• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gaya Pada Rangka Batang Materi Mekanika Teknik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Gaya Pada Rangka Batang Materi Mekanika Teknik"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Gaya Pada Rangka Batang/Truss,

Metode Titik Buhul

15 Comments

Pada postingan kali ini saya akan membahas perhitungan gaya pada rangka batang/truss. Prinsipnya masih sama dengan yang kemarin, masih menggunakan perhitungan reaksi perletakkan. Struktur rangka batang itu terdiri dari batang-batang (kalau bukan terdiri dari batang-batang, ngapain saya nulis ini :) ). Untuk

penampakannya silahkan lihat gambar di bawah, kalau tidak kuat silahkan lambaikan tangan ke kamera :D

Menurut buku, stabilitas rangka batang dapat ditinjau dari stabilitas luar, yaitu reaksi perletakan tidak boleh bertemu di satu titik. Selain dari stabilitas luar, ada juga stabilitas dalam, yaitu rangka batang harus tersusun dari pola-pola segitiga. Struktur ada yang statis tertentu dan statis tak tentu, yang akan dibahas disini adalah

(2)

Syarat dari struktur statis tertentu adalah jumlah gaya pada tumpuan struktur = 3. Seperti gambar diatas ada satu tumpuan sendi dan satu tumpuan rol. Tumpuan sendi mempunyai dua gaya, yaitu gaya horizontal dan vertikal (maksudnya yang sejajar dan tegak lurus), sedangkan tumpuan rol memiliki satu gaya, yaitu gaya vertikal. Maka jika dijumlahkan ada tiga gaya, sehingga struktur ini memenuhi syarat struktur statis tertentu.

Cara menghitung gaya pada batang, ada dua metode yang dikenal saat ini, dan mungkin akan menjadi tiga, doakan saja saya menemukan metode yang ketiga :) . Dua metode tersebut adalah metode titik buhul, dan metode ritter. Sebagai contoh saya akan gunakan metode titik buhul. Metode titik buhul cukup sederhana, namun butuh ketelitian. Penyelesaiannya dimulai dengan menghitung reaksi perletakan. Lalu menghitung gaya vertikal dan horizontal dengan persamaan ΣV=0 dan ΣH=0.

Langkah pertama adalah tentukan sudut antar batang, dan berikan nama pada tiap titik buhul dan tiap batang, ini untuk memudahkan perhitungan supaya tidak

membingungkan. Penamaan bebas, terserah, mau dikasih nama Samsudin juga bebas, asal nantinya dimengerti.

Langkah kedua adalah hitung reaksi perletakannya. Sudah bisa kan? Kalau belum tahu lihat postingan sebelumnya. Pada contoh ini gaya yang diberikan tepat di tengah sebesar 20 kN, maka beban ini akan didistribusikan ke tumpuan masing-masing sebesar 10 kN. Sehingga RAV= 10 kN dan RBV = 10 kN, sedangkan RAH=0, karena tidak ada beban horizontal.

(3)

ΣV=0

RAV + F1 sin 45 = 0 10 = – F1 sin 45 – F1 = 10/ sin 45 F1 = -14.14 kN

ΣH=0

RAH + F2 + F1 cos 45 = 0 0 +F2 = -F1 cos 45

F2= -(-14.14 cos 45) F2= 10 kN

Selanjutnya di buhul B. oh iya,, setiap tanda arah pada batang menjauhi titik buhul.

ΣV=0 F3=0

(4)

Buhul C

ΣV=0

-20 – F3 – F1 sin 45 – F5 sin 45 = 0 -20 – 0 – (-14.14 sin 45) = F5 sin 45 -20 – 0 + 10 = F5 sin 45

F5 = -10/sin 45 F5 = -14.14 kN

ΣH=0 (dicek, bener nggak hitungan diatas) – F1 cos 45 + F5 cos 45 = 0

-10 + 10 = 0 (bener kan..)

Buhul D, (nggak usah dihitung lah ya, udah bener ini kok..)

Nah, sudah selesai. Jadi hasilnya adalah: F1= -14.14 kN

F2= 10 kN F3= 0 kN F4= 10 kN F5= -14.14 kN

*)tanda minus menunjukkan batang tersebut dalam kondisi tekan, dan tanda plus dalam kondisi tarik.

(5)

Cukup sekian contohnya, gampang kan? Memang contoh itu selalu gampang, kalau saya bikin yang susah sekalian aja Ujian :D

About these ads

MEKANIKA TEKNIK KONSTRUKSI RANGKA BATANG

KONSTRUKSI RANGKA BATANG (TRUSS)

Rangka batang (Truss)

1. Konstruksi yang dirancang untuk menumpu beban dan biasanya berupa struktur

yang dikekang/disambung jepit penuh dan stasioner.

2. Rangka batang terdiri dari batang-batang lurus yang berhubungan pada titik-titik

kumpul (SIMPUL) yang terletak di setiap ujung batang.

3. Oleh karena itu batang-batang ini merupakan BATANG DENGAN DUA GAYA :

yaitu batang yang mengalami dua gaya sama besar dan berlawanan arah.

4. Dua gaya tersebut merupakan gaya aksial berupa gaya tarik atau gaya tekan.

Berlaku Hukum III Newton : AKSI = REAKSI

(6)

Syarat rangka batang sederhana :

1. Sumbu batang berimpit dengan garis penghubung antara kedua ujung sendi /

simpul. Titik pertemuan disebut : titik simpul. Garis yang menghubungkan

semua simpul pada rangka batang disebut : Garis Sistem.

2. Muatan/beban yang bekerja pada rangka batang harus ditangkap / diteruskan

pada simpul.

3. Garis sistem dan gaya luar harus terletak pada satu bidang datar.

4. Rangka batang ini harus merupakan rangka batang statis tertentu, baik ditinjau

dari keseimbangan luar dan keseimbangan dalam.

40

Bagian Rangka Batang :

• Batang Tepi : tepi atas dan tepi bawah.

• Batang Pengisi Diagonal

• Batang Pengisi Tegak

(7)

• Tumpuan

Kekakuan Rangka Batang

Jika jumlah simpul : S

jumlah batang : B

jumlah reaksi : R

maka :

• 2S – B – R = 0 rangka batang kaku

• 2S – B – R < 0 rangka batang tidak kaku

• 2S – B – R > 0 rangka batang statis tak tertentu.

Untuk rangka batang yang diletakkan pada tumpuan sendi dan roll, maka jumlah

reaksi (R) yang diberikan berjumlah 3 reaksi (1 dari roll dan 2 dari sendi).

Analisis Struktur Rangka Batang

Untuk menganalisi struktur rangka batang, dilakukan 2 langkah :

1. Memeriksa kekakuan rangka, untuk statis tertentu harus memenuhi :

2S – B – R = 0.

2. Menghitung keseimbangan gaya dalam.

Σ FX = 0 , Σ Fy = 0 , Σ M = 0

39

Metode Sambungan

(Metode Kesimbangan Titik Simpul)

• Analisi dilakukan di sambungan / simpul / pin

• Batang merupakan batang dan gaya, dimana satu gaya pada setiap ujung batang.

• Berlaku hukum III Newton : Aksi = reaksi (gaya besar sama tetapi arah berlawanan).

• Digunakan untuk menghitung gaya pada semua.

41

Kasus 1.

Cari reaksi di tumpunan dari konstruksi rangka batang sederhana berikut dan hitung

(8)

Jawab :

• Pengecekan stabilitas :

Jumlah simpul (S) = 4

Jumlah batang (B) = 5

Jumlah reaksi (R) = 3

2S – B – R = 2(4) – 5 – 3 = 0 Rangka batang stabil

• Σ MB = 0

RVC (3,5) – 70 (1,2) – 24 (7) = 0

RVC = 72 kN (↑)

• Σ MC = 0

RVB (3,5) + 70 (1,2) + 24 (3,5) = 0

RVB = - 48 kN (↓)

• Pengecekan :

Σ FV = 0 = 72 – 24 – 48 = 0 perhitungan benar

• Σ FHB = 0

RHB - 70 = 0

RHB = 70 kN (←)

• Untuk menghitung besar gaya pada tiap simpul, maka digunakan prinsip poligon

gaya tertutup.

• Analisis tiap simpul dapat dibuat dalam bentuk diagram yang dikenal dengan

Diagram Maxwell

(9)

Panjang batang miring :

AB = AD = (3,5)2 + (1,2)2 = 3,7 m

Simpul B

a. Σ FHB = 0

70 - FHBC = 0

FHBC = 70 kN (simpul B tarik, batang BC tekan)

b. Σ FVB = 0

FHBC = 70 kN (simpul C tarik, batang CB tekan)

b. Σ FHC = 0

70 - FHCD = 0

FHBC = 70 kN (simpul C tarik, batang CD tekan)

(10)

48 kN 72 kN

43

Hasil Akhir

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen yang digunakan adalah angket gaya belajar siswa untuk mengetahui jenis gaya belajar siswa satu kelas kemudian nantinya diambil tiga gaya belajar saja yaitu gaya

Sedangkan kecepatan bola bowling secara vertikal akan berubah secara beraturan karena percepatan bola bowling secara vertikal yaitu konstan (percepatan

Hasil analisis menunjukan bahwa elemen rangka atap baja ringan gedung Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo stabil terhadap beban gravitasi, dan beban angin sedangkan

Penyebab dari kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika materi bilangan bulat berdasarkan gaya kognitif siswa yaitu peserta didik dengan kategori gaya kognitif Field

Instrumen yang digunakan adalah angket gaya belajar siswa untuk mengetahui jenis gaya belajar siswa satu kelas kemudian nantinya diambil tiga gaya belajar saja yaitu gaya belajar