menanda-tangani
dalam akta perjanjian tersebut. agar akta ini tidak mudah dibantah, maka
diperlukan pelegalisasian oleh Notaris, agar memiliki kekuatan hukum
pembuktian yang kuat seperti akta otentik.
2) Dalam bentuk Akta Otentik, merupakan akta perjanjian yang memiliki
kekuatan hukum pembuktian yang sempurna, karena ditanda tangani langsung
oleh pejabat pembuat akta, yaitu Notaris, dan akta ini dianggap sah dan benar
3. Tinjauan Umum tentang Legal Audit
a. Pengertian Legal Audit
Pemeriksaan adalah suatu proses penilaian dalam arti yang luas secara
independen terhadap data dan fakta untuk menilai tingkat kesesuaian, tingkat
keamanan dan tingkat kewajaran yang disajikan dalam lapotan mengenai opini dan
saran perbaikan. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan definisi atau pengertian
legal audit adalah merupakan suatu proses penilaian terhadap data dan fakta atas
transaksi yang dilakukan oleh perusahaan/bank dengan pihak lainnya untuk menilai
tingkat keamanan perusahaan, terutama dalam hal legal risk aspect yang pada
akhirnya akan membahayakan harta perusahaan/bank, yang disajikan dalam laporan
hasil pemeriksaan mengenai opini dan saran perbaikan.(Hasanudin Rahman, 2000:
19-20)
Dari pengertian legal audit tersebut di atas dapat dikemukakan lebih lanjut
bahwa :
1) Suatu transaksi tentulah ada data dan fakta yang mendasarinya, yaitu suatu
kesepakatan antara bank dengan pihak lainnya tentang sesuatu hal tertentu, baik
di bidang dana maupun bidang kredit.
2) Data dan fakta yang diperiksa aspek yuridisnya adalah data dan fakta yang
menyangkut suatu trar.saksi antara bank dengan pihak ketiga, karena data dan
fakta inilah yang mengandung nilai-nilai yuridis yang melahirkan hak dan
kewajiban. Atau dengan kata lain, data dan fakta transaksi intern bank tidak
termasuk dalam sasaran Legal Audit.
3) Suatu pemeriksaan, adalah suatu proses penilaian oleh legal auditor terhadap
suatu transaksi yang dilakukan oleh bank dengan pihak lainnya.
4) Pemeriksaan yang dilakukan oleh legal auditor tentulah dilakukan dengan
tegas, dalam arti bahwa setiap kekurangan/kelemahannya harus diungkapkan,
sehingga nantinya dapat ditindaklanjuti oleh auditee (aparat pelaksana).
5) Penilaian yang dilakukan oleh legal auditor adalah tingkat keamanan bank,
terutama apabila bank akan berperkara di pengadilan (kelengkapan dan
commit to user
26
6) Yang dimaksud dengan legal risk aspect adalah risiko tidak siapnya bank untuk
berperkara di pengadilan karena adanya penyimpangan/problem yang terjadi
sebagai akibat tidak dipenuhinya aspek- aspek suatu transaksi, yang pada
akhirnya akan berdampak kerugian atau membahayakan harta perusahaan/bank.
7) Legal auditor juga dilengkapi dengan laporan hasil pemeriksaan yang berisi
opini dan saran perbaikan, opini yang disampaikan adalah opini yuridis, yaitu
yang menyangkut kelemahan, kekurangan dan cacat yuridis yang terkandung
dalam suatu transaksi. Sedangkan saran perbaikan adalah yang menyangkut
penguatan/ penyempurnaan suatu data dan fakta transaksi sebagai alat bukti
secara yuridis formal(Hasanudin Rahman, 2000:20-21).
Kandungan hukum dalam suatu transaksi yang dilakukan bank dengan
nasabahnya sangat besar, dan itu hanya merupakan salah satu alasan penting legal
audit diperlukan dalam operasional perbankan. Permasalahan perbankan yang
semakin hari semakin memperlihatkan kurangnya pengetahuan hukum bagi aparat
pelaksana perbankan yang menuntut dunia perbankan untuk menata diri lebih
professional disamping mampu mengantisipasi perubahan akibat arus informasi dan
globalisasi. Hal-hal tersebut untuk menunjang landasan gerak perbankan agar
mampu menampung tuntutan pengembangan jasa perbankan yang ada, juga untuk
lebih meningkatkan kemajuan-kemajuan secara berkesinambungan, sehingga jasa
perbankan benar-benar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada
pelaksanaan pembangunan nasional (Annida, Legal Audit/legal due
diligence,http://annida.harid.web.id/?p=356, diakses tanggal 07 Desember 2010
Pukul 08.35).
Legal Audit di bidang kredit sangat diperlukan dalam suatu lembaga
perbankan untuk menghindari dan mencegah adanya Legal Risk dalam pemberian
kredit, seperti diterangkan dalam Jurnal Nasional di Italy, yang isinya sebagai
berikut :
“The exemption from administrative liability for crimes is, for enterprises, an
which prevent the crimes, this implies an improvement of the Internal Audit. Our objective is to show that there are some important connections between these factors, in particular we will illustrate that legal risk can be reduced if the company puts into practice a Risk Assessment Process and an efficient Internal Audit System. These synergies led to the abovementioned risk-reduction
(Corporate Ownership & Control / Volume 4, Issue 4, Summer 2007/ Corporate Governance in Italy).
Dalam Jurnal Negara Italy tersebut diterangkan bahwa pelaksanaan Legal
Audit yang merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan internal control
bertujuan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya aksi hukum, dan
proses-proses yudisial atau lebih umumnya disebut Legal Risk. Pengurangan dan
pencegahan terhadap terjadinya suatu Legal Risk dapat dilakukan oleh manager
atau pihak-pihak lain sesuai dengan wewenangnya. Kesimpulannya yaitu Legal
Risk dapat dicegah dengan dilaksanakannya system internal audit yang efisien.
Perkembangan perekonomian bergerak cepat disertai dengan banyaknya dan
bervariasinya tantangan yang dihadapi, tentunya hal itu selalu diikuti secara tanggap
oleh perbankan nasional dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya. Untuk
itu perbankan nasional perlu diperkuat dengan landasan hukum dan pengetahuan
hukum bagi aparatnya yang dibutuhkan bagi terselenggaranya pembinaan dan
pengawasan yang mendukung peningkatan kemampuan perbankan menjalankan
fungsinya secara sehat, wajar dan efisien, sekaligus memungkinkan perbankan
nasional melakukan penyesuaian yang diperlukan sejalan dengan berkembangnya
norma-norma perbankan secara internasional.
Gencarnya pembentukan hukum perbankan saat ini adalah bentuk upaya
penyempurnaan terhadap hukum yang telah ada. Hal itu dimaksudkan agar
perbankan Indonesia memiliki landasan gerak yang kokoh yang membawa ke arah
sikap yang lebih tanggap terhadap perkembangan pembangunan nasional, sehingga
perbankan nasional mampu berperan dalam peningkatan taraf hidup rakyat banyak,
juga mampu menjadi pelaku pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional (Muhamad Djumhana,
1993:3).
Fenomena-fenomena tersebut harus diiringi dengan kemauan dan tekad dari
commit to user
28
maupun tidak langsung berhubungan dengen transaksi perbankan. Tindakan mana,
salah satunya adalah dengan serangkaian kegiatan pemeriksaan hukum (legal audit)
atas semua transaksi yang dilakukan bank dengan pihak lainnya. Sehingga selain
dapat menjadi proteksi bagi bank dari legal risk, juga dapat menjadi penilaian
sampai sejauh mana kepatuhan perbankan terhadap hukum dan peraturan
perundang-undangan sebagai hukum positif yang berlaku di negara ini, yang pada
akhirnya akan melahirkan suatu kondisi perbankan yang sehat dan terpercaya,
sehingga tidak ada lagi cerita bank yang mengalami rush bahkan likuidasi.
b. Fungsi Legal Audit Di Bidang Kredit Sebagai Pengawasan Internal Bank
Efektivitas pengawasan internal pada suatu bank merupakan tolok ukur di
dalam penilaian tingkat kesehatan bank tersebut terutama dalam kaitannya dengan
penilaian aspek manajemen. Rumusan dari pengawasan internal itu sendiri dalam arti
luas adalah pengendalian managerial, yaitu suatu sistem yang digunakan oleh
manajemen perusahaan untuk mengawasi atau mengendalikan kegiatan perusahaan
dengan cara membandingkan antara realisasi performance / kinerja terhadap rencana
yang telah ditetapkan serta menjamin bahwa seluruh sumber daya yang dimiliki oieh
perusahaan telah digunakan secara efektif dan efisien. Sedangkan dalam arti sempit
kegiatan pengawasan itu adalah audit atau pemeriksaan yeng dilakukan terhadap
suatu objek tertentu dan pada dasarnya merupakan bagian dari pada kegiatan
pengawasan itu sendiri. (Hasanudin Rahman, 2000: 33)
Salah satu fungsi managemen yang penting dalam setiap kegiatan usaha
adalah dalam bentuk pengawasan. Tujuannya antara lain untuk menjaga dan
mengamankan harta milik perusahaan dari penyimpangan-penyimpangan baik dari
pihak intern maupun dari pihak ekstern, memajukan efisiensi dan efektivitas usaha
yang dilakukan, mendorong dipatuhinya kebijakan managemen, serta untuk menjaga
agar tercapainya system managemen informasi yang baik. Ada berbagai pendkatan
yang dapat dilakukan dalam melakukan pengawasan, salah stunya yaitu dengan
audit. (Teguh Pudjo Muljono, 1999:2-3)
Dari rumusan di atas, dapat dikatakan bahwa pengawasan merupakan bagian
sehingga bertindak untuk dan atas nama manajemen serta bertanggung jawab penuh
terhadap manajemen. Akan tetapi, dengan semakin besarnya organisasi serta semakin
meluasnya jangkauan usaha, maka kegiatan pengawasan yang sebelumnya
merupakan ruang lingkup dari pada fungsi manajemen menjadi sulit untuk diterapkan
secara penuh karena tentu akan mengurangi objektivitas maupun inde-pendensinya.
Oleh karena itu, untuk melaksanakan fungsi pengawasan tersebut diperlukan suatu
unit organisasi yang berdiri sendiri serta terpisah dari kegiatan rutin dan tangnung
jawab pekerjaannya juga beralih menjadi tanggung jawab kepada Beard of Directors
(Dewan Direksi).
Manajemen dalam hal ini bertanggung jawab untuk menerapan kebijakan
pengawasan, perencanaan dan pemeliharaan serta pengembangan sistem pengawasan
yang sekaligus membuat suasana yang kondusif bagi suksesnya pelaksanaan
kegiatan pengawasan tersebut. Sistem pengawasan itu sendiri harus mampu
memberikan jaminan yang wajar bahwa harta perusahaan dapat diselamatkan dan
informasi-informasi atas segala kegiatan perusahaan (yang diperlukan) dapat setiap
waktu diperoleh serta dapat dipercaya. Sistem pengawasan tersebut harus
memungkinkan adanya deteksi dini (early warning) terhadap adanya kesalahan dan
kecurangan sehingga mudah untuk ditemui, serta segera dapat diperbaiki yang pada
gilirannya dapat mengembangkan efisiensi di dalam operasi perusahaan. Selanjutnya,
melalui sistem tersebut juga harus dapat dikembangkan kepatuhan terhadap kebijakan
manajemen, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta
dijalankannya prinsip-prinsip perbankan yang sehat.
Pengawasan perbankan dapat diwujudkan dengan adanya sistem internal
control, seperti diterangkan dalam West Law pada tahun 1993 : “Internal controls
are those systems through which the bank provides for and ensures continuing
compliance, such as policies and procedures, are grouped under that heading,
they may exist individually in various degrees from bank to bank”. Menurut West
Law, internal control adalah merupakan suatu system yang mana bank
menyediakan dan memastikan kebenaran suatu kebijakan dan prosedur yang ada
dalam suatu bank. Internal Control suatu bank berbeda-beda sesuai kebijakan