PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH,DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA KABUPATEN
DAN KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
YOIS NELSARI MALAU 117017063/AKUNTANSI
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH,DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA KABUPATEN
DAN KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Oleh
YOIS NELSARI MALAU 117017063/AKUNTANSI
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Yois Nelsari Malau
Nomor Pokok : 117017063
Program Studi : Ilmu Akuntansi
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Erlina, SE,M.Si,Ph.D,Ak,CA) (
Ketua Anggota
Drs.Zainul Bahri Torong, M.Si,Ak)
Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Ekonomi,
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA) (Prof. Dr.Azhar Maksum,M.Ec,Ac,Ak,CA)
Telah diuji pada
Tanggal : 20 November 2013
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua : Prof. Dr. Erlina, SE,M.Si,Ph.D,Ak,CA Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si,Ak
2. Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA 3. Dr. Murni Daulay, M.Si
PERNYATAAN
Judul Tesis
“PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH,DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA KABUPATEN
DAN KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA”
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat utnuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan–pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, 20 November 2013 Penulis,
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH,DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA KABUPATEN DAN KOTA
DI PROPINSI SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan menguji pengaruh belanja modal sebagai variabel moderating terhadap hubungan antara PAD, DAU, DAK dengan pertumbuhan ekonnomi. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 33 Kabupaten/Kota(25 Kabupaten dan 8 Kota) pada Propinsi Sumatera Utara. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 Kabupaten/Kota terdiri (23 Kabupaten dan 7 Kota) yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu Kabupaten/Kota yang mempublikasikan APBD secara konsisten dari tahun 2009-2011. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan yaitu regresi linier berganda dan uji residual dengan menggunakan SPSS. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji asumsi klasik, analisis linear berganda dan analisis uji residual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAD, DAU dan DAK secara simultan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Secara parsial PAD, DAU dan DAK berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian hipotesis kedua ini juga menunjukkan bahwa belanja modal bukan variabel pemoderasi memperkuat atau memperlemah hubungan PAD, DAU, DAK dengan pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
.
Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi.
THE INFLUENCE OF REGIONAL GENERATEDREVENUES,GENERAL ALLOCATION FUND, AND SPECIFIC ALLOCATION FUND ON
ECONOMIC GROWTH WITH CAPITAL EXPENDITURES AS MODERATING VARIABLEINDISTRICS AND
TOWNS OFNORTH SUMATERA
ABSTRACT
The objective of the research was to find out the influence of PAD (Regional Generated Revenues), DAU (General Allocation Fund), and DAK (Specific Allocation Fund) on economic growth and to examine the influence capital expenditures as moderating variable of PAD, DAU, and DAK on economic growth. The population was 33 districts/towns (25 districts and eight towns) in North Sumatera Province. The samples consisted of 30 districts/towns (23 districts and seven towns), using purposive sampling technique. The criteria used for determining the samples were districts/towns which published APBD (Regional Budget) consistently from 2009 to 2011. The data consisted of secondary data. They were analyzed by using multiple linear regression and residual test with an SPSS software program. The materials used for the analysis were classic assumption test, multiple linear analyses, and residual test. The result of the research sowed that PAD, DAU, and DAK simultaneously had influence on the economic growth. Partially, PAD, DAU, and DAK had influence on the economic growth. The result of this second hypothesis also showed capital expenditures were not the variable which moderated in strengthening or weakening the correlation of PAD, DAU, and DAK with the economic growth in districts/towns in North Sumatera Province.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal sebagai Variabel Moderating pada Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara” dapat selesai sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak,CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA, selaku Ketua Program
Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku Komisi Pembanding.
4. Ibu Prof. Dr. Erlina, SE,M.Si,Ph.D,Ak,CA selaku Ketua Pembimbing yang
telah membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si,Ak, selaku Komisi Pembimbing yang
telah membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
6. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, selaku Komisi Pembanding yang telah
memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si,Ak, selaku Komisi Pembanding yang
8. Dosen dan Civitas Akademika Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
9. Kedua Orang Tua Penulis Bapak Drs. N.D. Malau dan Ibu R.D. Nainggolan
yang telah banyak memberikan motivasi, doa, semangat dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan study pada Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
10. Suami tercinta B. Silaban, SH, yang memberikan dorongan, motivasi,
kesabaran serta dukungan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan study pada Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan, bahasa dan isinya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan tesis ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tuhan Yang Esa melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penelitian ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan pembaca dan penulis.
Medan,20 November 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Yois Nelsari Malau
2. Tempat, tanggal lahir : Medan, 05 Maret 1977
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Kristen Protestan
5. Status : Kawin
6. Pekerjaan : Dosen FE-Universitas Prima Indonesia
7. Orangtua
a. Ayah : Drs. N. D. Malau
b. Ibu : R. D. Nainggolan
8. Suami : Bahota Silaban, SH
9. Alamat : Jl. Menteng VII Gg. Sentosa 1 No. 88
Medan Denai
10.Pendidikan
a. Tahun1982-1983 : lulus dari TK Fajar, Medan
b. Tahun1983-1989 : lulus dari SD. ST. Antonius, Medan
c. Tahun1989-1992 : lulus dari SMP. Putri Cahaya, Medan
d. Tahun1992-1995 : lulus dari SMK. ST. Thomas 2, Medan
e. Tahun 1996-1999 : lulus dari Diploma III Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
f. Tahun 2000-2003 : lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara, Medan
g. Tahun 2004-2006 : lulus dari Sekolah Pascasarjana Program Studi
Universitas Sumatera Utara
11.Pekerjaan
a. Tahun 2001 : Staff Customer Service PT. Telkomsel Medan
b. Tahun 2006 : Staff Accounting CV. Laura Consultan, Medan
c. Tahun 2007 : Dosen di Universitas Sisingamangaraja XII
Tapanuli Utara-Siborongborong
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Originalitas Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Landasan Teoritis ... 12
2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 12
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah ... 15
2.1.3 Dana Alokasi Umum ... 17
2.1.4 Dana Alokasi Khusus ... 18
2.1.5 Belanja Modal ... 20
2.1.6 Otonomi Daerah ... 22
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 28
3.1 Kerangka Konseptual ... 28
3.2 Hipotesis Penelitian ... 31
BAB IV METODE PENELITIAN ... 33
4.1 Jenis Penelitian ... 33
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
4.3 Populasi dan Sampel ... 33
4.4 Metode Pengumpulan data ... 35
4.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36
4.5.1 Defenisi Operasional ... 36
4.5.2 Metode Pengukuran Variabel ... 38
4.6 Metode Analisis Data ... 39
4.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 39
4.6.2 Model Pengujian Hipotesis ... 41
4.6.2.1 Analisis Regresi Berganda ... 41
4.6.2.1.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 43
4.6.2.1.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 43
4.6.2.2 Model Pengujian Moderating ... 44
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
5.1 Statistik Deskriptif ... 47
5.2 Uji Asumsi Klasik ... 49
5.2.1 Uji Normalitas ... 49
5.2.2 Uji Multikolonieritas ... 52
5.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 52
5.2.4 Uji Autokorelasi ... 54
5.3 Pengujian Hipotesis Pertama ... 55
5.3.1 Uji Parsial (Uji-t) ... 55
5.3.2 Uji Simultan (Uji-F) ... 57
5.3.3 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2 5.4 Pengujian Hipotesis Kedua... 58
) ... 58
5.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 61
5.5.1 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 61
5.5.2 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 62
5.5.3 Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 63
5.5.4 Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 64
5.5.5 Belanja Modal memoderasi hubungan PAD, DAU dan DAK dengan Pertumbuhan Ekonomi ... 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
6.1 Kesimpulan ... 67
6.2 Keterbatasan Penelitian ... 68
6.3 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Review Penelitian Terdahulu ... 27
4.1 Populasi dan Sampel ... 35
4.2 Operasional Variabel ... 38
5.1 Hasil Deskripsi Variabel Penelitian ... 47
5.2 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 51
5.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 52
5.4 Hasil Uji Glesjer ... 54
5.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 55
5.6 Hasil Uji-t ... 56
5.7 Hasil Uji-F ... 57
5.8 Hasil Koefisien Determinasi ... 58
5.9 Hasil Analisis Regresi Hipotesis Kedua ... 59
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Kerangka Konsep ... 28
5.1 Grafik Normal P-Plot ... 49
5.2 Grafik Histogram ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Waktu Penelitian ... 74
2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Periode Tahun 2009-2011 ... 75
3 Realisasi Dana Alokasi Umum Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Periode Tahun 2009-2011 ... 76
4 Realisasi Dana Alokasi Khusus Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Periode Tahun 2009-2011 ... 77
5 Realisasi Belanja Modal Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Periode Tahun 2009-2011 ... 78
6 PDRB Harga Konstan Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara Periode Tahun 2010-2012 ... 79
7 Statistik Deskriptif Variabel ... 80
8 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 81
9 Hasil Pengujian Hipotesis I ... 84
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH,DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA KABUPATEN DAN KOTA
DI PROPINSI SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan menguji pengaruh belanja modal sebagai variabel moderating terhadap hubungan antara PAD, DAU, DAK dengan pertumbuhan ekonnomi. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 33 Kabupaten/Kota(25 Kabupaten dan 8 Kota) pada Propinsi Sumatera Utara. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 Kabupaten/Kota terdiri (23 Kabupaten dan 7 Kota) yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu Kabupaten/Kota yang mempublikasikan APBD secara konsisten dari tahun 2009-2011. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan yaitu regresi linier berganda dan uji residual dengan menggunakan SPSS. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji asumsi klasik, analisis linear berganda dan analisis uji residual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAD, DAU dan DAK secara simultan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Secara parsial PAD, DAU dan DAK berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian hipotesis kedua ini juga menunjukkan bahwa belanja modal bukan variabel pemoderasi memperkuat atau memperlemah hubungan PAD, DAU, DAK dengan pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara.
.
Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi.
THE INFLUENCE OF REGIONAL GENERATEDREVENUES,GENERAL ALLOCATION FUND, AND SPECIFIC ALLOCATION FUND ON
ECONOMIC GROWTH WITH CAPITAL EXPENDITURES AS MODERATING VARIABLEINDISTRICS AND
TOWNS OFNORTH SUMATERA
ABSTRACT
The objective of the research was to find out the influence of PAD (Regional Generated Revenues), DAU (General Allocation Fund), and DAK (Specific Allocation Fund) on economic growth and to examine the influence capital expenditures as moderating variable of PAD, DAU, and DAK on economic growth. The population was 33 districts/towns (25 districts and eight towns) in North Sumatera Province. The samples consisted of 30 districts/towns (23 districts and seven towns), using purposive sampling technique. The criteria used for determining the samples were districts/towns which published APBD (Regional Budget) consistently from 2009 to 2011. The data consisted of secondary data. They were analyzed by using multiple linear regression and residual test with an SPSS software program. The materials used for the analysis were classic assumption test, multiple linear analyses, and residual test. The result of the research sowed that PAD, DAU, and DAK simultaneously had influence on the economic growth. Partially, PAD, DAU, and DAK had influence on the economic growth. The result of this second hypothesis also showed capital expenditures were not the variable which moderated in strengthening or weakening the correlation of PAD, DAU, and DAK with the economic growth in districts/towns in North Sumatera Province.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang - undangan.
Dikeluarkannya Undang - Undang No. 22/1999 yang telah direvisi menjadi
Undang - Undang No. 32/2004 tentang pemerintah daerah yang memisahkan
fungsi eksekutif dengan fungsi legislatif dan Undang-Undang No. 25/1999 yang
telah direvisi menjadi Undang-Undang No. 33/2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah menjadi babak baru terkait dengan
hubungan antara pemerintah pusat dan daerah yang mendorong adanya
desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah. Desentralisasi ini
menunjukkan adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya sendiri (Maimunah,2006).
Diberlakukannya UU No. 32 dan UU No. 33 Tahun 2004 memberikan
kewenangan dan keleluasaan yang lebih luas bagi pemerintah kabupaten/kota
sebagai pelaksana dan promotor pembangunan di daerah untuk mengatur dan
menentukan sendiri kegiatan pembangunan wilayah yang sesuai dengan prioritas
kebutuhan masyarakat setempat. Menghadapi kondisi otonomi daerah, pemerintah
kabupaten/kota harus memiliki kesiapan dan kemantapan sumber-sumber dana
bagi pembiayaan pembangunan yang mutlak diperlukan untuk mewujudkan
pemerintah pusat. Dampak pelaksanaan otonomi daerah adalah tuntutan terhadap
pemerintah dalam menciptakan good governance sebagai prasyarat dengan
mengedepankan akuntabilitas dan transparansi (Nugraeni,2011).
Mardiasmo (2004:96) menyatakan bahwa daerah tidak lagi sekedar
menjalankan instruksi dari pemerintah pusat, tetapi dituntut untuk
mengembangkan kreatifitas dan inovasi dalam mengoptimalkan potensi daerah
yang selama ini (sebelum otonomi) dapat dikatakan terpasung. Menurut
Bratakusuma (2003), menyatakan untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang
nyata dan bertanggungjawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali
sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan daerah, serta
antara propinsi dan kabupaten/kota.
Menurut UU Nomor 33 tahun 2004, pendanaan kewenangan yang
diserahkan dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu mendayagunakan potensi
keuangan daerah sendiri dan mekanisme perimbangan keuangan pusat-daerah dan
antar daerah. Kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri
dilakukan dalam wadah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sumber utamanya
adalah pajak daerah dan retribusi daerah, sedangkan pelaksanaan perimbangan
keuangan dilakukan melalui Dana Perimbangan yaitu Dana Bagi Hasil (DBH),
Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Kebijakan
penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah
(Prakosa,2004).
Halim (2001), menyatakan permasalahan yang dihadapi daerah pada
umumnya berkaitan dengan penggalian sumber-sumber pajak dan retribusi daerah
konstribusi signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan.
Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah, dapat
mengakibatkan kebocoran-kebocoran yang sangat berarti bagi daerah.
Pendistribusi pajak antar daerah sangat timpang karena basis pajak antar daerah
sangat bervariasi. Peranan pajak dan retribusi daerah dalam pembiayaan yang
sangat rendah dan bervariasi hal ini terjadi karena adanya perbedaan yang sangat
besar dalam jumlah penduduk, keadaan geografis (berdampak pada biaya yang
relatif mahal) dan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mengakibatkan biaya
penyediaan pelayanan kepada masyarakat sangat bervariasi.
Keberadaan otonomi daerah ini berarti pemerintah daerah dituntut untuk
lebih mandiri, tak terkecuali juga mandiri dalam masalah financial. Meski begitu
pemerintah pusat tetap memberi dana bantuan yang berupa DAU dan DAK yang
ditransfer ke pemerintah daerah. Dalam praktiknya, transfer dari pemerintah pusat
merupakan sumber pendanaan utama pemerintah daerah untuk membiayai
operasional daerah, yang oleh pemerintah daerah dilaporkan di perhitungan
anggaran. Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal
antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di
seluruh negeri (Maimunah,2006).
Peningkatan pelayanan publik ini diharapkan mampu menarik kesempatan
investasi daerah. Salah satu cara untuk mendukung dan mendorong peningkatan
investasi daerah adalah dengan lebih meningkatkan belanja modal. Oleh karena
itu, tuntutan merubah struktur belanja menjadi kuat, khususnya pada
daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim,2001). Menurut
meningkatkan kualitas pelayanan publik dan pada gilirannya mampu
meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan yang
tercermin dari adanya peningkatan PAD.
Belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah diantaranya
pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, dan transportasi
sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah (Priyo
dan Fhino,2009). Belanja modal yang dilakukan pemerintah dapat meningkatkan
perekonomian dan membuka kesempatan investasi melalui pembangunan
infrastruktur dan pemberian berbagai fasilitas kemudahan. Menurut Madjidi
(1997), bahwa strategi alokasi anggaran pembangunan ini pada gilirannya mampu
mendorong dan mempercepat pembangunan ekonomi nasional, sekaligus menjadi
alat untuk mengurangi disparitas regional.
Tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan penting pemerintah
daerah maupun pemerintah pusat. PAD merupakan indikator untuk mengukur
tingkat kemandirian daerah melalui penerimaan sektor pajak dan retribusi
(Prakosa,2004). Namun demikian, indikator ini dianggap tidak selalu tepat karena
upaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah tidak akan memberikan arti
apabila tidak diikuti dengan pertumbuhan ekonomi daerah (Walidi,2009).
Idealnya pelaksanaan otonomi daerah harus mampu mengurangi ketergantungan
terhadap pemerintah pusat dan daerah menjadi lebih mandiri, yang salah satunya
diindikasikan dengan meningkatnya kontribusi PAD dalam hal pembiayaan
daerah (Adi,2006). Dalam rangka tujuan penyelenggaraan pemerintahan,
Indonesia terbagi atas daerah - daerah kabupaten dan kota yang masing-masing
berpengaruh pada berapa besarnya pendapatan ataupun pengeluaran yang terjadi
pada daerah tersebut.
Umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang difokuskan
pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan ekonomi. Menurut
Bati (2009), pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan produksi
barang dan jasa, yang diukur dengan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) pada
tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah, baik
tingkat I dan tingkat II. Indikator PDRB lebih komprehensif dalam mengukur
pertumbuhan ekonomi dibandingkan indikator yang lain (Widodo,1990). Data
PDRB juga dapat menggambarkan kemampuan daerah mengelola sumberdaya
pembangunan yang dimilikinya. Oleh karena itu besaran PDRB setiap daerah
bervariasi sesuai dengan potensi yang dimiliki dan faktor produksi masing-masing
daerah (Sukirno,1978).
Tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh pertambahan yang
sebenarnya barang-barang dan jasa yang diproduksikan sesuatu perekonomian
(Sukirno,2006:50). Pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah daerah untuk
melakukan pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan lapangan
pekerjaan baru yang akan mempengaruhi perkembangan kegiatan ekonomi dalam
daerah tersebut (Kuncoro,2004).
Berdasarkan fenomena di atas, maka dilakukan suatu penelitian dengan
menganalisis “Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi
dengan belanja modal sebagai variabel moderating pada kabupaten dan kota di
DAU dan PAD mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
atau peningkatan PDRB.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a.Apakah PAD, DAU dan DAK secara parsial dan simultan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten dan kota di Propinsi
Sumatera Utara ?
b. Apakah belanja modal pemoderasi hubungan PAD, DAU dan DAK
dengan pertumbuhan ekonomi pada kabupaten dan kota di Propinsi
Sumatera Utara ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah :
a.Untuk mengetahui dan menguji pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap
pertumbuhan ekonomi secara parsial dan simultan pada kabupaten dan
kota di Propinsi Sumatera Utara.
b. Untuk mengetahui dan menguji belanja modal pemoderasi hubungan
PAD, DAU dan DAK dengan pertumbuhan ekonomi pada kabupaten
dan kota di Propinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yaitu :
a.Bagi pemerintah daerah, sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah
dalam melakukan penyusunan anggaran dan belanja daerah dan bahan
pertimbangan bagi pemerintahan daerah dalam pengambilan keputusan
atau kebijakan yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, sehingga
pemerintah daerah mampu meningkatkan pembangunan daerah di tahun
mendatang.
b. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi terhadap ilmu pengetahuan
untuk dijadikan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.
c.Bagi peneliti, sebagai referensi dan informasi bagi peneliti tentang
pengaruh PAD, DAU dan DAK dengan pertumbuhan ekonomi dan
belanja modal sebagai variabel moderating kabupaten dan kota di
Propinsi Sumatera Utara.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replika atas penelitian sebelumya, yaitu Saragih
(2006) dengan judul Analisis Pengaruh Keuangan Daerah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Simalungun. Hasil penelitian ini menunjukkan PAD
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Simalungun, serta DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Simalungun. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Saragih (2006) adalah :
Penelitian Saragih (2006) mengamati 3 varibel independen, yaitu PAD,
DBH dan DAU, 1 variabel independen yaitu pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini mengamati 3 varibel independen, yaitu PAD, DAU dan
DAK, 1 variabel dependen, yaitu pertumbuhan ekonomi dan 1 variabel
moderating yaitu belanja modal.
2. Waktu Penelitian
Saragih (2006) memiliki tahun amatan antara tahun 1986 – 2005,
sedangkan penelitian ini tahun amatannya antara tahun 2009 – 2011.
3. Tempat Penelitian
Saragih (2006) melakukan penelitian di Simalungun, sedangkan
penelitian ini dilakukan di Propinsi Sumatera Utara.
Alasan peneliti menggunakan belanja modal sebagai variabel moderating yang
berbeda dari peneliti sebelumnya dengan alasan belanja modal merupakan belanja
yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau
kekayaan daerah serta akan menimbulkan konsekuensi menambah belanja yang
bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan (Halim,2004). Belanja modal merupakan
belanja daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah diantaranya pembangunan
dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi sehingga masyarakat
juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Pembangunan dalam sektor
pelayanan publik akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan bergairah
dalam bekerja karena ditunjang oleh fasilitas yang memadai selain itu investor
juga akan tertarik kepada daerah karena fasilitas yang diberikan oleh daerah.
Bertambahnya produktifitas masyarakat dan investor yang berada di daerah akan
pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransfer dana perimbangan yang
salah satunya adalah DAU. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan daerah
dalam rangka penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat dan merupakan satu
kesatuan dengan penerimaan APBD (Widjaja,2005). Dengan dana tersebut
pemerintah daerah menggunakannya untuk memberikan pelayanan yang lebih
baik kepada publik. Studi yang dilakukan oleh Legrenzi dan Milas (2001) dalam
Abdullah dan Halim (2004) menemukan bukti empiris bahwa dana transfer dalam
jangka panjang berpengaruh terhadap belanja modal dan pengurangan jumlah
dana transfer dapat menyebabkan penurunan dalam pengeluaran belanja modal.
Hal ini berindikasi kuat bahwa perilaku belanja daerah khususnya belanja modal
akan sangat dipengaruhi sumber penerimaan ini. DAK juga merupakan dana
perimbangan. DAK bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan khusus
daerah (Widjaja,2005). Adanya pengalokasian DAK diharapkan dapat
mempengaruhi belanja modal, karena DAK cenderung akan menambah aset tetap
yang dimiliki pemerintah guna pelayanan publik. Menurut Subchan dan Sudarman
(2007), menyatakan DAK berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dengan adanya sumber – sumber pembiayaan, pemerintah daerah harus
mampu mengalokasikan belanja modal dengan baik karena belanja modal
merupakan salah satu langkah bagi pemerintah daerah untuk pembangunan sarana
dan prasarana. Pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah daerah untuk
melakukan pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan lapangan
pekerjaan yang baru yang akan mempengaruhi perkembangan kegiatan ekonomi
daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi (Kuncoro,2004).
Menurut penelitian Subchan dan Sudarman (2007), pertumbuhan ekonomi
merupakan kemampuan suatu negara atau daerah dalam menyediakan kebutuhan
akan barang dan jasa kepada masyarakat dalam jumlah yang banyak sehingga
memungkinkan untuk kenaikan standar hidup, yang mana berdampak pula bagi
penurunan tingkat pengangguran dalam jangka panjang.
Peneliti menggunakan variabel independen lain dalam penelitiannya yaitu
DAK, karena menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004, DAK merupakan
dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK cenderung akan
menambah asset tetap yang dimiliki pemerintah guna pelayanan publik. Pada
penelian Subchan dan Sudarman (2007) variabel DAK berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Peneliti tidak mempergunakan DBH, karena DBH adalah dana yang
bersumber dari APBN yang dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka
persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. Tujuan DBH
selain dimaksudkan untuk menciptakan pemerataan pendapatan daerah, DBH juga
bertujuan untuk memberikan keadilan bagi daerah atas potensi yang dimilikinya.
Hal ini berarti, walaupun pendapatan atas pajak negara dan pendapatan yang
berkaitan dengan sumber daya alam (SDA) merupakan wewenang pemerintah
pusat untuk memungutnya, namun sebagai daerah penghasil, pemerintah daerah
juga berhak untuk mendapatkan bagian atas pendapatan dari potensi daerahnya
daerah tergantung dari jenis pendapatan. Begitupula antara pemerintah daerah
provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota proporsinya tidak merata untuk setiap
jenis pendapatan.
Lokasi penelitian yang berbeda dari penelitian sebelumnya karena penelitian
Saragih (2006) melaksanakan penelitian hanya di satu kabupaten yaitu
Simalungun, sehingga tidak dapat digeneralisasi, sedangkan penelitian ini di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teoritis
2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita diproduksi
dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita (Boediono,1985).
Satu - satunya ukuran yang paling penting dalam konsep ekonomi adalah Produk
Domestik Bruto (PDB) yang mengukur total nilai barang dan jasa yang dihasilkan
pada suatu negara atau nasional. PDRB untuk mengukur total nilai barang dan
jasa yang dihasilkan pada suatu daerah atau lokal. Pengertian PDRB adalah
penjumlahan dari seluruh nilai tambah bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap
kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, mempergunakan seluruh
lapangan usaha dikelompokkan menjadi sembilan sektor ekonomi. Hal ini sesuai
dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk Domestik Bruto
(PDB) ditingkat nasional. Ini juga memudahkan analis untuk membandingkan
PDRB antar provinsi dan antara PDRB dengan PDB. Menurut Supriana
(2008:18-25), metode perhitungan PDRB yaitu :
a. Metode Langsung, dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu : pendekatan
produksi (production approach), pendekatan pendapatan (income approach)
dan pendekatan pengeluaran (expenditure approach)
b. Metode Tidak Langsung, dilakukan dengan dua cara perhitungan, yakni :
1. Perhitungan Atas Dasar Harga Berlaku, merupakan jumlah seluruh NTB
dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan
harga tahun yang bersangkutan. NTB atas dasar harga berlaku yang
didapat dari pengurangan Nilai Produksi Bruto (NPB) dengan biaya antara
masing-masing dinilai atas dasar harga berlaku. NTB menggambarkan
perubahan volume/kuantum produksi yang dihasilkan dan tingkat
perubahan harga dari masing-masing kegiatan, subsektor, dan sektor.
2. Perhitungan Atas Dasar Harga Konstan, dapat mencerminkan
perkembangan real ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun yang
digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi. NTB atas harga konstan
ini hanya menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja.
Perhitungan atas dasar harga konstan ini berguna untuk melihat perubahan
ekonomi secara keseluruhan maupun secara sektoral. PDRB harga konstan
juga untuk melihat perubahan struktur perekonomian suatu kota di
provinsi dari tahun ke tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti
menggunakan PDRB harga konstan sebagai alat ukur untuk menilai
pertumbuhan ekonomi.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan sarana dan
prasarana, antara lain sumber daya alam, tenaga kerja, investasi modal,
kewirausahaan, transportasi, komunikasi, komposisi sektor industri, teknologi,
pasar ekspor, situasi perekonomian internasional, kapasitas pemerintah daerah,
pengeluaran pemerintah dan dukungan pembangunan. Dalam pemerintah daerah,
pembangunan sarana dan prasarana berpengaruh positif pada pertumbuhan
ekonomi (Darwanto,2007). Syarat fundamental untuk pembangunan ekonomi
pertumbuhan penduduk. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
peningkatan dan perbaikan infrastruktur untuk pelayanan kepada publik dapat
memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
Menurut Sukirno (2002:10), pertumbuhan ekonomi merupakan
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkat. Istilah pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi
dari perkembangan sesuatu perekonomian. Jhingan (2007:67), proses
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu faktor ekonomi
dan non ekonomi. Faktor ekonomi yang termasuk dalam pertumbuhan ekonomi
suatu negara tergantung pada sumber alamnya, sumber daya manusia modal,
usaha, teknologi, dan sebagainya. Faktor non ekonomi adalah lembaga sosial,
sikap budaya, nilai moral, kondisi politik dan lainnya.
Sukirno (2002:415), Economic Development is Growth Plus Change
mempunyai arti pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang
diikuti oleh perubahan-perubahan dalam struktur dan corak. Kuznets dalam
Sukirno, mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu peningkatan bagi
suatu negara untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya,
pertumbuhan kemampuan ini disebabkan oleh kemajuan teknologi, kelembagaan,
serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkan.
Menurut Todaro (2004:92), terdapat tiga faktor utama dari pertumbuhan
ekonomi dari setiap bangsa yaitu :
a. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk atau jenis investasi yang
manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan
ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output
dan pendapatan dikemudian hari.
b. Pertumbuhan penduduk, pada akhirnya akan memperbanyak jumlah
angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja
secara tradisional dianggap menjadi salah satu faktor positif yang memacu
pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan
menambah jumlah tenaga produktif.
c. Kemajuan teknologi, yang merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang
paling penting. Kemajuan teknologi terjadi dikarenakan ditemukannya
cara baru atas perbaikan cara-cara lama dalam menangani
pekerjaan-pekerjaan tradisional contoh kegiatan menanam jagung, membuat pakaian
atau membangun rumah.
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Halim (2001), PAD adalah penerimaan daerah yang diperoleh dari
sumber – sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 dan Pasal 6 UU No. 33 Tahun 2004
menjelaskan bahwa sumber PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain PAD yang sah.
Menurut UU No. 33 Tahun 2004, Pasal 1, “PAD adalah penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber – sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut
yang berlaku”. PAD merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali di
daerah yang digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai
pembangunan dan usaha – usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana
dari pemerintah pusat.
Bratakusumah (2003), PAD sebagai pendapatan yang berasal dari dalam
daerah yang bersangkutan untuk guna membiayai kegiatan – kegiatan daerah
tersebut. Menurut Halim (2007:96), mengelompokkan PAD dipisahkan menjadi
empat jenis pendapatan :
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan
d. Lain – lain PAD yang sah
Menurut Widjaja (2005:74), PAD terdiri atas hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah lainnya yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Menurut Mardiasmo
(2002:132), PAD adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain – lain PAD yang sah. Dalam rangka meningkatkan PAD
pemerintah daerah dilarang :
a. Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan
ekonomi biaya tinggi dan,
b. Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas
2.1.3. Dana Alokasi Umum (DAU)
UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang “Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Daerah” menyebutkan bahwa DAU merupakan dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemeratan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Sumber penerimaan daerah dalam konteks otonomi
dan desentralisasi untuk saat ini masih sangat didominasi oleh bantuan dan
sumbangan dari pemerintah pusat baik dalam bentuk DAU, DAK, dan DBH,
sedangkan porsi PAD masih relatif kecil (Mardiasmo,2002). Menurut Kurniawan
(2010) mengatakan bahwa DAU bersifat block grant yakni hibah yang
penggunaannya cukup fleksibel (dalam artian tidak banyak larangan) seperti
halnya hibah kategori.
Mengacu PP No. 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan bahwa tujuan
DAU terutama adalah untuk: (a) horizontal equity dan (b) sufficiency. Tujuan
horizontal equity merupakan kepentingan pemerintah pusat dalam rangka
melakukan distribusi pendapatan secara adil dan merata agar tidak terjadi
kesenjangan yang lebar antar daerah. Sementara itu, yang menjadi kepentingan
daerah kecukupan (sufficiency), terutama adalah untuk menutup fiscal gap.
Sufficiency dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kewenangan, beban, dan
standar pelayanan minimum (Mardiasmo,2002).
Henley et al (2007) dalam Mardiasmo (2004:157), mengidentifikasi
beberapa tujuan pemerintah pusat dalam memberikan dana bantuan berbentuk
grant kepada pemerintah daerah, yaitu:
b. Untuk meningkatkan akuntabilitas ( promote accountability)
c. Untuk meningkatkan sistem pajak yang lebih progresif. Pajak daerah
cenderung kurang progresif, membebani tarif pajak yang tinggi kepada
masyarakat yang berpenghasilan rendah;
d. Untuk meningkatkan keberterimaan (acceptability) pajak daerah. Pemerintah
pusat mensubsidi beberapa pengeluaran pemerintah daerah untuk mengurangi
jumlah pajak daerah.
Pada dasarnya terdapat dua jenis grant yang diberikan pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah, yaitu: (1) block grant (DAU), dan (2) specific grant
(DAK). Dalam rangka meningkatkan local discretion, grant yang diberikan oleh
pemerintah pusat lebih banyak bersifat block grant, bukan specific grant.
2.1.4. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004, DAK merupakan dana
yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan
tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional. Menurut Widjaja (2005:75), DAK adalah
dana bantuan yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
membantu membiayai kebutuhan tertentu/khusus yaitu :
a. Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan
rumus alokasi umum dan atau
b. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional dialokasikan
berdasarkan usulan daerah. Sektor kegiatan yang tidak dapat dibiayai oleh
penelitian, biaya perjalanan pegawai daerah, dan lain-lain biaya umum yang
sejenis.
Menurut website www.depkeu.djpk.go.id kebijakan DAK secara spesifik
bertujuan :
1. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan
di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan
sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan
urusan daerah.
2. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah pesisir
dan pulau-pulau kecil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah
tertinggal/ terpencil, daerah rawan banjir/longsor, serta termasuk kategori
daerah ketahanan pangan dan daerah pariwisata.
3. Mendorong peningkatan produktivitas perluasan kesempatan kerja dan
diversifikasi ekonomi terutama di pedesaan, melalui kegiatan khusus di bidang
pertanian, kelautan dan perikanan, serta infrastruktur.
4. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan prasarana
dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur.
5. Menjaga dan meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah kerusakan
lingkungan hidup, dan mengurangi risiko bencana melalui kegiatan khusus di
bidang lingkungan hidup, mempercepat penyediaan serta meningkatkan
cakupan dan kehandalan pelayanan prasarana dan sarana dasar dalam satu
6. Mendukung penyediaan prasarana di daerah yang terkena dampak pemekaran
pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi melalui kegiatan khusus di bidang
prasarana pemerintahan.
7. Meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai dari DAK
dengan kegiatan yang didanai dari anggaran Kementerian/Lembaga dan
kegiatan yang didanai dari APBD.
8. Mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang
digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi urusan
daerah ke DAK. Dana yang dialihkan berasal dari anggaran Departemen
Pekerjaan Umum, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen
Kesehatan.
Pemanfaatan DAK diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan,
pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur
ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik pendukung. Dengan
adanya pengalokasian DAK diharapkan dapat berpengaruh terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal, karena DAK cenderung akan menambah
aset tetap yang dimiliki pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik.
2.1.5. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja
modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 tentang
Bagan Akun Standar mendefenisikan belanja modal sebagai pengeluaran
anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta
melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan
oleh pemerintah dimana aset tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan
sehari – hari suatu satuan kerja bukan untuk dijual.
Aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja modal yang
merupakan prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah
daerah. Dalam menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana
dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD. Alokasi belanja modal ini
didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Setiap
tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintah daerah, sesuai dengan
prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka
panjang secara finansial.
Menurut Halim (2004), belanja modal merupakan belanja yang manfaatnya
melebihi satu anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan
menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan. Belanja modal
memiliki karakteristik spesifik yang menunjukkan adanya berbagai pertimbangan
dalam pengalokasiannya.
Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah
daerah yaitu peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya. Secara
menukarkan dengan aset tetap lain dan membeli. Biasanya cara yang dilakukan
dalam pemerintahan adalah dengan cara membeli. Proses pembelian yang
dilakukan umumnya melalui sebuah proses lelang atau tender yang cukup rumit.
2.1.6. Otonomi Daerah
Otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autos dan nomos. Kata pertama
berarti sendiri dan kata kedua berarti pemerintah. Otonomi mempunyai arti
memerintah sendiri, dalam wacana administrasi publik daerah sering disebut
sebagai local self government. Khusaini (2006), mengatakan bahwa daerah
otonom praktis berbeda dengan daerah saja yang merupakan penerapan dari
kebijakan yang dalam wacana administrasi publik disebut sebagai local state
government yang berarti pemerintah di daerah merupakan kepanjangan dari
pemerintah pusat.
Otonomi daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004, bermakna sebagai hak
wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Daerah otonom adalah masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintah
dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Salah satu unsur reformasi adalah tuntutan pemberian otonomi yang luas
kepada kabupaten dan kota, tuntutan seperti ini adalah wajar, paling tidak untuk
dua alasan. Pertama, intervensi pemerintah pusat yang terlalu besar di masa yang
daerah dalam mendukung proses pembangunan dan kehidupan demokrasi di
daerah (Mardiasmo,2002). Arah dan statutory requirement (persyaratan hukum)
yang terlalu besar dari pemerintah pusat tersebut menyebabkan inisiatif dan
prakarsa daerah cenderung mati sehingga pemerintah daerah seringkali
menjadikan pemenuhan peraturan sebagai tujuan, dan bukan sebagai alat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Menurut Handayani (2009), tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk
memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangga
sendiri dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan bagi pelayanan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Sebagai
upaya untuk mencapai tujuan itu, maka kepada daerah diberikan kewenangan
untuk melaksanakan urusan pemerintahan.
Menurut Handayani (2009) menyebutkan terdapat 4 (empat) unsur otonomi
daerah, yaitu dengan memiliki perangkat pemerintah sendiri yang ditandai
dengan adanya Kepala Daerah, DPRD, dan Pegawai Daerah , memiliki urusan
rumah tangga sendiri yang ditandai dengan adanya dinas – dinas daerah, memiliki
sumber keuangan sendiri yang ditandai dengan adanya pajak daerah, retribusi
daerah, perusahaan daerah dan pendapatan dinas - dinas daerah, memiliki
wewenang untuk melaksanakan inisiatif sendiri (diluar dari instruksi dari
pemerintahan pusat atau atasan) sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang lebih tinggi.
Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi,
efektifitas dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Dengan otonomi daerah ,
mengurangi harapan masih adanya bantuan dan bagian (sharing) dari pemerintah
pusat dan menggunakan dana publik sesuai dengan prioritas dan aspirasi
masyarakat.
Suatu daerah tidak memiliki sumber - sumber pembiayaan yang memadai
maka dalam hal ini akan mengakibatkan daerah bergantung terus terhadap
pembiayaan pemerintah pusat. Ketergantungan terhadap pembiayaan pemerintah
pusat merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan asas otonomi daerah. Oleh
karena itu perlu suatu upaya pemerintah daerah dalam memutus ketergantungan
tersebut dalam rangka meningkatkan kemampuan daerah.Dengan kondisi seperti
ini, peranan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan
sebagai pendorong utama dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah
(enginee of growth).
2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya
adalah Ulfi Maryati dan Endrawati (2010) melakukan penelitian pengaruh PAD,
DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi (Studi Kasus: Sumatera Barat).
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuantitatif yang
meliputi data keuangan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Periode penelitian dari tahun 2004 – 2006. Hasil penelitian ini adalah PAD, DAU
dan DAK berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. PAD dan DAU
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi DAK
Bati (2009), menganalisa pengaruh belanja modal dan PAD terhadap
pertumbuhan ekonomi (Studi Pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara). Data
yang digunakan adalah data sekunder dengan periode penelitian 2004 – 2006.
Belanja modal dan PAD berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan
ekonomi. PAD secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, sedangkan belanja modal secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Saragih (2006), menganalisa pengaruh keuangan daerah terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan adalah data
sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi Pemerintah Kabupaten
Simalungun selama periode 1986 – 2005. Metode yang digunakan analisis OLS.
Variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi berdasarkan
PDRB harga berlaku sedangkan variabel independen yaitu PAD, DBH dan DAU.
Kesimpulan yang diperoleh bahwa PAD berpengaruh signifikan dan positif
terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun, serta DAU berpengaruh
signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun.
Subchan dan Sudarman (2007), menganalisis pengaruh PAD, DAU, DAK
dan Belanja Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa
Tengah. Variabel dependen yang digunakan adalah PAD, DAU, DAK dan belanja
pembangunan. Variabel independennya adalah pertumbuhan ekonomi. Periode
penelitian adalah tahun 2003 – 2005. Hasil penelitiannya adalah PAD, DAU dan
DAK mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap Pertumbuhan
Anis Setiyawati dan Ardi Hamzah (2007), bertujuan untuk mengetahui
pengaruh PAD, DAU, DAK dan belanja pembangunan terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah di Propinsi Jawa Timur yang diukur dengan Produk Domestik
Regional Produk (PDRB). Data yang digunakan adalah laporan realisasi APBD
seluruh Kabupaten dan Kota di Jawa Timur selama periode 2001-2005. Penelitian
ini menggunakan sensus (seluruh populasi dijadikan sampel penelitian) dengan
jumlah populasi 38 kabupaten dan kota yang terdiri dari 29 kabupaten dan 9 kota.
Metode statistik yang digunakan adalah analysis path (analisis jalur). PAD dan
DAU berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, sedangkan DAK dan
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel Yang digunakan Hasil Penelitian Ulfi Maryati dan Endrawati (2010)
Pengaruh PAD, DAU dan
DAK terhadap pertumbuhan ekonomi
(Studi Kasus: Sumatera Barat)
-PAD -DAU -DAK
-PAD, DAU dan DAK
secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
-PAD dan DAU secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
-DAK secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Bati (2009)
Pengaruh Belanja Modal dan PAD Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara)
-Belanja modal -PAD
-Pertumbuhan ekonomi
-Belanja modal dan PAD berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi.
-PAD secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
-Belanja modal secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Jan Winner Saragih ( 2006 )
Analisis Pengaruh Keuangan Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Simalungun -PAD
-Dana Bagi Hasil ( DBH )
-DAU
-Pertumbuhan Ekonomi
PAD, DBH dan DAU mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Subchan dan Sudarman ( 2006 )
Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah
-PAD -DAU -DAK
-Pertumbuhan Ekonomi
PAD, DAU, DAK dan belanja pembangunan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Anis Setiyawati dan Ardi Hamzah (2007)
Analisis Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran:
Pendekatan Analisis Jalur -PAD -DAU -DAK -Belanja Pembangunan -Pertumbuhan ekonomi -Kemiskinan -Pengangguran
-PAD dan DAU
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
-DAK dan belanja
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang penelitian, tinjauan pustaka dan pengembangan
hipotesis, maka kerangka konseptual digambarkan sebagai berikut:
Variabel Dependen
Variabel Independen
[image:46.595.118.509.249.537.2]Variabel Moderating Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual di atas menunjukkan pengujian variabel
PAD, DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai
sebagai variabel pemoderasi. Hubungan antara PAD, DAU dan DAK terhadap
pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai pemoderasi adalah sebagai
berikut:
1. Pengaruh PAD (X1) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
Menurut Mardiasmo (2002:132), PAD adalah penerimaan daerah dari sektor
PAD ( X1 )
DAU ( X2 )
DAK ( X3 )
PERTUMBUHAN EKONOMI
( Y )
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain – lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah. Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari
pertumbuhan ekonomi (Saragih,2003). Daerah yang pertumbuhan ekonominya
positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. Pemerintah
daerah di dalam membiayai belanja daerahnya, selain dengan menggunakan
transfer dari pemerintah pusat, mereka juga menggunakan sumber dananya
sendiri yaitu PAD. Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan PAD yang
positif mempunyai kemungkinan untuk memiliki pendapatan perkapita yang
lebih baik (Harianto dan Adi,2007). Apabila suatu daerah PAD-nya meningkat
maka dana yang dimiliki pemerintah akan meningkat pula. Peningkatan ini
akan menguntungkan pemerintah, karena dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan daerahnya sehingga pertumbuhan ekonomi daerah tersebut
meningkat pula (Subchan dan Sudarman,2007). Menurut Subchan dan
Sudarman (2007), PAD berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi
2. Pengaruh DAU (X2) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
Menurut Widjaja (2005:26), DAU dialokasikan dengan tujuan pemerataan
daerah dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografis,
jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah sehingga
perbedaan antar daerah yang maju dan daerah yang belum berkembang dapat
diperkecil. Adi (2006), membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu
daerah memberikan dampak yang positif terhadap PAD. Hal ini membuktikan
penting di dalam perekonomian suatu daerah. Menurut Subchan dan
Sudarman (2007), DAU berpengaruh signfikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
3. Pengaruh DAK (X3
4. Belanja modal (X
) terhadap pertumbuhan ekonomi (Y).
Menurut Situngkir (2009), DAK adalah total dana transfer yang bersifat
khusus. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan
rumus alokasi umum, dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau
prioritas nasional. Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004, DAK
merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Menurut
Subchan dan Sudarman (2007), DAK berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
4
Menurut Halim (2004), belanja modal adalah belanja yang manfaatnya
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah
serta akan menimbulkan konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin
seperti biaya pemeliharaan. Belanja modal ini meliputi belanja tanah, belanja
gedung dan bangunan, belanja peralatan dan mesin, belanja jalan, irigasi dan
jaringan dan belanja aset tetap lainnya. Menurut Darwanto dan Yustikasari
(2007), pemanfaatan anggaran belanja seharusnya dialokasikan untuk hal-hal
produktif, misalnya untuk pembangunan. Penerimaan pemerintah daerah
seharusnya dialokasikan untuk program-program layanan publik. PAD, DAU ) memoderasi PAD, DAU dan DAK terhadap pertumbuhan
dan DAK merupakan salah satu sumber pembiayaan untuk belanja modal
guna pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka pemberian pelayanan
publik yang baik dari pemerintah daerah kepada masyarakat. Dengan adanya
sumber – sumber pembiayaan, pemerintah daerah harus mampu
mengalokasikan belanja modal dengan baik karena belanja modal merupakan
salah satu langkah bagi pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan
kepada publik. Pemberian pelayanan kepada publik dapat berupa infrastruktur
dan sarana prasarana. Infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah
akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Tingkat pertumbuhan
ekonomi menjadi salah satu tujuan penting pemerintah daerah maupun pusat.
Pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah daerah untuk melakukan
pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan
lapangan pekerjaan yang baru yang akan mempengaruhi perkembangan
kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Kuncoro,2004). Pertumbuhan
ekonomi merupakan kemampuan suatu negara atau dalam menyediakan
kebutuhan akan barang dan jasa kepada masyarakat dalam jumlah yang
banyak sehingga memungkinkan untuk kenaikan standar hidup yang mana
berdampak pula bagi penurunan tingkat pengangguran dalam jangka panjang
(Subchan dan Sudarman,2007).
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah,tinjauan teoritis, dan
1. PAD, DAU dan DAK secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap
Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara .
2. Belanja Modal pemoderasi hubungan antara PAD, DAK, DAU dengan
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian asosiatif. Menurut
Daulay (2012:10), penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisis pengaruh variabel PAD,
DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi dengan belanja modal sebagai
variabel moderating pada kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera Utara.
4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Propinsi Sumatera Utara dengan mengambil
sampel sebanyak 30 kabupaten dan kota. Penelitian ini dilaksanakan dengan
memusatkan pembahasan pengaruh PAD, DAU, DAK, dan terhadap pertumbuhan
ekonomi dengan variabel moderating belanja modal kabupaten dan kota di
Propinsi Sumatera Utara.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 dan selesai pada
bulan Oktober 2013. Jadwal dan waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.
4.3. Populasi dan Sampel
Lubis (2012:122), menyatakan populasi adalah keseluruhan dari subjek
kota di Propinsi Sumatera Utara berjumlah 33 kabupaten/kota Propinsi Sumatera
Utara.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Menurut
Erlina (2011:87), purposive sampling adalah metode pengambilan sampel
berdasarkan suatu kriteria tertentu, kriteria yang digunakan dapat berdasarkan
perimbangan (judgement) atau kuota tertentu.
Pertimbangan yang dilakukan peneliti dalam pengambilan sampel dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Daerah kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan
laporan keuangannya secara lengkap dan konsisten dari tahun 2009 –
2011.
2. Pemerintah daerah kabupaten/kota yang tidak dimekarkan pada kurun
waktu dari tahun 2009 – 2011.
Hasil kriteria di atas, kabupaten/kota yang memenuhi kriteria untuk
dijadikan sampel adalah 30 kabupaten/kota, dengan masa penelitian selama 3
tahun. Hasil dari kriteria sampel dan data sampel populasi dapat dilihat dalam
Tabel 4.1. Populasi dan Sampel Penelitian
No Kabupaten/Kota Kriteria Sampel
1 2
1 Nias Sampel 1
2 Mandailing Natal Sampel 2
3 Tapanuli Selatan Sampel 3
4 Tapanuli Tengah Sampel 4
5 Tapanuli Utara Sampel 5
6 Toba Samosir Sampel 6
7 Labuhan Batu Sampel 7
8 Asahan Sampel 8
9 Simalungun Sampel 9
10 Dairi Sampel 10
11 Karo Sampel 11
12 Deli Serdang Sampel 12
13 Langkat Sampel 13
14 Nias Selatan Sampel 14
15 Humbang Hasundutan Sampel 15
16 Pakpak Barat Sampel 16
17 Samosir Sampel 17
18 Serdang Bedagai Sampel 18
19 Batubara Sampel 19
20 Padang Lawas Sampel 20
21 Padang Lawas Utara Sampel 21
22 Labuhan Batu Selatan Sampel 22
23 Labuhan Batu Utara Sampel 23
24 Nias Utara - - -
25 Nias Barat - - -
26 Sibolga Sampel 24
27 Tanjung Balai Sampel 25
28 Pematangsiantar Sampel 26
29 Tebing Tinggi Sampel 27
30 Medan Sampel 28
31 Binjai Sampel 29
32 Padangsidimpuan Sampel 30
33 Gunung Sitoli - - -
Sumber : bps sumut
4.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengambil
Propinsi Sumatera Utara dan Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Propi