PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI
UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KINERJA
KEUANGAN DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING DI KABUPATEN
DAN KOTA PROPINSI RIAU
TESIS
Oleh
KINDY KURNIAWAN
097017017/Akt
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI
UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KINERJA
KEUANGAN DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING DI KABUPATEN
DAN KOTA PROPINSI RIAU
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi Pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
KINDY KURNIAWAN
097017017/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI KABUPATEN DAN KOTA PROPINSI RIAU
Nama Mahasiswa : Kindy Kurniawan
Nomor Pokok : 097017017
Program Studi : Ilmu Akuntansi
Menyetujui : Komisi Pembimbing,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
Tanggal Lulus : 13 September 2011
Telah Diuji pada
Tanggal : 13 September 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
Anggota : 1. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
2. Drs Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh PAD, DAU, DAK terhadap kinerja keuangan dengan belanja modal sebagai variable interveningnya di Kabupaten dan Kota Propinsi Riau.
Populasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten dan Kota di Propinsi Riau yang berjumlah 12 kabupaten dan kota. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling dengan kriteria setiap kabupaten dan kota memiliki laporan keuangan yang disajikan berturut-turut oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Riau dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dari tahun 2004 - 2009. Kabupaten dan kota yang sesuai dengan kriteria sampel berjumlah 11 kabupaten dan kota dengan jumlah total sampel sebesar 66 data. Data yang digunakan adalah data PDRB berdasarkan harga yang berlaku dan realisasi PAD, DAU, DAK, dan belanja modal dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Analisis pengujian data dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi berganda dan analisis jalur (path analysis).
Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam hubungan langsung, secara parsial variabel PAD dan DAU berpengaruh tehadap kinerja keuangan, tetapi variabel DAK tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun secara simultan variabel PAD, DAU dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Dan dalam hubungan tidak langsung secara parsial variabel PAD dan DAU berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal, sedangkan variabel DAK tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal. Namun secara simultan variabel PAD, DAU, dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal.
Kata Kunci : PAD, DAU, DAK, Belanja Modal, Kinerja Keuangan
ABSTRACT
Intention of this research is to test and get empirical evidence of PAD, DAU and DAK to the financial performance with capital expenditure as a intervening variable in city and region in Riau Province.
The study population is in city and region in Riau Province which amounted to 12 districts and cities and Sample which used in this research is purposive sampling with creterion each every cities and districts have financial statement successively every year. Data the used is data of product domestic regional bruto whit nominal price and realization of PAD, DAU, DAK and capital expenditure of year 2004 up to year 2009. The districts and cities is sampling with cretarion amounted to 11 districts and cities wich amounted to 66 date. Analysis examination in this research with multiple regression and path analysis.
Result of analysis examination indicate that dirrect effect by partial variable of PAD and DAU have an effect on the financial performance while variable of DAK not have an effect on The financial performance. By simultan variable of PAD, DAU and DAK have an effect on the financial performance. And indirect effect that by partial variable of PAD and DAU have an effect on the financial performance pass capital expenditure, but variable of DAK not have an effect on the financial performance pass capital expenditure. While by simultan variable of PAD, DAU and DAK have an effect on to financial performance pass capital expenditure.
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas, penulis menyampaikan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, oleh karena dorongan rahmat dan ridhoNya yang berkelimpahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Dalam meneyelesaikan tesis ini tentu saja penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan, kendala-kendala dan hambatan-hambatan, akan tetapi berkat bantuan, bimbingan, petunjuk dan masukan dari berbagai pihak lainnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SP.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan Sekolah Pascasarjana.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang senantiasa dengan sabar dan secara berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi
Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Sekaligus sebagai Ketua Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Anggota Komisi Dosen
Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Ketua Komisi Dosen
Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku Ketua Komisi Dosen Pembanding yang
telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.
7. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, selaku Ketua Komisi Dosen Pembanding
8. Papa tercinta Nuriswan dan Mama tersayang Anizar yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga penyelesaian penulisan tesis ini.
9. Adik-adik tersayang : Dimas Dermawan, Dita Ayu Astria, dan Gebby Wandani
Larasati yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga penyelesaian penulisan tesis ini.
10. Pacar tercinta dan tersayang Rika Andriyani yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga penyelesaian penulisan tesis ini.
11. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai yang telah memberikan Ijin Belajar kepada Penulis.
12. Rekan-rekan Mahasiswa di Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan tesis ini pada masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi rekan Mahasiswa/i
Medan, September 2011 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nama : Kindy Kurniawan
Tempat/Tgl Lahir : Medan, 10 September 1987
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jalan Mangaan I nomor 55 A Lingkungan VI, Medan
Telepon : 082167652334
Orang Tua (Ayah) : Nuriswan
(Ibu) : Anizar
Riwayat Pendidikan
2009 – 2011 : Kuliah di Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
2005 – 2009 : Universitas Islam Sumatera Utara, Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi
2002 – 2005 : SMA Negeri 7 Medan
1999 – 2002 : SMP Negeri 11 Medan
1993 – 1999 : SD Swasta Pertiwi
Riwayat Pekerjaan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR... xi
LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
1.3. Tujuan Penelitian... 6
1.4. Manfaat Penelitian... 7
1.5. Originalitas Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Landasan Teori... 9
2.1.1. Pendapatan Asli Daerah ... 9
2.1.2. Dana Alokasi Umum ... 12
2.1.3. Dana Alokasi Khusus... 14
2.1.4. Belanja Modal... 16
2.2. Review / Tinjauan Peneliti Terdahulu... 20
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 24
3.1. Kerangka Konseptual... 24
3.2. Hipotesis ... 27
BAB IV METODE PENELITIAN ... 28
4.1. Jenis Penelitian... 28
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 30
4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 30
4.5.1 Defenisi Operasional... 30
4.5.2 Pengukuran Variabel... 34
4.6. Metode Analisis Data... 34
4.7. Teknik Analisis Data... 38
4.7.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 38
4.7.1.1. Uji Normalitas ... 39
4.7.1.2. Uji Multikolineritas ... 39
4.7.1.3. Uji Heteroskedestisitas ... 39
4.7.1.4. Uji Autokorelasi ... 40
4.7.2. Pengujian Hipotesis... 40
4.7.2.1. Uji F ... 40
4.7.2.2. Uji t ... 42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
5.1. Hasil Penelitian ... 43
5.2. Analisis Data ... 45
5.2.1. Uji Asumsi Klasik ... 45
5.2.1.1. Uji Normalitas Persamaan Hipotesis 1 ... 45
5.2.2.2. Uji Multikolonieritas Persamaan Hipotesis 1 ... 46
5.2.1.3. Uji Heterokedastisitas Persamaan Hipotesis 1 ... 47
5.2.1.4. Uji Autokorelasi Persamaan Hipotesis 1 ... 48
5.2.1.5. Uji Normalitas Persamaan I Hipotesis 2... 49
5.2.1.6. Uji Multikolonieritas Persamaan I Hipotesis 2... 51
5.2.1.7. Uji Heterokedastisitas Persamaan I Hipotesis 2 ... 52
5.2.1.8. Uji Autokorelasi Persamaan I Hipotesis 2... 53
5.2.1.9. Uji Normalitas Persamaan II Hipotesis 2 ... 54
5.2.2.10. Uji Multikolonieritas Persamaan II Hipotesis 2 .... 56
5.2.1.11. Uji Heterokedastisitas Persamaan II Hipotesis 2... 57
5.2.1.12. Uji Autokorelasi Persamaan II Hipotesis 2 ... 57
5.3. Pembahasan Hasil Hipotesis ... 59
5.3.1. Hipotesis Pertama (1)... 59
5.3.1.1. Uji F Hipotesis Pertama (1) ... 60
5.3.1.2. Uji t Hipotesis Pertama (1) ... 61
5.3.2. Hipotesis Kedua (2) ... 63
5.3.2.1. Hipotesis Kedua (2) Persamaan I... 63
5.3.2.1.1. Uji F Hipotesis kedua (2) Persamaan I ... 64
5.3.2.1.2. Uji t Hipotesis kedua (2) Persamaan I ... 65
5.3.2.2.1. Uji F Hipotesis kedua (2) Persamaan II ... 67
5.3.2.2.2. Uji t Hipotesis kedua (2) Persamaan II ... 68
5.4. Besarnya pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap kinerja keuangan dengan belanja modal sebagai variabel intervening ... 71
5.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 84
6.1. Kesimpulan ... 84
6.2. Keterbatasan Penelitian... 85
6.3. Saran Penelitian... 86
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Anggaran dan Realisasi... 5
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... ... 23
4.1 Populasi dan Sampel... ... 29
4.2 Defenisi Opersional dan Pengukuran Variabel... ... 34
5.1 Deskriptif Statistik... ... 43
5.2 Hasil Pengujian Kolmogorov-Smirnov test... ... 46
5.3 Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan Hipotesis I... 47
5.4 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Hipotesisi I... 49
5.5 Hasil Pengujian Kolmogorov-Smirnov test... ... 51
5.6 Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan I Hipotesis II... ... 52
5.7 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan I Hipotesisi II... ... 54
5.8 Hasil Pengujian Kolmogorov-Smirnov test... ... 55
5.9 Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan II Hipotesis II... 56
5.10 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan I Hipotesisi II... ... 58
5.11 Hasil Pengujian Goodness of Fit... 59
5.12 Hasil Uji F Hipotesis I... ... 60
5.13 Hasil Uji t Hipotesis I... 61
5.14 Hasil Pengujian Goodness of Fit... 63
5.15 Hasil Uji F Hipotesis II Persamaan I ... ... 64
5.16 Hasil Uji t Hipotesis II Persamaan I ... 65
5.17 Hasil Pengujian Goodness of Fit... 67
5.18 Hasil Uji F Hipotesis II Persamaan II ... ... 68
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Pengaruh PAD, DAU dan DAK Terhadap Kinerja Keuangan.... ... 24
3.2 Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Kinerja Keuangan dengan Belanja Modal sebagai Variabel Intervening.... ... 25
5.1 Analisis Grafik P-P Plot Hipotesis I... 45
5.2 Analisis Scatterplot Hipotesis I... 48
5.3 Analisis Grafik P-P Plot Persamaan I Hipotesis II... 50
5.4 Analisis Scatterplot Persamaan I Hipotesis II... 53
5.5 Analisis Grafik P-P Plot Persamaan II Hipotesis II... ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Populasi dan Sampel ... ... 90
2 Pendapatan Asli Daerah ... ... 91
3 Dana Alokasi Umum ... 92
4 Dana Alokasi Khusus ... 93
5 Belanja Modal ... ... 94
6 Kinerja Keuangan ... ... 95
7 Data sampel ... 96
8 Deskriptif statistik ... ... 99
9 Uji Normalitas dan Kolmogorov Smirnov hipotesis 1... 100
10 Uji multikolinearitas dan Autokorelasi hipotesis 1 ... 101
11 Uji Heteroskedastisitas hipotesis 1 ……… ... 102
12 Uji Normalitas dan Kolmogorov Smirnov hipotesis 2 persamaan I ... 103
13 Uji multikolinearitas dan Autokorelasi hipotesis 2 Persaman I…… ... 104
14 Uji Heteroskedastisitas hipotesis 2 persamaan I………... ... 105
15 Uji Normalitas dan Kolmogorov Smirnov hipotesis 2 persamaan II... 106
16 Uji multikolinearitas dan Autokorelasi hipotesis 2 Persaman II…... 107
17 Uji Heteroskedastisitas hipotesis 2 persamaan II………... 108
18 Uji F dan Uji t Hipotesis 1……….. ... 109
19 Uji F dan Uji t Hipotesis 2 persamaan I………... 110
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh PAD, DAU, DAK terhadap kinerja keuangan dengan belanja modal sebagai variable interveningnya di Kabupaten dan Kota Propinsi Riau.
Populasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten dan Kota di Propinsi Riau yang berjumlah 12 kabupaten dan kota. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling dengan kriteria setiap kabupaten dan kota memiliki laporan keuangan yang disajikan berturut-turut oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Riau dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dari tahun 2004 - 2009. Kabupaten dan kota yang sesuai dengan kriteria sampel berjumlah 11 kabupaten dan kota dengan jumlah total sampel sebesar 66 data. Data yang digunakan adalah data PDRB berdasarkan harga yang berlaku dan realisasi PAD, DAU, DAK, dan belanja modal dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Analisis pengujian data dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi berganda dan analisis jalur (path analysis).
Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam hubungan langsung, secara parsial variabel PAD dan DAU berpengaruh tehadap kinerja keuangan, tetapi variabel DAK tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun secara simultan variabel PAD, DAU dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Dan dalam hubungan tidak langsung secara parsial variabel PAD dan DAU berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal, sedangkan variabel DAK tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal. Namun secara simultan variabel PAD, DAU, dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal.
Kata Kunci : PAD, DAU, DAK, Belanja Modal, Kinerja Keuangan
ABSTRACT
Intention of this research is to test and get empirical evidence of PAD, DAU and DAK to the financial performance with capital expenditure as a intervening variable in city and region in Riau Province.
The study population is in city and region in Riau Province which amounted to 12 districts and cities and Sample which used in this research is purposive sampling with creterion each every cities and districts have financial statement successively every year. Data the used is data of product domestic regional bruto whit nominal price and realization of PAD, DAU, DAK and capital expenditure of year 2004 up to year 2009. The districts and cities is sampling with cretarion amounted to 11 districts and cities wich amounted to 66 date. Analysis examination in this research with multiple regression and path analysis.
Result of analysis examination indicate that dirrect effect by partial variable of PAD and DAU have an effect on the financial performance while variable of DAK not have an effect on The financial performance. By simultan variable of PAD, DAU and DAK have an effect on the financial performance. And indirect effect that by partial variable of PAD and DAU have an effect on the financial performance pass capital expenditure, but variable of DAK not have an effect on the financial performance pass capital expenditure. While by simultan variable of PAD, DAU and DAK have an effect on to financial performance pass capital expenditure.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Selama ini dominasi Pusat terhadap Daerah menimbulkan besarnya
ketergantungan Daerah terhadap Pusat. Pemerintah Daerah tidak mempunyai
keleluasaan dalam menetapkan program-program pembangunan di daerahnya.
Demikian juga dengan sumber keuangan penyelenggaraan pemerintahan yang diatur
oleh Pusat. Beranjak dari kondisi tersebut mendorong timbulnya tuntutan agar
kewenangan pemerintahan dapat didesentralisasikan dari Pusat ke Daerah. Untuk
mengatasi hal ini maka ditetapkanlah Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, yang menegaskan kembali pelaksanaan Otonomi Daerah.
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 ini menitikberatkan otonomi pada daerah
kabupaten dan kota, dengan tujuan untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain
UU No.32 Tahun 2004 ditetapkan juga UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan
mendasar mengenai pengaturan hubungan Pusat dan Daerah, khususnya dalam
administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah, yang dikenal sebagai era otonomi. Undang–undang ini menetapkan
bertanggung jawab kepada daerah. Konsekuensi dari kewenangan otonomi yang luas ini
adalah pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat secara demokratis, adil, merata, dan berkesinambungan.
Kewajiban itu bisa dipenuhi apabila pemerintah daerah mampu mengelola potensi
daerahnya yaitu potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan potensi sumber
daya keuangan secara optimal. Pasal 4 Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000
tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah menegaskan bahwa
pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan atas keadilan dan kepatuhan. Masyarakat selaku stakeholder
keuangan pemerintah daerah dapat memantau aliran dana yang ada dipemerintahan
sehingga kecurangan dapat dihilangkan.
Salah satu instrument untuk menilai kinerja Pemerintah Daerah dalam mengelola
keuangan daerah adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD yang
telah ditetapkan dan disahkan. Hasil rasio keuangan ini selanjutnya digunakan untuk
tolak ukur dalam:
1. menilai kemandirian keuangan daerah dalam membangun penyelenggaraan otonomi
daerah.
2. mengukur efektifitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah.
3. mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan
4. mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan
pendapatan daerah.
5. melihat pertumbuhan atau perkiraan perolehan pendapatan dan pengelolaan yang
dilakukan selama periode waktu tertentu.
Penggunaan analisis rasio sebagai alat analisis keuangan secara luas sudah
diterapkan pada lembaga perusahaan yang bersifat komersial sedangkan pada lembaga
publik khususnya pemerintah daerah masih sangat terbatas.
Hal ini disebabkan oleh:
1. keterbatasan penyajian laporan keuangan pada lembaga pemerintahan daerah yang
sifat dan cakupannya berbeda dengan penyajian laporan keuangan oleh lembaga
perusahaan yang bersifat komersial,
2. selama ini penyusunan APBD masih dilakukan berdasarkan pertimbangan
incremental budget yaitu besarnya masing-masing komponen pendapatan dan
pengeluaran dihitung dengan meningkatkan sejumlah persentase tertentu (biasanya
berdasarkan tingkat inflasi). Karena disusun dengan pendekatan incremental maka
sering kali mengabaikan bagaimana rasio keuangan dalam APBD. Misalkan adanya
prinsip “yang penting pendapatan naik meskipun untuk menaikkan itu diperlukan
biaya yang tidak efisien”. Menurut Pasal 20 Peraturan Pemerintah No. 105 tahun
2000, APBD seharusnya disusun dengan pendekatan kinerja (performance budget),
3. penelitian keberhasilan APBD sebagai penilaian pertanggungjawaban pengelolaan
Adapun pihak-pihak yang berkepentingan dengan rasio keuangan APBD ini
adalah:
1. DPRD sebagai wakil dari pemilik daerah,
2. pihak eksekutif sebagai landasan dalam menyusun APBD berikutnya,
3. pemerintah pusat/propinsi sebagai bahan masukan dalam pembinaan pelaksanaan
pengelolan keuangan daerah,
4. masyarakat dan kreditor sebagai pihak yang akan turut memiliki saham pemerintah
daerah, bersedia memberikan pinjaman ataupun membeli obligasi.
Otonomi bertujuan agar masyarakat dapat kembali merasakan pertumbuhan
ekonomi yang pesat di daerah tersebut. Namun ditengah perjalanan otonomi, kita selaku
masyarakat harus mengetahui apakah otonomi di Propinsi Riau berjalan di jalur yang
benar. Dengan otonomi maka daerah memperoleh banyak tambahan dana. Diharapkan
dengan dana yang banyak ini maka kesejahteraan rakyat di Propinsi Riau dapat naik
ataupun menjadi lebih baik dari sebelumnya, diiringi dengan meningkatnya kinerja
pemerintah daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tulang punggung pembiayaan daerah.
Karena itu, kemampuan suatu daerah menggali PAD akan mempengaruhi
perkembangan dan pembangunan daerah tersebut. Di samping itu semakin besar
kontribusi PAD terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka
keuangan yang berasal dari PAD lebih penting dibanding dengan sumber yang berasal
dari luar PAD. Hal ini karena PAD dapat dipergunakan sesuai dengan kehendak dan
inisiatif pemerintah daerah demi kelancaran penyelenggaraan urusan daerahnya.
Sementara sumber keuangan yang berasal dari bantuan pemerintah pusat, umumnya
sudah ditentukan untuk pembiayaan tertentu yang sifatnya mengikat. Oleh karena itu
sangat wajar jika pemerintah daerah berusaha bagaimana memperoleh PAD semaksimal
mungkin agar bisa memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya demi perkembangan
dan pembangunan daerahnya, khususnya di Propinsi Riau.
Sebagai gambaran kinerja keuangan di Propinsi Riau disajikan dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi
No Tahun Laporan Keuangan REALISASI Kinerja Keuangan 1 2004 710,000,000,000 710,384,050,000 100%
2 2005 674,880,950,000 769,561,700,000 114% 3 2006 877,529,660,000 964,668,290,000 110% 4 2007 1,198,657,898,600 1,257,664,410,520 105% 5 2008 1,089,591,000,000 1,521,892,847,623 140%
Dari gambaran ini dapat kita lihat kinerja keuangan Pemerintah Daerah Propinsi
Riau dari tahun 2004-2008 terus meningkat. Hal ini menunjukkan kinerja keuangan
pemerintah daerah Propinsi Riau semakin maksimal untuk setiap tahunnya dalam
merealisasikan target Anggaran Pendapatan Asli Daerahnya. Berdasarkan hal-hal di
atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh
(DAK) terhadap kinerja keuangan dengan belanja modal sebagai variabel intervening di
kabupaten dan kota Propinsi Riau.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus
berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja keuangan di Kabupaten
dan Kota Propinsi Riau?”.
2. Apakah pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus
berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja keuangan dengan
belanja modal sebagai variabel intervening di Kabupaten dan Kota Propinsi
Riau?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan
dana alokasi khusus secara simultan dan parsial terhadap kinerja keuangan di
Kabupaten dan Kota Propinsi Riau.
2. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi yang
berarti bagi daerah yang menjadi lokasi penelitian, yaitu:
1) Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam menganalisis
kinerja keuangan di Kabupaten dan Kota Propinsi Riau sejak diberlakukannya
otonomi daerah.
2) Bagi pemerintah daerah dalam hal ini Kabupaten dan Kota di Propinsi Riau
yang menjadi lokasi penelitian, untuk dapat menganalisis kekuatan daerahnya,
dilihat dari sisi pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi
khususserta potensi pergerakan kinerja keuangan.
3) Bagi akademisi diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya
terutama pada bidang penelitian yang sejenis.
1.5. Originalitas Penelitian
Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian seperti ini pernah dilakukan.
Penelitian yang peneliti lakukan ini, merupakan pengembangan ide dari penelitian yang
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Asha Florida
yaitu:
1. Variabel independen penelitian terdahulu adalah pendapatan asli daerah,
sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah
pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus serta
penambahan variabel intervening yaitu belanja modal.
2. Populasi penelitian terdahulu adalah seluruh Kabupaten dan Kota di Propinsi
Sumatera Utara sedangkan populasi penelitian saat ini adalah seluruh Kabupaten
dan Kota di Propinsi Riau. Namun dalam pengambilan sampel mengalami
perbedaan dikarenakan perbedaan kriteria pengambilan sampel penelitian.
3. Penelitian terdahulu memiliki tahun amatan antara tahun 2001-2005, sedangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Bab ini akan menguraikan pengertian PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal
terhadap Kinerja Keuangan. Menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan
beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan
tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.
2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Daerah adalah hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut (PP RI No. 58
Tahun 2005). Adapun sumber pendapatan daerah otonom menurut Halim (2004 : 67)
adalah:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:
a. Pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara
untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk investasi
publik.
Adapun yang termasuk jenis pajak daerah yaitu:
1. Jenis pajak daerah Propinsi terdiri dari: pajak kenderaan bermotor, bea balik
2. Jenis pajak daerah Kabupaten / Kota terdiri dari: pajak hotel dan restoran,
pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan
dan pengelolaan bahan galian golongan C dan pajak pemanfaatan air bawah
tanah dan air permukaan.
b. Retribusi daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada
mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai
pembayaran atas pemakaian jasa atau kerena mendapat pekerjaan usaha atau
milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu setiap pungutan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa
yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasan retribusi daerah terletak
pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan
erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan.
Adapun jenis-jenis retribusi terdiri dari:
1. Jenis retribusi daerah untuk Propinsi terdiri dari: retribusi pelayanan
kesehatan, retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi penggantian biaya
cetak peta, dan retribusi pengujian kapal perikanan.
2. Jenis retribusi daerah untuk Kabupaten / Kota terdiri dari: retribusi pelayanan
kesehatan, retribusi pelayan persampahan / kebersihan, retribusi penggantian
biaya cetak KTP, retribusi penggantian biaya cetak akta catatan sipil,
retribusi pelayanan pemakaman, retribusi pelayanan pengabuan mayat,
c. Hasil perusahaan dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yaitu
penerimaan dari laba badan usaha milik pemerintah daerah dimana pemerintah
tersebut bertindak sebagai pemiliknya. Jenis pendapatan ini meliputi: bagian laba
perusahaan milik daerah, bagian laba lembaga keuangan bank, bagian laba
lembaga keuangan non bank dan bagian laba atas penyertaan modal atau
investasi.
d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan pendapatan daerah yang
berasal bukan dari pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis-jenisnya yaitu
meliputi: hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa
2.1.2. Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pembelanjaan. Sejak akhir dekade 1950-an, dalam literatur ekonomi dan keuangan
daerah, hubungan pendapatan dan belanja daerah didiskusikan secara luas, serta
berbagai hipotesis tentang hubungan ini diuji secara empiris. Seperti yang dinyatakan
oleh Holtz-Eakin et al (1985), yang dikutip oleh Maemunah (2006), bahwa terdapat
keterkaitan sangat erat antara transfer dari Pemerintah Pusat dengan belanja Pemerintah
Daerah. Analisisnya menggunakan model maximing under uncertainty of intertemporal
utility fuction dengan menggunakan data runtun waktu selama tahun 1934-1991 untuk
mengetahui seberapa jauh pengeluaran daerah dapat dirasionalisasikan sebagai model.
Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung
jawab untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri sejak diberlakukannya
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang-undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Seiring pemberlakuan daerah otonom, Pemerintah Daerah sangat bergantung
pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat seperti bagi hasil pajak, bagi hasil SDA,
DAU dan DAK, dan lainnya. DAU yang merupakan dana utama pembiayaan APBD
sebagian besar terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk proyek-proyek
Yang menjadi Kendala utama Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi
daerah adalah sedikitnya pendapatan daerah yang bersumber dari PAD. Di lain pihak
juga menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dan kebebasan yang
rendah dalam mengelola keuangan daerah. Karena sebagian besar pengeluaran, baik
langsung maupun tidak langsung, bersumber dari dana perimbangan, terutama DAU.
Pungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka panjang dapat
menurunkan kegiatan perekonomian, yang pada akhirnya akan menyebabkan
menurunnya PAD.Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa
pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana
Perimbangan yang terdiri dari DAU, DAK dan bagian dari Dana Bagi Hasil yang terdiri
dari Pajak dan sumber daya alam. Disamping dana perimbangan tersebut, Pemerintah
Daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa PAD , pembiayaan, dan lain-lain
pendapatan. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada Pemerintah
Daerah. Seharusnya dana transfer dari Pemerintah Pusat diharapkan digunakan secara
efektif dan efisien oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada
masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara
transparan dan akuntabel.
2.1.3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana
daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan
perwujudan tugas ke pemerintahan dibidang tertentu khususnya dalam upaya
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2007
Penggunaan Dana perimbangan Khususnya DAK dialokasikan kepada daerah tertentu
untuk mendanai kebutuhan fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan daerah
antara lain program dan kegiatan pendidikan, kesehatan dan lain-lain sesuai dengan
petunjuk teknis yang ditetapkan oleh menteri teknis terkait sesuai dengan peraturan
peraturan perundang-undangan.
Selain Dana Bagi Hasil dan DAU kepada Daerah juga disediakan DAK yang di
golongkan kedalam bantuan yang bersifat specific grant. Pada awalnya DAK yang
disediakan bagi daerah seluruhnya bersumber dari dana reboisasi yang dialokasi sebesar
40% dari penerimaannya. Namun dari tahun 2003 selain untuk membiayai kegiatan
reboisasi didaerah penghasil, DAK diberikan juga dalam DAK non DR yang disediakan
bagi daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan khusus seperti; (a) Kebutuhan yang
tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan rumus alokasi umum
dan/atau (b) kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Dalam
perkembangannya, realisasi DAK senantiasa menunjukkan kecenderungan yang
meningkat dari tahun ke tahun.
DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang
merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional yang menjadi prioritas
ditetapkan oleh pemerintah mengutamakan kegiatan pembangunan, pengadaan
peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat dengan
umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang.
Daerah tertentu sebagaimana dimaksud adalah daerah yang dapat memperoleh
alokasi DAK berdasarkan :
a) Kriteria Umum
Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah
yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja
pegawai negeri sipil daerah (PNSD) .
b) Kriteria Khusus
Kritria khusus dirumuskan berdasarkan (i) peraturan
perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraaan otonomi khusus , misalnya UU
nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus papua dan UU nomor 18 tahun
2001 tentang otonomi khusus propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan (ii)
Karateristik daerah.
c) Kriteria Teknis
Kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus
yang akan didanai DAK. Ktiteria teknis dirumuskan melalui indek teknis oleh
menteri teknis terkait. Menteri teknis menyampaikan kriteria teknis kepada
menteri keuangan.
Belanja Modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 huruf c Permendagri No
59 Tahun 2007 tentang perubahan Permendagri Nomor 13/2006 Tentang pengelolaan
Keuangan Daerah digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
Sedangkan menurut PSAP Nomor 2, Belanja Modal adalah pengeluaran
anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari
satu periode akuntansi. Selanjutnya pada pasal 53 ayat 2 Permendagri Nomor 59 Tahun
2007 ditentukan bahwa nilai asset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja
modal sebesar harga beli/bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/ pembangunan asset sampai asset tersebut siap digunakan. Kemudian pada
pasal 53 ayat 4 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala Daerah
menetapkan batas minimal kapitalisasi sebagai dasar pembebanan belanja modal selain
memenuhi batas minimal juga pengeluaran anggaran untuk belanja barang tersebut
harus memberi manfaat lebih satu periode akuntansi bersifat tidak rutin. Ketentuan hal
ini sejalan dengan PP 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
khususnya PSAP no 7, yang mengatur tentang akuntansi asset tetap.
Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka
memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberikan manfaat
lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap
Menurut Halim (2004:73), belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah
yang manfaatnya melebih satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan
daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya
pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Belanja modal dapat juga
disimpulkan sebagai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal
yang sifatnya menambah asset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu
periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan
yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, rneningkatkan kapasitas
dan kualitas asset.
2.1.5. Kinerja Keuangan
Republik Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis
ekonomi yang berkepanjangan. Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba
mengatasi hal ini dengan melakukan reformasi di segala bidang. Salah satu usaha
memulihkan kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan
kepercayaan rakyat kepada pemerintah dengan mencoba mewujudkan suatu
pemerintahan yang bersih dan berwibawa atau yang dikenal dengan istilah good
governance. Upaya ini juga didukung oleh banyak pihak baik pemerintah sendiri
sebagai lembaga eksekutif, DPR sebagai lembaga legislatif, pers dan juga oleh
lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Unsur-unsur pokok upaya perwujudan good governance
ini adalah transparency, fairness,responsibility dan accountability.
Hal ini muncul sebenarnya sebagai akibat dari perkembangan proses
pemerintah sebagai pelaku utama pelaksanaan good governance ini dituntut untuk
memberikan pertanggungjawaban yang lebih transparan dan lebih akurat. Hal ini
semakin penting untuk dilakukan dalam era reformasi ini melalui pemberdayaan peran
lembaga-lembaga kontrol sebagai pengimbang kekuasaan pemerintah. Ada beberapa
perbedaan pertanggungjawaban keuangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah
pusat. Pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah adalah diantaranya:
1. pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan dekonsentrasi.
2. pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan pembantuan
3. pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Sementara di tingkat pemerintah pusat, pertanggungjawaban keuangan tetap dalam
bentuk pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Saat
ini di Indonesia sedang dilakukan persiapan penyusunan suatu standar akuntansi
pemerintahan yang lebih baik serta pembicaraan yang intensif mengenai peran akuntan
publik dalam memeriksa keuangan negara maupun keuangan daerah. Namun tampak
bahwa akuntabilitas pemerintahan di Indonesia masih berfokus pada sisi pengelolaan
keuangan negara atau daerah.
Memasuki era reformasi, masyarakat di sebagian besar wilayah Indonesia, baik
di propinsi, kota maupun kabupaten mulai membahas laporan pertanggungjawaban
kepala daerah masing-masing dengan lebih seksama. Beberapa kali terjadi pernyataan
ketidakpuasan atas kepemimpinan kepala daerah dalam melakukan manajemen
pelayanan publik maupun penggunaan anggaran belanja daerah. Melihat pengalaman di
akuntabilitas pemerintahan tidak dapat dipenuhi hanya oleh informasi keuangan saja.
Masyarakat ingin tahu lebih jauh apakah pemerintah yang dipilihnya telah beroperasi
dengan ekonomis, efisien dan efektif.
Pemerintah dalam menyikapi kemajuan pola pikir masyarakat saat ini harus
dapat membuat suatu pelaporan pengukuran kinerja (performance measurement)
berkaitan erat dengan suatu proses yang dinamakan managing for results (pengelolaan
pencapaian). Proses ini timbul terhadap tuntutan yang meningkat bahwa manajemen
pemerintahan perlu memakai pendekatan yang sama dengan manajemen di sektor
swasta maupun organisasi-organisasi nir laba lainnya. Proses ini merupakan pendekatan
komprehensif untuk memfokuskan suatu organisasi terhadap misi (mission), sasaran
(goals ) dan tujuan (objectives).
Pengertian kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat capaian dari satu
hasil kerja di bidang keuangan daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang
ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu
periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut berupa pengukuran dalam
rasio keuangan. Pemerintah Daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan
pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah
berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Hal ini juga disampaikan dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006.
Pengukuran kinerja keuangan yang paling sesuai untuk digunakan dalam
jumlah barang dan jasa yang dihasilkan yang dinyatakan dalam Product Domestic
Regional Bruto (PDRB). PDRB yang digunakan adalah PDRB harga Berlaku
dinyatakan dalam Rupiah.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Florida (2007)
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh PAD terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang diukur dengan rasio
aktivitas. Data yang digunakan adalah laporan realisasi anggaran (LRA) selama periode
tahun 2002-2006. Dalam penelitian ini menggunakan populasi penelitian seluruh
Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.
Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya pajak
daerah, retribusi daerah, lain-lain PAD saja yang berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara,
sedangkan hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi
Sumatera Utara. Sementara secara simultan PAD berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.
2. Sulistyawan (2007)
Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja
secara parsial dan simultan DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadapa Belanja
Modal.
3. Novita (2008)
Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Rasio Efektifitas PAD dan DAU
terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemkab dan Pemko di Sumatera
Utara. Penelitian ini hanya mengambil empat buah variabel independen yaitu pajak
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan dan kekayaan daearah yang
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, terhadap variabel dependen kinerja keuangan.
Periode pengamatan dalam penelitian ini terbatas karena hanya mencakup tahun
2005-2007.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah secara parsial hanya pajak daerah,
retribusi daerah, lain-lain PAD saja yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara, sedangkan hasil
perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.
Sementara secara simultan PAD berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan
pengukuran kinerja yang digunakan adalah dengan rasio upaya fiskal, yaitu Total PAD
dibagi Total Anggaran PAD, yang mengindikasikan daerah-daerah tersebut terkadang
tidak bisa mencapai Anggaran PAD yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Hal ini bisa terjadi, daerah tersebut tidak secara rasional
4. Setyawan dan Adi (2009)
Penelitian ini ingin melihat Pengaruh Fiscal Stress terhadap Pertumbuhan PAD
dan Belanja Modal. Hasil dalam penelitian ini adalah fiscal stress mempunyai pengaruh
yang positifterhadap tingkat pertumbuhan belanja pembangunan/modal. Fiscal Stress yang
tinggi menunjukkan semakin tingginya upaya daerah untuk meningkatkan PAD-nya.
Sejalandengan hal itu, harapan untuk terus meningkatkan penerimaan sendiri ini akan sulit
terwujud apabila alokasi belanja untuk modal/ pembangunan tidak ditingkatkan. Hasil
penelitian ini memperkuat temuan penelitian sebelumnya yang dilakukan Andayani (2004)
yang menunjukkan adanya peningkatan belanja yang semakin tinggi pada saat fiscal stress
semakin tinggi.
Hasil penelitian ini memberikan implikasi diperlukannya suatu upaya yang lebih
intensif melalui penggalian potensi sumber-sumber penerimaan daerah kabupaten/kota di
propinsi Jawa Tengah agar mampu meningkatkan pertumbuhan PAD. Salah satu langkah
yang dapat ditempuh adalah pemerintah kabupaten/kota harus lebih efektif dalam
pengalokasian belanja modal/pembangunan dalam guna memenuhi kepentingan publik, baik
yang mendukung pertumbuhan ekonomi maupun untuk pelayanan publik secara langsung.
Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah belum adanya kesepakatan secara
bulat mengenai pengukuran fiscal stress, sehingga pengukuran fiscal stress dengan tax effort
belum tentu mengindikasikan adanya fiscal stress. Sehingga diharapkan untuk penelitian
mendatang diharapkan dapat mengukur fiscal stress dengan indikator empiris yang lain,
sehingga benar-benar dapat diperoleh gambaran fiscal stress yang lebih utuh.
No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera kinerja keuangan (Y). .
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
penting (Sumarni, 2006:27). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya
adalah PAD, DAU, dan DAK. Sedangkan yang menjadi variabel dependennya adalah
kinerja keuangan, serta belanja modal menjadi variabel intervening.
Kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
DAU (X2)
DAK(X3)
KINERJA KEUANGAN
(Z) PAD (X1)
Gambar 3.1. Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Kinerja Keuangan
DAU (X2)
DAK (X3)
BELANJA MODAL (Y)
KINERJA KEUANGAN
(Z) PAD (X1)
Gambar 3.2. Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Kinerja Keuangan dengan Belanja Modal sebagai variabel intervening
Sehubungan dengan tujuan otonomi daerah, yaitu menuntun kemandirian daerah
maka upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan PAD
sebagai sumber pendanaan bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
adalah dengan meningkatkan jumlah PAD yang berasal dari pajak daerah dan retribusi
daerah. UU Nomor 32 tahun 2004 dan UU Nomor 33 tahun 2004 merupakan tantangan
bagi pemerintah daerah untuk melakukan kerja keras guna mengembangkan
kesejahteraan masyarakat lokal, khususnya dalam bidang kesehatan pendidikan, dan
perumahan. Kerja keras tersebut salah satunya diwujudkan dalam pengembangan model
keuangan daerah baik itu intensifikasi maupun ekstensifikasi pemerintah Kabupaten dan
Kota se Propinsi Riau mewujudkan visi.
Pajak dan retribusi daerah yang menjadi komponen utama dari PAD juga
masyarakat akibat adanya krisis ekonomi menyebabkan terganggunya penerimaan
masyarakat yang kemudian mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah yang
mengakibatkan pendapatan daerah menjadi lebih rendah dan tidak menentu. Dengan
keadaan pemerintah yang mengalami tekanan keuangan mengakibatkan penyusunan
APBD menjadi tidak pasti sehingga menyebabkan kemungkinan adanya pergeseran
pada komponen-komponen pendapatan dan belanja daerah. Tekanan keuangan berakibat
pada tidak stabilnya kesiapan Pemerintah Kabupaten dan Kota terutama pada segi
keuangannya, kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur dari kesiapan suatu
daerah dalam menghadapi otonomi daerah.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kinerja keuangan diperkirakan baik secara
langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa variabel independen yaitu
PAD, DAU dan DAK dengan uraian sebagai berikut:
a. Semakin tinggi besaran PAD maka semakin tinggi Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah.
b. Semakin tinggi besaran DAU maka semakin tinggi Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah.
c. Semakin tinggi DAK maka akan semakin tinggi Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah.
d. Semakin tinggi PAD, DAU, dan DAK maka semakin tinggi Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah melalui Belanja Modal.
Menurut Indriantoro (2002:73), “hipotesis menyatakan hubungan yang diduga
secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji
secara empiris”. Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara
dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris
(Sugiyono, 2007:51). Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah
1. PAD, DAU, dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial dan
simultan.
2. PAD, DAU dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal (causal), Umar (2008)
menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel
mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen,
dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk
melihat dampaknya pada variabel dependennya secara langsung.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Kota di Provinsi Riau dalam kurun waktu
antara tahun 2004 - 2009. Sedangkan rencana waktu penelitian yaitu selama 25 minggu
(Desember 2010 – Mei 2011).
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Sugiyono (2007:72) menyatakan bahwa “populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan APBD
Sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2005: 78). Sampel diambil dengan kriteria yaitu
Laporan keuangan Kabupaten dan Kota yang disajikan berturut-turut oleh Badan Pusat
Statistik Propinsi Riau dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan mulai dari tahun
2004 sampai dengan 2009.
Tabel 4.1. Populasi dan Sampel
No Kabupaten/Kota Kriteria Sampel
1 Kabupaten Kuantan Singingi √ Sampel 1
Sumber : hasil Output SPSS (Lampiran 1)
Dari 12 kabupaten dan kota yang dijadikan populasi, hanya sebanyak 11 kabupaten
kota yang memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai sampel penelitian pada Tabel 4.1.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan
adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah diolah secara statistik. Pada
penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara melengkapi data dari data yang
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Riau dan Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK).
4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
4.5.1. Defenisi Operasional
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, PAD, DAU, dan
DAK, sedangkan variabel terikat yang merupakan perhatian utama adalah Kinerja
keuangan yang diproksikan dengan rasio pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan
menggunakan data PDRB berdasarkan harga berlaku. Untuk menjelaskan
variabel-variabel, dapat dilihat dibawah ini :
1. Kinerja Keuangan (Z)
Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat capaian dari satu hasil kerja
di bidang keuangan daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan
melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode
anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut berupa pengukuran dalam rasio
keuangan. Pemerintah Daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan
pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah
berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Hal ini juga disampaikan dalam
Adapun rasio yang digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan Pemerintah
Daerah adalah rasio pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data jumlah capaian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga berlaku (Abdul Halim,
2000).
2. Pendapatan Asli Daerah (X1)
Pendapatan Daerah adalah hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Laba Badan Usaha Milik Daerah
4. Pendapatan lain-lain yang sah.
3. Dana Alokasi Umum (X2)
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pembelanjaan. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka Pemerintah Daerah diberi kewenangan
yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola daerahnya
Dalam menjalankan tugasnya sebagai daerah otonom, Pemerintah Daerah sangat
bergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat berupa bagi hasil pajak, bagi
hasil SDA, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana
Alokasi Umum yang merupakan penyangga utama pembiayaan APBD sebagian besar
terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk proyek-proyek pembangunan
menjadi sangat berkurang.
4. Dana Alokasi Khusus (X3)
DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang
merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional yang menjadi prioritas
daerah. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. Kegiatan khusus yang
ditetapkan oleh pemerintah mengutamakan kegiatan pembangunan, pengadaan
peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat dengan
umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang.
5. Belanja Modal (Variabel Intervening)
Belanja Modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 huruf c Permendagri No
59 Tahun 2007 tentang perubahan Permendagri Nomor 13/2006 Tentang pengelolaan
Keuangan Daerah digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.
Sedangkan menurut PSAP Nomor 2, Belanja Modal adalah pengeluaran
anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari
2007 ditentuka bahwa nilai asset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal
sebesar harga beli/bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/ pembangunan asset sampai asset tersebut siap digunakan. Kemudian pada
pasal 53 ayat 4 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala Daerah
menetapkan batas minimal kapitalisasi sebagai dasar pembebanan belanja modal selain
memenuhi batas minimal juga pengeluaran anggaran untuk belanja barang tersebut
harus memberi manfaat lebih satu periode akuntansi bersifat tidak rutin. Ketentuan hal
ini sejalan dengan PP 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
khususnya PSAP no 7, yang mengatur tentang akuntansi asset tetap.
4.5.2. Metode Pengukuran Variabel
Untuk mengukur variabel-variabel yang sudah diidentifikasikan, digunakan
instrumen dan alat ukur sebagai berikut :
Tabel 4.2. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No. Variabel Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala
1. Kinerja Keuangan (Z)
Tingkat capaian dari satu hasil kerja di bidang keuangan daerah dengan menggunakan indikator masing. Terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, laba hasil BUMD, dan lain-lain pendapatan yang sah.
PAD adalah jumlah Pajak Daerah, Retribusi daerah, kekayaan daerah yg dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah yang tercantum di APBD
Rasio
3. Dana Alokasi Umum (X2)
Dana perimbangan daripusat ke daerah yang digunakan untuk tujuan umum.
Jumlah Dana Alokasi Umum yang tercantum di APBD
Rasio
4. Dana Alokasi Khusus (X3)
Transfer yang bersifat khusus dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatasi
Jumlah Dana Alokasi Khusus yang tercantum di APBD
kepentingan horizontal dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai pengeluaran
Pengadaan, sarana dan prasarana fisik pembangunan, peningkatan atas indikator kesehatan, pendidikan dan ekonomi
Jumlah belanja modal yang tercantum di APBD
Rasio
4.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
ordinary least square (OLS) dengan menggunakan software SPSS 17. Dalam
menganalisis data digunakan analisis regresi berganda dan analisis jalur (Path Analysis).
Analisis regresi berganda dilakukan dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan
pengujian hipotesis. Menurut Ghozali (2005: 160) untuk melihat pengaruh variabel
intervening Belanja Modal (Y) tersebut digunakan analisis jalur (Path Analysis). Untuk
menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur (Path Analysis).
Analisis jalur merupakan perluasan jalur dari analisis regresi linear berganda, atau
analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas
antar variabel (model causal) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori.
Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat dan juga tidak
dapat digunakan sebagai subtitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar
variabel. Hubungan kausalitas antar variabel telah dibentuk dalam model berdasarkan
hubungan antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas imajiner.
Diagram jalur memberikan secara eksplisit hubungan kausalitas antar variabel
berdasarkan pada teori. Tanda panah menunjukkan hubungan antar variabel. Model
bergerak dari kiri ke kanan dengan implikasi prioritas hubungan kausal variabel yang
dekat ke sebelah kiri. Setiap nilai menggambarkan jalur dan koefisien jalur. Hasil dari
koefisien jalur akan menentukan apakah diagram jalur mempunyai hubungan langsung
atau tidak langsung. Hubungan langsung terjadi jika satu variabel dengan variabel
lainnya tanpa ada variabel ketiga yang memediasi (intervening) hubungan kedua
variabel tadi.
Hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel ketiga yang memediasi
hubungan kedua variabel ini. Kemudian pada setiap variabel dependen (endogen
variabel) akan ada anak panah yang menuju variabel ini, dan ini berfungsi untuk
menjelaskan jumlah variance yang tidak dapat dijelaskan (unexplained variance) oleh
variabel itu. Jadi anak panah dari variabel pertama ke variabel kedua menunjukkan
jumlah variance variabel kedua yang tidak dapat dijelaskan variabel pertama. Sedangkan
anak panah dari variabel kedua ke variabel ketiga menunjukkan jumlah variance
variabel ketiga yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel pertama dan variabel kedua.
Koefisien jalur adalah standarized koefisien regresi. Koefisien jalur dihitung dengan
hubungan yang dihipotesiskan. Dalam hal ini ada 3 persamaan dalam penelitian, yaitu
persamaan hipotesis 1, persamaan I hipotesis 2 dan persamaan II hipotesis 2:
Persamaan hipotesis 1
Z = α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + e
Keterangan :
Z = Kinerja Keuangan
X1 = PAD
X2 = DAU
X3 = DAK
e = error
β1,β2, β3 = Koefisien regresi
α = Konstanta
Persamaan I hipotesis 2
Y = α + β1X1 + β2X2 β3X3 + e1
Keterangan :
Y = Belanja Modal
X1 = PAD
X2 = DAU
X3 = DAK
e1 = error
β1,β2, β3 = Koefisien regresi
Persamaan II hipotesis 2
Z = α + β1X1 + β2X2+ β3X3 + β4Y + e2
Keterangan :
Z = Kinerja Keuangan
Y = Belanja Modal
X1 = PAD
X2 = DAU
X3 = DAK
e2 = error
β1,β2, β3, β4 = Koefisien regresi
α = Konstanta
4.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
persamaan/model regresi. Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah
dalam analisis regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi ke dalam
sebuah model yang dimasukkan ke dalam serangkaian data. Untuk keabsahan hasil
analisis regresi tersebut, maka dilakukan serangkaian pengujian sebagai berikut:
4.7.1. Pengujian Asumsi Klasik
Salah satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda
dengan metode Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya semua asumsi klasik,
agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linear Unbiased
bantuan program statistik. Menurut Ghozali (2005:123) asumsi klasik yang harus
dipenuhi adalah:
1. berdistribusi normal,
2. non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model
regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun
mendekati sempurna,
3. non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi
tidak saling korelasi,
4. homoskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain adalah konstan atau sama.
4.7.1.1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini
dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov.
Asumsi normalitas dengan analisis grafik dapat dipenuhi jika terdapat titik titik
yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis
diagonalnya dan asumsi normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov terpenuhi jika nilai
statistik Kolmogrov-Smirnov di atas tingkat signifikansi tertentu. Apabila nilai
signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal dan bila nilai signifikansi > 0,05
berarti distribusi normal (Ghozali, 2005:115).